Kontrak Perkuliahan
Kontrak Umum
• Sebelum perkuliahan dimulai perwakilan mahasiswa diwajibkan
menginformasikan kepada Dosen mengenai ruangan yang dipakai
untuk perkuliahan.
• Mahasiswa yang terlambat masuk kelas selama maksimal 15 menit
diperbolehkan masuk kelas namun kehadiran dihitung setengah.
• Mahasiswa perempuan tidak diperkenankan memakai celana jeans
• Mahasiswa laki-laki tidak diperkenankan untuk memakai kaos dan
disarankan untuk memakai celana kain katun
• Seluruh mahasiswa tidak diperbolehkan untuk memakai sandal
Kontrak Perkuliahan
Kontrak Kegiatan Pembelajaran
• Pendekatan pembelajaran yang digunakan adalah pendekatan
berbasis masalah.
• Mahasiswa wajib mempuyai buku sumber atau referensi lainnya.
• Mahasiswa wajib membuat paper sebelum perkuliahan.
• Setiap mahasiswa yang tidak mengumpulkan tugas yang diberikan
maka tugas tersebut terus menerus terakumulasi pada pertemuan
selanjutnya.
• Perkulihan efektif (tatap muka) dilakukan selama 14 kali pertemuan,
jika mahasiswa tidak mencapai jumlah tersebut maka mahasiswa ybs
tidak diperkenankan untuk mengikuti UAS jika diperkenankan pun
ybs harus bisa memenuhi syarat yang diberikan oleh Dosen.
• Penilaian terdiri atas : Kehadiran 10%, tugas terstruktur 20%, tugas
kelompok 20%, uts 25%, uas 25%
Deskripsi Mata Kuliah
• Dalam perkuliahan ini dibahas hakekat matematika, hakekat anak
dalam matematika, matematika sekolah, pentingnya matematika
diajarkan di sekolah, pembelajarannya, pendidikan matematika
sebagai disiplin ilmu, dan penjajagan perkembangan mental anak-
anak Indonesia dalam belajar matematika. menyajikan dan
mendiskusikan secara lebih mendalam teori-teori psikologi yang
berkaitan dengan belajar dan mengajar matematika, misalny aliran
disiplin mental, pengaitan, teori perkembangan mental, alitran
tingkah laku dan konstruktivisme
Rincian Materi Perkuliahan tiap
Pertemuan
1) Orientasi Mata Kuliah dan Kontrak Perkuliahan
2) Pengantar Teori Psikologi;
3) Psikologi Pembelajaran Matematika;
4) Konsep dasar Piaget dalam pembelajaran matematika;
5) Paham kontruktivisme dalam pembelajaran matematika;
6) Belajar matematika sebagai proses kognitif;
7) Prinsip pembelajaran matematika berdasarkan teori bruner;
8) UTS
9) Teori belajar bermakna;
10)Penerapan teori Ausubel dalam pembelajaran Matematika.
Rincian Materi Perkuliahan tiap
Pertemuan
11) Teori belajar mengajar matematika Gagne.
12) Penggunaan teori Vygotsky dalam pembelajaran Matematika
13) Expose bahan ajar matematika
14) Sda
15) Sda
16) UAS
Sumber Belajar
1. Uba Umbara. (2017). Psikologi Pembelajaran Matematika
(Melaksanakan Pembelajaran Matematika Berdasarkan Tinjauan
Matematika). Yogyakarta : Penerbit Deepublish.
2. Ernest, P. (1991). The Philosophy of Mathematics Education.
London: The Falmer Press.
3. Krutetskii (1976). The Psychology of Mathematyical Abilities in
School Children. Chicago: University of Chicago Press.
4. Ruseffendi, H. E. T. (2006). Pengantar kepada membantu Guru
mengembangkan Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika
untuk Meningkatkan CBSA. Bandung: Transito.
Pengantar Teori Psikologi
• Psikologi adalah ilmu yang tergolong muda (sekitar akhir 1800-an.), akan
tetapi manusia di sepanjang sejarah telah memperhatikan masalah
psikologi, seperti filusuf yunani terutama Plato dan Aristoteles. Setelah itu
St. Augustine (354-430) dianggap tokoh besar dalam psikologi modern
karena perhatiannya pada intropeksi dan keingintahuannya tentang
fenomena psikologi.
• Descartes (1596-1650) mengajukan teori bahwa hewan adalah mesin yang
dapat dipelajari sebagaimana mesin lainnya. Ia juga memperkenalkan
konsep kerja refleks. Banyak ahli filsafat terkenal lain dalam abad tujuh
belas dan delapan belas-Leibnits, Hobbes, Locke, Kant, dan Hume
memberikan sumbangan dalam bidang psikologi. Pada waktu itu psikologi
masih berbentuk wacana belum menjadi ilmu pengetahuan.
• Psikologi (dari bahasa Yunani Kuno: psyche = jiwa dan logos = kata)
dalam arti bebas psikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang
jiwa/mental. Karena itu, perkataan psikologi sering diartikan atau
diterjemahkan sebagai ilmu pengetahuan'tentang jiwa atau disingkat
dengan ilmu jiwa. Namun demikian, ada beberapa ahli yang kurang
sependapat bahwa pengertian psikologi itu benar-benar sama dengan ilmu
jiwa, walaupun ditinjau dari arti katanya, kedua istilah itu adalah sama.
Pengantar Teori Psikologi
Kekekalan banyak, kekekalan materi, kekekalan volum, kekekalan panjang, dan kekekalan luas.
Tahap Konkrit-Operasional
(7 – 11 tahun)
• Pada periode ini, anak memperoleh tambahan kemampuan yang disebut
system of operations (satuan langkah berpikir).
• Satuan langkah berfikir anak kelak akan menjadi dasar terbentuknya intelegensi
intuitif. Dalam intelegensi operasional anak yang sedang berada pada tahap
konkret-operasional terdapat sistem kognitif yang meliputi :
✓ Conservation (konservasi atau pengekalan), adalah kemampuan anak dalam
memahami aspek-aspek kumulatif materi, seperti: volume dan jumlah.
✓ Addition of classes (penambahan golongan benda), yakni: kemampuan anak
dalam memahami cara mengkombinasikan beberapa golongan benda yang
dianggap berkelas lebih rendah dan menghubungkannya dengan benda
berkelas tinggi. Kemampuan ini juga meliputi kecakapan memilah dan
memilih benda-benda yang tergabung dalam sebuah benda yang berkelas
tinggi menjadi benda-benda yang berkelas rendah.
✓ Multification of classes (pelipatgandaan golongan benda), yakni kemampuan
yang melibatkan pengetahuan mengenai cara mempertahankan dimensi-
dimensi benda untuk membentuk golongan-golongan benda. Selain itu,
kemampuan ini juga meliputi kemampuan memahami cara sebaliknya.
Beberapa Contoh Tahap Konkret
Oprasional (7 – 11 tahun)
Tahap Formal-operasional
(11 – 15 tahun)
• Pada tahap ini Piaget menekankan bahwa proses belajar merupakan suatu
proses asimilasi dan akomodasi informasi ke dalam struktur mental. Asimilasi
adalah penyerapan informasi baru dalam pikiran. Sedangkan, akomodasi
adalah menyusun kembali struktur pikiran karena adanya informasi baru,
sehingga informasi tersebut mempunyai tempat (Ruseffendi 1988).
• Dalam perkembangan kognitif tahap akhir ini seorang remaja telah memiliki
kemampuan mengkoordinasikan baik secara simultan (serentak) maupun
berurutan dua ragam kognitif, yaitu :
✓ Kapasitas menggunakan hipotesis. Dengan kapasitas menggunakan
hipotesis (anggapan dasar), seorang remaja akan mampu berpikir
hipotesis, yakni berpikir mengenai sesuatu khususnya dalam hal
pemecahan masalah dengan menggunakan anggapan dasar yang relevan
dengan lingkungan yang ia respons.
✓ Kapasitas menggunakan prinsip abstrak. Dengan menggunakan
menggunakan prinsip abstrak, remaja akan mampu mempelajari materi-
materi yang abstrak. Misalnya ilmu-ilmu matematika yang abstrak dan
ilmu lainya dengan luas dan mendalam.
Konsep Dasar Piaget dalam
Pembelajaran Matematika
• Menurut Fadjar Shadiq & Nur Amini Mustajab (2011) kunci utama teori Piaget
yang harus diketahui guru matematika yaitu bahwasanya perkembangan kognitif
seorang siswa bergantung kepada seberapa jauh si siswa itu dapat memanipulasi
dan aktif berinteraksi dengan lingkungannya, dalam arti bagimana ia mengaitkan
antara pengetahuan yang telah dimiliki dengan pengalaman barunya. Dengan
demikian, pembelajaran yang dilakukan oleh guru dengan memaksimalkan
interaksi antara siswa dengan lingkungannya akan mengarahkan siswa untuk aktif
mengikuti proses pembelajaran.
• Menurut Piaget (Ruseffendi, 2006) ada tiga dalil pokok dalam
perkembangan mental manusia, yaitu :
✓ Perkembangan intelektual terjadi melalui tahap-tahap beruntun yang selalu
terjadi dengan urutan yang sama.
✓ Tahap-tahap itu didefinisikan sebagai kluster dari operasi-operasi mental yang
menunjukkan adanya tingkah laku intelektual.
✓ Gerak melalui tahap-tahap itu dilengkapkan oleh adanya keseimbangan
(ekuilibration) proses pengembangan yang menguraikan tentang interksi
antara pengalaman (asimilasi) dan struktur kognitif yang timbul (akomodasi)
Empat Konsep Dasar Piaget Dalam
pendidikan matematika
• Skemata yaitu kumpulan dari skema-skema. Seorang individu dapat mengikat,
memahami, dan memberikan respons terhadap stimulus disebabkan karena
bekerjanya schemata ini (TIM MKPBM UPI, 2001).
• Asimilasi dimaksudkan sebagai penyerapan informasi baru ke dalam pikiran
(Ruseffendi, 2006). Proses asimilasi ini dilakukan dengan jalan memadukan
stimulus atau persepsi kedalam skemata atau perilaku yang telah ada. Misalnya,
seorang anak belum pernah diperkenalkan/diajarkan tentang persamaan kuadrat:
ax2 + bx + c = 0, tetapi ia telah diperkenalkan atau diajarkan persamaan linear.
Asimilasi pada dasarnya tidak mengubah skemata, tetapi mempengaruhi atau
memungkinkan pertumbuhan skemata.
• Akomodasi adalah menyusun kembali struktur fikiran karena adanya informasi
baru, sehingga informasi itu mempunyai tempat (Ruseffendi, 2006).
• Ekuilibrum merupakan keseimbangan antara asimilasi dan akomodasi. Sedangkan
Disekuilibrym adalah keadaan tidak seimbang antara asimilasi dan akomodasi.
Contoh Aplikasi teori Piaget
Perananan guru dalam hal ini adalah membantu siswa dalam menemukan
pengetahuan.
Proses Internalisasi Menurut Teori
Bruner
Proses internalisasi akan terjadi secara sungguh-sungguh (yang berarti proses
belajar terjadi secara optimal) jika pengetahuan yang dipelajari itu dipelajari
dalam tiga tahap dengan urutan sebagai berikut :
1. Tahap enaktif, dalam tahap ini anak secara langsung terlihat dalam
memanipulasi (mengotak-atik) objek.
2. Tahap ikonik, dalam tahap ini kegiatan yang dilakukan anak berhubungan
dengan mental, yang merupakan gambaran dari objek-objek yang
dimanipulasinya. Anak tidak langsung memanipulasi objek seperti yang
dilakukan siswa dalam tahap enaktif.
3. Tahap simbolik, dalam tahap ini anak memanipulasi symbol-simbol atau
lambing-lambang objek pada tahap sebelumnya. Siswa pada tahap ini sudah
mampu menggunakan notasi tanpa ketergantungan terhadap objek riil.
Peranan Guru dalam Belajar
Penemuan
1. Merencanakan pelajaran sedemikian rupa sehingga pelajaran itu terpusat pada
masalah-masalah yang tepat untuk diselidiki oleh para siswa.
2. Menyajikan materi pelajaran yang diperlukan sebagai dasar bagi para siswa untuk
memecahkan masalah. Guru hendaknya memulai dengan sesuatu yang sudah
dikenal siswa. Kemudian guru mengemukakan sesuatu yang berlawanan. Dengan
demikian terjadi konflik dengan pengalaman siswa.
3. Guru harus menyajikan dengan cara enaktif, ikonik dan simbolik. Enaktif adalah
melalui tindakan atau dengan kata lain belajar sambil melakukan (learning by
doing). Ikonik adalah didasarkan atas pikiran internal. Pengetahuan disajikan
melalui gambar-gambar yang mewakili suatu konsep. Simbolik adalah
menggunakan kata-kata atau bahasa-bahasa.
4. Bila siswa memecahkan masalah di laboratorium atau secara teoritis, guru
hendaknya berperan sebagai seorang pembimbing atau tutor. Guru hendaknya
jangan mengungkapkan terlebih dahulu prinsip atau aturan yang akan dipelajari,
tetapi hendaknya memberikan saran-saran bila diperlukan. Sebagai seorang tutor,
guru hendaknya memberikan umpan balik pada waktu yang tepat.
5. Menilai hasil belajar merupakan suatu masalah dalam belajar penemuan. Secara
garis besar belajar penemuan ialah mempelajari generalisasi-generalisasi dengan
menemukan sendiri konsep-konsep itu.
Faktor-faktor yang Harus
Diperhatikan
1. Guru harus bertindak sebagai fasilitator, mengecek pengetahuan yang
dipunyai siswa sebelumnya, menyediakan sumber-sumber belajar dan
menanyakan pertanyaan yang bersifat terbuka.
2. Siswa membangun pemaknaannya melalui eksplorasi, manipulasi dan
berpikir.
3. Penggunaan teknologi dalam pengajaran, siswa sebaiknya melihat bagaimana
teknologi tersebut bekerja daripada hanya sekedar diceritakan oleh guru
(Sugihartono, dkk, 2007)
• Dalam hal ini anak-anak diberikan sekumpulan bangun datar dengan berbagai
jenis bangun datar dengan variasi besar yang berbeda. Penggunaan notasi yang
tepat akan mempermudah ditemukannya penyelesaian untuk berbagai macam
soal, mempermudah ditemukannya berbagai prinsip matematika, dan juga
mempermudah pengembangan berbagai konsep, prinsip dan prosedur dalam
matematika.
Teorema Notasi (Notation
Theorem)
Dari contoh tersebut, jelaslah bahwa penggunaan dalil notasi dapat menjadi
jembatan bagi anak untuk memahami konsep yang kompleks berawal dari konsep
sederhana dengan tidak mengesampingkan sistematika yang berurutan dengan jelas.
Urutan yang dimaksudkan adalah sebagai tahapan yang digunakan berdasarkan
perkembangan kognitif anak.
Teorema Kekontrasan dan Variasi
(Contrast and Variation Theorem)
• Didalam teorema kekontrasan dan variasi dikemukakan bahwa sesuatu konsep
matematika akan lebih mudah dipahami oleh siswa apabila konsep itu
dikontaskan dengan konsepkonsep yang lain, sehingga perbedaan antara konsep
itu dengan konsep-konsep yang lain menjadi jelas. Dalam dalil ini dinyatakan
bahwa pengkontrasan dan keanekaragaman sangat penting dalam melakukan
pengubahan konsep difahami dengan mendalam, diperlukan contoh-contoh
yang banyak sehingga anak mampu mengetahui karakteristik konsep tersebut
(TIM MKPBM UPI, 2001).
• Sebagai contoh, untuk mengingkatkan pemahaman siswa tentang konsep
persegi, maka siswa perlu diberikan contoh dan bukan contoh persegi yang
mirip. Misalnya dikontraskan bangun datar persegi dengan bangun datar belah
ketupat. Disamping itu, dalam mengkontraskan bangun-bangun tersebut perlu
diperhatikan variasi bentuk bangunnya. Sebaiknya siswa perlu diperkenalkan
dengan berbagai variasi posisi bangun persegi untuk menambah wawasan siswa
tentang bangun persegi. Konsep yang diterangkan dengan contoh dan bukan
contoh adalah salah satu cara pengontrasan (TIM MKPBM UPI, 2001). Dengan
membandingkan konsep yang satu dengan yang lain, perbedaan dan hubungan
(jika ada) anatar konsep yang satu dengan konsep yang lain menjadi jelas.
Teorema Kekontrasan dan Variasi
(Contrast and Variation Theorem)
Teorema Konektivitas (Connectivity
Theorem)
• Didalam teorema konektivitas disebutkan bahwa setiap konsep, setiap prinsip dan
setiap keterampilan dalam matematika berhubungan dengan konsep-konsep, prinsip-
prinsip dan keterampilan-keterampilan yang lain. TIM MKPBM (2001)
mengungkapkan bahwa dalam dalil ini dinyatakan bahwa dalam matematika antara
satu konsep dengan konsep lainya terdapat hubungan yang erat, bukan saja dari segi
isi, namun juga dari segi rumus-rumus yang digunakan.
• Adanya hubungan antara konsep-konsep, prinsip-prinsip dan keterampilan-
keterampilan itu menyebabkan struktur dari setiap cabang metamatika menjadi jelas.
Guru perlu menjelaskan bagaimana hubungan antara sesuatu yang sedang dijelaskan
dengan objek atau rumus lain, apakah hubungan itu dalam kesamaan rumus yang
digunakan, sama-sama dapat digunakan dalam bidang aplikasi atau dalam hal-hal
lainya (TIM MKPBM UPI, 2001).
• Dalam pembelajaran matematika, tugas guru bukan hanya membantu siswa dalam
memahami konsep-konsep, prinsip-prinsip serta memiliki keterampilan-keterampilan
tertentu, tetapi juga membantu siswa dalam memahami hubungan antara konsep-
konsep, prinsip-prinsip dan keterampilan-keterampilan tersebut. Dengan memahami
hubungan antara bagian yang satu dengan yang lain dari matematika, pemahaman
siswa terhadap struktur dan isi matematika menjadi lebih utuh.
Teorema Konektivitas (Connectivity
Theorem)
• Contoh teori konektivitas, untuk menentukan sudut suatu garis dengan suatu
bidang pada sebuah bangun ruang. Kita harus menentukan obyek matematika
dari sudut fakta, konsep, prinsip dan operasi. Tetapi kita juga harus mengetahui
obyek matematika suatu garis pada bidang. Sehingga dapat dihubungkan dan
kita dapat menentukan sudutnya. Misalkan menentukan sudut AD dengan
bidang BCGF.
Teori belajar bermakna (Ausubel)
• Teori belajar Ausubel terkanal dengan belajar bermaknanya dan pentingnya
pengulangan sebelum belajar dimulai (TIM MKPBM UPI, 2001). Perbedaan
mendasar dari belajar bermakna dengan belajar menghafal adalah pada belajar
bermakna materi yang telah diperoleh siswa itu dikembangkan dengan keadaan
lain sehingga belajarnya lebih dimengerti sementara pada belajar menghafal
siswa hanya menghafalkan materi yang telah di diperolehnya.
• Suherman, dkk (2003) menggolongkan Ausubel sebagai penganut aliran
psikologi tingkah laku. Demikian juga dengan Ruseffendi (2006) menyatakan
bahwa Ausubel terkenal dengan belajar bermaknanya dan mementingkan
adanya pengulangan sebelum pelajaran dimulai. Sementara Hudojo (1998)
memasukkannya ke dalam aliran psikologi kognitif karena Ausubel menyatakan
bahwa belajar menjadi bermakna bila informasi yang diterima siswa disusun
dengan struktur kognitif yang dimiliki siswa itu sehingga siswa itu dapat
mengaitkan informasi barunya dengan struktur kognitif yang dimilikinya.
• Belajar bermakna sebagai suatu cara belajar dalam mengembangkan dan
mengaitkan informasi dalam struktur kognitif.
Advanced Organizer
• Hudojo (1988) menyatakan bahwa advanced organizer terdiri dari ungkapan
verbal di satu pihak, sesuatu yang sudah diketahui peserta didik di pihak lain.
• Secara singkat dikatakan „pengatur‟ (organizer) itu ada lebih dahulu sebelum
informasi baru harus diserap. Informasi baru itu di „tanam‟kan ke dalam rangka
pengetahuan yang lebih luas, yang pada saat yang sama dibeda-bedakan satu
dengan yang lain yang kesemuanya itu ada di dalam kerangka tersebut.
• Menurut Ausubel, organizer ini diberikan pada awal belajar, dan disajikan dalam
bentuk abstrak tingkat tinggi, umum dan menyeluruh. Karena substansi
organizer atau rangkaian organizer dipilih berdasarkan kecocokannya untuk
menjelaskan, mengintegrasikan dan menghubungkan materi terdahulu satu sama
lainnya, maka strategi ini dalam waktu bersamaan memenuhi kriteria baik
substansi maupun program guna meningkatkan kekuatan pengorganisasian
struktur kognitif (Ausubel, 1963 p.81, dalam Mediawiki, 2007). Dalam sebarang
kasus advance organizer dirancang untuk menyediakan apa yang disebut
psikologi kognitif sebagai “mental scaffolding” untuk belajar informasi baru
(Smith, 1990).
Advanced Organizer
Ausubel juga menekankan organizer berbeda dengan tinjauan ulang dan ringkasan
yang hanya menekankan pada ide kunci dan disajikan dalam tingkat abstraksi dan
keumuman yang sama dengan materi yang akan disampaikan. Organizer berperan
sebagai jembatan yang menghubungkan materi yang sedang dpelajari dengan
gagasan terkait yang sudah dimiliki siswa. Ausubel menekankan dua prinsip advance
organizer, yaitu :
1. Gagasan utama dari suatu subyek harus disajikan terlebih dahulu, baru kemudian
masuk kedalam bagian-bagiannya atau kespesifikannya.
2. Materi ajar harus diupayakan terintegrasi dengan bahan yang terdahulu melalui
perbandingan dan rujuk-silang antara materi lama dan yang baru.
Belajar Menerima, Menemukan,
Menghafal dan Bermakna
• Pada belajar menerima, siswa hanya menerima sedangkan pada belajar
menemukan, konsep harus dicari atau ditemukan oleh siswa. Belajar
bermakna merupakan suatu proses mengaitkan informas baru pada konsep-
konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang.
• Dahar (1996) menyatakan bahwa peristiwa psikologi tentang bermakna
menyangkut asimilasi informasi baru pada pengetahuan yang telah ada
dalam struktur kognitif seseorang. Jadi dalam belajar bermakna informasi
baru diasimilasikan pada subsumer-subsumer relevan yang telah ada dalam
struktur kognitif. Belajar bermakna yang baru berakibatkan pertumbuhan dan
modifikasi subsumer-subsumer yang telah ada itu.
Empat Kemungkinan Tipe Belajar
Menurut Ausubel
1. Belajar dengan penemuan yang bermakna adalah informasi yang
dipelajari, ditentukan secara bebas oleh siswa. Siswa itu kemudian
menghubungkan pengetahuan yang baru dengan struktur kognitif
yang dimiliki.
2. Belajar menerima yang bermakna adalah informasi yang telah
tersusun secara logik disajikan kepada siswa dalam bentuk final. Siswa
kemudian menghubungkan pengetahuan yang baru itu dengan
struktur kognitif yang dimiliki.
3. Belajar penemuan yang tidak bermakna adalah informasi yang
dipelajari ditentukan secara bebas oleh siswa, kemudian ia
menghafalnya.
4. Belajar menerima yang tidak bermakna adalah informasi dari setiap
materi disajikan kepada siswa dalam bentuk final. Siswa tersebut
kemudian menghafalkannya. Materi disajikan tanpa memperhatikan
pengetahuan yang dimiliki siswa.
Karakteristik Belajar Bermakna dan
Belajar Menghafal
Belajar Bermakna Belajar Menghafal
Tidak berubah-ubah, tidak secara Barubah-ubah, secara harfiah, tidak
harfiah, menggabungkan menggaungkan pengetahuan baru ke
pengatahuan baru ke dalam dalam struktur kognitif.
struktur kognitif.
Berusaha untuk menghubungkan Tidak ada usaha untuk
pengetahuan baru dengan mengintegrasikan pengetahuan baru
konsep-konsep yang lebih tinggi dengan konsep yang ada dalam
dalam struktur kognitif. struktur kognitif.
Belajar dihubungkan dengan Belajar tidak dihubungkan dengan
pengalaman dari kejadian atau pengalaman dari kejadian atau
obyek. obyek.
Komit menghubungkan Tidak komit menghubungkan
pengetahuan baru dengan pengatahuan baru dengan pelajaran
pelajaran sebelumnya sebelumnya.
Penerapan teori Ausubel dalam
pembelajaran Matematika
• Belajar Hafalan (Rote Learning)
Belajar menghafal adalah siswa berusaha menerima dan menguasai bahan
yang diberikan oleh guru atau yang dibaca tanpa makna. Istilah belajar
hafalan ini kemudian diperkenalkan dengan istilah “belajar dengan membeo”
oleh Fadjar Shadiq.
• Belajar Bermakna (Meaningful Learning)
Belajar bermakna adalah suatu proses belajar di mana informasi baru
dihubungkan dengan struktur pengertian yang sudah dipunyai seseorang
yang sedang belajar. Sebagai ahli psikologi pendidikan Ausubel menaruh
perhatian besar pada siswa di sekolah, dengan memperhatikan/memberikan
tekanantekanan pada unsur kebermaknaan dalam belajar melalui Bahasa
(meaningful verbal learning). Kebermaknaan diartikan sebagai kombinasi dari
informasi verbal, konsep, kaidah dan prinsip, bila ditinjau bersama-sama.
Oleh karena itu belajar dengan prestasi hafalan saja tidak dianggap sebagai
belajar bermakna.
Contoh Belajar Hafalan
(Rote Learning)
Contoh Belajar Bermakna
(Meaningful Learning)
Tentang Gagne
• Robert Mills Gagne adalah seorang ilmuan psikologi yang lahir pada tahun 1916
di North Andover, MA. dan meninggal pada tahun 2002. Pada tahun 1937
Gagne memperoleh gelar A.B. dari Yale dan pada tahun 1940 memperoleh gelar
Ph.D. pada bidang psikologi dari Brown University. Gelar profesor diperolehnya
ketika mengajar di Connecticut College for Woman dari 1940-1949.
• Pada waktu inilah dia mulai mengembangkan teori “Conditions of Learning”
yang mengarah pada hubungan tujuan pembelajaran dengan kesesuaiannya
dengan desain pengajaran. Gagne merupakan seorang tokoh psikologi yang
mengembangkan teori belajar dan pengajaran. Walaupun pada awal karirnya,
dia adalah seorang behaviorist, namun belakangan dia memusatkan perhatian
pada pengaruh pemrosesan informasi terhadap belajar dan memori. Dia juga
dikenal seabagai seorang psikolog eksperimental yang berkonsentrasi pada
belajar dan pengajaran.
• Gagne adalah salah seorang pakar teori lain yang ideidenya dapat membantu
guru dalam menstruktur aktivitas-aktivitas problem-solving (Wahyudin, 2012).
• Kontribusi besar Gagne dalam pengembangan pengajaran adalah tulisan-
tulisannya tentang : Intructional System Design, The Condition of Learning
(1965) dan Principles of Intructional Design (Gagne). Ketiga
Tentang Gagne
• Kontribusi besar Gagne dalam pengembangan pengajaran adalah tulisan-
tulisannya tentang : Intructional System Design, The Condition of Learning
(1965) dan Principles of Intructional Design (Gagne).
• Ketiga karyanya tersebut telah mendominasi bagaimana melaksanakan
pengajaran untuk berbagai topik pelajaran di sekolah. Gagne digolongkan ke
dalam kelompok behavioris dia lebih memperhatikan hasil akhir dari belajar
anak dari pada proses untuk mencapai belajar itu (Wahyudin, 2012).
• Perbedaan mendasar dari teori Gagne dengan Teori Piaget adalah bahwa:
Gagne dalam teorinya menjelaskan mengenai pertumbuhan dan
perkembangan berpikir sebagai hasil dari belajar, sementara teori-teori Piaget
menjelaskan pertumbuhan dan perkembangan berpikir sebagai hal yang
terkait pada faktor-factor biologis berurutan maju pada kecepatan tetap.
Teori yang dikemukakan Gagne dikenal dengan teori hirarki belajar (Learning
Hierarchies).
Teori belajar mengajar matematika
Gagne
• Matematika merupakan imu yang dibangun dengan pola, struktur dan
sistematis dalam mengkaji objek-objek matematika. Gagne membagi objek-
objek matematika menjadi objek langsung dan objek tak langsung (TIM
MKPBM UPI, 2001).
• Lebih lanjut kemudian dijelaskan bahwa bahwa yang termasuk kedalam
objek langsung adalah berupa fakta, keterampilan, konsep dan aturan.
Sedangkan yang termasuk objek tak langsung dalam matematika antara lain
kemampuan menyelidiki dan memecahkan masalah, belajar mandiri, bersikap
positif terhadap matematika, dan tahu bagaimana semestinya belajar. Kedua
objek tersebut berperan penting dalam kegiatan matematika, karena secara
eksklusif bersentuhan langsung dengan aktivitas berpikir.
Objek Langsung
• Fakta adalah konvensi (semufakatan) dalam matematika seperti lambang,
notasi, ataupun aturan.
• Konsep adalah suatu ide abstrak yang memungkinkan seseorang untuk
mengklasifikasi suatu objek dan menerangkan apakah objek tersebut
merupakan contoh atau bukan contoh dari ide abstrak tersebut. Contohnya,
konsep tentang : barisan aritmetika, deret geometri, hiperbola, dan integral.
Seorang siswa SMK disebut telah mempelajari suatu konsep jika ia telah dapat
membedakan contoh dari yang bukan contoh. Untuk itu, siswa harus dapat
menunjukkan atribut atau sifat-sifat khusus dari objek yang termasuk contoh
dan yang bukan contoh.
• Dikenal empat cara mengajarkan konsep, yaitu:
✓ Dengan menggunakan beberapa contoh dan yang bukan contoh dari
konsep yang dibicarakan.
✓ Deduktif, dimulai dari definisi lalu ke contohnya.
✓ Induktif, dimulai dari contoh lalu membahas definisinya.
✓ Kombinasi deduktif dan induktif, dimulai dari contoh lalu membahas
definisinya dan kembali ke contoh, atau dimulai dari definisi lalu
membahas contohnya lalu Kembali membahas definisinya.
Objek Langsung
• Prinsip (keterkaitan antar konsep) adalah suatu pernyataan yang memuat
hubungan antara dua konsep atau lebih. Contohnya, rumus luas segitiga dan
rumus umum suku ke-n suatu barisan geometri. Seorang siswa SMK
dinyatakan telah memahami suatu prinsip jika ia dapat mengingat aturan,
rumus, atau teorema yang ada, dapat mengenal dan memahami konsep-
konsep yang ada pada prinsip tersebut, serta dapat menggunakan prinsip
tersebut pada situasi yang tepat.
• Skill atau keterampilan adalah suatu prosedur atau aturan untuk
mendapatkan atau memperoleh suatu hasil tertentu. Contohnya,
menentukan jumlah kuadrat dari akar-akar suatu persamaan kuadrat,
merasionalkan penyebut suatu pecahan, ataupun menentukan turunan fungsi
trigonometri. Penguasaan keterampilan para siswa harus berlandaskan pada
pengertian dan tidak hanya pada hafalan semata-mata.
Objek Tak Langsung
• Obyek tak langsung adalah obyek yang terjadi sebagai akibat pemberian
obyek langsung seperti terjadinya transfer belajar, kemampuan inquiry dan
problem solving,belajar mandiri (disiplin diri), bersikap positif terhadap
matematika dan tahu bagaimana semestinya belajar. Kedua obyek
matematika ini dapat diperoleh siswa setiap pelaksanaan pembelajaran guru
ataupun ketika siswa belajar sendiri suatu materi matematika.
Tipe Belajar Menurut Gagne
Pengelompokan tipe belajar menjadi 8 kelompok oleh Gagne ini, kemudian
dikenal dengan teori hirarki belajar (Learning Hierarchies). Menurut Gagne,
belajar dapat dikelompokkan ke dalam 8 tipe belajar yaitu :
1. Belajar isyarat,
2. Stimulus respon,
3. Rangkaian gerak,
4. Rangkaian verbal,
5. Membedakan,
6. Pembentukan konsep,
7. Pembentukan aturan
8. Pemecahan masalah (ruseffendi, 2006).
Kedelapan tipe belajar itu terurut tingkat kesukarannya dari yang mudah ke yang
paling sulit. Jadi belajar dengan pemecahan masalah adalah tipe belajar yang
paling sulit.
Contoh Learning Hierarchies dalam
Pembelajaran Matematika
Contoh Learning Hierarchies dalam
Pembelajaran Matematika
Sembilan Tahap Kegiatan
Pembelajaran Menurut Gagne
1. Gaining attention,
2. Information the learner of the objective,
3. Stimulating recall of prior Learning,
4. Presenting the stimulus
5. Probiding learner guidance
6. Elliciting performance
7. Giving feedback
8. Assesing performance
9. Enhancing retention and Transfer.