Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

TENTANG MATAKULIAH PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK

Dosen Pengampu : ETI SUKADI M.Pd

Disusun oleh :

REVILIA AWRA BORU GINTING 222210002


DEWI SARIWANGI 222210010

FAKULTAS PENDIDIKAN MIPA DAN TEKNOLOGI


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
PONTIANAK
2023
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami
panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan
inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang mata kuliah
perkembangan peserta didik. Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan
mendapatkan bantuan serta mendapat kelancaran pembuatan makalah ini. Makalah ini di buat
bertujuan untuk memenuhi tugas terstruktur dari ibu Eti Sukadi M.Pd. Terlepas dari semua
itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari susunan kalimat
maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan penulisan makalah kami harap pembaca
dapat menambah wawasan dalam memahami tentang Matakuliah perkembangan peserta
didik .

Pontianak 19 juni 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................
DAFTAR ISI ......................................................................................................................
BAB I Pendahuluan ..........................................................................................................
A. latar belakang ......................................................................................................
B. Rumusan masalah ...............................................................................................
C. Tujuan .................................................................................................................
BAB II Pembahasan ...........................................................................................................
1. Teori Psikoanalisa (Freuddan Erikson) dan perannya terhadap
perkembangan!...........................................................................................
2. Learning Theories (Skinner,dan Bandura) dan perannya
terhadapperkembangan!..............................................................................
3. Humanistic Theories (Charlotte Buhler, Maslow, dan Rogers) danperannya
terhadap perkembangan!............................................................................
4. Cognitive Theories (Piaget,Vygotsky) dan perannya terhadapperkembangan
5. Ecologycal Theory dan perannyaterhadap perkembangan!........................
6. Ethological Theories (Lorenz, Bowlby, Hinde) dan perannya terhadap
perkembangan!...........................................................................................

BAB III Penutup..................................................................................................................


A. Kesimpulan.........................................................................................................
B. Saran...................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

B. Latar Belakang

Perkembangan peserta didik adalah salah satu aspek yang penting dalam dunia
pendidikan. Matakuliah perkembangan peserta didik bertujuan untuk memberikan
pemahaman yang mendalam tentang bagaimana individu tumbuh dan berkembang secara
fisik, kognitif, sosial, dan emosional dari masa kanak-kanak hingga dewasa. Matakuliah ini
mempelajari berbagai teori dan konsep tentang perkembangan manusia serta penerapannya
dalam konteks pendidikan. Tujuannya adalah untuk membantu calon guru atau pendidik
memahami bagaimana proses perkembangan individu memengaruhi pembelajaran dan
pendidikan mereka.

Dalam pendahuluan makalah ini, akan dibahas beberapa hal yang penting untuk dipahami
mengenai matakuliah perkembangan peserta didik. Pertama, akan diperkenalkan pentingnya
pemahaman tentang perkembangan peserta didik bagi pendidik. Perkembangan peserta didik
mempengaruhi berbagai aspek pembelajaran, termasuk kemampuan kognitif, sosial,
emosional, dan moral. Dengan memahami tahapan-tahapan perkembangan ini, pendidik dapat
merancang strategi pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Kedua, akan
dijelaskan tentang beberapa teori perkembangan peserta didik yang penting. Contohnya
adalah teori perkembangan Pisikonalisa yang menjelaskan bagaimana peserta didik
membangun pengetahuan dan pemahaman mereka tentang dunia. Kemudian, akan dijabarkan
pula tentang hubungan antara perkembangan peserta didik dan proses pembelajaran. Pendidik
perlu memahami bagaimana tahapan perkembangan individu dapat memengaruhi cara
mereka belajar dan berinteraksi dalam konteks pendidikan. Misalnya, pendidik dapat
mengadaptasi metode pengajaran sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik untuk
memfasilitasi pemahaman yang lebih baik. Akhirnya, pendahuluan ini akan menyimpulkan
pentingnya matakuliah perkembangan peserta didik sebagai dasar bagi pendidik dalam
memahami peserta didik secara holistik dan merancang pengalaman pembelajaran yang
efektif. Dengan pemahaman yang mendalam tentang perkembangan peserta didik, pendidik
dapat membantu peserta didik mencapai potensi penuh mereka dalam berbagai aspek
kehidupan.

C. Rumusan Masalah
Di dalam makalah ini akan membahas beberapa masalah yaitu :
1. Teori Psikoanalisa (Freuddan Erikson) dan perannya terhadapperkembangan!
2. Learning Theories (Skinner,dan Bandura) dan perannya
terhadapperkembangan!
3. Humanistic Theories (Charlotte Buhler, Maslow, dan Rogers) danperannya
terhadap perkembangan!
4. Cognitive Theories (Piaget,Vygotsky) dan perannya terhadapperkembangan
5. Ecologycal Theory dan perannyaterhadap perkembangan!
6. Ethological Theories (Lorenz, Bowlby, Hinde) dan perannya terhadap
perkembangan!

D. Tujuan
Seperti pada rumasan masalah di atas,maka tujuan pembuatan makalah ini adalah,
1. Untuk Memahami Teori Psikoanalisa (Freuddan Erikson) dan perannya
terhadapperkembangan!
2. Untuk memahami Learning Theories (Skinner,dan Bandura) dan perannya
terhadapperkembangan!
3. Untuk Memahami Humanistic Theories (Charlotte Buhler, Maslow, dan
Rogers) danperannya terhadap perkembangan!
4. Untuk memahami Cognitive Theories (Piaget,Vygotsky) dan perannya
terhadapperkembangan !
5. Untuk memahami Ecologycal Theory dan perannyaterhadap perkembangan!
6. Untuk memhami Ethological Theories (Lorenz, Bowlby, Hinde) dan perannya
terhadap perkembangan
BAB II

PEMBAHASAN

1. Teori Psikoanalisa (Freud dan Erikson) dan perannya terhadap


perkembangan
Teori psikoanalitis dari Freud menekankan pentingnya pengalaman masa kanak
kanak awal dan motivasi di bawah sadar dalam mempengaruhi perilaku. Freud
berpikir bahwa dorongan seks dan insting dan dorongan agresif adalah penentu
utama dari perilaku, atau bahwa orang bekerja menurut prinsip.

Freud mengatakan bahwa struktur dasar dari kepribadian terdiri dari id, ego, dan
superego, dan bahwa ego berusaha memperkecil konflik di dalam diri dengan
menjaga keseimbangan dorongan instink (id) dan larangan sosial (superego).
Menurut Freud, salah satu cara orang mengurangi kegelisahan dan konflik adalah
dengan menggunakan mekanisme pertahanan (defense mechanism): represi, regresi,
sublimasi, penggantian, formasi reaksi, penolakan, dan rasionalisasi.

Menurut teori psikoseksual Freud, pusat dari kepekaan sensual bergeser dari satu
bagian tubuh ke bagian tubuh yang lain ketika perkembangan berlangsung melalui
serangkaian tahap berikut:

1. Oral (hingga usia 1 tahun)


2. Anal (usia 2-3 tahun), phalik (4-5 tahun)
3. Laten (6 – pubertas/remaja)
4. Genital (remaja dan seterusnya)

Teori psikoanalisis Freud adalah teori yang berpengaruh. Perhatiannya pada


motivasi di bawah sadar dan mekanisme pertahanan, serta pengaruh lingkungan, dan
metode treatment-nya telah memberikan sumbangan nyata bagi teori dan praktek
psikologi. Beberapa orang merasa teori pekembangan psikoseksual Freud memiliki
lingkup terbatas, dengan terlalu menekankan pada motivasi seks dan instink agresif
atau penyerangan sebagai basis dari perilaku.

Erikson berpikir bahwa Freud memberikan terlalu banyak perhatian pada basis
seksual untuk perilaku dan bahwa pandangannya tentang sifat dasar manusia terlalu
sinis. Erikson membagi perkembangan manusia menjadi 8 tahap. Ia mengatakan
bahwa individu memiliki tugas psikososial yang perlu dikuasai selama tiap tahap.

Delapan tahap itu, menurut Erikson, adalah :

1. Kepercayaan >< ketidakpercayaan


2. Otonomi >< rasa malu dan keraguan
3. Inisiatif >< kesalahan
4. Industri >< inferioritas
5. Identitas >< kebingunan peran
6. Kekarib,an >< isolasi
7. Generativitas >< stagnasi (dewasa menengah: 40an&50an)
8. Integritas >< keputusasaan

Teori Erikson jauh lebih luas dari pada teori Freud dan mencakup keseluruhan masa
hidup, dengan perhatian pada variasi yang lebih luas dari faktor-faktor motivasi dan
lingkungan.

Perbedaan Teori Freud dan Erikson


Secara garis besar teori Freud dan Erikson memiliki perbedaan, diantaranya sebagai
berikut:

a. Pada teori Freud.


1. Psikoseksual, semua organn dalam tubuh harus terpenuhi
2. Ego, pada tahap ini ego sebagai penyeimbang dan bersifat pasif
3. Tahap perkembangan mulai dari oral sampai dengan genital (kematangan
organ-organ seksual)

b. Teori Erikson
1. Psikososial, berhubungan dengan lingkungan
2. Ego kreatif, memeahkan masalah, berpikir kreatif, semua tahap berfungsi
dengan baik.
3. Ada 8 tahap perkembangan. Tahap perkembangan seumur hidup dan
mendapat dari pengaruh dari lingkungan.

2. Learning Theories (Skinner, dan Bandura) dan perannya terhadap


perkembangan

1. Teori Skinner
Dalam teori belajar Skinner, belajar adalah suatu proses adaptasi atau
penyesuaian tingkah laku secara progresif. Belajar juga dipahami sebagai suatu
prilaku, pada saat orang belajar, dan responnya menjadi lebih baik. Menurut
Skinner dalam belajar ditemukan hal-hal sebagai berikut:
1) Kesempatan terjadinya peristiwa yang menimbulkan respons belajar
2) Respons si pelajar
3) Konsekuensi yang bersifat mengunakan respons tersebut baik
konsekuensi sebagai hadiah maupun teguran atau hukuman.

Adapun langkah langkah pembelajaran dalam Teori Skinner yakni sebagai


berikut:
a. Mempelajari keadaan kelas berkaitan dengan prilaku siswa
b. Membuat daftar penguat positif.
c. Memilih dan menentukan urutan tingkah laku yang dipelajari serta jenis
penguatannya.
d. Membuat program pembelajaran berisi urutan prilaku yang dikehendaki,
penguatan, waktu mempelajari prilaku, dan evaluasi.

Sedangkan menurut Suciati dan Prasetya secara umum langkah langkah


pembelajaran yang berpijak pada teori Skinner (Behavioristik) sebagai berikut:
a. Menentukan tujuan tujuan pembelajaran
b. Menganalisis lingkungan kelas yang ada saat ini termasuk
mengidentifikasi pengetahuan awal (entry behavior) siswa.
c. Menentukan materi pelajaran.
d. Memecah materi pelajaran menjadi bagian kecil kecil, meliputi pokok
bahasan, sub poko bahasan, topik, dsb.
e. Menyajikan materi pelajaran.
f. Memberikan stimulus, dapat berupa pertanyaan baik lisan maupun
tertulis, tes/ kuis, latihan, atau tugas tugas.
g. Mengamati dan mengkaji respons yang di berikan siswa.
h. Memberikan penguatan/ reinforcemen (mungkin penguatan positif
ataupun penguatan negatif), ataupun hukuman.
i. Memberikan stimulus baru.
j. Memberikan penguatan lanjutan atau hukuman.
k. Evaluasi hasil belajar.

Pada dasarnya teori Skinner mendefinisikan belajar sebagai proses perubahan


prilaku pada diri siswa yang dicapai sebagai hasil belajar tersebut melalui proses
penguatan prilaku yang dilakukan oleh seorang guru. Burrhus Frederic Skinner
Skinner mengadakan pendekatan behavioristik untuk menerangkan tingkah laku.
Dalam perkembangan pisikologi belajar, ia mengemukakan teori operan
conditioning. Dimana seseorang dapat mengontrol tingkah laku organisme
melalui pemberian reinforcement yang bijaksana dalam lingkungan yang sangat
besar. Operan conditioning adalah suatu proses prilaku operan (pengatan positif
atau negative) yang dapat mengakibatkan perilaku tersebut dapat berulang
kembali atau menghilang sesuatu dengan keinginan.
Sebagai tokoh behavioristik Skinner mengatakan bahwa belajar dapat di
pahami, dijelaskan, dan diprediksi secara keseluruhan melalui kejadian yang
dapat diamati, yakni prilaku peserta didik beserta anteseden dan konsekuensinya
lingkunganya. Menurut Skinner untuk mengamati konsekuensi dari prilaku dapat
ditunjukan dalam prilaku berikutnya misalnya, sesorang siswa yang mendapat
hadiah dari guru nya berupa senyum ketika meminta perhatian didalam ruangan
kelas kemungkinan besar mengikuti arahan gurunya dari pada siswa lain yang
prilakunya tidak tampak dan tidak pernah di tegur.

Beberapa prinsip belajar skinner:


a. Hasil belajar harus segera diberitahukan kepada siswa, jika salah
dibetulkan, jika benar diberi penguatan.
b. Proses belajar harus mengikuti irama dari yang belajar.
c. Materi pelajaran, digunakan system modul.
d. Dalam proses pembelajaran, tidak digunakan hukuman.Untuk itu
lingkungan perlu diubah, untuk menghindari adanya hukuman.
e. Dalam proses pembelajaran, lebih dipentingkan aktivitas sendiri.
f. Tingkah laku yang diinginkan pendidik, diberi hadiah dan sebaiknya
hadiah diberikan dengan digunakannya jadwal variable rasio reinfircer.

Teori belajar dari Skinner apabila dapat diterapkan dengan baik dan benar,
pada dasarnya akan menjadikan proses belajar dan mengajar bagi siswa lebih
berhasil. Oleh sebab itu untuk melaksanakan atau meneraplan teori belajar
operant conditioning dalam proses pembelajaran, menurut Sughiartono dkk, perlu
memperhatikan prinsip prinsip berikut:
a. Dalam proses pembelajaran, laporan atau hasil proses belajar harus
segera diberitahukan pada siswa, jika salah satu dibetulkan dan jika benar
di beri penguat.
b. Dalam proses belajar dan pembelajaran, guru harus mengikuti irama
siswa yang belajar. Dengan kata lain, pendidik tidak dapat memaksakan
kehendaknya kepada siswa.
c. Pelaksanaan proses pembelajaran ada baiknya materi materi pelajaran
disusun dan dilaksanakan sesuai mengunakan sistem modul.
d. Apabila tingkah laku yang diinginkan pendidik muncul, siswa dengan
segera diberi hadiah sebagai bentuk penguatan.
e. Dalam pembelajaran digunakan shaping, yaitu pembentukaan
pembiasaan pembiasaan atas dasar pengalaman belajar dari rangkain
stimulus dan respons.

Dari prinsip di atas dapat ditarik kesimpulan bahwasanya prinsip belajar


Skinner lebih menekankan proses dan penguatan positif kepada siswa supaya
siswa lebih terpacu lagi untuk belajar. Skinner mengembangkan teori
kondisioning dengan menggunakan tikus sebagai percobaan. Menurutnya, suatu
respons sesungguhnya juga menghasilkan sejumlah konsekuensi yang nantinya
akan memengharui tingkah laku manusia. Untuk memahami tingkah laku siswa
secara tuntas, menurut skinner perlu memahami hubungan anatara satu stimulus
dengan stimulus lainnya, memahami respons itu sendiri, dan berbagi konsekuensi
yang diakibatkan oleh respons tersebut. Skinner juga mengemukakan bahwa
menggunakan perubahan mental sebagai alat untuk menjelaskan tingkah laku
hanya akan membuat segala sesuatunya menjadi bertambah rumit, sebab alat itu
akhirnya juga harus dijelaskan lagi.

Dari hasil percobaanya, Skinner membedakan respons menjadi dua, yaitu:


a) Respons yang timbul dari stimulus tertentu
b) “Operant (instrumental) yang timbul dan berkembang karena di ikuti
oleh prasangka tertentu.

Teori Skinner dikenal dengan “operant conditioning” dengan enam konsepnya,


yaitu:
a. Penguatan positif dan negatif
b. Shapping, proses pembentukan tingkah laku yang makin mendekati
tingkah laku yang diharapkan
c. Sehingga responpun sesuai dengan yang di isyaratkan
d. Extinction, proses penghentian kegiatan sebagai akibat dari tindakan
penguatan.
e. Chainning of response, response dan stimulus yang satusama lain.
f. Jadwal penguatan, variasi pemberian penguatan rasio tetap dan bervariasi.

Skinner memulai penemuan teori belajarnya dengan kepercayaan bahwa


prinsip kondisioning klasik hanya sebagian kecil dari prilaku yang bisa dipelajari.
Banyak prilaku manusia adalah operan, bukan responden. Pada dasarnya, Skinner
mendefinisikan belajar sebagai proses perubahan prilaku. Perubahan prilaku baru
yang muncul, yang biasanya disebut dengan kondisioning operan (operant
conditioning )

2. Teori bandura
Albert Bandura mengemukakan bahwa peserta didik belajar melalui meniru.
Pengertian meniru bukan berarti mencontek, akan tetapi meniru hal-hal yang
dilakukan oleh orang lain, khususnya guru. Apabila tulisan guru baik, guru berbicara
dengan sopan santun dan bahasa yang baik, tingkah laku yang terpuji, menjelaskan
dengan jelas dan sistematik, maka peserta didik akan menirunya. Sebaliknya, apabila
contoh-contoh yang diperagakan guru kurang baik, maka peserta didik juga akan
menirunya. Dengan demikian, maka guru harus menjadi manusia model yang
profesional untuk anak didiknya. Bandura memandang tingkah laku manusia bukan
semata-mata refleks otomaris atas stimulus, melainkan juga akibat reaksi yang
timbul sebagai hasil interaksi antara lingkungan dengan skema kognitif manusia itu
sendiri.

Teori belajar sosial dari Albert Bandura ini merupakan gabungan dari teori
belajar behavioristik dengan penguatan dan psikologi kognitif yang berpinsip pada
modifikasi perilaku.

A. Reciprocal determinism
Pendekatan yang menjelaskan tingkah laku manusia dalam bentuk interaksi
timbal bali secara terus menerus, antara kognitif, tingkah laku, dan lingkungan.
Seseorang akan menentukan atau memengaruhi tingkah lakunya dengan mengontrol
lingkungan, tetapi orang tersebut juga dikontrol oleh kekuatan lingkungan tersebut.

B. Beyond reinforcement
Bandura memandang bahwa jika setiap unit respon sosial yang kompleks harus
diplah-pilah untuk dibangun kembali satu per satu, maka bisa jadi orang tersebut
malah tidak belajar apa pun.
Menurutnya reinforcement penting dalam menentukan apakah suatu tingkah laku
akan terus menerus atau tidak, akan tetapi hal ini bukanlah satu-satunya pembentuk
tingkah laku. Orang dapat belajar melakukan sesuatu hanya dengan mengamati dan
kemudian mengulang apa yang dilihatnya, Belajar melalui observasi tanpa
ada reinforcement yang terlibat berarti tingkah lakunya ditentukan oleh antisipasi
konsekuensi.

C. Self regulation
Teori belajar tradisional sering terhalang oleh ketidaksenangan atau
ketidakmampuan seseorang dalam menjelaskan proses kognitif.Konsep Bandura
menempatkan manusia sebagai pribadi yang dapat mengatur diri sendiri (self
regulation), memengaruhi tingkah laku dengan cara mengatur lingkungan,
menciptakan dukungan kognitif, dan mengadakan konsekuensi bagi tingkah lakunya
sendiri.

Prinsip Dasar Belajar Sosial (Social Learning) menurut Teori Belajar Bandura
Berikut ini beberapa prinsip dasar belajar sosial menurut teori belajar Bandura yaitu:
1. Sebagian besar dari yang dipelajari oleh manusia terjadi melalui peniruan
(imitation) dan penyajian contoh perilaku (modeling).
2. Seorang peserta didik akan mengubah perilakunya sendiri melalui penyaksian
cara orang atau sekelompok orang yang mereaksi (merespon) sebuah stimulus
tertentu.

3. Peserta didik dapat mempelajari respon-respon baru dengan cara pengamatan


terhadap perilaku contoh dar orang lain, misalnya guru atau orangtuanya.

4. Pendekatan teori belajar sosial terhadap proses perkembangan sosial dan moral
peserta didik ditekankan pada perlunya pembiasaan merespon
(conditioningi) dan peniruan (imitation).

Implikasi Teori Belajar Bandura dalam Pembelajaran di Kelas


Terdapat banyak implikasi teori belajar sosial yang dikemukakan oleh Bandura
untuk pembelajaran di kelas, antara lain sebagai berikut.
1. Peserta didiksering belajar hanya dengan mengamati tingkah laku oran lain,
yaitu guru.
2. Menggambarkan konsekuensi perilaku yang secara efektif dapat meningkatkan
perilaku yang sesuai dengan yang diharapkan dan menurunkan perilaku yang
tidak pantas.
3. Peniruan (modeling) menyediakan alternatif untuk membentuk perilaku baru
untuk belajar. Di dalam mempromosikan model yang efektif, seorang guru harus
memastikan bahwa empat kondisi esensial harus ada, yaitu perhatian, retensi,
motor reproduksi, dan motivasi.
4. Guru dan orangtua harus menjadi mode perilaku yang sesuai dan berhati-hati
agar peserta didik tidak meniru perilaku yang tidak pantas.
5. Peserta didik harus percaya bahwa mereka mampu menyelesaikan tugas-tugas
sekolah, sehingga guru dapat meningkatkan rasa percaya diri peserta didik
dengan memperlihatkan pengalaman orang lain yang sudah sukses atau
menceritakan pengalaman kesuksesan guru itu sendiri.
6. Guru harus membantu peserta didik dalam menetapkan harapan yang realistis
untuk prestasi akademiknya. Guru juga harus memastikan bahwa target prestasi
peserta didik tidak lebih rendah dari potensi peserta didik yang bersangkutan.

3. Humanistic Theories (Charlotte Buhler, Maslow, dan Rogers) dan perannya


terhadap perkembangan
Humanistic theory telah dilukiskan sebagai angkatan ketiga dalam psikologi
modern. Teori ini menolak determinisme Freud dari instink dan determinisme
lingkungan dari teori pembelajaran. Pendukung humanis memiliki pandangan yang
sangat positif dan optimis tentang kodrat manusia. Pandangan humanistik
menyatakan bahwa manusia adalah agen yang bebas dengan kemampuan superior
untuk menggunakan simbol-simbol dan berpikir secara abstrak. Jadi, orang mampu
membuat pilihan yang cerdas, untuk ber-tanggung jawab atas perbuatannya, dan
menyadari potensi penuhnya sebagai orang yang mengaktualisasikan diri. Humanist
memiliki pandangan holistik mengenai perkembangan manusia, yang melihat setiap
orang sebagai makhluk keseluruhan yang unik dengan nilai independen. Dalam
pandangan holistik, seseorang lebih dari sekedar kumpulan dorongan, instink, dan
pengalaman yang dipelajari. Tiga tokoh terkemuka Psikologi humanistik adalah
Charlotte Buhler (1893–1974), Abraham Maslow (1908–1970), dan Carl Rogers
(1902–1987).

a) Buhler, Teori Tahap Perkembangan


Charlotte Buhler, seorang psikolog Wina, adalah ketua pertama dari Asosiasi
Psikologi Humanistik. Buhler menolak anggapan dari para psikoanalis bahwa
pemulihan homeostasis psikologis (keseimbangan) melalui pelepasan ketegangan
merupakan tujuan dari manusia. Menurut teori Buhler, tujuan riil/nyata dari manusia
adalah pemenuhan yang dapat mereka capai dengan pencapaian/prestasi dalam diri
mereka dan di dunia (Buhler, dalam Rice, 2002). Kecenderungan dasar manusia
adalah aktualisasi diri, atau realisasi diri, sehingga pengalaman puncak dari
kehidupan muncul melalui kreativitas. Buhler menekankan peran aktif yang manusia
mainkan melalui inisiatif mereka sendiri dalam memenuhi tujuan. Tabel 1
menjelaskan fase yang diuraikan oleh Buhler Dalam tahap terakhir dari kehidupan,
banyak manusia mengevaluasi total eksistensi mereka dalam hal pencapaian atau
kegagalan.

b) Maslow: Teori Hierarkhi Kebutuhan


Abraham Maslow adalah salah satu tokoh paling berpengaruh dalam psikologi
humanistik. Dilahirkan dalam keluarga Yahudi Ortodok di New York, ia
memperoleh gelar Ph.D dalam Psikologi dari Columbia University di tahun 1934.
Menurutnya, perilaku manusia dapat dijelaskan sebagai motivasi untuk memenuhi
kebutuhan. Maslow menyusun kebutuhan manusia menjadi lima kategori:
kebutuhan fisiologis, kebutuhan keamanan, kebutuhan akan cinta dan
kepemilikan (belongingness), kebutuhan penghargaan dan kebutuhan aktualisasi diri.
menunjukkan hierarki kebutuhan seperti disusun oleh Maslow.

2. Hierarki Kebutuhan Abraham Maslow (Rice, 2002)


Menurut pendapat Maslow, urusan pertama kita sebagai manusia adalah untuk
memenuhi kebutuhan dasar untuk hidup: makanan, air, perlindungan dari bahaya.
Hanya jika kebutuhan tersebut terpenuhi maka kita bisa mengarahkan energi kita
pada kebutuhan manusia yang lebih ekskusif: cinta, dukungan, dan belonging.
Pemuasan dari kebutuhan tersebut memung-kinkan kita menaruh minat pada
penghargaan diri: Kita pelu memperoleh pengakuan, persetujuan dan kompetensi.
Dan akhirnya, jika kita bisa tumbuh dengan cukup makanan, rasa aman, kasih
sayang dan dihargai, kita lebih mungkin menjadi orang yang mengaktualisasikan diri
yang telah memenuhi potensi kita. Menurut Maslow, aktualisasi diri adalah
kebutuhan tertinggi yang merupakan puncak dari hidup.

c) Rogers: Teori Pertumbuhan Personal


Carl Rogers dibesarkan dalam keluarga yang sangat religius di daerah midwest
dan menjadi pendeta Protestan, yang lulus dari Union Theological Seminary di New
York. Selama karirnya sebagai pendeta, Rogers menjadi semakin tertarik dengan
konseling dan terapi sebagai cara melayani orang-orang yang mengalami masalah,
dari siapa ia mengembangkan bentuk khusus terapi yang disebut client-centered
therapy. Teorinya didasarkan pada prinsip humanistik bahwa jika orang diberi
kebebasan dan dukungan emosional untuk bertumbuh, mereka bisa berkembang
menjadi manusia yang berfungsi secara penuh. Tanpa kesamaan atau pengarahan,
tetapi didorong dengan lingkungan yang menerima dan memahami situasi terapeutik,
orang akan memecahkan masalahnya sendiri dan berkembang menjadi jenis individu
yang mereka inginkan.

Rogers mengatakan bahwa tiap- tiap dari kita memiliki dua self/diri:
1. Diri yang kita rasakan sendiri (“I” atau “me” yang merupakan persepsi kita
tentang diri kita sesungguhnya.
2. (“real self”) dan diri kita yang ideal/diinginkan “self ideal” (yang kita
inginkan).

Rogers (1961) mengajarkan bahwa masing-masing dari kita adalah korban dari
conditional positive regard (memberikan cinta, pujian, dan penerimaan jika individu
mematuhi normal orang tua atau norma sosial) yang orang lain tunjukkan kepada
kita. Kita tidak bisa mendapatkan cinta dan persetujuan orang tua atau orang lain
kecuali bila mematuhi norma sosial dan aturan orang tua yang keras. Kita
diperintahkan untuk melakukan apa yang harus kita lakukan dan kita pikirkan. Kita
dicela, disebutkan nama, ditolak, atau dihukum jika kita tidak menjalani norma dari
orang lain. Sering kali kita gagal, dengan akibat kita mengembangkan penghargaan
diri yang rendah, menilai rendah diri seniri, dan melupakan siapa diri kita
sebenarnya. Rogers mengatakan bahwa jika kita memiliki citra diri yang sangat
buruk atau beperilaku buruk, kita memerlukan cinta, persetujuan, persahabatan, dan
dukungan orang lain. Kita memerlukan unconditional positive regard. (memberikan
dukungan dan apresiasi individu tanpa menghiraukan perilaku yang tak pantas secara
sosial), bukan karena kita panta mendapatkannya, tapi karena kita adalah manusia
yang berharga dan mulia. Dengan itu semua, kita bisa menemukan harga diri dan
kemampuan mencapai ideal-self kita sendiri. Tanpa unconditional positive regard
kita tidak bisa mengatasi kekurangan kita dan menjadi orang yang berfungsi
sepenuhnya.
Rogers mengajarkan bahwa individu yang sehat, orang yang berfungsi
sepenuhnya, adalah orang yang telah mencapai keselarasan antara diri yang riil (real
self) dan diri yang dicitakan/diidamkan (ideal self), suatu situasi yang menghasilkan
kebebasan dari konflik internal dan kegelisahan. Jika ada penggabungan antara apa
yang orang rasakan tentang bagaimana dirinya dan apa yang mereka inginkan,
mereka mampu menerima dirinya, menjadi diri sendiri, dan hidup sebagai diri
sendiri tanpa konflik.

d) Peran terhadap Perkembangan


Teori ini mengajarkan orang untuk percaya pada diri sendiri dan menerima
tanggungjawab untuk pengembangan potensi penuhnya. Humanis juga menekankan
bahwa orang memiliki kebutuhan manusia yang nyata yang harus terpenuhi untuk
pertumbuhan dan perkembangan.

4. Cognitive Theories (Piaget, Vygotsky) dan perannya terhadap perkembangan

PERKEMBANGAN KOGNITIF (Piaget & Vigotsky)


 Istilah-istilah yang digunakan Piaget:
1) Adaptasi: penyesuaian diri dengan lingkungan
a. Asimilasi: mengubah lingkungan untuk disesuaikan dengan diri.
b. Akomodasi: mengubah diri untuk disesuaikan dengan lingkungannya.
2) Operasi: berpikir
a. Ekuilibrasi: kecenderungan organisme untuk mencapai keseimbangan melalui
adaptasi.
b. Perkembangan kognitif bersifat tahapan.

1. Urutan tahapan bersifat universal, tetapi batasan waktunya berbeda-beda


tergantung budaya.
a. Tahap sensori motorik (0-2 thn): anak berkembang melalui indera dan
motoriknya.
b. Tahap praoperasional (2-7 thn): anak berpikir sangat egosentrik (dg sdt pand
dirinya sendiri)
c. Tahap operasional konkrit (7-11thn): berpikir anak masih terikat pada hal- hal
yang konkrit.
d. Tahap operasional formal (11 thn keatas): anak mampu berpikir abstrak.
2. Perkembangan kognitif berawal dari konflik yang mengakibatkan
disekuilibrium, selanjutnya adaptasi menjadi ekuilibrium.

3. Interaksi dengan teman sebaya lebih bermanfaat dibandingkan dengan intera


dengan orang dewasa, karena ada 5-6/11 negosiasi sosial. (Piaget menekankan
pentingnya kematangan pada awal pengembangan teorinya).

4. Anak adalah lone scientist, kognitifnya berkembang apabila anak dibiarkan


bereksperimen sendiri atau memanipulasi benda secara langsung Perk Kognitif
(Vigotsky).

A. Perkembangan kognitif melalui 2 tataran:


a. Tataran sosial, tempat orang-orang membentuk lingkungan sosial
b. Tataran psikologis, Ada di dalam orang yang bersangkutan.

B. Proses mental terbagi menjadi 2 tahap yaitu:


a. Elementary: masa praverbal (selama anak blm menguasai verbal,
menggunakan bahasa tubuhnya).
b. Higher: masa setelah anak dapat berbicara (berhubungan dengan lingkungan
secara verbal).

C. Perkembangan kognitif melalui proses internalisasi yang bersifat transformatif,


yaitu memunculkan perkembangan yang tidak sekedar berupa transfer atau
pengalihan dr lingkungannya.

D. Interaksi dengan orang dewasa atau kolaborasi dengan anak yang lebih besar
usianya lebih bermanfaat dibanding dengan anak yang sebaya.

E. Anak kognitifnya berkembang apabila dibimbing oleh orang yang lebih dewasa
(membangun scaffolding).

F. Wilayah perpindahan keterampilan dari lingkungan ke dalam dirinya disebut


Zone of Proximal Development (ZPD). ZPD mrpk wilayah potensial dan sensitif
bagi terjadinya perkembangan kognitif melalui belajar terbimbing.
5. Ecologycal Theory dan perannya terhadap perkembangan

Teori Ekologis ini dikemukakan oleh Urie Bronfenbrenner (1917).


Bronfenbrenner mengajukan suatu pandangan lingkungan yang kuat tentang
perkembangan yang sedang menerima perhatian yang meningkat. Teori Ekologi
(ecological theory) ialah pandangan sosiokultural Brofenbrenner tentang
perkembangan, yang terdiri dari lima sistem lingkungan mulai dari masukan
interaksi langsung dengan agen-agen sosial (social agents) yang berkembang baik
hingga masukan kebuadayaan yang berbasis luas. Kelima sistem dalam teori ekologi
Bronfenbrenner ialah mikrosistem, mesosistem, eksosistem, makrosistem, dan
kronosistem. Model ekologis Bronfenbrenner diperlihatkan saat ia (dengan cucu
laki-lakinya) mengembangkan teori ekologis, suatu perspektif yang sedang
menerima perhatian yang meningkat. Teorinya menekankan pentingnya dimensi
mikro dan makro lingkungan di mana anak hidup.

Mikrosistem (microsystem) dalam teori ekologi Bronfenbrenner ialah setting


dimana individu hidup. Konteks ini meliputi keluarga individu, teman-teman sebaya,
sekolah dan lingkungan. Dalam mikrosistem inilah interaksi yang paling langsung
dengan agen-agen sosial berlangsung, misalnya dengan orang tua, teman-teman
sebaya, dan guru. Individu tidak dipandang sebagai penerima pengalaman yang pasif
dalam setting ini, tetapi sebagai seseorang yang menolong membangun setting.
Bronfenbrenner menunjukkan bahwa kebanyakan penelitian tentang dampak-dampak
sosiokultural berfokus pada mikrosistem. Mesosistem (mesosystem) dalam teori
ekologi Bronfenbrenner meliputi hubungan antara beberapa mikrosistem atau
hubungan antara beberapa konteks.

Contohnya : Ialah hubungan antara pengalaman keluarga dan pengalaman sekolah,


pengalaman sekolah dan pengalaman keagamaan, dan pengalaman keluarga dengan
pengalaman teman sebaya. Misalnya, anak-anak yang orang tuanya menolak mereka
dapat mengalami kesulitan mengembangkan hubungan positif dengan guru. Para ahli
perkembangan mengamati perilaku dalam setting majemuk-seperti keluarga, teman
sebaya, dan konteks sekolah-untuk memperoleh gambaran yang lebih lengkap
tentang perkembangan individu. Eksosistem (exosystem) dalam teori ekologi
Bronfenbrenner dilibatkan pengalaman-pengalaman dalam setting sosial lain- di
mana individu tidak memiliki peran yang aktif-mempengaruhi apa yang individu
alami dalam konteks yang dekat. Misalnya, pengalaman kerja dapat mempengaruhi
hubungan seorang perempuan dengan suami dan anaknya. Seorang ibu dapat
menerima promosi yang menuntutnya melakukan lebih banyak perjalanan, yang
dapat meningkatkan konflik perkawinan dan perubahan pola interaksi orang tua-
anak. Contoh lain ekosistem ialah pemerintah kota, yang bertanggung jawab bagi
kualitas taman, pusat-pusat rekreasi, dan fasilitas perpustakaan bagi anak-anak dan
para remaja. Contoh lain ialah pemerintah pusat melalui perannya dalam kualitas
perawatan kesehatan dan sistem bantuan bagi manusia usia lanjut.

Makrosistem (macrosystem) dalam teori ekologi Bronfenbrenner meliputi


kebudayaan dimana individu hidup. Kebudayaan mengacu pada pola perilaku,
keyakinan, dan semua produk lain dari sekelompok manusia yang diteruskan dari
generasi ke generasi. Studi lintas budaya – perbandingan antara satu kebudayaan
dengan satu atau lebih kebudayaan lain – memberi informasi tentang generalitas
perkembangan.

Kronosistem (chronosystem) dalam teori ekologi Bronfenbrenner meliputi


pemolaan peristiwa-peristiwa lingkungan dan transisi sepanjang rangkaian
kehidupan dan keadaan-keadaan sosiohistoris. Misalnya, dalam mempelajari dampak
perceraian terhadap anak-anak, para peneliti menemukan bahwa dampak negatif
serin memuncak pada tahun pertama setelah perceraian dan bahwa dampaknya lebih
negatif bagi anak laki-laki daripada anak perempuan. Dua tahun setelah perceraian,
interaksi keluarga tidak begitu kacau lagi dan lebih stabil. Dengan
mempertimbangkan keadaan-keadaan sosiohistoris, dewasa ini, kaum perempuan
tampaknya sangat didorong untuk meniti karir dibandingkan pada 20 arau 30 tahun
lalu. Dengan cara seperti ini, kronosistem memiliki dampak yang kuat bagi
perkembangan kita.

Teori ekologi telah memberikan sumbagan dalam studi mengenai


perkembangan masa hidup yang meliputi kajian yang sistematis yang bersifat makro
dan mikro terhadap dimensi-dimensi sistem lingkungan serta memberikan perhatian
terhadap kaitan antarsistem lingkungan. Kontribusi lebih lanjut dari teori
Bronfenbrenner mencakup mengedepankan pengaruh dari sejumlah konteks sosial di
luar keluarga, seperti tempat tinggal, agama, sekolah, dan tempat kerja terhadap
perkembangan anak (Gauvian & Parke, 2010). Beberapa kritik juga dilontarkan
terhadap teori ekologi karena kurang menggali faktor-faktor biologis dan juga kurang
memberikan perhatian terhadap faktor-faktor kognitif.
6. Ethological Theories (Lorenz, Bowlby, Hinde) dan perannya terhadap
perkembangan

A. Menurut Konrad Z. Lorenz ( Austria, 1903 1989 )

Sebagai Bapak Ethologi Modern (Father of modern ethology) yang juga telah
meraih Hadiah Nobel pada tahun 1973. Ia adalah seorang psikologi, zoologi, dan
ornitologi berkebangsaan Austria. Lorenz bertemu dengan Nikolas Tinbergen yang
juga seorang ahli tingkah laku perseorangan (ethologist). (Baca juga mengenai teori
altruisme ). Mereka berdiskusi tentang hubungan antara respon penyesuaian tempat
dengan mekanisme pelepasan yang dapat menjelaskan timbulnya tingkah laku
berdasarkan insting. Pemikiran mereka merupakan cikal bakal lahirnya etologi.
(Baca juga mengenai teori rekapitulasi).

B. Menurut Nikolas Tinbergen ( Den Haag, 1907 – 1988 )

Seorang etolog dan ornitolog Belanda yang berbagi penghargaan nobel dalam
fisiologi atau kedokteran pada tahun 1973 bersama Karl von Frisch dan Konrad
Lorenz atas penemuan mereka di bidang biologi. (Baca juga mengenai teori imitasi).
Tinbergen terkenal dengan empat pertanyaan yang dipercayainya yang harus
ditanyakan berkenaan dengan berbagai perilaku perseorangan. Selain itu, dengan
metodenya ia menerapkannya untuk menangani gejala autisme pada anak. (Baca juga
mengenai teori john dewey).

Pandangan etologi dari Lorenz dan ahli ilmu perseorangan Eropa lain
membuat psikologi perkembangan Amerika mengetahui pentingnya dasar psikologis
dari perilaku. Meskipun demikian, penelitian dan pemaknaan teori etologi masih
kekurangan bahan bahan yang akan meningkatkan teori tersebut hingga ke tingkat
sejajar dengan lain. (Baca juga mengenai teori kurt lewin).
BAB III

PENUTUP

A. Saran

Berdasarkan makalah tentang matakuliah perkembangan peserta didik, berikut adalah


beberapa saran yang dapat diberikan:

Memperkaya materi pembelajaran: Matakuliah perkembangan peserta didik dapat


diperkaya dengan memasukkan contoh kasus nyata atau studi kasus dalam perkembangan
peserta didik. Hal ini akan membantu mahasiswa memahami dan mengaitkan teori dengan
situasi yang sebenarnya di lapangan.

Melibatkan mahasiswa secara aktif: Selain pengajaran langsung, pendekatan pembelajaran


yang melibatkan mahasiswa secara aktif dapat digunakan. Diskusi kelompok, proyek berbasis
tim, penugasan individu, dan presentasi dapat digunakan untuk meningkatkan pemahaman
dan partisipasi mahasiswa dalam mempelajari perkembangan peserta didik.

Pengalaman lapangan: Mengintegrasikan pengalaman lapangan dalam matakuliah


perkembangan peserta didik dapat memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk melihat
dan menerapkan langsung konsep dan teori yang dipelajari dalam situasi nyata. Praktik
lapangan, magang, atau pengamatan di lembaga pendidikan dapat memberikan wawasan
yang berharga kepada mahasiswa.

Tantangan refleksi diri: Mendorong mahasiswa untuk melakukan refleksi diri terkait
dengan perkembangan pribadi mereka sendiri, termasuk pengalaman masa kecil mereka,
dapat membantu mereka memahami perspektif peserta didik dan pengaruh masa lalu dalam
perkembangan individu. Diskusi kelompok atau jurnal refleksi dapat menjadi sarana yang
efektif untuk merangsang refleksi diri.

Penerapan dalam konteks multikultural: Mengakui keragaman dalam perkembangan


peserta didik penting. Dalam matakuliah ini, saran diberikan untuk memperhatikan dan
membahas konteks multikultural dalam perkembangan peserta didik. Pemahaman tentang
bagaimana faktor budaya, sosial, dan lingkungan memengaruhi perkembangan individu dari
berbagai latar belakang membantu mahasiswa menghargai dan menghadapi perbedaan
dengan bijaksana.
Pembelajaran sepanjang hayat: Matakuliah ini dapat menggarisbawahi pentingnya konsep
pembelajaran sepanjang hayat. Mahasiswa perlu menyadari bahwa perkembangan peserta
didik tidak berhenti setelah masa sekolah, melainkan terus berlanjut dalam kehidupan
mereka. Mereka harus mampu mengidentifikasi sumber pembelajaran di luar lingkungan
formal, serta memahami pentingnya pengembangan diri sepanjang masa. Dengan
menerapkan saran-saran ini, matakuliah perkembangan peserta didik dapat menjadi lebih
menarik, interaktif, dan relevan bagi mahasiswa. Hal ini akan membantu mereka memperoleh
pemahaman yang lebih baik tentang perkembangan peserta didik dan mempersiapkan mereka
untuk menjadi pendidik yang lebih efektif dan peduli terhadap kebutuhan peserta didik.

B. Kesimpulan
Dalam kesimpulan makalah tentang matakuliah perkembangan peserta didik, dapat
dijelaskan beberapa poin penting yang telah dibahas sebelumnya: Pentingnya pemahaman
tentang perkembangan peserta didik bagi pendidik Memahami tahapan perkembangan
individu membantu pendidik merancang strategi pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan
peserta didik.. Hubungan antara perkembangan peserta didik dan proses pembelajaran
Perkembangan peserta didik memengaruhi cara mereka belajar dan berinteraksi dalam
konteks pendidikan. Pendekatan pengajaran yang sesuai dengan tahapan perkembangan dapat
membantu meningkatkan pemahaman peserta didik. Matakuliah perkembangan peserta didik
memberikan dasar yang kuat bagi pendidik dalam memahami peserta didik secara holistik.
Dengan pemahaman yang mendalam tentang perkembangan peserta didik, pendidik dapat
membantu mereka mencapai potensi penuh mereka dalam berbagai aspek kehidupan.
Kesimpulannya, matakuliah perkembangan peserta didik merupakan bagian penting dalam
pendidikan. Dengan pemahaman yang baik tentang perkembangan individu, pendidik dapat
memberikan pengalaman pembelajaran yang efektif dan sesuai dengan kebutuhan peserta
didik. Melalui matakuliah ini, pendidik menjadi lebih siap untuk membantu peserta didik
tumbuh dan berkembang secara optimal, serta mempersiapkan mereka untuk menghadapi
tantangan di masa depan.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/37987085/SKINNER_DAN_ALBERT_BENDURA

https://dosen.ikipsiliwangi.ac.id/restu-bias-primandhika/teori-piaget-dan-
vygotsky-serta-hubungannya-dengan-perkembangan-bahasa-pada-anak/

https://welovepsikologi.wordpress.com/2014/10/05/teori-ekologi-psikologi-
perkembangan/

https://brainly.co.id/tugas/34977466

https://sg.docworkspace.com/l/sIOyYuba3AeK8taQG?sa=00&st=0t

https://www.wps.com/d/?from=t

Anda mungkin juga menyukai