Oleh
Drs. Dwi Purnomo, M.Pd.
Halaman
Halaman 1
Sampul .............................................................
Daftar 2
Isi .......................................................................
Kata 3
Pengantar ..............................................................
Bab I PENDAHULUAN
1.1 Notasi dan 5
Simbul .....................................................
1.2 Induksi 9
Matematika ..................................................
1.3 Prinsip 12
Urutan ..........................................................
1.4 Prinsip 17
Proporsi ........................................................
1.5 19
Konjektur ..................................................................
1.6 Soal- 21
soal ..................................................................
Bab II KETERBAGIAN
2.1 23
Keterbagian .............................................................
2.2 Cara lain Menentukan FPB dan Kombinasi 41
Linear ......
2.3 Persamaan Diophantine 47
Linear ...................................
2.4 Ciri-ciri Habis 50
Dibagi .................................................
2.5 Pembagian dengan Metode 69
Pencoretan .....................
2.6 Soal- 73
soal .....................................................................
Teori Bilangan- 2
Bab III KONGRUENSI
3.1 75
Pengertian ...............................................................
3.2 Sistem 89
Residu ..........................................................
Bab IV KONGRUENSI LINEAR
4.1 Kongruensi 92
Linear .....................................................
4.2 Kongruensi 100
Simultan .................................................
4.3 Teorema Sisa 103
China ..................................................
4.4 Soal-soal 107
……………………………………………………
Bab V KEPRIMAAN ................................................................. 109
...
DAFTAR 118
PUSTAKA ..........................................................
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena atas
Bilangan.
isinya masih kurang dari apa yang sebenarnya diharapkan oleh para
mahasiswa.
Teori Bilangan- 3
Terselesaikannya penulisan modul ini tentu tidak terlepas dari bantuan
Semoga apa yang telah dituangkan dalam tulisan sederhana ini, akan
sangat berguna bagi mahasiswa. Kekurangan disana sini Insya Allah akan
Teori Bilangan- 4
Pandu, Prisma, Caesar, dan Mamanya
BAB I
PENDAHULUAN
Matematika selalu berkenaan dengan ide-ide dan konsep, oleh karena itu untuk
yang ingin diketahui menjadi lebih mudah dan sederhana. Disamping itu dalam
Teori Bilangan- 5
disepakati tersebut mempunyai makna tertentu, dan makna tersebut dinamakan
dengan notasi.
Istilah lain dari notasi adalah simbul. Penggunaan notasi haruslah disepakati
dapat berkaitan dengan himpunan misalnya penggunaan huruf kapital latin, operasi
1) + : jumlah
2) - : selisih
3) x : perkalian
4) : : pembagian
5) : akar kuadrat
6) : Penjumlahan beruntun
7) : Perkalian beruntun
8) : integral
1) = : sama dengan
Teori Bilangan- 6
4) < : lebih kecil daripada
7) : ekuivalen
9) : gabungan
10) : Irisan
11) : anggota
5) ┴ : tegak lurus
6) └ : sudut 90o
7) ║ : sejajar
8) : himpunan kosong
9) ∆ : segitiga
Teori Bilangan- 7
N = { 1,2,3,4,5, ... }
W = { 0,1,2,3,4, ... }
a
dinyatakan dalam bentuk
b
, dengan a,b Z, b 0 . Bilangan rasional juga
a
Q ={x:x=
b
, a,b Z, b 0}
p = 0, 125125125...
q = 1,133333333...
r = 0,092323232323...
a
Q ={x:x=
b
, a,b Z, b 0}
6) Q = himpunan bilangan tak rasional yaitu bilangan yang tidak dapat dinyatakan
a
dalam bentuk dengan a,b Z. b 0 Bilangan tidak rasional juga disebut
b
Teori Bilangan- 8
7) R himpunan bilangan nyata (R = Real) yaitu gabungan dari bilangan-bilangan
Asli, Cacah, Bulat, Rasional, dan tidak Rasional. Dengan kata lain:
R={N W Z Q Q }
dengan i dimana i = 1 .
C = {x : x = a + bi, a,b Z, i = 1 }.
Contoh:
1. Jika kita ingin menyatakan jumlah 10 suku pertama dari bilangan genap adalah
2q
10
q 1
2. Diberikan dua bilangan bulat berbeda, misal x dan y. Kita akan menggunakan
3. Untuk menyatakan dua garis lurus L 1 dan L2 yang sejajar cukup menggunakan
simbul L1 ║ L2.
Terlihat dari contoh di atas maka penggunaan simbul dalam matematika memberikan
Teori Bilangan- 9
1.2 Induksi Matematika
dan sering digunakan dalam berbagai buku. Induksi matematika merupakan suatu
dalam istilah-istilah bilangan asli (N). Walaupun kegunaannya agak dibatasi dalam
konteks yang agak khusus, namun keberadaannya merupakan suatu alat yang
Dianggap bahwa kita sudah mengenal bilangan asli N = { 1,2,3, ... }, baik
operasi biasa pada penjumlahan dan perkalian dan arti dari suatu bilangan asli yang
satu lebih kecil dari yang lain. Juga dianggap kita sudah mengenal dengan sifat-sifat
Sifat terurut baik dari N menyatakan bahwa setiap subset tidak kosong dari N
mempunyai unsur terkecil. Sifat yang lebih mendetail dari sifat terurut baik bilangan
Teorema 1.1
Jika S adalah subset dari N dan jika S , maka terdapat suatu m S sedemikian
(1) 1 S
Teori Bilangan- 10
Bukti:
selanjutnya dengan sifat terurut dengan baik ia akan memuat suatu unsur terkecil.
Misal m adalah unsur terkecil dari N-S. Karena 1 S, maka menurut hipotesis (1),
merupakan bilangan asli, Karena m – 1 < m dan karena m adalah unsur terkecil dari
bahwa N-S tidak kosong, hal ini juga bertentangan dengan kesimpulan bahwa N-S
anggaplah bahwa:
Contoh
matematika.
n( n 1)
1. 1 + 2 + 3 + 4 + 5 + ..... + n =
2
Teori Bilangan- 11
Jawab
1(1 1)
Untuk n = 1 1 = , sehingga 1 S,
2
k (k 1)
1 + 2 + 3 + 4 + 5 + ..... k =
2
k ( k 1)
1 + 2 + 3 + 4 + 5 + ..... + k + (k+1) = (k 1)
2
k (k 1) 2(k 1)
2 2
k k 2k 1
2
2
k 3k 1
2
2
(k 1)(k 2)
2
(k 1)( k 1) 1)
, karena n = k+1, maka:
2
( n)(n 1)
2
Karena rumus ini terpenuhi untuk n = k+1, kita menyimpulkan bahwa k+1 S. Jadi
dari Induksi matematika terpenuhi. Oleh karena itu dengan prinsip induksi
untuk semua n N.
Teori Bilangan- 12
1.3 Prinsip Urutan
Prinsip adalah aturan atau sifat yang digunakan sebagai dasar atau landasan
dalam uraian yang berkaitan dengan bukti sesuatu. Prinsip dapat diambil dari
definisi, aksioma, atau dalil-dalil yang “ dimunculkan” kembali untuk digunakan pada
bagian lain suatu konsep yang memerlukan. Diantara prinsip dalam matematika
bilangan real. Sebagaimana halnya dalam Struktur Aljabar dari sistem bilangan real.
Cara yang dapat dilakukan untuk melakukan sifat urutan adalah mengidentifikasi
Definisi 1.1
(3) Jika a R, maka tepat dari salah satu yang berikut dipenuhi
a P, a = 0, -a P
Dua sifat yang pertama menjamin kesesuaian dari urutan dengan operasi
penjumlahan dan perkalian secara berurutan. Sifat (3) biasanya disebut sifat
trikotomi karena membagi R menjadi 3 jenis unsur yang berbeda. Dinyatakan bahwa
himpunan {-a: a P} dari bilangan real negatip tidak mempunyai unsur persekutuan
Teori Bilangan- 13
dengan P, dan selanjutnya himpunan R merupakan gabungan dari tiga himpunan
Definisi 1.2
1. Jika a P, kita mengatakan bahwa a adalah suatu bilangan real positip kuat
(strictly positip) dan dituliskan dengan a > 0, Jika a P {0}, maka a disebut
2. Jika -a P, kita mengatakan bahwa a adalah suatu bilangan real negatip kuat
(strictly negatip) dan dituliskan dalam bentuk a < 0, Jika -a P {0}, maka a
3. Jika a, b R dan jika a – b P maka dituliskan dalam bentuk a > b atau b <
a.
Untuk kesepakatan bersama kita akan menuliskan a < b < c yang berarti a < b
dan b < c
Teorema 1.2
Misalkan a,b,c R
a > b, a = b , a < b
Bukti
Teori Bilangan- 14
a. a > b maka menurut definisi a – b > 0 atau a – b P
b > c maka menurut definisi b – c > 0 atau b – c P
Karena a – b P dan b – c P maka menurut definisi diperoleh
(a-b) + (b-c) P.
Sehingga a – c P atau a > c
b. Dengan sifat trikotomi dalam definisi, maka tepat salah satu
Jika a b, maka a – b 0, sehingga dari bukti (b) kita dapatkan a – b P atau b-a
P yakni a > b atau b > a. Dalam kasus lainnya salah satu dari hipotesisi
Teorema 1.3
1>0
Bukti
Teori Bilangan- 15
2. Karena 1 = (1)2, menurut bukti di atas akan menyebabkan bahwa
1 > 0.
Teorema 1.4
Misalkan a,b,c R
1. Jika a > b, maka a+c > b+c
2. Jika a > b, dan c > d maka a+c > b+d
3. Jika a > b, c>0 maka ca > cb
Bukti
1. Karena a > b berarti menurut definisi sebelumnya a – b > 0. Karena a-b > 0
sehingga a – b P.
(a – b ) = (a-b) + (c-c)
(a – b ) + (c – c ) = (a+c) – (b+c)
Teori Bilangan- 16
Hal ini berarti a - b P dan c – d P.
Menurut definisi bilangan real positip kuat (1) diperoleh
4. Karena a > b, dan c < 0 berarti a – b > 0 dan c < 0 atau –(c) > 0.
sifat sebelumnya maka berlaku 1/a 0. Jika 1/a < 0, berdasarkan teorema
1/a > 0.
Teori Bilangan- 17
1/a < 0.
Teorema 1.5
1
Jika a, b R, maka a > (a+b) > b.
2
Bukti.
Karena a > b, maka dapat diperoleh a + a > a + b atau 2a > a + b. Demikian pula
Dalam setiap komunikasi, setiap orang penting untuk mempunyai pikiran yang
tepat dalam benaknya. Pernyataan “Setiap mahasiswa IKIP Budi Utomo mempunyaii
cita-cita menjadi guru” belumlah merupakan informasi yang khusus jika ternyata
teman yang diajak berkomunikasi melihat beberapa mahasiswa IKIP Budi Utomo
papan tulis, hal ini dimaksudkan apa yang dimaksudkan oleh penulis dengan huruf x
Teori Bilangan- 18
dan angka 1. Apakah x bilangan bulat? Apakah bukan bilangan? Apakah angka 1
merupakan bilangan asli? atau 1 merupakan konsep yang lain. Dalam matematika
seringkali juga muncul istilah “untuk setiap”, “untuk semua”, “untuk sesuatu”, “ada”,
dan seterusnya.
Misalnya:
Dari contoh di atas, jelaslah bahwa contoh 1 salah, akan tetapi contoh 2
Berdasarkan contoh di atas, jika konteks yang dibicarakan adalah bilangan bulat,
maka pernyataan di atas akan menjadi lebih aman jika disingkat dengan:
membuat pernyataan ini benar adalah “ palingb sedikit satu bilangan bulat”. Kedua
quantifier ini sering terjadi sehingg para pengguna matematika menggunakan simbul
1.5 Konjektur
Teori Bilangan- 19
konjektur yang diambil dari kata “conjecture” yang berarti dugaan atau perkiraan.
1. Terdapat definisi suatu bilangan perfek, yaitu suatu bilangan bulat positip yang
Contoh.
28
Selain 6 dan 28 bilangan perfek yang lain adalah 496, 8.128, dan 33.500.336.
Jika (2n – 1) bilangan prima maka 2n-1(2n -1) adalah bilangan perfek.
2. Terdapat definisi suatu pasangan dua bilangan yang sekawan (amicable), yaitu
1 + 2 + 4 + 5 + 10 + 11 + 20 + 22 + 44 + 55 + 110 = 284
1 + 2 + 4 + 71 + 142 = 220
Teori Bilangan- 20
Pasangan bilangan sekawan yang lain adalah 1184 dan 1210, 17296 dan
18416.
Suatu konjektur yang berkaitan dengan pasangan dua bilangan sekawan adalah
3. Terdapat definisi tentang pasangan bilangan prima (twine prime), yaitu dua
bilangan prima adalah 3 dan 5, 5 dan 7, 17 dan 19, 29 dan 31, 41 dan 43.
Setiap bilangan bulat positip genap lebih dari 4 merupakan jumlah dua bilangan
prima ganjil.
Contoh
6=3+3 14 = 3 + 11
8=3+5 12 = 5 + 7
10 = 3 + 7 30 = 23 + 7
Setiap bilangan bulat positip ganjil lebih dari 8 merupakan jumlah tiga bilangan
prima ganjil.
Contoh
9 =3+3+3 13 = 5 + 5 + 3
101 = 11 + 43 + 47 19 = 5 + 7 + 7
11 = 3 + 3 + 5 37 = 11 + 13 + 13
5. Selain Goldbach, Pierre Fermat juga mempunyai dua konjektur terkenal yaitu:
Teori Bilangan- 21
2n
a. 2 + 1 adalah bilangan prima
Untuk n = 0, diperoleh 2 + 1 = 3
Untuk n = 1, diperoleh 4 + 1 = 5
Untuk n = 2 , diperoleh 17
hubungan xn + yn = zn
1.6 Soal-soal
n(n 1)( n 2)
1.2 + 2.3 + 3.4 + 4.5 + ..... + n(n+1) =
3
n(4n 1) 2
1 + 3 + 5 + 7 + ..... + (2n-1) =
2 2 2 2 2
3
n(n 1)
2
1 + 2 + 3 + 4 + ..... + n =
3 3 3 3 3
2
Teori Bilangan- 22
a ( a 1)
n 1
positip n.
4. Carilah bilangan a,b,c,d R yang memenuhi 0 < a < b dan a < d < 0 dan
berlaku
x2 > 3x +4
1 < x2 < 4
1
<x
x
Teori Bilangan- 23
BAB II
KETERBAGIAN
Sifat-sifat yang berkaitan dengan keterbagian telah dipelajari oleh Euclid 350
beberapa ahli matematika yang lain, misalnya yang berkaitan dengan bilangan
pentingnya sifat keterbagian maka akibatnya konsep tersebut sering muncul dalam
Definisi 2.1
Suatu bilangan bulat x dikatakan habis dibagi oleh suatu bilangan bulat y ≠ 0,
jika terdapat satu bilangan bulat p sedemikian sehingga x = py. Jika hal ini dipenuhi
sebagai y adalah faktor (pembagi) x, atau x adalah kelipatan y. Jika y tidak membagi
x dinotasikan dengan y ┼ x.
Contoh :
–30 = (-10)3.
42 = (7)-6
Teori Bilangan- 24
–25 = (5)-5
5 = (x) 3
9 = (y) 4
11 = (z)-2.
Jika y │ x dan 0 < y < x, maka y disebut pembagi murni dari x. Notas a k ║ x
bernilai benar.
Teori Bilangan- 25
0 =(y)0, sehingga 3 │ 0, 1│0, -1│ 0, 12 │0, -191 │0, 4│ 0, semuanya bernilai
benar.
Dalil 2.1
2) (a │ b, b │c) → a │ c.
3) (a │ b, b │a) → a = ± b.
4) (a │ b, a │c) → a │ (b ± c).
Teori Bilangan- 26
1. Karena diketahui a│ b , maka menurut definisi 1 ada suatu bilangan bulat p
Jadi a │bc.
Jadi a │c.
a=0 atau qp = 1.
p = q = 1 maka a = pb = b ....(1)
b ± c = at dengan t Z.
Jadi a │b ± c.
Teori Bilangan- 27
a │c → c = qa, untuk suatu q Z.
bx + cy = ( pa)x + (qa)y
b = pa dan p =1 → b = a atau a = b
a = b atau a < b → a = b
mb = m (ap) dan m ≠ 0 → b = ap → a │b
b │c → c = q b, untuk suatu q Z.
b + c = qa → c = qa – b.
Teori Bilangan- 28
Dalil 2.2 (Dalil Algoritma Pembagian)
Bukti.
Selanjutnya, misal S adalah suatu himpunan yang unsur-unsurnya suku yang bernilai
Jadi jika a > 0 dan a,b Z maka ada q,r Z sedemikian sehingga b = qa + r.
sebagai berikut:
Anggaplah bahwa 0 r < a tidakbenar, maka r a dan dalam hal ini r tidak
Jika r a maka r – a 0.
r = b – qa r – a = b – qa – a
= b – ( q +1) a.
r – a 0 dan r-a = b – ( q + 1 ) a 0.
Teori Bilangan- 29
r – a 0 dan r – a mempunyai bentuk b – na, maka r – a S.
Karena a > 0 maka r – a < r sehingga r – a merupakan unsur terkecil dari S dan
lebih kecil dari r. Hal ini bertentangan dengan pengambilan r sebagai unsur terkecil
Untuk menunjukkan ketunggal q dan r, dimisalkan q dan r tidak tunggal yaitu q 1, q2,
b = q1a + r1
b = q2a + r2
( q1 - q2 ) a + ( r1 - r2 ) = 0 .
( r1 - r2 ) = ( q2 – q1 )a
a│ ( r1 - r 2 )
a│ ( r1 - r 2 ) r1 - r2 = 0 atau r1 - r2 a ( a r1 - r2 )
r1 - r2 = 0 r1 = r2 (q1 - q2 ) a = 0 q1 = q2
Selanjutnya jika a ┼ b, maka tidak ada q Z sehingga b = qa. Hal ini berarti b qa
Dalil 2.3
Teori Bilangan- 30
r disebut bilangan sisa (remainder/residu)
Dalil 2.3 di atas disebut pula dengan dalil algoritma pembagian. Algoaritma
adalah prosedur atau metode matematis untuk memperoleh hasil tertentu yang
bulat q dan r dari suatu algortima. Namun demikian uraian tentang pembuktiannya
dapat memberikan gambaran adanya suatu metode, cara , atau prosedur matematis
Jika a = 2 dan b adalah sebarang bilangan bulat, maka menurut dalil sebelumnya b
dapat dinyatakan dengan b = 2q + r, dengan 0 ≤ r < a. Hal ini berarti bahwa nilai-
nilai b yang mungkin dapat ditentukan oleh nilai-nilai r yang mungkin yaitu r = 0 dan
r = 1.
Untuk r = 0 maka b = 2q + r = 2q + 0.
b = 2q, dengan q Z.
integer).
intereger, gasal).
dinyatakan sebagai bilangan bulat genap (2q) atau bilangan bulat ganjil ( 2q + 1).
mengambil r= 0, r=l dan r=2. Sehingga sebarang bilangan bulat b dapat dinyatakan
Teori Bilangan- 31
b = 3q
b = 3q + 1
b = 3q + 2
Dengan alasan yang sama, setiap bilangan bulat selalu dapat dinyatakan antara lain:
Disinilah sebenarnya letak dari konsep algoritma pembagian, suatu konsep mendasar
Contoh:
Bukti:
sehingga n = 2q atau n = 2q + 1,
Untuk n = 2q maka
n3 – n = n (n2 – 1)
= n(n-1)(n+1)
= 2q(2q-1)(2q+1)
= 2{q(2q-1)(2q+1)
n3 – n = 2{q(2q-1)(2q+1)
n3 – n = n (n2 – 1)
Teori Bilangan- 32
= n(n-1)(n+1)
= (2q+1)(2q+1-1)(2q+1+1)
= (2q+1)(2q)(2q+2)
n3 – n = (2q+1)(2q)(2q+2)
Jawab
n = 2q atau n = 2q + 1, q Z.
4 │n2 + 2
n2 + 2 = 4q2 + 2
4 │4q2 + 2
= 4(q2+q) + 3
4 │n2 + 2
n2 + 2 = 4(q2 +q) + 3
4 │4(q2 + q) + 3
Teori Bilangan- 33
Definisi 2.2
bulat x,y Z kecuali untuk x = 0 dan y = 0. Demikian pula perlu dipahami bahwa
Contoh:
2. Faktor dari 20 adalah –20, -10, -5, -4, -2, -1, 1, 2, 4, 5, 10, 20
Dalil 2.4
1. Jika d = (x,y) maka d adalah bilangan bulat positip terkecil yang mempunyai
Bukti.
Teori Bilangan- 34
Dibentuk kombinasi linear (ax + by) dengan a,b Z. Barisan bilangan ax + by
r = x – qt
= x – q(aox + boy)
r = ( 1-aoq)x + (-boq)y
b1 = -boq Z.
t = aox + boy
Teori Bilangan- 35
= ao (dp) + bo (dp)
Dengan demikian terlihat bahwa tidak ada bilangan positip selain d yang
Bukti
= atx + bty
= t (ax + by)
(ax+by)
= t (ax +by)
x y
3. Jika x,y Z dan d = (x,y) maka ( , )=1
d d
Bukti
x y
d = (x,y) berarti d │x dan d │y dan ,
d d
Z
Teori Bilangan- 36
x y x y
(x,y) = (d. , d. ) = d ( , )
d d d d
x y x y
Karena d > 0 maka d ( , ) atau 1 = ( , )
d d d d
x y
Dengan demikian ( , )=1
d d
Bukti
(y,w) = 1 maka menurut definisi FPB 1 adalah bilangan bulat positip terkecil
w │ xy → w │ axy
Bukti:
= 1- (bo - b1 + bob1t)t
Teori Bilangan- 37
a2 = aoa1 dan b2 = bo - b1 + bob1t
Karena (xy,t) = 1 adalah bilangan bulat positip tekecil yang mempunyai bentuk
Bukti
sehingga d │x, d│y, hal ini berarti bahwa d > 0. Demikian pula d = (x,y) berarti
d adalah bilangan bulat positip terkecil dan berbentuk (ax + by), dengan a,b Z.
Jadi d = ax + by.
dan f │y, sehingga f │ax dan f │ay dan menurut sifat keterbagian berlaku f │ ax
+ by.
f │ ax + by dan d = ax + by → f │d.
Bukti
Teori Bilangan- 38
Jadi d = (x,y) atau d = (y,x).
Karena d merupakan bilangan bulat positip terbesar yang membagi x dan y, dan
y membagi (-y), maka d juga merupakan bilangan bulat positip terbesar yang
(x,y) │ax dan (x,y) │ax + y →(x,y) adalah pembagi persekutuan dari x dan y+ax,
(x,y+ax) adalah pembagi persekutuan dari x dan (y+ax), hal ini berarti
Perhatikan bahwa:
Jika r1, r2 Z, dan r1 > r2 dan dengan proses algoritma pembagian dibentuk Suatu
barisan menurun bilangan bulat r1, r2, r3, ... , rk-1, rk, rk+1=0
Teori Bilangan- 39
Yaitu:
.............................................
Bukti.
= (r3,r4)
.......
.......
.......
= (rk,rk+1)
(r1,r2) = rk
Contoh
ax + by = c, dimana c = (a,b).
Teori Bilangan- 40
Dengan Algoritma Euclides diperoleh:
105 = (1) 60 + 45
60 = (1) 45 + 15
15 = 60 – 45 (1)]
= 60 – [105 – 60(1)]
= 60 – 105 + 60 (1)
= 7 (570) – 2 (1938)
= -2(1938) – 7(570).
Jika r1, r2 Z, dan r1 > r2 dan dengan proses algoritma pembagian dibentuk
Suatu barisan menurun bilangan-bilangan bulat r1, r2, r3, ... , rk-1, rk, rk+1=0
Teori Bilangan- 41
Yaitu:
.............................................
Sehingga diperoleh :
r3 = r1 - q1r2
r4 = r2 - q2r3
r5 = r3 - q3r4
r6 = r4 - q4r5
.............................
………………….
ri = ri-2 - qi-2ri-1
yaitu:
Teori Bilangan- 42
maka dengan cara yang sama (analog) diperoleh bentuk persamaan dalam x dan y
yang secara umum dinyatakan oleh xi = xi-2 - qi-2xi-1 dan yi = yi-2 - qi-2yi-1 .
Sehingga terdapat 3 persamaan dalam bentuk ri, xi, dan yi dan selanjutnya masing-
masing konstanta tersebut dapat dimulai dengan syarat awal yang berbeda.
r-1 = r1, ro = r2
x-1 = 1, xo = 0
y-1 = 0, ro = 1
Secara lengkap langkah untuk menentukan masing-masing konstanta dapat dilihat pada table
berikut ini:
i qi+1 ri xi yi
-1 * r1 (b) 1 0
0 ... r2 (a) 0 1
1 ... ….. …. …..
2 ….. ….. …. …..
3 ….. ….. …. …..
dstnya. ….. ….. …. …..
Titik-titik pada kolom diisi dengan menyesuaikan bentuk persamaan
ri = ri-2 - qi-2ri-1
xi = xi-2 - qi-2xi-1
yi = yi-2 - qi-2yi-1
Contoh.
42823 x + 6409 y = 17
Jawab
Teori Bilangan- 43
i qi+1 ri xi yi
-1 - 42823 1 0
0 6 6409 0 1
1 1 4369 1 -6
2 2 2040 -1 7
3 7 289 3 -6-2(7)=-20
4 17 17 -1-7(3)=-22 7-7(-20)=147
5 - 0 - -
Diperoleh (42823,6409) = 17 dan 17 = 42823(-22) + 6409(147)
i qi+1 ri xi yi
-1 - 123 1 0
0 2 56 0 1
1 5 11 1-2(0) =1 0 – 2(1) = -2
2 11 1 0 – 5(1) = -5 1 -5(-2)=11
3 0
(123,56) = 1 (relatif prima)
Jawab
i qi+1 ri xi yi
-1 - 7469 1 0
0 3 2464 0 1
1 32 77 1 -3
2 - 0 - -
Diperoleh (7469,2464) = 77 dan 77 = 7469 (1) + 2464 (-3)
Jawab
i qi+1 ri xi yi
-1 - 4999 1 0
Teori Bilangan- 44
0 4 1109 0 1
1 1 563 1 -4
2 1 546 -1 5
3 32 17 2 -9
4 8 2 -65 293
5 2 1 522 -2353
6 - 0 - -
Diperoleh (1109,4999) = 1 dan 1 = 1109 (-2353) + 4999 (522)
i qi+1 ri xi yi
-1 - 5033464705 1 0
0 1 3137640337 0 1
1 1 1895824368 1 -1
2 1 124115969 -1 2
3 1 654008399 2 -3
4 1 587807570 -3 5
5 8 66200829 5 -8
6 1 58200938 -43 69
7 7 7999891 48 -77
8 3 2201701 -379 608
9 1 1394788 1185 -1091
10 1 806913 -1564 2509
11 1 587875 2749 -4410
12 2 219038 -4313 6919
13 1 149799 11375 -18248
14 2 69239 -15688 25167
15 6 11321 42751 -68582
16 8 1313 -272194 436659
17 1 817 2220303 -3561854
18 1 496 -2492497 3998513
19 1 321 4712800 -7560367
20 1 175 -7205297 11558880
21 1 146 11918097 -19119247
22 5 29 -19123394 30678127
23 29 1 107535067 -172509882
24 - 0 - -
Teori Bilangan- 45
1 = 5033464705 (107535067) + 3137640337 (-172509882)
Soal.
d. (24332221,67777170)
e. (404040404040,98989898989)
423x + 198y = 9
71x – 50y = 1
43x + 64y = 1
Definisi 2.3
b. M disebut kelipatan persekutuan terkecil dari x dan y jika m adalah bilangan bulat
Dalil 2.5
Teori Bilangan- 46
2. Untuk m > 0 berlaku [mx,my] = m [x,y]
3. Jika a dan b adalah sebarang dua bilangan bulat positip dan (a,b) = 1 maka (a,b)
[a,b] = a.b
4. Jika a,b sebarang dua bilangan bulat positip, maka (a,b)[a,b] = ab.
Alexanderia, Mesir bernama Diophantus yang hidup pada abad ke-3 (tahun 250 M).
3.4 + 6.1 = 18
3(-6) + 6(6) = 18
Bentuk kesamaan tersebut jika diteruskan akan diperoleh sebanyak tak hingga
mempunyai selesaian jika d │c dan d = (a,b). Karena d = (a,b) maka kita tahu
bahwa ada bilangan bulat r dan s sehingga sehingga a = dr dan b = ds. Jika
bentuk:
Teori Bilangan- 47
Teorema 2.1
hanya jika d │c dimana d = (a,b), Jika x o dan yo adalah sebarang selesaian khusus
dari ax + by = c
Maka seluruh selesaian yang lain diberikan oleh x = x o + (b/d)t dan y = yo – (a/d)t,
Bukti.
Misal xo dan yo adalah selesaian persamaan yang diketahui, jika x’ dan y’ selesaian
bilangan bulat relatif prima r dan s sehingga a = dr dan b = ds. Sehingga diperoleh
r(x’-xo) = s(yo-y’). Bentuk ini memberikan fakta bahwa r │ s(yo-y’). Dengan (r,s) = 1.
dengan menggunakan Lemma Euclid diperoleh r │ (yo-y’) atau dengan kata lain
x’-xo = st.
x’ = xo + st
x’ = xo + (b/d)t .....................(1)
yo – y’ = rt.
y’ = yo - rt
Teori Bilangan- 48
dari (1) dan (2) dapat dilihat bahwa:
= c+0
=c
Dengan demikian terdapat tak hingga selesaian dari persamaan Diophantine yang
Contoh:
Jawab
172 = (8) 20 + 12
20 = (1) 12 + 8
12 = (1) 8 + 4
8 = (2) 4
Sehingga (172,20) = 4.
4 = 12 – (1) 8
= (2) 12 – (1) 20
= 2 [172 – (8)20] – 20
Teori Bilangan- 49
4 = (2) 172 + (-17) 20.
= 500.172 + (-4250) 20
Untuk memilih t, gunakan ketentuan 500 + 5t >0 dan –4250 –43t > 0 (mengapa?).
Akibat dari teorema di atas adalah, Jika (a,b) = 1 dan jika x o dan yo adalah selesaian
Banyak definisi dan dalil yang telah dipaparkan di atas yang berkaitan dengan
keterbagian. Dalam banyak hal lain sering diperlukan suatu jawaban apakah suatu
bilangan habis atau tidak jika dibagi oleh bilangan tertentu. Jawaban yang dimaksud
menyangkut ciri-ciri suatu bilangan habis dibagi oleh bilangan yang lain. Ciri-ciri
habis dibagi dikembangkan dan dijabarkan dari definisi dan dalil yang telah
dibicarakan. Sebelum ciri-ciri habis dibagi dibahas, perlu dipaparkan beberapa sifat
Teori Bilangan- 50
Jadi 2 │0, 10 │0, -2 │0, 122│0 adalah semua pernyataan yang bernilai benar
2. 1 │ k, untuk semua k Z.
Jadi 1 │2, 1│20, 1│-10, 1 │22 0 adalah semua pernyataan yang bernilai benar
Jadi 2 │2, -4│-4 , 1│1, 22 │22 adalah pernyataan yang bernilai benar
7. k │m, k │m + n → k │n
Teori Bilangan- 51
N = (akak-1ak-2ak-3ak-4 ....a1ao)
Perhatikan
Dimana
2 │10 → 2 │a1.10
...............................................................................
...............................................................................
maka:
2 │a1.10
Jadi 2 │ ao
Kesimpulan suatu bilangan asli N habis dibagi 2 jika angka terakhir lambang bilangan
Contoh
Teori Bilangan- 52
Jawab
maka
2 ┼ 6831078103
Jawab
Perhatikan
Dimana
...............................................................................
...............................................................................
maka:
4 │a2.102
Teori Bilangan- 53
4 │(ak.10k + ak-110k-1 + ak-210k-2 + ak-310k-3 +ak-410k-4 + ..... + a2.102)
a1.10 + ao.
Kesimpulan suatu bilangan asli N habis dibagi 4 jika bilangan yang dibentuk oleh dua
Contoh
Jawab
Jawab
Perhatikan
Dimana
Teori Bilangan- 54
8 │1000 → 8 │103 → 8 │ a3.103.
...............................................................................
...............................................................................
maka:
8 │a3.103
Kesimpulan : suatu bilangan asli N habis dibagi 8 jika bilangan yang dibentuk oleh
Contoh
Jawab
Jadi 8 ┼ 435655433242
Teori Bilangan- 55
Ciri-ciri habis dibagi 16.
Perhatikan
Karena
...............................................................................
...............................................................................
maka:
16│ak-410k-4,.....,16│a4.104
Kesimpulan : suatu bilangan asli N habis dibagi 16 jika bilangan yang dibentuk oleh
Contoh
1212646 = (a4a3a2a1a0)
Teori Bilangan- 56
Karena (a1a0) = 46 dan 4 ┼ 46 maka 4 ┼ 1212646
44768 = (a4a3a2a1a0)
Perhatikan
Karena
a1.10 = a1 ( 9 + 1 ) = a1. 9 + a1
a2.102 = a1 ( 99 + 1 ) = a1.99 + a2
...............................................................................
...............................................................................
maka:
Teori Bilangan- 57
= (a3.999...9 + ... + a3.999 + a2.99 + a1. 9 ) + (ak + ... + a3 + a2 + a1 + ao )
3│9 → 3│a1.9
...............................................................................
...............................................................................
sehingga
Kesimpulan suatu bilangan bulat N habis dibagi3 jika jumlah angka-angka dari
Contoh
Jawab:
Dan a3 + a2 + a1 + ao = 3 + 4 + 6 + 2 = 15
Jawab:
Teori Bilangan- 58
Misal N = 564350098 = (a8a7a6a5a4a3a2a1a0), diperoleh
a8 + a 7 + a 6 + a 5 + a 4 + a 3 + a 2 + a 1 + a o = 5 + 6 + 4 + 3 + 5 + 0 + 0 + 9 + 8
= 40
Karena
9│9 → 9│a1.9
...............................................................................
...............................................................................
sehingga
Kesimpulan suatu bilangan bulat N habis dibagi 9 jika jumlah angka-angka dari
Teori Bilangan- 59
Contoh :
N = 142323331011→ (a11a10a9a8a7a6a5a4a3a2a1ao)
3 + 1 + 0 + 1 + 1 = 24
Perhatikan
Karena :
5 │10 → 5 │a1.10
...............................................................................
...............................................................................
Teori Bilangan- 60
Kesimpulan suatu bilangan asli N habis dibagi 5 jika angka terakhir lambang bilangan
N adalah 0 atau 5.
Contoh:
1. Bilangan 2456 tidak habis dibagi 5 karena angka terakhir dari 2456 yaitu 6 tidak
2. Bilangan 450980 habis dibagi 5 karena angka terakhir dari 450980 adalah 0 dan
N = 6k untuk k Z.
N = 2(3.k) → 2 │N
N = 3(2.k) → 3 │N
Jadi suatu bilangan bulat N habis dibagi 6 jika N habis dibagi oleh 2 dan 3.Dengan
kata lain suatu bilangan N habis dibagi 6 jika angka terakhir adalah genap dan
Contoh :
4356 habis dibagi 2, karena angka terakhir dari bilangan 4356 yaitu 6 habis
Teori Bilangan- 61
9854098 habis dibagi 2 karena 2 │8, dan 9 + 8 + 5 + 4 + 0 + 9 + 8 = 43,
sehingga
Perhatikan
Karena
dan seterusnya
sehingga:
= (7a1 + 98a2 + 1001a3 - 10003a4 - 100002a5 + ... 7.t.10k ) + (a0 +3a1 + 2a2 )
Teori Bilangan- 62
7 │N dan 7 │m , maka 7 │(a0 +3a1 + 2a2 ) - (a3 + 3a4 + 2a5) + ...
Contoh
a3 = 1, a2 = 2, a1= 3, a0= 4
Jawab
7 │ 10(3397 – 2.6)
Teori Bilangan- 63
7 │ 18 7 │ 2 – 2.8 atau 7 │ -14.
Perhatikan
N = ak.10k + ak-1.10k-1 + ak-2.10k-2 + ak-3.10k-3 + ak-4.10k-4 + .... + a1.10 + ao.
Karena
10 │10 10 │a1.10
10 │10 10│10.10 10 │102 10 │a2.102.
...............................................................................
...............................................................................
10│N 10│ ak.10k + ak-110k-1 + ak-210k-2 + ak-310k-3 +ak-410k-4 + ..... + a1.10 + ao.
Kesimpulan : Suatu bilangan asli N habis dibagi 10 jika angka terakhir lambang
Perhatikan
Teori Bilangan- 64
N = ak.10k + ak-1.10k-1 + ak-2.10k-2 + ak-3.10k-3 + ak-4.10k-4 + .... + a1.10 + ao.
Karena
dan seterusnya
sehingga:
angka-angka pada urutan genap dengan jumlah angka pada urutan ganjil habis
dibagi 11.
Contoh:
Teori Bilangan- 65
2. Bilangan 25902646 habis dibagi 11, mengapa?
secara bertahap, bilangan yang diselidiki direduksi menjadi suatu bilangan yang
dengan mudah dapat ditentukan habis dibagi 7 atau 11. Untuk proses reduksi, dalam
penyelidikan setiap bilangan yang habis dibagi 7 maupun 11 digunakan suatu pengali
Untuk bilangan prima yang lebih dari 11, dengan proses uraian seperti pembagian 7
dan 11 dapat dicari pengali-pengali yang sesuai. Sebagai contoh pengali dari
N = (akak-1ak-2ak-3ak-4 ....a1ao)
Dari hasil ini jelaslah bahwa pengali untuk pembagian oleh 13 adalah 9.
N = (akak-1ak-2ak-3ak-4 ....a1ao)
Teori Bilangan- 66
17 │N dan 17 │51 ao. → 17│N - 51 ao.
Dari hasil ini jelaslah bahwa pengali untuk pembagian oleh 17 adalah 5.
N = (akak-1ak-2ak-3ak-4 ....a1ao)
Dari hasil ini jelaslah bahwa pengali untuk pembagian oleh 19 adalah 17.
Dengan cara yang sama jika dibuat daftar pengali dari bilangan-bilangan prima
7,11,13, 17, ..., maka dapat diperoleh bilangan pengali sbagai berikut:
Pembagi 7 11 13 17 19 23 29 31 37 41 43 47 ....
Pengali 2 1 9 5 17 16 26 3 11 4 30 14 .....
Contoh
Jawab
Teori Bilangan- 67
356 = 35 – 1.6 = 29
323 = 32 – 9.3 = 5
Jawab
Teori Bilangan- 68
Karena 19 ┼ 67, maka 19 ┼ 16788979
Metode ini digunakan untuk mengetahui apakah suatu bilangan habis dibagi
7, 11, 13, 77, 91, atau 143. Meskipun pembagian dengan cara biasa dapat dilakukan
dengan mudah. Metode ini dapat memberikan tambahan ilmu baru dengan teknik
Jika suatu bilangan bulat N dibagi 1001, maka ada beberapa keadaan yang terjadi.
1. 1001│N.
2. 11 ┼ N
N = 1001.q + r (r 0 )
a. 7│r
b. 11│r
c. 13│r
Teori Bilangan- 69
Karena 7│r dan 11│r, dan (7,11) = 1 maka 77│r.
Karena 143│1001.q dan 143 │r, maka 143 │1001.q + r, atau 143│N,
Berdasarkan analogi tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa suatu bilangan habis
dibagi 7, 11, 13, 77, 91, 143, dapat dilakukan dengan pembagian 1001. selanjutnya
dilihat sisa hasil pembagian yaitu bagaimana keadaan dari r. Untuk lebih jelasnya
Misal N = 231764587, dengan 2 adalah angka ke-1, 3 angka ke-2, ..... 7 angka
ke 9.
a. Perhatikan angka ke-1 dan ke-4 dan kurangkan diperoleh 7-2 = 5 dan
231764587
b. Selanjuntnya perhatikan angka ke-2 dan ke-5, dan kurangkan maka diperoleh
53
2 3 1 7 6 4 5 8 7,
Teori Bilangan- 70
c. Lanjutkan sampai angka ke-9 maka diperoleh:
533154
2 3 1 7 6 4 6 8 7,
Perhatikan bahwa tiga bilangan terakhir yang tidak dicoret adalah sisa pembagian
yaitu 154. Selanjutnya dapat diselidiki apakah 154 habis dibagi 7, 11, 13, dan
seterusnya.
3243715
3526766958
Perhatikan bahwa tiga bilangan terakhir yang tidak dicoret adalah sisa pembagian
yaitu 715. Selanjutnya dapat diselidiki apakah 715 habis dibagi 7, 11, 13, dan
seterusnya.
Kesimpulan
4. 4 jika bilangan yang dibentuk oleh dua angka terakhir dari lambang
Teori Bilangan- 71
5. 5 jika angka terakhir dari lambang bilangan N adalah 0 atau 5.
7. 7 jika N = (akak-1ak-2ak-3ak-4 ....a1ao) habis dibagi jika 7 │(a0 +3a1 + 2a2 ) - (a3 +
8. 8 jika bilangan yang dibentuk oleh tiga angka terakhir dari lambang
angka pada urutan genap dengan jumlah angka pada urutan ganjil habis
dibagi 11.
dibagi 13.
16.habis dibagi 16 jika 4 angka terakhir dari N adalah bilangan yang habis
dibagi 16.
17.Selanjutnya dapat diselidiki apakah suatu bilangan habis dibagi bilangan prima.
Cara yang dapat ditempuh adalah mencari bilangan pengali pada pembagian
2.6 Soal-soal
Teori Bilangan- 72
1. Tunjukkan bahwa jika ab │ bc maka a│ b.
2. Berapa banyak bilangan bulat antara 100 sampai dengan 1000 yang
habis dibagi 7?
9. Tunjukkan bahwa:
c. 4, 5, dan 9
d. 3, 4, dan 6
Teori Bilangan- 73
11.Tentukan semua selesaian (jika mungkin) dari persamaan Diophantine
berikut ini.
a. 56x + 72y = 40
b. 24x + 138y = 18
g. 123x + 360y = 99
h. 158x – 57y = 7
Teori Bilangan- 74
BAB III
KONGRUENSI
3.1 Pengertian
Jika kita berbicara konsep kongruensi sebenarnya hal ini secara tidak langsung
sudah didapatkan pada pelajaran matematika Sekolah Dasar, hanya saja istilah yang
digunakan sedikit berbeda yaitu bilangan jam atau bilangan bersisa. Cara yang
operasi yang berlaku, baik jumlah maupun pengurangan. Dalam bilangan jam
enaman, jika dioperasikan dengan menggunakan jam maka bilangan bulat yang
direduksi yaitu dengan cara membagi bilanmgan tersebut dengan 6 dan bilangan
Contoh:
14 dalam jam enaman dapat direduksi menjadi 2, karena 14 jika dibagi 6 bersisa 2.
21 dalam jam enaman dapat direduksi menjadi 3, karena 21 jika dibagi 6 bersisa 3.
61 dalam jam enaman dapat direduksi menjadi 1, karena 61 jika dibagi 6 bersisa 1.
dan seterusnya.
Berdasarkan proses reduksi dan operasi yang ada pada bilangan jam, selanjutnya
Teori Bilangan- 75
Pernyataan di atas dapat pula dinyatakan dengan
adalah pengkajian secara lebih mendalam tentang keterbagian pada bilangan bulat
dan sifat-sifatnya yang telah dipelajari pada bab II, atau dapat pula dikatakan bahwa
kongruensi adalah cara lain untuk mengkaji keterbagian dalam bilangan bulat. Untuk
Definisi 3.1
habis dibagi oleh m, yaitu m│a – b. Pernyataan ini dinotasikan a b (mod m).
Contoh:
kehidupan di sekitar kita. Misalnya kerja kalender yang kita gunakan dalam tahun
Masehi menggunakan bilangan bulat modulo 7 karena dalam satu minggu terdapat 7
hari, kerja arloji menggunakan bilangan bulat modulo 12 karena waktu yang ada
Teori Bilangan- 76
dalam jam yaitu jam 01.00 – 12.00. Banyaknya bulan dalam satu tahun
menggunakan bilangan bulat modulo 12, pasaran hari dalam satu minggu
menggunakan bilangan bulat modulo 5 karena terdapat pasaran hari pon, wage,
kliwon, legi, pahing dan masih banyak lagi contoh-contoh penggunaan kongruensi
Dalil 3.1
transitip.
a. Refleksif
a a (mod m)
b. Simetris
c. Transitif
Bukti
Karena m │(a-a), hal ini menurut definisi a a (mod m), untuk setiap bilangan
bulat a dan m 0.
Cara lain
Teori Bilangan- 77
(a-b) = tm -(a-b) = -tm
(b-a) = (-t)m, -t Z.
---------------- +
Teorema 3.1
Bukti
(a-b) = tm, t Z.
(a-b)c = (tm)c.
ac – bc = (tc)m
ac – bc = xm, x Z.
Teori Bilangan- 78
2. Jika a b (mod m) maka a+c b+c (mod m)
Bukti
(a-b) = tm, t Z.
(a-b) + 0 = (tm)
Karena (a+c) – (b+c) = tm, berarti m │ (a+c) – (b-c) atau a+c = b+c (mod m)
Bukti
---------------- +
Bukti
Teori Bilangan- 79
Menurut dalil keterbagian
---------------- -
Bukti
Bukti
(a-b)x = (t1m)x, x Z
(c-d)y = (t2m)y, y Z
---------------------------- +
Teori Bilangan- 80
(a-b)x + (c-d)y = {(t1m)x+ (t2m)y}, x,y Z
atau (ax +cy) – (bx+dy) = {(t1x)+ (t2y)}m, {(t1x)+ (t2y)} Z
atau m │(ax +cy) – (bx+dy) = atau (ax +cy) ≡ (bx+dy) (mod m)
Bukti
----------------------------------------------------------------- +
Bukti
Teori Bilangan- 81
Karena a-b │ a-b , maka
a-b │ an – bn , atau
Dalil 3.2
Bukti
--------------------------------------------------------------------------------------------------- -
t1(a-b)
Teori Bilangan- 82
.............................................................................
berarti
1. 41 1 (mod 8) hal ini berarti 8 │ (41-1) atau 8 │40. Dengan kasus yang sama
hasil pengurangan sebarang dua bilangan yang sama, maka dapat ditentukan
Apakah 7 │2(30-2)
Apakah 7 │10(30-2)
Teori Bilangan- 83
5. 26 1 (mod 5), karena 5 │26-1 atau 5│25
Jika kita perhatikan contoh di atas nampak bahwa dalam kongruensi berlaku sifat-
bulat q dan r sehingga untuk setiap bilangan bulat a dan m berlaku hubungan a =
modulo m dengan salah satu bilangan bulat berikut: 0, 1, 2, 3, ..... , m-1. Dengan
3, ..... , m-1 yang kongruen satu sama lain. Maka m buah bilangan tersebut dapat
Definisi 3.3
Teori Bilangan- 84
2. Misal A = { x1, x2, x3, ..... , xm }, disebut suatu sistem residu modulo m
yanglengkap jika dan hanya jika untuk setiap y (0 y <m}terdapat satu dan
Contoh
1. {6, 7, 8, 9, 10} adalah suatu sistem residu modulo 5 yang lengkap sebab untuk
setiap
10 0 (mod 5)
9 4 (mod 5)
8 3 (mo 5)
7 2 (mod 5)
6 1 (mod 5)
2. {-5, 10, 27} adalah bukan suatu sistem residu modulo 5 yang lengkap sebab:
10 1 (mod 3)
27 0 (mod 3)
-5 / 1 (mod 3)
3. {4, 25, 82, 107} adalah suatu sistem residu modulo 4 yang lengkap sebab untuk
setiap
4 0 (mod 4)
25 1 (mod 5)
Teori Bilangan- 85
82 2 (mo 5)
107 3 (mod 5)
6 1 (mod 5)
[ 2 ], sehingga:
Ketiga himpunan residu modulo 3 membentuk suatu klas residu modulo 3 yaitu
{ [ 0 ], [ 1 ], [ 2 ] }
residu modulo m dan kelas residu modulo m yang mempunyai (m-1) anggota, yaitu:
{ [ 0 ], [ 1 ], [ 2 ], [ 3 ], ..... , [ m-1 ] }
Teori Bilangan- 86
Dengan demikian untuk sebarang x,r Z dan 0 r < m, maka nilai-nilai x yang
Dalil 3.2
Bukti.
Jadi bila (b,m) │m dan (b,m) │c maka (b,m) adalah pembagi persekutuan m dan c.
Jadi bila (c,m) │m dan (c,m) │b maka (c,m) adalah pembagi persekutuan m dan b.
Definisi 3.4
Misal { x1, x2, x3, x4, ..., xk}, selanjutnya himpunan tersebut dinamakan sistem residu
1. (xi,m) = 1
Teori Bilangan- 87
2. xi / x (mod m) untuk setiap i j.
j
Contoh
b. 5 / 1 (mod 6)
c. (7,6) =1 sehingga 7 1 (mod 6)
Sistem ini dapat diperoleh dari sistem residu modulo 6 yang lengkap , dengan
6.
{17, 30, 44, 91, -3, -14} adalah sistem residu lengkap modulo 6.
Anggota sistem yang tidak relatip prima dengan 6 adalah 30, 44, -3, -14. Setelah
bilangan yang tidak relatip prima dengan 6 dibuang diperoleh 17 dan 91,
Ambil sistem residu modulo 6 lengkap yang lain, misalny {24, 49, 74, 33, 58, 83}.
Dari himpunan tersebut yang tidak relatip prima dengan 6 adalah 24, 74, 33, dan
Dengan demikian terlihat bahwa {49, 83} merupakan suatu sistem residu modulo
6 yang terduksi.
Teori Bilangan- 88
Berdasarkan contoh 2 di atas, jelaslah bahwa suatu sistem residu tereduksi
modulo m dapat diperoleh dengan cara menghapus beberapa anggota sistem residu
banyak anggota yang sama, yaitu suatu bilangan yang biasanya disimbulkan dengan
fungsi -Euler.
Teorema 3.2
1. Bilangan (m) merupakan banyaknya biangan bulat positip kurang dari atau
2. Diberikan (a,m) = 1
Jika r1, r2, r3, ... rn sebagai sistem residu lengkap modulo m, maka ar 1, ar2, ar3, ...
Bukti
Banyaknya bilangan ar1, ar2, ar3, ... arn sama dengan r1, r2, r3, ... rn.
Akan tetapi menurut teorema yang lain terlihat bahwa ar i arj (mod m), dan (a,m)
= 1.
Dalil 3.3
Teori Bilangan- 89
Contoh
1. Untuk m = 4, (4) = 2
3. Untuk m = 3, (3) = 2
Jawab.
94 x (mod 5) 1 (mod 5)
9 (mod 5)
4 (mod 5)
diperoleh x = 4.
Jawab.
6 (mod 19)
diperoleh p = 6.
Teori Bilangan- 90
Jawab
2 500
(2 4 )125 1 (mod 5)
2 500
0 (mod 2) → 2 500
6 (mod 2)
2 500
1 (mod 5) → 2 500
6 (mod 5)
2 500
6 (mod 2) dan 2 500
6 (mod 5), maka
2 500
0 (mod 2.5) atau 2 500
6 (mod 10).
Jawab
3 500
(3 4 )150 1 (mod 5)
3 600
1 (mod 2) dan 3 600
1 (mod 5)
3 600
1 (mod 2.5) atau 3 600
1 (mod 10).
Teori Bilangan- 91
BAB IV
KONGRUENSI LINEAR
yang dinyatakan dalam bentuk f(x) = 0, f(x) adalah polinomial. Demikian pula halnya
mememnuhi kongruensi
f(x) 0 (mod m)
Definisi 4.1
Jika r1, r2, r3, ... rm adalah suatu sistem residu lengkap modulo m. Banyaknya
(mod m)
Contoh:
1. f(x) = x3 + 5x – 4 0 (mod 7)
Jawab
Teori Bilangan- 92
Selesaiannya adalah x = 2, karena
2. x3 –2x + 6 0 (mod 5)
Jawab
3. x2 + 5 0 (mod 11)
Jawab
Tidak mempunyai selesaian, karena tidak ada nilai x yang memenuhi kongruensi
tersebut.
satu dan disebut dengan kongruensi linear. Jika dalam aljabar kita mengenal
Definisi 4.2
mempunyai bentuk umum ax b (mod m), dengan a,b,m Z,a 0, dan m > 0.
mempunyai bentuk umum ax b (mod m), dengan a,b,m Z,a 0, dan m > 0.
Teori Bilangan- 93
Teorema 4.1
diselesaikan jika d = (a,m) membagi b. Pada kasus ini memiliki selesaian. Jika (a,m)
Bukti.
Andaikan d ┼b.
d = (a,b) → d │a → d │ax.
d │ax. dan d ┼b → d ┼ ax – b.
d= (a,m) → d │m.
d │m dan d ┼b → m ┼ ax – b.
a m b
d │a , d │m, dan d │b →
d
,
d
, dan
d
Z.
ax b (mod m) → m │ax – b.
a m b m ax b
m │ax – b dan , , → │( - )
d d d d d d
m ax b ax b m
d
│
d
-
d
→
d
d
(mod
d
).
ax b m m
Misal selesaian kongruensi
d
d
(mod
d
) adalah x xo; xo <
d
, maka
m
sebarang selesaiannya berbentuk x = xo + k.
d
,k Z, yaitu:
Teori Bilangan- 94
m 2m 3m ( d 1)m
x = xo + k. , x = xo + k. , x = xo + k. , ..... , x = xo + k. .
d d d d
Contoh:
1. 7x 3 (mod 12)
Jawab
Karena (7,12) = 1, atau 7 dan 12 relatif prima dan 1 │ 3 maka 7x 3 (mod 12)
2. 6x 9 (mod 15)
Jawab
Karena (6,15) = 3 atau 6 dan 15 tidak relatif prima dan 3 | 9, maka kongruensi di
Jawab
mempunyai selesaian.
Jawab
Teori Bilangan- 95
Karena (144,360) = 72 dan 72│ 216, maka kongruensi 144x 216 (mod 360)
mempunyai 72 selesaian.
(mod 360).
penyelesaian tersebut.
dari.
my b
myo + b = ax ↔ xo = o
Contoh.
Jawab
7x 4 (mod 25)
25y -4 (mod 7)
4y -4 (mod 7)
Teori Bilangan- 96
y -1(mod 7)
25( 1) 4
yo = -1 sehingga xo = = -3
7
x -3 (mod 25)
x 22 (mod 25)
Jawab
4x 3 (mod 49)
49y -3 (mod 4)
4y -3 (mod 4)
y -3 (mod 7)
49(3) 3
yo = -3 sehingga xo = = -36
4
x 13 (mod 25)
Cara di atas dapat diperluas untuk menentukan selesaian kongruensi linear dengan
Contoh
Jawab
Teori Bilangan- 97
82x 19 (mod 625)
----------------------------
-----------------------------
-----------------------------
-----------------------------
-----------------------------
9r 3 (mod 11)
-----------------------------
11s -3 (mod 9)
2s -3 (mod 9)
-----------------------------
9t 3 (mod 2)
t 3 (mod 2)
Teori Bilangan- 98
-----------------------------
Jadi to = 3, sehingga:
so = (9to-3)/2 = (27-3)/2 = 12
ro = (11so+3)/9 = (132+3)/9 = 15
wo = (20ro+19)/11 = (300+19)/11 = 29
vo = (31wo-19)/20 = (899-19)/20 = 44
Teorema 4.2
(m)-1
b, dimana (m) adalah banyaknya residu didalam sistem residu modulo m
tereduksi.
Bukti.
ax b (mod m)
a. a (m)-1
.x b a (m)-1
(mod m)
a (m)
b a (m)-1
(mod m)
Karena a (m)
1 (mod m) dan a (m)
x b a (m)-1
(mod m)
Teori Bilangan- 99
Maka 1.x b a (m)-1
(mod m)
x b a (m)-1
(mod m)
x a (m)-1
b (mod m)
Contoh
Jawab
Karena (5,13) = 1
x 3.5 (13) –1
(mod 13)
3.5 12 –1
(mod 13)
11 (mod 13)
memenuhi sejumlah kongruensi. Hal ini berarti dari beberapa kongruensi linear yang
pembentuknya.
Contoh
x 3 (mod 8)
x 7 (mod 10)
Teori Bilangan- 10
0
Karena x 3 (mod 8), maka x = 3 + 8t (t Z).
8t 4 (mod 10)
8t 4 (mod 10)
4t 2 (mod 5)
t 3 (mod 5)
x = 3 + 8t
= 3 + 8(3+5r)
= 3 + 24 + 40r
x 15 (mod 51)
x 7 (mod 42)
Selesaian
Teori Bilangan- 10
1
Teorema 4.3
Kongruensi simultan
x a (mod m)
x b (mod n)
x xo (mod [m,n])
Bukti
Diketahui
x a (mod m)
x b (mod n)
d │b-a, d = (m,n) atau dengan kata lain kondisi kongruensi a b (mod (m,n))
harus dipenuhi.
m n (b a )
Jika d│ m dan d │m maka
d
,
d
, Z.
d
m n (b a )
d
,
d
,
d
Z dan mk b-a (mod n) mengakibatkan
mk (b a ) n
d
d
( mod
d
)
Teori Bilangan- 10
2
m n
Dari teorema sebelumnya jika d = (m,n) maka ( , )=1
d d
m n mk (b a ) n
Jika (
d
,
d
) = 1 dan
d
d
( mod
d
), maka
mk (b a ) n
d
d
( mod
d
) mempunyai 1 selesaian.
adalah
n n
k ko (mod
d
) atau k = ko +
d
r, r Z.
n
Karena x = a = mk dan k = ko + r, maka
d
x = a + mk
n
= a + m (ko + r)
d
mn
= ( a + m ko + r)
d
= xo + [m,n]r, sebab xo = ( a + m ko )
= xo (mod [m,n])
Dalil 4.4
x a1 ( mod m1)
Teori Bilangan- 10
3
x a2 ( mod m2)
x a3 ( mod m3)
.........................
.........................
x ar ( mod mr)
r m1m2 m3 ....mr
x j 1
mj ajbj (mod [m1,m2,m3,...,mr]
Bukti
m
Karena m ( j = 1,2,3, ... , r) adalah bilangan bulat yang tidak memuat m j, serta
j
m
(mi,mj) =1 untuk i j maka b j = 1.
mi
m m
Menurut dalil jika m , m j = 1, maka kongruensi linear b j 1 (mod m )
j
j mi
m
mempunyai 1 selesaian. Karena m masih memuat mi, maka untuk i j
j
m
berlaku b j 0 (mod mj).
mi
r
m
Dengan memilih t = m
j 1
ajbj , maka
i
m m m m
t = m a1b1 + m a2b2 + ... + m ai bi + ... + m ar br
1 2 i r
Teori Bilangan- 10
4
Dalam modulo mi (i=1,2,3,..., r) t dapat dinyatakan dengan
m m m m
t ( m a1b1 + m a2b2 + ... + m ai bi + ... + m ar br ) (mod mi)
1 2 i r
m m m
t m1
a1b1 (mod mi) +
m2
a2b2 (mod mi) + ... +
mi
ai bi (mod mi) + ... +
m
ar br ) (mod mi)
mr
m m
Karena b j 1 (mod mj) dan untuk i j berlaku b j 0 (mod mj) maka
mi mi
diperoleh:
m
mi
bi 0 (mod mi) untuk i = 1,2,3,..., r. sehingga
m
mi
bi ai 0 (mod mi) untuk i = 1,2,3,..., r.
Jadi t 0 (mod mi) + 0 (mod mi) + ...+ ai (mod mi) + ... + 0 (mod mi)
t ai (mod mi).
t a1 (mod m1)
t a2 (mod m2)
t a3 (mod m3)
......................
t ar (mod mr).
Hal ini berarti memenuhi semua kongruensi x ai (mod mi). Dengan kata lain t
Contoh
Teori Bilangan- 10
5
1. Tentukan selesaian kongruensi simultan linear berikut:
x 5 (mod 8)
x 3 (mod 7)
x 4 (mod 9)
Jawab
Diketahui a1 = 5, a2 = 3, a3 = 4 dan m1 = 8, m2 = 7, m3 = 9.
Jadi kongruensi linear simultan memenuhi syarat untuk diselesaikan dengan teorema
sisa China
m 504
m1
b1 1 (mod m1)
8
b1 1 (mod 8)
67 b1 1 (mod 8)
b1 7
r
m
Jadi x = m
j 1
ajbj
i
= 4186
Teori Bilangan- 10
6
19x 1 (mod 140)
Jawab
Karena 140 = 4.5.7 , maka kongruensi dapat dipilah menjadi kongruensi simultan
yaitu
19x 1 (mod 4)
19x 1 (mod 5)
19x 1 (mod 7)
x 3 (mod 4)
x 4 (mod 5)
x 3 (mod 7)
x = 899
x 59 (mod 140)
4.4 Soal-soal
a. 3x 2 (mod 5)
b. 7x 4 (mod 25)
c. 12x 2 (mod 8)
d. 6x 9 (mod 15)
Teori Bilangan- 10
7
f. 8x 12 (mod 20)
a. 12 x 3 (mod 15)
10 x 14 (mod 8)
b. x 5 (mod 11)
x 3 (mod 23)
my b
↔ xo = o
:
a
a. x 1 (mod 3)
x 1 (mod 5)
x 1 (mod 7)
b. x 2 (mod 3)
x 3 (mod 5)
x 5 (mod 2)
c. x 1 (mod 4)
x 0 (mod 3)
x 5 (mod 7)
d. x 1 (mod 3)
x 2 (mod 4)
x 3 (mod 5)
Teori Bilangan- 10
8
e. 23x 17 (mod 180)
BAB V
KEPRIMAAN
Definisi 5.1
Misal p adalah suatu bilangan bulat positip lebih dari 1 yang hanya mempunyai
pembagi 1 dan p, maka p disebut bilangan prima. Jika suatu bilangan bulat q lebih
Contoh
Teori Bilangan- 10
9
3. Didalam sejarah matematika terdapat beberapa “rumus” untuk menentukan
bilangan pada tahun 300 SM yang dikenal dengan istilah saringan Erastosthenes
1) Bilangan 1 dicoret
sehingga diperoleh bilangan-bilangan 2, 3, 5, 7, 11, 13, 23, 29, 31, 37, 41, 43,
47, 53, 59, 61, 67, 71, 73, 79, 83, 89, dan 97
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
41 42 43 44 45 46 47 48 49 50
51 52 53 54 55 56 57 58 59 60
61 62 63 64 65 66 67 68 69 70
71 72 73 74 75 76 77 78 79 80
81 82 83 84 85 86 87 88 89 90
Teori Bilangan- 11
0
91 92 93 94 95 96 97 98 99 100
b. Rumus yang lain pernah muncul untuk menentukan bilangan prima dan rumus
Jika diteruskan untuk n = 41 diperoleh f(n) 1681. Ternyata 1681 habis dibagi 1,
41, dan 1681. Maka 1681 bukan bilangan prima. Sehingga rumus tersebut di atas
gagal untuk menentukan bilangan prima karena tidak berlaku untuk setiap n.
f(n) = n2 – 79 + 1601.
= 1763
f(n) = 2 2 + 1
n
Rumus ini juga gagal untuk menentukan bilangan prima karena untuk
Teori Bilangan- 11
1
n = 5 diperoleh
211213 – 1
Peristiwa ini ditemukan di University of Illinois pada tahun 1913. Karena
menjadi kebanggaan pada waktu itu maka monumentalnya menjadi gambar dari
salah satu perangko di Amerika Serikat.
211213 - 1
f. Pada tahun 1971, bilangan 219937 – 1 diketahui sebagai bilangan prima yang terdiri
Dalil 5.1
Bukti:
Dengan cara yang sama, jika dianggap p ┼ b maka dapat dibuktikan bahwa p │a.
Dalil 5.2
Teori Bilangan- 11
2
Jika p adalah bilangan prima dan p │a1 a2 a3 … an, maka paling sedikit membagi
satu faktor ai (1 i n ).
Bukti:
Jika p ┼ a1, maka p │a1 (a2 a3 … an,) atau p │a2 (a3 … an,). Hal ini berarti
Jika n adalah sebarang bilangan bulat positip lebih dari 1, maka n dapat dinyatakan
Bukti
Misal n Z+ dan n > 1, maka n adalah suatu bilangan prima atau n suatu bilangan
komposit.
Jika n1 dan n2 keduanya bilangan prima maka terbukti n mempunyai faktor prima.
Dalah hal yang lain ada bilangan bulat n 1, n2, n3 dengan (1<n1,n2,n3<n) sehingga n =
Demikian seterusnya sehingga diperoleh n = n1. n2. n3. … .nk dengan syarat
(1<n1,n2,n3, … ,nk<n)
Teori Bilangan- 11
3
dan n1, n2, n3, n4, … ,nk adalah bilangan prima.
n = q,, q2, q3, q4, … ,qm dengan pi dan qi adalah bilangan prima.
untuk beberapa i. Selanjutnya karena qi juga suatu bilangan prima yaitu bilangan
n = p1, p2, p3, p4, … ,pk dan n = q,, q2, q3, q4, … ,qm
hal ini berarti n = p1, p2, p3, p4, … ,pk = q,, q2, q3, q4, … ,qm
Hal ini tidak mungkin terjadi, sebab tidak ada bilangan-bilangan prima yang hasil
Dalil 5.4
Teori Bilangan- 11
4
Bukti
Anggaplah banyaknya bilangan prima adalah hingga yaitu p1, p2, p3, p4, … ,pk
1. Jika N adalah suatu bilangan komposit, maka menurut dalil sebelumnya N dapat
dinyatakan sebagai hasil kali faktor-faktor prima. Faktor-faktor prima ini terdapat
dalam p1, p2, p3, p4, … ,pk. Misal pi adalah faktor prima dari N, maka
pi │n atau pi │ p1, p2, p3, p4, … ,pk maka dan pi │1. Hal ini terjadi kontradiksi.
pj │ p1, p2, p3, p4, … ,pk dan pj │ (p1, p2, p3, p4, … ,pk ) + 1
untuk menentukan faktor-faktor persekutuan terbesar dari dua bilangan dengan lebih
sederhana.
Contoh.
1. Carilah (24,80)
Jawab
= 23.3
Teori Bilangan- 11
5
80 = 2 (40) = 2 (2.20) = 2 (2.2.10) = 2(2.2.2.5)
= 24.10
Karena (24,80) tidak dapat memuat faktor 2 lebih dari 3, maka (24,80) = 2 3 = 8
2. Carilah (2700,9000)
Jawab
2700 = 23.33.52
9000 = 23.32.53
Karena (2700,9000) tidak dapat mempunyai faktor 2 lebih dari 2 kali, faktor 3
lebih dari dua kali, faktor 5 lebih dari dua kali maka
3. Carilah (54,72,84).
Jawab
(54,72) = 2.32 = 18
(72,84) = 22.3 = 12
Soal-soal
Teori Bilangan- 11
6
2. Tunjukkan bahwa
3. Carilah
4. Carilah
Teori Bilangan- 11
7
DAFTAR PUSTAKA
Dale Varberg., Edwin J. Purcell. 2001. Kalkulus (Edisi VII). Batam: Interaksara
David M.Burton. 1980. Elementary Number Theory (Revised Printing). London: Allyn
and Bacon, Inc.
David S. Dummit. 1991. Abstrcat Algebra. New York: Prentice-Hall International, Inc.
____________, 1998. Pengantar Teori Bilangan. Malang : FPMIPA IKIP Budi Utomo
Malang.
Evawati Alisah , 1997. Ciri-Ciri Habis Dibagi (Makalah Tidak Dipublikasikan). Malang:
PPS IKIP Malang.
Robert G. Bartle. 1992. Introduction to Real Analysis. New York: John Wiley &
SonsInc.
Teori Bilangan- 11
8
Seymour Lipschutz. 1984. Teori Himpunan (terjemahan Pantur Silaban). Seri Buku
Schaum Teori dan Soal-soal. Jakarta: Erlangga.
Teori Bilangan- 11
9