Anda di halaman 1dari 11

BILANGAN

Keterbagian Bilangan Algoritma FPB Aritmatika


Bilangan Ganjil &
Prima Pembagian Algoritma Modular
Bilangan Genap
Euclid

Definisi Definisi Contoh Definisi Contoh


Contoh

Pembuktian Definisi Contoh Definisi Contoh

Teorema

Definisi Teorema

Contoh
MATEMATIKA SLTA

KELOMPOK 2
Disusun untuk Memenuhi Tugas Kelompok
Mata Kuliah “Matematika SLTA”
(Dosen : Dr. Ida Dwijayanti, M. Pd.)

Disusun oleh :
1. Noyivana Wulandari (18310100)
2. Sukma Dwi Febriyanti (18310101)
3. Namira Putri Utami (18310108)
4. Welly Wicaksono (18310118)
5. Agrani Amania (18310122)
6. Bertyna Ruth Pusparini (18310124)
7. Jaka Wisnu Wardana (18310126)

Kelas 3C

PROGAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA ILMU PENGETAHUAN
ALAM DAN TEKNOLOGI INFORMASI
UNIVERSITAS PGRI SEMARANG
2019
BILANGAN

A. Bilangan Ganjil dan Bilangan Genap


Bilangan ganjil adalah suatu bilangan yang jika dibagi dua maka bersisa 1. Bilangan
genap adalah suatu bilangan yang habis dibagi dua.

 Definisi
Untuk n bilangan bulat, maka 2n adalah bilangan genap dan 2n+1 adalah bilangan
ganjil.
Dengan demikian, 0 termasuk bilangan genap. Karena 0 habis dibagi dua. Umumnya
bilangan genap dituliskan dengan bentuk rumus 2k, dengan k sembarang bilangan bulat.
Dan bilangan ganjil dituliskan dengan bentuk 2k-1 atau juga bisa dituliskan 2k+1, dengan
k sebarang bilangan bulat.
 Sifat-sifat Bilangan positif dan bilangan negatif
a. Jumlah dua bilangan ganjil adalah bilangan genap.
Jumlah dua bilangan ganjil artinya penjumlahan dari (2k − 1)+(2k − 1) yang
hasilnya adalah 4k − 2 = 2(2k − 1). Misalkan 2k − 1=m, maka bentuk terakhir
dapat ditulis sebagai 2𝑚, dimana ini merupakan rumus untuk bilangan genap. Jadi,
dapat diambil kesimpulan bahwa jumlah dua bilangan ganjil berapapun akan
menghasilkan bilangan genap.
b. Jumlah dua bilangan genap adalah bilangan genap.
Jumlah dua bilangan genap artinya penjumlahan dari (2k) + (2k) yang hasilnya
adalah 4k = 2(2k). Misalkan 2k = n, maka bentuk terakhir dapat ditulis sebagai
2𝑛, dimana ini merupakan rumus untuk bilangan genap. Jadi, dapat diambil
kesimpulan bahwa jumlah dua bilangan genap berapapun akan menghasilkan
bilangan genap.
c. Bilangan ganjil ditambah bilangan genap adalah bilangan ganjil.
Jumlah dua bilangan dengan yang satu adalah bilangan ganjil dan yang satunya
adalah bilangan genap artinya penjumlahan dari (2k − 1) + (2k) yang hasilnya
adalah 4k − 1 = 2(2k) − 1. Misalkan 2k = a, maka bentuk terakhir dapat ditulis
sebagai 2𝑎 − 1, dimana ini merupakan rumus untuk bilangan ganjil. Jadi, dapat
diambil kesimpulan bahwa jumlah dua bilangan dengan yang satu adalah bilangan
ganjil dan yang satunya adalah bilangan genap akan menghasilkan bilangan ganjil.
d. Perkalian dua bilangan ganjil adalah bilangan ganjil
Perkalian antara bilangan ganjil dengan bilangan ganjil artinya perkalian antara
(2k − 1) × (2k − 1). Dimana hasilnya adalah 4k 2 − 4k + 1. Hasil terakhir dapat
ditulis sebagai 2(2k 2 − 2k) + 1. Misalnya 2k 2 − 2k = a, maka bentuk 2a + 1
adalah rumus untuk bilangan ganjil. Sehingga hasil kali antara bilangan ganjil
dengan bilangan ganjil adalah bilangan ganjil.
e. Perkalian dua bilangan genap adalah bilangan genap
Perkalian antara bilangan genap dengan bilangan genap artinya perkalian antara
(2k) × (2k), dimana hasilnya adalah 4k 2 . Hasil terakhir dapat ditulis sebagai
2(2k 2 ). Misalnya 2k 2 = b, maka bentuk 2b adalah rumus untuk bilangan genap.
Sehingga hasil kali antara bilangan genap dengan bilangan genap adalah bilangan
genap
f. Bilangan ganjil dikali bilangan genap adalah bilangan genap.
Perkalian antara bilangan ganjil dengan bilangan genap artinya perkalian antara
(2k − 1) × (2k), dimana hasilnya adalah 4k 2 − 2k. Hasil terakhir dapat ditulis
sebagai 2(2k 2 − k). Misalnya 2k 2 − k = a, maka didapatkan bentuk 2a, dan
bentuk 2a adalah rumus untuk bilangan genap. Sehingga hasil kali antara bilangan
ganjil dengan bilangan genap adalah bilangan genap.
g. Kuadrat dari bilangan ganjil adalah bilangan ganjil.
Kuadrat dari bilangan ganjil artinya perkalian antara h (2k − 1)2 , dimana hasilnya
adalah 4k 2 − 4k + 1. Hasil terakhir dapat ditulis sebagai 2(2k 2 − 2k) + 1.
Misalnya 2k 2 − 2k = a, maka bentuk 2a + 1 adalah rumus untuk bilangan ganjil.
Sehingga kuadrat dari bilangan ganjil adalah bilangan ganjil.
h. Kuadrat dari bilangan genap adalah bilangan genap.
Kuadrat dari bilangan genap artinya perkalian antara (2k)2 , dimana hasilnya adalah
4k 2 . Hasil terakhir dapat ditulis sebagai 2(2k 2 ). Misalnya 2k 2 = b, maka bentuk
2b adalah rumus untuk bilangan genap. Sehingga kuadrat dari bilangan genap
adalah bilangan genap.
 Contoh
Banyaknya bilangan genap n = abc dengan 3 digit sehingga 3 < b < c adalah…
Penyelesaian:
Konsep:
Untuk bilangan genap, digit terakhir c harus merupakan salah satu antara 0, 2, 4, 6, atau
8. Karena 3 < b < c maka nilai c yang mungkin hanya 6 dan 8.
Untuk c = 6
Nilai b yang mungkin = 4, 5 (2 kemungkinan)
Nilai a yang mungkin = 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9 (9 kemungkinan)
Maka, 9 × 2 = 18 bilangan genap
Untuk c = 8
Nilai b yang mungkin = 4, 5, 6, 7 (4 kemungkinan)
Nilai a yang mungkin = 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9 (9 kemungkinan)
Maka, 9 × 4 = 36 bilangan genap
Jadi, banyaknya bilangan genap = 18 + 36 = 54.

B. Keterbagian
 Definisi
Bilangan bulat a membagi habis bilangan bulat b ditulis a | b, jika dan hanya jika ada
bilangan bulat a sedemikian hingga b = ka. Jika a tidak membagi habis b, maka ditulis
a | b.
 Contoh
5 | 30, karena ada bilangan bulat yaitu 6, sedemikian hingga 5.6 = 30
7 | − 21, sebab ada bilangan bulat yaitu -3, sedemikian hingga 7.( − 3) = − 21
8 | 27, sebab tidak ada bilangan bulat k, sedemikian hingga 8k = 27
3 | 10, sebab tidak ada bilangan bulat k, sedemikian hingga 3k = 10

 Teorema 1
Jika a | b dan b | c, maka a | c.
Bukti :
a | b → b = ka
b | c → c = mb → c = m(ka)
c = (mk)a → a | c
contoh :
jika 4 | 16 dan 16 | 32 buktikan bahwa 4 | 32
Penyelesaian :
4 | 16 → 16 = 4k → 16 = 4 × 4
16 | 32 → 32 = 16m → 32 = 16 × 2
32= (2 × 4) 4 → 4 | 32
(TERBUKTI)

 Teorema 2
Jika a | b maka a | mb
Bukti :
a | b → b = ka → mb = (km)a → a | mb
contoh :
buktikan jika 5 | 25 maka 5 | 25m
penyelesaian :
5 | 25 → 25 = 5 × 5 → k = 5
25m = (5m) × 5 → 5 | 25m

 Teorema 3
Jika a | b dan a | c, maka a | (b + c), a | (b − c) dan a | bc.
Bukti :
a | b → b = ka
a | c → c = ma, untuk bilangan bulat k dan m.
Dari kedua persamaan di atas diperoleh bahwa :
i. b + c = (k + m)a, berarti a | (b + c)
ii. b − c = (k − m)a, berarti a | (b − c)
iii. bc = (km)a, berarti a | bc
 Contoh
Jika 3 | 9 dan 3 | 15, tentukan bahwa 3 | (9 + 15), 3 | (9 − 15) dan 3 | (9)(15) bernilai
benar.
penyelesaian :
3|9 → 9 = 3 × 3
3 | 15 → 15 = 5 × 3
Dari kedua persamaan di atas diperoleh bahwa :
i. 9 + 15 = (3 + 5)3, berarti 3 | (9 + 15) → 3 | 24
ii. 9 − 15 = (3 − 5)3, berarti 3 | (9 − 15) → 3 | ( − 6)
iii. (9)(15) = (3)(15)3, berarti 3 | (9)(15) → 3 | 135

 Teorema 4 (Sifat Linieritas)


Apabila a | b dan a | c maka a | (mb + nc) untuk setiap biangan bulat m dan n.
Bukti :
Karena a | b dan a | c, maka a | mb dan a | nc untuk setiap bilangan - bilangan bulat m
dan n. Selanjutnya, menurut teorema 3, maka a | (mb + nc).
Contoh :
Buktikan Jika 6 | 18 dan 6 | 24 maka 6 | (18m + 24n) untuk setiap bilangan bulat m dan
n.
Penyelesaian :
6 | 18 → 18 = 6m → m = 3
6 | 24 → 24 = 6n → n = 4
Karena 6 | 18 dan 6 | 24, maka
6 | 18m + 24n → 6 | 18(3) + 24(4) → 6 | 54 + 96 → 6 | 150

 Teorema 5
I. a | a untuk setiap bilangan bulat a (sifat reflektif)
II. Jika a | b maka ma | mb untuk setiap bilangan bulat m.
III. Jika ma | mb maka m ≠ 0, maka a | b.
IV. 1 | a dan a | 0
V. Jika 0 | a maka a = 0
VI. Jika a | b dengan b ≠ 0, maka |a| ≤ b
VII. Jika a | b dengan b | a maka |a| = |b |

C. Bilangan Prima
 Definisi
Bilangan bulat positif yang lebih besar dari 1 dan tidak mempunyai faktor bulat positif
kecuali 1 dan bilangan bulat itu sendiri disebut bilangan prima. Bilangan bulat positif
yang lebih dari 1 dan bukan bilangan prima disebut bilangan komposit (tersusun).

 Teorema 1
Setiap bilangan bulat positif yang lebih besar dari 1 dapat dibagi oleh suatu bilangan
prima.
 Teorema 2
Bukan semua bilangan bulat positif yang lebih besar dari 1 adalah suatu bilangan prima
tetapi yang bukan bilangan prima dapat dinyatakan dalam bentuk perkalian bilangan
prima.
 Teorema 3
Jika n suatu bilangan komposit, maka n memiliki faktor k dengan 1 < k ≤ √n
 Teorema 4
Jika bilangan bulat positif n tidak memiliki faktor prima p dengan 1 < p ≤ √n, maka n
suatu bilangan prima.

 Contoh
1. Tentukan semua bilangan prima yang membagi 51!
Penyelesaian:
Bilangan-bilangan prima yamg membagi 51! adalah semua bilangan-bilangan prima
yang kurang dari 51.
2. Banyaknya segitiga yang bisa dibuat dengan panjang sisi-sisinya merupakan faktor
prima dari 399 adalah
Penyelesaian
Faktor prima dari 399
399

3 133

7 19
Faktor prima dari 399 adalah 3, 7, dan 19.
Banyaknya segitiga yang dapat dibuat dengan sisi-sisi faktor prima dari 399 adalah
1. Segitiga sama sisi, dengan panjang sisi 3
2. Segitiga sama sisi, dengan pangan sisi 7
3. Segitiga sama sisi, dengan pangan sisi 19
4. Segitiga sama kaki, dengan panjang kakinya 7 dan panjang alasnya 3
5. Segitiga sama kaki, dengan panjang kakinya 19 dan panjang alasnya 3
6. Segitiga sama kaki, dengan panjang kakinya 19 dan panjang alasnya 7
Jadi ada 6 segitiga yang dapat dibentuk dengan panjang sisi-sisinya merupakan faktor
prima dari 399.

D. Algoritma Pembagian
 Definisi
Jika (a,b) = d, maka (a : d, b : d) = 1
Misalkan a dan b dua bilangan bulat, dengan a lebih besar dari 0, maka b dibagi oleh a
akan memberikan hasil bagi dan sisa pembagian. Hal ini dinyatakan sebagai teorema
berikut ini dan terkenal dengan nama Algoritma Pembagian.
 Contoh
Carilah (5767,4453)
Penyelesaian :
Kita gunakan Algoritma Pembagian
5767 = 1 x 4453 + 1314, maka (5767,4453) = (4453,1314)
4453 = 3 x 1314 + 511, maka (4453,1314) = (1314,511)
1314 = 2 x 511 + 292, maka (1314,511) = (511,292)
511 = 1 x 292 + 73, maka ( 292,219) = (219,73)
219 = 3 x 73 + 0, maka ( 219,73) = (73,0) = 73
Jadi (5767,4453) = 73

Diberikan bilangan bulat a dan b, dengan 𝑏 > 0, maka ada bilangan bulat tunggal q dan
r yang memenuhi
a = qb + r, 0 ≤ 𝑟 <𝑏
Bilangan bulat q dan r disebut hasil bagi dan sisa dari pembagian a oleh b

 Contoh
Menurut teorema Algoritma Pembagian, nyatakan sebagai a = qb + r, 0 ≤ 𝑟 < 𝑏
Jika b = 7 dan a = -100, maka
a = qb + r dengan 0 ≤ r < b
−100 = q(7) + r
Untuk mecari nilai q, kita ambil angka yang jika dikalikan 7 akan mendekati nilai -
100 (lebih ataupun kurang). Sehingga yang mendekati −100 adalah −14 dan −15.
1. −14 × 7 = −98
2. −15 × 7 = −105
Jika kita mengambil angka −14 maka untuk nilai r agar ruas kanan dan kiri memiliki
nilai yang sama, maka r memiliki nilai −2
−100 = −14 (7) − 2 → −100 = −100
Karena nilai r = − 2 dan terdapat syarat bahwa 0 ≤ r < 7 (0, 1, 2, 3, 4, 5, 6), maka
untuk nilai r = − 2 tidak terpenuhi
Jika kita mengambil angka −15 maka untuk nilai r agar ruas kanan dan kiri memiliki
nilai yang sama, maka r memiliki nilai 5
−100 = −15 (7) + 5 → −100 = −100
Karena nilai r = 5 dan terdapat syarat bahwa 0 ≤ r < 7 (0, 1, 2, 3, 4, 5, 6), maka untuk
nilai r = 5 terpenuhi.

E. FBP Algoritma Euclid


 Definisi
Algoritma Euclid merupakan algoritma yang digunakan untuk mencari FPB dari dua
buah bilangan. Algoritma ini ditemukan oleh Euclid ahli matematika yunani yang
tertulis pada bukunya Elements. Algoritma ini memanfaatkan sifat-sifat dari sisa
pembagian atau modulo.

 Teorema 1
Jika a dan b merupakan bilangan bulat, maka FPB dari a dan b sama dengan FPB dari
b dan a − b.
 Teorema 2
Jika a > b dan s merupakan sisa pembagian a oleh b, maka FPB dari a dan b sama
dengan FPB dari b dan s.

 Contoh:
1. Tentukan FPB(9.800, 180)
Penyelesaian:
9800 = 180 ×54 + 80
180 = 80 × 2 + 20
80 = 20 × 4
Jadi FPB(9.800, 180) = 20
2. Tentukan FPB dari ( 64, 208 )
Penyelesaian :
( 208 , 64 )
208 = 3 × 64 + 16 ( 208 dibagi 64 adalah 3 dan sisanya 16 )
64 = 4 × 16 + 0 ( 64 dibagi 16 adalah 4 dan sisanya 0 )
Jadi FPB dari ( 64 , 208 ) = 16

F. Aritmatika Modular
 Definisi
Misalkan n adalah suatu nilai bilangan bulat postif, a dan b adalah suatu bilangan bulat.
a dikatakan kongruen b modulo n, ditulis
a ≡ b (mod n)
jika dan hanya jika a – b adalah kelipatan n.

 Contoh:
Periksa kebenaran pernyataan berikut ini:
(a) 3 ≡ 24 (mod 7)
(b) −31 ≡ 11 (mod 7)
(c) −15 ≡ − 64 (mod 7)
(d) 23 ≡ 3 (mod 7)
Penyelesaian
(a) Benar, karena 3 − 24 = − 21 kelipatan dari 7
(b) Benar, karena −31 − 11= − 42 kelipatan dari 7
(c) Benar, karena −15 + 64 =49 kelipatan dari 7
(d) Salah, karena 23 - 3 = 30 bukan kelipatan dari 7

 Sifat
Misalkan n suatu bilangan bulat positif dan a, b, c, dan d bilangan bulat sebarang
berlaku:
1. a ≡ a (mod n)
2. Jika a ≡ b (mod n), maka b ≡ a (mod n)
3. Jika a ≡ b (mod n) dan b ≡ c (mod n) maka a ≡ c (mod n)
4. Jika a ≡ b (mod n) dan c ≡ d (mod n) maka a + c ≡ b + d (mod n)
5. Jika a ≡ b (mod n) dan c ≡ d (mod n) maka ac ≡ bd (mod n)
6. Jika a ≡ b (mod n) maka a + c ≡ b + c (mod n)
7. Jika a ≡ b (mod n) maka ac ≡ bc (mod n)
8. Jika a ≡ b (mod n) maka ak ≡ bk (mod n) untuk k bilangan bulat positif sebarang

 Contoh 2
1. Selesaian dari kongruensi 7𝑥 ≡ 22 (mod 31) adalah…
a. 𝑥 ≡ 1 (mod 31)
b. 𝑥 ≡ 3 (mod 31)
c. 𝒙 ≡ 12 (mod 31)
d. 𝑥 ≡ 15 (mod 31)
e. 𝑥 ≡ 21 (mod 31)
Penyelesaian
7𝑥 ≡ 22 (mod 31)
7𝑥 ≡ 84 (mod 31)
𝑥 ≡ 12 (mod 31)
2. Misalkan 1 tahun 360 hari. Sekarang hari Selasa seribu hari lagi jatuh pada hari apa?
Coba selesaikan dengan kekongruenan modulo 7.
Penyelesaian
1000 mod 7 = (7×142) + 6 mod 7
= (7×142) mod 7 + 6 mod 7
=0+6
=6
6 hari setelah Selasa = Senin. Jadi, seribu hari yang akan datang akan jatuh pada hari
Senin.
3. Tentukan sisa, jika 2050 dibagi 7?
Penyelesaian
20 ≡ − 1 (mod 7)
2050 ≡ (−1)50 (mod 7)
2050 ≡ 1 (mod 7)
Jadi, 2050 ∶ 7 bersisa 1

Anda mungkin juga menyukai