OLEH :
KELOMPOK 2
JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
SINGARAJA
2020
KATA PENGANTAR
Puja dan puji syukur atas kehadirat Tuhan yang maha esa, karena telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami semua, sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah dengan baik. Makalah ini disusun sebagai
salah satu tugas dalam mata kuliah Wawasan Kependidikan yang berjudul “Teori
Pendidikan Klasik dan Teori Pendidikan Modern”.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal namun terselesaikannya
makalah ini tidak terlepas dari dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak yang
terkait. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima
kasih kepada :
1. Bapak Dr. I Putu Wisna Ariawan, M.Si. dan Ratih Ayu Apsari, S.Pd,
M.Sc. M.Pd. selaku dosen pengampu mata kuliah Wawasan Kependidikan.
2. Teman-teman kelas IIC yang telah memberikan motivasi dan informasi
mengenai penyusunan makalah ini.
3. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyusun makalah ini
yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.
Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata yang
kurang berkenan. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi
kami sendiri maupun bagi pembaca. Mengingat akan keterbatasan pengetahuan
dan kemampuan serta pengalaman yang diperoleh belum begitu luas, maka dalam
penyusunan makalah ini kami menyadari bahwa banyak terdapat kekurangan dan
kesalahan, sehingga hasilnya masih jauh dari kata sempurna, Oleh sebab itu
penulis sangat mengharapkan kritik maupun saran yang bersifat membangun
dalam rangka penyempurnaan makalah ini. Akhirnya atas segala kerendahan hati,
penulis sampaikan terima kasih.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2013 yang praktik-praktiknya dilakukan dan sesuai dengan pendapat ahli dalam
teori pendidikan modern. Hal ini kembali lagi dengan tujuan yang ingin
diharapkan.
Sebagai calon guru, pemahaman mengenai teori pendidikan klasik maupun
teori pendidikan modern merupakan suatu hal yang penting karena dengan
memahami teori ini, guru nantinya dapat mengambil strategi dalam pembelajaran
di kelas. Nantinya guru pun mampu belajar baik dari teori pendidikan klasik dan
teori pendidikan modern sehingga tujuan pembelajaran, tujuan pendidikan bisa
tercapai.
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis mendapat beberapa hal yang
dapaat dikaji yakni mengenai teori pendidikan klasik dan teori pendidikan
modern.
1.2 Rumusaan Masalah
a. Apa itu teori pendidikan klasik?
b. Apa itu teori pendidikan modern?
1.3 Tujuan
Selain untuk memenuhi tugas dalam mata kuliah Wawasan Kependidikan,
penyelesaian makalah mengenai teori pendidikan klasik maupun teori pendidikan
moderen bertujuan untu :
a. Mampu memahami pengertian tentang teori pendidikan klasik dan teori
pendidikan modern.
b. Mengetahui dan memahami tentang aliran-aliran yang ada pada teori
pendidikan klasik dan teori pendidikan modern.
1.4 Manfaat
1..4.1 Manfaat Teoritis
Hasil dari makalah ini diharapkan dapat dijadikan sumber informasi
mengenai teori pendidikan klasik dan modern
1.4.2 Manfaat Praktis
Makalah ini dapat bermanfaat bagi berbagai kalangan seperti :
1. Bagi masyarakat, dapat menambah wawasan mengenai teori pendidikan
klasik dan modern.
2
2. Bagi pemerintah, dapat dijadikan bahan evaluasi pendidikan di
Indonesia
3. Bagi guru, dapat menambah wawasan untuk proses pembelajaran di
kelas.
4. Bagi penulis, dapat sebagai bahan pembelajaran dalam menulis dan
menambah wawasan mengenai teori pendidikan klasik dan modern.
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
lahir. Pandangan seperti ini biasa disebut dengan "pesimisme pedagogis", Karena
para ahli penganut aliran Nativisme ini berkeyakinan bahwa perkembangan
manusia ditentukan oleh pembaharunya sedangkan pengalaman dan pendidikan
dapat diabaikan.
Ambilah contoh, jika sepasang orang tua yang berprofesi sebagai petani.
maka anak-anak yang mereka lahirkan akan menjadi seorang petani pula. Harimau
pun akan melahirkan anak Harimau saja, tak akan pernah melahirkan sapi. Jadi
menurut aliran ini, pembawaan dan bakat orang tua selalu berpengaruh terhadap
perkembangan kehidupan anak-anaknya.
2.1.2 Aliran Naturalisme
Berasal dari kata nature yang berarti alam. Aliran Naturalisme ini hampir
senada dengan aliran nativisme. Tokoh pada aliran ini, yaitu J. J Rousseau
memiliki pandangan bahwa semua anak aadalah baik pada waktu baru datang dari
tangan sang pencipta, tetapi semua menjadi rusak di tangan manusia. Pada aliran
ini ditekankan bahwa pada hakikatnya semua anak (manusia) sejak
dilahirkanadalah baik. Bagaimana hasil perkembangannya kemudian akan sangat
dipengaruhi oleh pendidikan yang mempengaruhinya. Rousseau mengajukan
"pendidikan alam" yang berarti anak hendaklah dibiarkan tumbuh sesuai alamnya,
manusia atau masyarakat jangan banyak mencampuri.
2.1.3 Aliran Empirisme
Tokoh perintis pandangan ini adalah seorang filsuf Inggris bernama John
Locke (1704-1932). Ia mengembangkan Teori tabularasa. Tabula rasa merupakan
sebuah istilah bahasa latin yang berarti batu tulis kosong atau lembaran kosong.
Aliran ini merupakan kebalikan dari aliran Nativisme, yang mana pada aliran ini
menekankan arti penting pengalaman, lingkungan, dan pendidikan dalam arti
perkembangan manusia itu semata-mata bergantung pada lingkungan dan
pengalaman pendidikannya, sedangkan bakat dan pembawaan sejak lahir
dianggap tidak ada pengaruhnya. Manusia dapat dididik untuk menjadi apa saja (
ke arah yang baik ataupun ke arah yang buruk) menurut kehendak lingkungan
atau pendidiknya.
Sukardjo (2009) mengatakan bahwa Emperisme dikenal juga dengan
environmentalisme, pendidikan memegang peranan yang sangat penting sebab
5
pendidikan menyediakan lingkungan yang sangat ideal kepada anak-anak.
Lingkungan ini diterima sebagai sejumlah pengalaman, semua pengalaman ini
telah disesuaikan dengan tujuan pendidikan. Pendapat para penganut aliran
empirisme ini dikenal dengan "optimisme pedagogis". Karena para penganut
Empirisme menganggap bahwa setiap anak yang lahir ibaratkan tabula dalam
keadaan kosong, tak punya kemampuan dan bakat apa-apa, dan menjadi apa
seorang anak kelak bergantung pada pengalaman/lingkungan yang mendidiknya
Karim (2009), mengatakan bahwa David Hume (1711- 1776) adalah filsuf
berkebangsaan Inggris yang mengembangkan filsafat emperis J Locke,
ditangannya emperisme menjadi radikal dengan metode skeptismenya.
2.1.4 Aliran Konvergensi
Tokoh utama aliran Konvergensi adalah L:ouis William Stern (1871-1938),
Seorang filosof dari psikolog Jerman. Ia memiliki pandangan yang berbeda
dengan aliran Nativisme maupun aliran Empirisme. Menurutnya pembawaan dan
lingkungan memiliki perananan yang sama pentingnya. Kedua faktor tersebut
sama-sama menentukan perkembangan manusia.
Namun, persoalan mengenai pembawaan dan lingkungan masih belum usai.
Dalam aliran ini masih terdapat dua aliran yaitu aliran yang dalam hukum
konvergensi lebih menekankan kepada pengaruh pembawaan daripada pengaruh
lingkungan, dan di pihak lain mereka yang lebih menekankan pengaruh
lingkungan atau pendidikan daripada pengaruh pembawaan.
Pengaruh pembawaan dan lingkungan tentu akan berdampak beda pada
setiap orang. Sebagian orang mungkin akan lebih ditentukan oleh faktor
lingkungannya dan ada pula sebagian orang yang lebih banyak ditentukan oleh
pembawaannya.
Sampai batas tertentu aliran ini dapat kita terima, namun tidak secara
mutlak. Hasil proses perkembangan seorang siswa tidak dapat dijelaskan hanya
dengan menyebutkan pembawaan dan lingkungan. Artinya, keberhasilan siswa
tersebut tidak hanya dipengaruhi oleh faktor pembawaan & faktor lingkungan
saja, tetapi juga oleh diri siswa itu sendiri
6
2.2 Teori Pendidikan Modern
Teori pendidikan modern pertama adalah teori Humanisme, untuk itu akan
dibahas tentang bagaimana munculnya humanisme dan tujuan pendidikan
7
humanisme. Kemajuan Ilmu pengatahuan dan teknologi bagaikan pisau bermata
dua, dalam arti kemajuan teknologi memiliki nilai positif dan dampak yang
negatif. Kemajuan ilmu pengtahuan dan teknologi terutama dalam bidang
informatika dalam batas-batas tertentu dapat mempermudah kehidupan manusia,
jarak-jarak menjadi terasa dekat waktu dan masa menjadi memadat oleh
kesibukan-kesibukan manusia dalam menggarap dan memanfaatkan iptek
tersebut. Namun disisi lain hati nurani kemnusiaannya mengeluh karena
beradaptasi dengan iptek yang tidak lagi Human Centric melainkan Tekno
Centric.
8
Stimulus adalah segala materi atau hal yang diberikan dan diajarkan oleh
guru kepada muridnya, sedangkan respon merupakan reaksi atau tanggapan murid
terhadap stimulus yang telah diberikan oleh gurunya, Proses tersebut tidak dapat
diamati dan tidak dapat diukur. Yang dapat diamati adalah stimulus dan
respon. Olehkarena itu sesuatu yang diberikan oleh guru &stimulus'
dan sesuatu yang diterima oleh pelajar &respon' harusdapat diamati dan
diukur. Teori ini mengutamakan pengukuran, sebab pengukuran merupakan suatu
hal pentinguntuk melihat perubahan tingkah laku tersebut terjadi atau tidak
Ciri khas kognitivisme lebih mementingkan proses belajar dari pada hasil
belajar. Belajar tidak sekedar melibatkan hubungan antara stimulus dan respon,
belajar melibatkan proses berpikir yang sangat komplek (erat hubungannya
dengan teori Sibernetik). Teori ini mencoba menjelaskan bagaimana siswa
mengolah stimulus dan bagaimana siswa sampai pada respon tertentu (pengaruh
teori behavior masih tampak), lambat laun perhatian mulai bergeser, perhatian
teori ini terpusat pada proses bagaimana suatu ilmu yang baru berasimilasi dengan
ilmu yang sebelumnya telah dikuasai oleh siswa. Teori Kognitif menekankan pada
ilmu pengetahuan dibangun dalam diri siswa melalui proses interaksi yang
berkesinambungan dengan lingkungannya. Proses belajar tidak berjalan terpisah-
pisah, tapi melalui proses yang mengalir, berkesinambungan dan menyeluruh
sebagai satu kesatuan yang utuh masuk dalam pikiran dan perasaan siswa. Seperti
membaca buku, bukan alfabet yang terpisah yang diserap oleh pikiran, tapi kata,
kalimat, paragraf yang semuanya menjadi satu, mengalir, menyerbu secara total
bersamaan. Dalam praktek teori ini berwujud :
1) Tahap-tahap perkembangan
9
Teori ini berkembang sejalan dengan perkembangan ilmu informasi.
Menurut teori ini belajar adalah pengolahan informasi. Teori ini mempunyai
kesamaan dengan teori kognitif yang mementingkan proses. Proses memang
penting dalam teori sibernetik, namun yang lebih penting lagi adalah sistem
informasi yang diproses itu, informasi tersebut yang akan menentukan proses.
Asumsi lain teori sibernetik adalah tidak ada satu proses belajarpun yang ideal
dengan segala situasi yang cocok untuk semua siswa. Informasi akan dipelajari
oleh siswa dengan satu macam proses belajar, informasi yang sama itu akan
dipelajari oleh siswa lain melalui proses belajar yang berbeda hal ini disebabkan
oleh (perbedaan tipe siswa yang belajar, perbedaan seni guru mengajar). Dalam
bentuk yang lebih praktis, teori sibernetik telah dikembangkan oleh : Landa
(pendekatan algoritmik dan heuristik) dan Pask dan Scott (pendekatan
menyeluruh/wholist dan bagian/serialis) Ada dua macam proses berpikir yaitu
proses berpikir algoritmik dan heuristic. Algoritmik adalah proses berpikir linier,
konvergen, logis, lurus menuju kesuatu target tertentu. Heuristik yaitu proses
berpikir divergen, tidak linier, tidak lurus, tidak logis, kreatif menuju kebeberapa
target sekaligus. Proses belajar akan berjalan dengan baik, jika apa yang hendak
dipelajari itu, merupakan masalah yang hendak dipecahkan, sistem informasi yang
hendak dipelajari diketahui ciri – cirinya, suatu yang lebih tepat disajikan dalam
urutan yang teratur, linier, substansial, suatu hal yang lebih tepat disajikan dalam
bentuk terbuka dan memberi keleluasaan siswa untuk berimajinasi dan berpikir.
Agar siswa mampu memahami sebuah rumus matematika, akan lebih efektif jika
presentasi informasi tentang rumus matematika disajikan secara algoritmik.
Arif (2009) mengatakan bahwa pada masa kini, teori pendidikan klasik
diulas dengan berbagai macam jenis pengenalan dan pendekatan, diantaranya :
10
Pengajaran alam sekitar penting artinya untuk pengajaran dan pendidikan
guna kehidupan anak sekarang dan yang akan datang. Secara singkat berikut ini
adalah nilai-nilai pengajaran alam sekitar :
11
2. Centre d’interst (pusat minat)
Tujuan dari sekolah kerja ini adalah menembah pengetahuan anak, yaitu
pengetahuan yang didapat dari buku buku, orang lain, ataupun dari pengalaman
sendiri.Selain itu agar anak memiliki kemampuan dan kemahiran tertentu.Dan
yang terakhir agar anak dapat memiliki pekerjaan sebagai persiapan jabatan dalam
mengabdi Negara.
3. Sekolah kerja mendidik anak menjadi pribadi yang berani berdiri sendiri,
dan bertanggungjawab sebagai anggota masyarakat yang baik
12
6. Pendidikan kecerdasan tidak dapat diberikan dengan memberitahukan
atau menceritakannya pada anak melainkan anak sendiri yang harus menjalani
proses berfikir sesuai dengan tingkat perkembangan anak.
Prinsip pokok Pengajaran proyek yaitu bahwa pengajaran itu harus aktif,
ilmiah, dan memasyarakat. Jadi pengajaran proyek adalah suatu bentuk
pengajaran dimana guru menyajikan bahan pengajaran agar murid aktif
menyelidiki dan mencari problem solving atas proyek yang diberikan oleh
gurunya.
Dasar pendidikan dan pengajaran dalam taman siswa ialah Panca Darma
Taman Siswa yang disusun tahun 1947.
1. Asas kemerdekaan
Harus diartikan disiplin pada diri sendiri oleh diri sendiri atas dasar nilai
hidup yang tinggi, baik hidup sebagai individu maupun anggota masyarakat
13
2. Asas kodrat alam
Manusia sebagai makhluk yang menjadi satu dengan kodrat alam, tidak
dapat lepas dari sunnatullah, tiap orang diberi keleluasaan , dibiarkan, dibimbing
untuk berkembang secara wajar menurut kodratnya.
3. Asas kebudayaan
4. Asas kebangsaan
Asas yang mengandung rasa persatuan dengan bangsa sendiri dan tidak
terjadi pertentangan.
5. Asas kemanusiaan
Asas yang mewujudkan pada diri seseorang dengan adanya cinta kasih
terhadap sesama makhluk Tuhan.
14
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
2.3 Saran
3.2.1 Bagi Penulis
Penulis dapat menambah wawasannya, dan memberikan pengalaman dalam
membuat sebuah karya tulis, serta lebih memahami mengenai teori dan aliran-
aliran dari pendidikan klasik maupun teori pendidikan modern.
15
DAFTAR PUSTAKA
Abu, Ahmadi dan Nur, Uhbiyati. 2001. Ilmu Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Imron, Ali. 2002. Kebijaksanaan Pendidikan di Indonesia Proses, Produk dan
Masa Depannya. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Jalaludin, H. dan Idi, Abdulah. 2016. Filsafat Pendidikan ; Manusia, Filsafat dan
Pendidikan. Yogyakarta. Ar. Ruzz Media
Karim, Muhammad. 2009. Pendidikan Kritis Transformatif, Jogjakarta: Ar. Ruzz
Media.
Muhmidayeli. 2011. FILSAFAT PENDIDIKAN. Bandung. PT Refika Aditama.
Saduloh, Uyoh. 2003. Pengantar Filsafat Pendidikan. Bandung: ALVABETA.
16
17
18