Disusun oleh :
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami
panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan
inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang mata kuliah
perkembangan peserta didik. Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan
mendapatkan bantuan serta mendapat kelancaran pembuatan makalah ini. Makalah ini di buat
bertujuan untuk memenuhi tugas terstruktur dari ibu Eti Sukadi M.Pd. Terlepas dari semua
itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari susunan kalimat
maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan penulisan makalah kami harap pembaca
dapat menambah wawasan dalam memahami tentang Matakuliah perkembangan peserta
didik .
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................................
DAFTAR ISI ......................................................................................................................
BAB I Pendahuluan ..........................................................................................................
A. latar belakang ......................................................................................................
B. Rumusan masalah ...............................................................................................
C. Tujuan .................................................................................................................
BAB II Pembahasan ...........................................................................................................
1. Teori Psikoanalisa (Freuddan Erikson) dan perannya terhadap
perkembangan!...........................................................................................
2. Learning Theories (Skinner,dan Bandura) dan perannya
terhadapperkembangan!..............................................................................
3. Humanistic Theories (Charlotte Buhler, Maslow, dan Rogers) danperannya
terhadap perkembangan!............................................................................
4. Cognitive Theories (Piaget,Vygotsky) dan perannya terhadapperkembangan
5. Ecologycal Theory dan perannyaterhadap perkembangan!........................
6. Ethological Theories (Lorenz, Bowlby, Hinde) dan perannya terhadap
perkembangan!...........................................................................................
PENDAHULUAN
B. Latar Belakang
Perkembangan peserta didik adalah salah satu aspek yang penting dalam dunia
pendidikan. Matakuliah perkembangan peserta didik bertujuan untuk memberikan
pemahaman yang mendalam tentang bagaimana individu tumbuh dan berkembang secara
fisik, kognitif, sosial, dan emosional dari masa kanak-kanak hingga dewasa. Matakuliah ini
mempelajari berbagai teori dan konsep tentang perkembangan manusia serta penerapannya
dalam konteks pendidikan. Tujuannya adalah untuk membantu calon guru atau pendidik
memahami bagaimana proses perkembangan individu memengaruhi pembelajaran dan
pendidikan mereka.
Dalam pendahuluan makalah ini, akan dibahas beberapa hal yang penting untuk dipahami
mengenai matakuliah perkembangan peserta didik. Pertama, akan diperkenalkan pentingnya
pemahaman tentang perkembangan peserta didik bagi pendidik. Perkembangan peserta didik
mempengaruhi berbagai aspek pembelajaran, termasuk kemampuan kognitif, sosial,
emosional, dan moral. Dengan memahami tahapan-tahapan perkembangan ini, pendidik dapat
merancang strategi pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Kedua, akan
dijelaskan tentang beberapa teori perkembangan peserta didik yang penting. Contohnya
adalah teori perkembangan Pisikonalisa yang menjelaskan bagaimana peserta didik
membangun pengetahuan dan pemahaman mereka tentang dunia. Kemudian, akan dijabarkan
pula tentang hubungan antara perkembangan peserta didik dan proses pembelajaran. Pendidik
perlu memahami bagaimana tahapan perkembangan individu dapat memengaruhi cara
mereka belajar dan berinteraksi dalam konteks pendidikan. Misalnya, pendidik dapat
mengadaptasi metode pengajaran sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik untuk
memfasilitasi pemahaman yang lebih baik. Akhirnya, pendahuluan ini akan menyimpulkan
pentingnya matakuliah perkembangan peserta didik sebagai dasar bagi pendidik dalam
memahami peserta didik secara holistik dan merancang pengalaman pembelajaran yang
efektif. Dengan pemahaman yang mendalam tentang perkembangan peserta didik, pendidik
dapat membantu peserta didik mencapai potensi penuh mereka dalam berbagai aspek
kehidupan.
C. Rumusan Masalah
Di dalam makalah ini akan membahas beberapa masalah yaitu :
1. Teori Psikoanalisa (Freuddan Erikson) dan perannya terhadapperkembangan!
2. Learning Theories (Skinner,dan Bandura) dan perannya
terhadapperkembangan!
3. Humanistic Theories (Charlotte Buhler, Maslow, dan Rogers) danperannya
terhadap perkembangan!
4. Cognitive Theories (Piaget,Vygotsky) dan perannya terhadapperkembangan
5. Ecologycal Theory dan perannyaterhadap perkembangan!
6. Ethological Theories (Lorenz, Bowlby, Hinde) dan perannya terhadap
perkembangan!
D. Tujuan
Seperti pada rumasan masalah di atas,maka tujuan pembuatan makalah ini adalah,
1. Untuk Memahami Teori Psikoanalisa (Freuddan Erikson) dan perannya
terhadapperkembangan!
2. Untuk memahami Learning Theories (Skinner,dan Bandura) dan perannya
terhadapperkembangan!
3. Untuk Memahami Humanistic Theories (Charlotte Buhler, Maslow, dan
Rogers) danperannya terhadap perkembangan!
4. Untuk memahami Cognitive Theories (Piaget,Vygotsky) dan perannya
terhadapperkembangan !
5. Untuk memahami Ecologycal Theory dan perannyaterhadap perkembangan!
6. Untuk memhami Ethological Theories (Lorenz, Bowlby, Hinde) dan perannya
terhadap perkembangan
BAB II
PEMBAHASAN
Freud mengatakan bahwa struktur dasar dari kepribadian terdiri dari id, ego, dan
superego, dan bahwa ego berusaha memperkecil konflik di dalam diri dengan
menjaga keseimbangan dorongan instink (id) dan larangan sosial (superego).
Menurut Freud, salah satu cara orang mengurangi kegelisahan dan konflik adalah
dengan menggunakan mekanisme pertahanan (defense mechanism): represi, regresi,
sublimasi, penggantian, formasi reaksi, penolakan, dan rasionalisasi.
Menurut teori psikoseksual Freud, pusat dari kepekaan sensual bergeser dari satu
bagian tubuh ke bagian tubuh yang lain ketika perkembangan berlangsung melalui
serangkaian tahap berikut:
Erikson berpikir bahwa Freud memberikan terlalu banyak perhatian pada basis
seksual untuk perilaku dan bahwa pandangannya tentang sifat dasar manusia terlalu
sinis. Erikson membagi perkembangan manusia menjadi 8 tahap. Ia mengatakan
bahwa individu memiliki tugas psikososial yang perlu dikuasai selama tiap tahap.
Teori Erikson jauh lebih luas dari pada teori Freud dan mencakup keseluruhan masa
hidup, dengan perhatian pada variasi yang lebih luas dari faktor-faktor motivasi dan
lingkungan.
b. Teori Erikson
1. Psikososial, berhubungan dengan lingkungan
2. Ego kreatif, memeahkan masalah, berpikir kreatif, semua tahap berfungsi
dengan baik.
3. Ada 8 tahap perkembangan. Tahap perkembangan seumur hidup dan
mendapat dari pengaruh dari lingkungan.
1. Teori Skinner
Dalam teori belajar Skinner, belajar adalah suatu proses adaptasi atau
penyesuaian tingkah laku secara progresif. Belajar juga dipahami sebagai suatu
prilaku, pada saat orang belajar, dan responnya menjadi lebih baik. Menurut
Skinner dalam belajar ditemukan hal-hal sebagai berikut:
1) Kesempatan terjadinya peristiwa yang menimbulkan respons belajar
2) Respons si pelajar
3) Konsekuensi yang bersifat mengunakan respons tersebut baik
konsekuensi sebagai hadiah maupun teguran atau hukuman.
Teori belajar dari Skinner apabila dapat diterapkan dengan baik dan benar,
pada dasarnya akan menjadikan proses belajar dan mengajar bagi siswa lebih
berhasil. Oleh sebab itu untuk melaksanakan atau meneraplan teori belajar
operant conditioning dalam proses pembelajaran, menurut Sughiartono dkk, perlu
memperhatikan prinsip prinsip berikut:
a. Dalam proses pembelajaran, laporan atau hasil proses belajar harus
segera diberitahukan pada siswa, jika salah satu dibetulkan dan jika benar
di beri penguat.
b. Dalam proses belajar dan pembelajaran, guru harus mengikuti irama
siswa yang belajar. Dengan kata lain, pendidik tidak dapat memaksakan
kehendaknya kepada siswa.
c. Pelaksanaan proses pembelajaran ada baiknya materi materi pelajaran
disusun dan dilaksanakan sesuai mengunakan sistem modul.
d. Apabila tingkah laku yang diinginkan pendidik muncul, siswa dengan
segera diberi hadiah sebagai bentuk penguatan.
e. Dalam pembelajaran digunakan shaping, yaitu pembentukaan
pembiasaan pembiasaan atas dasar pengalaman belajar dari rangkain
stimulus dan respons.
2. Teori bandura
Albert Bandura mengemukakan bahwa peserta didik belajar melalui meniru.
Pengertian meniru bukan berarti mencontek, akan tetapi meniru hal-hal yang
dilakukan oleh orang lain, khususnya guru. Apabila tulisan guru baik, guru berbicara
dengan sopan santun dan bahasa yang baik, tingkah laku yang terpuji, menjelaskan
dengan jelas dan sistematik, maka peserta didik akan menirunya. Sebaliknya, apabila
contoh-contoh yang diperagakan guru kurang baik, maka peserta didik juga akan
menirunya. Dengan demikian, maka guru harus menjadi manusia model yang
profesional untuk anak didiknya. Bandura memandang tingkah laku manusia bukan
semata-mata refleks otomaris atas stimulus, melainkan juga akibat reaksi yang
timbul sebagai hasil interaksi antara lingkungan dengan skema kognitif manusia itu
sendiri.
Teori belajar sosial dari Albert Bandura ini merupakan gabungan dari teori
belajar behavioristik dengan penguatan dan psikologi kognitif yang berpinsip pada
modifikasi perilaku.
A. Reciprocal determinism
Pendekatan yang menjelaskan tingkah laku manusia dalam bentuk interaksi
timbal bali secara terus menerus, antara kognitif, tingkah laku, dan lingkungan.
Seseorang akan menentukan atau memengaruhi tingkah lakunya dengan mengontrol
lingkungan, tetapi orang tersebut juga dikontrol oleh kekuatan lingkungan tersebut.
B. Beyond reinforcement
Bandura memandang bahwa jika setiap unit respon sosial yang kompleks harus
diplah-pilah untuk dibangun kembali satu per satu, maka bisa jadi orang tersebut
malah tidak belajar apa pun.
Menurutnya reinforcement penting dalam menentukan apakah suatu tingkah laku
akan terus menerus atau tidak, akan tetapi hal ini bukanlah satu-satunya pembentuk
tingkah laku. Orang dapat belajar melakukan sesuatu hanya dengan mengamati dan
kemudian mengulang apa yang dilihatnya, Belajar melalui observasi tanpa
ada reinforcement yang terlibat berarti tingkah lakunya ditentukan oleh antisipasi
konsekuensi.
C. Self regulation
Teori belajar tradisional sering terhalang oleh ketidaksenangan atau
ketidakmampuan seseorang dalam menjelaskan proses kognitif.Konsep Bandura
menempatkan manusia sebagai pribadi yang dapat mengatur diri sendiri (self
regulation), memengaruhi tingkah laku dengan cara mengatur lingkungan,
menciptakan dukungan kognitif, dan mengadakan konsekuensi bagi tingkah lakunya
sendiri.
Prinsip Dasar Belajar Sosial (Social Learning) menurut Teori Belajar Bandura
Berikut ini beberapa prinsip dasar belajar sosial menurut teori belajar Bandura yaitu:
1. Sebagian besar dari yang dipelajari oleh manusia terjadi melalui peniruan
(imitation) dan penyajian contoh perilaku (modeling).
2. Seorang peserta didik akan mengubah perilakunya sendiri melalui penyaksian
cara orang atau sekelompok orang yang mereaksi (merespon) sebuah stimulus
tertentu.
4. Pendekatan teori belajar sosial terhadap proses perkembangan sosial dan moral
peserta didik ditekankan pada perlunya pembiasaan merespon
(conditioningi) dan peniruan (imitation).
Rogers mengatakan bahwa tiap- tiap dari kita memiliki dua self/diri:
1. Diri yang kita rasakan sendiri (“I” atau “me” yang merupakan persepsi kita
tentang diri kita sesungguhnya.
2. (“real self”) dan diri kita yang ideal/diinginkan “self ideal” (yang kita
inginkan).
Rogers (1961) mengajarkan bahwa masing-masing dari kita adalah korban dari
conditional positive regard (memberikan cinta, pujian, dan penerimaan jika individu
mematuhi normal orang tua atau norma sosial) yang orang lain tunjukkan kepada
kita. Kita tidak bisa mendapatkan cinta dan persetujuan orang tua atau orang lain
kecuali bila mematuhi norma sosial dan aturan orang tua yang keras. Kita
diperintahkan untuk melakukan apa yang harus kita lakukan dan kita pikirkan. Kita
dicela, disebutkan nama, ditolak, atau dihukum jika kita tidak menjalani norma dari
orang lain. Sering kali kita gagal, dengan akibat kita mengembangkan penghargaan
diri yang rendah, menilai rendah diri seniri, dan melupakan siapa diri kita
sebenarnya. Rogers mengatakan bahwa jika kita memiliki citra diri yang sangat
buruk atau beperilaku buruk, kita memerlukan cinta, persetujuan, persahabatan, dan
dukungan orang lain. Kita memerlukan unconditional positive regard. (memberikan
dukungan dan apresiasi individu tanpa menghiraukan perilaku yang tak pantas secara
sosial), bukan karena kita panta mendapatkannya, tapi karena kita adalah manusia
yang berharga dan mulia. Dengan itu semua, kita bisa menemukan harga diri dan
kemampuan mencapai ideal-self kita sendiri. Tanpa unconditional positive regard
kita tidak bisa mengatasi kekurangan kita dan menjadi orang yang berfungsi
sepenuhnya.
Rogers mengajarkan bahwa individu yang sehat, orang yang berfungsi
sepenuhnya, adalah orang yang telah mencapai keselarasan antara diri yang riil (real
self) dan diri yang dicitakan/diidamkan (ideal self), suatu situasi yang menghasilkan
kebebasan dari konflik internal dan kegelisahan. Jika ada penggabungan antara apa
yang orang rasakan tentang bagaimana dirinya dan apa yang mereka inginkan,
mereka mampu menerima dirinya, menjadi diri sendiri, dan hidup sebagai diri
sendiri tanpa konflik.
D. Interaksi dengan orang dewasa atau kolaborasi dengan anak yang lebih besar
usianya lebih bermanfaat dibanding dengan anak yang sebaya.
E. Anak kognitifnya berkembang apabila dibimbing oleh orang yang lebih dewasa
(membangun scaffolding).
Sebagai Bapak Ethologi Modern (Father of modern ethology) yang juga telah
meraih Hadiah Nobel pada tahun 1973. Ia adalah seorang psikologi, zoologi, dan
ornitologi berkebangsaan Austria. Lorenz bertemu dengan Nikolas Tinbergen yang
juga seorang ahli tingkah laku perseorangan (ethologist). (Baca juga mengenai teori
altruisme ). Mereka berdiskusi tentang hubungan antara respon penyesuaian tempat
dengan mekanisme pelepasan yang dapat menjelaskan timbulnya tingkah laku
berdasarkan insting. Pemikiran mereka merupakan cikal bakal lahirnya etologi.
(Baca juga mengenai teori rekapitulasi).
Seorang etolog dan ornitolog Belanda yang berbagi penghargaan nobel dalam
fisiologi atau kedokteran pada tahun 1973 bersama Karl von Frisch dan Konrad
Lorenz atas penemuan mereka di bidang biologi. (Baca juga mengenai teori imitasi).
Tinbergen terkenal dengan empat pertanyaan yang dipercayainya yang harus
ditanyakan berkenaan dengan berbagai perilaku perseorangan. Selain itu, dengan
metodenya ia menerapkannya untuk menangani gejala autisme pada anak. (Baca juga
mengenai teori john dewey).
Pandangan etologi dari Lorenz dan ahli ilmu perseorangan Eropa lain
membuat psikologi perkembangan Amerika mengetahui pentingnya dasar psikologis
dari perilaku. Meskipun demikian, penelitian dan pemaknaan teori etologi masih
kekurangan bahan bahan yang akan meningkatkan teori tersebut hingga ke tingkat
sejajar dengan lain. (Baca juga mengenai teori kurt lewin).
BAB III
PENUTUP
A. Saran
Tantangan refleksi diri: Mendorong mahasiswa untuk melakukan refleksi diri terkait
dengan perkembangan pribadi mereka sendiri, termasuk pengalaman masa kecil mereka,
dapat membantu mereka memahami perspektif peserta didik dan pengaruh masa lalu dalam
perkembangan individu. Diskusi kelompok atau jurnal refleksi dapat menjadi sarana yang
efektif untuk merangsang refleksi diri.
B. Kesimpulan
Dalam kesimpulan makalah tentang matakuliah perkembangan peserta didik, dapat
dijelaskan beberapa poin penting yang telah dibahas sebelumnya: Pentingnya pemahaman
tentang perkembangan peserta didik bagi pendidik Memahami tahapan perkembangan
individu membantu pendidik merancang strategi pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan
peserta didik.. Hubungan antara perkembangan peserta didik dan proses pembelajaran
Perkembangan peserta didik memengaruhi cara mereka belajar dan berinteraksi dalam
konteks pendidikan. Pendekatan pengajaran yang sesuai dengan tahapan perkembangan dapat
membantu meningkatkan pemahaman peserta didik. Matakuliah perkembangan peserta didik
memberikan dasar yang kuat bagi pendidik dalam memahami peserta didik secara holistik.
Dengan pemahaman yang mendalam tentang perkembangan peserta didik, pendidik dapat
membantu mereka mencapai potensi penuh mereka dalam berbagai aspek kehidupan.
Kesimpulannya, matakuliah perkembangan peserta didik merupakan bagian penting dalam
pendidikan. Dengan pemahaman yang baik tentang perkembangan individu, pendidik dapat
memberikan pengalaman pembelajaran yang efektif dan sesuai dengan kebutuhan peserta
didik. Melalui matakuliah ini, pendidik menjadi lebih siap untuk membantu peserta didik
tumbuh dan berkembang secara optimal, serta mempersiapkan mereka untuk menghadapi
tantangan di masa depan.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/37987085/SKINNER_DAN_ALBERT_BENDURA
https://dosen.ikipsiliwangi.ac.id/restu-bias-primandhika/teori-piaget-dan-
vygotsky-serta-hubungannya-dengan-perkembangan-bahasa-pada-anak/
https://welovepsikologi.wordpress.com/2014/10/05/teori-ekologi-psikologi-
perkembangan/
https://brainly.co.id/tugas/34977466
https://sg.docworkspace.com/l/sIOyYuba3AeK8taQG?sa=00&st=0t
https://www.wps.com/d/?from=t