Anda di halaman 1dari 33

TUGAS MANDIRI

Diajukan untuk memenuhi tugas mandiri mata kuliah Analisis Real


Intisari Materi Pertemuan 2 sampai Pertemuan 7
Dosen Pengampu :
Hamdan Sugilar, M.Pd

Disusun Oleh :
SALWA ZAKIYAH RUHMA
Semester 5C

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


JURUSAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI
2020
MATERI POKOK PEMBAHASAN (Pertemuan 1 sampai Pertemuan 7)

A. Himpunan Berhingga dan Himpunan Tak Hingga

Definisi :
1. Himpunan berhingga (finite sets) merupakan himpunan yang countable (terbilang) dan
banyak anggotanya terhingga, yaitu himpunan kosong atau himpunan yang mempunyai n
elemen. Contoh : A = {a, b, c, d}, B = ∅ = { }
2. Himpunan tak hingga (infinit sets) adalah himpunan yang berkorespondensi satu satu
dengan bilangan asli, yaitu himpunan yang banyak anggotanya tak terhingga. Contoh :
himpunan bilangan genap.
3. Himpunan S dikatakan denumerable atau tidak dapat dihitung (atau terhitung tak hingga)
jika ada ada bijection dari N ke S.
4. Denumerable adalah suatu himpunan yang ekuivalen dengan bilangan asli N. Contoh :
Himpunan bilangan genap positif merupakan himpunan denumerable , karena memiliki
korespondensi satu satu antara himpunan bilangan asli yang dinyatakan 2n
5. Numerable adalah himpunan yan tidak ekuivalen dengan himpunan bilangan asli N, yakni
jika himpunan tersebut tidak terbilang.
6. Suatu himpunan dinamakan countable (terbilang), jika himpunan tersebut berhigga atau
denumerable.
7. Uncountable adalah himpunan yang tidak terhitung. Contohnya himpunan bilangan real.

Hubungan himpunan hingga, tak hingga, numerable dan denumerable adalah :

Himpunan

Himpunan Berhingga Himpunan Tak


(Finite Sets) Hingga (Infinite Set)

Jika himpunan
Himpunan berhingga denumerable, maka
merupakan himpunan dapat kita sebut
yang "countable" himpunan tersebut
adalah countable

1
Himpunan terdiri dari himpunan berhingga (finite sets) dan himpunan tak hingga (infinite
sets). Himpunan berhingga merupakan himpunan yang countable (terbilang) dan banyak
anggotanya terhingga. Suatu himpunan dinamakan himpunan tak hingga (infinite sets) bila
himpunan tersebut denumerable, maka himpunan tersebut termasuk himpunan countable
(terhitung). Jadi, himpunan S dikatakan countable jika salah satu hingga atau denumerable,
maka selain itu dikatakan himpunan uncountable.

B. Metode atau Bentuk Cara Pembuktian

Bentuk-bentuk cara membuktikan terdiri dari pembuktian langsung, tak langsung, dan induksi
matematis. Untuk menunjukkan bukti dari pembuktian perlu dipahami terlebih dahulu unsur
yang diketahui dan ditanyakan, langkah awal membuktikan (mulai dari mana), bentuk
pembuktian apakah langsung atau tidak langsung ataukah induksi matematis.
1. Metode Pembuktian Langsung
Contoh 1
Misalkan a dan b bilangan real. Buktikan bahwa jika 0 < a < b, maka a2 < b2 .
Penyelesaian:
Analisis pendahuluan
Diberikan premis-premis bahwa a dan b bilangan real. Konklusi berbentuk
P ⇒ Q dimana P adalah pernyataan 0 < a < b dan Q adalah pernyataan

a2 < b2 .
Dengan strategi ini, asumsikan bahwa 0 < a < b benar dan menggunakannya untuk
membuktikan a2 < b2 .
Bentuk Pembuktian Akhir
Misalkan a dan b bilangan real.
Misalkan 0 < a < b.
Karena a > 0, jika dikalikan dengan a, maka pertidaksamaan 0 < a < b memenuhi
0 < a2 < ab.
Begitu juga karena b > 0, jika dikalikan dengan b, maka pertidaksamaan 0 < a < b
memenuhi 0 < ab < b2 .
Dengan menyusun sesuai urutan, kita peroleh 0 < a2 < ab < b2 .
Jadi, terbukti bahwa jika 0 < a < b, maka a2 < b2 .
Contoh 2

2
Misalkan 𝐾= {𝑠 + 𝑡√2: 𝑠, 𝑡 ∈ 𝑅}. Jika 𝑥1 , 𝑥2 ∈ 𝐾 , maka 𝑥1 + 𝑥2 ∈ 𝐾 dan 𝑥1 . 𝑥2 ∈ 𝐾
Ambil 𝑥1 = 𝑎 + 𝑏√2 𝑑𝑎𝑛 𝑥2 = 𝑐 + 𝑑√2.
Akan dibuktikan 𝑥1 + 𝑥2 𝜖 𝐾
𝑥1 + 𝑥2 = (𝑎 + 𝑏√2) + (𝑐 + 𝑑√2)
𝑥1 + 𝑥2 = (𝑎 + 𝑐) + (𝑏 + 𝑑)√2 ( 𝑡𝑒𝑟𝑏𝑢𝑘𝑡𝑖 𝑏𝑎ℎ𝑤𝑎 𝑥1 + 𝑥2 ∈ 𝐾)
Akan dibukktikan 𝑥1 . 𝑥2 ∈ 𝐾
𝑥1 . 𝑥2 = (𝑎 + 𝑏√2). (𝑐 + 𝑑√2)
𝑥1 . 𝑥2 = 𝑎𝑐 + 𝑎𝑑√2 + 𝑏𝑐√2 + 2𝑏𝑑
𝑥1 . 𝑥2 = (𝑎𝑐 + 2𝑏𝑑) + (𝑎𝑑 + 𝑏𝑐)√2 (𝑡𝑒𝑟𝑏𝑢𝑘𝑡𝑖 𝑏𝑎ℎ𝑤𝑎 𝑥1 . 𝑥2 ∈ 𝐾)
2. Metode Pembuktian Tidak Langsung
Contoh 1
Misalkan a, b, dan c bilangan real dan a > b. Buktikan bahwa jika 𝑎𝑐 ≤ 𝑏𝑐, maka 𝑐 ≤ 0.
Analisis Pendahuluan
Kita diberikan premis-premis bahwa a, b, dan c bilangan real" dan a > b. Konklusi
kita berbentuk P ⇒ Q dimana P adalah pernyataan ac ≤ bc dan Q adalah pernyataan

𝑐 ≤ 0.
Berdasarkan strategi ini, asumsikan anteseden 𝑎𝑐 ≤ 𝑏𝑐 dan negasi dari konsekuen
yaitu 𝑐 > 0 benar. Tujuan kita selanjutnya adalah menemukan kontradiksi.
Bentuk Pembuktian Akhir
Misalkan a, b, dan c bilangan real dan 𝑎 > 𝑏.
Misalkan 𝑎𝑐 ≤ 𝑏𝑐.
Asumsikan c > 0.
Karena 𝑎 > 𝑏, jika dikalikan dengan c positif, maka pertidaksamaan a > b memenuhi
𝑎𝑐 > 𝑏𝑐. Kontradiksi dengan 𝑎𝑐 ≤ 𝑏𝑐.
Jadi, jika 𝑎𝑐 ≤ 𝑏𝑐, 𝑚𝑎𝑘𝑎 𝑐 ≤ 0.
Contoh 2
Jika 𝑥 ≠ 0 𝜖 ℚ dan 𝑦𝜖 ℚ𝑐 maka buktikan bahwa 𝑥, 𝑦 𝜖 ℚ𝑐 , buktikan 𝑏𝑎ℎ𝑤𝑎 √√2 𝜖ℚ𝑐
jawab
a. Andaikan √2 𝜖ℚ maka √2 dapat dinyatakan dengan √2 = 𝑎𝑏 dengan 𝑎, 𝑏 𝜖 ℕ, 𝑏 ≠ 0
dengan FPB a dan b adalah 1
𝑎2
2=
𝑏2
2𝑏 2 = 𝑎2

3
Ini berarti 𝑎2 adalah bilangan genap sehingga a bilangan genap. Karena a bilangan genap,
maka a dapat ditulis dengan 𝑎 = 2𝑛 dengan 𝑛 𝜖 ℕ
2𝑏2 = (2𝑛)2 = 4𝑛2
𝑏2 = 2𝑛2
Ini berarti 𝑏2 adalah bilangan genap sehingga b bilangan genap. Karena a dan b masing-
masing bilangan genap maka FPB a dan b bukan 1. Ini kontradiksi dengan hipotesis maka
haruslah √2 ∉ ℚ
Contoh 3
Buktikan bahwa jika 0 < 𝑎 < 𝑏, 𝑚𝑎𝑘𝑎 √𝑎 < √𝑏
Adb:
Andaikan √𝑎 > √𝑏
⟹ √𝑎√𝑏 > √𝑏√𝑏 → √𝑎𝑏 > 𝑏 . . . (𝑖)
⟹ √𝑎√𝑎 > √𝑎√𝑏 → 𝑎 > √𝑎𝑏 . . . (𝑖𝑖)
dari (i) dan (ii) diperoleh 𝑎 > √𝑎𝑏 > 𝑏 → 𝑎 > 𝑏
Hal ini bertentangan dengan yang diketahui bahwa 𝑎 < 𝑏 pengandaian salah, sehingga
haruslah √𝑎 < √𝑏 (terbukti).
3. Induksi Matematika
Induksi matematika merupakan metode yang sangat kuat dalam pembuktian yang sering
digunakan untuk membuktikan kesahihan pernyataan-pernyataan yang diberikan dalam
suku-suku bilangan asli.
(1) Sifat Urutan Baik Bilangan Asli
Setiap himpunan bagian tak kosong dari bilangan N mempunyai anggota paling kecil.
Sifat tersebut dapt diperinci sebagai berikut:
Jika S adalah himpunan bagian dari N dan jika S ≠ ∅. Maka ada m ∈ S, sehingga m ≤
k, untuk semua k ∈ S.
(2) Prinsip induksi matematika : misal S merupakan himpunan bagian bilangan asli N
yang mempunyai sifat berikut:
a. Bilangan 1 ∈ S
b. Untuk setiap k ∈ N, jika k ∈ S, maka k + 1 ∈ S
c. Maka S = N
(3) Prinsip Induksi Matematika (Versi Pertama)
Untuk masing-masing n ∈ S, misalkan P (n) adalah pernyataan tentang n. Anggap
bahwa :

4
a. 𝑃(1) adalah pernyataan benar
b. Untuk setiap k ∈ N, jika 𝑃(𝑘) adalah pernyataan benar, maka 𝑃(𝑘 + 1) adalah
pernyataan benar.
Sehingga, 𝑃(𝑛) adalah pernyataan benar untuk semua n ∈ N
(4) Contoh Soal dan Pembahasan
Buktikan dengan induksi bahwa untuk semua n ∈ N
𝑛(𝑛 + 1)
1 + 2 + 3 + 4 + ⋯+ 𝑛 =
2
Penyelesaian :
𝑛(𝑛 + 1)
1 + 2 + 3 + 4 + ⋯+ 𝑛 =
2
Basis Induksi :
Untuk 𝑛 = 1,
1(1 + 1)
1=
2
1=1
Sehingga disimpulkan 𝑃(1) benar.
Hipotesis Induksi :
Sekarang, misalkan 𝑃(𝑘) benar, yaitu:
𝑘(𝑘 + 1)
1 + 2 + 3 + 4 + ⋯+ 𝑘 =
2
maka untuk 𝑛 = 𝑘 + 1, kita peroleh :
(𝑘 + 1)(𝑘 + 1 + 1)
1 + 2 + 3 + 4 + ⋯ + 𝑘 + (𝑘 + 1) =
2
𝑘(𝑘 + 1) (𝑘 + 1)(𝑘 + 1 + 1)
+ (𝑘 + 1) =
2 2
𝑘 (𝑘 + 1) + 2(𝑘 + 1) (𝑘 + 1)(𝑘 + 1 + 1)
=
2 2
𝑘 2 + 3𝑘 + 2 (𝑘 + 1)(𝑘 + 1 + 1)
=
2 2
(𝑘 + 1)(𝑘 + 2) (𝑘 + 1)(𝑘 + 1 + 1)
=
2 2
(𝑘 + 1)(𝑘 + 1 + 1) (𝑘 + 1)(𝑘 + 1 + 1)
=
2 2
Ruas kanan = ruas kiri, sehingga menunjukkan bahwa 𝑃(𝑘 + 1) benar.
4. Metode dengan Counter Example (Contoh Penyangkal)

5
Pembuktian ini dengan memberikan salah satu contoh yang mengakibatkan pernyataan
matematis tersebut tidak berlaku secara umum atau tidak benar.
Untuk membuktikan suatu konjektur terkadang kita membutuhkan penjabaran yang cukup
panjang dan sulit. Tapi bila kita dapat menemukan satu saja kasus yang tidak memenuhi
konjektur tersebut maka pembuktian benar atau salahnya telah selesai.
Contoh
Buktikan bahwa untuk setiap n bilangan asli maka merupakan bilangan prima!
Penyelesaian:
Bukti.
Pernyataan ini berlaku untuk setiap bilangan asli n. Tapi bila bila ditemukan satu bilangan
asli, katakan 𝑛0 dan tidak prima (komposit) maka konjektur ini tidak benar. Diperhatikan
beberapa kasus berikut, untuk n = 1 diperoleh bilangan 5, n = 2 menghasilkan 17, n = 3
mengahasilkan 257 dan n = 4 menghasilkan 65537. Keempat bilangan ini prima. Coba
perhatikan untuk n = 5, diperoleh = 4294967297 = (641)(6700417). Ternyata bukan prima.
n = 5 merupakan contoh penyangkalan (counter example). Akhirnya disimpulkan bahwa
konjektur ini salah.

C. Sistem Bilangan Real

Himpunan bilangan real merupakan gabungan dari himpunan bilangan rasional dan
bilangan irrasional , simbol bilangan real dengan ℝ. Struktur aljabar sistem bilangan ℝ diawali
dengan mengenal sifat operasinya. Himpunan bilangan real yang dilengkapi dengan sifat-sifat
bilangan disebut system bilangan real. Sistem merupakan himpunan yang telah dilengkapi
dengan operasi dan aturan yang sudah ditentukan didalamnya.
Bilangan real merupakan bilangan yang anggotanya merupakan gabungan dari bilangan
rasional dan irrasional. Semesta himpunan yang sering kali digunakan adalah bilangan real,
karena anggota himpunan dari bilngan real dapat ditulis dengan symbol ℝ = (−~, ~)
himpunan terbuka yang anggotanya dari negative tak hingga sampai tak
hingga. −~ 𝑑𝑎𝑛 ~ bukan elemen 𝑑𝑎𝑟𝑖 ℝ 𝑎𝑡𝑎𝑢 − ~ ∉ ℝ 𝑑𝑎𝑛 ~ ∉ ℝ.
Himpunan bilangan real adalah himpunan bilangan yang merupakan gabungan dari
himpunan bilangan rasional dan himpunan bilangan irrasional. Himpunan bilangan
𝑝
rasional, 𝑄 = {𝑥|𝑥 = 𝑞 , 𝑝 𝑑𝑎𝑛 𝑞 ∈ ℤ, 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑞 ≠ 0, 𝐹𝑃𝐵 (𝑝, 𝑞) = 1}. Himpunan rasional

terdiri dari himpunan bilangan bulat dan bilangan natural atau asli. Adapun anggota himpunan
bilangan asli yang dilambangkan dengan ℕ = {1,2,3, … }, sedangkan himpunan bilangan bulat
dilambangkan dengan ℤ = ℕ ∪ −ℕ ∪ {0} = {… , −3, −2, −1,0,1,2,3, … }. Himpunan bilangan

6
𝑝
irrasional, 𝐼𝑄 = {𝑥|𝑥 = , 𝑝 𝑑𝑎𝑛 𝑞 ∈ ℤ, 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑞 ≠ 0} atau dapat dikatakan bahwa
𝑞
𝑝
bilangan irrasional adalah bilangan yang tidak dapat dinyatakan kedalam bentuk 𝑞
, 𝑝 𝑑𝑎𝑛 𝑞 ∈

ℤ,
1. Bilangan Rasional dan Irrasional
Kita menganggap himpunan N dari bilangan asli sebagai subset dari R, dengan
mengidentifikasi bilangan asli 𝑛 𝜖 𝑁 dengan jumlah n -lipatan dari elemen satuan 1 𝜖 𝑅.
Sama halnya, kita mengidentifikasi 0 𝜖 𝑍 dengan elemen nol pada 0 𝜖 𝑅, dan kita
mengidentifikasi jumlah n - lipatan dari -1 dengan bilangan bulat –𝑛. Jadi kita
mempertimbangkan N dan Z menjadi subset R.
a. Bilangan Rasional
Himpunan ℕ dan ℤ merupakan subset dari himpunan bilangan ℝ, himpunan yang dapat
ditulis dalam bentuk 𝑎𝑏, 𝑏 ≠ 0 𝑎 𝑑𝑎𝑛 𝑏 ∈ ℤ disebut himpunan bilangan rasional ℚ
sedangkan himpunan yang tidak 𝐼ℚ dapat dinyatakan sebagai bilangan rasional disebut
himpunan bilangan irrasional. Himpunan bilangan rasional dinyatakan kedalam bentuk
𝑎
notasi himpunan adalah ℚ = {𝑏 , 𝑏 ≠ 0 𝑎 𝑑𝑎𝑛 𝑏 ∈ ℤ, 𝐹𝑃𝐵 (𝑎, 𝑏) = 1}. Sifat-sifat yang

berlaku pada himpunan ℕ dan ℤ berlaku pula pada bilangan rasional begitupula dengan
sifat-sifat lapangan pada penambahan dan perkalian.
b. Bilangan Irrasional
Bilangan real merupakan gabungan dari bilangan rasional dan irrasional, tidak semua
bilangan real dapat dinyatakan sebagai himpunan bilangan rasional, bilangan yang
dimaksud adalah bilangan irrasional seperti √2, √3 , 𝜋, 𝑒 dan lain sebagainya.
Kenyataannya bahwa terdapat elemen di R bukan elemen Q tidak seketika kelihatan.
Masyarakat yunani Pythagoras ditemukan bahwa diagonal sebuah persegi dengan sisi-
sisi satuan tidak dapat dinyatakan dalam sebuah perbandingan bilangan bulat. Dalam
gambaran Teorema Pytagoras untuk sisi kanan segitiga, ini menyatakan bahwa tidak
terdapat bilangan rasional yang kuadratnya adalah 2. Penemuan ini memiliki sebuah
dampak yang mendalam pada pengembangan matematika yunani. Salah satu akibatnya
adalah elemen di R bukan elemen di Q disebut bilangan irrasional, berarti bahwa
mereka bukan perbandingan bilangan bulat. Meskipun kata “ irrasoinal “ dalam
pemakaian Inggris modern memiliki arti yang agak berbeda, kita dapat mengambil
pemakaian matematika standar dari istilah ini.
Sekarang kita akan membuktikan bahwa tidak ada sebuah bilangan bulat yang
kuadratnya adalah 2. Dalam pembuktian kita menggunakan pengandaian genap dan

7
ganjil. Mengingat kembali bahwa sebuah bilangan asli adalah genap jika memiliki
rumus 2𝑛 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑠𝑒𝑡𝑖𝑎𝑝 𝑛 𝜖 𝑁, dan ganjil jika memiliki 2𝑛 − 1 untuk setiap 𝑛 𝜖 𝑁.
Setiap bilangan asli itu genap atau ganjil, dan tidak ada bilangan asli yang kedua-duanya
baik genap dan ganjil.
Sekarang akan dibuktikan bahwa tidak ada bilangan rasional yang kuadratnya adalah 2.
Dalam membuktikannya kita menggunakan istilah genap dan ganjil. Suatu bilangan asli
disebut genap apabila bilangan tersebut mempunyai bentuk 2𝑛 untuk suatu 𝑛 ∈ ℕ, dan
disebut ganjil apabila bilangan tersebut memiliki bentuk 2𝑛 − 1 untuk suatu 𝑛 ∈
ℕ. .Setiap bilangan real memiliki satu bentuk, yaitu genap atau ganjil, dan tidak ada
bilangan real yang genap dan ganjil (dan tidak ada satu bilangan pun yang memiliki
kedua sifat tersebut sekaligus).
2. Sifat Aljabar pada Bilangan Real
Sistem bilangan real pada pokok bahasan ini dalah suatu sistem aljabar yang terhadap
operasi jumlah dan operasi perkalian mempunyai sifat-sifat sebagai berikut:
A1 untuk setiap 𝑎, 𝑏 ∈ ℝ, berlaku 𝑎 + 𝑏 = 𝑏 + 𝑎 sifat komutatif penjumlahan
A2 untuk setiap 𝑎, 𝑏, 𝑐 ∈ ℝ, berlaku 𝑎 + (𝑏 + 𝑐) = (𝑎 + 𝑏) + 𝑐 sifat assosiatif
penjumlahan
A3 untuk setiap 𝑎 ∈ ℝ, terdapat 0 ∈ ℝ, sedemikian sehingga 𝑎 + 0 = 0 + 𝑎 = 𝑎
eksistensi elemen nol
A4 untuk setiap 𝑎 ∈ ℝ, 𝑡𝑒𝑟𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡 − 𝑎 ∈ ℝ, sedemikian sehingga 𝑎 + (−𝑎) = −𝑎 + 𝑎
= 0 eksistensi invers penjumlahan
M1 untuk setiap 𝑎, 𝑏 ∈ ℝ, berlaku 𝑎 ∙ 𝑏 = 𝑏 ∙ 𝑎 sifat komutatif perkalian
M2 untuk setiap 𝑎, 𝑏, 𝑐 ∈ ℝ, berlaku 𝑎 ∙ (𝑏 ∙ 𝑐) = (𝑎 ∙ 𝑏) ∙ 𝑐 sifat assosiatif perkalian
M3 untuk setiap 𝑎 ∈ ℝ, terdapat 1 ∈ ℝ, 𝑑𝑎𝑛 1 ≠ 0,sedemikian sehingga 𝑎 ∙ 1 = 1 ∙ 𝑎 = 𝑎
eksistensi elemen unit 1
M4 untuk setiap 𝑎 ≠ 0 ∈ ℝ, terdapat 1𝑎 ∈ ℝ, sedemikian sehingga 𝑎 ∙ 1 𝑎 = 1 𝑎 ∙ 𝑎 =
1 eksistensi invers perkalian
D untuk setiap 𝑎, 𝑏, 𝑐 ∈ ℝ, 𝑏𝑒𝑟𝑙𝑎𝑘𝑢 𝑎 ∙ (𝑏 + 𝑐) = (𝑎 ∙ 𝑏) + (𝑎 ∙ 𝑐) sifat distribusi
perkalian pada penjumlahan
1. Teorema 2.1.2
a. Jika 𝑧, 𝑎 𝜖 𝑅 dengan z + a = a, maka z = 0
b. Jika u, dan a ≠ 0 ϵ ℝ dengan u ∙ a = a, maka u = 1
c. Jika a ϵ ℝ maka a ∙ 0 = 0

8
d. Jika 𝑎, 𝑏 ∈ ℝ 𝑑𝑎𝑛 𝑎 + 𝑏 = 0,𝑚𝑎𝑘𝑎 𝑏 = −𝑎
e. Jika 𝑎, 𝑏 ∈ ℝ 𝑑𝑎𝑛 𝑏 ≠ 0, 𝑎 ∙ 𝑏 = 1, 𝑚𝑎𝑘𝑎 𝑏 = 𝑎−1
f. Jika 𝑎, 𝑏 ∈ ℝ 𝑑𝑎𝑛 𝑎 ∙ 𝑏 = 0 𝑚𝑎𝑘𝑎 𝑎 = 0 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑏 = 0
2. Teorema 2.1.3
Untuk setiap 𝑎 𝜖 𝑅 diperoleh:
a. 𝑎. 0 = 0
b. (−1) 𝑎 = −𝑎
c. −(−𝑎) = 𝑎
d. −(−1) = 1
1 1 −1
e. 𝐽𝑖𝑘𝑎 𝑎 ≠ 0, maka 𝑎−1 = 𝑎 dan (𝑎) =𝑎

f. Jika 𝑎𝑏 = 𝑎𝑐 dan 𝑎 ≠ 0, maka 𝑏 = 𝑐


g. Jika 𝑎𝑏 = 0, 𝑚𝑎𝑘𝑎 𝑎 = 0 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑏 = 0
3. Teorema 2.1.4
Tidak ada elemen 𝑟 ∈ ℚ sedemikian sehingga 𝑟 2 = 2.
Pembuktian:
𝑝 2
Misalkan, sebaliknya, bahwa p dan q adalah bilangan bulat sehingga (𝑞 ) = 2. Kita dapat

mengasumsikan bahwa p dan q adalah bilangan positif dan tidak memiliki FPB (p, q) = 1.
Sejak 𝑝2 = 2𝑞2 , kita dapat melihat bahwa 𝑝2 merupakan bilangan genap. Ini menyatakan
bahwa p juga merupakan bilangan genap (karena jika 𝑝2 = 2𝑛 − 1 adalah bilangan ganjil,
maka persamaan kuadrat 𝑝2 = 2(2𝑛2 − 2n + 1) − 1 ini juga merupakan bilangan ganjil).
Oleh karena itu, ketika p dan q tidak memiliki 2 sebagai faktor secara umum, maka q harus
,menjadi bilangan asli yang ganjil.
Ketika p merupakan bilangan genap, maka 𝑝 = 2𝑚 untuk setiap 𝑚 ∈ ℕ, dan oleh karena
itu 4𝑚2 = 2𝑞2 , menjadi 2𝑚2 = 𝑞2 . Oleh karena itu, 𝑞2 merupakan bilangan genap, dan
itu juga diikuti bahwa q sebagai bilangan asli yang genap.
𝑝 2
Ketika hipotesis bahwa (𝑞 ) = 2 menjadi kontradiksi dengan kesimpulan bahwa q

merupakan suatu bilangan genap dan bilangan ganjil, itu menjadi tidak terbukti. Maka,
teorema 2.1.4 adalah benar.
4. Contoh Soal dan Pembahasan
Contoh 1
Buktikan bahwa Jika 𝑎, 𝑏 ∈ ℝ 𝑑𝑎𝑛 𝑎 + 𝑏 = 0,𝑚𝑎𝑘𝑎 𝑏 = −𝑎
Penyelesaian :

9
Cara I
𝑏 =𝑏+0 Sifat A3 (Eksistensi elemen nol)
= 𝑏 + ((−𝑎) + 𝑎) Sifat A4 (Eksistensi invers penjumlahan)
= (𝑏 + 𝑎) + (−𝑎) Sifat A2 (Sifat assosiatif penjumlahan)
= 𝑎 + 𝑏 + (−𝑎) Sifat A1 (Sifat Komutatif penjumlahan)
= 0 + (−𝑎) Diketahui / asumsi
𝑏 = (−𝑎) QED
atau
Cara II
𝑎+𝑏 = 0 Diketahui/pernyataan
−𝑎 + 𝑎 + 𝑏 = (−𝑎) + 0 Kedua ruas ditambah (−𝑎)
0 + 𝑏 = −a A4
𝑏 = −a QED
Contoh 2
Jika 𝑧, 𝑎 𝜖 ℝ 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑧 + 𝑎 = 𝑎, 𝑚𝑎𝑘𝑎 𝑧 = 0
Jawab
Cara I
Menggunakan aksioma A3, A4, dan A2, asumsi 𝑧 + 𝑎 = 𝑎 dan A4 diperoleh:
𝑧= 𝑧+0 Sifat A3 (Eksistensi elemen nol)
𝑧 = 𝑧 + (𝑎 + (−𝑎)) Sifat A4 (Eksistensi invers penjumlahan)
𝑧 = (𝑧 + 𝑎) + (−𝑎) Sifat A2 (Sifat assosiatif penjumlahan)
𝑧 = 𝑎 + (−𝑎) Diketahui/asumsi
𝑧=0 QED
Cara II
𝑧+𝑎 =𝑎
𝑧 + 𝑎 + (−𝑎) = 𝑎 + (−𝑎) Kedua ruas ditambah (−𝑎)
𝑧 + 𝑎 + (−𝑎) = 0 Sifat A4 (Eksistensi invers penjumlahan)
𝑧+0=0 Sifat A4 (Eksistensi invers penjumlahan)
𝑧=0 QED
Contoh 3
Buktikan bahwa jika 𝑎, 𝜖 ℝ 𝑚𝑎𝑘𝑎 𝑎. 0 = 0
Penyelesaian:
Karena 𝑎 + 𝑎. 0 = 𝑎. 1 + 𝑎. 0 Sifat M3 (Eksistensi elemen unit 1)

10
= 𝑎. (1 + 0) Sifat Distributif
= 𝑎. 1 Sifat A3 (Elemen unit 1)
=𝑎 Sifat M3 (Eksistensi elemen unit 1
𝐷𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ 𝑎 + 𝑎. 0 = 𝑎 Teorema 2.1.2
Sehingga, dapat disimpulkan bahwa 𝑎. 0 = 0
Contoh 3
Jika 𝑎 ∈ 𝑅 memenuhi 𝑎. 𝑎 = 𝑎, 𝑚𝑎𝑘𝑎 𝑎 = 0 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑎 = 1
Penyelesaian:
Misalkan 𝑎. 𝑎 = 𝑎, maka :
𝑎. 𝑎 = 𝑎
𝑎. 𝑎 + (−𝑎) = 𝑎 + (−𝑎) Kedua ruas ditambah -a
(𝑎. 𝑎) + ((−1). 𝑎) = 0 Teorema 2.1.3
(𝑎 + (−1)). 𝑎 = 0 Pernyataan/asumsi
𝑎 + (−1) = 0 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑎 = 0
𝑎 = 1 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑎 = 0 QED

D. Sifat-Sifat Urutan Pada R dan Nilai Mutlak

1. Sifat-Sifat Urutan Pada R


Definisi 3.1.1
Sifat urutan menjelaskan kepositifan (positivity) dan pertidaksamaan (inequalities) diantara
bilangan bilangan real. Terdapat himpunan bagian 𝑃 ⊂ 𝑅 yang disebut dengan himpunan
bilangan-bilangan real postitif yang memenuhi sifat berikut:
Himpunan ℙ ⊂ ℝ disebut himpunan semua bilangan positif jika P memenuhi tiga syarat,
yaitu :
a. ∀ 𝑥, 𝑦 ∈ ℙ berakibat 𝑥 + 𝑦 ∈ ℙ
b. ∀𝑥, 𝑦 ∈ ℙ berakibat 𝑥𝑦 ∈ ℙ
c. ℙ memiliki sifat trikotomi, yaitu ∀𝑥 ∈ ℝ tepat satu terjadi:
• 𝑥∈ℙ
• −𝑥 ∈ ℙ
• 𝑥=0
Sifat pertama dan kedua pada teorema di atas menjelaskan tentang sifat tertutup P terhadap
operasi penjumlahan dan perkalian. Sifat yang ketiga (c) sering disebut Sifat Trikotomi
(Trichotomy Property), sebab akan membagi ℝ ke dalam tiga jenis elemen yang berbeda.
Hal ini menjelaskan bahwa himpunan {−𝑥 ∶ 𝑥 ∈ 𝑃} dari bilangan real negatif tidak

11
mempunyai elemen yang sama dengan himpunan bilangan real positif. Lebih lanjut, ℝ
merupakan gabungan tiga himpunan saling asing tersebut, yaitu:
ℝ = 𝑃 ∪ {−𝑎 ∶ 𝑎 ∈ 𝑃} ∪ {0} .
Definisi 3.1.2
a. Jika 𝑥 ∈ ℙ, maka ditulis 𝑥 > 0, x disebut bilangan positif
b. Jika −𝑥 ∈ ℙ, maka ditulis 𝑥 < 0, x disebut bilangan negatif
c. Jika 𝑥 ∈ ℙ ∪ { }, maka ditulis 𝑥 ≥ 0, x disebut bilangan non negative
d. Jika −𝑥 ∈ ℙ ∪ { }, maka ditulis 𝑥 ≤ 0, x disebut bilangan non positif
Definisi 3.1.3
Misalkan 𝑥, 𝑦 ∈ ℝ
a. Jika 𝑥 − 𝑦 ∈ ℙ, maka ditulis 𝑥 > 𝑦 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑦 < 𝑥
b. Jika 𝑥 − 𝑦 ∈ ℙ ∪ {0}, maka ditulis 𝑥 ≥y 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑦 ≤ 𝑥
Teorema 1
Misalkan 𝑎, 𝑏, 𝑐 ∈ 𝑅, jika 𝑎 > 𝑏 𝑑𝑎𝑛 𝑏 > 𝑐, 𝑚𝑎𝑘𝑎 𝑎 > 𝑐
Pembuktian :
𝑎 > 𝑏, atau 𝑎 − 𝑏 ∈ ℙ……….(1)
𝑏 > 𝑐 atau 𝑏 − 𝑐 ∈ ℙ ……….(2)
Dari (1) dan (2) diperoleh :
(𝑎 − 𝑏 ) + (𝑏 − 𝑐 ) ∈ ℙ
𝑎−𝑏+𝑏−𝑐 ∈ℙ
a−c∈ℙ
atau a > c (QED)
𝐓𝐞𝐨𝐫𝐞𝐦𝐚 𝟐
Misalkan 𝑎, 𝑏, 𝑐 ∈ 𝑅, jika 𝑎 > 𝑏 𝑑𝑎𝑛 𝑐 < 0, 𝑚𝑎𝑘𝑎 𝑎𝑐 > 𝑏𝑐
Pembuktian :
𝑎 > 𝑏, atau 𝑎 − 𝑏 ∈ ℙ……….(1)
𝑐 < 0 atau −𝑐 ∈ ℙ …………..(2)
Dari (1) dan (2) diperoleh :
(𝑎 − 𝑏). (−𝑐) ∈ ℙ
𝑎. (−𝑐 ) − 𝑏. (−𝑐) ∈ ℙ
−ac + bc ∈ ℙ
bc − ac ∈ ℙ
bc − ac > 0 atau bc > ac

12
𝑎𝑐 < 𝑏𝑐 (𝑄ED)
Teorema 3.1.4
a. Jika 𝑥 ∈ ℝ dan 𝑥 ≠ 0, maka 𝑥 2 > 0
b. 1 > 0
c. Jika 𝑛 ∈ ℕ, maka 𝑛 > 0
Teorema 3.1.5
𝑎+𝑏
Jika 𝑎, 𝑏 ∈ ℝ dan 𝑎 > 𝑏, maka 𝑎 < <𝑏
2

Akibat 3.1.6
1
Jika 𝑎 ∈ ℝ dan 𝑎 > 0, maka 0 < 2 𝑎 < 𝑎

Teorema 3.1.7
Jika 𝑎 ∈ ℝ sedemikian hingga 0 ≤ 𝑎 < 𝜀, ∀𝜀 > 0, 𝑚𝑎𝑘𝑎 𝑎 = 0
Akibat 3.1.8
Diketahui 𝑎, 𝑏 ∈ ℝ diperoleh a=b, jika dan hanya jika untuk sebarang bilangan 𝜀 > 0
berlaku 0 ≤ 𝑎 − 𝑏 < 𝜀
Teorema 3.1.9
Jika ab > 0, maka berlaku
a. 𝑎 > 0 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑏 > 0
b. 𝑎 < 0 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑏 < 0
Definisi 3.20.
Lapangan F dikatakan berurut jika F juga merupakan himpunan terurut sedemikian,
sehingga:
(i) Untuk 𝑥, 𝑦, 𝑧 ∈ 𝐹, 𝑥 < 𝑦, 𝑚𝑒𝑛𝑦𝑖𝑟𝑎𝑡𝑘𝑎𝑛 𝑥 + 𝑧 < 𝑦 + 𝑧
(ii) Untuk 𝑥, 𝑦 ∈ 𝐹, 𝑥 > 0 𝑑𝑎𝑛 𝑦 > 0 𝑚𝑒𝑛𝑦𝑖𝑟𝑎𝑡𝑘𝑎𝑛 𝑥𝑦 > 0
Proposisi 3.21
Diberikan F merupakan lapangan terurut dan 𝑥, 𝑦, 𝑧 ∈ 𝐹, kemudian:
(i) 𝐽𝑖𝑘𝑎 𝑥 > 0, 𝑚𝑎𝑘𝑎 − 𝑥 < 0 (𝑑𝑎𝑛 𝑠𝑒𝑏𝑎𝑙𝑖𝑘𝑛𝑦𝑎)
(ii) 𝐽𝑖𝑘𝑎 𝑥 > 0 𝑑𝑎𝑛 𝑦 < 𝑧, 𝑚𝑎𝑘𝑎 𝑥𝑦 < 𝑥𝑧
(iii) 𝐽𝑖𝑘𝑎 𝑥 < 0 𝑑𝑎𝑛 𝑦 < 𝑧, 𝑚𝑎𝑘𝑎 𝑥𝑦 > 𝑥𝑧
(iv) 𝐽𝑖𝑘𝑎 𝑥 ≠ 0, 𝑚𝑎𝑘𝑎 𝑥 2 > 0
1 1
(v) 𝐽𝑖𝑘𝑎 0 < 𝑥 < 𝑦, 𝑚𝑎𝑘𝑎 0 < 𝑦 < 𝑥

Proposisi 1.1.9

13
Misalkan 𝑥, 𝑦 ∈ 𝐹 dimana F adalah lapangan terurut. Andaikan xy>0. Kemudian baik
keduanya x dan y adalah positif atau keduanya negative.
Contoh Soal dan Pembahasan
2. Ketidaksamaan dan Nilai Mutlak
Teorema 4.1.1
Diketahui 𝑎, 𝑏 ∈ ℝ
a. Jika 𝑎 > 0 dan 𝑏 > 0, diperoleh 𝑎 < 𝑏 ⇔ 𝑎2 < 𝑏2 ⇔ √𝑎 < √𝑏

b. Jika 𝑎 ≥ 0 dan 𝑏 ≥ 0, diperoleh 𝑎 ≤ 𝑏 ⇔ 𝑎2 ≤ 𝑏2 ⇔ √𝑎 ≤ √𝑏

Teorema 4.1.2
𝑎+𝑏
Diketahui 𝑎, 𝑏 ∈ ℝ. Jika 𝑎 > 0 𝑑𝑎𝑛 𝑏 > 0, maka √𝑎𝑏 < 2

Akibat 4.1.3
𝑎2 +𝑏2
Untuk setiap 𝑎, 𝑏 ∈ ℝ berlaku |𝑎𝑏| < 2

Ketaksamaan Bernoulli
Jika 𝑥 > −1, 𝑚𝑎𝑘𝑎 (1 + 𝑥 )𝑛 ≥ 1 + 𝑛𝑥 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑠𝑒𝑚𝑢𝑎 𝑛 ∈ 𝑁
Pembuktian:
Akan dibuktikan dengan menggunakan induksi.
Untuk 𝑛 = 1
(1 + 𝑥 )1 ≥ 1 + 1
1+𝑥 ≥ 1+𝑥
Sehingga, pernyataan benar.
Misalkan benar untuk 𝑛 = 𝑘, yaitu :
(1 + 𝑥 )𝑘 ≥ 1 + 𝑘𝑥.
Akan dibuktikan benar untuk 𝑛 = 𝑘 + 1, yaitu:
(1 + 𝑥 )𝑘+1 = (1 + 𝑥 )𝑘 (1 + 𝑥 ) ≥ (1 + 𝑘𝑥 )(1 + 𝑥 )
= 1 + 𝑘𝑥 + 𝑥 + 𝑘𝑥 2
= 1 + (𝑘 + 1)𝑥 + 𝑘𝑥 2
Karena 𝑘𝑥 2 ≥ 0 maka (1 + 𝑥 )𝑘+1 ≥ 1 + (𝑘 + 1)𝑥, yang berarti benar untuk 𝑛 = 𝑘 + 1.
Jadi, terbukti bahwa (1 + 𝑥 )𝑛 ≥ 1 + 𝑛𝑥 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑠𝑒𝑚𝑢𝑎 𝑛 ∈ 𝑁
Ketaksamaan Cauchy
Jika 𝑛 ∈ 𝑁 𝑑𝑎𝑛 𝑎1 , … … . , 𝑎𝑛 , 𝑏1 , … … . , 𝑏𝑛 ∈ 𝑅 𝑚𝑎𝑘𝑎 (𝑎1 𝑏1 + 𝑎2 𝑏2 + ⋯ +𝑎𝑛 𝑏𝑛 )2 ≤
(𝑎1 2 + 𝑎2 2 + ⋯ + 𝑎𝑛 2 )(𝑏1 2 + 𝑏2 2 + ⋯ + 𝑏𝑛 2 )
3. Definisi Nilai Mutlak

14
Nilai mutlak suatu bilangan merupakan Panjang atau jarak bilangan tersebut dari bilangan
0. Nilai mulak ditulis dengan notasi |𝑥 |, didefinisikan sebagai berikut :

𝑥, 𝑗𝑖𝑘𝑎 𝑥 ≥ 0
|𝑥 | { 0, 𝑗𝑖𝑘𝑎 𝑥 = 0
−𝑥, 𝑗𝑖𝑘𝑎 𝑥 < 0

Proposisi. 4.1.
(𝑖) |𝑥| ≥ 0, 𝑑𝑎𝑛 |𝑥| = 0 𝑗𝑖𝑘𝑎 𝑑𝑎𝑛 ℎ𝑎𝑛𝑦𝑎 𝑗𝑖𝑘𝑎 𝑥 = 0.
(𝑖𝑖) | − 𝑥| = |𝑥| 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑠𝑒𝑚𝑢𝑎 𝑥 ∈ 𝑅.
(𝑖𝑖𝑖) |𝑥𝑦| = |𝑥||𝑦| 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑠𝑒𝑚𝑢𝑎 𝑥, 𝑦 ∈ 𝑅.
(𝑖𝑣) |𝑥|2 = 𝑥 2 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑠𝑒𝑚𝑢𝑎 𝑥 ∈ 𝑅.
(𝑣) |𝑥| ≤ 𝑦 𝑗𝑖𝑘𝑎 𝑑𝑎𝑛 ℎ𝑎𝑛𝑦𝑎 𝑗𝑖𝑘𝑎 − 𝑦 ≤ 𝑥 ≤ 𝑦.
(𝑣𝑖) − |𝑥| ≤ 𝑥 ≤ |𝑥| 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑠𝑒𝑚𝑢𝑎 𝑥 ∈ 𝑅.
Corollary 4.3.
Misalkan 𝑥, 𝑦 ∈ 𝑅
(𝑖) (ketaksamaan segitiga terbalik) |(|𝑥| − |𝑦|) ≤ |𝑥 − 𝑦|.
(𝑖𝑖) |𝑥 − 𝑦| ≤ |𝑥| + |𝑦|.
𝑪𝒐𝒓𝒐𝒍𝒍𝒂𝒓𝒚 𝟒. 𝟒.
𝐷𝑖𝑏𝑒𝑟𝑖𝑘𝑎𝑛 𝑥1, 𝑥2, . . . , 𝑥𝑛 ∈ 𝑅. 𝐾𝑒𝑚𝑢𝑑𝑖𝑎𝑛
|𝑥1 + 𝑥2 + ⋯ + 𝑥𝑛 | ≤ |𝑥1 | + |𝑥2 | + ⋯ + |𝑥𝑛 |.
4. Contoh Soal dan Pembahasan
Contoh 1
Buktikan bahwa 𝐽𝑖𝑘𝑎 𝑥 < 0 𝑑𝑎𝑛 𝑦 < 𝑧 𝑚𝑎𝑘𝑎 𝑥𝑦 > 𝑥𝑧
Penyelesaian :
𝑥 ∈ ℙ 𝑑𝑎𝑛 𝑧 − 𝑦 ∈ ℙ ⟺ 𝑥 (𝑧 − 𝑦) = 𝑥𝑧 − 𝑥𝑦 ∈ ℙ
𝐾𝑎𝑟𝑒𝑛𝑎 𝑥𝑧 − 𝑥𝑦 ∈ ℙ ⟹ 𝑥𝑦 < 𝑥𝑧 (𝑄. 𝐸. 𝐷 )
Contoh 2
Diberikan 𝐵 = {𝑥 ∈ ℝ: 𝑥 2 + 𝑥 > 2}. Tentukan bentuk lain dari B.
Penyelesaian:
Diketahui 𝑥 ∈ 𝐵 𝑑𝑎𝑛 𝑥2 + 𝑥 > 2 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑥 2 + 𝑥 − 2 > 0 atau
(𝑥 − 1)(𝑥 + 2) > 0 . Sehingga diperoleh bahwa :
(i) x -1 > 0 dan x + 2 > 0 , atau
(𝑖𝑖) 𝑥 − 1 < 0 𝑑𝑎𝑛 𝑥 + 2 < 0 .
Untuk kasus (i) diperoleh bahwa 𝑥 > 1 dan𝑥 > −2, 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑟𝑡𝑖 𝑥 > 1.

15
Untuk kasus (ii) diperoleh bahwa 𝑥 < 1 dan 𝑥 < −2 , 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑟𝑡𝑖 𝑥 < −2 .
Jadi, himpunannya adalah 𝐵 = {𝑥 ∈ 𝑅: 𝑥 > 1} ∪ {𝑥 ∈ 𝑅: 𝑥 < −2}.
Contoh 3
Jika 𝑎 = 𝑏 = 0 , maka terbukti. Jika a > 0 dan b > 0 , maka ab > 0 , sehingga
|𝑎𝑏| = ab = |𝑎𝑏| . Jika a > 0 dan b < 0 , maka ab < 0 , sehingga
|𝑎𝑏| = −𝑎𝑏 = 𝑎 (−𝑏) = |𝑎𝑏| .

E. Sifat-Sifat Kelengkapan Bilangan Real

Sifat kelengkapan ini berkaitan dengan konsep supremum atau batas atas terkecil.
Misalkan 𝐴 ⊂ 𝑅 dan A himpunan terbatas, memiliki batas atas dan batas bawah. Batas
atas dan bawah bisa menjadi anggota dari A atau bukan/ tidak termasuk anggota A. Bila
A memiliki batas atas terkecil berarti A memiliki supremum disimbolkan Sup A atau A
memiliki batas bawah terbesar atau infimum disimbolkan dengn Inf A.
1. Definisi 5.1 Himpunan Terbatas
a. Himpunan 𝐴 ⊂ 𝑅 𝑑𝑎𝑛 𝐴 ≠ 𝑅 dikatakan terbatas ke atas upper bond jika ada bilangan
nyata k, sehingga berlaku 𝑎 ≤ 𝑘
b. Himpunan 𝐴 ⊂ 𝑅 𝑑𝑎𝑛 𝐴 ≠ 𝑅 dikatakan terbatas ke bawah lower bond jika ada
bilangan nyata l sehingga berlaku 𝑙 ≤ 𝑎 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑎 ≥ 𝑙, untuk setiap 𝑎 ∈ 𝐴𝑖 𝑙 disebut batas
bawah dari A
c. Himpunan 𝐴 ⊂ 𝑅 dikatakan terbatas jika A terbatas dan terbatas ke bawah
2. Definisi 5.2 Supremum dan Infimum
Jika 𝑘 batas atas dari A maka setiap bilangan nyata 𝑘𝑖 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑘𝑖 ≥ 𝑘 merupakan batas
atas pula karena 𝑎 ≤ 𝑘 ≤ 𝑘𝑖 untuk setiap 𝑎 ∈ 𝐴 jadi jika himpunan A merupakan himpunan
terbatas keatas maka ia mempunyai batas atas yang paling kecil dan batas atas yang paling
kecil itu disebut batas atas terkecil atau sebut supremum (sup).
Atau dari definisi tersebut dapat ditulis menjadi:
Jika 𝑆 terbatas di atas maka 𝑢 = sup 𝑆 bila memenuhi kondisi:
1) u batas atas S
2) Jika 𝑣 batas atas lain dari 𝑆 ⇒ 𝑢 ≤ 𝑣
Demikian hal Jika 𝑙 batas bawah dari A maka setiap bilangan nyata 𝑙𝑖 dengan 𝑙 ≤ 𝑙𝑖 , 𝑙
merupakan batas bawah pula karena 𝑙 ≤ 𝑙𝑖 ≤ 𝑙 untuk setiap 𝑎 ∈ 𝐴 jadi jika himpunan A
merupakan himpunan terbatas ke bawah maka ia mempunyai batas bawah yang palig kecil
dan batas bawah yang paling kecil itu disebut batas bawah terkecil atau sebut infimum (sup).
Atau dari definisi tersebut dapat ditulis menjadi:

16
Jika 𝑆 terbatas di bawah maka 𝑤 = inf 𝑆 bila memenuhi kondisi:
1) w batas bawah S
2) Jika 𝑡 batas bawah lain dari 𝑆 ⇒ 𝑡 ≤ 𝑤
3. Teorema
1) M batas atas terkecil dari himpunan A jika dan hanya jika
a. M batas atas A untuk setiap 𝑎 ∈ 𝐴 berakibat untuk setiap 𝑎 ≤ 𝑀 𝑑𝑎𝑛
b. Untuk setiap bilangan 𝜀 > 0 terdapat 𝑎′ ∈ 𝐴 𝑠𝑒ℎ𝑖𝑛𝑔𝑔𝑎 𝑀 − 𝜀 < 𝑎′ ≤ 𝑀
2) m batas bawah terbesar dari himpunan A jika dan hanya jika
a. m batas bawah A untuk setiap 𝑎 ∈ 𝐴 berakibat untuk setiap 𝑚 ≤ 𝑎 𝑑𝑎𝑛
b. Untuk setiap bilangan 𝜀 > 0 terdapat 𝑎′′ ∈ 𝐴 𝑠𝑒ℎ𝑖𝑛𝑔𝑔𝑎 𝑚 ≤ 𝑎′′ < 𝑚 + 𝜖
4. Teorema
Teorema pernyataan di bawah ini benar , yaitu :
1. Jika 𝐴 ⊂ 𝐵 ⊂ ℝ 𝑑𝑎𝑛 𝐵 𝑡𝑒𝑟𝑏𝑎𝑡𝑎𝑠 𝑘𝑒 𝑎𝑡𝑎𝑠, 𝑚𝑎𝑘𝑎 𝑠𝑢𝑝 (𝐴) ≤ 𝑠𝑢𝑝(𝐵)
2. Jika 𝐴 ⊂ 𝐵 ⊂ ℝ 𝑑𝑎𝑛 𝐵 𝑡𝑒𝑟𝑏𝑎𝑡𝑎𝑠 𝑘𝑒 𝑏𝑎𝑤𝑎ℎ,𝑚𝑎𝑘𝑎 𝑖𝑛𝑓 (𝐴) ≥ 𝑖𝑛𝑓 (𝐵)
Jika 𝑆 ⊂ 𝑅 maka terdapat satu supremum atau supremmya tunggal, jika 𝑢 supremum dari
hiimpunan tak kosong dari S 𝑚𝑎𝑘𝑎 sup 𝑆 ≤ 𝑢 sebab supremum S merupakan batas atas
terkecil dar S. Suatu subset tak kosong dari 𝑆 ⊂ 𝑅 mempunyai empat kemungkinan yaitu:
✓ mempunyai supremum dan infimum
✓ hanya mempunyai supremum
✓ hanya mempunyai infimum
✓ tidak memiliki supremum dan infimum
Catatan : Himpunan kosong tidak memiliki supremum dan infimum
5. Lemma
Diberikan subset tak kosong 𝑆 ⊂𝑅
a. 𝑢 = 𝑠𝑢𝑝 𝑆 jika dan hanya jika untuk setiap 𝜀 > 0 terdapat 𝑆 1 ∈ 𝑆, sedemikian
sehingga 𝑢 − 𝜀 < 𝑆1
b. 𝑤 = 𝑖𝑛𝑓 𝑆 jika dan hanya jika untuk setiap 𝜀 > 0 terdapat 𝑆 2 ∈ 𝑆 , sedemikian
sehingga 𝑆 2 < 𝑤 + 𝜀
6. Eksistensi Bilangan Real dan Densitas Bilangan Rasional di R
Teorema 6.1
Ada bilangan real positif 𝑥 sedemikian sehingga 𝑥 2 = 2
Teorema 6.2
Teorema Densitas

17
Jika 𝑥, 𝑟, 𝑧 ∈ ℝ, dengan 𝑥 < 𝑦 maka ada bilangan rasional ℚ sedemikian sehingga 𝑥 < 𝑟 <
𝑦
7. Contoh Soal dan Pembahasan
Contoh 1
Tentukan batas atas dan batas bawah himpunan berikut ini: 𝐴 = {𝑥 | 0 ≤ 𝑥 < 3, 𝑥 ∈ ℝ}!
Penyelesaian:
Suatu himpunan dikatakan terbatas apabila memiliki batas atas dan batas bawah. A
merupakan himpunan terbatas karena memiliki batas atas yaitu 3 dan batas bawah 0,
meskipun 3 ∉ 𝐴
Contoh 2
Tentukan batas atas dan batas bawah himpunan berikut ini: 𝐵= {𝑥|𝑥 < 1, 𝑥 ∈ ℝ}
Penyelesaian:
B merupakan himpunan tidak terbatas karena hanya memiliki batas atas yaitu 1 tidak
memiliki batas bawah, meskipun 1 ∉ 𝐵
Contoh 3
Tentukan batas atas dan batas bawah himpunan berikut ini: 𝐶 = {𝑥|𝑥 > −1, 𝑥 ∈ ℝ}
Penyelesaian :
C merupakan himpunan tidak terbatas karena hanya memiliki batas bawah yaitu -1 tidak
memiliki batas atas, meskipun −1 ∉ 𝐶
Contoh 4
1
Tentukan batas atas dan batas bawah himpunan berikut ini: 𝐷 = {1 + 𝑛 , 𝑛 ∈ ℕ}

Penyelesaian:
D merupakan himpunan terbatas karena hanya memiliki batas bawah yaitu 1 dan memiliki
batas 2, meskipun 1 ∉ 𝐷
Contoh 5
Diketahui himpunan 𝐵 ≔ {𝑥| 0 < 𝑥 < 1} mempunyai batas atas 1 buktikan!
Penyelesaian:
Akan dibuktikan bahwa 𝑠𝑢𝑝 𝐵 = 1
1) Dari definisi B diperoleh 𝑥 < 1, ∀ 𝑥 ∈ 𝐵
2) Misalkan 𝜖 > 0
• Bila 𝜖 > 1 maka 𝑏 > 1 − 𝜀
1−(1−𝜀) 𝜀
• Bila 0 < 𝜀 < 1 𝑚𝑎𝑘𝑎 0 < 1 − 𝜀 < 1 𝑝𝑖𝑙𝑖ℎ 𝑏𝜀 = =2
2

𝐽𝑎𝑑𝑖, ∃ 𝑏𝜀 ∈ 𝐵 ∋ 1 − 𝜀 < 𝑏𝜀 < 1.

18
𝐽𝑎𝑑𝑖, 1 = 𝑠𝑢𝑝 𝐵.
F. Aplikasi Sifat Suprimum dan Infimum Suatu Himpunan Bilangan Real dan Sifat
Archimedes
1. Definisi 2.3.1
Misalkan S adalah himpunan bagian tak kosong dari ℝ.
a. Himpunan S dikatakan terbatas atas jika terdapat 𝑢∈ℝ sedemikian sehingga 𝑠≤𝑢, untuk
setiap 𝑠 ∈ 𝑆. Bilangan real 𝑢 yang demikian disebut sebagai batas atas dari S.
b. Himpunan S dikatakan terbatas bawah jika terdapat 𝑤∈ ℝ sedemikian sehingga 𝑤≤𝑠,
untuk setiap 𝑠∈𝑆. Bilangan real 𝑤 yang demikian disebut sebagai batas bawah dari S .
c. Himpunan S dikatakan terbatas jika S terbatas atas dan terbatasbawah. Himpunan S
dikatakan tidak terbatas jika S tidak terbatas atas atau tidak terbatas bawah.
2. Definisi 2.3.2.
Misalkan S adalah himpunan bagian takkosong dari ℝ .
(a) Misalkan S terbatas atas. Elemen u dikatakan supremum dari S jika memenuhi syarat-
syarat :
1) u adalah batas atas dari S
2) Jika v untuk setiap batas atas dari S, maka 𝑢 ≤ 𝑣.
(b) Jika S adalah batas bawah, maka w dikatakan infimum (batas bawah) dari S jika
memenuhi kondisi:
1) w adalah batas bawah dari S, dan
2) jika t untuk setiap batas bawah dari S, maka 𝑡 ≤ 𝑤.
3. Lemma 2.3.3.
u adalah supremum dari himpunan tak kosong bagian S dari R jika dan hanya jika u
memenuhi kondisi:
(1) 𝑠 ≤ 𝑢 untuk semua 𝑠 ∈ 𝑆
(2) jika 𝑣 < 𝑢, maka terdapat 𝑠’ ∈ 𝑆 seperti yang 𝑣 < 𝑠’
4. Lemma 2.3.4
u batas atas dari tidak kosong set S di R adalah supremum dari S jika dan hanya jika untuk
setiap 𝜀 > 0 terdapat sebuah 𝑠𝜀 ∈ 𝑆 seperti yang 𝑢 − 𝜀 < 𝑠𝜀
Bukti.
(a) ⇒ Diketahui 𝑢 = 𝑠𝑢𝑝 𝑆 dan diberikan ε > 0 . Karena u - ε < u , maka u - ε bukan
merupakan batas atas S. Oleh karena itu, terdapat 𝑠1 ∈ 𝑆 yang lebih besar dari u - ε ,
sehingga u - ε < 𝑠1

19
⇐ Diketahui 𝑢 − 𝜀 < 𝑠1 . Jika u merupakan batas atas S, dan jika memenuhi 𝑣 < 𝑢 ,
maka diambil : 𝜀 = 𝑢 − 𝑣 . Maka jelas 𝜀 > 0 , dan diperoleh bahwa 𝑢 = 𝑠𝑢𝑝 𝑠 .
5. Sifat Archimedes.
Jika 𝑥 ∈ ℝ, maka terdapat 𝑛 ∈ ℕ sedemikian hingga 𝑥 < 𝑛.
Pembuktian:
Akan dibuktikan Jika 𝑥 ∈ ℝ, maka terdapat 𝑛 ∈ ℕ sedemikian hingga 𝑥 < 𝑛.
Andaikan ℕ memiliki batas atas terdapat 𝑥 ∈ℝ sedemikian hingga 𝑛 ≤ 𝑥 , untuk setiap n
∈ℕ. Akibatnya x merupakan batas atas ℕ . 𝐽𝑎𝑑𝑖, ℕ ⊂ ℝ , ℕ ≠ ∅ , 𝑑𝑎𝑛 ℕ terbatas ke atas.
Menurut sifat kelengkapan dari ℝ, ℕ memiliki supremum, misalkan u = sup ℕ . Perhatikan
bahwa u − 1 < u , maka terdapat m ∈ℕ dengan sifat 𝑢 − 1 < 𝑚. Akibatnya u < m + 1
dengan 𝑚 + 1 ∈ ℕ. Timbul kontradiksi dengan u = sup ℕ . Berarti u batas atas ℕ , yaitu
ada 𝑚 + 1 ∈ ℕ sehingga 𝑢 < 𝑚 + 1 ( u bukan batas atas ℕ ). Jadi, pengandaian salah,
yang benar adalah ada 𝑛 ∈ ℕ sedemikian hingga 𝑥 < 𝑛.
6. Akibat 2.4.4.
1
Jika 𝑆 = { 𝑛 ∶ 𝑛 ∈ ℕ} 𝑚𝑎𝑘𝑎 𝑖𝑛𝑓 𝑆 = 0.

Pembuktian:
Karena 𝑆 ≠ ∅ terbatas ke bawah oleh 0, maka S mempunyau infimum, tulis 𝑤: = 𝑖𝑛𝑓 𝑆.
Jelas bahwa 𝑤 ≥ 0 . Untuk sebarang ε > 0 , menggunakan Sifat Archimedes, terdapat 𝑛 ∈
1 1
ℕ sedemikian hingga 𝜀 < 𝑛 akibatnya 𝑛 < 𝜀. Oleh karena itu diperoleh bahwa 0 ≤ 𝑤 ≤

1𝑛 ≤ 𝜀.
Akan tetapi karena ε > 0 sebarang, maka berdasarkan teorema berakibat bahwa w = 0.
Terbukti bahwa 𝑖𝑛𝑓 𝑆 = 0.
7. Akibat 2.4.5
1
Jika 𝑡 > 0, maka terdapat 𝑛𝑡 ∈ ℕ sedemikianhingga 0 ≤ 𝑛𝑡
≤ 𝑡

Pembuktian:
1 1
Karena 𝑖𝑛𝑓 {𝑛 ∶ 𝑛 ∈ ℕ} = 0 dan 𝑡 > 0, maka t bukan batas bawah himpunan {𝑛 ∶ 𝑛 ∈
1
ℕ}. akibatnya terdapat 𝑛𝑡 ∈ℕ sedemikian hingga 0 ≤ 𝑛𝑡 ≤ 𝑡.

Akibat
8. Akibat 2.4.6
Jika 𝑦 > 0, maka terdapat 𝑛𝑦 ∈ ℕ sedemikian hingga 𝑛𝑦 − 1 < 𝑦 < 𝑛𝑦
Sifat Archimedes menjamin bahwa subset 𝐸𝑆 ∶= {𝑚 ∈ ℕ ∶ 𝑦 < 𝑚 } dari ℕ tidak kosong.
Menggunakan Sifat Urutan, Ey mempunyai elemen yang paling kecil, yang dinotasikan

20
dengan ny. Oleh karena itu, 𝑛𝑦 − 1 bukan elemen Ey . Akibatnya diperoleh bahwa 𝑛𝑦 −
1 < 𝑦 < 𝑛𝑦 .
9. Contoh Soal dan Pembahasan
1
Diketahui himpunan 𝐴: = {𝑛 ∈ ℕ| 2 + } .
𝑛

a. Tentukan inf A!
b. Tentukan dan Buktikan sup A !
Penyelesaian:
a. Misalkan 𝑡 ∈ 𝐴 → 2 < 𝑡 ≤ 3 𝑖𝑛𝑓 𝐴 = 2
1) 2 batas bawah 𝐴
2) Adt 2 batas bawah terbesar dari 𝐴
Misal 𝜀 > 0 (kita harus mencari 𝐴𝜀 ∈ 𝐴, sedemikian sehingga 2 ≤ 𝐴𝜀 ≤ 2 + 𝜀 ) atau
1 1 1
𝑑𝑖𝑘𝑒𝑡𝑎ℎ𝑢𝑖 < 𝜀 (𝑠𝑖𝑓𝑎𝑡 𝐴𝑟𝑐ℎ𝑖𝑚𝑒𝑑𝑒𝑠). Bila 2 + 𝑛 < 2 + 𝜀 ⟹ 2 < 2 + 𝑛 < 2 + 𝜀
𝑛
1
Pilih 𝐴𝜀 = 2 + 𝑛 < 𝜀, ∀ 𝑛0 ∈ ℕ. Jadi, ada 𝐴𝜀 ∈ 𝐴 sedemikian sehingga :
0

1
2 < 𝐴𝜀 = 2 + < 2 + 𝜀.
𝑛
Jadi, terbukti bahwa 𝑖𝑛𝑓 𝐴 = 2
b. Tentukan dan buktikan bahwa 𝑠𝑢𝑝 𝐴 = 3
Misalkan 𝑡 ∈ 𝐴 → 2 < 𝑡 ≤ 3 𝑠𝑢𝑓 𝐴 = 3
1) 3 batas atas 𝐴
2) Adt 3 batas atats terkecil dari 𝐴
Misalkan 𝑣 batas atas lain dari A berarti 𝑣 > 𝑢, karena 3 ∈ 𝐴 𝑎𝑘𝑖𝑏𝑎𝑡𝑛𝑦𝑎 𝑣 > 3
memenuhi syarat 2.
Jadi, terbukti bahwa 𝑠𝑢𝑝 𝐴 = 3

G. Penggunaan Sifat Supremum dan Infimum

Contoh Soal
Misalkan A dan B terbatas 𝐴, 𝐵 ⊂ ℝ dan misalkan 𝐴 + 𝐵 ≔ {𝑎 + 𝑏: 𝑎 ∈ 𝐴, 𝑏 ∈ 𝐵} tunjukkan
bahwa 𝑖𝑛𝑓 (𝐴 + 𝐵) = 𝑖𝑛𝑓 𝐴 + 𝑖𝑛𝑓𝐵
Penyelesaian:
𝜀
Ambil 𝜀 > 0 sembarang. Pilih 𝑎 𝜖 𝐴 dan 𝑏 𝜖 𝐵 sedemikian sehingga 𝑎< 𝑖𝑛𝑓𝐴 + 2 𝑑𝑎𝑛 𝑏 <
𝜀
𝑖𝑛𝑓𝐵 + 2 , 𝑀𝑎𝑘𝑎, 𝑎 + 𝑏 < 𝑖𝑛𝑓𝐴 + 𝑖𝑛𝑓𝐵 + 𝜀 … . .∗

21
Untuk sembarang 𝑎 𝜖 𝐴 dan 𝑏 𝜖 𝐵 berlaku 𝑎 ≥ 𝑖𝑛𝑓𝐴 𝑑𝑎𝑛 𝑏 ≥ 𝑖𝑛𝑓 𝐵 sehingga 𝑎 + 𝑏 ≥
𝑖𝑛𝑓𝐴 + 𝑖𝑛𝑓𝐵 jadi 𝐴 + 𝐵 terbatas di bawah oleh 𝑖𝑛𝑓𝐴 𝑑𝑎𝑛 𝑖𝑛𝑓𝐵…..**
Dari * dan ** berlaku 𝑖𝑛𝑓 (𝐴 + 𝐵) = 𝑖𝑛𝑓 𝐴 + 𝑖𝑛𝑓𝐵

H. Teorema Densitas Bilangan Rasional

1. Teorema 2.4.8 Densitas


Jika 𝑥, 𝑦 є 𝑅 dengan 𝑥 < 𝑦, maka ada bilangan rasional 𝑞 ( 𝑞 є 𝑄 ) sedemikian sehingga
𝑥 < 𝑞 < 𝑦.
Pembuktian Teorema 1.4.9 Densitas
Diketahui 𝑥, 𝑦 є 𝑅 dengan 𝑥 < 𝑦, berarti diambil 𝑥 > 0 dan 𝑦 > 0
Diketahui 𝑥 < 𝑦 berarti 𝑦 – 𝑥 > 0 (berdasarkan definisi 1.1.6)
Karena 𝑦 – 𝑥 > 0 maka berdasarkan Akibat Sifat Archimedes, terdapat 𝑛 є 𝑁 sedemikian
sehingga :
1
< 𝑦– 𝑥 ↔ 1 < 𝑛(𝑦– 𝑥)
𝑛

Karena 𝑛 > 0 ↔ 1 < 𝑛𝑦 – 𝑛𝑥 ↔ 𝑛𝑥 + 1 < 𝑛𝑦 ……….(𝑖)


Karena 𝑥 > 0 dan 𝑛 є 𝑁, maka 𝑛 > 0. Sehingga 𝑛𝑥 > 0
Karena 𝑛𝑥 > 0 maka berdasarkan Akibat Sifat Archimedes, terdapat 𝑚 є𝑁 sedemikian
sehingga : 𝑚 – 1 < 𝑛𝑥 < 𝑚
↔ 𝑚 – 1 < 𝑛𝑥 … … … (𝑖𝑖) 𝑑𝑎𝑛 𝑛𝑥 < 𝑚 … . . (𝑖𝑖𝑖)
↔ 𝑚 < 𝑛𝑥 + 1 < 𝑛𝑦 (berdasarkan persamaan (i))
↔ 𝑚 < 𝑛𝑦 … … … . (𝑖𝑣)
Gabungkan persamaan (iii) dan (iv) akan diperoleh :
𝑛𝑥 < 𝑚 < 𝑛𝑦
↔ 𝑥 < 𝑚𝑛 < 𝑦
↔ 𝑥 < 𝑞 < 𝑦 ………..
𝑚
Jadi, teorema densitas (𝑡𝑒𝑟𝑏𝑢𝑘𝑡𝑖), 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑏𝑖𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑟𝑎𝑠𝑖𝑜𝑛𝑎𝑙 𝑞= 𝑛 , 𝑚 𝑑𝑎𝑛 𝑛 є 𝐵

2. Akibat 2.4.9
Jika 𝑥, 𝑦 є 𝑅 dengan 𝑥 < 𝑦, maka ada bilangan irrasional r sedemikian sehingga,
𝑥 < 𝑟 < 𝑦
Bukti akibat 2.4.9
Menggunakan teorema densitas, ada bilangan real dan dengan sifat ada bilangan rasional q
sedemikian sehingga 𝑥 < 𝑞 < 𝑦 . Akibatnya 𝑥 < 𝑞 < 𝑦 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑥 < 𝑟 < 𝑦, dengan
𝑟 = 𝑞 adalah bilangan irrasional.

22
I. Soal Latihan Materi Pertemuan 1 Sampai Pertemuan 7

Soal 1
Buktikan bahwa jika 𝑎 . 𝑏 = 0 𝑚𝑎𝑘𝑎 𝑎 = 0 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑏 = 0 !
Penyelesaian:
Analisis pendahuluan
Pada masalah ini premisnya adalah a . b = 0 dan konklusinya a = 0 atau b = 0
Bentuk Pembuktian Akhir
Misalkan a . b = 0.
Jika a = 0, maka bukti selesai.
Sekarang, andaikan 𝑎 ≠ 0
1 1 1
maka 𝑎 ∈ R sehingga 𝑎 . 𝑏 = 0 ⇔ (𝑎. 𝑏) = .0
𝑎 𝑎

1
⇔ ( . 𝑎) . 𝑏 = 0
𝑎

⇔ 1. 𝑏 = 0

⇔ 𝑏=0
Jadi, terbukti bahwa jika a . b = 0, maka a = 0 atau b = 0.
Soal 2
Tunjukkan bahwa untuk setiap n ∈ N 𝑛3 + 5𝑛 habis dibagi 6.
Penyelesaian :
Basis Induksi
Akan ditunjukkan P (1) benar.
𝑃(𝑛) = 𝑛3 + 5𝑛 habis dibagi 6.
Untuk 𝑛 = 1,
13 + 5(1) = 1 + 5 = 6
Habis dibagi 6. Jadi, 𝑃(1) benar.
Hipotesis Induksi:
Sekarang, misalkan misalkan P(k) benar, yaitu 𝑘 3 + 5𝑘 habis dibagi 6. Dengan
kata lain, 𝑘 3 + 5𝑘 = 6𝑎 untuk suatu bilangan asli a.
Maka untuk 𝑛 = 𝑘 + 1, kita peroleh:
(𝑘 + 1)3 + 5(𝑘 + 1) = (𝑘 3 + 𝑘 2 + 3𝑘 + 1) + (5𝑘 + 5)
= (𝑘 3 + 5𝑘) + (3𝑘 2 + 3𝑘) + 6
= 6𝑎 + 3𝑘(𝑘 + 1) + 6

23
Perhatikan bahwa 𝑘 𝑑𝑎𝑛 𝑘 + 1 adalah bilangan asli berurutan, sehingga salah satunya pasti
genap dan yang satunya ganjil. Akibatnya, perkaliannya akan genap.
Jadi, 𝑘(𝑘 + 1) = 2𝑏 untuk suatu bilangan asli b. Jadi, diperoleh:
(𝑘 + 1)3 + 5(𝑘 + 1) = 6𝑎 + 3𝑘(𝑘 + 1) + 6
= 6𝑎 + 3(2𝑏) + 6
= 6(𝑎 + 𝑏 + 1)
Hal ini menunjukkan bahwa (𝑘 + 1)3 + 5(𝑘 + 1) merupakan kelipatan 6, sehingga dapat
habis dibagi 6. Hal ini menunjukkan 𝑃(𝑘 + 1) benar.
Dengan demikian, kita bisa menyimpulkan 𝑃(𝑛) benar untuk semua n ∈ N. Atau, untuk
semua n ∈ N, 𝑛3 + 5𝑛 habis dibagi 6.
Soal 3
Buktikan bahwa jika 𝑢 𝑑𝑎𝑛 𝑏 ≠ 0, 𝜖 ℝ 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑢. 𝑏 = 𝑏, 𝑚𝑎𝑘𝑎 𝑢 = 1
Penyelesaian:
Dengan menggunakan aksioma M4
𝑢. 𝑏 = 𝑏
1 1 1
𝑢. 𝑏. (𝑏) = 𝑏. (𝑏) (Kedua Ruas dikali 𝑏 )

𝑢. 1 = 1 (Sifat M4, Invers Perkalian)


𝑢=1 (Q.E.D)
Soal 4
Tunjukkan bahwa jika 𝑎 𝜖 ℝ > 0, 𝑠𝑒𝑑𝑒𝑚𝑖𝑘𝑖𝑎𝑛 ℎ𝑖𝑛𝑔𝑔𝑎 0 ≤ 𝑎 < 𝜀, ∀ 𝜀 > 0 maka 𝑎 = 0
Penyelesaian:
𝑎 𝑎
Misalkan 𝑎 > 0 maka 𝑎 > > 0. Diambil 𝜀0 = 2 . Maka 𝑎 > 𝜀0 > 0 kontradiksi dengan
2

0 ≤ 𝑎 < 𝜀, ∀ 𝜀 > 0. Jadi pengandaian salah seharusnya 𝑎 = 0


Soal 5
Buktikan bahwa (−𝑎). (−𝑏). 𝑐 = 𝑎. 𝑏. 𝑐
Penyelesaian:
(−𝑎). (−𝑏). 𝑐 = (−1) 𝑎. (−1) 𝑏. 𝑐 (Teorema 2.3)
(−𝑎). (−𝑏). 𝑐 = (−1)(−1). 𝑎. 𝑏. 𝑐 (Sifat M1 Komutatif)
(−𝑎). (−𝑏). 𝑐 = 1 𝑎. 𝑏. 𝑐 (Teorema 2.3)
(−𝑎). (−𝑏). 𝑐 = 𝑎. 𝑏. 𝑐 (Sifat M3, Eksistensi elemen unit 1)
Jadi, terbukti bahwa (−𝑎). (−𝑏). 𝑐 = 𝑎. 𝑏. 𝑐
Soal 6

24
𝑎 (−𝑎)
Buktikan bahwa − ( ) = , jika 𝑏 ≠ 0
𝑏 𝑏

Penyelesaian:
𝑎
Pembuktian dilakukan dengan menunjukkan ruas kanan merupakan invers penjumlahan dari 𝑏
𝑎 (−𝑎)
dengan memeriksa apakah + =0
𝑏 𝑏

𝑎 (−𝑎)
+ =0
𝑏 𝑏
𝑎 (−𝑎) 1 1
+ = ( . 𝑎) + ( . (− 𝑎))
𝑏 𝑏 𝑏 𝑏
1
= (𝑎 + (−𝑎)) Sifat Distributif
𝑏
1
= 𝑏 .0 Sifat A4, eksistensi invers penjumlahan

=0 Teorema 2.1
𝑎 (−𝑎) 𝑎 (−𝑎)
Karena, + = 0 dan invers penjumlahan tunggal, dapat disimpulkan bahwa − ( ) = ,
𝑏 𝑏 𝑏 𝑏

jika 𝑏 ≠ 0
Soal 7
Buktikan bahwa tidak ada bilangan rasional t yang memenuhi 𝑡 2 = 3 !
Penyelesaian:
Andaikan ada bilangan rasional t yang memenuhi 𝑡 2 = 3.
𝑎
Karena t adalah bilangan rasional, maka t dapat dituliskan sebagai 𝑡 = 𝑏 untuk suatu 𝑎, 𝑏 ∈

ℤ, 𝑑𝑖𝑚𝑎𝑛𝑎 𝑎 𝑑𝑎𝑛 𝑏 relatif prima (atau dengan kata lain 𝑓𝑝𝑏 (𝑎, 𝑏) = 1.
𝑎 2 𝑎2
Perhatikan bahwa 𝑡 2 = (𝑏 ) = 𝑏2 = 3 ⇔ 𝑎2 = 3𝑏2 .

Hal ini berarti 𝑎2 habis dibagi 3, sehingga mengakibatkan bahwa a juga habis dibagi 3, karena
jika 𝑎 = 3𝑚 + 1, maka 𝑎2 = (3𝑚 + 1)2 = 3(3𝑚2 + 2𝑚) + 1 . Atau jika 𝑎 = 3𝑚 + 2, maka
𝑎2 = (3𝑚 + 2)2 = 3(3𝑚2 + 4𝑚 + 1) + 1 , untuk suatu 𝑚 ∈ ℤ.
Selanjutnya, kita dapat tuliskan 𝑎2 = (3𝑚)2 = 9𝑚2 = 3𝑏2 ⇔ 3𝑚2 = 𝑏2 . Hal ini
mengakibatkan 𝑏2 habis dibagi 3. Dan selanjutnya diketahui bahwa b habis dibagi 3, sehingga
dapat disimpulkan bahwa a dan b sama sama habis dibagi 3. Hal ini kontradiksi dengan asumsi
awal yang menyatakan bahwa a dan b adalah relative prima.
Jadi, kesimpulannya tidak ada bilangan rasional t yang memenuhi 𝑡 2 = 3
Soal 8
Tunjukkan bahwa jika 0 < 𝑎 < 𝑏 𝑑𝑎𝑛 0 < 𝑐 < 𝑑 𝑚𝑎𝑘𝑎 0 < 𝑎𝑐 < 𝑏𝑑
Penyelesaian :

25
➢ 0 < 𝑎 < 𝑏 artinya 𝑎 > 0 𝑎tau 𝑎 𝜖 ℙ , dan 𝑎 < 𝑏 atau ( 𝑏 − 𝑎) ℙ, dan 0 < 𝑏 atau 𝑏 𝜖 ℙ
➢ 0 < 𝑐 < 𝑑 artinya 𝑐 > 0 atau 𝑐 𝜖 ℙ , 𝑑𝑎𝑛 𝑐 < 𝑑 𝑎𝑡𝑎𝑢 (𝑑 − 𝑐 )𝜖 ℙ, 𝑑𝑎𝑛 0 < 𝑑 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑑𝜖 ℙ
Akan ditunjukkan bahwa berlaku 0 < 𝑎𝑐 < 𝑏𝑑 atau berlaku 𝑎𝑐 𝜖 ℙ 𝑑𝑎𝑛 (𝑏𝑑 − 𝑎𝑐)𝜖 ℙ
Perhatikan:
• (𝑏 − 𝑎). 𝑑 𝜖ℙ (teorema) artinya (𝑏𝑑 − 𝑎𝑑) 𝜖ℙ
• (𝑑 − 𝑐). 𝑎 𝜖ℙ (teorema) artinya (𝑎𝑑 − 𝑎𝑐) 𝜖ℙ, dari data tersebut diperoleh
• (𝑏𝑑 − 𝑎𝑐) 𝜖ℙ maka 𝑎𝑐 < 𝑏𝑑 (∗). Untuk 𝑎 𝜖ℙ 𝑑𝑎𝑛 𝑐 𝜖ℙ maka 𝑎𝑐 𝜖ℙ 𝑎𝑡𝑎𝑢 0 < 𝑎𝑐 (∗∗)
Dari (*) dan (**) berlaku 0 < 𝑎𝑐 < 𝑏𝑑 (Q.E.D)
Soal 9
Tunjukkan bahwa jika 0 < 𝑎 < 1 𝑚𝑎𝑘𝑎 0 < 𝑎2 < 𝑎 < 1
Jawab
• 0 < 𝑎, 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑎 𝜖 ℙ , 𝑑𝑎𝑛 𝑎 < 1 𝑎𝑡𝑎𝑢 1 − 𝑎 𝜖ℙ,
• 𝑎. (1 − 𝑎)𝜖 ℙ , 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑎 − 𝑎2 𝜖 ℙ 𝑎𝑟𝑡𝑖𝑛𝑦𝑎 𝑎2 < 𝑎
Berdasarkan yang diketahui 0 < 1 ↔ 0 < 𝑎2 , 𝑑𝑎𝑛 𝑎 < 1 artinya berlaku 0 < 𝑎2 < 𝑎 <
1 … 𝑄. 𝐸. 𝐷
Soal 10
Apakah perbedaan dan persamaan antara supremum dan maksimum?
Jawab:
Perbedaan antara supremum dan maksimum:
✓ Supremum belum tentu dicapai tapi kalau maksimum pasti dicapai. Dan kalau supremum
dapat saja di luar himpunannya, sedangkan maksimum harus di dalam himpunannya.
✓ Supremum lebih luas dari pada maksimum, kalau maksimum pasti supremum tapi kalau
supremum ada maka maksimum belum tentu ada.
Persamaan antara supremum dan maksimum:
✓ Nilainya selalu lebih dari atau sama dengan nilai anggota himpunan yang lain. Jadi, misal
𝑎 = 𝑠𝑢𝑝 𝑆 𝑚𝑎𝑘𝑎 𝑎 ≥ 𝑥, 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑠𝑒𝑡𝑖𝑎𝑝 𝑥 ∈ 𝑆, 𝑏 = 𝑚𝑎𝑘𝑠 𝑆 𝑚𝑎𝑘𝑎 𝑏 ≥ 𝑥, 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘
𝑠𝑒𝑡𝑖𝑎𝑝 𝑥 ∈ 𝑆
✓ Keduanya hanya terdefinisi pada himpunan terbatas.
✓ Jika maksimum ada maka keduanya bernilai sama.
Soal 11
Berikan sebuah contoh himpunan yang tidak terbatas tetapi mempunyai batas bawah ! Dan
Buktikan apakah 𝐶: = {𝑥|𝑥 > 1, 𝑥 ∈ ℝ} terbatas !
Cara I

26
Jawab :
a. 𝐶 = {𝑥|𝑥 > 1, 𝑥 ∈ ℝ}
b. 𝐶 tidak terbatas. 𝑚𝑖𝑠𝑎𝑙𝑘𝑎𝑛 C terbatas, 𝛼 batas dari C sehingga 𝑥 < 𝛼, ∀ 𝑥 ∈ 𝐶
1 ∈ ℝ ⟹ 𝛼 < 𝛼 + 1 ⟺ 𝑥 < 𝛼 < 𝛼 + 1 . Hal ini kontradiksi dengan 𝛼 batas dari C.
Jadi C tidak terbatas.
Cara II
Jawab
a. 𝐶 = {𝑥 |𝑥 > 1, 𝑥 ∈ ℝ}
b. 𝐶 tidak terbatas. 𝑚𝑖𝑠𝑎𝑙𝑘𝑎𝑛 C terbatas, 𝛼 batas dari C sehingga 𝑥 < 𝛼, ∀ 𝑥 ∈ 𝐶
berdasarkan Archimedes 𝑥 < 𝑛 ⟺ 𝑛 > 𝛼 > 𝑥 > 1 . Hal ini kontradiksi dengan 𝛼 batas
dari C.
Jadi, C tidak terbatas.
Soal 12
Misalkan A  , B  , A, B  R dan A, B terbatas di R .
Misalkan A+ B :=a + b : a  A, b  B. Buktikan :
a. Sup (A + B) = Sup A + Sup B
b. Inf (A + B) = Inf A + Inf B
Penyelesaian :
𝐴, 𝐵 terbatas di R , berarti Adan B mempunyai batas atas dan batas bawah.
Adan B mempunyai batas atas dan batas bawah, berarti A dan B mempunyai suprimum dan
infimum.
c. Misalkan u = sup A, berarti u batas atas A.
Jadi, a  u, a  A.......................................(1)
Misalkan v = supB, berarti v batas atas B .
Jadi b  v, b  B .......................................(2)
Dari (1) dan (2) diperoleh a + b  u + v, a  A, b  B .
Jadi u + v adalah batas atas A+ B ......................................................................(*)
Misalkan t adalah sebarang batas atas A + B .
Akan ditunjukkan : u + v  t .
t adalah sebarang batas atas A + B , berarti a + b  t, a  A, b  B .
a + b  t ekuivalen dengan a  t − b,  a  A
Jadi t - b batas atas A.
u = sup A dan t −b batas atas A, maka menurut definisi u  t −b .

27
u  t −b ekuivalen dengan b  t −u,  b  B .
Jadi, t −u batas atas B .
v = sup B dan t −u batas atas B , maka menurut definisi v  t −u .
v  t −u ekuivalen dengan u + v  t .
Jadi, u + v  t untuk t adalah sebarang batas atas A + B ...........................................(**)
Dari (*) dan (**), maka menurut definisi suprimum, Sup (A+ B) = u + v = sup A+ sup B
𝐽𝑎𝑑𝑖, 𝑆𝑢𝑝 (𝐴 + 𝐵) = 𝑠𝑢𝑝 𝐴 + 𝑠𝑢𝑝 𝐵 .
d. Misalkan u' = inf A, berarti u ' batas bawah A.
Jadi a  u ', a  A.......................................(1)
Misalkan v' = inf B , berarti v 'batas bawah B .
Jadi b  v ', bB.......................................(2)
Dari (1) dan (2) diperoleh a + b  u '+v ', a  A, b  B.
Jadi u' + v' adalah batas bawah A + B ......................................................................(*)
Misalkan t ' adalah sebarang batas bawah A + B .
Akan ditunjukkan bahwa : u' + v '  t ' .
t ' adalah sebarang batas bawah A + B , berarti a +b  t ', a  A, bB.
a + b  t ' ekuivalen dengan a  t '−b, a  A
Jadi t '- b batas bawah A.
u' = inf A dan t '−b batas bawah A, maka menurut definisi u'  t '−b.
u'  t '−b ekuivalen dengan b  t '−u ',bB .
Jadi t '- u ' batas bawah B .
v' = inf B dan t '−u ' batas bawah B , maka menurut definisi v'  t '−u' .
v'  t '−u' ekuivalen dengan u' + v'  t ' .
Jadi, u' + v'  t ' untuk t ' adalah sebarang batas bawah A + B ...........................................(**)
Dari (*) dan (**), maka menurut definisi infimum, inf (A+ B) = u' + v' = inf A + inf B
Jadi, inf (A+ B) = inf A + inf B .
Soal 13
Misalkan S adalah sebuah himpunan bagian tak kosong dari r yang terbatas di attas dan
misalkan a ∈ R.
Didefinisikan sebuah himpunan 𝑎 + 𝑆 = {𝑎 + 𝑠: 𝑠 ∈ 𝑆}.
Tunjukkan bahwa: 𝑠𝑢𝑝 (𝑎 + 𝑆) = 𝑎 = 𝑠𝑢𝑝 𝑆
Jawab:

28
Untuk menunjukkan 𝑠𝑢𝑝 (𝑎 + 𝑆) = 𝑎 + 𝑠𝑢𝑝 𝑆, harus diperlihatkan bahwa:
𝑠𝑢𝑝 (𝑎 + 𝑆) ≤ 𝑎 + 𝑠𝑢𝑝 𝑆 𝑑𝑎𝑛 𝑠𝑢𝑝 (𝑎 + 𝑆) ≥ 𝑎 + 𝑠𝑢𝑝 𝑆
i. Menunjukkan 𝑠𝑢𝑝 (𝑎 + 𝑆) ≤ 𝑎 + 𝑠𝑢𝑝 𝑆
Misalkan u = sup S maka s ≤ u untuk setiap s ∈ S.
Jika a ∈ R dan s ≤ u untuk setiap s ∈ S maka 𝑎 + 𝑠 ≤ 𝑎 + 𝑢 untuk setiap s ∈ S.
Ini berarti bahwa karena 𝑎 + 𝑢 adalah batas atas dari 𝑎 + 𝑆.
Akibatnya, 𝑠𝑢𝑝 (𝑎 + 𝑆) ≤ 𝑎 + 𝑠𝑢𝑝 𝑆 . . . (𝑖)
ii. Menunjukkan 𝑠𝑢𝑝 (𝑎 + 𝑆) ≥ 𝑎 + 𝑠𝑢𝑝 𝑆
Jika v adalah suatu batas atas dari a + S, maka 𝑎 + 𝑠 ≤ 𝑣 untuk setiap s ∈ S.
Sehingga 𝑠 ≤ 𝑣 – 𝑎 untuk setiap s ∈ S.
Ini berarti bahwa v – a adalah batas atas dari S.
Akibatnya, sup S ≤ v – a ... (*)
Karena v adalah suatu batas atas dari 𝑎 + 𝑆, maka kita bisa mengambil 𝑣 = 𝑠𝑢𝑝 (𝑎 +
𝑆).
Substitusikan 𝑣 = 𝑠𝑢𝑝 (𝑎 + 𝑆) pada (*) sehingga diperoleh:
𝑠𝑢𝑝 𝑆 ≤ 𝑠𝑢𝑝 (𝑎 + 𝑆) – 𝑎 ⇔ 𝑎 + 𝑠𝑢𝑝 𝑆 ≤ 𝑠𝑢𝑝 (𝑎 + 𝑠) . . . (𝑖𝑖)
Dari (i) dan (ii) terbukti bahwa 𝑠𝑢𝑝 (𝑎 + 𝑆) = 𝑎 = 𝑠𝑢𝑝 𝑆.
Soal 14
Misalkan 𝑆 ⊆ ℝ terbatas pada himpunan ℝ , dan 𝑆0 himpunan tidak kosong subset dari 𝑆 .
tunjukkan bahwa 𝑖𝑛𝑓 𝑆 ≤ 𝑖𝑛𝑓 𝑆0 ≤ 𝑠𝑢𝑝 𝑆0 ≤ 𝑠𝑢𝑝 𝑆
Jawab
Karena 𝑆 𝑡𝑒𝑟𝑏𝑎𝑡𝑎𝑠 , maka 𝑆 mempunyai batas atas dan batas bawah. Misalkan M batas
bawah 𝑆 𝑑𝑎𝑛 𝑁 batas atas 𝑆 sehingga 𝑀 ≤ 𝑆 ≤ 𝑁 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑖𝑛𝑓 𝑆 ≤ 𝑆 ≤ 𝑠𝑢𝑝 𝑆 𝑘𝑎𝑟𝑒𝑛𝑎 𝑆0 ⊆
𝑆 ambil sebarang 𝑥0 ∈ 𝑆0 maka 𝑀 ≤ 𝑆0 ≤ 𝑁 atau inf 𝑆 ≤ 𝑆0 ≤ 𝑠𝑢𝑝 𝑆 dimana inf 𝑆 batas
bawah 𝑆0 dan sup 𝑆 batas 𝑆0 , sehingga 𝑆0 terbatas. Misalkan O batas bawah 𝑆0 dan P batas
atas 𝑆0 dengan 𝑆 ∈ 𝑆0 sehingga 𝑂 ≤ 𝑆 ≤ 𝑃 atau 𝑖𝑛𝑓 𝑆0 ≤ 𝑆 ≤ 𝑠𝑢𝑝 𝑆0 karena 𝑆0 ⊆ 𝑆.
Karena inf 𝑆0 merupakan batas bawah terbesar dari 𝑆0 dan sup 𝑆0 merupakan batas atas
terkecil dari 𝑆0 sehingga 𝑖𝑛𝑓𝑆 ≤ 𝑖𝑛𝑓 𝑆0 (𝑖) dan sup 𝑆0 ≤ sup 𝑆 (𝑖𝑖) akibatnya inf 𝑆0 ≤
𝑆 ≤ 𝑠𝑢𝑝 𝑆0 (𝑖𝑖𝑖)
Dari (i), (ii) dan (iii) diperoleh 𝑖𝑛𝑓 𝑆 ≤ 𝑖𝑛𝑓 𝑆0 ≤ 𝑠𝑢𝑝 𝑆0 ≤ 𝑠𝑢𝑝𝑆.
Soal 15
Misalkan H ⊆ R tak kosong dan terbatas di atas, dan c > 0. Maka cH terbatas di atas dan
𝑠𝑢𝑝(𝑐𝐻) = 𝑐 𝑠𝑢𝑝𝐻.

29
Penyelesaian:
Bukti :
Misalkan 𝑣 = 𝑠𝑢𝑝𝐻.
Ambil sembarang 𝑦 ∈ 𝑐𝐻.Maka, 𝑦 = 𝑐𝑥 untuk suatu x ∈ H. Karena 𝑥 ≤ 𝑣 dan 𝑐 >
0, 𝑑𝑖peroleh : 𝑦 ≤ 𝑐𝑣.
Jadi, 𝑐𝑣 merupakan batas atas 𝑐𝐻. Selanjutnya, untuk sembarang 𝜀 > 0, 𝑣 − 𝜀 𝑐 bukan
batas atas H. Karena itu, terdapat x ∈ H sedemikian sehingga 𝑣 – 𝜀 𝑐 < 𝑥. Kalikan kedua
ruas dengan c, kita dapatkan 𝑐𝑣 − 𝜀 < 𝑐𝑥, yang menunjukkan bahwa 𝑐𝑣 − 𝜀 bukan batas
atas 𝑐𝐻. Jadi, 𝑐𝑣 merupakan batas atas terkecil cH, yakni 𝑐𝑣 = 𝑠𝑢𝑝(𝑐𝐻).
Soal 16

Berikan sebuah contoh himpunan yang tidak terbatas tetapi mempunyai batas atas,
kemudian buktikanlah kebenaran jawaban tersebut!
Penyelesaian:
Tentukan batas atas dan batas bawah dari 𝐻𝑝 {𝑥|𝑥2 ≥ 𝑥, 𝑥 ∈ ℝ}
Jawab
𝑎. 𝐴 = {𝑥|𝑥 ≥ 1, 𝑥 ∈ ℝ}
𝑏. 𝑥 2 − 𝑥 ≥ 0 ⇒ 𝑥 (𝑥 − 1) ≥ 0
Himpunan penyelesaian: {𝑥|𝑥 ≤ 0 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑥 ≥ 1, 𝑥 ∈ ℝ} . tidak memiliki batas atas dan
batas bawah.
Soal 17
Berikan sebuah contoh himpunan yang tidak terbatas tetapi mempunyai batas atas,
kemudian buktikanlah kebenaran jawaban tersebut!
Penyelesaian:
Buktikan apakah 𝐶: = {𝑥|𝑥 < −3, 𝑥 ∈ ℝ} terbatas
Jawab
a. 𝐴 = {𝑥|𝑥 < −3, 𝑥 ∈ ℝ}
b. C tidak terbatas. misalkan C terbatas, 𝛼 batas dari C sehingga 𝛼 < 𝑥, ∀ 𝑥 ∈ 𝐶
−1 ∈ ℝ ⟹ 𝛼 − 1 < 𝛼 < 𝑥. Hal ini kontradiksi dengan 𝛼 batas dari C..
Jadi, C tidak terbatas.

30
Soal 18
Diberikan f dan g masing-masing adalah fungsi bernilai real dengan domain sama D ⊆ R.
Kita asumsikan bahwa daerah hasil untuk fungsi f adalah 𝑓(𝐷) = {𝑓(𝑥): 𝑥 ∈ 𝐷} dan
daerah hasil untuk fungsi f adalah 𝑔(𝐷) = {𝑓(𝑥): 𝑥 ∈ 𝐷} masing-masing adalah fungsi
terbatas.
i. 𝐽𝑖𝑘𝑎 𝑓 (𝑥 ) ≤ 𝑔(𝑥 )𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑠𝑒𝑡𝑖𝑎𝑝 𝑥 ∈ 𝐷, 𝑚𝑎𝑘𝑎 sup 𝑓(𝐷 ) ≤ sup 𝑔(𝐷 )
Untuk menunjukkan pernyataan tersebut, perlu kita catat bahwa bilangan sup g(D)
adalah sebuah batas atas untuk himpunan 𝑓(𝐷), sebab untuk suatu 𝑥 ∈ 𝐷 kita peroleh
𝑓(𝑥) ≤ 𝑔(𝑥) ≤ 𝑠𝑢𝑝 𝑔(𝐷).
Akibatnya 𝑠𝑢𝑝 𝑓(𝐷) ≤ 𝑠𝑢𝑝 𝑔(𝐷).
ii. Jika 𝑓(𝑥) ≤ 𝑔(𝑦) untuk setiap 𝑥, 𝑦 ∈ 𝐷, maka 𝑠𝑢𝑝 𝑓(𝐷) ≤ 𝑖𝑛𝑓 𝑔(𝐷)
Untuk membuktikannya diperlukan dua langkah, yaitu:
Pertama
Untuk suatu nilai y ∈ D berlaku 𝑓(𝑥) ≤ 𝑔(𝑦) untuk setiap x ∈ D.
Ini berarti bahwa 𝑔(𝑦) adalah batas atas untuk 𝑓(𝐷) = {𝑓(𝑥): 𝑥 ∈ 𝐷}.
Akibatnya, 𝑠𝑢𝑝 𝑓(𝐷) ≤ 𝑔(𝑦).
Kedua
Karena 𝑓(𝑥) ≤ 𝑔(𝑦) untuk setiap x, y ∈ D dan sup 𝑓(𝐷) ≤ 𝑔(𝑦), maka untuk setiap
𝑦 ∈ 𝐷 akan berlaku 𝑠𝑢𝑝 𝑓(𝐷) ≤ 𝑔(𝑦).
Ini berlaku bahwa 𝑠𝑢𝑝 𝑓(𝐷) adalah batas bawah dari himpunan g(D).
Akibatnya, 𝑠𝑢𝑝 𝑓(𝐷) ≤ 𝑖𝑛𝑓 𝑔(𝐷).

31
DAFTAR PUSTAKA

Bartle, R. G. (2010). Introduction to Real Analysis Fourth Edition. United States Amerika:
University of Illinois, Urbana Champaign.

Muhammad Zaki Rianto, M. (2011). Pengantar Analisis Real I. Yogyakarta: Universitas


Ahmad Dahlan.

Susiswo. (2019). Pengantar Analisis Real Edisi Kedua. Banten: Universitas Terbuka.

Modul 1 Pertemuan 2 (Pembuktian-Pembuktian pada Analisis Real 1

Modul 2 Pertemuan 3 (Sistem Bilangan Real)

Modul 3 Pertemuan 4 (Sifat-Sifat Urutan pada Bilangan Real dan Nilai Mutlak

Modul 4 Pertemuan 5 (Sifat Kelengkapan Bilangan Real)

Modul 5 Pertemuan 6 (Aplikasi Sifat Suprimum dan Infimum Suatu Himpunan Bilangan Real
dan Sifat Archimedes

Modul 6 Pertemuan 7 (Penggunaan Sifat Suprimum dan Infimum, Teorema Densitas Bilangan
Rasional)

32

Anda mungkin juga menyukai