Anda di halaman 1dari 6

MAKALAH TENTANG KERAJINAN

ANYAMAN

Nama : Tri Devianto K


Kelas : XI-IPS 1
Kerajinan Anyaman (Pengertian
Menganyam dan Bahan Yang Tepat Untuk
Dianyam)

A.Pengertian Menganyam
Menganyam berarti mengatur bilah atau lembaran-lem baran secara tindih-menindih dan
silang menyilang. Bilah atau lembaranlembaran yang diatur tersebut dapat berupa bambu,
daun pandan, janur, kertas, rotan, atau kulit bina tang. Masya ra kat di pedesaan masih
banyak yang melakukan pekerjaan meng anyam. Mereka membuat hiasan dinding, alat dapur,
tikar, dinding anyaman bambu, dan peralatan rumah tangga untuk di pa kai sendiri atau untuk
dijual.
Contoh Kerajianan Anyaman:

B.Pemilihan Bahan Yang Tepat Untuk Dianyam


Bahan yang bisa digunakan untuk dianyam:
1.Daun pandan
2.Rotan
3.Bambu
4.Janur
5.Daun lontar
6.Kertas
7.Kulit kambing
8.Mendong
9.Enceng gondok
10.Daun pisang

Pemilihan bahan untuk berkarya kerajinan anyaman perlu memperhatikan fungsi dan
keindahan benda yang akan dibuat. Pemilihan bahan yang tidak tepat dapat menyebabkan
benda anyaman mudah rusak. Benda anyaman mungkin juga tidak indah, dan tidak aman
untuk di gu nakan. Sebagai contoh untuk membuat keranjang dan bakul dipilih bahan bambu,
karena selain kuat bambu juga mudah dibentuk. Bambu bersifat lunak, mudah dihaluskan
dengan pisau atau ampelas. Oleh karena itu, keranjang dan bakul bambu aman digunakan,
kuat, dan indah. Bayangkan jika keranjang dan ba kul nasi dibuat dari daun kelapa atau
kertas. Walaupun keran jang atau bakul nasi tersebut terlihat indah tetapi tidak da pat
digunakan karena tidak kuat.

(Bakul nasi bambu)

(Selongsong ketupat)
Selongsong ketupat juga dibuat dengan teknik menganyam. Bahan yang baik untuk
membuat selongsong ketupat yaitu janur, daun pandan, dan daun lontar. Bahan-bahan
tersebut mu dah dianyam dan aman. Kerajinan anyaman janur selain selongsong ketupat yaitu
kisa (tempat ayam) dan anyaman dekorasi pesta per ka winan. Pemilihan bahan untuk
berkarya kerajinan anyaman perlu memperhatikan fungsi dan keindahan benda yang akan
dibuat. Pemilihan bahan yang tidak tepat dapat menyebabkan benda anyaman mudah
rusak. Benda anyaman mungkin juga tidak indah, dan tidak aman untuk di gu nakan.nitulah
Pengertian Anyaman. Sebagai contoh untuk membuat keranjang dan ba kul dipilih bahan
bambu, karena selain kuat bambu juga mudah dibentuk. Bambu bersifat lunak, mudah
dihaluskan de ngan pi sau atau ampelas. Oleh karena itu, keranjang dan bakul bambu aman
digunakan, kuat, dan indah. Bayangkan jika keranjang dan ba kul nasi dibuat dari daun
kelapa atau kertas. Walaupun keran jang atau bakul nasi tersebut terlihat indah tetapi tidak da
pat digunakan karena
tidak kuat. Selongsong ketupat juga dibuat dengan teknik menganyam.
Bahan yang baik untuk membuat selongsong ketupat yaitu janur, daun pandan, dan daun
lontar. Bahan-bahan tersebut mu dah dianyam dan aman. Kerajinan anyaman janur selain
selongsong ketupat yaitu kisa (tempat ayam) dan anyaman dekorasi pesta per ka winan.
Anyaman dari bahan kertas hanya tepat dan baik diguna kan untuk membuat hiasan
dinding, hiasan pigura, dan hiasan bendabenda kerajinan seperti tempat pensil atau sampul
buku.
(Bingkai foto dan tempat pensil)

(Hiasan dinding)

4. Perkembangan Seni Anyam

Akhir-akhir ini, warta tentang lenyapnya benda-benda bersejarah memadati dalam ruang

informasi. Karena penjualan barang-barang antik ini memang laku keras, sebab nilai artistik

serta sejarah yang tinggi turut menentukan nilai jualnya. Minimnya penghargaan terhadap

nilai sejarah bangsa ini semakin terlihat ketika benda-benda tersebut mulai lenyap. Bahkan di

Kudus, misalnya benda-benda hasil kerajinan anyam bambu sekarang satu persatu mulai

punah seiring dasarnya arus zaman.

Caping Kudus misalnya, simbol kebudayaan masyarakat kota Kudus ini memang sudah

sangat jarang ditemui di tempat-tempat umum, karena benda ini secara fungsional dapat

digantikan dengan benda yang lebih modern seperti hlnya topi. Sekarang benda ini dapat kita

jumpai hanya ketika ada acara resmi, seperti perayaan 17 Agustus, Upacara kehormatan dan

acara kreasi seni di kota Kudus. Padahal, dulunya benda ini sering terlihat di sawah ataupun

kebun karena mayoritas masyarakat Kudus dulunya berprofesi sebagai petani. Maka caping
adalah satu-satunya alat bagi masyarakat yang dipakai untuk melindungi diri dari sengatan

matahari. Akibatnya, banyak masyarakat Kudus khususnya di desa Jepang Pakis yang

sebagian besar memanfaatkan peluang bisnis tersebut. Akan tetapi seiring berjalannya waktu

menuju arus modernisasi, benda tersebut mulai lenyap dari peredarannya.

Demikian pula dengan barang kerajinan anyam bambu lainnya yang juga bernasib sama yaitu

tempat nasi telah digantikan oleh ceting, ekrak telah digantikan dengan sampah plastik,

tampah telah digantikan oleh nampan dan masih banyak barang kerajinan anyam bambu yang

lainnya. Sehingga sekarang keberadaan para pengrajin anyam bambu di Kudus turut

berkurang bahkan menghilang. Jika masih ada pasti para lansia yang masih sabar menekuni

kerajinan ini. Keterbatasan kemampuan karena bertambahnya umur juga menjadi alasan

semakin menurunnya produktifitas mereka sebagai pengrajin.

Bukan karena perubahan zaman saja yang menyebabkan barang kerajinan anyam kurang

diminati, namun jika dilihat dari harganya, mahalnya barang kerajinan anyam yang mencapai

puluhan bahkan ratusan ribu perbuah, mungkin jadi alasan bagi masyarakat untuk mengganti

barang kerajinan tersebut dengan barang-barang yang lebih modis dan murah. Selain dari

harganya yang cukup tinggi, waktu yang cukup lama untuk pembuatan barang kerajinan ini

juga turut mempengaruhi antusiasme para pengrajin untuk memproduksinya.

Upaya pemerintah kota Kudus, untuk mencoba melestarikan seni anyam inipun pernah

dilakukan juga. Sempat pernah disalah satu sekolah mengadakan pelatihan seni anyam bambu

ini, yang diampu langsung oleh salah satu pengrajin anyam dari desa Jepang Pakis, Mejobo

Kudus. Namun para siswa yang mengikuti pelatihan tersebut mengaku menyerah karena

mereka tidak ada yang berhasil dengan baik, rata-rata mereka mengeluh capek karena

prosesnya terlalu lama. Dengan demikian, bagaimanapun usaha pemerintah untuk kembali

nguri-nguri budaya bangsa, sementara anak bangsanya sendiri tidak ada yang berminat sama

halnya melakukan pekerjaan sia-sia.


Jika ditanya mengenai keberadaan seni kerajinan di Kudus, sudah pasti tumpukan benda-

benda tak bernyawa ini juga memiliki beribu arti yang luar biasa. Namun ironisnya, kekayaan

ini lama kelamaan mulai menghilang seiring perkembangan zaman.

Anda mungkin juga menyukai