Anda di halaman 1dari 13

MATA KULIAH : KEWARGANEGARAAN

NAMA : MEGA CAROLINA PUTRI


NIM : C1061201011
KELAS : ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN [A]
TUGAS KE- :6

1. Silahkan identifikasi apa sajakah prinsip-prinsip pemerintahan demokrasi itu.


Lakukan dengan menelusuri berbagai pustaka yang berkaitan dengan prinsip
demokrasi!
Jawaban :
Prinsip-prinsip demokrasi yang berlaku universal
Suatu pemerintahan dinilai demokratis apabila dalam mekanisme
pemerintahannya diwujudkan prinsip-prinsip demokrasi. Prinsip-prinsip tersebut
berlaku universal. Maksudnya adalah keberhasilan suatu negara dalam
menerapkan demokrasi dapat diukur berdasarkan prinsip-prinsip tertentu. Tolok
ukur tersebut juga dapat digunakan untuk menilai keberhasilan pelaksanaan
demokrasi di negara lainnya. Menurut Inu Kencana Syafi ie, prinsip-prinsip
demokrasi yang berlaku universal antara lain:
a. Adanya pembagian kekuasaan
Pembagian kekuasaan dalam negara berdasarkan prinsip demokrasi, dapat
mengacu pada pendapat John Locke mengenai trias politica. Kekuasaan negara
terbagi menjadi 3 bagian, yaitu eksekutif, legislatif, dan yudikatif. Ketiga lembaga
tersebut memiliki kesejajaran sehingga tidak dapat saling menguasai.
b. Pemilihan umum yang bebas
Kedaulatan tertinggi dalam negara demokrasi berada di tangan rakyat.
Namun tentunya, kedaulatan tersebut tidak dapat dilakukan secara langsung oleh
setiap individu. Kedaulatan tersebut menjadi aspirasi seluruh rakyat melalui wakil-
wakil rakyat dalam lembaga legislatif. Untuk menentukan wakil rakyat, dilakukan
pemilihan umum. Dalam pelaksanaannya, setiap warga masyarakat memiliki
kebebasan untuk memilih wakil yang dikehendaki. Tidak dibenarkan adanya
pemaksaan pilihan dalam negara demokrasi. Selain memilih wakil rakyat,
pemilihan umum juga dilakukan untuk memilih presiden dan wakil presiden.
Rakyat memiliki kebebasan untuk memilih pemimpin negara.
c. Manajemen yang terbuka
Untuk mencegah terciptanya negara yang kaku dan otoriter, rakyat perlu
diikutsertakan dalam menilai pemerintahan. Hal tersebut dapat terwujud apabila
pemerintah mempertanggungjawabkan pelaksanaan pemerintahan, pembangunan
dan pelayanan kemasyarakatannya di hadapan rakyat.
d. Kebebasan individu
Dalam demokrasi, negara harus menjamin kebebasan warga negara dalam
berbagai bidang. Misalnya, kebebasan mengungkapkan pendapat, kebebasan
berusaha, dan sebagainya. Namun tentunya, kebebasan tersebut harus dilakukan
dengan bertanggung jawab. Perlu diingat bahwa kebebasan satu orang akan
dibatasi oleh kebebasan orang lain. Dengan demikian, setiap masyarakat dapat
melakukan kebebasan yang dijamin undang- undang dengan tidak merugikan
kepentingan orang lain.
e. Peradilan yang bebas
Melalui pembagian kekuasaan, lembaga yudikatif memiliki kebebasan
dalam menjalankan perannya. Lembaga ini tidak dapat dipengaruhi lembaga
negara yang lain. Dalam praktik kenegaraan, hukum berada dalam kedudukan
tertinggi. Semua yang bersalah dihadapan hukum, harus mempertanggung
jawabkan kesalahannya.
f. Pengakuan hak minoritas
Setiap negara memiliki keanekaragaman masyarakat. Keberagaman
tersebut dapat dilihat dari suku, agama, ras, maupun golongan. Keberagaman
dalam suatu negara menciptakan adanya istilah kelompok mayoritas maupun
kelompok minoritas. Kedua kelompok memiliki hak dan kewajiban yang sama
sebagai warga negara. Untuk itu, negara wajib melindungi semua warga negara
tanpa membeda-bedakan satu sama lain.
g. Pemerintahan yang berdasarkan hukum
Dalam kehidupan bernegara, hukum memiliki kedudukan tertinggi. Hukum
menjadi instrumen untuk mengatur kehidupan negara. Dengan demikian negara
bersamaan kedudukannya dalam hukum dan pemerintahan.
h. Supremasi hukum
Penghormatan terhadap hukum harus dikedepankan baik oleh pemerintah
maupun rakyat. Tidak terdapat kesewenang-wenangan yang bisa dilakukan atas
nama hukum. Oleh karena itu, pemerintahan harus didasari oleh hukum yang
berpihak pada keadilan.
i. Pers yang bebas
Dalam sebuah negara demokrasi, kehidupan dan kebebasan pers harus
dijamin oleh negara. Pers harus bebas menyuarakan hati nuraninya terhadap
pemerintah maupun diri seorang pejabat.
j. Beberapa partai politik
Partai politik menjadi wadah bagi warga negara untuk menyalurkan
aspirasi politiknya. Setiap warga negara memiliki kebebasan untuk memilih partai
politik yang sesuai dengan hati nuraninya. Maka dari itu, mulai bergulirnya
reformasi, negara memberikan kebebasan bagi semua warga negara untuk
mendirikan partai politik. Pada tahun 1999, dilaksanakan pemilihan umum
multipartai pertama kali sejak Orde Baru. Mulai Pemilu 1999, setiap partai politik
memiliki asas sesuai dengan perjuangan politik masing-masing. Tidak lagi dikenal
asas tunggal bagi setiap partai politik. Namun tentunya, pendirian partai politik
harus sesuai dengan peraturan yang ada. Selain itu, warga negara tidak
diperbolehkan mendirikan partai dengan asas maupun ideologi yang dilarang oleh
undang-undang.1

2. Silahkan cari suatu pandangan dari ahli tentang demokrasi di luar pembahasan pd
modul eBook, anda dapat mencari pada jurnal-jurnal online bentuk PDF! Apa
simpulan tentang demokrasi dari hasil temuan tersebut? Adakah macam atau jenis
demokrasi itu berdasar pendapat lain?
Jawaban :
a) Menurut Joseph A. Schemer
Demokrasi merupakan suatu perencanaan institusional untuk mencapai
keputusan polituk dimana individu- individu memperoleh kekuasaan untuk
memutuskan cara perjuangan kompetitif atas suara rakyat.
b) Menurut Sidney Hook
Demokrasi adalah bentuk pemerintahan dimana keputusan-keputusan
pemerintah yang penting secara langsung atau tidak langsung didasarkan pada
kesepakatan mayoritas yang diberikan secara bebas dari rakyat dewasa.
c) Philippe C. Schmitter dan Terry Lynn Karl
Demokrasi sebagai suatu sistem pemerintahan dimana pemerintah dimintai
tanggung jawab atas tindakan—tindakan mereka diwilayah publik oleh
warganegara, yang bertindak secara tidak langsung melalui kompetisi dan
kerjasama dengan para wakil mereka yang terpilih.
d) Henry B. Mayo
Menyatakan demokrasi sebagai sistem politik merupakan suatu sistem
yang menunjukkan bahwa kebijakan umum ditentukan atas dasar mayoritas oleh
wakil- wakil yang diawasi secara efektif oleh rakyat dalam pemilihan- pemilihan
berkala yang didasarkan atas prinsip kesamaan politik dan diselenggarakan dalam
suasana terjaminnya kebebasan politik.
e) Affan Ghaffar
memaknai demokrasi dalam dua bentuk yaitu pemaknaan secara normatif
( demokrasi normatife) dan empirik ( demokrasi empirik):
- Demokrasi Normatif
adalah demokrasi yang secara ideal hendak dilakukan oleh sebuah Negara.

1
Dwi Sulisworo., dkk, 2012, Bahan Ajar: Demokrasi. Universitas Ahmad Dahlan, hlm. 15-18,
http://eprints.uad.ac.id/9437/1/DEMOKRASI%20dwi.pdf , diakses pada tanggal 29 Maret 2021
- Demokrasi Empirik
adalah demokrasi dalam perwujudannya pada dunia politik praktis.
Kesimpulan-kesimpulan dari beberapa pendapat diatas adalah bahwa
hakikat demokrasi sebagai suatu sistem bermasyarakat dan bernegara serta
pemerintahan memberikan penekanan pada keberadaan kekuasaan di tangan rakyat
baik dalam penyelenggaraan berada di tangan rakyat mengandung pengertian tiga
hal, yaitu:
a. Pemerintahan dari rakyat (government of the people)
Mengandung pengertian yang berhubungan dengan pemerintah yang sah
dan diakui (ligimate government) dimata rakyat. Sebaliknya ada pemerintahan
yang tidak sah dan tidak diakui (unligimate government). Pemerintahan yang
diakui adalah pemerintahan yang mendapat pengakuan dan dukungan rakyat.
Pentingnya legimintasi bagi suatu pemerintahan adalah pemerintah dapat
menjalankan roda birokrasi dan program- programnya.
b. Pemerintahan oleh rakyat (government by the people)
Pemerintahan oleh rakyat berarti bahwa suatu pemerintahan menjalankan
kekuasaan atas nama rakyat bukan atas dorongan sendiri. Pengawasan yang
dilakukan oleh rakyat ( sosial control) dapat dilakukan secara langsung oleh rakyat
maupun tidak langsung ( melalui DPR).
c. Pemerintahan untuk rakyat (government for the people)
Mengandung pengertian bahwa kekuasaan yang diberikan oleh rakyat
kepada pemerintah dijalankan untuk kepentingan rakyat. Pemerintah diharuskan
menjamin adanya kebebasan seluas-luasnya kepada rakyat dalam menyampaikan
aspirasinya baik melalui media pers maupun secara langsung.
Macam-macam demokrasi dirangkum ke dalam 3 sudut pandang, yaitu
ideologi, cara penyaluran kehendak rakyat, dan titik perhatian.
a) Berdasarkan ideologi, dibedakan menjadi 2, yaitu:
1. Demokrasi konstitusional (demokrasi liberal)
Dasar pelaksanaan demokrasi konstitusional adalah kebebasan
individu. Ciri khas pemerintahan demokrasi konstitusional adalah
kekuasaan pemerintahannya terbatas dan tidak diperkenankan banyak
campur tangan dan bertindak sewenang-wenang terhadap warganya.
Kekuasaan pemerintah dibatasi oleh konstitusi.
2. Demokrasi rakyat
Demokrasi rakyat mencita-citakan kehidupan tanpa kelas sosial dan
tanpa kepemilikan pribadi. Demokrasi rakyat merupakan bentuk
khusus demokrasi yang memenuhi fungsi diktator proletar. Pada masa
Perang Dingin, sistem demokrasi rakyat berkembang di negara-negara
Eropa Timur, seperti Cekoslovakia, Polandia, Hungaria, Rumania,
Bulgaria, Yugoslavia, dan Tiongkok. Sistem politik demokrasi rakyat
disebut juga “demokrasi proletar” yang berhaluan Marxisme-
komunisme.

b) Berdasarkan cara penyaluran kehendak rakyat,dibedakan menjadi 2, yaitu:


1. Demokrasi langsung
Dalam sistem demokrasi langsung, rakyat secara langsung
mengemukakan kehendaknya dalam rapat yang dihadiri oleh seluruh
rakyat. Demokrasi ini dapat dijalankan apabila negara berpenduduk
sedikit dan berwilayah kecil. Sistem ini pernah berlaku di Negara
Athena pada zaman Yunani Kuno (abad IV SM).
2. Demokrasi perwakilan (demokrasi representatif)
Di masa sekarang, bentuk demokrasi yang dipilih adalah demokrasi
perwakilan. Hal ini disebabkan jumlah penduduk terus bertambah dan
wilayahnya luas sehingga tidak mungkin menerapkan sistem
demokrasi langsung. Dalam demokrasi perwakilan, rakyat
menyalurkan kehendak dengan memilih wakil-wakilnya untuk duduk
dalam lembaga perwakilan (parlemen).
3. Demokrasi perwakilan sistem referendum
Demokrasi perwakilan dengan sistem referendum merupakan
gabungan antara demokrasi langsung dan demokrasi perwakilan.
Rakyat memilih wakil mereka untuk duduk dalam lembaga
perwakilan, tetapi lembaga perwakilan tersebut dikontrol oleh
pengaruh rakyat dengan sistem referendum dan inisiatif rakyat.

c) Berdasarkan titik perhatian, dibedakan menjadi 3, yaitu:


1. Demokrasi formal
Demokrasi formal disebut juga demokrasi liberal atau demokrasi
model Barat. Demokrasi formal adalah suatu sistem politik demokrasi
yang menjunjung tinggi persamaan dalam bidang politik, tanpa
disertai upaya untuk mengurangi atau menghilangkan kesenjangan
dalam bidang ekonomi. Dalam demokrasi formal, semua orang
dianggap mempunyai derajat dan hak yang sama.
2. Demokrasi material
Demokrasi material adalah sistem politik demokrasi yang
menitikberatkan pada upayaupaya menghilangkan perbedaan dalam
bidang-bidang ekonomi, sedangkan persamaan bidang politik kurang
diperhatikan bahkan kadang-kadang dihilangkan. Usaha untuk
mengurangi perbedaan di bidang ekonomi dilakukan oleh partai
penguasa dengan mengatasnamakan negara di mana segala sesuatu
sebagai hak milik negara dan hak milik pribadi tidak diakui.
3. Demokrasi gabungan
Demokrasi gabungan adalah demokrasi yang menggabungkan
kebaikan serta membuang keburukan demokrasi formal dan
demokrasil material. Persamaan derajat dan hak setiap orang diakui,
tetapi demi kesejahteraan seluruh aktivitas rakyat dibatasi. Upaya yang
dilakukan oleh pemerintah untuk kesejahteraan rakyat, jangan sampai
mengabdikan apalagi menghilangkan persamaan derajat dan hak asasi
manusia.2

3. Carilah satu lagi pendapat tentang dinamika demokrasi di Indonesia di luar


pembahasan pd modul eBook. Adakah perbedaanya dengan pendapat Miriam
Budiarjo di atas? Menurut anda, benarkah saat ini dikatakan kita mengalami
demokrasi reformasi?

Jawaban :
Afan Gaffar (1999: 10) membagi alur demokrasi Indonesia terdiri atas:
a) Periode masa revolusi kemerdekaan (1945-1949)
Pada masa revolusi kemerdekaan (1945-1949), implementasi demokrasi
baru terbatas pada interaksi politik di parlemen dan pers berfungsi sebagai
pendukung revolusi kemerdekaan. Elemen-elemen demokrasi yang lain belum
sepenuhnya terwujud, karena situasi dan kondisi yang tidak memungkinkan. Pada
masa itu pemerintah masih disibukkan untuk berjuang mempertahankan
kemerdekaan yang baru saja diproklamasikan.

b) Periode masa demokrasi parlementer (1950-1959)


Demokrasi parlementer (1950-1959) merupakan masa kejayaan demokrasi
di Indonesia, karena hampir semua elemen demokrasi dapat kita temukan dalam
perwujudannya pada kehidupan politik di Indonesia yang ditandai dengan karakter
utama yaitu :
a. Lembaga perwakilan rakyat atau parlemen memainkan peranan yang
sangat tinggi dalam proses politik yang berjalan.
b. Akuntabilitas pemegang jabatan dan politisasi pada umumnya sangat
tinggi.
c. Kehidupan kepartaian boleh dikatakan memperoleh peluang yang sebesar-
besarnya untuk berkembang secara maksimal. Hal itu dibuktikan dengan
sistem banyak partai (multy party sistem) sehingga pada saat itu ada sekitar
40 partai yang terbentuk.
d. Pemilu tahun 1955 dilaksanakan dengan prinsip demokrasi.
e. Hak-hak dasar masyarakat umum terlindungi.

c) Periode masa demokrasi terpimpin (1960-1965)

2
Dwi Sulisworo., dkk, 2012, Bahan Ajar: Demokrasi. Universitas Ahmad Dahlan, hlm.2-5,
http://eprints.uad.ac.id/9437/1/DEMOKRASI%20dwi.pdf , diakses pada tanggal 29 Maret 2021
Masa demokrasi terpimpin (1960-1965) merupakan masa dimana
demokrasi dipahami dan dijalankan berdasar kebijakan pemimpin besar revolusi
dalam hal ini presiden Soekarno. Belajar dari kegagalan demokrasi parlementer
yang dianggap liberal maka presiden Soekarno mengajukan gagasan demokrasi
yang sesuai dengan kepribadian bangsa. Ciri yang muncul pada masa itu antara
lain:
a. Mengaburnya sistem kepartaian
b. Peranan DPR-GR sebagai lembaga legislatif dalam sistem politik
nasional menjadi sedemikian lemah.
c. Basic human right sangat lemah, dimana Soekarno dengan mudah
menyingkirkan lawan-lawan politiknya yang tidak sesuai dengan
kebijaksanaannya atau yang mempunyai keberanian untuk
menentangnya.
d. Masa puncak dari semangat anti kebebasan pers, dibuktikan dengan
pemberangusan harian Abdi dari Masyumi dan harian Pedoman dari
PSIN.
e. Sentralisasi kekuasaan semakin dominan dalam proses hubungan
pemerintah pusat dan daerah.

d) Periode pemerintahan Orde Baru/demokrasi Pancasila (1966- 1998)


Demokrasi masa pemerintahan presiden Soeharto (1966-1998) dikenal
dengan demokrasi Pancasila. Namun demikian pada masa itu, pelaksanaan
demokrasi memberi gejala-gejala antara lain:
a. Rotasi kekuasaan eksekutif tidak pernah ada kecuali di tingkat daerah
b. Rekrutmen politik tertutup.
c. Pemilu masih jauh dari semangat demokrasi.
d. Basic human right sangat lemah.

Sangat dibenarkan bahwa kita sekarang ini sedang mengalami demokrasi


reformasi.
Perkembangan akhir menunjukkan bahwa setelah berakhirnya
pemerintahan Soeharto atau masa Orde Baru, Indonesia memasuki Orde
Reformasi (sejak 1998 sampai sekarang). Gambaran mengenai pelaksanaan
demokrasi di masa Reformasi dapat kita ketahui dari naskah Rencana
Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) 2005-2025. Dalam naskah tersebut
dinyatakan tentang kondisi pembangunan demokrasi, sebagai berikut:
a. Perkembangan demokratisasi sejak tahun 1998 sampai dengan proses
penyelenggaraan Pemilu tahun 2004 telah memberikan peluang untuk
mengakhiri masa transisi demokrasi menuju arah proses konsolidasi
demokrasi.
b. Adanya pemilihan langsung presiden dan wakil presiden, pemilihan
langsung anggota DPR, DPD dan DPRD, serta pemilihan langsung
kepala daerah merupakan modal awal yang penting bagi lebih
berkembangnya demokrasi pada masa selanjutnya.
c. Perkembangan demokrasi selama ini ditandai pula dengan
terumuskannya format hubungan pusat-daerah yang baru yaitu
penguatan desentralisasi dan otonomi daerah.
d. Perkembangan demokrasi ditandai pula dengan adanya konsensus
mengenai format baru hubungan sipil-militer yang menjunjung tinggi
supremasi sipil dan hubungan Tentara Nasional Indonesia (TNI)
dengan Kepolisian Republik Indonesia (Polri) terkait dengan
kewenangan dalam melaksanakan sistem pertahanan dan keamanan.
e. Kemajuan demokrasi terlihat pula dengan telah berkembangnya
kesadaran-kesadaran terhadap hak-hak masyarakat dalam kehidupan
politik, yang dalam jangka panjang diharapkan mampu menstimulasi
masyarakat lebih jauh untuk makin aktif berpartisipasi dalam
mengambil inisiatif bagi pengelolaan urusan-urusan publik.3

4. Apa makna keberadaan DPD dalam struktur ketatanegaraan RI? Jelaskan apa
makna keberadaan DPD dalam struktur ketatanegaraan RI?
Jawaban :
Dalam Pasal 222 menegaskan bahwa “DPD merupakan lembaga
perwakilan daerah yang berkedudukan sebagai lembaga negara. Hal ini apabila
dikaitkan dengan Pasal 67 dan Pasal 68 Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2009,
maka DPD dan DPR memiliki kedudukan yang sama sebagai lembaga negara,
sedangkan tingkat keterwakilan yang berbeda sebagai lembaga perwakilan,
dimana DPD merupakan lembaga perwakilan daerah, sedangkan DPR merupakan
lembaga perwakilan rakyat.
Kedudukan DPD sebagai lembaga negara berkaitan dengan makna
kedudukan dari suatu lembaga negara. Oleh Philipus M. Hadjon, yang
dimaksudkan dengan kedudukan lembaga negara, pertama kedudukan diartikan
sebagai posisi suatu lembaga negara dibandingkan dengan lembaga negara lain,
dan aspek kedua dari pengertian kedudukan lembaga negara adalah posisi suatu
lembaga negara didasarkan pada fungsi utamanya. Untuk itu, analisis dalam
penulisan ini menyangkut kedudukan DPD sebagai lembaga negara, yang
dikaitkan dengan pengertian lembaga negara baik dari aspek posisi DPD yang
dibandingkan dengan lembaga negara lainnya, terutama MPR. Selain itu pula,
kedudukan DPD yang berkaitan dengan fungsi utama dari DPD .
3
2012, Buku Modul Kuliah Kewarganegaraan, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia, hlm. 101-103, http://fathasafitry.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/57218/Buku-
Modul-Kuliah-Kewarganegaraan.pdf, diakses pada tanggal 29 Maret 2021
Untuk memahami kedudukan DPD sebagai lembaga perwakilan yang
bersifat bikameral atau tidak, maka dapat dilihat dari hubungan konstitusional
kedudukan DPD dengan MPR termasuk di dalamnya pula hubungan antara DPD
dengan DPR. Hubungan konstitusional antara kedudukan DPD dengan MPR dapat
dilihat dalam Pasal 2 ayat (1), Pasal 3 dan Pasal 8 ayat (2) dan ayat (3) UUD 1945.
Hubungan antara DPD dan MPR berdasarkan Pasal 2 ayat (1) merupakan
hubungan struktural dimana pengaturannya berkaitan dengan kedudukan anggota
DPD sebagai anggota MPR. Pengaturan ini memiliki makna konstitusional bahwa
DPD memiliki peran yang sama dengan DPR dalam melaksanakan wewenang
MPR. Berdasarkan Pasal 3 dan Pasal 8 ayat (2) dan ayat (3), serta Pasal 37
nampak adanya sinkronisasi antara DPD dan DPR dalam menjalankan wewenang
MPR.
Berdasarkan ketentuan yang mengatur kedudukan dan fungsi DPD,
memberikan perubahan terhadap sistem perwakilan dalam ketatanegaraan
Indonesia yang sebelumnya tidak menampakkan bentuk perwakilan yang
sebenarnya. Dengan kehadiran DPD tersebut, dalam sistem perwakilan Indonesia,
DPR didukung dan diperkuat oleh DPD. DPR merupakan lembaga perwakilan
berdasarkan aspirasi dan paham politik rakyat sebagai pemegang kedaulatan,
sedangkan DPD merupakan lembaga perwakilan penyalur keanekaragaman
aspirasi daerah. Keberadaan lembaga DPD merupakan upaya menampung prinsip
perwakilan daerah. Oleh Jimly Asshiddiqie, unsur anggota DPR didasarkan atas
prosedur perwakilan politik (political representation), sedangkan anggota DPD
yang merupakan cerminan dari prinsip regional representation dari tiap-tiap daerah
provinsi.4

4
Salmon E.M. Nirhua, 2011, Kedudukan dan Kewenangan Dewan Perwakilan Daerah dalam Sistem
Ketatanegaraan Indonesia, Jurnal Hukum No.4 Vol.18 hlm.590-593,
https://media.neliti.com/media/publications/84114-ID-kedudukan-dan-kewenangan-dewan-
perwakila.pdf , diakses pada tanggal 17 April 2021
5. Untuk maksud tersebut lakukan analisis implementasi dari kesepuluh pilar
demokrasi yg telah di bahas dalam berbagai bidang kehidupan politik, ekonomi,
sosial, budaya, dan pertahanan keamanan serta ihwal tingkat keberhasilanya.
Adakah kesenjangan antara yang normatif dengan praktiknya?

Jawaban :
A. Demokrasi berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa
Berikut adalah impelementasi dari Demokrasi berdasarkan Ketuhanan
Yang Maha Esa
 Dalam Bidang Politik
a) Pemerintah menerima segala aspirasi rakyat dan segenap perilaku rakyat
demi mewujudkan cita-cita dan tujuan negara tanpa memandang latar
belakang yang berbeda khususnya keberagaman agama dan kepercayaan.
b) Menerima berbagai pendapat dan masukan yang diberikan oleh rakyat
yang mempunyai keberagaman agama dalam proses musyawarah untuk
mencapai mufakat tanpa menghilangkan prinsip Ketuhanan Yang Maha
Esa.
c) Dengan adanya prinsip demokrasi berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa
mampu menghindari sikap menghalang-halangi orang yang akan
berpartisipasi dalam kehidupan demokrasi.
 Dalam Bidang Hukum
a) Dengan adanya prinsip demokrasi yang berdasarkan Ketuhanan Yang
Maha Esa mampu menanamkan nilai-nilai kesadaran hukum dan mentaati
hukum dalam kehidupan sehari-hari dilingkup keberagamaan agama
masyarakat.
b) Dengan adanya prinsip demokrasi yang berdasarkan Ketuhanan Yang
Maha Esa mewujudkan perlindungan hukum dan kepastisan hukum dalam
peradilan tanpa memandang latar belakang keberagamaan agama
masyarakat.
c) Dengan adanya prinsip demokrasi yang berdasarkan Ketuhanan Yang
Maha Esa mampu menghindari berbagai perbuatan main hakim sendiri
dan mengagung-agungkan agamanya sendiri.
 Dalam Bidang Sosial Budaya
a) Dengan adanya prinsip demokrasi yang berdasarkan Ketuhanan Yang
Maha Esa mampu memberikan toleransi terhadap pelaksanaan adat-
istiadat diberbagai keberagaman agama.5
b) Dengan adanya prinsip demokrasi yang berdasarkan Ketuhanan Yang
Maha Esa mampu menimbulkan sikap menghormati keberagaman agama

5
Bahrul Ulum, 2014, Nilai-Nilai Demokrasi dalam pengangkatan Puun/Raja pada masyarakat Hukum
Adat Baduy, Malang: Universitas Brawijaya, hlm.11,
https://media.neliti.com/media/publications/34802-ID-nilai-nilai-demokrasi-dalam-pengangkatan-
puunraja-pada-masyarakat-hukum-adat-bad.pdf, diakses pada tanggal 17 April 2021
dalam hal pelaksanaan budayanya tanpa meninggalkan sikap saling
terbuka.
c) Dengan adanya prinsip demokrasi yang berdasarkan Ketuhanan Yang
Maha Esa mampu menimbulkan sikap ingin tahu dan belajar satu sama
lain terkait dengta budaya yang ada dalam keberagaman agama.

B. Demokrasi dengan Kecerdasan


Berikut adalah impelementasi dari Demokrasi dengan Kecerdasan
 Dalam Bidang Politik
a) Dengan adanya prinsip demokrasi dengan kecerdasan, dalam pemilihan
pejabat dengan melakukan pemilu sehingga dapat mengurangi kecurangan
bila terjadi.
b) Dengan adanya prinsip demokrasi dengan kecerdasan, Pembuatan dan
penetapan UU dilaksanankan terbuka dan tanpa saling adu kekuatan otot
 Dalam Bidang Hukum
a) Dengan adanya prinsip demokrasi dengan kecerdasan, bisa memproses
secara hukum segala tindak kriminal sehingga tidak menggunakan cara
kekerasan.

C. Demokrasi dengan Berkedaulatan Rakyat


Berikut adalah impelementasi dari Demokrasi dengan Berkedaulatan
Rakyat.
 Dalam Bidang Politik
a) Terdapat sistem dari rakyat oleh rakyat dan untuk rakyat. Dimana
biasanya rakyat menyampaikan aspirasinya melalui wakil-wakil rakyat di
lembaga pemerintahan.

D. Demokrasi dengan Rule of Law


Berikut adalah impelementasi dari Demokrasi dengan Rule of Law
 Dalam Bidang Politik
a) Adanya pemilihan umum yang sudah dilaksanakan sejak lama di
Indonesia.
 Dalam Bidang Hukum
a) Setiap aturan yang dikeluarkan oleh pemerintah harus ada undang-undang
yang menaunginya atau disebut dengan peraturan perundang-undangan.
b) Adanya lembaha-lembaga negara untuk melegalitaskan hukum seperti
Polisi, KPK, Mahkamah Agung, Mahkamah Konstitusi, lembaga-lembaga
legislatif dengan tugas dan wewenang DPR serta beberapa lembaga
lainnya.

E. Demokrasi dengan Pembagian Kekuasaan


Berikut adalah impelementasi dari Demokrasi dengan Pembagian
Kekuasaan
 Dalam Bidang Politik
a) Adanya pembagian kekuasaan dari kekuasaan konstitusi, kekuasaan
eksekutif, kekuasaan legeslatif, kekuasaan yudikatif, kekuasaan moneter,
dan lainnya.

F. Demokrasi dengan Hak Asasi Manusia


Berikut adalah impelementasi dari Demokrasi dengan Hak Asasi Manusia
 Dalam Bidang Hukum
a) Mendapatkan keadilan yang sama di mata hukum.

G. Demokrasi dengan Pengadilan yang Merdeka


Berikut adalah impelementasi dari Demokrasi dengan Pengadilan yang
Merdeka
 Dalam Bidang Hukum
a) Membebaskan Mahkamah Agung beserta dengan hakim menjalankan
tugas yang diembannya dengan memberikan peluang yang seluas-luasnya
kepada badan pemerintah seperti pengadilan untuk mencari dan
menemukan hukum seadil-adilnya.

H. Demokrasi dengan Otonomi daerah


Berikut adalah impelementasi dari Demokrasi dengan Otonomi daerah
 Dalam Bidang Ekonomi
a) Keberhasilan pembangunan daerah yang sangat bergantung pada
pelaksanaan Desentralisasi yang baik dan benar.

I. Demokrasi dengan Kemakmuran


Berikut adalah impelementasi dari Demokrasi dengan Kemakmuran.
 Dalam Bidang Politik
a) Syarat untuk menjadi anggota legislatif maupun eksekutif tidak
memandang status sosial serta pembuatan parpol yang tidak dibatasi.
 Dalam Bidang Ekonomi
a) Melakukan pemerataan pembangunan dengan pemusatan pembangunan
tidak lagi dilakukan di pulau jawa namun di fokuskan pada daerah 3T.
 Dalam Bidang Hukum
a) Penerapan hukum di Indonesia semakin hari mengikuti apa yang
UUinginkan karena ba yaknya dorongan dari rakyat agar pelaksanaan
hukum merata untuk semua pihak.

J. Demokrasi yang Berkeadilan Sosial


Berikut adalah impelementasi dari Demokrasi yang Berkeadilan Sosial
 Dalam Bidang Ekonomi
a) Memberikan sumbangan kepada daerah sesuai dengan besarnya
pembangunan dari daerah tersebut
b) Memberikan subsidi bagi masyarakat yang kurang mampu.
Daftar Pustaka
Nirhua, Salmon E.M. 2011. Kedudukan dan Kewenangan Dewan Perwakilan Daerah
dalam Sistem Ketatanegaraan Indonesia, Jurnal Hukum No.4 Vol.18
hlm.590-593.
https://media.neliti.com/media/publications/84114-ID-kedudukan-dan-
kewenangan-dewan-perwakila.pdf , diakses pada tanggal 17 April 2021

Sulisworo, Dwi., dkk, 2012. Bahan Ajar: Demokrasi. Universitas Ahmad Dahlan.
hlm.2-5. http://eprints.uad.ac.id/9437/1/DEMOKRASI%20dwi.pdf , diakses
pada tanggal 29 Maret 2021

Sulisworo, Dwi., dkk, 2012. Bahan Ajar: Demokrasi. Universitas Ahmad Dahlan.
hlm. 15-18. http://eprints.uad.ac.id/9437/1/DEMOKRASI%20dwi.pdf ,
diakses pada tanggal 29 Maret 2021

Ulum, Bahrul. 2014. Nilai-Nilai Demokrasi dalam pengangkatan Puun/Raja pada


masyarakat Hukum Adat Baduy. Malang: Universitas Brawijaya, hlm.11.
https://media.neliti.com/media/publications/34802-ID-nilai-nilai-demokrasi-
dalam-pengangkatan-puunraja-pada-masyarakat-hukum-adat-bad.pdf, diakses
pada tanggal 17 April 2021

2012. Buku Modul Kuliah Kewarganegaraan. Kementrian Pendidikan dan


Kebudayaan Republik Indonesia. hlm. 101-103.
http://fathasafitry.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/57218/Buku-Modul-
Kuliah-Kewarganegaraan.pdf, diakses pada tanggal 29 Maret 2021

Anda mungkin juga menyukai