2. Silahkan cari suatu pandangan dari ahli tentang demokrasi di luar pembahasan pd
modul eBook, anda dapat mencari pada jurnal-jurnal online bentuk PDF! Apa
simpulan tentang demokrasi dari hasil temuan tersebut? Adakah macam atau jenis
demokrasi itu berdasar pendapat lain?
Jawaban :
a) Menurut Joseph A. Schemer
Demokrasi merupakan suatu perencanaan institusional untuk mencapai
keputusan polituk dimana individu- individu memperoleh kekuasaan untuk
memutuskan cara perjuangan kompetitif atas suara rakyat.
b) Menurut Sidney Hook
Demokrasi adalah bentuk pemerintahan dimana keputusan-keputusan
pemerintah yang penting secara langsung atau tidak langsung didasarkan pada
kesepakatan mayoritas yang diberikan secara bebas dari rakyat dewasa.
c) Philippe C. Schmitter dan Terry Lynn Karl
Demokrasi sebagai suatu sistem pemerintahan dimana pemerintah dimintai
tanggung jawab atas tindakan—tindakan mereka diwilayah publik oleh
warganegara, yang bertindak secara tidak langsung melalui kompetisi dan
kerjasama dengan para wakil mereka yang terpilih.
d) Henry B. Mayo
Menyatakan demokrasi sebagai sistem politik merupakan suatu sistem
yang menunjukkan bahwa kebijakan umum ditentukan atas dasar mayoritas oleh
wakil- wakil yang diawasi secara efektif oleh rakyat dalam pemilihan- pemilihan
berkala yang didasarkan atas prinsip kesamaan politik dan diselenggarakan dalam
suasana terjaminnya kebebasan politik.
e) Affan Ghaffar
memaknai demokrasi dalam dua bentuk yaitu pemaknaan secara normatif
( demokrasi normatife) dan empirik ( demokrasi empirik):
- Demokrasi Normatif
adalah demokrasi yang secara ideal hendak dilakukan oleh sebuah Negara.
1
Dwi Sulisworo., dkk, 2012, Bahan Ajar: Demokrasi. Universitas Ahmad Dahlan, hlm. 15-18,
http://eprints.uad.ac.id/9437/1/DEMOKRASI%20dwi.pdf , diakses pada tanggal 29 Maret 2021
- Demokrasi Empirik
adalah demokrasi dalam perwujudannya pada dunia politik praktis.
Kesimpulan-kesimpulan dari beberapa pendapat diatas adalah bahwa
hakikat demokrasi sebagai suatu sistem bermasyarakat dan bernegara serta
pemerintahan memberikan penekanan pada keberadaan kekuasaan di tangan rakyat
baik dalam penyelenggaraan berada di tangan rakyat mengandung pengertian tiga
hal, yaitu:
a. Pemerintahan dari rakyat (government of the people)
Mengandung pengertian yang berhubungan dengan pemerintah yang sah
dan diakui (ligimate government) dimata rakyat. Sebaliknya ada pemerintahan
yang tidak sah dan tidak diakui (unligimate government). Pemerintahan yang
diakui adalah pemerintahan yang mendapat pengakuan dan dukungan rakyat.
Pentingnya legimintasi bagi suatu pemerintahan adalah pemerintah dapat
menjalankan roda birokrasi dan program- programnya.
b. Pemerintahan oleh rakyat (government by the people)
Pemerintahan oleh rakyat berarti bahwa suatu pemerintahan menjalankan
kekuasaan atas nama rakyat bukan atas dorongan sendiri. Pengawasan yang
dilakukan oleh rakyat ( sosial control) dapat dilakukan secara langsung oleh rakyat
maupun tidak langsung ( melalui DPR).
c. Pemerintahan untuk rakyat (government for the people)
Mengandung pengertian bahwa kekuasaan yang diberikan oleh rakyat
kepada pemerintah dijalankan untuk kepentingan rakyat. Pemerintah diharuskan
menjamin adanya kebebasan seluas-luasnya kepada rakyat dalam menyampaikan
aspirasinya baik melalui media pers maupun secara langsung.
Macam-macam demokrasi dirangkum ke dalam 3 sudut pandang, yaitu
ideologi, cara penyaluran kehendak rakyat, dan titik perhatian.
a) Berdasarkan ideologi, dibedakan menjadi 2, yaitu:
1. Demokrasi konstitusional (demokrasi liberal)
Dasar pelaksanaan demokrasi konstitusional adalah kebebasan
individu. Ciri khas pemerintahan demokrasi konstitusional adalah
kekuasaan pemerintahannya terbatas dan tidak diperkenankan banyak
campur tangan dan bertindak sewenang-wenang terhadap warganya.
Kekuasaan pemerintah dibatasi oleh konstitusi.
2. Demokrasi rakyat
Demokrasi rakyat mencita-citakan kehidupan tanpa kelas sosial dan
tanpa kepemilikan pribadi. Demokrasi rakyat merupakan bentuk
khusus demokrasi yang memenuhi fungsi diktator proletar. Pada masa
Perang Dingin, sistem demokrasi rakyat berkembang di negara-negara
Eropa Timur, seperti Cekoslovakia, Polandia, Hungaria, Rumania,
Bulgaria, Yugoslavia, dan Tiongkok. Sistem politik demokrasi rakyat
disebut juga “demokrasi proletar” yang berhaluan Marxisme-
komunisme.
Jawaban :
Afan Gaffar (1999: 10) membagi alur demokrasi Indonesia terdiri atas:
a) Periode masa revolusi kemerdekaan (1945-1949)
Pada masa revolusi kemerdekaan (1945-1949), implementasi demokrasi
baru terbatas pada interaksi politik di parlemen dan pers berfungsi sebagai
pendukung revolusi kemerdekaan. Elemen-elemen demokrasi yang lain belum
sepenuhnya terwujud, karena situasi dan kondisi yang tidak memungkinkan. Pada
masa itu pemerintah masih disibukkan untuk berjuang mempertahankan
kemerdekaan yang baru saja diproklamasikan.
2
Dwi Sulisworo., dkk, 2012, Bahan Ajar: Demokrasi. Universitas Ahmad Dahlan, hlm.2-5,
http://eprints.uad.ac.id/9437/1/DEMOKRASI%20dwi.pdf , diakses pada tanggal 29 Maret 2021
Masa demokrasi terpimpin (1960-1965) merupakan masa dimana
demokrasi dipahami dan dijalankan berdasar kebijakan pemimpin besar revolusi
dalam hal ini presiden Soekarno. Belajar dari kegagalan demokrasi parlementer
yang dianggap liberal maka presiden Soekarno mengajukan gagasan demokrasi
yang sesuai dengan kepribadian bangsa. Ciri yang muncul pada masa itu antara
lain:
a. Mengaburnya sistem kepartaian
b. Peranan DPR-GR sebagai lembaga legislatif dalam sistem politik
nasional menjadi sedemikian lemah.
c. Basic human right sangat lemah, dimana Soekarno dengan mudah
menyingkirkan lawan-lawan politiknya yang tidak sesuai dengan
kebijaksanaannya atau yang mempunyai keberanian untuk
menentangnya.
d. Masa puncak dari semangat anti kebebasan pers, dibuktikan dengan
pemberangusan harian Abdi dari Masyumi dan harian Pedoman dari
PSIN.
e. Sentralisasi kekuasaan semakin dominan dalam proses hubungan
pemerintah pusat dan daerah.
4. Apa makna keberadaan DPD dalam struktur ketatanegaraan RI? Jelaskan apa
makna keberadaan DPD dalam struktur ketatanegaraan RI?
Jawaban :
Dalam Pasal 222 menegaskan bahwa “DPD merupakan lembaga
perwakilan daerah yang berkedudukan sebagai lembaga negara. Hal ini apabila
dikaitkan dengan Pasal 67 dan Pasal 68 Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2009,
maka DPD dan DPR memiliki kedudukan yang sama sebagai lembaga negara,
sedangkan tingkat keterwakilan yang berbeda sebagai lembaga perwakilan,
dimana DPD merupakan lembaga perwakilan daerah, sedangkan DPR merupakan
lembaga perwakilan rakyat.
Kedudukan DPD sebagai lembaga negara berkaitan dengan makna
kedudukan dari suatu lembaga negara. Oleh Philipus M. Hadjon, yang
dimaksudkan dengan kedudukan lembaga negara, pertama kedudukan diartikan
sebagai posisi suatu lembaga negara dibandingkan dengan lembaga negara lain,
dan aspek kedua dari pengertian kedudukan lembaga negara adalah posisi suatu
lembaga negara didasarkan pada fungsi utamanya. Untuk itu, analisis dalam
penulisan ini menyangkut kedudukan DPD sebagai lembaga negara, yang
dikaitkan dengan pengertian lembaga negara baik dari aspek posisi DPD yang
dibandingkan dengan lembaga negara lainnya, terutama MPR. Selain itu pula,
kedudukan DPD yang berkaitan dengan fungsi utama dari DPD .
3
2012, Buku Modul Kuliah Kewarganegaraan, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia, hlm. 101-103, http://fathasafitry.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/57218/Buku-
Modul-Kuliah-Kewarganegaraan.pdf, diakses pada tanggal 29 Maret 2021
Untuk memahami kedudukan DPD sebagai lembaga perwakilan yang
bersifat bikameral atau tidak, maka dapat dilihat dari hubungan konstitusional
kedudukan DPD dengan MPR termasuk di dalamnya pula hubungan antara DPD
dengan DPR. Hubungan konstitusional antara kedudukan DPD dengan MPR dapat
dilihat dalam Pasal 2 ayat (1), Pasal 3 dan Pasal 8 ayat (2) dan ayat (3) UUD 1945.
Hubungan antara DPD dan MPR berdasarkan Pasal 2 ayat (1) merupakan
hubungan struktural dimana pengaturannya berkaitan dengan kedudukan anggota
DPD sebagai anggota MPR. Pengaturan ini memiliki makna konstitusional bahwa
DPD memiliki peran yang sama dengan DPR dalam melaksanakan wewenang
MPR. Berdasarkan Pasal 3 dan Pasal 8 ayat (2) dan ayat (3), serta Pasal 37
nampak adanya sinkronisasi antara DPD dan DPR dalam menjalankan wewenang
MPR.
Berdasarkan ketentuan yang mengatur kedudukan dan fungsi DPD,
memberikan perubahan terhadap sistem perwakilan dalam ketatanegaraan
Indonesia yang sebelumnya tidak menampakkan bentuk perwakilan yang
sebenarnya. Dengan kehadiran DPD tersebut, dalam sistem perwakilan Indonesia,
DPR didukung dan diperkuat oleh DPD. DPR merupakan lembaga perwakilan
berdasarkan aspirasi dan paham politik rakyat sebagai pemegang kedaulatan,
sedangkan DPD merupakan lembaga perwakilan penyalur keanekaragaman
aspirasi daerah. Keberadaan lembaga DPD merupakan upaya menampung prinsip
perwakilan daerah. Oleh Jimly Asshiddiqie, unsur anggota DPR didasarkan atas
prosedur perwakilan politik (political representation), sedangkan anggota DPD
yang merupakan cerminan dari prinsip regional representation dari tiap-tiap daerah
provinsi.4
4
Salmon E.M. Nirhua, 2011, Kedudukan dan Kewenangan Dewan Perwakilan Daerah dalam Sistem
Ketatanegaraan Indonesia, Jurnal Hukum No.4 Vol.18 hlm.590-593,
https://media.neliti.com/media/publications/84114-ID-kedudukan-dan-kewenangan-dewan-
perwakila.pdf , diakses pada tanggal 17 April 2021
5. Untuk maksud tersebut lakukan analisis implementasi dari kesepuluh pilar
demokrasi yg telah di bahas dalam berbagai bidang kehidupan politik, ekonomi,
sosial, budaya, dan pertahanan keamanan serta ihwal tingkat keberhasilanya.
Adakah kesenjangan antara yang normatif dengan praktiknya?
Jawaban :
A. Demokrasi berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa
Berikut adalah impelementasi dari Demokrasi berdasarkan Ketuhanan
Yang Maha Esa
Dalam Bidang Politik
a) Pemerintah menerima segala aspirasi rakyat dan segenap perilaku rakyat
demi mewujudkan cita-cita dan tujuan negara tanpa memandang latar
belakang yang berbeda khususnya keberagaman agama dan kepercayaan.
b) Menerima berbagai pendapat dan masukan yang diberikan oleh rakyat
yang mempunyai keberagaman agama dalam proses musyawarah untuk
mencapai mufakat tanpa menghilangkan prinsip Ketuhanan Yang Maha
Esa.
c) Dengan adanya prinsip demokrasi berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa
mampu menghindari sikap menghalang-halangi orang yang akan
berpartisipasi dalam kehidupan demokrasi.
Dalam Bidang Hukum
a) Dengan adanya prinsip demokrasi yang berdasarkan Ketuhanan Yang
Maha Esa mampu menanamkan nilai-nilai kesadaran hukum dan mentaati
hukum dalam kehidupan sehari-hari dilingkup keberagamaan agama
masyarakat.
b) Dengan adanya prinsip demokrasi yang berdasarkan Ketuhanan Yang
Maha Esa mewujudkan perlindungan hukum dan kepastisan hukum dalam
peradilan tanpa memandang latar belakang keberagamaan agama
masyarakat.
c) Dengan adanya prinsip demokrasi yang berdasarkan Ketuhanan Yang
Maha Esa mampu menghindari berbagai perbuatan main hakim sendiri
dan mengagung-agungkan agamanya sendiri.
Dalam Bidang Sosial Budaya
a) Dengan adanya prinsip demokrasi yang berdasarkan Ketuhanan Yang
Maha Esa mampu memberikan toleransi terhadap pelaksanaan adat-
istiadat diberbagai keberagaman agama.5
b) Dengan adanya prinsip demokrasi yang berdasarkan Ketuhanan Yang
Maha Esa mampu menimbulkan sikap menghormati keberagaman agama
5
Bahrul Ulum, 2014, Nilai-Nilai Demokrasi dalam pengangkatan Puun/Raja pada masyarakat Hukum
Adat Baduy, Malang: Universitas Brawijaya, hlm.11,
https://media.neliti.com/media/publications/34802-ID-nilai-nilai-demokrasi-dalam-pengangkatan-
puunraja-pada-masyarakat-hukum-adat-bad.pdf, diakses pada tanggal 17 April 2021
dalam hal pelaksanaan budayanya tanpa meninggalkan sikap saling
terbuka.
c) Dengan adanya prinsip demokrasi yang berdasarkan Ketuhanan Yang
Maha Esa mampu menimbulkan sikap ingin tahu dan belajar satu sama
lain terkait dengta budaya yang ada dalam keberagaman agama.
Sulisworo, Dwi., dkk, 2012. Bahan Ajar: Demokrasi. Universitas Ahmad Dahlan.
hlm.2-5. http://eprints.uad.ac.id/9437/1/DEMOKRASI%20dwi.pdf , diakses
pada tanggal 29 Maret 2021
Sulisworo, Dwi., dkk, 2012. Bahan Ajar: Demokrasi. Universitas Ahmad Dahlan.
hlm. 15-18. http://eprints.uad.ac.id/9437/1/DEMOKRASI%20dwi.pdf ,
diakses pada tanggal 29 Maret 2021