Anda di halaman 1dari 8

4.3.

Solusi Numerik
Salah satu metode numerik untuk menyelesaikan persamaan differensial parsial adalah
metode beda hingga (Finite Difference Method). Penyelesaian dengan metode beda hingga
terbagi atas tiga macam skema yaitu, skema implisit, skema eksplisit, dan skema implisit-
eksplisit. Metode DuFort-Frankel adalah salah satu metode dalam skema eksplisit, dimana
metode ini cukup baik dalam menyelesaikan persamaan difusi dua dimensi dan memiliki
kestabilan yang lebih baik dibandingkan skema-skema numerik lainnya terhadap penyelesaian
persamaan difusi dua dimensi.
4.3.1. Diskritisasi Persamaan
Dengan menggunakan pendekatan beda hingga, benda atau struktur yang akan dianalisis
dibagi atau dipotong kedalam bagian-bagian kecil atau jaringan titik hitung (grid). Inilah yang
dinamakan sebagai diskritisasi. Banyaknya grid yang dibentuk bergantung dari Panjang grid.
Untuk model 2-dimensi, daerah solusi didiskritisasi dalam grid empat persegi dengan ukuran
konstan. Bentuk diskritisasi untuk ruang domain berbentuk segiempat yaitu ruang ( x , y , t) yang
didiskritisasi menjadi subskrip (i , j ,n), dimana:
Dimensi ruang x dengan M titik dinyatakan dengan indeks i=1,2,3 , … , M ,
Dimensi ruang y dengan N titik dinyatakan dengan indeks i=1,2,3 , … , N ,
Dimensi waktu t dengan P titik dinyatakan dengan indeks n=1,2,3 , … , P .
Sedangkan untuk masing-masing Panjang grid, yaitu:
a
Panjang grid pada ruang x dinyatakan dengan: ∆ x= dimana 0 ≤ x ≤ a,
M −1
b
Panjang grid pada ruang y dinyatakan dengan: ∆ y = dimana 0 ≤ y ≤ b,
N −1
T
Panjang grid waktu transportasi CO2 dinyatakan dengan: ∆ t=
P−1
Gambar 4.3 Jaringan titik hitung pada ruang ( x , y , t)
Pada Gambar 4.3 menunjukkan posisi indeks jaringan titik hitung pada ruang ( x , y , t ) ,dapat
dijelaskan bahwa terkait dengan persamaan dasar yaitu diskritisasi variabel dilakukan dengan
mengganti fungsi C (x , y ,t ) dengan nilai diskrit yang mendekati titik yang ditentukan yaitu
C (i, j , n).
4.3.2. Ekspansi Deret Taylor
Ekspansi deret Taylor pada persamaan Difusi koordinat kartesius yaitu C (x , y ,t ) untuk
turunan parsial terhadap dimensi waktu (t), dimensi ruang ( x) dan ( y ) dapat dilakukan dengan,
1. Ekspansi deret Taylor terhadap dimensi waktu (t), diperoleh
∂C (x , y , t)
C ( x , y , t+ ∆ t )=C ( x , y , t ) + ( ∆ t ) +¿
∂t
∂C(x , y,t )
C ( x , y , t−∆ t )=C ( x , y ,t )−( ∆t ) +¿
∂t
Dengan mengurangkan kedua persamaan diatas diperoleh persamaan beda pusat terhadap
waktu (t),yaitu:
∂ C( x , y , t)
C ( x , y , t+ ∆ t )−C ( x , y , t−∆ t )=2 ( ∆ t ) +2 ¿
∂t
Atau,
∂C ( x , y , t) C ( x , y , t+ ∆ t )−C ( x , y ,t−∆ t )
= +O ( ∆ t )2
∂t 2 (∆ t )
Jika persamaan ini didiskritisasi menjadi subskrip (i , j ,n), diperoleh
n
∂C Cni ,+1j −Cni ,−1
∂t |
i,j

2 (∆ t )
j
(4.3.1)

2. Ekspansi deret Taylor terhadap dimensi ruang ( x), diperoleh


∂C ( x , y ,t )
C ( x +∆ x , y , t )=C ( x , y , t )+ ( ∆ x ) +¿
∂x
∂C ( x , y ,t )
C ( x−∆ x , y ,t )=C ( x , y ,t )−( ∆ x ) +¿
∂x
 Dengan mengurangkankan kedua persamaan diatas diperoleh persamaan beda pusat
untuk ruang ( x ) terhadap turunan pertama, yaitu:

∂C(x , y ,t )
C ( x +∆ x , y , t )−C ( x−∆ x , y ,t )=2 ( ∆ x ) +2 ¿
∂x
Atau,
∂C ( x , y ,t ) C ( x+ ∆ x , y , t )−C ( x−∆ x , y , t )
= +O ( ∆ x )2
∂x 2( ∆ x)
Jika persamaan ini didiskritisasi menjadi subskrip (i , j ,n), diperoleh
n
∂C Cni+1 , j−C ni−1 , j
∂x | i,j

2 (∆ x )
. (4.3.2)

 Dengan menjumlahkan kedua persamaan diatas diperoleh persamaan beda pusat untuk
ruang ( x ) terhadap turunan kedua, yaitu:
C ( x +∆ x , y , t )+C ( x−∆ x , y , t )=2C ( x , y ,t ) +2 ¿
Atau,
∂2 C ( x , y ,t ) C ( x+ ∆ x , y ,t )−2 C ( x , y , t )+C ( x−∆ x , y , t )
=
∂ x2 ¿¿

Jika persamaan ini didiskritisasi menjadi subskrip (i , j ,n), diperoleh


n
∂2 C C ni+1 , j−2 C ni , j +C ni−1 , j
∂ x2 | i, j
≈ ¿¿

Dengan mengganti nilai dari C ni , j dengan rata-rata dari C n+1 n−1


i , j dan C i , j , diperoleh

2(C ¿¿i , j n +1+C n−1


i, j ) n
2 n +Ci−1 ,j
∂C 2
|
∂ x 2 i, j
≈ C
n
i +1 , j −
¿¿
¿
(4.3.3)
3. Ekspansi deret Taylor terhadap dimensi ruang ( y ), diperoleh
∂C(x , y ,t)
C ( x , y + ∆ y ,t )=C ( x , y , t )+ ( ∆ y ) +¿
∂y
∂ C ( x , y ,t)
C ( x , y −∆ y , t ) =C ( x , y , t )− ( ∆ y ) +¿
∂y
 Dengan mengurangkankan kedua persamaan diatas diperoleh persamaan beda pusat
untuk ruang ( y ) terhadap turunan pertama, yaitu:

∂ C ( x , y ,t)
C ( x , y + ∆ y ,t )−C ( x , y−∆ y , t )=2 ( ∆ y ) +2 ¿
∂y
Atau,
∂C ( x , y ,t ) C ( x , y +∆ y , t ) −C ( x , y −∆ y ,t )
= + O ( ∆ y )2
∂y 2 (∆ y )
Jika persamaan ini didiskritisasi menjadi subskrip (i , j ,n), diperoleh
n
∂C Cni , j+1−C ni , j−1
∂y |i,j

2( ∆ y )
. (4.3.4)

 Dengan menjumlahkan kedua persamaan diatas diperoleh persamaan beda pusat untuk
ruang ( y ) terhadap turunan kedua, yaitu:
C ( x , y + ∆ y ,t ) +C ( x , y −∆ y ,t )=2 C ( x , y , t )+ 2¿
Atau,
∂2 C ( x , y ,t ) C ( x , y +∆ y , t ) −2C ( x , y , t ) +C ( x , y−∆ y ,t )
=
∂ y2 ¿¿

Jika persamaan ini didiskritisasi menjadi subskrip (i , j ,n), diperoleh


n
∂2 C C ni , j+1−2 C ni , j +C ni , j−1
∂ y2 |
i, j
≈ ¿¿

Dengan mengganti nilai dari C ni , j dengan rata-rata dari C n+1 n−1


i , j dan C i , j , diperoleh

2(C ¿¿i , j n +1+C n−1


i, j )
2 n +Cin, j−1
∂C 2
2 |
∂ y i, j
n
≈ Ci , j+ 1−
¿¿
¿ (4.3.5)

4.3.3. Penyelesaian Metode Beda Hingga Skema Eksplisit DuFort Frankel


Dalam formulasi ini turunan waktu menggunakan aproksimasi beda pusat turunan pertama

∂C ∂C ∂2 C
x y
sedangkan turunan ruang untuk dimensi dan menggunakan 2 tingkatan yaitu ,
∂t ∂ x ∂ x2

∂C ∂2 C
dan , diaproksimasi dengan menggunakan beda pusat dan dengan mengganti nilai dari
∂ y ∂ y2

C ni , j dengan rata-rata dari C n+1 n−1


i , j dan C i , j .

Persamaan beda yang digunakan dapat diperoleh dengan mensubstitusi Persamaan


( 4.3 .1 )−(4.3.5) kedalam Persamaan ( 4.8) yang merupakan Persamaan transportasi CO2 pada
koordinat kartesius, dengan demikian diperoleh persamaan beda dengan metode DuFort Frankel,
Cni ,+1j −Cin−1
,j
=D s ¿
2 (∆ t )
(4.3.6)
Dengan menyederhanakan persamaan diatas, dan dengan memisalkan bahwa
2 D s ∆t
A x= maka diperoleh
¿¿

(4.3.7)
A x −B x A y −B y Ax + Ay 2 ∆ t KT
n+1
Ci,j = ( 1+ A x + A y )
( n n
(
C i+1 , j +Ci −1 , j ) + )
1+ A x + A y
( n n
(
C i , j+1 +Ci , j−1 ) − )
1+ A x + A y
n−1
(
Ci, j −
1+ A x + A y )n
Ci , j .

Persamaan diatas merupakan skema beda hingga yang digunakan untuk menentukan nilai-
nilai C (i, j , n) pada setiap ruang-ruang yang telah didiskritisasi.
Dengan syarat awal
C 1i , j =Ci , untuk i=1,2 , … , M ; j=1,2, … , N , pada saat n=1 atau t=0
Sedangkan untuk syarat batasnya diberikan, yaitu:
C n1, j =Ca , untuk j=1,2 ,… , N ; n=1,2 , … , P ,
C nM , j=C c , untuk j=1,2 ,… , N ; n=1,2 , … , P ,
C ni ,1=C b , untuk i=1,2 , … , M ; n=1,2, … , P ,
C ni ,N =C d , untuk i=1,2 , … , M ; n=1,2, … , P .

Gambar 4.4 Jaringan titik hitung untuk metode DuFort Frankel


Pada Gambar 4.4 menunjukkan posisi indeks jaringan titik hitung pada suatu bidang, dapat
dijelaskan bahwa terkait dengan persamaan dasar yaitu diskritisasi variabel dilakukan dengan
mengganti fungsi C (x , y ,t ) dengan nilai diskrit yang akan mendekati titik yang ditentukan yaitu
C (i, j , n).
Suatu persamaan differensial parsial yang telah didiskritisasi dengan menggunakan suatu
metode tertentu dapat dikatakan baik apabila persamaan beda yang dihasilkan konsisten
terhadap PDP nya dan memiliki kestabilan. Berikut analisis konsistensi dan kestabilan dari
metode DuFort Frankel.
a. Analisis Konsistensi
Dalam tinjauan konsistensi suatu persamaan beda, dapat dilakukan dengan mensubstitusi
bentuk ekspansi deret Taylor setiap bentuk diskritisasi yang terlibat dalam persamaan beda yang
diperoleh. Dalam hal ini ekspansi deret Taylor yang dimaksud adalah:
1. Ekspansi deret Taylor dari C ni ,±1 n
j , disekitar C i , j dapat dinyatakan dengan:

C ni ,±1 n
j =C i , j ± ( ∆ t ) C t ±¿

2. Ekspansi deret Taylor dari C ni± 1 , j , disekitar C ni , j dapat dinyatakan dengan:


C ni± 1 , j =Cni , j ± ( ∆ x ) C x ± ¿
3. Ekspansi deret Taylor dari C ni , j ± 1, disekitar C ni , j dapat dinyatakan dengan:
C ni , j ± 1=Cni , j ± ( ∆ y ) C y ± ¿
Dari setiap bentuk ekspansi deret Taylor yang diperoleh, kemudian disubstitusi kedalam
hasil diskritisasi sebelumnya pada persamaan ( 4.3 .6 ), dengan demikian diperoleh:
1
¿
2∆t
Ds
¿
( ∆ x )2
Ds
¿
( ∆ y )2
v
¿
2∆x
v
¿
2∆ y
Setelah disederhanakan maka diperoleh
C t +¿
Perhatikan bahwa metode ini konsisten hanya jika kita membuat ( ∆ x , ∆ y , ∆ t)→( 0,0,0)

∆t ∆t
dan ( , )→(0,0) , sehingga diperoleh
∆x ∆y
lim C t +¿ ¿+ lim Ds ¿ ¿
∆ t →0 ∆ y→ 0

C t=D s C xx + D s C yy −v C x −v C y −K T C ni, j
C t=D s ( C xx +C yy ) −v ( C x +C y )−K T C ni , j .
Dari hasil yang diperoleh, menunjukkan bahwa persamaan beda hinga dengan metode
DuFort Frankel konsisten terhadap PDP yang dihampiri, karena jika Panjang gridnya dibuat
menuju nol, maka persamaan beda yang diperoleh kembali ke bentuk PDP awal. Atas dasar ini,
maka dapat dikatakan bahwa persamaan beda dengan menggunakan skema eksplisit dengan
metode DuFort Frankel konsisten terhadap PDP yang dihampiri.
b. Analisis Kestabilan
Karena PDP bersifat linear maka syarat kestabilan untuk metode DuFort Frankel sebagai
skema eksplisit dapat dicari dengan menggunakan metode Von Neumann yaitu dengan
mensubstitusi komponen fourier C ni , j =ρn eiα ∆ xk e jβ ∆ yl untuk masing-masing bentuk diskritisasi
pada Persamaan ( 4.3.7), dan apabila kita membuat i→ k dan j →l maka akan diperoleh
ρn +1 e iα ∆ xk e jβ ∆ yl = A ( ρn e iα ∆ x (k+1 ) e jβ ∆ yl + ρn e iα ∆ x ( k−1) e jβ ∆ yl ) + B ( ρn e iα ∆ xk e jβ ∆ y (l +1) + ρn eiα ∆ xk e jβ ∆ y (l−1) )−C ρn−1 eiα ∆ xk e jβ ∆ y
A x −B x A y −B y Ax + A y 2 ∆ t KT
Dengan A= ( 1+ A x + A y ) (
, B=
1+ A x + A y
, C= ) (
1+ A x + A y
, D=
1+ A x + A y
. ) ( )
Jika kedua ruas dibagi dengan ρn e iα ∆ xk e jβ ∆ yl ,maka
ρ=A ( eiα ∆ x +e−iα ∆ x ) + B ( e jβ ∆ y +e− jβ ∆ y )−C ρ−1−D
ρ=A ( 2cos ( α ∆ x ) ) + B ( 2cos ( jβ ∆ y ) ) −C ρ−1−D
C
ρ+ + D=2 A cos ( α ∆ x )+ 2 Bcos ( jβ ∆ y )
ρ
ρ2 + ( D−E ) ρ+C=0
Dengan E=2 A cos ( α ∆ x ) +2 Bcos ( β ∆ y ) dan |E|≤ 2 A +2 B. Dengan mencari nilai akar-akar
dari ρ, diperoleh
2
E−D ± √ ( D−E ) −4 C
ρ1,2 =
2
Diketahui bahwa suatu persamaan beda hingga dikatakan stabil jika |ρ|≤ 1, sehingga
diperoleh
Kasus 1: (Jika C=0 ¿
2
E−D ± √ ( D−E ) −4 ( 0 )
ρ1,2 = = 0 {
2 E−D
Dalam kasus 1, memiliki 2 nilai yaitu 0 dan E−D. Karena |ρ|≤ 1 maka nilai |ρ=0|≤ 1 akan
selalu bernilai benar.
Kasus 2: (Jika C ≠ 0 ¿
2
E−D ± √ ( D−E ) −4 C
| 2
≤1 |
|E−D ± √ ( D−E )2−4 C|≤ 2
2
−2 ≤ E−D ± √( D−E ) −4 C ≤2
2 2 2
(−2+ ( D−E ) ) ≤ ( ± √( D−E )2−4 C ) ≤ ( 2+ ( D−E ) )
( D−E )2+ 4−4 ( D−E ) ≤ ( D−E )2−4 C ≤ ( D−E )2+ 4+ 4 ( D−E )
4−4 ( D− E ) ≤−4 C ≤ 4+ 4 ( D−E )
−1− ( D−E ) ≤C ≤−1+ ( D−E )
−( D−E ) ≤ C+ 1≤ ( D−E )
|C +1|≤ D−E ≤ D+ E ≤ D+2 A+ 2 B ,hal ini benar untuk E ≥ 0
|C +1|≤ D+2 A +2 B
Dengan mensubstitusi masing-masing nilai untuk A , B , C ,dan D maka diperoleh
A x+ A y 2∆t KT A x −B x A y −B y
|( 1+ A x + A y ) |(
+1 ≤
1+ A x + A y) (
+2
1+ A x + A y ) (
+2
1+ A x + A y )
|1+2 A x +2 A y|≤ 2 A x +2 A y −2 B x −2 B y + 2 ∆ t K T
Sehingga apabila ketaksamaan ini dipecah maka diperoleh syarat-syarat yaitu:
v∆t v∆t
( ) ( )
 1+2 B x +2 B y ≤2 ∆ tK T →1+2
∆x
+2
∆y
≤ 2 ∆ tK T

v ∆t v ∆t 2 D ∆t
 2 B +2 B ≤1+ 4 A + 4 A +2 ∆ tK → 2 ( )+ 2( ) s
x y x y T ≤ 1+ ¿¿
∆x ∆y
s

Anda mungkin juga menyukai