Anda di halaman 1dari 87

Psikologi Pendidikan Matematika

Dr. Uba Umbara, M.Pd., MM

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


STKIP MUHAMMADIYAH
KUNINGAN
2020/2021
Biodata
• Nama : Dr. Uba Umbara, M.Pd. M.M
• TTL : Kuningan, 06 Nopember 1985
• NIDN : 0406118503
• Pendidikan : S1 Pendidikan Matematika 2008
S2 Magister Manajemen Pendidikan 2010
S2 Magister Pendidikan Matematika 2015
S3 Doktor Pendidikan Matematika 2020
• Pekerjaan : Dosen Tetap YASIKA Majalengka 2008 – 2013
Dosen STKIP Muhammadiyah Kuningan 2013 – Skrg
• Alamat : Jl. Tentara Pelajar No. 383 Blok pahing Desa
Bayuning Kecamatan Kadugede Kabupaten Kuningan.
• HP : 085295646369
• E-mail : uba1985bara@gmail.com atau uba.bara@upmk.ac.id
Pertemuan 1

Kontrak Perkuliahan

Kontrak Umum
• Sebelum perkuliahan dimulai perwakilan mahasiswa diwajibkan
menginformasikan kepada Dosen mengenai ruangan yang dipakai
untuk perkuliahan.
• Mahasiswa yang terlambat masuk kelas selama maksimal 15 menit
diperbolehkan masuk kelas namun kehadiran dihitung setengah.
• Mahasiswa perempuan tidak diperkenankan memakai celana jeans
• Mahasiswa laki-laki tidak diperkenankan untuk memakai kaos dan
disarankan untuk memakai celana kain katun
• Seluruh mahasiswa tidak diperbolehkan untuk memakai sandal
Kontrak Perkuliahan
Kontrak Kegiatan Pembelajaran
• Pendekatan pembelajaran yang digunakan adalah pendekatan
berbasis masalah.
• Mahasiswa wajib mempuyai buku sumber atau referensi lainnya.
• Mahasiswa wajib membuat paper sebelum perkuliahan.
• Setiap mahasiswa yang tidak mengumpulkan tugas yang diberikan
maka tugas tersebut terus menerus terakumulasi pada pertemuan
selanjutnya.
• Perkulihan efektif (tatap muka) dilakukan selama 14 kali pertemuan,
jika mahasiswa tidak mencapai jumlah tersebut maka mahasiswa ybs
tidak diperkenankan untuk mengikuti UAS jika diperkenankan pun
ybs harus bisa memenuhi syarat yang diberikan oleh Dosen.
• Penilaian terdiri atas : Kehadiran 10%, tugas terstruktur 20%, tugas
kelompok 20%, uts 25%, uas 25%
Deskripsi Mata Kuliah
• Dalam perkuliahan ini dibahas hakekat matematika, hakekat anak
dalam matematika, matematika sekolah, pentingnya matematika
diajarkan di sekolah, pembelajarannya, pendidikan matematika
sebagai disiplin ilmu, dan penjajagan perkembangan mental anak-
anak Indonesia dalam belajar matematika. menyajikan dan
mendiskusikan secara lebih mendalam teori-teori psikologi yang
berkaitan dengan belajar dan mengajar matematika, misalny aliran
disiplin mental, pengaitan, teori perkembangan mental, alitran
tingkah laku dan konstruktivisme
Rincian Materi Perkuliahan tiap
Pertemuan
1) Orientasi Mata Kuliah dan Kontrak Perkuliahan
2) Pengantar Teori Psikologi;
3) Psikologi Pembelajaran Matematika;
4) Konsep dasar Piaget dalam pembelajaran matematika;
5) Paham kontruktivisme dalam pembelajaran matematika;
6) Belajar matematika sebagai proses kognitif;
7) Prinsip pembelajaran matematika berdasarkan teori bruner;
8) UTS
9) Teori belajar bermakna;
10)Penerapan teori Ausubel dalam pembelajaran Matematika.
Rincian Materi Perkuliahan tiap
Pertemuan
11) Teori belajar mengajar matematika Gagne.
12) Penggunaan teori Vygotsky dalam pembelajaran Matematika
13) Expose bahan ajar matematika
14) Sda
15) Sda
16) UAS
Sumber Belajar
1. Uba Umbara. (2017). Psikologi Pembelajaran Matematika
(Melaksanakan Pembelajaran Matematika Berdasarkan Tinjauan
Matematika). Yogyakarta : Penerbit Deepublish.
2. Ernest, P. (1991). The Philosophy of Mathematics Education.
London: The Falmer Press.
3. Krutetskii (1976). The Psychology of Mathematyical Abilities in
School Children. Chicago: University of Chicago Press.
4. Ruseffendi, H. E. T. (2006). Pengantar kepada membantu Guru
mengembangkan Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika
untuk Meningkatkan CBSA. Bandung: Transito.
Pengantar Teori Psikologi
• Psikologi adalah ilmu yang tergolong muda (sekitar akhir 1800-an.), akan
tetapi manusia di sepanjang sejarah telah memperhatikan masalah
psikologi, seperti filusuf yunani terutama Plato dan Aristoteles. Setelah itu
St. Augustine (354-430) dianggap tokoh besar dalam psikologi modern
karena perhatiannya pada intropeksi dan keingintahuannya tentang
fenomena psikologi.
• Descartes (1596-1650) mengajukan teori bahwa hewan adalah mesin yang
dapat dipelajari sebagaimana mesin lainnya. Ia juga memperkenalkan
konsep kerja refleks. Banyak ahli filsafat terkenal lain dalam abad tujuh
belas dan delapan belas-Leibnits, Hobbes, Locke, Kant, dan Hume
memberikan sumbangan dalam bidang psikologi. Pada waktu itu psikologi
masih berbentuk wacana belum menjadi ilmu pengetahuan.
• Psikologi (dari bahasa Yunani Kuno: psyche = jiwa dan logos = kata)
dalam arti bebas psikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang
jiwa/mental. Karena itu, perkataan psikologi sering diartikan atau
diterjemahkan sebagai ilmu pengetahuan'tentang jiwa atau disingkat
dengan ilmu jiwa. Namun demikian, ada beberapa ahli yang kurang
sependapat bahwa pengertian psikologi itu benar-benar sama dengan ilmu
jiwa, walaupun ditinjau dari arti katanya, kedua istilah itu adalah sama.
Pengantar Teori Psikologi

Gerungan (Nyayu Khodijah, 2016) menyatakan bahwa, ilmu jiwa berbeda


dengan psikologi dalam duahal, yaitu:
1. Ilmu jiwa adalah istilah bahasa Indonesia sehari-hari yang dikenal dan
digunakan secara luas, sedang psikologi merupakan istilah scientific.
2. Ilmu jiwa mengandung arti yang lebih luas dari psikologi. Ilmu jiwa
meliputi semua pemikiran, pengetahuan, tanggapan, juga hayalan dan
spekulasi tentang jiwa, sedang psikologi hanya meliputi ilmu pengetahuan
tentang jiwa yang berdasarkan pada kaidah-kaidah ilmiah.
Definisi Psikologi

Gerungan (Nyayu Khodijah, 2016) menyatakan bahwa, ilmu jiwa berbeda


dengan psikologi dalam duahal, yaitu:
1. Ilmu jiwa adalah istilah bahasa Indonesia sehari-hari yang dikenal dan
digunakan secara luas, sedang psikologi merupakan istilah scientific.
2. Ilmu jiwa mengandung arti yang lebih luas dari psikologi. Ilmu jiwa
meliputi semua pemikiran, pengetahuan, tanggapan, juga hayalan dan
spekulasi tentang jiwa, sedang psikologi hanya meliputi ilmu pengetahuan
tentang jiwa yang berdasarkan pada kaidah-kaidah ilmiah.
Definisi Psikologi
• Psikologi tidak mempelajari jiwa/mental itu secara langsung karena
sifatnya yang abstrak, tetapi psikologi membatasi pada manifestasi dan
ekspresi dari jiwa/mental tersebut yakni berupa tingkah laku dan proses
atau kegiatannya.
• Psikologi dapat didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari
tingkah laku dan proses mental. Secara umum psikologi adalah ilmu yang
mempelajari gejala kejiwaan seseorang yang sangat penting adanya dalam
proses pendidikan.
• Psikologi pendidikan merupakan alat dalam mencapai tujuan pendidikan
yang telah ditetapkan, karena prinsip yang terkandung dalam psikologi
pendidikan dapat dijadikan landasan berfikir dan bertindak dalm
mengelola proses belajar mengajar, yang merupakan unsur utama dalam
pelaksanaan setiap sistem pendidikan.
• Crow & Crow (dalam M. Ngalim Purwanto, 2010) memberikan batasan
tentang psikologi sebagai berikut : psychology is the study of human
behavior and human relationship.
Definisi Psikologi Menurut Ahli
• Wilhelm Wubdt (dalam Davidoff, 1981) menyatakan bahwa psikologi
adalah ilmu tentang kesadaran manusia (the science of human
consciouness). Definisi ini nampaknya sangat membatasi ruang lingkup
psikologi karena hal-hal yang tidak disadari seperti tidur dan mimpi
dianggap bukan sebagai bidang kajiannya.
• Woodworth dan Marquis (1957) menyatakan bahwa psikologi adalah
ilmu tentang aktivitas-aktivitas individu, mencakup aktivitas motorik,
kognitif, maupun emosional. Definisi ini lebih bersifat praktis karena
langsung mengarah pada aktivitas-aktivitas konkret yang dilakukan
manusia sebagai manifestasi kondisi kejiwaannya.
• Branca (1965) dalam bukunya yang berjudul Psychology the Science of
Behavior, mendefinisikan psikologi sebagai ilmu tentang perilaku. Dalam
hal ini, Branca memberikan definisi yang menunjukan secara jelas bahwa
psikologi adalah ilmu yang memperlajari perilaku, hanya saja tidak
dikemukakan apakah perilaku manusia saja ataukah perilaku hewan juga
dipelajari.
Definisi Psikologi Menurut Ahli
• Sartain dkk (1967) menyatakan bahwa psikologi merupakan ilmu tentang
perilaku manusia. Definisi ini menjelaskan bahwa perilaku yang dipelajari
adalah perilaku manusia.
• Knight and Knight (1981) menyatakan bahwa psikologi dapat didefinisikan
sebagai studi sistematis tentang pengalaman dan perilaku manusia dan
hewan, normal dan abnormal, individu dan social. Dalam definisi ini
dijelaskan bahwa perilaku yang dipelajari tidak hanya dibatasi pada
perilaku manusia, melainkan juga meliputi perilaku hewan.
• Morgan, dkk (1986) menyatakan bahwa psikologi adalah ilmu tentang
perilaku manusia dan hewan namun penerapan ilmu tersebut pada
manusia (the science of human and animal behavior; it includes the
application of this science of human problem). Definisi ini menjelaskan
bahwa hasil penelitian tentang perilaku hewan pada akhirnya adalah
digunakan untuk kepentingan memahami perilaku manusia.
Obyek Psikologi
1. Obyek material, yakni obyek yang dipandang secara keseluruhannya.
Adapun obyek material dari psikologi adalah manusia. Manusia,
disamping menjadi obyek psikologi juga menjadi obyek bagi ilmu-ilmu
yang lain. sosiologi, antropologi, sejarah, biologi, ilmu kedokteran, ilmu
hokum, ilmu mendidik, semuanya obyeknya adalah manusia.
2. Obyek formal, jika dipandang menurut aspek mana yang dipentingkan
dalam penyelidikan psikologi itu. Dalam hal ini maka obyek formal dari
psikologi adalah berbeda-beda menurut perubahan zaman dan
pandangan para ahli masing-masing. Pada zaman Yunani sampai abad
pertengahan misalnya, yang menjadi obyek formalnya adalah hakekat
jiwa. Kemudian pada masa Descartes obyek psikologi itu adalah gejala-
gejala kesadaran, yakni apa-apa yang langsung kita hayati dalam
kesadaran kita : tanggapan, perasaan, emosi-emosi, hasrat, kemauan dan
sebagainya. Pada aliran Behaviorisme yang timbul di Amerika pada
permulaan abad ke-20 ini yang menjadi obyeknya ialah tingkah laku
manusia yang tampak (lahiriah). Sedangkan pada aliran psikologi yang
dipelopori oleh Freud, obyeknya adalah gejala-gejala ketidaksadaran
manusia.
Psikologi Pendidikan
1. Psikologi pendidikan sendiri membahas psikologi dalam hubungannya
dengan pendidikan atau kegunaan psikologi dalam pendidikan.
2. Secara umum psikologi pendidikan adalah ilmu yang mempelajari gejala
kejiwaan seseorang yang sangat penting adanya dalam proses
pendidikan. Psikologi pendidikan merupakan alat dalam mencapai tujuan
pendidikan yang telah ditetapkan, karena prinsip yang terkandung dalam
psikologi pendidikan dapat dijadikan landasan berfikir dan bertindak
dalm mengelola proses belajar mengajar, yang merupakan unsur utama
dalam pelaksanaan setiap sistem pendidikan.
3. Psikologi pendidikan berusaha untuk mendeskripsikan kemungkinan-
kemungkinan masalah yang terjadi dalam dunia pendidikan dan solusi
yang dapat digunakan untuk mengantisipasinya.
4. Dalam menerapkan prinsip psikologis tersebut diperlukan adanya figur
guru yang kompeten, dan guru yang kompeten adalah guru yang mampu
melaksanakan profesinya secara bertanggung jawab yang mampu
mengelola proses belajar-mengajar sebaik mungkin sesuai dengan prinsip-
prinsip psikologi.
Psikologi Pendidikan Menurut Ahli
1. Barlow (Nyayu Khodijah, 2016) medefinisikan psikologi pendidikan
sebagai sebuah pengetahuan berdasarkan riset psikologis yang
menyediakan serangkaian sumber-sumber untuk membantu dalam
pelaksanaan tugas seorang guru dalam proses belajar mengajar secara
efektif.
2. Muhibin Syah (2002) yang menyatakan bahwa psikologis pendidikan
adalah sebuah disiplin psikologi yang menyelidiki masalah psikologis yang
terjadi dalam dunia pendidikan.
3. Definisi yang paling luas menurut Elliot, dkk (Nyayu Khodijah, 2016)
adalah bahwa psikologi pendidikan merupakan aplikasi yang mempelajari
perkembangan, belajar, motivasi, pembelajaran dan isu isu lain yang
berkaitan yang timbul dalam setting pendidikan.
4. Crow & Crow (M. Ngalim Purwanto, 2010) secara eksplisit
mengungkapkan bahwa psikologi pendidikan sebagai ilmu terapan
(applied science) berusaha untuk menerangkan masalah belajar menurut
prinsip-prinsip dan fakta-fakta mengenai tingkah laku manusia yang telah
ditentukan secara ilmiah.
Ruang Lingkup Psikologi Pendidikan
Crow & Crow (M. Ngalim Purwanto, 2010) mengemukakan ruang lingkup
psikologi pendidikan, yang terdiri dari:
a. Sampai sejauh mana faktor-faktor pembawaan dan lingkungan berpengaruh
terhadap belajar;
b. Sifat-sifat dari proses belajar;
c. Hubungan antara tingkat kematangan dengan kesiapan belajar (learning
readness);
d. Signifikansi pendidikan terhadap perbedaan-perbedaan individu dalam
kecepatan dan keterbatasan belajar;
e. Perubahan-perubahan jiwa (inner changes) yang terjadi selama dalam belajar;
f. Hubungan antara prosedur-prosedur mengajar dengan hasil belajar;
g. Teknik-teknik yang sangat efektif bagi penilaian kemajuan dalam belajar;
h. Pengaruh/akibat relatif dari pendidikan formal dibandingkan dengan
pengalaman-pengalaman belajar yang insidental dan informal terhadap suatu
individu;
i. Nilai/manfaat sikap ilmiah terhadap pendidikan bagi personil sekolah;
j. Akibat/pengaruh psikologis (psychological impact) yang ditimbulkan oleh
kondisi-kondisi sosiologis terhadap sikap para siswa.
Manfaat Memahami Psikologi
Pendidikan
1. Merumuskan tujuan pembelajaran secara tepat;
2. Memilih strategi atau metode pembelajaran yang sesuai dengan kondisi
dan kemampuan peserta didik;
3. Memilih alat bantu dan media pembelajaran yang tepat;
4. Memberikan bimbingan atau bahkan memberikan konseling kepada
peserta didik;
5. Memotivai belajar peserta didik;
6. Menciptakan iklim belajar yang kondusif;
7. Berinteraksi dengan peserta didik secara baik dan disegani;
8. Menilai hasil belajar peserta didik.
Psikologi Pembelajaran Matematika
• Dalam pembelajaran matematika tugas seorang guru yang paling penting
adalah meyakinkan peserta didiknya bahwa yang akan dipelajari
merupakan konsep-konsep matematika yang dapat digunakan dalam
kehidupan sehari-hari dengan menekankan bahwa matematika dibangun
berdasarkan keterkaitan konsep.
• Keterkaitan konsep dalam matematika merupakan bagian integral dari
matematika itu sendiri, yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain.
• Dalam pembelajaran matematika agar mudah dimengerti oleh siswa,
proses penalaran induktif dapat dilakukan pada awal pembelajaran dan
kemudian dilanjutkan dengan proses penalaran deduktif untuk
menguatkan pemahaman yang sudah dimiliki oleh siswa.
• Tidak hanya itu, guru harus meyakinkan peserta didik bahwa matematika
berfungsi untuk mengembangkan kemampuan bernalar melalui kegiatan
penyelidikan, eksplorasi, dan eksperimen, sebagai alat pemecahan
masalah melalui pola pikir dan model matematika, serta sebagai alat
komunikasi melalui simbol, tabel, grafik, diagram, dalam menjelaskan
gagasan.
Pengertian Psikologi Pembelajaran
Matematika
• Psikologi pembelajaran matematika menurut Resnick dan Ford (1984)
adalah ilmu yang mengkaji tentang struktur atau susunan bangunan
matematika itu sendiri dan mengkaji juga tentang bagaimana seseorang itu
berpikir ( think), bernalar (reason), dan bagimana ia menggunakan
kemampuan intelektualnya tersebut.
• Seperti telah dipahami, bahwa matematika merupakan suatu bahan kajian
yang memiliki objek abstrak dan dibangun melalui proses penalaran
deduktif, yaitu kebenaran suatu konsep diperoleh sebagai akibat logis dari
kebenaran sebelumnya sehingga keterkaitan antar konsep dalam
matematika bersifat sangat kuat dan jelas.
• Untuk memahami suatu konsep matematika yang bersifat abstrak tidaklah
mudah sehingga perlu diajarkan dari hal-hal yang konkrit menuju ke
konsep yang abstrak tersebut. Keberhasilan guru melaksanakan peran
mengajar siswa bergantung pada kemampuannya untuk menciptakan
suasana belajar yang baik di kelas dengan mampu merancang
pembelajaran dengan berusaha mengaitkan antar konsep dalam
matematika.
Tujuan Pembelajaran Matematika

• Mempersiapkan peserta didik agar dapat menggunakan matematika dan


pola pikir matematika dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran
matematika yang dilaksanakan terfokus pada melatih dan menumbuhkan
cara berpikir secara sistematis, logis, kritis, kreatif dan konsisten.
• Mengembangkan sikap gigih dan percaya diri sesuai dalam menyelesaikan
masalah.
• Membantu siswa mempersiapkan diri agar sanggup menghadapi
perubahan keadaan di dalam kehidupan dan di dunia yang selalu
berkembang, melalui latihan bertindak atas dasar pemikiran secara logis,
rasional dan kritis (TIM MKPBM, 2003).
Tugas Guru Matematika
Tugas seorang guru matematika menurut Permendiknas 22 Tahun 2006
(Depdiknas, 2006) tentang Standar Isi adalah membantu siswanya untuk
mendapatkan :
(1) Pengetahuan matematika yang meliputi konsep, keterkaitan antar
konsep, dan algoritma;
(2) Kemampuan bernalar;
(3) Kemampuan memecahkan masalah;
(4) Kemampuan mengomunikasikan gagasan dan ide;
(5) Sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan.

Secara umum, tugas utama seorang guru matematika adalah membimbing


siswanya tentang bagaimana belajar yang sesungguhnya (learning how to
learn) dan bagaimana memecahkan setiap masalah yang menghadang dirinya
(learning how to solve problems) sehingga bimbingan tersebut dapat
digunakan dan dimanfaatkan di masa depan mereka (Fadjar Shadiq & Nur
Amini Mustajab, 2011).
Prinsip-prinsip Matematika Sekolah
1. Keadilan. Keunggukan mutu didalam pendidikan matematika
menuntutkan keadilan, harapan-harapan dan dukungan kuat untuk
semua siswa.
2. Kurikulum. Suatu kurikulum adalah lebih daripada sekumpulankegiatan :
kurikulum mestilah koheren, berfokus pada matematika yang penting,
serta diartikulasikan secara baik dari tingkat kelas ke tingkat kelas.
3. Pengajaran. Pengajaran matematika yang efektif menuntut pemahaman
atas apa yang para siswa ketahui dan perlu pelajari serta kemudian
menantang dan mendukung mereka untuk mempelajarinya dengan baik.
4. Belajar. Para siswa mesti mempelajari matematika bersama pemahaman,
secara aktif membangun pengetahuan baru dari pengalaman dan
pengetahuan sebelumnya.
5. Assessment. Assessment mesti mendukung dipelajarinya matematika yang
penting serta memberikan keterangan yang berguna bagi para siswa dan
guru.
6. Teknologi. Teknologi adalah essensial di dalam pengajaran dan belajar
matematika (Wahyudin, 2012).
Beberapa Aliran Psikologi
• Aliran Psikologi Behavioristik (Tingkah Laku). Psikologi aliran behavioristik
mulai berkembang sejak lahirnya teori-teoti tentang belajar, yang
dipelopori oleh Thorndike, Pavlov, Watson, dan Guthrie.
• Aliran Psikologi Kognitif. Tokoh utama aliran teori psikologi kognitif
adalah Jean Piaget dan Lawrence Kohlberg. Selanjutnya, psikologi kognitif
mulai berkembang dengan lahirnya teori Gestalt. Peletak dasar psikologi
ini adalah Mex Wertheimer yang meneliti tentang pengamatan dan
problem solving.
• Aliran Psikologi Humanistik. Tokoh-tokoh dalam psikologi humanistic
adalah Arthur W. Combs, Abraham Maslow, Bloom dan Krathwohl, Kolb,
Honey dan Mumford, Habermas, dan Carl Rogers.
• Aliran Psikologi Kontruktivisme. Tokoh-tokoh dalam psikologi
kontruktivisme adalah Vygotsky, Taylor, Wilson, Teslow, Atwel, Bleicher &
Cooper, dan Slavin.
Konsep Dasar Piaget dalam Pembelajaran
Matematika
• Jean Piaget adalah bapak psikologi kognitif yang hidup antara tahun 1896 sampai
tahun 1980. Piaget lahir di Swiss, pada mulanya bukan seorang psikolog,
melainkan seorang ahli biologi yang sejak umur 20 tahun telah terkenal di daratan
eropa. Ia mengklasifikasikan perkembangan kognitif anak menjadi empat tahapan
(Muhubbin Syah, 2009). Tahapan perkembangan kognitif anak tersebut, adalah
sebagai berikut.

No. Tahap Perkembangan Usia Perkembangan Kognitif


1 Sensory motor (sensori-motor) 0 sampai 2 tahun
2 Preoprasional (Preoprasional) 2 sampai 7 tahun
3 Concrete-operational (Konkret-operasional) 7 sampai 11 tahun
4 Formal-operasional (Formal-operasional) 11 sampai 15 tahun
Istilah-istilah Khusus dalam
Teori Psikologi Piaget
1. Sensory-motor schema (skema sensori-motor), ialah sebuah atau serangkaian
perilaku terbuka yang tersusun secara sistematis untuk merespons lingkungan
(barang, orang, keadaaan, dan kejadian).
2. Cognitive schema (skema kognitif), ialah perilaku tertutup berupa tatanan
langkah-langkah kognitif (operations) yang berfungsi memahami apa yang
tersirat atau menyimpulkan lingkungan yang direspons.
3. Object permanence (ketetapan benda), yakni anggapan bahwa sebuah benda
akan tetap ada walaupun sudah ditinggalkan atau tidak dilihat lagi.
4. Assimilation (asimilasi), yakni proses aktif dalam menggunakan skema untuk
merespons lingkungan.
5. Accomodation (akomodasi) yakni penyesuaian aplikasi skema yang cocok
dengan lingkungan yang direspons.
6. Equilibrium (Ekuilibrium), yakni keseimbangan antara skema yang digunakan
dengan lingkungan yang direspons sebagai hasil ketepatan akomodasi.
Tahap Sensori-motor (0 – 2 tahun)
TIM MKPBM UPI (2003) menjelaskan tahapan sensory motor ini
menjadi beberapa tahap, yaitu.
1. Pada mulanya pengalaman bersatu dengan dirinya, ini berarti bahwa
suatu objek itu ada bila ada pada penglihatannya.
2. Perkembangan selanjutnya ia mulai berusaha untuk mencari objek
yang asalnya terlihat kemudian menghilang dari pandangannya, asal
perpindahannya terlihat.
3. Akhir dari tahap ini ia mulai mencari objek yang hilang bila denda
tersebut tidak terlihat perpindahannya. Objek mulai terpisah dari
dirinya dan bersamaan dengan itu konsep objek dalam struktur
kognitifnya mulai matang.
Tahap Praoprasional (2 – 7 tahun)
• Pada tahap ini perkembangan anak bermula pada saat anak telah memiliki
penguasaan sempurna mengenai object permanence.
• Object permanence (ketetapan adanya benda) muncul dari kapasitas kognitif
baru yang disebut dengan representation atau mental reprersentation
(gambaran mental). Representasi mental juga memungkinkan anak untuk
mengembangkan deferred imitation (peniruan yang tertunda).
• Seiring dengan munculnya kapasitas deferred imitation, muncul juga gejala
insight-learning, yakni gejala belajar berdasarkan tilikan akal.
• Menurut Mairer (TIM MKPBM UPI, 2001) tahap pra operasional ini adalah
tahap persiapan untuk pengorganisasian operasi konkrit berupa tindakan-
tindakan kognitif, seperti mengklasifikasikan sekelompok objek (clasifiying),
menata letak benda-benda menurut urutan tertentu ( seriation), dan
membilang (counting).
Beberapa Contoh Tahap
Praoprasional (2 – 7 tahun)

Kekekalan banyak, kekekalan materi, kekekalan volum, kekekalan panjang, dan kekekalan luas.
Tahap Konkrit-Operasional
(7 – 11 tahun)
• Pada periode ini, anak memperoleh tambahan kemampuan yang disebut
system of operations (satuan langkah berpikir).
• Satuan langkah berfikir anak kelak akan menjadi dasar terbentuknya intelegensi
intuitif. Dalam intelegensi operasional anak yang sedang berada pada tahap
konkret-operasional terdapat sistem kognitif yang meliputi :
✓ Conservation (konservasi atau pengekalan), adalah kemampuan anak dalam
memahami aspek-aspek kumulatif materi, seperti: volume dan jumlah.
✓ Addition of classes (penambahan golongan benda), yakni: kemampuan anak
dalam memahami cara mengkombinasikan beberapa golongan benda yang
dianggap berkelas lebih rendah dan menghubungkannya dengan benda
berkelas tinggi. Kemampuan ini juga meliputi kecakapan memilah dan
memilih benda-benda yang tergabung dalam sebuah benda yang berkelas
tinggi menjadi benda-benda yang berkelas rendah.
✓ Multification of classes (pelipatgandaan golongan benda), yakni kemampuan
yang melibatkan pengetahuan mengenai cara mempertahankan dimensi-
dimensi benda untuk membentuk golongan-golongan benda. Selain itu,
kemampuan ini juga meliputi kemampuan memahami cara sebaliknya.
Beberapa Contoh Tahap Konkret
Oprasional (7 – 11 tahun)
Tahap Formal-operasional
(11 – 15 tahun)
• Pada tahap ini Piaget menekankan bahwa proses belajar merupakan suatu
proses asimilasi dan akomodasi informasi ke dalam struktur mental. Asimilasi
adalah penyerapan informasi baru dalam pikiran. Sedangkan, akomodasi
adalah menyusun kembali struktur pikiran karena adanya informasi baru,
sehingga informasi tersebut mempunyai tempat (Ruseffendi 1988).
• Dalam perkembangan kognitif tahap akhir ini seorang remaja telah memiliki
kemampuan mengkoordinasikan baik secara simultan (serentak) maupun
berurutan dua ragam kognitif, yaitu :
✓ Kapasitas menggunakan hipotesis. Dengan kapasitas menggunakan
hipotesis (anggapan dasar), seorang remaja akan mampu berpikir
hipotesis, yakni berpikir mengenai sesuatu khususnya dalam hal
pemecahan masalah dengan menggunakan anggapan dasar yang relevan
dengan lingkungan yang ia respons.
✓ Kapasitas menggunakan prinsip abstrak. Dengan menggunakan
menggunakan prinsip abstrak, remaja akan mampu mempelajari materi-
materi yang abstrak. Misalnya ilmu-ilmu matematika yang abstrak dan
ilmu lainya dengan luas dan mendalam.
Konsep Dasar Piaget dalam
Pembelajaran Matematika
• Menurut Fadjar Shadiq & Nur Amini Mustajab (2011) kunci utama teori Piaget
yang harus diketahui guru matematika yaitu bahwasanya perkembangan kognitif
seorang siswa bergantung kepada seberapa jauh si siswa itu dapat memanipulasi
dan aktif berinteraksi dengan lingkungannya, dalam arti bagimana ia mengaitkan
antara pengetahuan yang telah dimiliki dengan pengalaman barunya. Dengan
demikian, pembelajaran yang dilakukan oleh guru dengan memaksimalkan
interaksi antara siswa dengan lingkungannya akan mengarahkan siswa untuk aktif
mengikuti proses pembelajaran.
• Menurut Piaget (Ruseffendi, 2006) ada tiga dalil pokok dalam
perkembangan mental manusia, yaitu :
✓ Perkembangan intelektual terjadi melalui tahap-tahap beruntun yang selalu
terjadi dengan urutan yang sama.
✓ Tahap-tahap itu didefinisikan sebagai kluster dari operasi-operasi mental yang
menunjukkan adanya tingkah laku intelektual.
✓ Gerak melalui tahap-tahap itu dilengkapkan oleh adanya keseimbangan
(ekuilibration) proses pengembangan yang menguraikan tentang interksi
antara pengalaman (asimilasi) dan struktur kognitif yang timbul (akomodasi)
Empat Konsep Dasar Piaget Dalam
pendidikan matematika
• Skemata yaitu kumpulan dari skema-skema. Seorang individu dapat mengikat,
memahami, dan memberikan respons terhadap stimulus disebabkan karena
bekerjanya schemata ini (TIM MKPBM UPI, 2001).
• Asimilasi dimaksudkan sebagai penyerapan informasi baru ke dalam pikiran
(Ruseffendi, 2006). Proses asimilasi ini dilakukan dengan jalan memadukan
stimulus atau persepsi kedalam skemata atau perilaku yang telah ada. Misalnya,
seorang anak belum pernah diperkenalkan/diajarkan tentang persamaan kuadrat:
ax2 + bx + c = 0, tetapi ia telah diperkenalkan atau diajarkan persamaan linear.
Asimilasi pada dasarnya tidak mengubah skemata, tetapi mempengaruhi atau
memungkinkan pertumbuhan skemata.
• Akomodasi adalah menyusun kembali struktur fikiran karena adanya informasi
baru, sehingga informasi itu mempunyai tempat (Ruseffendi, 2006).
• Ekuilibrum merupakan keseimbangan antara asimilasi dan akomodasi. Sedangkan
Disekuilibrym adalah keadaan tidak seimbang antara asimilasi dan akomodasi.
Contoh Aplikasi teori Piaget

Fadjar Shadiq & Nur Amini Mustajab (2011)


Contoh Aplikasi teori Piaget

Fadjar Shadiq & Nur Amini Mustajab (2011)


Perkembangan Kognitif Seseorang
• Kematangan (maturation) otak dan sistem syarafnya. Siswa yang memiliki
ketidaksempurnaan yang berkait dengan kematangan ini, sedikit banyak akan
mengurangi kemampuan dan perkembangan kognitifnya.
• Pengalaman (experience) yang terdiri atas:
✓ Pengalaman fisik (physical experience), yaitu interaksi manusia dengan
lingkungannya.
✓ Pengalaman logika-matematis (logico-mathematical experience), yaitu
kegiatan-kegiatan pikiran yang dilakukan manusia.
• Transmisi sosial ( social transmission), yaitu interaksi dan kerjasama yang
dilakukan oleh manusia dengan orang lain.
• Penyeimbangan (equilibration), suatu proses, sebagai akibat ditemuinya
pengalaman (informasi) baru, seperti ditunjukkan pada diagram Piaget di
atas.
Paham Kontruktivisme
• Konstruktivisme adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa
pengetahuan adalah bentukan (konstruksi) kita sendiri. Pengetahuan merupakan
hasil dari konstruksi kognitif melalui kegiatan seseorang dengan membuat struktur,
kategori, konsep, dan skema yang diperlukan untuk membentuk pengetahuan
tersebut.
• Konstruktivisme merupakan landasan berpikir (filosofi) pembelajaran konstektual
yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang
hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak sekonyong-konyong.
• Paham kontruktivisme memandang bahwa pengetahuan bukanlah seperangkat
fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia
harus mengkontruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman
nyata. Dengan pengalaman tersebut, siswa akan cenderum mempunyai daya ingat
yang lebih lama, karena pengalaman yang dimiliki didapatkan oleh dirinya sendiri.
• Pembelajaran yang mendasarkan pada prinsip-prinsip konstruktivisme,
menganjurkan pada guru untuk tidak mengajarkan konsep secara jadi. Tetapi
sebuah proses belajar yang menuntut guru untuk mendorong siswanya agar
membangun atau menemukan konsep dengan cara mereka sendiri, sehingga ia
meyakini cara yang dilakukan itu adalah benar dan masuk akal. Pembelajaran
matematika dengan prinsip konstruktivisme, mengarahkan siswa kepada aktivitas
seperti mengobservasi atau mengeksplorasi.
Paham Kontruktivisme dalam
Pembelajaran Matematika
• Cobb (1991) menyatakan bahwa para ahli kontruktivis yang lain mengatakan
bahwa dari perspektifnya konstruktivis, belajar matematika bukanlah suatu
proses pengepakan pengetahuan secara hati-hati, melainkan hal
mengorganisir aktivitas, dimana kegiatan ini diinterpretasikan secara luas
termasuk aktivitas dan berpikir konseptual.
• Pembelajaran matematika yang didasari oleh teori konstruktivis mendudukan
siswa sebagai peran sentral dalam prosesnya, dimana siswa dituntut untuk
beraktivitas dan berpikir konstruktif mengenai konsep-konsep matematika.
• Begitu pula proses menyelesaikan tugas-tugas matematika di kelas merupakan
proses mengkonstruksi secara aktif (Steeflan, 1991 dalam Windayana, 2004).
• Pemaknaan mendasar dari implementasi teori belajar konstruktivis dalam
pembelajaran matematika adalah memberikan pemahaman bagi siswa
bahwa belajar matematika bukanlah mempelajari matematika secara
procedural dengan memaparkan sejumlah rumus untuk digunakan dalam
pemecahan masalah matematika.
Powerful Construction dalam
Matematika
Confrey (TIM MKPBM UPI, 2001) menawarkan suatu powerful construction
dalam matematika dengan mengidentifikasi 10 karakteristik dari powerful
construction berfikir siswa yang ditandai oleh :
1. Sebuah struktur dengan ukuran kekonsistenan ukuran internal;
2. Sebuah keterpaduan antar bermacam-macam konsep;
3. Suatu kekonvergenan diantara aneka bentuk dan konteks;
4. Kemampuan untuk merefleksi dan menjelaskan;
5. Sebuah kesinambungan sejarah;
6. Terikat kepada bermacam-macam system symbol;
7. Suatu yang cocok dengan pendapat expert (ahli);
8. Suatu yang potensial untuk bertindak sebagai alat untuk konstruksi lebih
lanjut;
9. Sebagai petunjuk untuk tindakan berikutnya;
10. Suatu kemampuan untuk menjustifikasi dan mempertahankan.
Cir-iciri Pembelajaran Matematika
dalam Pandangan Konstruktivisme
1. Menyediakan pengalaman belajar dengan mengaitkan pengetahuan yang telah
dimiliki sedemikian rupa sehingga belajar melalui proses pembentukan
pengetahuan.
2. Menyediakan berbagai alternatif pengalaman belajar, tidak semua mengerjakan
tugas yang sama, misalnya satu masalah dapat dikerjakan dengan berbagai cara.
3. Mengintegrasikan pembelajaran dengan situasi yang realistik dan relevan
dengan melibatkan pengalaman konkrit, misalnya memahami konsep
matematika melalui pengalaman sehari-hari.
4. Mengintegrasikan pembelajaran sehingga memungkinkan terjadinya transmisi
sosial yaitu terjadi interaksi dan kerja sama seseorang dengan orang lain atau
dengan lingkungannya, misalnya interaksi dan kerja sama antara siswa, guru
dan siswasiswa.
5. Memanfaatkan berbagai media termasuk komunikasi lisan dan tulisan sehingga
pembelajaran menjadi lebih efektif.
6. Melibatkan siswa secara emosional dan sosial sehingga matematika menjadi
menarik dan siswa mau belajar.
Hudojo (1998)
Contoh Aplikasi Pandangan Konstrutivisme
dalam Pembelajaran Matematika
Teori Belajar Bruner
• Jerome S Bruner, seorang ahli psikologi perkembangan dari universitas
Harvard, Amerika Serikat yang mempelajari bagaimana manusia
memperoleh pengetahuan, menyimpan pengetahuan dan mentransformasi
pengetahuan.
• Bruner adalah salah satu yang paling dikenal dan berpengaruh psikologi pada
abad ke-20. dia adalah salah satu tokoh kunci dalam apa yang disebut
“Revolusi Kognitif”Bruner mengatakan bahwa belajar terjadi lebih
ditentukan oleh cara seseorang mengaturpesan atau informasi dan bukan
ditentukan oleh umur. Asumsi teori ini adalah bahwa setiap orang telah
memiliki pengetahuan dan pengalaman yang telah tertata dalam bentuk
struktur kognitif yang telah dimilikinya.
• Para penganut aliran kognitif mengatakan bahwa belajar tidak sekedar
melibatkan hubungan antara stimulus dan respon. Namun lebih dari itu,
belajar melibatkan proses berfikir yang sangat kompleks (Hamzah B. Uno,
2006).
• Proses belajar akan berjalan dengan baik jika materi pelajaran atau informasi
baru beradaptasi dengan struktur kognitif yang dimilikinya.
Teori Belajar Bruner
• Bruner dalam teorinya menyatakan bahwa belajar matematika akan lebih
berhasil jika proses pengajaran diarahkan kepada konsep-konsep dan
struktur-struktur yang terbuat dalam pokok bahasan yang diajarkan,
disamping hubungan yang terkait antara konsep-konsep dan struktur-struktur
(TIM MKPBM UPI, 2001).
• Bruner (TIM MKPBM UPI, 2001) melalui teorinya mengungkapkan bahwa
dalam proses belajar anak sebaiknya diberi kesempatan untuk memanipulasi
benda-benda (alat peraga). Melalui alat peraga yang ditelitinya, anak dapat
melihat langsung mengenai ketraturan dan pola dari benda-benda yang
dimanipulasi. Dengan pengamatan yang dilakukannya tersebut, anak dapat
menghubungkan hasil pengamatan dengan keterangan intuitif yang telah
dimilikinya.
• Menurut Bruner, belajar merupakan suatu proses aktif yang memungkinkan
manusia untuk menemukan hal-hal baru di luar informasi yang diberikan
kepada dirinya. Sebagai contoh, seorang siswa mempelajari bangun datar
persegi bisa menemukan berbagai hal penting dan menarik, sekalipun pada
awalnya mereka hanya mengetahui sedikit informasi tentang bangun datar
persegi.
Belajar Matematika Sebagai Proses
Kognitif
Bruner berpandangan bahwa belajar atau pertumbuhan kognitif sebagai
konseptualisme instrumental. Pandangan ini berpusat pada dua prinsip yakni :
1. Pengetahuan seseorang tentang alam didasarkan pada model-model tentang
kenyataan yang dibangunnya
2. Model-model itu mula-mula diadopsi dari kebudayaan seseorang, kemudian
model-model itu diadaptasikan pada kegunaan bagi orang bersangkutan.

Bruner (1966) menandai perkembangan kognitif manusia sebagai berikut :


1. Perkembangan intelektual ditandai dengan adanya kemajuan dalam
menanggapi suatu rangsangan.
2. Peningkatan pengetahuan tergantung pada perkembangan sistem
penyimpan informasi secara realis.
3. Perkembangan intelektual meliputi perkembangan kemampuan berbicara
pada diri sendiri atau pada orang lain melalui kata-kata atau lambang
tentang apa yang telah dilakukan atau akan dilakukan. Hal ini berhubungan
dengan kepercayaan diri.
Teori Mengajar Bruner
1. Pengalaman Optimal untuk Mau dan Dapat Belajar. Menurut Bruner belajar
dan pemecahan masalah tergantung pada penyelidikan alternatif-alternatif.
Penyelidikan alternatif membutuhkan aktivitas, pemeliharaan dan
penghargaan.
2. Penstrukturan Pengetahuan Untuk Pemahaman Optimal. Ada tiga cara
penyajian, yaitu cara enaktif, ikonik dan simbolik. Penyajian cara enaktif
adalah melalui tindakan guru, cara ikonik melalui sekumpulan gambar-
gambar yang mewakili satu konsep dan cara simbolik menggunakan kata-kata
atau bahasa.
3. Perincian Urutan-Urutan Penyajian Materi Pelajaran Secara Optimal. Dalam
mengajar, siswa dibimbing melalui urutan-urutan pernyataan-pernyataan dari
suatu masalah atau sekumpulan pengetahuan untuk meningkatkan
kemampuan siswa dalam menerima, mengubah, mentransfer, apa yang telah
dipelajarinya.
4. Bentuk Dan Pemberian Reinforcement. Dapat dilakukan dengan memberikan
hadiah (pujian) dan mungkin hukuman yang tepat.

Perananan guru dalam hal ini adalah membantu siswa dalam menemukan
pengetahuan.
Proses Internalisasi Menurut Teori
Bruner
Proses internalisasi akan terjadi secara sungguh-sungguh (yang berarti proses
belajar terjadi secara optimal) jika pengetahuan yang dipelajari itu dipelajari
dalam tiga tahap dengan urutan sebagai berikut :
1. Tahap enaktif, dalam tahap ini anak secara langsung terlihat dalam
memanipulasi (mengotak-atik) objek.
2. Tahap ikonik, dalam tahap ini kegiatan yang dilakukan anak berhubungan
dengan mental, yang merupakan gambaran dari objek-objek yang
dimanipulasinya. Anak tidak langsung memanipulasi objek seperti yang
dilakukan siswa dalam tahap enaktif.
3. Tahap simbolik, dalam tahap ini anak memanipulasi symbol-simbol atau
lambing-lambang objek pada tahap sebelumnya. Siswa pada tahap ini sudah
mampu menggunakan notasi tanpa ketergantungan terhadap objek riil.
Peranan Guru dalam Belajar
Penemuan
1. Merencanakan pelajaran sedemikian rupa sehingga pelajaran itu terpusat pada
masalah-masalah yang tepat untuk diselidiki oleh para siswa.
2. Menyajikan materi pelajaran yang diperlukan sebagai dasar bagi para siswa untuk
memecahkan masalah. Guru hendaknya memulai dengan sesuatu yang sudah
dikenal siswa. Kemudian guru mengemukakan sesuatu yang berlawanan. Dengan
demikian terjadi konflik dengan pengalaman siswa.
3. Guru harus menyajikan dengan cara enaktif, ikonik dan simbolik. Enaktif adalah
melalui tindakan atau dengan kata lain belajar sambil melakukan (learning by
doing). Ikonik adalah didasarkan atas pikiran internal. Pengetahuan disajikan
melalui gambar-gambar yang mewakili suatu konsep. Simbolik adalah
menggunakan kata-kata atau bahasa-bahasa.
4. Bila siswa memecahkan masalah di laboratorium atau secara teoritis, guru
hendaknya berperan sebagai seorang pembimbing atau tutor. Guru hendaknya
jangan mengungkapkan terlebih dahulu prinsip atau aturan yang akan dipelajari,
tetapi hendaknya memberikan saran-saran bila diperlukan. Sebagai seorang tutor,
guru hendaknya memberikan umpan balik pada waktu yang tepat.
5. Menilai hasil belajar merupakan suatu masalah dalam belajar penemuan. Secara
garis besar belajar penemuan ialah mempelajari generalisasi-generalisasi dengan
menemukan sendiri konsep-konsep itu.
Faktor-faktor yang Harus
Diperhatikan
1. Guru harus bertindak sebagai fasilitator, mengecek pengetahuan yang
dipunyai siswa sebelumnya, menyediakan sumber-sumber belajar dan
menanyakan pertanyaan yang bersifat terbuka.
2. Siswa membangun pemaknaannya melalui eksplorasi, manipulasi dan
berpikir.
3. Penggunaan teknologi dalam pengajaran, siswa sebaiknya melihat bagaimana
teknologi tersebut bekerja daripada hanya sekedar diceritakan oleh guru
(Sugihartono, dkk, 2007)

Menurut Bruner, jika seseorang mempelajari sesuatu pengetahuan (misalnya


suatu konsep matematika), pengetahuan itu perlu dipelajari dalam tahap-tahap
tertentu agar pengetahuan itu dapat diinternalisasi dalam pikiran (struktur
kognitif) orang tersebut. Bruner menekankan suatu proses bagaimana seseorang
memilih, mempertahankan, dan mentransformasi informasi secara aktif (Fadjar
Shadiq & Nur Amini Mustajab, 2011).
Contoh Aplikasi Teori Bruner dalam
Pembelajaran Matematika
Untuk menentukan rumus keliling persegi panjang, tahapan pembelelajarannya
dapat dilakukan dengan cara :
• Pada tahap enaktif
✓ Guru menyediakan kertas (missal ukuran A4) dan gunting.
✓ Potonglah kertas tersebut sehingga berbentuk persegi
• Pada tahap ikonik
✓ 1Mintalah siswa menyatukan potongan-potongan tadi agar membentuk
persegi panjang.
✓ Kemudian mintalah siswa untuk memberikan identitas pada ujung-ujung
persegi panjang tersebut, berdasarkan segmennya (misal A, B, C dan D).
✓ Mintalah siswa untuk mengukur panjang masing-masing segmen (segmen
A ke B, segmen B ke C, segmen C ke D, dan segmen D ke A,).
✓ Setelah diketahui panjang masing-masing segmen, mintalah masing-masing
siswa untuk menjumlahkan hasil pengukuran, misal : 6 + 4 + 6 + 4.
✓ Setelah itu, minta siswa untuk menyederhanakan penjumlahan tersebut,
sehingga di dapat persamaan (2 x 6) + (2 x 4).
Contoh Aplikasi Teori Bruner dalam
Pembelajaran Matematika
• Pada tahap simbolik
✓ Mintalah siswa untuk penyederhanaan penjumlahan tadi dengan memakai
simbol.
✓ Sehingga menjadi 2P + 2L = K.
Contoh Aplikasi Teori Bruner dalam
Pembelajaran Matematika
Untuk menentukan rumus Segitiga, tahapan pembelelajarannya dapat dilakukan
dengan cara :
• Pada tahap enaktif
✓ Guru menyediakan kertas (missal ukuran A4) dan gunting.
✓ Buatlah berbagai segitiga dengan kertas dan gunting tadi (segitiga siku-siku,
segitiga samakaki) dengan berbagai jenis ukuran.
✓ Lipatlah segitiga tersebut menjadi sebuah persegi panjang.
• Pada tahap ikonik
✓ Membuat gambar berbagai segitiga di papan tulis.
✓ Membuat gambar bagaimana cara melipat segitiga yang sudah dibuat tadi.
• Pada tahap simbolik
✓ L segitiga = 2 x L persegi panjang
= 2 x (p x l)
= 2 x (½ a x ½ t)
=ax½t
=½axt
Prinsip pembelajaran matematika
berdasarkan teori bruner
• Dalam setiap kesempatan, pembelajaran matematika hendaknya dimulai
dengan pengenalan masalah yang sesuai dengan situasi (contextual problem).
Dengan mengajukan masalah kontekstual, peserta didik secara bertahap
dibimbing untuk menguasai konsep matematika dengan lebih mudah. Menurut
Bruner (dalam Hudoyo, 1990) belajar matematika adalah belajar mengenai
konsep-konsep dan struktur-struktur matematika yang terdapat didalam materi
yang dipelajari serta mencari hubungan antara konsep-konsep dan struktur-
struktur matematika itu.
• Bruner (Heruman, 2007) yang menyatakan bahwa pada pembelajaran
matematika harus ada keterkaitan antara pengalaman belajar siswa
sebelumnya yaitu pengalaman belajar yang pernah dialami siswa dengan
konsep yang akan diajarkan, dan dapat disimpulkan belajar merupakan suatu
proses aktif yang memungkinkan siswa untuk menemukan hal-hal yang baru
diluar informasi yang diberikan kepada dirinya. Selanjutnya, Bruner
(Sugihartono, dkk. 2007) belajar adalah yang bersifat aktif terkait dengan ide
Discovery Learning yaitu siswa berinteraksi dengan lingkungannya melalui
eksplorasi dan manipulasi objek, membuat pertanyaan dan membuat
eksperimen.
Teorema Konstruksi (Construction
Theorem)
• Teorema Konstruksi ini dapat dikatakan sebagai dalil penyusunan mengenai
representasi suatu objek. Dalil ini menyatakan bahwa jika anak ingin
mempunyai kemampuan dalam hal menguasai konsep, teorema, definisi dan
semacamnya, anak harus dilatih untuk melakukan penyusunan representasinya
(TIM MKPBM UPI, 2001). Didalam teorema konstruksi dikatakan bahwa cara
yang terbaik bagi seseorang siswa untuk mempelajari suatu konsep atau prinsip
dalam matematika adalah dengan mengkonstruksi sebuah representasi dari suatu
konsep atau prinsip tersebut.
• Fadjar Shadiq (2008) mengungkapkan bahwa teorema konstruksi merupakan
teori yang menyatakan bahwa siswa lebih mudah memahami ide-ide abstrak
dengan menggunakan peragaan konkret (enactive) dilanjutkan ke tahap semi
konkret (iconic) dan diakhiri dengan tahap abstrak (symbolic).
• Penerapan teorema konstruksi dicontohkan dalam memahami konsep bangun
datar, dengan cara memberikan sekumpulan bangun datar yang terdiri dari
berbagai variasi dan berbagai jenis bnagun datar. Dengan arahan guru melalui
prinsip scaffolding siswa diajak bermain-main dalam mengklasifikasikan bangun-
bangun datar yang memiliki ciri-ciri yang sama sesuai dengan petunjuk yang
diberikan guru.
Teorema Notasi (Notation
Theorem)
• Representasi dari suatu materi matematika akan lebih mudah dipahami oleh
siswa apabila didalam representasi itu digunakan notasi yang sesuai dengan
tingat perkembangan kognitif siswa. Namun demikian, notasi yang digunakan
dalam menyatakan sebuah konsep tertentu harus disesuaikan dengan tahap
perkembangan mental anak (TIM MKPBM UPI, 2001).
• Sebagai contoh, untuk siswa sekolah dasar, yang pada umumnya masih berada
pada tahap operasi konkrit, soal berbunyi : “Pilihlah diantara bangun dibawah
ini yang sama dengan bangun !

• Dalam hal ini anak-anak diberikan sekumpulan bangun datar dengan berbagai
jenis bangun datar dengan variasi besar yang berbeda. Penggunaan notasi yang
tepat akan mempermudah ditemukannya penyelesaian untuk berbagai macam
soal, mempermudah ditemukannya berbagai prinsip matematika, dan juga
mempermudah pengembangan berbagai konsep, prinsip dan prosedur dalam
matematika.
Teorema Notasi (Notation
Theorem)

Dari contoh tersebut, jelaslah bahwa penggunaan dalil notasi dapat menjadi
jembatan bagi anak untuk memahami konsep yang kompleks berawal dari konsep
sederhana dengan tidak mengesampingkan sistematika yang berurutan dengan jelas.
Urutan yang dimaksudkan adalah sebagai tahapan yang digunakan berdasarkan
perkembangan kognitif anak.
Teorema Kekontrasan dan Variasi
(Contrast and Variation Theorem)
• Didalam teorema kekontrasan dan variasi dikemukakan bahwa sesuatu konsep
matematika akan lebih mudah dipahami oleh siswa apabila konsep itu
dikontaskan dengan konsepkonsep yang lain, sehingga perbedaan antara konsep
itu dengan konsep-konsep yang lain menjadi jelas. Dalam dalil ini dinyatakan
bahwa pengkontrasan dan keanekaragaman sangat penting dalam melakukan
pengubahan konsep difahami dengan mendalam, diperlukan contoh-contoh
yang banyak sehingga anak mampu mengetahui karakteristik konsep tersebut
(TIM MKPBM UPI, 2001).
• Sebagai contoh, untuk mengingkatkan pemahaman siswa tentang konsep
persegi, maka siswa perlu diberikan contoh dan bukan contoh persegi yang
mirip. Misalnya dikontraskan bangun datar persegi dengan bangun datar belah
ketupat. Disamping itu, dalam mengkontraskan bangun-bangun tersebut perlu
diperhatikan variasi bentuk bangunnya. Sebaiknya siswa perlu diperkenalkan
dengan berbagai variasi posisi bangun persegi untuk menambah wawasan siswa
tentang bangun persegi. Konsep yang diterangkan dengan contoh dan bukan
contoh adalah salah satu cara pengontrasan (TIM MKPBM UPI, 2001). Dengan
membandingkan konsep yang satu dengan yang lain, perbedaan dan hubungan
(jika ada) anatar konsep yang satu dengan konsep yang lain menjadi jelas.
Teorema Kekontrasan dan Variasi
(Contrast and Variation Theorem)
Teorema Konektivitas (Connectivity
Theorem)
• Didalam teorema konektivitas disebutkan bahwa setiap konsep, setiap prinsip dan
setiap keterampilan dalam matematika berhubungan dengan konsep-konsep, prinsip-
prinsip dan keterampilan-keterampilan yang lain. TIM MKPBM (2001)
mengungkapkan bahwa dalam dalil ini dinyatakan bahwa dalam matematika antara
satu konsep dengan konsep lainya terdapat hubungan yang erat, bukan saja dari segi
isi, namun juga dari segi rumus-rumus yang digunakan.
• Adanya hubungan antara konsep-konsep, prinsip-prinsip dan keterampilan-
keterampilan itu menyebabkan struktur dari setiap cabang metamatika menjadi jelas.
Guru perlu menjelaskan bagaimana hubungan antara sesuatu yang sedang dijelaskan
dengan objek atau rumus lain, apakah hubungan itu dalam kesamaan rumus yang
digunakan, sama-sama dapat digunakan dalam bidang aplikasi atau dalam hal-hal
lainya (TIM MKPBM UPI, 2001).
• Dalam pembelajaran matematika, tugas guru bukan hanya membantu siswa dalam
memahami konsep-konsep, prinsip-prinsip serta memiliki keterampilan-keterampilan
tertentu, tetapi juga membantu siswa dalam memahami hubungan antara konsep-
konsep, prinsip-prinsip dan keterampilan-keterampilan tersebut. Dengan memahami
hubungan antara bagian yang satu dengan yang lain dari matematika, pemahaman
siswa terhadap struktur dan isi matematika menjadi lebih utuh.
Teorema Konektivitas (Connectivity
Theorem)
• Contoh teori konektivitas, untuk menentukan sudut suatu garis dengan suatu
bidang pada sebuah bangun ruang. Kita harus menentukan obyek matematika
dari sudut fakta, konsep, prinsip dan operasi. Tetapi kita juga harus mengetahui
obyek matematika suatu garis pada bidang. Sehingga dapat dihubungkan dan
kita dapat menentukan sudutnya. Misalkan menentukan sudut AD dengan
bidang BCGF.
Teori belajar bermakna (Ausubel)
• Teori belajar Ausubel terkanal dengan belajar bermaknanya dan pentingnya
pengulangan sebelum belajar dimulai (TIM MKPBM UPI, 2001). Perbedaan
mendasar dari belajar bermakna dengan belajar menghafal adalah pada belajar
bermakna materi yang telah diperoleh siswa itu dikembangkan dengan keadaan
lain sehingga belajarnya lebih dimengerti sementara pada belajar menghafal
siswa hanya menghafalkan materi yang telah di diperolehnya.
• Suherman, dkk (2003) menggolongkan Ausubel sebagai penganut aliran
psikologi tingkah laku. Demikian juga dengan Ruseffendi (2006) menyatakan
bahwa Ausubel terkenal dengan belajar bermaknanya dan mementingkan
adanya pengulangan sebelum pelajaran dimulai. Sementara Hudojo (1998)
memasukkannya ke dalam aliran psikologi kognitif karena Ausubel menyatakan
bahwa belajar menjadi bermakna bila informasi yang diterima siswa disusun
dengan struktur kognitif yang dimiliki siswa itu sehingga siswa itu dapat
mengaitkan informasi barunya dengan struktur kognitif yang dimilikinya.
• Belajar bermakna sebagai suatu cara belajar dalam mengembangkan dan
mengaitkan informasi dalam struktur kognitif.
Advanced Organizer
• Hudojo (1988) menyatakan bahwa advanced organizer terdiri dari ungkapan
verbal di satu pihak, sesuatu yang sudah diketahui peserta didik di pihak lain.
• Secara singkat dikatakan „pengatur‟ (organizer) itu ada lebih dahulu sebelum
informasi baru harus diserap. Informasi baru itu di „tanam‟kan ke dalam rangka
pengetahuan yang lebih luas, yang pada saat yang sama dibeda-bedakan satu
dengan yang lain yang kesemuanya itu ada di dalam kerangka tersebut.
• Menurut Ausubel, organizer ini diberikan pada awal belajar, dan disajikan dalam
bentuk abstrak tingkat tinggi, umum dan menyeluruh. Karena substansi
organizer atau rangkaian organizer dipilih berdasarkan kecocokannya untuk
menjelaskan, mengintegrasikan dan menghubungkan materi terdahulu satu sama
lainnya, maka strategi ini dalam waktu bersamaan memenuhi kriteria baik
substansi maupun program guna meningkatkan kekuatan pengorganisasian
struktur kognitif (Ausubel, 1963 p.81, dalam Mediawiki, 2007). Dalam sebarang
kasus advance organizer dirancang untuk menyediakan apa yang disebut
psikologi kognitif sebagai “mental scaffolding” untuk belajar informasi baru
(Smith, 1990).
Advanced Organizer
Ausubel juga menekankan organizer berbeda dengan tinjauan ulang dan ringkasan
yang hanya menekankan pada ide kunci dan disajikan dalam tingkat abstraksi dan
keumuman yang sama dengan materi yang akan disampaikan. Organizer berperan
sebagai jembatan yang menghubungkan materi yang sedang dpelajari dengan
gagasan terkait yang sudah dimiliki siswa. Ausubel menekankan dua prinsip advance
organizer, yaitu :
1. Gagasan utama dari suatu subyek harus disajikan terlebih dahulu, baru kemudian
masuk kedalam bagian-bagiannya atau kespesifikannya.
2. Materi ajar harus diupayakan terintegrasi dengan bahan yang terdahulu melalui
perbandingan dan rujuk-silang antara materi lama dan yang baru.
Belajar Menerima, Menemukan,
Menghafal dan Bermakna
• Pada belajar menerima, siswa hanya menerima sedangkan pada belajar
menemukan, konsep harus dicari atau ditemukan oleh siswa. Belajar
bermakna merupakan suatu proses mengaitkan informas baru pada konsep-
konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang.
• Dahar (1996) menyatakan bahwa peristiwa psikologi tentang bermakna
menyangkut asimilasi informasi baru pada pengetahuan yang telah ada
dalam struktur kognitif seseorang. Jadi dalam belajar bermakna informasi
baru diasimilasikan pada subsumer-subsumer relevan yang telah ada dalam
struktur kognitif. Belajar bermakna yang baru berakibatkan pertumbuhan dan
modifikasi subsumer-subsumer yang telah ada itu.
Empat Kemungkinan Tipe Belajar
Menurut Ausubel
1. Belajar dengan penemuan yang bermakna adalah informasi yang
dipelajari, ditentukan secara bebas oleh siswa. Siswa itu kemudian
menghubungkan pengetahuan yang baru dengan struktur kognitif
yang dimiliki.
2. Belajar menerima yang bermakna adalah informasi yang telah
tersusun secara logik disajikan kepada siswa dalam bentuk final. Siswa
kemudian menghubungkan pengetahuan yang baru itu dengan
struktur kognitif yang dimiliki.
3. Belajar penemuan yang tidak bermakna adalah informasi yang
dipelajari ditentukan secara bebas oleh siswa, kemudian ia
menghafalnya.
4. Belajar menerima yang tidak bermakna adalah informasi dari setiap
materi disajikan kepada siswa dalam bentuk final. Siswa tersebut
kemudian menghafalkannya. Materi disajikan tanpa memperhatikan
pengetahuan yang dimiliki siswa.
Karakteristik Belajar Bermakna dan
Belajar Menghafal
Belajar Bermakna Belajar Menghafal
Tidak berubah-ubah, tidak secara Barubah-ubah, secara harfiah, tidak
harfiah, menggabungkan menggaungkan pengetahuan baru ke
pengatahuan baru ke dalam dalam struktur kognitif.
struktur kognitif.
Berusaha untuk menghubungkan Tidak ada usaha untuk
pengetahuan baru dengan mengintegrasikan pengetahuan baru
konsep-konsep yang lebih tinggi dengan konsep yang ada dalam
dalam struktur kognitif. struktur kognitif.
Belajar dihubungkan dengan Belajar tidak dihubungkan dengan
pengalaman dari kejadian atau pengalaman dari kejadian atau
obyek. obyek.
Komit menghubungkan Tidak komit menghubungkan
pengetahuan baru dengan pengatahuan baru dengan pelajaran
pelajaran sebelumnya sebelumnya.
Penerapan teori Ausubel dalam
pembelajaran Matematika
• Belajar Hafalan (Rote Learning)
Belajar menghafal adalah siswa berusaha menerima dan menguasai bahan
yang diberikan oleh guru atau yang dibaca tanpa makna. Istilah belajar
hafalan ini kemudian diperkenalkan dengan istilah “belajar dengan membeo”
oleh Fadjar Shadiq.
• Belajar Bermakna (Meaningful Learning)
Belajar bermakna adalah suatu proses belajar di mana informasi baru
dihubungkan dengan struktur pengertian yang sudah dipunyai seseorang
yang sedang belajar. Sebagai ahli psikologi pendidikan Ausubel menaruh
perhatian besar pada siswa di sekolah, dengan memperhatikan/memberikan
tekanantekanan pada unsur kebermaknaan dalam belajar melalui Bahasa
(meaningful verbal learning). Kebermaknaan diartikan sebagai kombinasi dari
informasi verbal, konsep, kaidah dan prinsip, bila ditinjau bersama-sama.
Oleh karena itu belajar dengan prestasi hafalan saja tidak dianggap sebagai
belajar bermakna.
Contoh Belajar Hafalan
(Rote Learning)
Contoh Belajar Bermakna
(Meaningful Learning)
Tentang Gagne
• Robert Mills Gagne adalah seorang ilmuan psikologi yang lahir pada tahun 1916
di North Andover, MA. dan meninggal pada tahun 2002. Pada tahun 1937
Gagne memperoleh gelar A.B. dari Yale dan pada tahun 1940 memperoleh gelar
Ph.D. pada bidang psikologi dari Brown University. Gelar profesor diperolehnya
ketika mengajar di Connecticut College for Woman dari 1940-1949.
• Pada waktu inilah dia mulai mengembangkan teori “Conditions of Learning”
yang mengarah pada hubungan tujuan pembelajaran dengan kesesuaiannya
dengan desain pengajaran. Gagne merupakan seorang tokoh psikologi yang
mengembangkan teori belajar dan pengajaran. Walaupun pada awal karirnya,
dia adalah seorang behaviorist, namun belakangan dia memusatkan perhatian
pada pengaruh pemrosesan informasi terhadap belajar dan memori. Dia juga
dikenal seabagai seorang psikolog eksperimental yang berkonsentrasi pada
belajar dan pengajaran.
• Gagne adalah salah seorang pakar teori lain yang ideidenya dapat membantu
guru dalam menstruktur aktivitas-aktivitas problem-solving (Wahyudin, 2012).
• Kontribusi besar Gagne dalam pengembangan pengajaran adalah tulisan-
tulisannya tentang : Intructional System Design, The Condition of Learning
(1965) dan Principles of Intructional Design (Gagne). Ketiga
Tentang Gagne
• Kontribusi besar Gagne dalam pengembangan pengajaran adalah tulisan-
tulisannya tentang : Intructional System Design, The Condition of Learning
(1965) dan Principles of Intructional Design (Gagne).
• Ketiga karyanya tersebut telah mendominasi bagaimana melaksanakan
pengajaran untuk berbagai topik pelajaran di sekolah. Gagne digolongkan ke
dalam kelompok behavioris dia lebih memperhatikan hasil akhir dari belajar
anak dari pada proses untuk mencapai belajar itu (Wahyudin, 2012).
• Perbedaan mendasar dari teori Gagne dengan Teori Piaget adalah bahwa:
Gagne dalam teorinya menjelaskan mengenai pertumbuhan dan
perkembangan berpikir sebagai hasil dari belajar, sementara teori-teori Piaget
menjelaskan pertumbuhan dan perkembangan berpikir sebagai hal yang
terkait pada faktor-factor biologis berurutan maju pada kecepatan tetap.
Teori yang dikemukakan Gagne dikenal dengan teori hirarki belajar (Learning
Hierarchies).
Teori belajar mengajar matematika
Gagne
• Matematika merupakan imu yang dibangun dengan pola, struktur dan
sistematis dalam mengkaji objek-objek matematika. Gagne membagi objek-
objek matematika menjadi objek langsung dan objek tak langsung (TIM
MKPBM UPI, 2001).
• Lebih lanjut kemudian dijelaskan bahwa bahwa yang termasuk kedalam
objek langsung adalah berupa fakta, keterampilan, konsep dan aturan.
Sedangkan yang termasuk objek tak langsung dalam matematika antara lain
kemampuan menyelidiki dan memecahkan masalah, belajar mandiri, bersikap
positif terhadap matematika, dan tahu bagaimana semestinya belajar. Kedua
objek tersebut berperan penting dalam kegiatan matematika, karena secara
eksklusif bersentuhan langsung dengan aktivitas berpikir.
Objek Langsung
• Fakta adalah konvensi (semufakatan) dalam matematika seperti lambang,
notasi, ataupun aturan.
• Konsep adalah suatu ide abstrak yang memungkinkan seseorang untuk
mengklasifikasi suatu objek dan menerangkan apakah objek tersebut
merupakan contoh atau bukan contoh dari ide abstrak tersebut. Contohnya,
konsep tentang : barisan aritmetika, deret geometri, hiperbola, dan integral.
Seorang siswa SMK disebut telah mempelajari suatu konsep jika ia telah dapat
membedakan contoh dari yang bukan contoh. Untuk itu, siswa harus dapat
menunjukkan atribut atau sifat-sifat khusus dari objek yang termasuk contoh
dan yang bukan contoh.
• Dikenal empat cara mengajarkan konsep, yaitu:
✓ Dengan menggunakan beberapa contoh dan yang bukan contoh dari
konsep yang dibicarakan.
✓ Deduktif, dimulai dari definisi lalu ke contohnya.
✓ Induktif, dimulai dari contoh lalu membahas definisinya.
✓ Kombinasi deduktif dan induktif, dimulai dari contoh lalu membahas
definisinya dan kembali ke contoh, atau dimulai dari definisi lalu
membahas contohnya lalu Kembali membahas definisinya.
Objek Langsung
• Prinsip (keterkaitan antar konsep) adalah suatu pernyataan yang memuat
hubungan antara dua konsep atau lebih. Contohnya, rumus luas segitiga dan
rumus umum suku ke-n suatu barisan geometri. Seorang siswa SMK
dinyatakan telah memahami suatu prinsip jika ia dapat mengingat aturan,
rumus, atau teorema yang ada, dapat mengenal dan memahami konsep-
konsep yang ada pada prinsip tersebut, serta dapat menggunakan prinsip
tersebut pada situasi yang tepat.
• Skill atau keterampilan adalah suatu prosedur atau aturan untuk
mendapatkan atau memperoleh suatu hasil tertentu. Contohnya,
menentukan jumlah kuadrat dari akar-akar suatu persamaan kuadrat,
merasionalkan penyebut suatu pecahan, ataupun menentukan turunan fungsi
trigonometri. Penguasaan keterampilan para siswa harus berlandaskan pada
pengertian dan tidak hanya pada hafalan semata-mata.
Objek Tak Langsung
• Obyek tak langsung adalah obyek yang terjadi sebagai akibat pemberian
obyek langsung seperti terjadinya transfer belajar, kemampuan inquiry dan
problem solving,belajar mandiri (disiplin diri), bersikap positif terhadap
matematika dan tahu bagaimana semestinya belajar. Kedua obyek
matematika ini dapat diperoleh siswa setiap pelaksanaan pembelajaran guru
ataupun ketika siswa belajar sendiri suatu materi matematika.
Tipe Belajar Menurut Gagne
Pengelompokan tipe belajar menjadi 8 kelompok oleh Gagne ini, kemudian
dikenal dengan teori hirarki belajar (Learning Hierarchies). Menurut Gagne,
belajar dapat dikelompokkan ke dalam 8 tipe belajar yaitu :
1. Belajar isyarat,
2. Stimulus respon,
3. Rangkaian gerak,
4. Rangkaian verbal,
5. Membedakan,
6. Pembentukan konsep,
7. Pembentukan aturan
8. Pemecahan masalah (ruseffendi, 2006).

Kedelapan tipe belajar itu terurut tingkat kesukarannya dari yang mudah ke yang
paling sulit. Jadi belajar dengan pemecahan masalah adalah tipe belajar yang
paling sulit.
Contoh Learning Hierarchies dalam
Pembelajaran Matematika
Contoh Learning Hierarchies dalam
Pembelajaran Matematika
Sembilan Tahap Kegiatan
Pembelajaran Menurut Gagne
1. Gaining attention,
2. Information the learner of the objective,
3. Stimulating recall of prior Learning,
4. Presenting the stimulus
5. Probiding learner guidance
6. Elliciting performance
7. Giving feedback
8. Assesing performance
9. Enhancing retention and Transfer.

Kesembilan tahap kegiatan pembelajaran itu dapat diringkas dalam delapan


instruksi pengajaran, yaitu : mengaktifkan motivasi (activating motivation),
memberitahu tujuan-tujuan belajar, mengarahkan perhatian (directing attention),
merangsang ingatan (stimulating recall), menyediakan bimbingan belajar,
meningkatkan retensi (enchancing retention), melancarkan transfer belajar,
mengeluarkan penampilan ; memberikan umpan balik (Dahar, 1989).
Teori Vygotsky
• Terdapat perbedaan cara memandang proses perkembangan mental anak
dari Piaget dan Vygotsky. Piaget menekankan pada perkembangan intelektual
individu dengan mengabaikan konteks sosial dalam belajar. Sedangkan
Vygotsky sangat memperhatikan aspek sosial dalam belajar. Vygotsky percaya
bahwa interaksi sosial dengan orang yang ada disekitar anak akan
membangun ide baru dan mempercepat perkembangan intelektual (Arend,
2004).
• Senada dengan pemahaman Piaget, Vygotsky menjelasakan bahwa
perkembangan mental anak-anak mempunyai faktor eksternal atau koneksi
social. Vygotsky bependapat bahwa anakanak berkembang lebih sistematis,
logis dan rasional sebagai hasil dialog dengan skilled helper atau orang yang
membantu dan terampil (Santrock, 2006). Oleh karena itu dalam teori
Vygotsky, orang lain dan bahasa berperan penting dalam perkembangan
kognitif anak (Santrock, 2006).
• Berbeda dengan yang dikembangkan Piaget dalam konstruktivisme
radikalnya. Teoriyang dikembangkan oleh Vygotsky tersebut disebut
konstruktivisme sosial. Secara umum, teori Vygotsky berfokus pada interaksi
sosial pada tiga faktor, yakni budaya (culture), bahasa (language), dan Zone
of Proximal Development (Oakley, 2004).
Teori Vygotsky
• Berdasarkan tiga faktor interaksi sosial dari Vygotsky (yakni budaya, bahasa
dan ZPD), Slavin (1997) menurunkan empat prinsip yang dapat dilakukan
dalam pembelajaran di kelas yang meliputi pembelajaran kooperatif,
pemaangan kognitif (Cognitive Apprenticeschip), ZPD dan scaffolding
(Rahmah Johar, 2001).
• Oakley (2004) menyebut pemagangan kognitif dengan istilah expert others.
Pembelajaran kooperatif menekankan pada hakekat sosial dari pembelajaran
dimana siswa dihadapkan pada proses berfikir teman sebayanya dengan
harapan siswa lebih mudah menemukan dan memahami konsep-konsep yang
sulit jika mereka saling mendiskusikan masalah tersebut dengan temannya
(Slavin, 1995).
• Proses diskusi antar siswa tersebut ada dua bentuk yakni tutor sebaya atau
kolaborasi.
Teori Vygotsky
• Cara belajar yang sangat memperhatkan aspek perkembangan individu
dengan pembelajaran dengan pendekatan kognitif sosial.
• Beberapa prinsip utama dalam pembelajaran pendekatan kognitif social
diantaranya, yaitu :
✓ Seseorang belajar dari perilaku orang lain dengan cara modeling.
✓ Seseorang dapat belajar melalui pengamatan terhadap perilaku orang lain,
khususnya pengamatan terhadap perilaku orang tersebut.
✓ Belajar dapat muncul tanpa ada perubahan dalam perilaku.
✓ Konsekwensi berperan penting bagi pembelajar. Seseorang dapat belajar
dari kesalahan dan kesuksesan yang pernah mereka alami.
✓ Kognisi berperan penting dalam pembelajaran. Kognisi berkaitan erat
dengan proses atensi dan retensi sehingga belajar dapat dipicu secara
optimal dengan memperhatikan aspek kognitif (Ormrod, 2004).
Penggunaan teori Vygotsky dalam
Pembelajaran Matematika
Contoh penggunaan teori Vygotsky dalam pembelajaran matematika adalah sebagai
berikut. Prinsip pertama adalah pemberian masalah harus menantang namun tetap
berada di dalam ZPD-nya. Misalkan tujuan akhirnya adalah siswa SMA kelas 1 dapat
memahami jarak titik ke bidang, masalah yang sulit tersebut dapat dipermudah
dengan memanfaatkan kubus. Misalkan siswa diminta menentukan jarak antara titik
G ke bidang BCGH pada kubus ABCD.EFGH. Slavin (1990) menuliskan hasil penelitia
Kuhn (1972) yakni ZPD yang lebih kecil lebih kondusif bagi siswa. Mempermudah
problem merupakan salah satu cara memperkecil ZPD.
• Masalah jarak titik ke garis yang merupakan masalah dalam matematika formal
sehingga dalam pembelajrannya perlu disediakan tahap-tahap bantuan melalui
pemberian scaffolding. Bantuan pertama dapat diberikan oleh guru dengan
memberikan pertanyaan penuntun seperti berikut :
• 1. Pertanyaan tentang jarak dua titik
• 2. Pertanyaan tentang jarak beda ke garis
• 3. Pertanyaan jarak titik ke bidang.
Penggunaan teori Vygotsky dalam
Pembelajaran Matematika
Dalam proses pembelajaran tersebut siswa melakukannya secara kooperatif sehingga
memungkinkan terjadinya kolaboratif dan tutor sebaya. Oakley (2004) merangkum
dua penelitian tentang keuntungan tutor sebaya, yakni meningkatkan percaya diri (
self esteem and self-confidence) siswa dan berpengaruh positif terhadap hasil belajar.
Selain itu pertanyaan di atas dapat memunculkan situasi konflik pada para siswa.
Menurut penelitian Rahmah Djohar (2001), situasi konflik dapat meningkatkan
konsepsi siswa dari 36% menjadi 80,3%.
Apa Tugas Anda?

Menyusun bahan ajar dan melakukan


expose bahan ajar matematika
berdasarkan konsep dasar Piaget,
kontruktivisme, teori bruner, teori belajar
bermakna, teori Gagne dan teori
Vygotsky.
Hatur Nuhun…..
Wilujeung Tepang
Dina Waktos UAS

Anda mungkin juga menyukai