Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

PERKEMBANGAN SOSIAL SERTA PROBLEMATIKANYA


Disusun untuk memenuhi tugas
Mata Kuliah : Pengembangan Peserta Didik
Dosen Pengampu : Nugraheni Warih Utami, M.Pd

Disusun Oleh :
Kelompok 4
1. Andi Burhanudin (210241605654)
2. Dini Nurlaili Putri (210241605665)
3. Miftachul Ni’mah (210241605659)
4. Naufal Aiwa Syahputra (210241605651)
5. Sakinah Ailsa Malika (210241605675)
6. Yovika Indrisani (210241605655)
Offering B14

FAKULTAS SASTRA
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas rahmat yang Tuhan Yang Maha Esa anugerahkan kepada ktia sehingga
kesehatan badan, iman dan pikiran tercurahkan kepada kita melalui rahmat-Nya. Kesehatan
merupakan sesuatu yang paling berharga, Dimana menjaga kesehatan pribadi harus dimulai
dari menjaga kesehatan lingkungan di sekitar kita.

Terimakasih kami sampaikan kepada semua pihak yang telah ikut serta dalam pembuatan
makalah mata kuliah Perkembangan Peserta Didik yang berjudul “ Perkembangan Sosial
Serta Problematikanya” sehingga makalah ini dapat selesai tepat pada waktunya.

Makalah ini bertujuan untuk menyelesaikan tugas dari dosen kami Ibu Nugraheni Warih
Utami, M.Pd. dan menyebarluaskan ilmu yang telah kami rangkum ini kepada teman-teman
sekalian. Dengan adanya makala ini kami berharap teman-teman semua mampu memahami
lebih dalam tentang perkembangan sosial peserta didik .

Akhirnya kami menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya


kepada semua pihak yang sudah mendukung penyusunan makalah. Selanjutnya kami
menyadari ada kekurangan pada makalah ini. Oleh sebab itu, saran dan kritik senantiasa
diharapkan demi perbaikan karya kami sehingga akan menumbuhkan rasa syukur kami
kepada rahmat Tuhan Yang Maha Esa dalam hal perbaikan makalah ini ke depannya.

Malang, September 2021

Kelompok 4

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................1

DAFTAR ISI.............................................................................................................................2

BAB 1 PENDAHULUAN........................................................................................................3

A. Latar Belakang Masalah..............................................................................................3

B. Rumusan Masalah.........................................................................................................4

C. Tujuan Masalah............................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................4

A. Hakikat Perkembangan Sosial Peserta Didik.............................................................5

B. Tahapan Perkembangan Sosial Peserta Didik...........................................................6

C. Karakteristik Perkembangan Sosial Peserta Didik...................................................8

D. Faktor Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Sosial Peserta Didik...........11

E. Problematika Perkembangan Sosial Peserta Didik.................................................15

F. Implikasi Perkembangan Sosial Peserta Didik dalam Pendidikan........................18

BAB III PENUTUP................................................................................................................20

A. Kesimpulan..................................................................................................................20

B. Saran.............................................................................................................................21

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................22

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Secara etimologi peserta didik adalah anak didik yang mendapat pengajaran
ilmu. Secara terminologi peserta didik adalah anak didik atau individu yang mengalami
perubahan, perkembangan sehingga masih memerlukan bimbingan dan arahan dalam
membentuk kepribadian serta sebagai bagian dari struktural proses pendidikan. Dengan
kata lain peserta didik adalah seorang individu yang tengah mengalami fase
perkembangan atau pertumbuhan baik dari segi fisik dan mental maupun fikiran.

Perkembangan adalah perubahan kecakapan , kematangan fisik, emosi dan


pikiran menuju dewasa. Pertumbuhan manusia akan berhenti saat dewasa, namun
perkembangan emosi , sosial dan pikiran akan terus berkembang.

Pada awal manusia dilahirkan belum bersifat sosial, dalam artian belum
memiliki kemampuan dalam berinteraksi dengan orang lain. Kemampuan sosial anak
diperoleh dari berbagai kesempatan dan pengalaman bergaul dengan orang-orang
dilingkungannya.

Perkembangan sosial sebagai suatu proses yang dijalani individu yang sejak
lahir sudah memiliki bermacam-macam potensi, diarahkan untuk mengembangkan
tingkah laku sosial yang dalam pengertian lebih sempit diartikan sebagai tingkah laku
yang sesuai dengan kebiasaan yang dapat diterima sesuai dengan standar yang berlaku
dalam suatu kelompok tertentu. Pola tingkah laku sosial terbentuk selama tahun-tahun
awal yang akan berpengaruh terhadap pola tingkah laku sosial individu di masa-masa
berikutnya. Anak kurang sosialisasi dapat disebabkan oleh perubahan fisik yang juga
berpengaruh terhadap tingkah laku anak. Di samping itu juga dapat dipengaruhi oleh
faktor lingkungan berupa perubahan perlakuan orang dewasa terhadap anak.

Kebutuhan berinteraksi dengan orang lain telah dirasakan sejak usia enam
bulan, disaat itu mereka telah mampu mengenal manusia lain, terutama ibu dan anggota
keluarganya. Anak mulai mampu membedakan arti senyum dan perilaku sosial lain,

3
seperti marah (tidak senang mendengar suara keras) dan kasih sayang. Perkembangan
sosial akan terus berlanjut sepanjang kehidupan manusia.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah diatas dapat diperoleh rumusan masalah sebagai berikut :

1. Apa definisi perkembangan sosial peserta didik?


2. Bagaimana teori perkembangan sosial ( Tahapan Perkembangan Psikososial
Ericson)?
3. Bagaimana karakteristik perkembangan sosial peserta didik?
4. Apa saja faktor faktor yang mempengaruhi perkembangan sosial peserta
didik?
5. Apa problematika perkembangan sosial peserta didik?

6. Bagaimana implikasi perkembangan sosial peserta didik dalam pendidikan?

C. Tujuan Masalah

Dari rumusan masalah diatas dapat diperoleh tujuan masalah sebagai berikut:

1. Mendeskripsikan definisi perkembangan sosial peserta didik.


2. Mendeskripsikan teori perkembangan sosial ( Tahapan Perkembangan
Psikososial Ericson).
3. Mendeskripsikan karakteristik perkembangan sosial peserta didik.
4. Mendeskripsikan faktor faktor yang mempengaruhi perkembangan sosial
peserta didik.
5. Mendeskripsikan problematika perkembangan sosial peserta didik.

6. Mendeskripsikan implikasi perkembangan sosial peserta didik dalam


pendidikan.

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Hakikat Perkembangan Sosial Peserta Didik

1. Definisi Perkembangan Sosial Peserta Didik


Perkembangan sosial adalah perkembangan perilaku anak dalam
menyesuaikan diri dengan aturan-aturan masyarakat dimana anak itu berada.
Perkembangan sosial diperoleh anak melalui kematangan dan kesempatan
belajar dari berbagai respons terhadap dirinya. Perkembangan sosial
merupakan proses pembentukan social self (pribadi dalam masyarakat), yakni
pribadi dalam keluarga, budaya, bangsa, dan seterusnya.

Syamsu Yusuf (2007)  menyatakan bahwa Perkembangan sosial


merupakan pencapaian kematangan dalam hubungan sosial. Perkembangan
sosial dapat pula diartikan sebagai proses belajar untuk menyesuaikan diri
terhadap norma-norma kelompok, moral dan tradisi meleburkan diri menjadi
satu kesatuan dan saling berkomunikasi dan kerja sama. Pada awal manusia
dilahirkan belum bersifat sosial, dalam artian belum memiliki kemampuan
dalam berinteraksi dengan orang lain. Kemampuan sosial anak diperoleh dari
berbagai kesempatan dan pengalaman bergaul dengan orang-orang
dilingkungannya.

Sunarto dan Hartono (1999) menyatakan bahwa: Hubungan sosial


(sosialisasi) merupakan hubungan antar manusia yang saling
membutuhkan. Hubungan sosial mulai dari tingkat sederhana dan terbatas,
yang didasari oleh kebutuhan yang sederhana. Semakin dewasa dan bertambah
umur, kebutuhan manusia menjadi kompleks dan dengan demikian tingkat
hubungan sosial juga berkembang amat kompleks.

Dapat dipahami bahwa perkembangan sosial adalah perkembangan


yang menuntut suatu individu agar dapat berkembang dengan bersosial
atau bermasyarakat dan mampu beradaptasi pada lingkungan masyarakat
dengan mengikuti aturan-aturan dalam masyarakat tersebut. Perkembangan
sosial juga pembentukan diri pribadi dalam lingkungan sosial yang dari

5
lingkungan yang kecil dari keluarga hingga ke lingkungan masyarakat yang
lebih luas seperti lingkungan budaya dan bangsa.

2. Pentingnya Mempelajari Perkembangan Sosial Peserta Didik

Masa anak usia dini merupakan salah satu periode yang sangat penting,
karena priode ini merupakan tahap perkembangan kritis. Pada masa inilah
kepribadian seorang anak akan terbentuk. Pengalaman yang terjadi pada masa
ini cenderung bertahan dan mempengaruhi sikap anak sepanjang hidupnya.

Perkembangan sosial anak akan sangat membantu tumbuh kembang si


kecil agar ia kelak menjadi pribadi yang bertanggung jawab.
Penelitian menunjukkan perkembangan sosial anak yang diajarkan sejak dini
berkorelasi dengan kesuksesannya ketika anak mencapai usia 25 tahun

Sebagai calon guru hendaknya memiliki pengetahuan mengenai


perkembangan sosial peserta didik, karena nantinya calon guru akan berperan
dalam pembentukan karakter anak. Calon guru harus memahami dan peka
terhadap masalah yang dihadapi peserta didik. Guru juga ditekankan untuk
memahami pada usia berapa peserta didik mampu berfikir abstrak. Selain itu
calon guru harus mampu memahami setiap tingkah laku peserta baik dari segi
positif maupun negatif dan mampu memahami setiap kondisi psikologi dan
psikososial peserta didik.  Hal ini perlu diperhatikan karena akan berpengaruh
terhadap proses belajarnya nanti.

B. Tahapan Perkembangan Sosial Peserta Didik

Setiap peserta didik mempunyai tahapan perkembangan dalam segala aspek


perkembangannya, begitu pula pada bidang sosialnya. Perkembangan tersebut
didasarkan pada tahapan usia dari masing-masing peserta didik. Erik Erikson
adalah seorang ahli psikologi yang lahir pada tahun 1902 di Jerman. Nama Erik
menjadi dikenal banyak orang setelah dia mengemukakan teorinya tentang tahap
perkembangan psikososial seorang manusia dari lahir hingga tua. Teori ini diterima
banyak psikolog lainnya karena dianggap sangat menggambarkan perkembangan
psikososial seseorang. Erikson menjabarkan tahapan psikososial dibagi menjadi:

6
a. Fase Bayi (0-18 bulan)
Tahap pertama teori perkembangan psikososial adalah yang paling penting
bagi kehidupan manusia. Pada fase ini, konflik akan berpusat pada percaya vs
curiga atau “trust vs mistrust”. Artinya, peran orang di sekitarnya sebagai
pengasuh sangatlah krusial. Aktivitas utama yang dilakukan pada fase ini
adalah ketergantungan pada ibu dan mengekspresikan rasa frustasinya. Selain
itu pada fase ini, bayi tersebut seringkali merasa takut pada lingkungan sekitar
terutama yang tidak dikenalnya dengan baik.
b. Fase Kanak Kanak (18 bulan-3 tahun)
Krisis utama pada fase ini adalah Otonom vs Malu-malu atau “autonomy vs
shame and doubt” , dimana fase ini banyak menentukan rasa percaya diri dari
sang anak saat beranjak dewasa nanti. Pada fase ini, sosok yang paling
berperan penting adalah kedua orangtua atau sosok yang dianggap orang tua.
Aktivitas pada masa ini seperti bicara, berjalan, dan mulai belajar menunda
kesenangan.
c. Fase Awal Anak Kecil (3-5 tahun) / Pra Sekolah
Krisis emosi yang paling dirasakan pada fase ini adalah Inisiatif vs Rasa
bersalah atau  “initiative vs guilt” , disinilah sang anak belajar banyak
mengenai apa yang boleh dan tidak boleh serta mencoba untuk mengerjakan
segala sesuatu sendiri. Pada fase ini peran keluarga sangat berperan besar
dalam pertumbuhan anak. Aktivitas atau perilaku utama yang menonjol pada
fase ini adalah bertambahnya kosakata yang dikuasai dan mulai melakukan
interaksi dengan kelompok sebaya. 
d. Fase Anak Kecil (5-13 tahun) / sekolah
Pada fase ini, krisis utama yang dialami adalah rasa Percaya diri vs Rendah
Diri atau  “industry vs inferiority” terutama ketika berada dalam kelompok
sebaya. Hal ini juga didasari oleh fakta bahwa pihak yang sangat berperan
adalah sekolah dan tetangga, dimana komunitas anak tersebut sudah meluas
dan tidak terbatas pada anggota keluarga lagi. Pada fase ini anak lebih aktif
pada aktivitas fisik yang lebih kompetitif seperti aktivitas olahraga dan
bermain game.
e. Fase Remaja (13-21 tahun)

7
Fase ini adalah fase paling banyak menghabiskan tenaga bagi orang tua karena
pada saat ini krisis utama yang dihadapi adalah Identitas vs  Kekacauan Peran,
atau “ Identity vs Role confusion”dimana mereka sedang berusaha mencari jati
diri dan memiliki emosi yang tidak stabil. Sosok yang berperan pada fase ini
adalah kelompok dan model kepemimpinan, sehingga di fase ini sang anak
akan mudah terbawa emosi kelompok. Jati diri ini berkaitan dengan
kepercayaan, konsep ideal, dan nilai yang membentuk karakter seseorang.
f. Fase Dewasa awal (21-40 tahun)
Setelah melewati fase remaja seseorang menuju ke fase dewasa dimana
memiliki emosi yang lebih stabil. Pada fase ini ada krisis yang dialami
yaitu Keintiman vs Isolasi atau “ Intimacy vs Isolation” dimana pada fase ini
orang tersebut sedang berusaha mencari pasangan atau justru menjauhkan
dirinya dari berbagai macam hubungan, semuanya tergantung dari berbagai
pengalaman yang dialaminya. Hasil akhir dari fase ini adalah Love.
g. Fase Dewasa Madya (40-60 tahun)
Di fase ini seseorang memiliki krisis utama Peduli dan Pemandu Keturunan vs
Stagnansi atau “generativity vs stagnation”.dimana orang tersebut cenderung
suka berbagi pengalaman dan ilmu, serta ingin meninggalkan suatu warisan.
Namun demikian adanya kemungkinan seseorang justru merasa tidak berguna
karena pernah mengalami kegagalan besar di hidupnya. Fase ini keluarga
kembali menjadi peran penting,selain itu institusi atau rekan juga memiliki
pengaruh besar. Akhir dari fase ini adalah kepedulian.
h. Fase Dewasa Akhir (60- meninggal) / Lansia
Akhirnya tibalah kita pada fase akhir kehidupan manusia yaitu fase lansia
dimana krisis utama yang dialami pada fase ini adalah Integritas vs Putus Asa
atau Integrity vs Despair. Rasa integritas cenderung muncul karena adanya
rasa tanggung jawab yang besar akan peran yang didapatnya selama masa
muda sedangkan seringkali rasa putus asa ini muncul karena perasaan kecewa
atas ketidak berhasilan yang pernah dialaminya. Pada fase ini, sosok yang
berpengaruh adalah siapapun yang dapat membuat dirinya merasa
berguna.Hasil akhir dari fase ini adalah kebijaksanaan atau wisdom.

8
C. Karakteristik Perkembangan Sosial Peserta Didik

Perkembangan sosial peserta didik merupakan kemampuan peserta didik untuk


menyesuaikan diri terhadap norma-norma dan tradisi yang berlaku pada kelompok
atau masyarakat, kemampuan untuk saling berkomunikasi dan kerja sama.
Perkembangan sosial peserta didik dapat diketahui/dilihat dari tingkatan
kemampuannya dalam berinteraksi dengan orang lain dan menjadi masyarakat di
lingkungannya.
● Karakteristik perkembangan sosial pada anak-anak, antara lain :
a. Kecenderungan memilih teman dengan kelamin yang sejenis dalam
permainan atau interaksi sehari-hari.
b. Agresivitas yang dimiliki anak-anak cenderung lebih meningkat.
c. Memiliki kecenderungan untuk bergabung dalam kelompok.
d. Memiliki kecenderungan untuk terlibat dengan kegiatan yang dilakukan
oleh orang dewasa.
e. Pada hubungan teman sebaya menunjukkan rasa kesetiakawanan.
Karakteristik khas perkembangan sosial pada masa anak-anak
menunjukkan bahwa anak mulai memperluas jaringan wilayah belajar di
luar lingkungan keluarga. Hubungan pertemanan dengan teman sebaya
merupakan hubungan yang penting dan melibatkan keterikatan satu sama
lain dalam sebuah kelompok.
● Karakteristik perkembangan sosial pada remaja ditunjukkan dengan ciri
sebagai berikut:
a. Remaja mulai memahami adanya norma dan aturan yang ada di
masyarakat yang harus dipatuhi dan diikuti sebagai bagian dari
masyarakat.
b. Remaja mulai menunjukkan kemampuan intelektual dan emosional
dalam hubungan sosial.
c. Remaja juga terlibat dalam kelompok sebaya yang terbentuk sesuai
dengan kondisi diri, kesamaan hobi, dan orientasi pertemanan yang
dibentuknya.
d. Remaja mulai mencari dan berusaha menemukan jati diri

dari proses hubungan sosial yang dijalinnya.

9
Karakteristik perkembangan sosial remaja menunjukkan proses pergeseran ciri
dari masa anak-anak dimana remaja menjadikan kelompok sosial dan hubungan

dengan teman sebaya untuk menemukan jati diri mereka.


● Karakteristik dalam perkembangan sosial masa dewasa antara lain :
a. Individu mulai memiliki kestabilan dalam menjalin hubungan rumah
tangga berdasarkan cinta dan kasih sayang yang dipupuk selama
bertahun-tahun pada dewasa
awal.
b. Jalinan hubungan yang lebih intim dengan sahabat dekat, kerabat dan
saudara lebih meningkat pada masa dewasa madya .
c. Pada masa dewasa madya terjadi sindrom sarang kosong yang
diakibatkan dari anak-anak yang sudah mulai dewasa dan meninggalkan
para orangtua untuk bekerja

atau mengikuti pasangan.


d. Pada masa dewasa akhir terjadi kondisi yang amat penting dalam
kehidupan diakhir hayatnya yakni ketergantungan terhadap keluarga dan
hubungan dengan cucu.
Pada perkembangan sosial diidentifikasi karakteristik anak dalam
perkembangan sosial yakni: anak yang sosial, anak yang suka hidup
berkelompok, anak yang non sosial, anak yang tidak sosial (unsocial)
serta anak yang anti sosial.
Adapun jabaran tentang karakteristik anak dalam perkembangan sosial
sebagai berikut:
a. Anak yang sosial
Anak yang sosial merupakan anak yang mampu menyesuaikan diri dengan
kehidupan masyarakat dan orang lain dalam hubungan sosial. Anak yang
sosial atau seringkali disebut anak yang prososial. Prososial didefinisikan
sebagai sebuah sikap yang cenderung memberikan kontribusi baik fisik
maupun psikis untuk kesejahteraan orang lain. Contohnya seperti suka

menolong orang lain, saling berbagi, bekerjasama, dan bertindak jujur.

b. Anak yang suka hidup berkelompok


Di dalam perkembangan sosial terdapat identifikasi jenis individu yang lebih

10
senang hidup secara berkelompok serta ada pula yang senang hidup secara
individu. secara khusus individu yang lebih cenderung senang hidup
berkelompok memiliki ciri kepribadian ekstrovert. Individu yang memiliki
kecenderungan kepribadian extrovert memiliki ciri yang lebih senang bertemu
dengan orang baru, senang hidup dalam berkelompok, mudah diajak

bekerjasama, serta cenderung memiliki banyak teman.

c. Anak yang non sosial


Anak yang non sosial merupakan anak yang tidak mampu untuk memenuhi
proses sosial yang diharapkan. Individu tidak mengetahui apa yang diharapkan
oleh kelompok sosial sehingga dirinya berperilaku yang tidak sesuai dengan
harapan lingkungan sosialnya, individu juga tidak mampu memainkan peran
sosialnya di masyarakat, serta tidak mampu mengembangkan sikap sosial

untuk melibatkan diri di masyarakat.

d. Anak yang tidak sosial (unsocial)


Anak yang tidak sosial atau unsocial merupakan ciri anak yang cenderung
menarik diri dari kegiatan sosial. Anak dengan tipe seperti ini cenderung
menjauhkan diri dari keterlibatan dunia luar yang mengganggu ketenangan
dirinya. Bahkan dalam kasus yang lebih ekstrim anak yang memiliki sikap ini
cenderung kasar jika dipaksa untuk terlibat dengan hubungan sosial yang lebih

luas.

e. Anak yang anti sosial.


Anak yang anti sosial diidentifikasi sebagai anak yang
memiliki sikap melawan kebiasaan masyarakat dan
masyarakat umum. Nevid, dkk (2005) menjelaskan bahwa perilaku antisosial
merupakan sikap yang tidak bertanggung jawab dan muncul karena kurangnya
rasa penyesalan atau bersalah dari dalam diri individu
tersebut. Contoh perilaku antisosial yang seringkali terjadi seperti mabuk-
mabukan, berkelahi atau tawuran, vandalism serta mengebut di jalan umum.
D. Faktor Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Sosial Peserta Didik

Para ahli yang beraliran “Nativisme” berpendapat bahwa perkembangan


individu semata mata ditentukan oleh unsur pembawaan. Jadi perkembangan individu

11
semata-mata tergantung kepada faktor dasar/pembawaan, berbeda dengan aliran
Nativisme, para ahli yang mengikuti aliran “Empirisme” berpendapat bahwa
perkembangan individu itu sepenuhnya ditentukan oleh faktor lingkungan/pendidikan,
Sedangkan faktor dasar/pembawaan tidak berpengaruh sama sekali. Aliran
empririsme ini menjadikan faktor lingkungan/pembawaan maha kuasa dalam
menentukan perkembangan seseorang individu, tetapi menurut aliran Konvergensi,
perkembangan individu itu sebenarnya ditentukan oleh kedua kekuatan tersebut. Baik
faktor dasar/pembawaan maupun faktor lingkungan/pendidikan keduanya secara
convergent akan menentukan/mewujudkan perkembangan seseorang individu.

Menurut Elizabeth B. Hurlock, baik faktor kondisi internal maupun faktor


kondisi eksternal akan dapat mempengaruhi tempo/kecepatan dan sifat atau kualitas
perkembangan seseorang.

1. Faktor Internal
Adalah faktor bawaan dalam perkembangan sosial anak yang meliputi
kemapuan dari orang tuanya sejak lahir seperti kemampuan berfikir ,
keadaan fisik, dan emosi seperti :
a) Faktor intelligensi
Intellegensi merupakan faktor yang terpenting. Kecerdasan yang
tinggi disertai oleh perkembangan yang cepat, sebaliknya jika
kecerdasan rendah, maka anak akan terbelakang dalam pertumbuhan
dan perkembangan. Berdasarkan penelitian Terman LM (Genetic
studies of Genius) dan Mead TD (The age of walking and talking in
relation to general intelligence) telah dibuktikan adanya pengaruh
intellegensi terhadap tempo perkembangan anak terutama dalam
perkembangan berjalan dan berbicara.
b) Faktor fisiologis
Faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik individu, faktor ini
dibagi jadi dua yaitu keadaan tonus jasmani dan keadaan fungsi
jasmani:
- Tonus jasmani
Keadaan dimana perbedaan porsi tubuh. Seperti tinggi kurus,
tinggi gemuk, pendek kurus, pendek gemuk. Hal ini sangat
berpengaruh pada fisiologis siswa itu sendiri

12
- Fungsi jasmani
Keadaan dimana dalam hal penyakit , orang yang terkena
penyakit dalam yang parah dengan siswa yang terkena penyakit
ringan akan berpengaruh pada fisiologis siswa tersebut.
c) Faktor psikologis
Dalam hal kejiwaan, kapasitas Mental, Emosi, dan Intelegensi setiap
orang itu berbeda. Kemampuan berpikir mempengaruhi banyak hal,
seperti kemampuan belajar, memecahkan masalah, dan berbahasa.
Anak yang berkemampuan intelektual tinggi akan berkemampuan
berbahasa secara baik, dan pengendalian emosi yang seimbang,
berbeda dengan anak yang mempunyai daya intelektual kurang,
mereka selalu tampak murung, pendiam, mudah tersinggung karenanya
suka menyendiri, tingkat kecerdasan yang lambat dan temperamen
2. Faktor Eksternal

a) Faktor lingkungan keluarga


Keluarga merupakan lingkungan pertama yang memberikan pengaruh
terhadap berbagai aspek perkembangan anak, termasuk perkembangan
sosialnya. Kondisi dan tata cara kehidupan keluarga merupakan
lingkungan yang kondusif bagi sosialisasi anak. Di dalam keluarga berlaku
norma-norma kehidupan keluarga, dan dengan demikian pada dasarnya
keluarga merekayasa perilaku kehidupan anak. Proses pendidikan yang
bertujuan mengembangkan kepribadian anak lebih banyak ditentukan oleh
keluarga. Pola pergaulan dan bagaimana norma dalam menempatkan diri
terhadap lingkungan yang lebih luas ditetapkan dan diarahkan oleh
keluarga (Gerungan, 1998). Kondisi kehidupan pada keluarga juga
merupakan lingkungan yang kondusif bagi sosialisasi anak. Artinya
kehidupan budaya seorang anak diawali dari kehidupan keluarganya
karena proses mendidik perkembangan pribadi seorang anak lebih
ditentukan oleh lingkungan keluarga, antara lain:
1) Status sosial ekonomi keluarga
Menurut Gerungan (1991: 181) mengemukakan peranan status sosial
ekonomi keluarga terhadap perkembangan anak, yaitu: Status sosial
ekonomi keluarga tentulah mempunyai peranan terhadap

13
perkembangan anak-anak, bahwa dengan adanya perekonomian yang
cukup, lingkungan material yang dihadapi anak di dalam keluarganya
lebih luas, akan mendapat kesempatan yang lebih luas untuk
mengembangkan berbagai macam kecakapan yang tidak dapat
berkembang apabila tidak ada alat-alatnya. Anak akan dengan mudah
mengikuti proses belajar pada saat di sekolah, karena semua sarana dan
prasarana pendukung dari proses pembelajaran dapat terpenuhi oleh
orang tuanya. Sebaliknya, ketika status sosial ekonomi keluarga rendah
maka anak akan mengalami kesulitan dalam mengikuti proses
pembelajaran di sekolah, karena sarana dan prasarana.
2) Hubungan orang tua (keutuhan keluarga)
Lingkungan sosial anak baik itu interaksi antara amak dengan orang
tuanya, dukungan orang tua dan lingkungan rumah yang bagus atau
baik akan mampu meningkatkan perkembangan peserta didik.
Sebaliknya anak yang mempunyai lingkungan sosial keluarga yang
tidak baik akan cenderung memiliki perkembangan peserta didik yang
lambat. Hal ini dikarenakan dalam kegiatan belajar sangat dipengaruhi
oleh lingkungan sosial keluarga. Ketegangan keluarga, sifat-sifat orang
tua, pengelolaan keluarga, semuanya dapat memberi dampak terhadap
perkembangan anak. Hubungan antara anggota keluarga, orang tua,
anak, kakak, atau adik yang harmonis akan membantu anak melakukan
aktivitas belajar yang baik. Sehingga dapat dikatakan lingkungan sosial
keluarga anak atau latar belakang sosial anak mempengaruhi aktivitas
belajar anak yang berdampak pada perkembangan peserta didik pada
anak.
Bagaimana peran orang tua terhadap peserta didik juga sangat
berpengaruh seperti mendorong dan memotivasi anak dalam belajar
dan berkembang, mengembangkan minat yang ada pada diri anak, dan
mencontohkan kemampuan bagaimana berhubungan sosial yang baik
pada anak.
b) Faktor luar lingkungan keluarga
1) lingkungan sekolah
lingkungan sekolah merupakan lingkungan pendidikan formal yang
mempunyai peran penting dalam perkembangan peserta didik,

14
mencerdaskan dan membimbing moral perilaku anak. Lingkungan
sekolah digolongkan sebagai pusat pendidikan kedua setelah keluarga,
sehingga mempunyai fungsi melanjutkan pendidikan keluarga dengan
guru sebagai ganti orang tua yang harus ditaati. Lingkungan sekolah
meliputi hubungan guru dengan anak, hubungan anak dengan anak,
serta sarana dan prasarana pendidikan yang ada di sekolah. Demi
melangsungkan kondisi belajar yang lancar, maka perlu didukung pula
dengan kondisi sekolah yang aman, nyaman dan tenang.
2) lingkungan masyarakat
Bagaimana peserta didik dapat berbaur terhadap individu lain,
merupakan salah satu bentuk faktor perkembangan peserta didik di
Lingkungan masyarakat. Bagi seorang anak yang ingin mendapatkan
pendidikan, baik pendidikan cara menyelesaikan masalah, tingkah laku
maupun moral sehingga akan menjadikan anak tersebut cerdas,
terampil dan berbudi pekerti luhur. Lingkungan masyarakat menurut
Purwanto (2000: 61) adalah “manusia-manusia lain di sekitar individu,
yang mempengaruhi individu yang bersangkutan”. Masyarakat
merupakan lembaga pendidikan yang mempunyai sifat dan fungsi
keanekaragaman budaya, bentuk kehidupan sosial serta adanya norma-
norma yang berlaku dalam masyarakat. Untuk itu suasana lingkungan
sosial yang kondusif akan mempengaruhi perkembangan pesertia didik
dan berdampak positif terhadap proses sosialisasi anak pada
lingkungan masyarakat.
E. Problematika Perkembangan Sosial Peserta Didik

Problematika perkembangan sosial peserta didik adalah masalah-masalah yang


dialami peserta didik yang diakibatkan oleh ketidakmampuan individu dalam
mencapai tugas perkembangan sosial sesuai dengan tahapan usianya. Menurut
Nugraha (2005), problematika perkembangan sosial adalah sebagai berikut :

1. Maladjustment

Maladjustment merupakan kondisi dimana individu tidak mampu


menyesuaikan diri. Individu yang tidak mampu menyesuaikan dirinya dan

15
lingkungan akan mengalami masalah penyesuaian diri atau disebut dengan
maladjustment.

2. Memiliki egosentrisme yang berlebihan

Individu yang memiliki egosentrisme yang berlebihan akan mengalami


masalah terhadap hubungan sosial dengan lingkungannya. Individu dengan
egosentrisme yang berlebihan akan mementingkan dan berupaya menjadikan
dirinya poin utama dalam sebuah hubungan. Kondisi ini tentu akan menjadi
masalah bagi individu itu sendiri maupun orang lain sebagai pihak yang
berhubungan dengan individu tersebut.

3. Memiliki perilaku agresif

Perilaku agresif merupakan perilaku yang dapat mengganggu perkembangan


sosial individu. Dalam hubungan sosial, agresivitas merupakan perilaku yang
membuat orang lain tidak nyaman dengan perilaku keras dan frontal yang
dilakukan oleh individu.

4. Memiliki sikap negatif

Sikap negatif yang dimiliki individu terwujud dalam berbagai macam dengan
identifikasi sikap yang mengganggu orang lain. Contoh sikap negatif yang
ditunjukkan orang dalam hubungan sosial adalah seperti bersikap tidak sopan,
tidak berempati dengan orang lain, dan sebagainya.

Lalu problematika perkembangan peserta didik lainnya adalah berasal dari


pendidikan sosial, beberapa contoh permasalahan perkembangan sosial peserta didik
di masyarakat adalah :

1. Masalah perkelahian
tawuran antar peserta didik yang sering terjadi di dunia pendidikan zaman
sekarang. Biasanya tawuran di sebabakan karena adanya konflik tertentu yang
menyebabkan kesenjangan di antara mereka.
2. Masalah narkoba
Narkoba yang semakin merajalela di kalangan pelajar sehingga banyak pelajar

16
yang terlibat kasus penyalahgunaan narkoba. Hal ini perlu diwaspadai
orangtua karena hal ini bisa dipicu oleh pergaulan anak yang salah.
3. Rokok dan Miras
Merokok dan minuman beralkohol merupakan salah satu masalah remaja yang
cukup mengkhawatirkan. Anda mungkin pernah menjumpai remaja yang
merokok, atau pernah membaca berita mengenai pesta miras yang dilakukan
oleh remaja. Rokok dan alkohol bisa berdampak serius pada kesehatan remaja.
4. Perilaku bullying
merupakan permasalahan remaja yang marak terjadi. Tidak sedikit anak remaja
yang mendapat ejekan, intimidasi, ancaman, hingga kekerasan dari para pelaku
bullying, terutama di sekolah. Masalah remaja ini bisa membuat mereka merasa
tertekan, stres, atau bahkan depresi. Di era digital ini, cyberbullying
(perundungan di dunia maya) juga harus menjadi perhatian orangtua. Para
pelaku bullying dapat mengolok-olok, menyebarkan kebohongan, mengucilkan
anak Anda, atau menghasut orang lain untuk menjauhinya melalui berbagai
platform media sosial
5. Geng pelajar sekolah yang bersifat negatif.
geng anak anak nakal di sekolah yang biasanya berdampak negatif bagi siswa
lain ,seperti geng nakal tersebut biasanya sering memalaki dan menggangu
siswa lainnya bahkan bullying.
6. Masalah akademis
Tidak sedikit anak remaja yang merasa kesulitan untuk mengikuti pelajaran,
sering mendapat nilai jelek, prestasi menurun, tidak betah di sekolah, hingga
melakukan bolos sekolah.Belum lagi tekanan dari orangtua yang menuntut
anak remajanya untuk berprestasi, seperti selalu mendapat ranking 1 atau
diterima di sekolah favorit. Tidak sedikit juga anak-anak yang putus sekolah di
usia remaja.
7. Depresi

Depresi menjadi salah satu masalah terbesar yang dihadapi remaja. Analisis
dari Pew Research Centre melaporkan bahwa tingkat depresi di kalangan
remaja mengalami peningkatan ..Depresi pada remaja utamanya bersumber dari
rasa tertekan yang menuntut mereka untuk mendapat nilai bagus, masalah

17
dalam keluarga, atau ketidakbahagiaan dengan kehidupan yang dimiliki. Hal ini
bisa berujung pada menyakiti diri sendiri bahkan bunuh diri.

Selanjutnya adalah masalah-masalah yang muncul dari perkembangan


emosional sosial negatif peserta didik seperti marah, cemas, rasa malu, sedih,
cemburu, iri, dan takut.

F. Implikasi Perkembangan Sosial Peserta Didik dalam Pendidikan

Implikasi perkembangan peserta didik dalam pendidikan berkaitan dengan


pencapaian tugas-tugas perkembangan individu sebagai berikut:
a. Pada masa anak-anak hubungan teman sebaya memiliki peranan yang
penting sehingga membantu anak-anak dalam mencapai kebahagiaan.
Dengan kondisi ini maka proses pendidikan dapat menggunakan
pendekatan kelompok dalam membantu peserta didik mengembangkan
berbagai aspek dalam diri individu salah satunya dalam aspek belajar
(Budiamin, dkk dalam Yusuf, 2006). Pendekatan kelompok akan
memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk dapat mengembangkan
diri dan hubungan sosial yang baik dalam proses pembelajaran.
b. Proses pembelajaran dapat dikembangkan dengan model bermain peran
untuk membantu peserta didik menyadari dan menghayati pengalaman
yang dipelajari di sekolah (Budiamin, dkk dalam Yusuf, 2006).
Contohnya mengajak siswa melakukan simulasi berupa drama dengan
cerita kehidupan yang dekat anak-anak disekolah. Tema-tema yang
diangkat bisa berupa komunikasi dengan teman sebaya, menghormati
antar sesama, bekerjasama dan lain sebagainya.
c. Tugas perkembangan remaja perlu diperhatikan dengan memberikan
layanan bimbingan dan konseling pada peserta didik (Ardi, dkk., 2012).
Layanan bimbingan dan konseling yang dapat diberikan untuk
mengembangkan aspek perkembangan sosial antara lain layanan
bimbingan dengan teknik sosiodrama, permainan simulasi, permaianan
kelompok, problem solving dan lainnya.Tema yang dapat dikembangkan
antara lain keterampilan perilaku prososial, mencegah bulliying,

18
mengembangkan
sikap altruistik dalam hubungan sosial, dan lain sebagainya.
d. Optimalisasi program sekolah yang mendorong perkembangan sosial
siswa salah satunya dengan pengembangan model pembelajaran joyfull
learning (Astuti, 2013). Pembelajaran joyfull learning merupakan
pembelajaran yang lebih berfokus pada siswa dengan desain
pembelajaran yang menyenangkan. Pembelajaran ini memfasilitasi siswa
dalam mengembangkan kemandirian belajar dan keterampilan sosial.
Contohnya siswa diberikan proyek secara berkelompok yang dapat
merangsang pemahaman konsep tertentu melalui pengalaman langsung
bersama kelompok.
e. Guru perlu memperhatikan posisi tempat duduk siswa, memberikan
perhatian yang sama kepada seluruh siswa, dan memberikan bimbingan
pada siswa untuk mencapai perkembangan sosial secara menyeluruh
(Assingkily & Hardiyati, 2019). Peran guru dalam perkembangan sosial
siswa khususnya di sekolah sangat penting dengan
memperhatikan hal-hal detail yang berpengaruh dalam perkembangan
sosial.
f. Perhatian akan perkembangan sosial siswa di sekolah juga perlu
diperhatikan terkait dengan perundungan yang riskan terjadi. Guru dan
seluruh pihak sekolah perlu melakukan pemahaman atau identifikasi
siswa yang kemungkinan menjadi korban atau pelaku perundungan dalam

kelompok sosial mereka di sekolah.


g. Pola interaksi dan komunikasi yang dijalin akan membantu anak untuk
memahami dirinya dan memahami orang lain. Kebutuhan ini dapat
didukung dengan aktivitas kegiatan disekolah yang memberikan ruang
bagi siswa untuk mampumengembangkan dirinya secara lebih luas.
Aktivitas yang dikembangkan seperti aktivitas pengembangan diri sesuai
dengan bakat dan minat siswa.
h. Pemahaman kehidupan dalam keberagaman baik suku maupun agama
perlu diperhatikan oleh pihak sekolah. Siswa perlu mengembangkan
sikap toleransi antar sesama agar dapat hidup rukun dan damai.

19
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pembahasan ini, dapat disimpulkan bahwa perkembangan sosial adalah


perkembangan perilaku anak dalam menyesuaikan diri dengan aturan-aturan
masyarakat dimana anak itu berada. Perkembangan sosial bisa disebut sebagai proses
pembentukan social self (pribadi dalam masyarakat) yang baik pada anak-anak,
remaja, maupun orang dewasa masing-masing memiliki karakteristik yang menjadi
ciri seseorang sedang mengalami perkembangan sosial.

Perkembangan sosial tentu memiliki faktor-faktor yang dapat mempengaruhi


perkembangan sosial seseorang. Berdasarkan pendapat para ahli yang mengikuti
aliran “Empirisme”, dikatakan bahwa perkembangan individu itu sepenuhnya
ditentukan oleh faktor lingkungan/pendidikan, sedangkan faktor dasar tidak
berpengaruh sama sekali. Sedangkan menurut Elizabeth B. Hurlock, faktor kondisi
internal maupun faktor kondisi eksternal lah yang dapat mempengaruhi
tempo/kecepatan dan sifat atau kualitas perkembangan seseorang.

Seorang ahli psikologi asal Jerman, Erikson, pernah mengemukakan teorinya


tentang tahap perkembangan psikososial seorang manusia dari lahir hingga tua.
Tahapan psikososial tersebut diantaranya adalah :

● Fase bayi (0-18 bulan)


● Fase Kanak Kanak (18 bulan-3 tahun)
● Fase Awal Anak Kecil/Pra sekolah (3-5 tahun)
● Fase Anak Kecil/Sekolah (5-13 tahun)
● Fase Remaja (13-21 tahun)
● Fase Dewasa awal (21-40 tahun)
● Fase Dewasa Madya (40-60 tahun)
● Fase Dewasa Akhir/Lansia (60- meninggal)

Setiap perkembangan sosial pasti memiliki problematika yang merupakan


masalah-masalah yang dialami peserta didik yang disebabkan oleh ketidakmampuan
individu dalam mencapai tugas perkembangan sosial sesuai dengan tahapan usianya.

20
Beberapa contohnya adalah memiliki sifat egontrisme yang berlebihan, memiliki
perilaku agresif, dan memiliki sikap negatif.

B. Saran

Saat ini banyak bahaya dalam proses menuju perkembangan sosial yang
umumnya dapat dikendalikan jika diketahui pada saat yang tepat dan jika dilakukan
langkah perbaikan untuk menguranginya sebelum menjadi kebiasaan dan
menimbulkan reputasi yang kurang baik. Karena itu sebaiknya orang tua benar-benar
memperhatikan perkembangan anak sampai ia mampu untuk membedakan dan
memilih mana yang baik dan buruk untuk dirinya (dewasa). Tetapi tidak dengan
bersikap otoriter terhadap anak, supaya anak merasa lebih nyaman dan tidak takut
untuk menceritakan konflik-konflik yang terjadi selama masa perkembangannya.

21
DAFTAR PUSTAKA

http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_SEKOLAH/194412051967101-
KOKO_DARKUSNO_A/FAKTOR_YANG_MEMEPENGARUHI_PERKEMBANGAN.pdf
http://yulitasaridhea.blogspot.com/2016/05/normal-0-false-false-false-in-x-none-x.html

https://www.sehatq.com/artikel/teori-erikson-8-tahapan-psikososial-adalah-bekal-orangtua-
mendidik-anak
https://www.idntimes.com/life/education/deny-hung/8-tahap-perkembangan-psikososial-
menurut-erik-erikson-c1c2/6

https://azizbudiarto.blogspot.com/2012/09/perkembangan-sosial.html
https://www.academia.edu/42222368/Makalah_Perkembangan_Sosial_Peserta_Didik

http://repository.wima.ac.id/8010/2/BAB%201.pdf
https://www.kompas.com/skola/read/2020/07/24/064500169/perbedaan-pertumbuhan-dan-
perkembangan

https://cdn-gbelajar.simpkb.id/s3/p3k/Pedagogi/Modul%20Bahan%20Belajar%20-
%20Pedagogi%20-%202021%20-%20P2.pdf
file:///C:/Users/user/AppData/Local/Temp/IMPLIKASI%20PSIKOLOGI%20PERKEMBAN
GAN%20TERHADAP%20PENDIDIKAN%20ANAK%20USIA%20DINI.pdf

https://media.neliti.com/media/publications/292718-pengaruh-kondisi-ekonomi-keluarga-
terhad-6b735c45.pdf
https://www.popmama.com/big-kid/10-12-years-old/winda-carmelita/faktor-keluarga-yang-
mempengaruhi-perilaku-anak-di-sekolah/2
https://www.geniora.com/peranan-penting-orang-tua-dalam-proses-belajar-anak/
https://www.slideshare.net/AndhinaFitrianitaPutri/faktorfaktor-yang-mempengaruhi-
perkembangan-sosial-dan-pengaruh-perkembangan-terhadap-tingkah-laku
https://www.sehatq.com/artikel/masalah-remaja-yang-perlu-diperhatikan-orangtua

22

Anda mungkin juga menyukai