Kecerdasan seseorang atau sikap saat menghadapi masalah adalah disposisi
(Lai,2011).Facione (2000) mendefinisikan disposisi berpikir kritis sebagai motivasi internal yang konsisten untuk bertindak secara kritis terhadap peristiwa atau keadaan tertentu. Dalam hal ini, seseorang dengan kecenderungan berpikir kritis adalah satu yang selalu mengandalkan pemikiran kritisnya saat berakting (As'ari, Mahmudi, & Nuerlaelah, 2017). Sebelum melakukan tindakan tertentu, orang yang memiliki pemikiran kritis cenderung merenungkan hal-hal yang berkaitan dengan tindakan sebelumnya. Disposisi pemikiran kritis siswa dapat mempengaruhi proses pemecahan masalah(Biber,Tuna, & Incikabi, 2013; Karagöl & Bekmezci, 2015, 2015; Özyurt, 2015;Tumkaya,Aybek,&Aldag,2009). Oleh karena itu, dalam pemecahan masalah, disposisi berpikir kritis perlu dikembangkan (Kim & Choi,2014), karena penyelesaian masalah adalah dimensi disposisi berpikir kritis. Dengan demikian, ketika seseorang berpikir disposisi kritis meningkat, keterampilan pemecahan masalah juga akan meningkat (Kanbay & Okanlı,2017). Karena itu, ketika siswa menguasai disposisi berpikir kritis, mereka tidak segera menyelesaikan masalah yang dihadapi, tetapi mereka akan terlebih dahulu memeriksa kebenaran di balik masalah dan mengklasifikasikan hal-hal yang terkait dengan masalah (Kurniati & Zayyadi, 2018). Sebaliknya, jika siswa tidak menguasai disposisi pemikiran kritis, maka ketika memecahkan masalah matematika tertentu, mereka tidak akan memeriksa seluruh rangkaianpertanyaan dan kebenaran di balik informasi yang ada dalam masalah (As'ari, et al. 2017). Hal Ini, akan menyebabkan kesalahan dalam menyelesaikan masalah matematika. Oleh karena itu, disposisi berpikir kritis memegang peran yang sangat penting bagi setiap siswa, terutama siswa Matematika, ketika berhadapan dengan pemecahan masalah matematika. Pencarian kebenaran adalah komponen penting dari disposisi berpikir kritis, dan sangat penting bagi siswa untuk menguasai disposisi berpikir kritis (Facione, et al. 1995). Hal Ini, karena pencarian kebenaran menunjukkan kecenderungan untuk selalu mencari kebenaran ketika menghadapi masalah. Oleh karena itu, dengan melakukan pencarian kebenaran, siswa Matematika akan secara khusus memeriksa masalah matematika yang diberikan. Pengecekan fokus pada keseluruhan kemampuan berbicara yang dipertanyakan, kebenaran di balik informasi dalam masalah, penggunaan simbol matematika, dan aplikasi logika dan argumentasi logis dalam masalah matematika. • Penelitian ini menganggap perlu mempelajari mekanisme mental dan struktur siswa Matematika selama proses pencarian kebenaran dalam memecahkan masalah matematika. • Pencarian kebenaran proses ini perlu ditelusuri karena ada kemungkinanmengungkapkan mekanisme dan struktur mental yang berbeda di antara siswa matematika. • Penelitian ini berusaha untuk mendapatkan pemahaman yang mencolok tentang struktur mental dan mekanisme siswa Matematika yang menguasai keterampilan mencari kebenaran dalam memecahkan masalah Matematika. • Dalam penelitian ini, fase struktur mental dan mekanisme yang dibuat operatif mengacu pada teori APOS, diproyeksikan untuk memahami mekanisme abstraksi reflektif, seperti yang diperkenalkan oleh Piaget (Dubinsky, 2002). METODE • Penelitian ini bersifat eksploratif kualitatif • Subjek dalam penelitian ini adalah 4 (empat) siswa semester ke- 6 di Departemen Matematika Pendidikan di Fakultas Keguruan dan Pendidikan Universitas Jember selama di Universitas Muhammadiyah Malang 2017/2018 Tahun Akademik • Masalah matematika yang digunakan untuk tujuan pengujian terdiri dari dua item yaitu terdiri dari, satu dengan kontradiksi dan satu lagi penyelesaian yang salah. • Setelah menentukan subyek penelitian, para peneliti menganalisis hasil rekaman pemikiran. dengan lantang setiap subjek. • Analisis difokuskan pada kecenderungan yang terlihat jelas dalam struktur mental mereka dan mekanisme pemecahan masalah matematika. • Peneliti melakukan yang tidak terstruktur wawancara untuk mengkonfirmasi proses struktur mental dan mekanisme selama pencarian kebenaran dilakukan oleh subjek saat memecahkan masalah matematika. • Wawancara menyelidiki proses memecahkan masalah matematika. Tahapan terakhir mencakup menganalisis lembar jawaban, merekam berpikir keras, catatan pengamatan langsung pencarian kebenaran, dan mewawancarai hasilnya untuk menggambarkan Kecenderungan siswa matematika dalam struktur dan mekanisme mental selama pencarian kebenaran proses, tentang teori APOS. HASIL DAN DISKUSI Kasus Pertanyaan Nomor 1 Analisis Proses Pencarian Kebenaran dalam Memecahkan Pertanyaan Nomor 1 • Dua kelompok berbeda terbukti dalam proses pencarian kebenaran dari empat Matematika siswa dalam menyelesaikan soal matematika nomor 1 1. Proses pencarian kebenaran dari ketiga siswa Matematika (S1, S2, S3), sebelum menyelesaikan masalah nomor 1, dimulai dengan memeriksa kebenaran informasi dan instruksi dalam masalah. Dengan demikian, proses pencarian kebenaran siswa ketiga dimulai sejak awal sebelum bekerja pada masalah. 2. Proses pencarian kebenaran dari satu siswa Matematika lainnya (S4) berbeda dari yang lain tiga subjek penelitian. Perbedaan terjadi ketika siswa memeriksa kebenaran setelahnya mengerjakan pertanyaan nomor 1, dan dia menemukan bahwa ada kesalahan dalam informasinya disajikan dalam pertanyaan. Analisis Siswa Berpikir-Keras selama Pencarian Kebenaran dalam menyelesaikan Pertanyaan Matematika Nomor 1 Berdasarkan Teori APOS