Anda di halaman 1dari 32

BAB I

SEKILAS TENTANG TEORI HIMPUNAN

BAGIAN 1.1 ALJABAR HIMPUNAN

Bila A menyatakan suatu himpunan dan x suatu unsurnya, kita akan tuliskan dengan x∈ A

untuk menyatakan x suatu unsur di A1 , x anggota A , atau x termuat di A , atau A memuat x.


Selanjutnya bila kita ingin menyatakan bahwa x suatu unsur yang bukan di A maka dapat kita
tuliskan menjadi x∉ A

sesuai dengan konsepsi naif kita tentang suatu himpunan, m kita akan mensyaratkan bahwa tepat
satu dari dua kemungkinan
x∈ A ,x ∉ A,
berlaku untuk elemen x dan set A
Jika A dan B adalah dua set dan x adalah elemen, maka pada prinsipnya ada empat
kemungkinan (lihat Gambar 1.1.1);

(1) x �A and x �B; (2) x �A x �B;


(3) x �A and x �B; (2) x �A x �B;

1
jika kasus kedua tidak dapat terjadi (yaitu, jika setiap elemen dari A juga merupakan elemen dari
B), maka kita harus mengatakan bahwa A terkandung dalam B, atau bahwa B mengandung A,
atau bahwa A adalah bagian dari B, dan kami akan menulis
A �B or B �A.

Bila A ⊆ B dan terdapat unsur di B yang bukan anggota A kita katakan A subhimpunan sejati dari
B

Perlu dicatat bahwa pernyataan bahwa A ⊆ B tidak secara otomatis menghalangi


kemungkinan bahwa A menghabiskan semua B. Whwn ini benar himpunan A dan B adalah
"sama" dalam arti yang sekarang kita definisikan.

1.1.1. Definisi : Dua himpunan A dan B dikatakan sama bila keduanya memuat unsur- unsur
yang sama. Bila himpunan A dan B sama, kita tuliskan dengan A = B Untuk membuktikan
bahwa A = B, kita harus menunjukkan bahwa A ⊆ B dan B ⊆ A.

Suatu himpunan dapat dituliskan dengan mendaftar anggota-anggotanya, atau dengan


menyatakan sifat keanggotaan himpunan tersebut. Kata “sifat keanggotaan” memang
menimbulkan keraguan. Tetapi bila P menyatakan sifat keanggotaan (yang tak bias artinya) suatu
himpunan, kita akan tuliskan dengan
{ x | P( x)}

untuk menyatakan himpunan semua x yang memenuhi P. Notasi tersebut kita baca dengan
“himpunan semua x yang memenuhi (atau sedemikian sehinga) P”. Bila dirasa perlu menyatakan
lebih khusus unsur-unsur mana yang memenuhi P, kita dapat juga menuliskannya dengan
{ x �S | P( x)}

untuk menyatakan sub himpunan S yang memenuhi P.

2
Contoh

a. Jika N : ={1,2,3,…} menunjukan himpunan bilangan asli

{ x �N | x 2
- 3x + 2 = 0} x2 - 3x + 2 = 0

menyatakan himpunan semua bilangan asli yang memenuhi. Karena yang memenuhi
hanya x = 1 dan x = 2, maka himpunan tersebut dapat pula kita tuliskan dengan {1,2}.

b. Kadang-kadang formula dapat pula digunakan untuk menyingkat penulisan himpunan.


Sebagai contoh himpunan bilangan genap positif sering dituliskan dengan

{ 2 x | x �N } .daripada { y �N | y = 2 x, x �N } .

c. Himpunan {x ∈ N :6< x <9 } dapat ditulis secara eksplisit sebagai (7,8), sehingga
menunjukkan elemen-elemen dari himpunan ini. sebagai contoh

{ x �N : 40 < x < 80} ,


2

{ x �N : x -15x + 56 = 0} ,
2

{7+ x:x =0 or x=1} .

d. selain himpunan bilangan asli (terdiri dari unsur-unsur yang dilambangkan dengan
1,2,3, ...) yang akan kita perlihatkan secara sistematis oleh N, ada beberapa himpunan
lain yang kami perkenalkan notasi standar. himpunan bilangan bulat adalah
Z ={0, 1,−1, 2,−2, 3,−3, … }
Himpunan bilangan rasional adalah

Q= { mn :m, n ∈ Z∧n ≠ 0}.

3
Gambar 1.1.2 The Intersection and Union of two sets
Operasi Himpunan

Sekarang kita akan mendefinisikan cara mengkonstruksi himpunan baru dari himpunan yang
sudah ada.

1.1.2. Definisi. Bila A dan B suatu himpunan, maka irisan (=interseksi) dari A ⊂ B dituliskan
dengan A∩B, adalah himpunan yang unsur-unsurnya terdapat di A juga di B. lihat gambar
diatas

1.1.3. Definisi. Bila A dan B suatu himpunan Gabungan dari A dan B, dituliskan dengan A∪B,
adalah himpunan yang unsurunsurnya Paling tidak terdapat di salah satu A atau B.

kita juga bisa mendefinisikan


A �B := { x : x �A and x �B} ,
A �B := { x : x �A or x �B} .

4
1.1.4. Definisi : Himpunan yang tidak mempunyai anggota disebut himpunan kosong,
dituliskan dengan {} atau ∅. Bila A dan B dua himpunan yang tidak mempunyai unsur
bersama (yaitu, A∩B = ∅),maka A dan B dikatakan saling asing atau disjoin.

Berikut ini adalah akibat dari operasi aljabar yang baru saja kita definisikan. Karena
buktinya merupakan hal yang rutin, kita tinggalkan kepada pembaca sebagai latihan.
1.1.5. Teorema : Misalkan A,B dan C sebarang himpunan, maka
a ) A �A = A, A �A = A
b) A �B = B �A, A �B = B �A
c) ( A �B ) �C = A �( B �C ) , ( A �B ) �C = A �( B �C )
d ) A�( B �C ) = ( A �B ) �( A �C ) , A �( B �C ) = ( A �B ) �( A �C )

Kesamaan ini semua berturut-turut sering disebut sebagai sifat idempoten, komutatif,
asosiatif dan distributif, operasi irisan dan gabungan himpunan.

Melihat kesamaan pada teorema kita akan membuktikan persamaan pertama pada (d).
misalkan x elemen dari A∩B, dimana x �A dan x �B �C. ini berarti x �A dan lainnya x
�B, x �C. maka kita juga punya (i) x �A dan x �B

Melihat kesamaan pada teorema 1.1.5(c), biasanya kita tanggalkan kurung dan cukup
ditulis dengan
A �B �C , A �B �C .

A1 , A2 ,..., An } merupakan koleksi


Dimungkinkan juga untuk menunjukkan bahwa bila {
himpunan, maka terdapat sebuah himpunan A yang memuat unsur yang merupakan pa-

Aj , J = 1, 2,..., n;
ling tidak unsur dari suatu dan terdapat sebuah himpunan B yang unsur-

Aj , j = 1, 2,..., n
unsurnya merupakan unsur semua himpunan . Dengan menanggalkan
kurung,kita tuliskan dengan

5
A = A1 �A2 � �An = { x | x �Aj untuk suatu j} ,
B = A1 �A2 ... �An = { x | x �A j untuk semua j} .

kadang-kadang, untuk menghemat ruang, kami meniru notasi yang digunakan untuk
penjumlahan dan menggunakan notasi yang lebih kental sepert
n
A = I A j = U{ Aj : j = 1, 2,..., n} ,
j =1
n
B = I A j = U{ Aj : j = 1, 2,..., n} .
j =1

Aj
Secara sama, bila untuk setiap j unsur di J terdapat himpunan menyatakan himpunan

Aj
UA
j�J
j
yang unsur-unsurnya paling tidak merupakan unsur dari salah satu . Sedangkan

menyatakan himpunan yang unsur-unsurnya adalah unsur sama untuk j �J

1.1.6. Definisi. Bila A dan B suatu himpunan, maka komplemen dari B relatif terha- ap A,
dituliskan dengan A\B (dibaca “A minus B”) adalah himpunan yang unsurunsurnya
adalah semua unsur di A tetapi bukan anggota B. Beberapa penulis meng- gunakan notasi
A - B atau A ~ B.

Dari definisi di atas, kita mempunyai


A \ B = { x �A | x �B} .

Seringkali A tidak dinyatakan secara eksplisit, karena sudah dimengerti/disepakati.

Dalam situasi begini A\B sering dituliskan dengan �( B) .

Kembali ke gambar 1.1.1 kita perhatikan bahwa elemen x itu memenuhi (1) termaksud
pada A∩B yang memenuhi (2) adalah A/B, dan yang memenuhi (3) adalah B/A

6
Gambar 1.1.3 The relative complement.
kita sekarang akan menyatakan hukum morgan untuk tiga himpunan. formulasi yang
lebih banyak akan diberikan dalam latihan

1.1.7. Teorema : Bila A,B,C sebarang himpunan, maka A\(B∪C) = (A\B)∩(A\C), A\(B∩C) =
(A\B) ∪(A\C).

Bukti : Kita hanya akan membuktikan kesamaan pertama dan meninggalkan yang kedua
sebagai latihan bagi pembaca. Kita akan tunjukkan bahwa setiap unsur di A\(B∪C)
termuat di kedua himpunan (A\B) dan (A\C), dan sebaliknya.

Bila x di A\(B∪C), maka x di A, tetapi tidak di B∪C. Dari sini x suatu unsur di A, tetapi
tidak dikedua unsur B atau C. (Mengapa?). Karenanya x di A tetapi tidak di B, dan x di A
tetapi tidak di C. Yaitu x ∈ A\B dan x ∈ A\C, yang menunjukkan bahwa x ∈(A\B)∩(A\C).
Sebaliknya, bila x ∈(A\B)∩(A\C), maka x ∈(A\B)dan x ∈ (A\C). Jadi x ∈ A tetapi bukan
anggota dari B atau C. Akibatnya x ∈ A dan x ∉ (B∪C), karena itu x ∈ A\(B∪C).

Karena himpunan (A\B)∩(A\C) dan A\(B∪C).memuat unsur-unsur yang sama, menurut


definisi 1.1.1

7
Produk (hasil kali) Cartesius
Sekarang kita akan mendefinisikan produk Cartesius.
1.1.8. Definisi. Bila A dan B himpunan-himpunan yang tak kosong, maka produk cartesius A×B
dari A dan B adalah himpunan pasangan berurut (a,b) dengan a∈ A dan b ∈ B.

Gambar 1.1.4 Produk (hasil kali) Cartesius

Jadi bila A = {1,2,3} dan B = {4,5}, maka


A×B = {(1,4),(1,5),(2,4),(2,5),(3,4),(3,5)}

kita dapat memvisualisasikan himpunan A x B sebagai himpunan enam titik koordinat di


pesawat yang baru saja kita daftarkan.

kita sering menggambar diagram (seperti gambar 1.1.4) untuk menunjukkan produk
cartesius dari dua himpunat A dan B. Namun, harus disadari bahwa diagram ini mungkin
agak penyederhanaan. Misalkan, jika A:= {x ∈ R : 1 ≤ x ≤ 2} dan B:= {x ∈ R : 0≤ x ≤
1 atau 2 x ≤ 3}. Maka menjadi sebuah persegi. kita harus menggambar seperti 1.1.5

Latihan 1.1.
1. Gambarkan diagram yang menyatakan masing-masing himpunan pada Teorema 1.1.4.
2. Buktikan bagian (c) Teorema 1.1.4.
3. Buktikan bagian kedua Teorema 1.1.4(d).
4. Buktikan bahwa A ⊆ B jika dan hanya jika A∩B = A.

8
5. Tunjukkan bahwa himpunan D yang unsur-unsurnya merupakan unsur dari tepat satu
himpunan A atau B diberikan oleh D = (A\B) ∪ (B\A). Himpunan D ini sering disebut
dengan selisih simetris dari A dan B. Nyatakan dalam diagram.
6. Tunjukkan bahwa selisih simetris D di nomor 5, juga diberikan oleh D = (A∪B)\
(A∩B).
7. Bila A ⊆ B, tunjukkan bahwa B = A\(A\B).
8. Diberikan himpunan A dan B, tunjukkan bahwa A∩B dan A\B saling asing dan
bahwa A = (A∩B) ∪ (A\B).
9. Bila A dan B sebarang himpunan, tunjukkan bahwa A∩B = A\(A\B).

10. Bila
{ A1 , A2 ,..., An } suatu koleksi himpunan, dan E sebarang himpunan, tunjukkan

n n n
E �I Aj =I ( E �Aj ), I Aj =( E �Aj )
j =1 j =1 j =1
bahwa

Gambar 1.1.5 Produk (hasil kali) Cartesius A dan B

11. Bila
{ A1 , A2 ,..., An } suatu koleksi himpunan, dan E sebarang himpunan, tunjukkan

n n n n
E �I Aj =I ( E �Aj ), E �I Aj = I ( E �Aj )
j =1 j =1 j =1 j =1
bahwa

12. Misalkan E sebarang himpunan dan


{ A1 , A2 ,..., An } suatu koleksi himpunan. Buktikan
Hukum De Morgan

9
l (A j )
Catatan bila E\Aj dituliskan dengan maka kesamaan di atas mempunyai bentuk

Aj
13. Misalkan J suatu himpunan dan untuk setiap j∈J, termuat di E. Tunjukkan bahwa

14. Bila B1 dan B2 subhimpunan dari B dan B = B1 ∪ B2, tunjukkan bahwa


B= ( A B1 )
A ��ȴ (A B2 ) .

1.2. Fungsi.
Sekarang kita kembali mendiskusikan gagasan fundamental suatu fungsi atau pemetaan.
Akan kita lihat bahwa fungsi adalah suatu jenis khusus dari himpunan, walaupun terdapat
visualisasi lain yang sering lebih bersifat sugesti. Semua dari bagian terakhir ini akan
banyak mengupas jenis-jenis fungsi, tetapi sedikit abstrak dibandingkan bagian ini.

Bagi matematikawan abad terdahulu kata “fungsi” biasanya berarti rumus tertentu, seperti
f ( x) = x 2 + 3 x - 5
yang terkait dengan setiap bilangan real x bilangan real lainnya f(x) fakta bahwa formula
tertentu, seperti

g ( x ) := x - 5,

jangan memunculkan bilangan real untuk semua nilai riil x itu, tentu saja, kita tahu dengan
dengan baik tetapi tidak dikenakan sebagai alasan yang cukup untuk memerlukan
perpanjangan notasi fungsi. yang bersesuaian dengan masing-masing bilangan real x dan
bilangan lain f(x). Mungkin juga seseorang memunculkan kontroversi, apakah nilai mutlak

10
h( x) =| x |

dari suatu bilangan real merupakan “ fungsi sejati” atau bukan. Selain itu definisi |x|
diberikan pula dengan
�x, bila x �0
| x |= �
�- x, bila x < 0

Dengan berkembangnya matematika, semakin jelas bahwa diperlukan definisi fungsi yang
lebih umum. Juga semakin penting untuk kita membedakan fungsi sendiri dengan nilai
fungsi itu. Di sini akan mendefinisikan suatu fungsi dan hal ini akan kita lakukan dalam
dua tahap.

Definisi pertama :
Suatu fungsi f dari himpunan A ke himpunan B adalah aturan korespondensi yang
memasangkan masing-masing unsur x di A secara tunggal dengan unsur f(x) di B.

Definisi di atas mungkin saja tidak jelas, dikarenakan ketidakjelasan frase “aturan
korespondensi”. Untuk mengatasi hal ini kita akan mendefinisikan fungsi dengan
menggunakan himpunan seperti yang telah dibahas pada bagian sebelumnya. Dengan
pendefinisian ini dapat saja kita kehilangan kandungan intuitif dari definisi terdahulu,
tetapi kita dapatkan kejelasan.

Ide dasar pendefinisian ini adalah memikirkan gambar dari suatu fungsi; yaitu, suatu
korelasi dari pasangan berurut. Bila kita perhatikan tidak setiap koleksi pasangan berurut
merupakan gambar suatu fungsi, karena sekali unsur pertama dalam pasangan berurut
diambil, unsur keduanya ditentukan secara tunggal.

1.2.1. Definisi. Misalkan A dan B himpunan suatu fungsi dari A ke B adalah himpunan
pasangan berurut f di A×B sedemikian sehingga untuk masing-masing a ∈ A terdapat b ∈
B yang tunggal dengan (a,b),(a,b’) ∈ f, maka b = b’. Himpunan A dari unsur-unsur
pertama dari f disebut daerah asal atau “domain” dari f, dan dituliskan D(f). Sedangkan

11
unsur-unsur di B yang menjadi unsur kedua di f disebut “range” dari f dan dituliskan
dengan R(f). Notasi : � → �.
menunjukkan bahwa f suatu fungsi dari A ke B; akan sering kita katakan bahwa f suatu
pemetaan dari A ke dalam B atau f memetakan A ke dalam B. Bila (a,b) suatu unsur di f,
sering ditulis dengan
b = f(a) atau f : a→ b
.
daripada (a,b) ∈ f. Dalam hal ini b merupakan nilai f di titik a, atau peta a terhadap f.

Transformation and machines


selain dari grafik, kita dapat memvisualisasikan fungsi sebagai transformasi bagian dari
himpunan A menjadi bagian dari B. dalam pharaseology ini, ketika (a, b) ∈ f, kita
anggap sebagai mengambil elemen a dari subset D(f) d (f) dari dan "mentransformasikan"
atau "memetakan".

Gambar 1.2.1 A Function as a graph

Gambar 1.2.2 A function as a transformation

12
itu menjadi elemen b: = f (a) dalam subset R (f) dari B. kita sering menggambar diagram
seperti gambar 1.2.2. kita sering menggunakan representasi geometri fungsi bahkan ketika
set A dan B bukan himpunan bagian dari bidang

ada cara lain memvisualisasikan fungsi yaitu, sebagai mesin yang akan menerima elemen
D (f) sebagai input dan menghasilkan elemen yang sesuai dari R (f) sebagai output. jika
kita mengambil elemen x dari D (f) dan memasukkannya ke dalam f, maka keluarlah nilai
yang sesuai f (x). jika kita menempatkan elemen y berbeda dari D (f) ke dalam f, kita
menemukan f (y) [yang mungkin atau mungkin juga tidak berbeda dari f (x)]. jika kita
mencoba memasukkan sesuatu yang bukan milik D (f) ke f, kami menemukan bahwa itu
tidak diterima, karena f dapat beroperasi hanya pada elemen milik D (f). (lihat gambar
1.2.3).

dengan demikian visualisasi terakhir memperjelas perbedaan antara f dan f (x): yang
pertama adalah mesin, yang kedua adalah keluaran mesin ketika kita memasukkan x ke
dalamnya. tentu sangat berguna untuk membedakan antara mesin dan outputnya. hanya
orang bodoh yang dapat membuat penggiling daging dengan daging giling: namun, orang-
orang yang memiliki fungsi yang membingungkan dengan nilai-nilai mereka perlu
melakukan upaya sederhana untuk membedakan antara mereka secara notaris.

Gambar 1.2.3. A function as a machine

13
Pembatasan dan Perluasan Fungsi

Bila f suatu fungsi dengan domain D(f) dan D1 suatu subhimpunan dari D(f), seringkali
bermanfaat untuk mendefinisikan fungsi baru f1 dengan domain D1 dan f1(x) = f(x) untuk
semua x ∈ D1. Fungsi f1 disebut pembatasan fungsi f pada D1 Menurut definisi 1.2.1,
kita mempunyai

f1 = { (a, b) �f | a �D1}

Kadang-kadang kita tuliskan f1 = f |D1 untuk menyatakan pembatasan fungsi f pada


himpunan D1.

Konstruksi serupa untuk gagasan perluasan. Bila suatu fungsi dengan domain D(g) dan D2
⊇ D(g), maka sebarang fungsi g2 dengan domain D2 sedemikian sehingga g2(x)= g(x)
untuk semua x ∈ D(g) disebut perluasan g pada himpunan D2

kita sekarang ingin "menyusun" dua fungsi dengan terlebih dahulu menerapkan f untuk
setiap x dalam D (f) dan kemudian menerapkan g ke f (x) bila memungkinkan [yaitu,
ketika f (x) milik t D(g)]. Dalam melakukan hal itu, beberapa kehati-hatian perlu dilakukan
sehubungan dengan domain dari fungsi yang dihasilkan. misalnya, jika f didefinisikan pada
R oleh f (x) = x3 dan jika g didefinisikan untuk x≥ 0 oleh g (x) = √ x , maka komposit g
= f dapat didefinisikan hanya untuk x≥ 0, dan untuk bilangan real ini memiliki nilai √ x3 .

Fungsi Komposisi

1.2.2 Definisi. Misalkan f menjadi fungsi dengan domain D (f) di A dan rentang R (f) di dalam B
dan g adalah fungsi dengan domain D(g) di B dan rentang R(g) di C. (lihat gambar 1.2.4) .
Komposisi g o f (perhatikan urutannya!) Adalah fungsi dari A ke C yang didefinisikan dengan

a , c ∈ A ×C ;
ada elemen b ∈ B
g ∘ f ={¿

sedemikian rupa sehingga (a, b) ∈ dan (b,c) ∈ g }

14
Gambar 1.2.4 Fungsi komposisi

Pembaca dapat memverifikasi bahwa komposisi dari dua fungsi, sebagaimana


didefinisikan

Definisi 1.2.2, Sebenarnya adalah sebuah fungsi

Kami mencatat bahwa jika f dan g adalah fungsi dan jika x ∈ D(f), maka agar g
didefinisikan pada elemen f(x), itu harus menjadi kasus bahwa f(x) adalah elemen dari
D(g) . Jadi kita melihat bahwa domain komposisi g ∘ f adalah himpunan

D(g∘f) ∶= {x ∈D(f) ∶f(x)∈D(g)}

Untuk setiap elemen x dalam D(g ∘ f), nilai dari g ∘ f pada x diberikan oleh g ∘
f(x):=g{f(x)}. Itu mengikuti bahwa range dari g ∘ f adalah himpunan.

R(g∘f) ∶= {g(f(x)) ∶x∈D (g ∘f)}

1.2.3 Contoh.

(a) Diberikan f, g adalah fungsi yang nilainya pada bilangan real x adalah bilangan real
yang diberikan oleh

f(x)= 2x, g(x)= 〖3x〗^2-1

Karena D(g) adalah himpunan R dari semua bilangan real danR(f)⊆D(g) domain D(g ∘ f)
juga R dan g∘f(x)= 〖 3(2x) 〗 ^2-1= 〖 12x 〗 ^2-1. Disisi lain, D(f ∘g)= R, Tapi
f∘g(x)=2(〖3x〗^2 )- 1= 〖6x〗^2-2.

15
(b) Jika h adalah fungsi dengan D(h) : = {x ∈R∶x ≥1}, didefinisikan oleh

h(x)= √(x-1)

dan jika f seperti bagian pertama, maka D(h ∘f)= {x ∈R∶2x≥1}= {x ∈R∶x ≥1/2} dan
h∘f(x)= √(2x-1). Juga D(f∘h)={x ∈R∶x ≥1} dan f∘h(x)=2√(x-1). Jika g adalah fungsi di
bagian (a), maka D(h ∘g)= {x∈R∶ 〖 3x 〗 ^2-1 ≥1}=x ∈R∶x≤-√(2/3) atau x ≥√(2/3) dan
h∘g(x)= √(〖3x〗^2-2). Juga D(g ∘h)= {x ∈R∶x≥1} dan g∘h(x)=3x-4. Perhatikan bahwa
rumus menggambarkan g∘h (memiliki makna untuk nilai x selain yang ada di domain dari
g∘h)

(c) Misalkan F, G menjadi fungsi dengan domain D(F):= {x∈R∶x≥0}, dan D(G):=R,
sedemikian rupa sehingga nilai-nilai F dan G pada titik x dalam domainnya adalah

F(x):= √x G(x)≔ -x^2-1

Maka D(G ∘F)= {x∈R∶x≥0} dan G∘F(x)= -x-1, sedangkan D(F ∘G)= {x∈D(G)
∶G(x)∈D(f)}. Himpunan terakhir ini tidak berlaku sebagai G(x)<0 untuk semua x∈D(G).
Maka fungsi F ∘G tidak didefinisikan pada titik mana pun, maka F ∘G adalah fungsi batal .

Injektif dan Fungsi Invers

1.2.4 Definisi Misalkan f adalah fungs dengan domain D(f) di A dan range R((f) di B. Kita
katakana bahwa f adalah injektif atau satu satu jika, bila (a,b) dan (a^2,b) adalah
element/anggota dari f, maka a=a^2. Jika f adalah injektif kita dapat mengatakan f adalah
injeksi.

Dengan kata lain, f adalah injektif jika dan hanya jika dua relasi f(a) = b dan f(a^2)=b
menyiratkan a= a^2. Kemungkinan lain, f adalah injektif jika dan hanya jika a, a^2 di D(f)
dan a ≠ a^2, maka f(a) ≠ 〖f(a〗^2)

Kita mengklaim jika f adalah injektif dari A ke B, maka himpunan dari pasangan terurut
dalam B x A diperoleh dengan menukar anggota pertama dan kedua dari pasangan terurut
dan menghasilkan fungsi g yang juga injektif.

16
Kami menghilangkan bukti dari pernyataan ini, meninggalkannya sebagai latihan, itu
adalah ujian yang bagus untuk pembaca. Hubungan antara f dan g adalah:

D(g)- R(f), R(g)= D(f)

(a,b)∈f jika dan hanya jika (b,a)∈g

Pernyataan terakhir ini dapat ditulis dalam bahasa/bentuk yang lebih sederhana

b=f(a) jika dan hanya jika a=g(b)

Definisi 1.2.5 Misalkan f adalah fungsi injektif dengan domain D(f) di A dan range R(f) di
B. Jika g≔ {(b,a)∈B x A∶(a,b)∈f}, maka g adalah fungsi injektif dengan domain D(g)
=R(f) di B dan dengan range R(g)= D(f) di A. Fungsi g dinamakan Fungsi Invers dari f dan
dituliskan dengan f^(-1)

Fungsi invers dapat diartikan dari sudut pandang pemetaan (liat gambar 1.2.5). Jika f
injektif, fungsi itu memetakan elemen berbeda dari D(f) ke elemen berbeda dari R(f).
Dengan demikian, setiap elemen b dari R(f) adalah gambar di bawah f elemen unik a di
D(f), fungsi invers f^(-1) memetakan elemen di b ke elemen unik A

Contoh 1.2.6

Misalkan F adalah fungsi dengan domain D(F) : = R, Himpunan semua anggota bilangan
real, dan range di R sedemikian sehingga nilai dari F pada bilangan real x adalah F(x):=
x^2. (Dengan kata lain, F adalah fungsi {(x,x^2 ):x ∈R}.

Gambar 1.2.5 Fungsi Invers

17
Dapat dilihat bahwa F bukan satu-satu; pada kenyataannya, pasangan berurutan (2,4), (-
2,4) keduanya di F. Karena F bukan satu-satu, ia tidak memiliki invers yang terbalik.

Misalkan f adalah fungsi dengan domainD(f)≔ {x ∈R∶x ≥0} dan R⊆R yang nilainya di
x d D(f) adalah f(x)= x^2, perhatikan bahwa f adalah batasan untuk D(f) dari fungsi F
bagian (a). Dalam hal pasangan berurutan, f≔ {(x,x^2 ) ∶x ∈R,x≥0 }. Tidak seperti F di
bagian (a), f adalah fungsi injektif, untuk jika x^2= y^2 dengan x, y di D(f) maka x =y.
(Mengapa?) Untuk itu, f mempunya invers fungsi g dengan D(g)=R(f)={x ∈R∶x≥0} dan
R(g)=D(f)= {x ∈R∶x≥0}. Selanjutnya, y= x^2=f(x) jika dan hanya jika x =g(y). Invers
fungsi g adalah biasanya disebut fungsi akar kuadrat dan dituliskan

g(y)= √y , y ∈R, y ≥0

Jika f_1 adalah fungsi {(x,x^2 ) ∶x ∈R,x≤0 } maka seperti bagian (b), f_1 adalah satu-
satudan mempunyai domain D(f_1) := {x ∈R,x≤0 } dan range R(f_1) := { x ∈R,x≥0 }.
Perhatikan bahwa f_1adalah pembatas D(f_1) dari fungsi F di bagian (a). Fungsi g_1
invers f yang disebut negative fungsi akar kuadrat dan dituliskan

g_1 (y):= -√y , y ∈R, y ≥0

Jadi g_1 (y)≤0

Fungsi sinus F diperkenalkan dalam trigonometri dengan D (f) : = R dan R(F)≔ {y ∈R:
-1≤y≤+1} dikenal tidak injektif (sebagai contoh, sin 〖0= sin 〖2π=0〗 〗). Namun, jika
kita membiarkan f menjadi batasan dari himpunan D(f)≔{x∈R∶ -π/2≤x≤+π/2} maka f
adalah injektif. Karena itu mempunyai invers fungsi g dengan D(g)=R(f) dan R(g)=D(f).
Juga, y= sin x dengan x ∈ D(f) jika dan hanya jika x=g(y). Fungsi g disebut (Cabang
Utama dari) invers fungsi sinus dan sering dilambangkan

g(y)= Arc Sin y or g(y)= sin^(-1)y

18
Fungsi Surjektif dan Bijektif

Definisi 1.2.7 Misalkan f adalah fungsi dengan domain D(f)⊆A dan range R(f)⊆B. Kita katakan
f adalah surjektif, atau f memetakan ke B, di kasus R(f)=B. Jika f adalah surjektif,
kita sebut f adalah surjeksi

Dalam mendefinisikan fungsi, penting untuk menentukan domain fungsi dan himpunan di
mana nilai diambil. Setelah ini dilakukan, dimungkinkan untuk menanyakan apakah fungsi
tersebut bersifat surjective atau bukan. Sebagai contoh, fungsi f(x)= x^2adalah surjektif
dari R ke {x ∈R∶x≥0} tetapi tidak dari R ke R

Definisi 1.2.8 Fungsi f dengan domain D(f)⊆A dan range R(f)⊆B dikatakan menjadi bijektif jika
(i) Injekktif (artinya, satu-satu) dan (ii) surjektif yaitu memetakan D(f) ke B. Jika f
bijektif , kita katakana bahwa f adalah bijeksi.

Bayangan langsung dan bayangan Invers

Misalkan f : A → B suatu fungsi dengan domain A dan range B.

1.2.9. Definisi. Bila E subhimpunan A, maka bayangan langsung dari E terhadap f adalah
sub himpunan f(E) dari B yang diberikan oleh

f(E) ∶= {f(x) ∶x ∈E}

Bila H subhimpunan B, maka bayangan invers dari H terhadap f adalah subhimpunan f^(-
1) (H) dari A, yang diberikan oleh

f^(-1) (H):={x∶f(x)∈H}

Kami menekankan bahwa f tidak perlu bersifat injeksi sehingga fungsi inverse f^(-1) tidak
perlu ada. Namun, jika f^(-1) benar-benar ada, maka himpunan f^(-1) (H) dapat dilihat
sebagai bayangan langsung H di bawah f^(-1), serta bayangan invers H di bawah f. Dalam
kedua kasus tersebut, himpunan yang ditunjukkan oleh f^(-1) (H) ditentukan secara jelas.

19
Contoh 1.2.10

Jika f∶R→R di definisikan oleh f(x) = 3x + 4, maka bayangan langsung dari himpunan E :
= {x∶ -1≤x≤2} adalah himpunan f(E)= {y∶ 1≤y≤10}. Himpunan H:= {y∶ -2≤y≤7}
mempunyai bayangan invers f^(-1) (H)= {x∶ -2≤x≤1} sebagai pembaca harus
memverifikasi. Karena f adalah fungsi injektif dan mempunyai fungsi invers yang
diberikan oleh f^(-1) (y)=(y-4)/3, himpunan f^(-1) (H) juga dapat dianggap sebagai
bayangan langsung dari H dibawah f^(-1)

Jika f∶R→R di definisikan oleh h(x)≔ x^2+1,x ∈R, dan jika E : = {x∶ 0≤x≤2}. Maka
bayangan langsung dari E dibawah h adalah himpunan h(E)= {y∶ 1≤y≤5}. Bayangan invers
dari E adalah himpunan h^(-1) (h(E))={x∶ -2≤x≤2} yang tidak sama dengan E. Perhatikan
bahwa h bukan injektif; sebagai contoh kita mempunyai h^(-1) ({5})={2,-2}, artinya h(2) =
h(-2)=5.

Barisan

Fungsi dengan N (bilangan asli) sebagai domain memainkan aturan yang sangat khusus
dalam analisis. Untuk fungsi tersebut kami memiliki terminology dan notas khusus, yang
kita akan perkenalkan berikut ini.

1.2.11. Definisi. Suatu barisan dalam himpunan S adalah suatu fungsi yang domainnya himpunan
bilangan asli N dan rangenya termuat di S.

Untuk barisan φ∶N→S, nilai φ di N sering dituliskan dengan φ_n daripada φ(n). Barisan itu
sendiri sering dituliskan dengan notasi (φ_n ∶n∈N) atau yang lebih sederhana dengan
〖(φ〗_n). Sebagai contoh, Barisan di R yang dituliskan dengan (√n ∶n ∈N) sama artinya
dengan fungsi φ∶N→R dengan φ(n) ∶=√n.

Penting sekali untuk membedakan antara barisan (φ_n ∶n∈N) dan dan range (φ_n ∶n∶n∈N).
Suku barisan harus dipandang mempunyai urutan yang diinduksi dari urutan bilangan asli,
sedangkan range dari barisan hanya merupakan himpunan sederhana. Sebagai contoh,
suku-suku dari barisan { 〖(-1)〗^n ∶n ∈N} bergantian antara -1 dan 1, tetapi range dari
barisan itu adalah himpunan {1,-1} memuat dua unsur/elemen.

20
Latihan untuk bagian 1.2

Misalkan A : = B : = R dan sub himpunan C : = {(x,y): x^2+y^2=1} of A x B. Apakah


himpunan ini fungsi dengan domain di R dan range di R ?

Berikan contoh dari dua fungsi f¸ g pada R ke R sedemikan hingga f≠g, tapi seperti
f∘g=g ∘f

Buktikan bahwa jika f adalah fungsi injektif dari A ke B, maka f^(-1)≔{(b,a):(a,b)∈f}


adalah fungsi. Kemudian buktikan f adalah injetif

Misalkan f adalah injektif. Tunjukan bahwa f^(-1)∘f(x)=x untuk semua x di D(f) dan 〖f
∘f〗^(-1) (g)=y untuk semua y di R(f)

Misalkan f dan g dalah fungsi dan seandainya g∘f(x)=x untuk setiap x di D(f). Tunjukan
bahwa f adalah injektif dan bahwa R(f)⊆D(g) dan R(g)⊇D(f)

Misalkan f, g adalah sedemikian hingga

g∘f(x)=x for all x in D(f)

f∘g(y)=y for all y in D(g)

Tunjukan bahwa g =f^(-1)

Misalkan f adalah fungsi pada R ke R diberikan oleh f(x):= x^2, dan misalkan E := {x
∈R:-1 ≤x≤0} dan F := {x ∈R:0 ≤x≤1}. Tunjukan bahwa (E∩F)= {0} dan f(E∩F)={0} .
sementara f(E)=f(F)= {y∈R:0≤y≤1}. Karenanya f(E∩F) adalah proper subset dari
f(E)∩f(F). Hilangkan 0 dari E dan F

Jika f ,E, F pada latihan no. 7 temukan himpunan E/F dan f(E)/f(F)dan tunjukan bahwa
iitu tidak benar f(E ∖ F) ⊆ f(E) ∖ f(F)

Tunjukan bahwa jika f∶A→B adalah injektif dari A ke b dan jika H⊆ B, maka invers
bayangan dari H dibawah f bertepatan dengan bayangan langsung dari H dibawah fungsi
invers f^(-1)

21
Jika f dan g adalah sebagai defnisi 1.2.2. Tunjukan bahwa 〖D(g ∘f)=f〗^(-1) (D(g))

Tunjukan bahwa jika f∶A→Bdan E, F adalah subset dari A, maka f(E ∪F)=f(E)∪f(F) dan
f(E ∩F) ⊆f(E)∩f(F)

Tunjukan bahwa jika f∶A→B dan G, H adalah subset dari B maka f^(-1) (G ∪H)=f^(-1)
(G)∪f^(-1) (H) dan f^(-1) (G ∩H) ⊆f^(-1) (G)∩f^(-1) (H)

Tunjukan bahwa jika f∶A→B adalah injektif dan H adalah subset dari B, maka f(f^(-1)
(H))= H. Juga jika E adalah subset dari A, maka f(f^(-1) (E))= E. Berikan contoh untuk
menunjukan dua persamaan ini tidak perlu berlaku secara umum

Tunjukan bahwa jika f∶A→B dan g∶B→C dan H adalah subset dari C, kemudian kita
mempunyai (〖g ∘f)〗^(-1) (H)= f^(-1) (g^(-1) (H))

Bagian 1.3 Induksi Matematika

Induksi matematika merupakan metode pembuktian penting yang akan sering digunakan
dalam buku ini. Metode ini digunakan untuk menguji kebenaran suatu pernyataan yang
diberikan dalam suku-suku bilangan asli. Walau kegunaannya terba- tas pada masalah
tertentu, tetapi induksi matematika sangat diperlukan disemua ca- bang matematika.
Karena banyak bukti induksi mengikuti urutan formal argumen yang sama, kita akan sering
menyebutkan “hasilnya mengikuti induksi matematika” dan meninggalkan bukti
lengkapnya kepada pembaca. Dalam bagian ini kita memba- has prinsip induksi
matematika dan memberi beberapa contoh untuk mengilustrasikan bagaimana proses bukti
induksi.

Kita akan mengasumsikan kebiasaan (pembaca) dengan himpunan bilangan asli.

N∶= {1,2,3,…}

dengan operasi aritmetika penjumlahan dan perkalian seperti biasa dan dengan arti suatu
bilangan kurang dari bilangan lain. Kita juga akan mengasumsikan sifat fundamental dari
N berikut.

22
1.3.1 Sifat urutan dengan baik dari N. Setiap subhimpunan tak kosong dari N mempunyai
unsur terkecil.

Pernyataan yang lebih detail dari sifat ini sebagai berikut : Jika S subhimpunan dari N dan
S ≠∅, maka terdapat suatu unsure m ∈S sedemikian sehingga m ≤k untuk semua k∈S .

Dengan berdasar sifat urutan dengan baik, kita akan menurunkan suatu versi

prinsip induksi matematika yang dinyatakan dalam suku-suku subhimpunan dari N. Sifat
yang dideskripsikan dalam versi ini kadang-kadang mengikuti “turunan” sifat N.

1.3.2. Prinsip Induksi Matematika. Misalkan S sub himpunan dari N yang mempunyai sifat:

(1) 1 ∈S

(2) Jika k ∈S, maka k+1 ∈S

Maka S=N

Bukti :

Andaikan S ≠N. Maka N∖S tidak kosong, karenanya berdasar urutan dengan baik N∖S
mempunyai unsure terkecil, sebut m. Karena 1 ∈S, maka m ≠1. Karena itu m > 1 dengan m
-1 juga bilangan asli. Karena m – 1 < m dan m unsue terkecil di N∖S, maka m – 1 haruslah
di S

Sekarang kita gunakan hipotesis (2) terhadap unsure k = m – 1 di S, yang berakibat k + 1 =


(m – 1) + 1 = m di S. Kesimpulan ini kontradiksi dengan pernyataan bahwa m tidak di S.
Karena m diperoleh dengan pengandaian bahwa N∖S tidak kosong, kita dipasa pada
kesimpulan bahwa N∖S kosong. Karena itu kita telah buktikan bahwa S = N.

Prinsip induksi matematika sering dinyataan dalam kerangka sifat atau pernyataan tentang
bilangan asli. Bila P(n) berarti pernyataan tentang n ∈N, maka P(n) benar untuk beberapa
nilai n, tetapi tidak untuk yang lain. Sebagai contoh, bila P(n) pernyataan “n^2=n”, maka

23
P(1) benar, sementara P(n) salah untuk semua n ≠1, n ∈N. Dalam konteks ini prinsip
induksi matematika dapat dirumuskan sebagai berikut :

Untuk setiap n ∈N, misalkan P(n) pernyataan tentang n. Misalkan bahwa

P(1) benar

Jika P(k) benar, maka P(k + 1) benar

Maka P(n) benar untuk semua n ∈N.

Dalam kaitannya dengan versi induksi matematika terdahulu yang diiberikan pada 1.3.2,
dibuat dengan memisalkan S= {n ∈N│P(n)benar}. Maka kondisi (1) dan (2) pada 1.3.2
berturut-turut tepat bersesuaian dengan (a) dan (b). Kesimpulan S = N pada 1.3.2.
bersesuaian dengan kesimpulan bahwa P(n) benar untuk semua n ∈N.

Contoh-contoh berikut mengilustrasikan bagaimana prinsip induksi matematika bekerja


sebagai metode pembuktian pernyataan tentang bilangan asli.

1.3.3. Contoh. (a) Untuk setiap n ∈N, jumlah n pertama blangan asli diberikan oleh

1+2+ …+n= 1/2 n (n+1)

Untuk membuktikan kesamaan ini, kita misalkan S himpunan n ∈N, sehingga kesamaan
tersebut benar. Kita harus membuktikan kondisi (1) dan (2) pada 1.3.2 dipenuhi.

Jika n = 1 maka kita mempunyai 1= 1/2 1 (1+1), jadi 1 ∈S dan dengan asumsi ini akan
ditunjukan k + 1 ∈S, maka kita mempunyai

1+2+ … +k= 1/2 (k+1) (*)

Bila kita tambahkan k+1 pada kedua ruas, kita peroleh

1+2+ … +k+(k+1)= 1/2 k (k+1)+ (k+1)

= 1/2 (k+1)(k+2)

24
Karena ini menyatakan kesamaan di atas untuk n = k + 1, kita simpulkan bahwa k+1 ∈S.
Dari sini kondisi (2) pada1.3.2 dipenuhi. Karena itu dengan prinsip induksi matematika,
kita simpulkan bahwa S = N dan kesamaan (*) benar untuk semua n ∈N.

(b) Untuk masing-masing n ∈N, jumlah kuadrat dari n pertama bilangan asli dberikan oleh

1^2+ 2^2+ …+ n^2= 1/6 n (n+1)(2n+1)

Untuk membuktikan kebenaran formula ini, pertama kita catat bahwa formula ini benar
untuk n = 1, karena 1^2= 1/6.1(1+1)(2+1). Bila kita asumsikan formula ini benar untuk k,
maa dengan menambahkan 〖(k+1)〗^2 pada kedua ruas, memberikan hasil

1^2+ 2^2+ …+ k^2+ (k+1)^2= 1/6 k (k+1)(2k+1)+(k+1)^2

= 1/6(k+1)(〖2k〗^2+k+6k+6)

=1/6 (k+1)(k+2)(2k+3)

Mengikuti induksi matematika, validitas formula diatas berlaku untuk semua n ∈N.

Pernyataan “n +5 = n” untuk n ∈N. Jika S adalah himpunan seluruh bilangan asli untuk
pernyataan benar, maka dengan asumsi bahwa k ∈S itu menyiratkan k+1 ∈S. Karena itu
kondisi (2) 1.3.2 adalah yakin. Namun, pernyataan itu adalah salah untuk n = 1, kondisi (1)
tidak yakin. Dengan demikian, kita mungkin tidak menggunakan induksi matematika untuk
menyimpulkan bahwa n + 5 = n untuk semua n ∈N

Ketaksamaan 2^n≤(n+1)!. Dapat dibuktikan dengan induksi matematika sebagai berikut.


Pertama kita peroleh bahwa hal in benar untuk n = 1. Kemudian kita asumsian bahwa
2^k≤(k+1). Dan denan menggunakan fakta bahwa 2≤(k+2), diperoleh

2^(k+1)= 〖2.2〗^k≤2(k+1)! ≤(k+2)(k+1)!=(k+2)!

Jadi bila ketaksamaan tersebut berlaku untuk k, maka berlaku pula untuk k+1, karenanya
dengan induksi matematika, ketaksamaan tersebut benar untuk semua n ∈N

Jika r ∈R, r≠1 dan n ∈N, maka

25
1+r+ r^2+ …+ r^n= (1- r^(n+1))/(1-r)

Ini meruakan jumlaj n suku deret geometri, yang dapat dibuktikan dengan induksi
matematika sebagai berikut. Jika n = 1, kita mempunyai 1+r= (1- r^(n+1))/(1-r), jadi
formula tersebut benar. Bila kita asumsikan formula tersebut benar untuk n = k dan
tambahkan r^(k+1) pada kedua ruas, maka kita peroleh

1+r+ …+ r^k+ r^(k+1)= (1- r^(k+1))/(1-r)+ r^(k+1)= (1-r^(k+2))/(1-r)

Yang merupakan formula kita untuk n = k+1. Mengikuti prinsip induksi matematika maka
formula tersebut benar untuk semua n ∈N.

Hal ini dapat dibuktikan tanpa menggunakan prinsip induksi matematika. Jika kita
misalkan S_n=1+r+⋯+ r^n,maka 〖rS〗_n=r+ r^2+ …+ r^(n+1)

Jadi

(1-r) S_n= S_(n-r) S_n= 〖1-r〗^(n+1)

Bila kita selesaikan untuk S_n, kita peroleh formula yang sama.

Penggunaan prinsip induksi matematika secara ceroboh dapat menghasilkan kesimpulan


yang salah. Pembaca diharap mencari kesalahan pada “bukti teorema” berikut.

Bila n sebarang bilangan asli dan bila maksimum dari dua bilangan asli p dan q adalah n,
maka p = q. (Akibatnya bila p dan q dua bilangan asli sebarang, maka p =q)

Bukti : Misalkan s subhimpunan bilangan asli sehingga pernyataan tersebut benar maka
1∈S, karena bila p,q di N dan maksimumnya1, maka maksimum dari p—1 dan q-1 adalah
k. Karenanya p-1=q-1, karena k∈S , dan dari sini kita simpulkan bahwa p = q. Jadi k+1 ∈S
dan kita simpulkan bahwa pernyataan tersbut benar untuk semua n∈N.

Beberapa pernyataan yang benar untuk beberapa bilangan asli, tetapi tidak untuk semua.
Sebagai contoh formula P(n) =n^2-n+41 memberikan bilangan prima untuk n = 1, 2, 3,
…,41. Tetapi P(41) bukan bilangan prima.

26
Terdapat versi lain dari prinsip induksi matematika yang kadang-kadang sangat berguna.
Sering disebut induksi kuat, walapun sebenarnya ekvalen dengan versi terdahulu. Kita akan
tinggalkan pada pembaca untuk menunjukan ekivalensinya dari kedua prinsip ini.

1.3.4 Prinsip induksi Kuat. Misalkan S subhimpunan N sedemikian sehingga 1∈S, dan bila
{1,2,…,k} ⊆S maka k+1∈S. Maka S = N.

Latihan untuk bagian 1.3

Buktikan bahwa 1^2+ 2^2+ …+ n^2= {1/2 n(n+1)}^2 untuk semua n∈N

Buktikan bahwa n < 2^n untuk semua n∈N

Buktikan bahwa jumlah bahwa jumlah dari setiap tiga berturut-turut bilangan asli n, n+1,
n+2 terbagi oleh 9

Dugaan rumus untuk jumlah bilangan asli n ganjil pertama 1 + 3 + … + (2n-1), dan cek
dugaanmu dengan menggunakan induksi matematika

Buktikan variasi berikut dari 1.3.2 . Misalkan S adalah subhimpunan tidak kosong dari N
sedemikian sehingga untuk beberapa n_0∈N adalah benar dengan (a) n_0∈S dan (b) Jika k
≥n_o dan jika k∈S, kemudian k+1∈S. Kamudian S berisi himpunan {n∈N:n≥n_0 }.

Buktikan bahwa 2^n<n! untuk semua n ≥4, n∈N (lihat latihan 5)

Untuk Bilangan asli adalah benar bahwa n^2< 2^n ? Buktikan pernyataanmu (Lihat
latihan 5)

Misalkan S adalah himpunan bagian dari N sedemikian sehingga (a)2^k di S untuk setiap
k∈N, dan (b) jika k∈S dan k≥2, maka k-1∈S. Buktikan bahwa S = N

Misalkan barisan (x_n ) didefinisikan sebagai berikut :x_1≔, x_2≔ dan


x_(n+2)≔1/2( x_(n+1)+ ) x_n) untuk setiap n∈N. Gunakan Prinsip induksi kuat 1.3.4
untuk menunjukan 1≤x_n≤2 untuk setiap n∈N

27
Bagian 1.4 Himpunan Tidak Terbatas

Tujuan dari bagian ini sangat terbatas, itu adalah untuk memperkenalkan istilah "terbatas",
"tak terbatas" dan "dapat dihitung". Kami akan menggunakan gagasan-gagasan ini untuk
membedakan himpunan bilangan rasional dan himpunan bilangan irasional dengan
menunjukkan bahwa himpunan yang sebelumnya dianggap tak terhingga tetapi himpunan
yang terakhir tidak. Teori umum dari himpunan tak terbatas, bilangan kardinal, dan
bilangan ordinal sangat luas dan memikat dalam hak mereka sendiri, tetapi kita akan
melanjutkan penelitian ini. Ternyata paparan yang sangat sedikit untuk topik-topik ini
sangat penting untuk materi dalam teks ini.

Definisi 1.4.1 Suatu himpunan B adalah terbatas jika itu kosong atau jika ada suatu bijection
dengan domain B dan berkisar dalam segmen awal {1,2,…,n} dari N. Jika tidak ada fungsi
seperti itu, himpunan tidak terbatas. Jika ada bilangan B ke N, maka himpunan B dapat
dihitung (atau dapat dihitung). Jika suatu himpunan terbatas atau denumerable, sedih bisa
dihitung.

ketika ada fungsi injektif (atau satu-satu) dengan domain B dan rentang C. kadang-kadang
kita mengatakan bahwa B dapat dimasukkan ke dalam satu-satu korespondensi dengan C.
Dengan menggunakan istilah ini, kita ulangi definisi 1.4.1 dan mengatakan bahwa set B
adalah terbatas jika kosong atau dapat dimasukkan ke dalam korespondensi satu-satu
dengan subset dari segmen awal N. kita mengatakan bahwa B dapat dihitung jika dapat
dimasukkan ke dalam korespondensi satu-satu dengan semua N.

Perlu dicatat bahwa, menurut definisi, himpunan B adalah terbatas atau tidak terbatas.
Namun, mungkin karena deskripsi himpunan, mungkin bukan masalah sepele untuk
memutuskan apakah himpunan B yang diberikan terbatas atau tidak terbatas.

Himpunan bagian dari N dilambangkan dengan {1,3,5},{2,4,5,8,10},{2,3,…,100} terbatas


karena, meskipun mereka bukan segmen awal N, mereka terkandung dalam segmen awal
N dan karenanya dapat dimasukkan menjadi korespondensi satu-satu dengan himpunan
bagian dari segmen awal N. Himpunan E dari bilangan asli

E∶={2,4,6,8,… }

28
dan himpunan O dari bilangan ganjil asli

O∶={1,3,5,7 … }

bukan segmen awal dari N. Namun, karena mereka dapat dimasukkan ke dalam
korespondensi satu-satu dengan semua N (bagaimana?), mereka sama-sama dapat dihitung.

Meskipun himpunan Z dari semua bilangan bulat

Z∶= {…,-2,-1,0,1 ,2,…}

berisi himpunan N, dapat dilihat bahwa Z adalah himpunan denumerable. (Bagaimana?)

kami tidak menyatakan beberapa teorema tanpa bukti. Pada bacaan pertama mungkin lebih
baik untuk menerima mereka tanpa pemeriksaan lebih lanjut, pada bacaan selanjutnya,
namun, pembaca akan berusaha untuk memberikan bukti untuk pernyataan-pernyataan ini.
Dengan demikian, ia akan menemukan sifat induktif himpunan N dari bilangan asli
menjadi berguna.

Teorema 1.4.2 Himpunan B dapat dihitung jika dan hanya jika ada injeksi dengan domain B dan
range dalam N

Teorema 1.4.3 Setiap himpunan bagian dari himpunan terbatas adalah terbatas. Setiap himpunan
bagian dari himpunan yang dapat dihitung dapat dihitung

Teorema 1.4.4 Persatuan koleksi terbatas hingga terbatas adalah set terbatas. Persatuan
kumpulan set yang dapat dihitung adalah set yang dapat dihitung.

Ini adalah konsekuensi dari bagian kedua dari teorema 1.4.4 bahwa himpunan Q dari
semua bilangan rasional membentuk himpunan yang dapat dihitung. (Kita ingat bahwa
bilangan rasional adalah pecahan m/n, di mana m dan n adalah bilangan bulat dan n≠0).
Untuk melihat bahwa Q adalah himpunan yang dapat dihitung, kami membentuk
himpunan.

A_0 ∶= {0}

A_1 ∶= {1/1,-1/1,2/1,-2/1,3/1,-3/1,…},

29
A_2 ∶= {1/2,-1/2,2/2,-2/3,3/2,-3/2,…},

…………………………………….

A_n ∶= {1/n,-1/n,2/n,-2/n,3/n,-3/n,…}

…………………………………….

Perhatikan bahwa masing-masing set A dapat dihitung dan bahwa penyatuan mereka semua
dari Q. Oleh karena itu teorema 1.4.4 menegaskan bahwa Q dapat dihitung. Bahkan, kita
dapat menghitung Q dengan "prosedur diagonal"

0,1/1,-1/1,1/2,2/1,- 1/2,1/3,…

Dengan menggunakan jenis argumen ini, pembaca harus dapat membangun bukti Teorema
1.4.4

Yang tak terhitung dari R dan I

Terlepas dari kenyataan bahwa himpunan bilangan rasional dapat dihitung, seluruh
himpunan R dari bilangan real tidak dapat dihitung. Bahkan, himpunan bilangan real x.

0 ≤x≤1 tidak dapat dihitung. Untuk menunjukkan hal ini, kita akan menggunakan argumen
G. Cantor yang elegan "diagonal". Kita asumsikan diketahui bahwa setiap bilangan real x
dengan 0 ≤x≤1 memiliki representasi desimal dalam bentuk x=0,a_1,a_2,a_3, …, di mana
setiap a_k menunjukkan angka 0, 1, 2, 3, 4 , 5, 6, 7, 8, 9. Harus disadari bahwa bilangan
real tertentu memiliki dua representasi dalam bentuk ini (misalnya, bilangan rasional 1/10
sebagai dua representasi

0.1000 … and 0.0999)

Kita dapat memutuskan untuk mendukung salah satu dari dua representasi ini, tetapi itu
tidak perlu dilakukan. Karena ada banyak bilangan rasional dalam interval 0 ≤x≤1
(mengapa?), Himpunan I tidak dapat terbatas. Kami sekarang akan menunjukkan bahwa itu

30
tidak dapat dihitung. Misalkan ada anumerasi x_1,x_2,x_3,… dari semua bilangan real
yang memenuhi 0 ≤x≤1 diberikan oleh

x_1=0,a_1,a_2,a_3,…

x_2=0,b_1,b_2,b_3,…

x_3=0,c_1,c_2,c_3,…

……………………….

Sekarang misal y_1=2 jika a_1≥5 dan missal y_1=7 jika a_1≤4, misal y_2=2 jika b_2≥5
dan y_2=7 jika b_2≤4, dan seterusnya. Pertimbangkan angka y dengan representasi
desimal

y=0,y,y_1,y_2,y_3,…

yang jelas memuaskan 0 ≤y≤1. Angka y bukan salah satu angka dengan dua representasi
desimal, karena y_n≠0,9. Pada saat yang sama y ≠ x_n untuk sembarang n (karena digit ke-
n dalam representasi desimal untuk y dan x_n berbeda). Oleh karena itu, kumpulan
bilangan real yang didenumerasikan dalam interval ini akan menghilangkan setidaknya
satu bilangan real yang termasuk dalam interval ini. Oleh karena itu, interval ini bukan
himpunan yang dapat dihitung.

Fakta bahwa himpunan R dari bilangan real tidak terhitung dapat dikombinasikan dengan
fakta bahwa himpunan Q dari bilangan rasional dapat dihitung untuk menyimpulkan bahwa
himpunan R∖Q tidak terhitung. Memang, karena penyatuan dua set yang dapat dihitung
adalah set yang dapat dihitung oleh Teorema 1.4.4, asumsi keterandalan R∖Q akan
menyiratkan bahwa R, penyatuan Q dan R∖Q, akan menjadi set yang dapat dihitung. Dari
kontradiksi ini, kami menyimpulkan bahwa himpunan bilangan irasional R∖Q adalah
himpunan tidak terhitung.

Misalkan set A tidak terbatas; kita akan mengandaikan bahwa ada satu-satu korespondensi
dengan himpunan bagian A dan semua N. Dengan kata lain, kami menganggap bahwa
setiap himpunan tak terbatas berisi himpunan bagian yang dapat dihitung. Penegasan ini
adalah bentuk lemah dari apa yang disebut Aksioma Pilihan, yang merupakan salah satu

31
aksioma usua dari teori himpunan. Setelah pembaca mencerna isi buku ini, dia mungkin
beralih ke perlakuan aksiomatis terhadap fondasi yang telah kita diskusikan secara agak
informal. Namun, untuk saat ini ia sebaiknya mengambil pernyataan di atas sebagai
aksioma sementara. Ini bisa digantikan kemudian oleh aksioma yang lebih jauh dari teori
himpunan.

Latihan untuk bagian 1.4

Menunjukkan korespondensi satu-satu antara himpunan E dari bilangan genap alami dan
himpunan N

Memperlihatkan korespondensi satu-satu antara himpunan O dari bilangan natural ganjil


dan himpunan N

Tunjukkan korespondensi satu-satu antara N dan subset N yang tepat

Jika A terkandung dalam beberapa segmen awal {1,2,…,n} dari N, gunakan properti
pengurutan yang baik dari N untuk mendefinisikan suatu bijihasi A ke beberapa segmen
awal N

Berikan contoh koleksi himpunan terbatas yang tak terhitung jumlahnya yang
penyatuannya tidak terbatas

Gunakan fakta bahwa setiap himpunan tak terhingga memiliki himpunan bagian yang
dapat dihitung untuk menunjukkan bahwa setiap himpunan yang tak terbatas dapat
dimasukkan ke dalam satu-satu korespondensi dengan himpunan bagian yang tepat dari
dirinya sendiri.

Tunjukkan bahwa jika himpunan A dapat dimasukkan ke dalam korespondensi satu-satu


dengan himpunan B, maka B dapat dimasukkan ke dalam korespondensi satu-satu dengan
A.

32

Anda mungkin juga menyukai