Anda di halaman 1dari 60

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta, pada tanggal 3 Maret 1988,

sebagai anak ke-empat dari empat bersaudara, dari

pasangan Bapak A.B Sianipar dan Ibu B.R br Silaen.

Taman kanak-kanak (TK) diselesaikan penulis di TK

Mardisiwi, Jakarta Selatan,. Sekolah Dasar (SD)

diselesaikan penulis pada tahun 1999 di SDN 07 Bukit Duri Jakarta Selatan,

Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) diselesaikan penulis pada tahun 2002

di SLTPN 33 Jakarta Selatan. Dan pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA)

pada tahun 2005 di SMAN 79 Jakarta. Pada tahun 2006, penulis terdaftar sebagai

Mahasiswa Program Studi Matematika, Jurusan Matematika, Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung melalui jalur

Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB).

Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif di organisasi ekstra kampus yang

bernama PERKANTAS, dan pernah menjabat sebagai koordinator bidang

Pembinaan pada tahun 2010. Pada bulan Juni tahun 2009, penulis melaksanakan

kerja praktek di P.T Rukindo, Jakarta Utara.


RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta, pada tanggal 3 Maret 1988,

sebagai anak ke-empat dari empat bersaudara, dari

pasangan Bapak A.B Sianipar dan Ibu B.R br Silaen.

Taman kanak-kanak (TK) diselesaikan penulis di TK

Mardisiwi, Jakarta Selatan,. Sekolah Dasar (SD)

diselesaikan penulis pada tahun 1999 di SDN 07 Bukit Duri Jakarta Selatan,

Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) diselesaikan penulis pada tahun 2002

di SLTPN 33 Jakarta Selatan. Dan pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA)

pada tahun 2005 di SMAN 79 Jakarta. Pada tahun 2006, penulis terdaftar sebagai

Mahasiswa Program Studi Matematika, Jurusan Matematika, Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung melalui jalur

Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB).

Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif di organisasi ekstra kampus yang

bernama PERKANTAS, dan pernah menjabat sebagai koordinator bidang

Pembinaan pada tahun 2010. Pada bulan Juni tahun 2009, penulis melaksanakan

kerja praktek di P.T Rukindo, Jakarta Utara.


SANWACANA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Tritunggal yang MahaPengasih,

karena berkat karunia-NYA penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul :

INTEGRAL RIEMANN BERNILAI BARISAN

Dalam penulisan skripsi ini penulis banyak mendapatkan bantuan, bimbingan dan

saran. Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapakan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Muslim Ansori selaku Dosen Pembimbing I yang telah

memberikan waktu dan pemikiran dalam memberikan bimbingan pada

skripsi ini.

2. Ibu Dorah Aziz, M.Si. selaku Ketua Program Studi Matematika serta

pembimbing II yang telah memberikan bantuan serta mengarahkan penulis

sehingga bisa menyelesaikan skripsi ini

3. Bapak Amanto, S.Si, M.Si. selaku pembahas yang telah memberikan

kemudahan serta saran kepada penulis sehingga bisa menyelesaikan skripsi

ini.

4. Bapak Rudi Ruswandi,M.Si. selaku Pembimbing Akademik atas masukan

masukan, motivasi serta waktu luangnya


5. Bapak Tiryono Ruby, Ph.D. selaku Ketua Jurusan Matematika, Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lampung.

6. Bapak Prof. Suharso, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam Universitas Lampung.

7. Seluruh Dosen dan karyawan Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan

Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lampung.

8. Papa dan mama tercinta atas motivasi,doa, dana dan kesabaran yang

diberikan untuk penulis.

9. Abang Anto, kak Cipi, dan kakak Yuli terkasih yang telah memotivasi

penulis.

10. Flora Maisari Situmorang untuk kesetiaannya mendoakan dan menasihati

penulis

11. Teman-teman Cosmixers yang telah lulus dan yang masih berjuang

12. Teman-teman KK GSM (Tommy, Joni, Chrismes, bang Harris) dan KK

Marginal(Abe, Berto, Ventus) untuk kebersamaan yg telah terjalin .

13. Sahabat-sahabat di PMK-L dan PERKANTAS Lampung yang memberi

semangat pada penulis untuk terus berjuang

14. Keluarga besar POM MIPA untuk setiap kebersamaan dan relasi yang boleh

terjalin

15. Dan kepada teman-teman yang tidak bisa penulis sebutkan namanya satu-

persatu.
Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini seutuhnya masih belum

sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan sarannya demi

penyempurnaan skripsi ini.

Bandar Lampung, 10 Februari 2012

Penulis,

Benny Tulustio Sianpar


ABSTRAK

INTEGRALRIEMANN BERNILAI BARISAN

Oleh

BENNY TULUSTIO SIANIPAR

Telah dilakukan penelitian untuk mengetahui Integral Riemann yang bernilai


barisan di . Pada penelitian ini dilakukan transformasi integral Riemann pada R
ke barisan . Definisi Integral Riemann dan teorema-teorema yang berhubungan
dengan Integral Riemann di R ditransformasi ke dalam barisan . dengan
menggunakan norma . sebagai alat utama untuk membuktikan apakah barisan
terintegaral Riemann. Untuk membuktikan barisan terintegral Riemann
pada selang [ , ] hanya perlu dibuktikan Supremum dari
( ) = ( ( ), ( ), ( ), ) terintegral Riemann, dan telah terbukti bahwa
barisan terintegral Riemann pasa selang [ , ]. Pada penelitian ini juga
diberikan contoh soal Integral Riemann bernilai barisan untuk mempermudah
pembaca dalam memahami Integral Riemann bernilai barisan .

Kata Kunci : Integral Riemann, barisan , transformasi.


INTEGRAL RIEMANN BERNILAI BARISAN

Oleh

Benny Tulustio Sianipar


0617031027

JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2012
Judul: :INTEGRAL RIEMANN BERNILAI BARISAN

Nama Mahasiswa : Benny Tulustio Sianipar

NPM : 0617031027

Progran Studi : Matematika

Jurusan : Matematika

Fakultas : Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

MENYETUJUI,

Komisi Pembimbing

Dr. Muslim Ansori, M.Si Dorrah Azis, M.Si.


NIP. 19720227 1998081001 NIP. 19610128 1988112001

MENGETAHUI,

Ketua Jurusan Matematika Ketua Program Studi Matematika

Tiryono Ruby,Ph.D. Dorrah Azis, M.Si.


NIP. 19620704 1988031002 NIP. 19610128 1988112001
MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Dr. Muslim Ansori, M.Si. …………….

Sekretaris : Dra. Dorrah Aziz, M.Si. …………….

Penguji
Bukan Pembimbing : Amanto, M.Si. ………………

Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Prof. Suharso, Ph.D.


NIP 19690530 199512 1001

Tanggal Lulus Ujian Skripsi : 15 Februari 2012


III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu danTempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam, Universitas Lampung pada semester ganjil Tahun Ajaran

2011 – 2012.

3.2 Metodologi Penelitian

Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah studi pustaka, yaitu mengkaji

buku-buku dan jurnal-jurnal resmi yang terkait dalam penelitian ini.

Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah :

• Menyelidiki konsep Integral Riemann yang bernilai vektor

• Menyelidiki konsep ruang barisan Tak hingga

• Mencari integral riemann bernilai barisan


MOTTO

Wujud iman yang sejati ialah kasih, dan wujud kasih


yang sejati ialah pelayanan
John Stott
Orang yang sombong adalah orang yang tak mau
berdoa.
Anonim

Karena kepada orang yang diperkenanNya Ia


mengaruniakan hikmat, pengetahuan, dan kesukaan
Pengkhotbah 2:26 a

Tuhan itu baik dan benar Segala jalan Tuhan adalah


kasih setia, segala jalan Tuhan adalah kebenaran
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang dan Masalah

Meskipun ada beberapa jenis teori integral, tetapi Integral Riemannlah yang

banyak memberi inspirasi pembentukan jenis integral lain, dan sudah banyak

pemakaiannya baik di dalam bidang matematika sendiri maupun di dalam bidang-

bidang ilmu lain, terutama di bidang fisika dan ilmu keteknikan.

I. Newton (1642-1727) menyusun salah satu teori integral berdasarkan kalkulus;

Integral Newton disusun dengan menggunakan anti derivatif. G.F.B. Riemann

(1826-1866), pada tahun 1854, menyusun teori integral dengan cara lain yaitu

dengan menggunakan partisi. Sebagai penghormatan, integral yang disusunnya

disebut Integral Riemann. Pada tahun 1875, Integral Riemann di modifikasi oleh

I.G. Darboux (1842-1917) dengan menggunakan jumlah atas dan jumlah bawah

Riemann. Integral Darboux ini lebih mudah difahami daripada Integral Riemann

itu sendiri dan ternyata dapat diperlihatkan bahwa Integral Darboux ekuivalen

dengan Integral Riemann.


2

Pada pendefinisian Integral Riemann tersebut, selisih limit jumlah atas atau

jumlah bawah dengan nilai integralnya menggunakan nilai mutlak |. |. Selanjutnya

peneliti tertarik bagaimana jika nilai integralnya diubah menjadi barisan . Hal

ini dimungkinkan yaitu dengan mengubah nilai mutlak |. |. menjadi norma . .

pada . Permasalahannya adalah apakah definisi Integral Riemann masih berlaku

atau tidak ?.

1.2 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah mengkonstruksikan Integral Riemann bernilai barisan

1.3 Batasan Masalah

Dalam penelitian ini, penulis hanya akan membahas Integral Riemann yang

bernilai barisan .

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari hasil penulisan ini adalah:

• Dapat memberikan kontribusi pemikiran untuk memperluas dan

memperdalam wawasan di bidang analisis real, khususnya untuk

masalah Integral Riemann.


3

• Dapat memberikan masukan bagi para penulis lain yang ingin lebih

lanjut mengkaji tentang Integral Riemann.


II. TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab ini akan dibahas beberapa konsep mendasar meliputi Integral Atas

dan Integral Bawah Darboux, Integral Darboux, Teorema Bolzano Weierstrass,

serta teorema-teorema yang mendukung penelitian tentang Integral Riemann dan

ruang barisan.

2.1 Integral Atas dan Integral Bawah Darboux

Jika diketahui selang [ , ], maka himpunan terurut :

={ = , , , , , = }

dengan < ( = 1,2, , ) disebut partisi (partition) atau partisi

Riemann pada [ , ]. Selanjutnya, [ , ] disebut selang-bagian ke- dan

disebut panjang selang-bagian ke- , dan

= { ; = 1,2, 3, , }

disebut norma (norm) partisi .

(Walter Rudin, 1976)

Jika dan masing-masing partisi pada [ , ] dan , maka dikatakan

partisi merupakan penghalus (refinement) partisi . Partisis pada [ , ] yang

paling sederhana (kasar) adalah { = , = } yang di haluskan oleh partisi

pada [ , ] yang lain.


5

Teorema 2.1.1 Jika dan masing-masing partisi pada selang [ , ] dan

maka

Bukti : Jika

={ = , , , , , = }

Maka ada bilangan asli dengan 1 sehingga

= = = { ; = 1,2, 3, , }

Karena , maka tepat salah satu terjadi :

• = . Dalam keadaan seperti ini diperoleh

= .

• himpunan-bagian sejati himpunan . Jadi ada dan

( , ) untuk suatu . Dalam keadaan ini tentu

Dari dua hasil tersebut dapat disimpulkan atau terbukti bahwa

Perlu dicatat bahwa, jika dan masing-masing partisi pada selang [ , ],

maka untuk setiap ( = 1,2), selalu berlaku


6

Contoh Soal :

1 1 1 1 1 1 1 1 1 3
= 0, , , , , 1 , = 0, , , , , , , 1
7 5 3 2 7 5 4 3 2 4

dan

1 1 1 1 1 5 3
= 0, , , , , , , , 1
7 5 4 3 2 8 4

masing-masing partisi pada selang [0,1] dengan

1 1 1
= , = , =
2 4 4

Mudah dilihat bahwa dan

Jumlah atas dan jumlah bawah

Jika diketahui fungsi [ , ] terbatas ={ = , , , , , = }

Partisi pada [ , ], [ , ] titik sebarang dan jika

= inf{ ( ); [ , ]}

dan

= { ( ); [ , ]}

Maka diperoleh

( )

untuk setiap = 1,2, 3, , .

Karena fungsi f terbatas pada [ , ], maka ada bilangan dan sehingga

= inf{ ( ); [ , ]}

dan

= { ( ); [ , ]}
7

Dan berakibat bilangan dan ada dan selalu berlaku

( )

Definisi 2.1.2 Bilangan

( ; )= ( )

Disebut jumlah Riemann (Riemann sum) fungsi f pada [a, b], bilangan

( ; )=

Disebut jumlah Darboux bawah (lower Darboux sum) fungsi f pada [a, b],dan

bilangan

( ; )=

Disebut jumlah Darboux atas (upper Darboux sum) fungsi f pada [a, b].

Di atas telah disebutkan bahwa fungsi [ , ] terbatas maka ( ), ,

dan masing-masing ada (hingga). Hal ini berakibat bilangan-bilangan ( ; ),

( ; ), dan ( ; ) ada untuk setiap partisi pada [ , ]. Oleh karena itu

diperoleh teorema di bawah ini.

Teorema 2.1.3. Jika fungsi [ , ] terbatas, maka untuk setiap partisi P

pada [ , ], diperoleh

(i) ( ; ), ( ; ), ( ; )
8

Masing-masing ada, dan

(ii) ( ) ( ; ) ( ; ) ( ; ) ( )

dengan

= inf{ ( ); [ , ]} , = { ( ); [ , ]}

Bukti :

Nilai ( ; ) dan ( ; ) masing-masing bergantung pada partisi P; tepatnya,

setiap partisi P pada [ , ] menentukan tepat satu nilai ( ; ) dan tepat satu nilai

( ; ). Sedangkan nilai ( ; ) tidak hanya bergantung pada partisi P saja tetapi

juga bergantung pada pemilihan titik [ , ]. Meskipun demikian apapun

pemilihan [ , ], Teorema 2.1.3 tetap berlaku. Sifat lebih lanjut tentang

hubungan nilai tiga jenis jumlah, jumlah Riemann dan jumlah Darboux, tersebut

di atas tertuang ke dalam teorema di bawah ini.

Teorema 2.1.4. Jika fungsi [ , ] terbatas, P1 dan P2 masing-masing

partisi pada [ , ], dan , maka

( ; ) ( ; ) ( ; ) ( ; ) ( ; )

Bukti : Mengingat teorema 2.1.3, akan ditunjukkan

( ; ) ( ; ) dan ( ; ) ( ; )

(i) Katakan ={ = , , , , , = }. Jika untuk suatu ada

, , , , sehingga

= inf ( ); ( ),

= { ( ); ( ), }
9

dengan = 1,2,3, ,

Mudah difahami bahwa :

untuk setiap

( = 1,2,3, , , + 1). Diperoleh suku ke- dari ( ; ) terpecah menjadi

( + 1) suku dari ( ; ), dengan hubungan sebagai berikut :

. = ( + + + ( ) )

= . + . + + . ( ) )

. + . + + ( ). ( )

Dengan

= ( ) = 1, 2, 3, , +1

Oleh karena itu, dentgan menjumlahkan untuk seluruh dapat disimpulkan

( ; ) ( ; ).

(ii) Katakan ={ = , , , , , = }. Jika untuk suatu ada

, , , , sehingga

= inf ( ); ( ),

= { ( ); ( ), }

dengan = 1,2,3, ,

Mudah difahami bahwa :

untuk setiap

( = 1,2,3, , , + 1). Diperoleh suku ke- dari ( ; ) terpecah menjadi

( + 1) suku dari ( ; ), dengan hubungan sebagai berikut :


10

. = ( + + + ( ) )

= . + . + + ( ). ( ) )

. + . + + . ( )

Dengan

= ( ) = 1, 2, 3, , +1

Oleh karena itu, dengan menjumlahkan untuk seluruh dapat disimpulkan

( ; ) ( ; )

Karena terbukti

( ; ) ( ; ) dan ( ; ) ( ; )

Dengan demikian terbukti bahwa

( ; ) ( ; ) ( ; ), ( ; ) ( ; ).

Jika [ , ] koleksi semua partisi pada [ , ], didefinisikan dua himpunan

bilangan :

( )={ ( ; ); [ , ]}

( )={ ( ; ); [ , ]}

dan diperoleh teorema di bawah ini.

Teorema 2.1.5. Jika fungsi [ , ] terbatas maka

(i) ( ) terbatas ke atas dan f dikatakan terintegral Darboux bawah (lower

Darboux integrable) pada [ , ],


11

(ii) ( ) terbatas ke bawah dan f dikatakan terintegral Darboux atas (upper

Darboux integrable) pada [ , ].

Bukti : Karena fungsi [ , ] terbatas maka

= inf{ ( ); [ , ]} dan = { ( ); [ , ]} masing-masing ada.

Menurut Teorema 2.1.3. dan Teorema 2.1.4., untuk setiap partisi P pada

[ , ] berlaku ( ; ) ( ), ( ; ) ( ) dan

( ) ( ; ) ( ; ) ( )

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ( ) terbatas ke atas dengan salah

satu batas atasnya adalah ( ), juga ( ) terbatas ke bawah dengan salah

satu batas bawahnya adalah ( ).

Berdasarkan Teorema 2.1.5. tersebut disusun pengertian-pengertian di bawah ini.

Definisi 2.1.6. Diketahui fungsi [ , ] terbatas. Bilangan

(i) = [ , ] ( ) disebut integral Darboux bawah

(lower Darboux integrable) fungsi f pada [ , ],

(ii) = [ , ] ( ) disebut integral Darboux atas

(upper Darboux integrable) fungsi f pada [ , ].

(Soeparna Darmawijaya, 2006).

Teorema 2.1.7. Jika fungsi [ , ] terbatas, maka

.
12

Bukti : Karena fungsi f terbatas, maka menurut Teorema 2.1.5., dan

ada. Oleh karena itu, untuk setiap bilangan > 0 terdapat partisi P1 dan

P2 pada selang [ , ] sehingga berlaku

< ( ; )
2

dan

( ; )< + (A)
2

Karena = partisi pada [ , ] dan ( = 1,2), maka diperoleh

( ; ) ( ; ) ( ; ) ( ; ) (B)

Dari (A) dan (B) diperoleh

< ( ; ) ( ; )< +
2 2

yang berarti

.
13

2.2 Integral Darboux

Telah diperlihatkan bahwa setiap fungsi f yang terbatas pada suatu selang [ , ]

tentu terintegral Darboux atas dan terintegral Darboux bawah pada [ , ] dan

selalu berlaku .

Definisi 2.2.1. Diketahui fungsi f terbatas pada [ , ]. Jika =

, maka dikatakan f terintegral Darboux (Darboux Integrable) pada [ , ]

dan bilangan

( ) = = .

disebut Intgral Darboux fungsi f pada [ , ].

Teorema di bawah ini merupakan salah satu kriteria apakah suatu fungsi

terintegral Darboux atau tidak.

(Soeparna Darmawijaya, 2006).

Teorema 2.2.2. Fungsi f yang terbatas pada [ , ] terintegral Darboux pada

[ , ] jika dan hanya jika untuk setiap bilangan > 0 terdapatr partisi P

pada [ , ] sehingga berlaku

( ; ) ( ; )<

Bukti : Syarat perlu : Diketahui Fungsi f terintegral Darboux pada [ , ], jadi

( ) = = .
14

Oleh karena itu untuk setiap bilangan > 0 terdapat partisi dan pada [ , ]

sehingga berlaku

( ) = < ( ; )
2 2

dan

( ; )< + =( ) + (A)
2 2

Karena = merupakan partisi pada [ , ] dan ( = 1,2),

maka diperoleh

( ; ) ( ; ) ( ; ) ( ; ) (B)

Dari (A) dan (B) diperoleh

< ( ; ) ( ; )< +
2 2

yang berakibat

( ; ) ( ; )< + =
2 2

Syarat cukup : Diketahui bahwa untuk setiap bilangan > 0 terdapat partisi P

pada [ , ] sehingga

( ; ) ( ; )< .

Telah diketahui dari Definisi 2.1.6. dan Teorema 2.1.7., selalu berlaku

( ; ) ( ; )
15

Dua ketidaksamaan terakhir berakibat

0 <

untuk setiap bilangan > 0, yang berarti

= .

Berberapa fungsi yang terintegral Darboux

Tiga teorema di bawah ini memperlihatkan tiga contoh penting fungsi-fungsi yang

terintegral Darboux pada selang tertutup [ , ].

Teorema 2.2.3.

(i) Setiap fungsi konstan terintegral Darboux. Lebih tegas, jika ( ) = untuk

setiap [ , ], maka f terintegral Darboux pada [ , ], dan

( ) = ( )

(ii) Setiap fungsi monoton dan terbatas pada suatu selang tertutup terintegral

Darboux

Bukti : (i) Diambil sebarang bilanga > 0 dan sebarang partisi ={ =

, , , , , = }. Karena ( ) = untuk setiap [ , ], maka

deperoleh = dan = , untuk setiap , = 1,2,3, , . Oleh karena itu

diperoleh
16

( ; )= = ( )

dan

( ; )= = ( )

yang berakibat ( ; ) ( ; ) = 0 < atau menurut Teorema 2.2.2., fungsi f

terintegral darboux pada [ , ] dan

( ) = ( )= { ( )} = ( )

atau

( ) = ( )= { ( )} = ( )

(ii). Diambil sebarang fungsi yang monoton dan terbatas. Jika fungsi

konstan sudah terbukti. Jika fungsi naik monoton pada [ , ], untuk sebarang

bilangan > 0 yang diambil lebih dahulu, dibentuk partisi ={ =

, , , , , = } pada [ , ] dengan < ( ) ( )


. Karena fungsi

naik monoton, maka = ( ) dan = ( ). Oleh karena itu, diperoleh

( ; ) ( ; )= ( )

< { ( ) ( )}
( ) ( )

= { ( ) ( )}
( ) ( )
17

= { ( ) ( )} =
( ) ( )

yang berarti, menurut Teorema 2.2.2., fungsi naik monoton dan terbatas f

terintegral darboux pada [ , ]. Bukti sejalan untuk fungsi turun monoton dan

terbatas.

Teorema 2.2.4. Setiap fungsi kontinu pada suatu selang tertutup terintegral

Darboux pada selang itu.

Bukti : Diketahui fungsi f kontinu pada selang tertutup [ , ]. fungsi f kontinu

seragam pada [ , ] yaitu untuk setiap bilangan > 0 terdapat bilangan =

( ) > 0 yang tak bergantung pada [ , ] sehingga untuk setiap

, [ , ] dengan | |< berakibat

(A) | ( ) ( )| <
2( )

Diambil sebarang partisi ={ = , , , , , = } pada [ , ] dengan

| | < . Jadi, ∆ < untuk setiap , = 1,2,3,…, . Karena fungsi f kontinu

pada setiap selang bagian [ , ], dan terdapat , [ , ] sehingga

= ( ) dan = ( ) . Karena | − |≤ ∆ < , maka menurut A,

berlaku

(B) | ( ) − ( )| <
2( − )

Untuk setiap . Oleh karena itu, diperoleh

( ; )− ( ; )= ( − )∆
18

= { ( ) − ( )} ∆

< ∆ = ( − )<
2( − ) 2( − )

yang berarti terbukti bahwa fungsi f terintegral Darboux pada .

Teorema 2.2.5. Setiap fungsi yang terbatas dan kontinu pada suatu selang

tertutup kecuali di beberapa titik, terintegral Darboux pada selang tertutup itu.

Bukti : Diambil sebarang fungsi terbatas f yang kontinu pada selang tertutup

[ , ] kecuali di titik , , ,…, , [ , ]. Tak mengurangi arti jika dianggap

< < < < . Karena fungsi f terbatas pada [ , ], maka

= inf{ ( ); ∈[ , ]} , = { ( ); ∈[ , ]}

Ada. Untuk bilangan > 0 sebarang diambil bilangan positif dengan 0 < <

∙min{ − ; = 1,2,…, }. Menurut Teorema 2.2.3., karena fungsi f kontinu

pada selang-selang = [ , − ], = [ + , − ], = [ + , −

],…, = [ + , ] tentu ada partisi , , ,…, berturut-turut pada

selang tersebut sehingga

( ; )− ( ; )<
2( + 1)

Untuk setiap ( = 1,2,3,…, + 1) . Bentuk partisi = ∪ ∪ ∪…∪ .

Jelas bahwa partisi pada [ , ]. Jika

= inf{ ( ); ∈[ − , + ]},

dan
19

= { ( ); ∈[ − , + ]},

maka diperoleh

( ; )− ( ; )= { ( ; )− ( ; )} + ( − )2

< ( − ) 2
2( + 1)

= + ( − )2 <
2

asalkan < ( )
. Dengan kata lain, dapat dikonstruksikan partisi = ∪

∪ ∪…∪ pada [ , ] sengingga berakibat

( ; )− ( ; )<

yang berarti terbukti bahwa fungsi f terintegral Darboux pada [ , ].

Akibat 2.2.6. Jika fungsi f terbatas dan ( ) = 0 untuk setiap [ , ]

kecuali di beberapa titik, maka fungsi f terintegral Darboux pada [ , ] dan

( ) =0

Dengan menggunakan tiga teorema di atas, banyak jenis fungsi dengan secara

mudah dapat ditentukan apakah fungsi itu terintegral Darboux pada selang

tertutup [ , ] atau tidak.


20

2.3 Teorema Bolzano Weierstrass

Sebelum membahas tentang Teorema Bolzano Weierstrass, ada baiknya terlebih

dahulu dibahas beberapa teorema di bawah ini yang merupakan landasan dasar

dari Teorema Bolzano Weierstrass.

Teorema 2.3.1. (Barisan Monoton)

Barisan monoton { } konvergan jika dan hanya jika { } terbatas. Lebih lanjut

(i) Jika { } naik monoton dan terbatas ke atas, maka

lim { } = sup{ ; = 1,2,3,…}


(ii) Jika { } turun monoton dan terbatas ke bawah, maka

lim { } = inf{ ; = 1,2,3,…}


Bukti :

(i) Diambil sebarang barisan monoton { } . Jika { } konvergan, maka ada

bilangan sehingga

lim { }= ,

Jadi { } tetbatas. Sebaliknya, jika { } terbatas ke atas, sebut sebagai

supremanya,

= sup{ , ,…}

Maka untuk setiap bilangan nyata > 0 ada bilangan asli sehingga

− < (A)

Karena { } naik monoton dan terbatas ke atas, maka


21

≤ ≤ (B)

untuk setiap bilangan asli . Dari hasil (A) dan (B) diperoleh, untuk setiap

bilangan asli ≥ berlaku

− < ≤ < +

atau

| − |< .

Dengan kata lain terbukti bahwa

lim = = sup{ ; = 1,2,3,…}


(ii) Diambil sebarang barisan monoton { } . Jika { } konvergan, maka ada

bilangan sehingga

lim { }= ,

Jadi { } tetbatas. Sebaliknya, jika { } terbatas ke atas, sebut sebagai

infimanya,

= inf{ , ,…}

Maka untuk setiap bilangan nyata > 0 ada bilangan asli sehingga

− < (A)

Karena { } naik monoton dan terbatas ke atas, maka

≤ ≤ (B)

untuk setiap bilangan asli . Dari hasil (A) dan (B) diperoleh, untuk setiap

bilangan asli ≥ berlaku

− ≤ < < +

atau
22

| − |< .

Dengan kata lain terbukti bahwa

lim = = inf{ ; = 1,2,3,…}


Jadi terbukti bahwa barisan monoton {a } konvergan jika dan hanya jika {a }

terbatas.

Teorema 2.3.2. (Teorema Selang Susut)

Jika barisan selang tertutup {[ , ]} mempunyai sifat-sifat

(i) [ , ] ⊂[ , ] untuk setiap

(ii) lim → ( − ) = 0,

Maka terdapat satu bilangan nyata [ , ] untuk setiap

Bukti :

Karena [ , ] ⊂[ , ] untuk setiap bilangan asli diperoleh barisan

{ } naik monoton dan terbatas ke atas dan barisan { } turun monoton dan

terbatas ke bawah.

Menurut Teorema 3.3.1., { } konvergan ke supremanya dan { } konvergen ke

infimanya. jadi

lim → = dan lim → =

dengan = sup { ; = 1,2,3,…} dan = inf { ; = 1,2,3,…} . Tepat

salah satu pernyataan berikut benar : = , < , atau > .

 Untuk < tidak mungkin, sebab jika < , maka mengingat syarat (ii)

diperoleh suatu kontradiksi :


23

0< − = lim − lim = lim ( − )= 0


→ → →

 Untuk > juga tidak mungkin, sebab jika > , maka mengingat syarat

(ii) diperoleh suatu kontradiksi pula, yaitu :

0< − = lim − lim = lim ( − )= 0


→ → →

 Sehingga pernyataan = yang paling tepat.

Diambil = = . Tinggal memperlihatkan [ , ] untuk setiap .

Karena = = { ; = 1,2,3,…} diperoleh < untuk setiap

bilangan asli . Karena = = { ; = 1,2,3,…} diperoleh <

untuk setiap bilangan asli . Jadi, dapat disimpulkan bahwa < < atau

[ , ] untuk setiap bilangan asli . Ketunggalan cukup jelas karena

ketunggalan atau ketunggalan .

Teorema 2.3.3. Setiap barisan bilangan nyata paling sedikit mmpunyai satu

barisan-bagian yang monoton.

Bukti : Diambil sebarang bilangan nyata { } . Terdapat tiga kemungkinan, paling

sedikit salah satu terjadi, yaitu :

(i) Untuk setiap ada sehingga < dan = . Jika hal

ini terjadi, maka terdapat barisan bagian ⊂{ } yang konstan. Jadi

(ii) Untuk setiap ada sehingga < dan < . Jika hal

ini terjadi, maka terdapat barisan bagian ⊂{ } yang naik monoton.


24

(iii) Untuk setiap ada sehingga < dan > . Jika hal

ini terjadi, maka terdapat barisan bagian ⊂{ } yang turun monoton.

Bukti selesai.

Teorema 2.3.4. (Teorema Bolzano Weierstrass)

Setiap barisan bilangan nyata yang terbatas mempunyai barisan bagian yang

konvergen.

Bukti :

Diambil sebarang barisan { } yang terbatas. Menurut Teorema 2.3.3., { }

mempunyai barisan bagian yang monoton. Jadi barisan yang monoton

terbatas. Oleh karena itu, menurut Teorema 2.3.1., konvergen.

Teorema Bolzano Weierstrass dapat juga dibuktikan dengan menggunakan

Teorema Selang Susut (Teorema 2.3.2.). Teorema Bolzano Weierstrass

mengatakan bahwa jika { } barisan yang terbatas, maka setiap barisan bagiannya

yang konvergen tidak perlu mempunyai limit yang sama. Tetapi jika setiap

barisan bagiannya yang konvergen itu mempunyai limit yang sama, maka barisan

aslinya akan konvergen ke limit itu pula.


25

2.4 Integral Reimann

Telah diketahui bahwa jika fungsi ∶ [ , ] → terbatas dan partisi pada

[ , ] , maka berakibat

( ; )≤ ( ; )≤ ( ; ) (2.1.1)

G.F.B. Riemann menggunakan ( ; ) untuk menyusun integralnya.

(Walter Rudin, 1976)

Definisi 2.4.1. (Integral Riemann)

Fungsi ∶ [ , ] → dikatakan terintegral Riemann (Riemann Integrable)

pada [ , ] jika ada bilangan sehingga untuk setiap bilangan > 0 terdapat

bilangan > 0 sehingga jika = { = , ,... , = } partisi pada

[ , ] dengan || || < berakibat


| − ( ; )| = A − ( )∆

A disebut nilai integral Riemann fungsi f pada [ , ].

(Soeparna Darmawijaya, 2006).



Perlu diingat bahwa pengambilan ∈[ , ] sebarang dan || || =

{ ∆ ; = 1 ,2 , … , }. Selanjutnya, menurut Definisi 2.4.1., fungsi

terintegral Riemann pada [ , ] jika dan hanya jika


lim‖ ‖→ ( ; ) = lim‖ ‖→ ( )∆ =
26

Teorema 2.4.2. Jika terintegral Riemann pada [ , ] , maka nilai integralnya

tunggal

Bukti : Jika A1 dan A2 nilai integral Riemann fungsi pada [ , ] , maka untuk

sebarang bilangan < 0 terdapat bilangan < 0 dan < 0 sehingga jika

= { = , ,..., = 6 } dan = { = , ,..., = } partisi

pada [ , ] dengan || P1 || < 1 dan || P2 || < 2 , berturut - turut berakibat


ε ∗
ε
A − ( )∆ < dan A − ( )∆ <
3 3

Diambil = min { 1, 2 }, partisi P = { a = z0 , z1 , . . . , zn = b } dengan



|| P || < dan ∈[ , ] . Karena || P || < i (i = 1, 2 ), maka diperoleh

∗ ∗
ε ε
| − |≤ A − ( )∆ + ( )∆ –A < + <
3 3

yang berarti = dan bukti selesai.

Menurut Definisi 2.4.1. dan Teorema 2.4.2., jika fungsi f terintegral Riemann

pada [ , ] dengan nilai integral Riemannnya , yang biasa ditulis dengan

= ( ) = ( ) ( ) ,

tunggal.
27

Teorema 2.4.3. Jika fungsi ∶ [ , ] → terintegral Riemann pada [ , ] ,

maka terbatas pada [ , ].

Bukti : Andaikan fungsi tak terbatas ke atas pada [ , ] , maka untuk setiap

bilangan asli terdapat ∈[ , ] sehingga

( ) > .

Untuk setiap partisi P = { a = x0 , x1 , . . . , xn = b }, tentu ∈[ , ] untuk

suatu k dan oleh karena itu himpunan

( ) = { ( ; ); ∈ [ , ]}

tak terbatas ke atas sebab dapat dipilih sama dengan jika ∈[ , ].

Hal ini berarti

lim‖ ‖→ ( ; ) = +∞

(tak ada) yang dengan kata lain fungsi f tak terintegral Riemann pada [ , ].

Bukti sejalan, apabila diandaikan f tak terbatas ke bawah.

Teorema 2.4.4. ( Kriteria Chaucy )

Diketahui fungsi ∶ [ , ] → terbatas. Fungsi f terintegral Riemann pada

[ , ] , jika dan hanya jika untuk setiap bilangan > 0 terdapat bilangan > 0

sehingga jika P1 dan P2 partisi pada [ , ] dengan || P1 || < dan || P2 || <

berakibat

| ( ; )− ( ; )| < .
28

Bukti : Syarat perlu : Jika f terintegral Riemann pada [a, b], maka ada bilangan

A sehingga untuk setiap bilangan > 0 terdapat bilangan > 0 sehingga jika P

partisi pada [a, b] dengan || P || < berakibat

| ( ; )− |< .
2

Diambil sebarang dua partisi P1 dan P2 pada [a, b] dengan || P1 || < dan

|| P2 || < berakibat

| ( ; )− ( ; )| ≤ | ( ; )− |+ | − ( ; )| < + = .
2 2

Syarat cukup : Menurut yang diketahui untuk bilangan 1 terdapat bilangan >0

sehingga jika P1 dan P2 masing-masing partisi pada [a, b] dengan || P1 || < dan

|| P2 || < berakibat

| ( ; )− ( ; )| < 1.

Tulis sebagai koleksi semua partisis P pada [a, b] dengan

‖ ‖ <

untuk setiap ∈ . Diampil ∈ tetap; untuk setiap ∈ diperoleh

| ( ; )− ( ; )| < 1

atau

( ; )− 1< ( ; ) < ( ; )+ 1

Jadi, himpunan bilangan nyata

( ) = { ( ; ); ∈ }

terbatas. Jika anggota ( ) banyaknya hingga, maka f merupakan fungsi tangga

dan oleh karena itu f terintegral Riemann pada [a, b]. Jika fungsi f bukan fungsi
29

tangga, maka ( ) merupakan himpunan bilangan terbatas yang banyak

anggotanya tak hingga. Menurut Teorema 2.3.4. (Teorema Bolzano-Weierstrass) ,

( ) mempunyai paling sedikit satu titik limit, namakan titik limit itu A.

Hal ini berarti untuk setiap bilangan > 0 terdapat ∈ , ( ; ) ∈ ( ),

sehingga

| − ( ; )| <

Dengan kata lain terbukti fungsi f terintegral Riemann pada [ , ] .

Teorema 2.4.3. mengatakan bahwa setiap fungsi yang tak terbatas pada suatu

selang tertutup tak akan terintegral Riemann pada selang itu. Teorema di bawah

ini akan menunjukan ekuivalensi antara Integral Riemann dan Integral Darboux.

Teorema 2.4.5. Fungsi f terintegral Riemann jika dan hanya jika f terintegral

Bardoux pada selang tertutup yang sama. Lebih lanjut

( ) = ( )

Bukti : Syarat perlu : Jika fungsi f terintegral Riemann pada [ , ] , maka f ada

bilangan = ( )∫ sehingga untuk setiap bilangan > 0 terdapat bilangan

> 0 dan jika dan P = { a = x0 , x1 , . . . , xn = b } partisi pada [a, b] dengan

|| P || < berakibat


ε
| − ( ; )| = A − ( )∆ <
3

atau

− < ( ; )< + .
3 3
30


Perlu diingat bahwa pemilihan ∈[ , ] sebarang. Karena

= inf{ ( ); ∈[ , ]}

dan

= { ( ); ∈[ , ]}

ada, maka untuk setiap ( = 1,2,…, ) dapat dipilih , ∈[ , ]

sehingga

( )− < < ( )−
3( − ) 3( − )

Setelah dikalikan dengan ∆ kemudian dijumlahkan, diperoleh

( ; )− < ( ; ) ( ; )≤ ( ; )+
3 3

Oleh karena itu

( ; )− ≤ ( ; ) ≤ ( ; )≤ ( ; )+
3 3

yang berakibat

( ; )− ( ; )< + <
3 3

atau fungsi f terintegral Darboux pada [a, b].

Syarat cukup : Karena f terintegral Darboux pada selang [ , ] , maka untuk

bilangan > 0 terdapat partisis pada [ , ] sehingga berlaku

( ; )− ( ; )< .

Tetapi telah diketahui bahwa

( ; )≤ ( ) ≤ ( ; ) ( ; )≤ ( ; )≤ ( ; )

Berdasrkan tiga ketidaksamaan terakhir, dapat disimpulkan bahwa

( ) − ( ; ) <
31

yang berarti bahwa fungsi f terintegral Riemann pada [ , ] dan

( )∫ = = ( )∫ .

Setelah diketahui adanya ekuivalensi antara integral Riemann dan integral

Bardoux, akan diselidiki sifat-sifat lebih lanjut. Untuk menyingkat penulisan perlu

diadakan kesepakatan bersama bahwa, jika tak ada kerancuan atau maksud

tertentu, untuk selanjutnya yang dimaksud dengan perkataan fungsi yang

terintegral adalah fungsi yang terintegral Riemann atau fungsi yang terintegral

Bardoux dan

= ( ) = ( )

Himpunan semua fungsi yang terintegral Riemann atau terintegral Bardoux pada

selang tertutup [a, b] berturut-turut ditulis dengan

[ , ] [ , ].

Jadi, jika f terintegral pada [a, b] ditulis dengan

∈ [ , ] ∈ [ , ].

dan untuk lebih menyingkat nilai integralnya ditulis dengan ∫ = ∫ ( ) .

Jadi,

( ) = = ( ) = ( )
32

Mudah difahami bahwa untuk setiap partisi P = { a = x0 , x1 , . . . , xn = b } pada



[ , ], , ∈ [ , ], sebarang konstanta ( ∈ ), ∈[ , ] untuk

setiap i, selalu berlaku :

1. ( ; )= .( ; )

2. ( ; )+ ( ; )= ( + ; )

3. ( ; )= . ( ; ) asalkan > 0

4. ( ; )= . ( ; ) asalkan > 0

5. ( ; )= . ( ; ) asalkan < 0

6. ( ; )= . ( ; ) asalkan < 0

7. ( ; )+ ( ; )= ( + ; )

8. ( + ; )≤ ( ; )+ ( ; )

Teorema 2.4.6. [ , ] merupakan ruang linier, i, e., untuk setiap

, ∈ [ , ] berakibat , + ∈ [ , ]. Lebih lanjut

i. ∫ . = .∫

ii. ∫ ( + )= ∫ + ∫

Bukti : Karena , ∈ [ , ] , maka menurut Teorema 2.4.3., fungsi f dan

fungsi g masing-masing terbatas pada [ , ] . Namakan

= sup{| ( )|; ∈[ , ]} , = sup{| ( )|; ∈[ , ]}

dan

= | |, , ,1
33

Karena , ∈ [ , ] , maka untuk bilangan > 0 terdapat bilangan > 0

sehingga jika partisi pada [ , ] dengan ‖ ‖ < berakibat

− ( ; ) < − ( ; ) <
+ 1 + 1

Selanjutnya, diperoleh

(i). ∫ − ( ; ) = ∫ − . ( ; ) = | | ∫ − ( ; ) <

| | <
+ 1

Dengan kata lain terbukti bahwa ∈ [ , ] dan

. = . .

(ii). ∫ + ∫ − ( + ; ) = ∫ + ∫ − ( ( ; )+ ( ; )

< ∫ − ( ; ) + ∫ − ( ; ) < + < 2 .

Dengan kata lain, terbukti bahwa + ∈ [ , ] dan

( + )= + .

Menurut akibat 2.2.6., Jika fungsi f terbatas dan ( ) = 0 untuk setiap ∈

[ , ] , kecuali di beberapa titik, maka fungsi f terintegral dan

= 0

Dengan menggunakan hasil tersebut akan dibuktikan teorema di bawah ini.


34

Terorema 2.4.7. Jika ∈ [ , ] , fungsi g terbatas pada [ , ] , dan ( ) ≤ ( )

kecuali di beberapa titik, maka ∈ [ , ] , dan

Bukti : Karena fungsi g terbatas pada [ , ] dan ( ) ≤ ( ) untuk setiap

∈ [ , ] , maka fungsi = − mempunyai sifat terbatas pada [ , ] dan

( ) = 0 untuk setiap ∈ [ , ] , kecuali dibeberapa titik. Oleh karena itu

menurut akibat 2.2.6., fungsi h teintegral dan

= 0 ⇔ ( − )= − = 0 ⇔ = .

Teorema 2.4.8. Jika ∈ [ , ] dan ( ) ≥ 0 untuk setiap ∈ [ , ] , maka

≥ 0.

Bukti : Karena ( ) ≥ 0 untuk setiap ∈ [ , ] dan ∈ [ , ] , maka untuk

setiap partisi P = { a = x0 , x1 , . . . , xn = b } pada [ , ] diperoleh

0 ≤ ( − )≤ ( ; ) ≤ ( ; )≤ ( ; )≤ ( − )

dengan

= inf { ( ): ∈[ , ]} = sup{ ( ); ∈[ , ]}

Hal ini berakibat

0 ≤ lim | |→ ( ; )= .
35

Teorema 2.4.9. Jika , ∈ [ , ] dan ( ) ≤ ( ) untuk setiap ∈ [ , ],

maka

Bukti : Dibentuk fungsi h = g – f. Mudah difahami bahwa ∈ [ , ] dan

( ) ≥ 0 untuk setiap ∈ [ , ] . Menurut Teorema 2.4.8. diperoleh

0 ≤ = ( − )= −

atau terbukti

≤ .

Teorema 2.4.10. Diketahui = [ , ] , ∈ dan f : I → R terbatas. ∈

[ , ] jika dan hanya jika ∈ [ , ] dan ∈ [ , ] . Dalam hal ini,

= + .

Bukti : Syarat perlu : Karena ∈ [ , ], maka untuk setiap bilangan < 0

terdapat partisi P pada [a, b] sehingga

( ) ( ; )− ( ; )<

Dibentuk : = ∪{ }, = ∩ [ , ], = ∩ [ , ]. Jelas bahwa

⊂ dan = ∪ dengan = ∩ [ , ] partisi pada [a, c] dan

= ∩ [ , ] partisi pada [c, b]. Oleh karena itu diperoleh

′ ′
( ) ( ; ) ≤ ( ; )= ; 1 + ; 2
36

′ ′
≤ ; 1 + ; 2 = ( ; ) ≤ ( ; )

Dari (i) dan (ii) diperoleh

′ ′ ′ ′
; 1 − ; 1 + ; 2 − ; 2

= ( ; )− ( ; )≤ ( ; )− ( ; )<

yang berakibat

′ ′ ′ ′
; 1 − ; 1 < ; 2 − ; 2 <

Dengan kata lain terbukti bahwa ∈ [ , ] dan ∈ [ , ]. Lebih lanjut

∫ = { ( ; ) ; ∈ [ , ]}

′ ′ ′ ′
= ; 1 + ; 2 ; 1 ∈ [ , ]& 2 ∈ [ , ]

′ ′ ′ ′
= ; 1 ; 1 ∈ [ , ] + ; 2 ; 2 ∈ [ , ]

= + .

Syarat cukup : Karena ∈ [ , ] dan ∈ [ , ], maka nilai-nilai limit di

bawah ini ada :

= lim ( ; ) = lim ( ; )
‖ ‖→ ‖ ‖→

dengan merupakan partisi pada [a, c] dan merupakan partisi pada [c, b].

Jelas bahwa = ∪ partisi pada [a, b]. Oleh karena itu

∫ = lim ( ; ) = lim ( ; ∪ )
‖ ‖→ ‖ ‖→

= lim ( ; )+ lim ( ; )
‖ ‖→ ‖ ‖→
37

= + .

Catatan : Syarat cukup dapat dibuktikan dengan memanfaatakan bahwa fungsi f

terintegral Bardoux pada [a, c] maupun pada [c, b].

Teorema 2.4.11. Jika fungsi f : [a, b] → R terintegralkan pada [a, b] serta fungsi

: [ , ] → R kontinu pada [a, b] dan ( ) ∈[ , ] untuk setiap ∈[ , ],

maka fungsi φ ◦ ∶ [ , ] → R terintegral pada [a, b].

Bukti : Karena φ kontinu pada selang tertutup [c, d], maka φ terbatas di sana.

Jadi, = {φ( ); ∈ [ , ]} ada. Lebih lanjut, fungsi φ kontinu seragam

pada [c, d]. Oleh karena itu untuk sebarang bilangan < 0 terdapat bilangan

< 0 sehingga jika , ∈[ , ] dan | − | < berakibat

| ( )− ( )| < = .
2 + − + 1

Diambil = , . Karena fungsi f terintegralkan pada [a, b], maka terdapat

partisis P pada [a, b] sehingga berlaku

( ; )− ( ; )<

Katakan P = { a = x0 , x1 , . . . , xn = b }, dan

= inf{ ( ); ∈[ , ]}

= { ( ); ∈[ , ]}

= inf{ ( ); ∈[ , ]}
38

= inf{ ( ); ∈[ , ]}

Dibedakan indeks k tersebut menjadi dua kelompok yang terpisah

= { ; − < } = { ; − ≥ }.

Jika ∈ dan , ∈| , | , maka diperoleh | ( ) − ( )| < − <

dan berakibat

( ) − ( ) <

Oleh karena itu

− ≤

dan

( − )∆ ≤ ( − ) ( )

Jika ∈ , maka diperoleh − ≤ 2 . Oleh karena itu

( − )∆ ≤ 2 ( − ) ( )
∈ ∈

Jika ∈ , maka ≤ − dan

1
( − ) ≤ ( − )∆
∈ ∈

1
≤ { ( ; )− ( ; )} < ≤
39

Oleh karena itu, untuk ∈ diperoleh

( − )∆ ≤ 2 . .

Dari (i) dan (ii) disismpulkan

(φ ◦ ; ) − (φ ◦ ; ) ≤ ( − )+ 2 . < ,

dengan kata lain terbukti fungsi φ ◦ terintegral pada [a, b].

Akibat 2.4.12. Jika ∈ [ , ] , maka

(i) | | ∈ [ , ] dan ∫ ≤ ∫ | |,

(ii) ∈ [ , ], ∀ ∈N , dan

(iii) ∈ [ , ] asalkan ada > 0sehingga ( ) > untuk setiap ∈[ , ]

Bukti : Bukti cukup difahami dengan memanfaatkan teorema 2.4.10. dan

kenyataan bahwa ∶ →R :

(i) ( ) = | |,

(ii) ( ) = , dan

(iii) ( ) = dengan ≠ 0

masing-masing merupakan fungsi kontinu.

Telah diketahui bahwa jika , ∈ ⊂ → R , maka diperoleh

1
= {( + ) − − }
2
40

fungsi yang terdefinisi pada pula. Karena [ , ] ruang linier (Teorema 2.4.6)

dan memanfaatkan Akibat 2.4.11., maka dapat dibuktikan dengan mudah teorema

di bawah ini.

Teorema 2.4.13. Jika , ∈ [ , ], ∈ [ , ]

Bukti : Akan ditunjukkan ∫ . = ∫ .∫ . Karena , ∈ [ , ] , maka

menurut Teorema 2.4.3., fungsi dan fungsi masing-masing terbatas pada

[ , ].

Namakan

= sup{| ( )|; ∈[ , ]} , = sup{| ( )|; ∈[ , ]}

dan

= , ,1

Karena , ∈ [ , ] , maka untuk bilangan > 0 terdapat bilangan > 0

sehingga jika partisi pada [ , ] dengan ‖ ‖ < berakibat

− ( ; ) < − ( ; ) <
+ 1 + 1

Selanjutnya, diperoleh

∙ − ( ∙ ; ) = ∙ −( ( ; )∙ ( ; )

< ∫ − ( ; ) ∙ ∫ − ( ; ) < ∙ < 2 .


41

Maka,

( ∙ )= ∙ .

Dengan kata lain, terbukti bahwa ∈ [ , ] .

CONTOH SOAL

1. Diberikan fungsi Dirichlet

1
( )=
0

dengan ∈[ , ] . Karena fungsi f terbatas pada [ , ], dimana fungsi f

terintegralkan Darboux bahwa serta terintegral Darboux atas. Selanjutnya untuk

setiap partisi P = { a = x0 , x1 , . . . , xn } pada [ , ] diperoleh

= inf{ ( ); ∈[ , ]} = 0

dan

= sup{ ( ); ∈[ , ]} = 0

Oleh karena itu,

( ; )= ∆ = 0,

dan

( ; )= ∆ = ∆ = −

yang berakibat ( ) = {0} , ( ) = {1}.


42

Jadi,

= [ , ]
( ) = 0, = [ , ]
( ) = 1.

2. Diberikan fungsi : [0,1] → dengan rumus

1
(0,1]
( )=
1 = 0

Penyelesaian :

Mudah difahami bahwa fungsi tak terbatas pada [0,1]. Untuk bilangan asli

n dimana = dan dibentuk partisi = {0, , 2 , 3 ,…, = 1} pada [0,1].

Diperoleh [ , ] = [( − 1) , ],∆ = .

1
= inf{ ( ); ∈[ , ]} = ,

1
≠ 0
= sup{ ( ); ∈[ , ]} = ( − 1)
∞ = 1

1 1 1 1 1 1
( ; )= ∆ = . + . = 1+ = (1 + + + + + ),
2 3

1 1 1 1
( ; )= ∆ = ∞. + . = ∞ + (1 + + + …+ ),
( − 1) 2 3 − 1

yang berakibat
43

(i). [ , ] ( )= ∞( )

(ii). [ , ] ( )= ∞( )

yang berarti f tak terintegral Darboux bawah maupun tak terintegral Darboux atas

pada [0,1].

3. [ , ]

1
( )=
0

Telah diperlihatkan bahwa f iterintegral Darboux bawah pada [ , ] dengan

=0

dan terintegral Darboux atas pada [ , ] dengan

= −

Jadi

0= ≤ = − .

4. : [− 1,2] →

−1 [− 1,0]
0 = 0
1
( )= = (0,1)
2
0 = 1
1 (1,2]
44

Penyelesaian :

Diambil sebarang bilangan > 0

Debentuk partisi pada [− 1,2] sebagai berikut

= {− 1,− ,0, ,1 − ,1 + ,2}

( Bilangan > 0 akan dibentuk kemudian ).

Diperoleh

( ; )= ∆

(1 − 2 ) + 0 ∙ 2 + 1(1 − )
1
= (− 1)(1 − ) + (− 1) + 0 ∙ +
2

− 2 ,
1
=
2

dan

( ; )= ∆

+ (1 − 2 ) + 1 ∙ 2 + 1(1 − )
1 1
= (− 1)(1 − ) + 0 ∙ +
2 2

1 3
= + ,
2 2

sehingga

1 3
− 2
1 7
( ; )− ( ; )= + − =
2 2 2 2

Dapat diambil bilangan positif h sehingga berlaku

7
( ; )− ( ; )= < .
2
45

yaitu < . Dengan kata lain dapat dibentuk (ada) partisi P pada [− 1,2] seperti

tersebut di atas dengan < sehingga berlaku

( ; )− ( ; )< .

Jadi, fungsi f terintegral Darboux pada [− 1,2] dengan nilai integral Darboux

( →0 → 0):

1
( ) = lim ( ; ) = lim ( ; ) = .
→ → 2

5. :[ , ] → , ∶

1
( )=
0

Telah diperlihatkan bahwa fungsi f terintegral Darboux atas dan terintegral

Darboux bawah pada selang [ , ] dengan

= −

Dan

=0

Karena kedua nilai itu tak sama, maka fungsi Dirichlet tersebut tak terintegral

Darboux pada [ , ].
46

2.5 Ruang Barisan

Definisi 2.5.1 (Soeparna, 2007)

Diberikan yaitu koleksi semua barisan bilangan real, jadi:

= { ̅= { }: ∈ }

a. Untuk setiap bilangan real p dengan 1 ≤ < ∞ didefinisikan

= ∈ ∈ :∑∞ < ∞ dan norm pada yaitu

‖ ‖ =

b. Untuk = 1 didefinisikan = ∈ ∈ :∑ < ∞ dan norm

pada yaitu

‖ ‖ =

c. Untuk = ∞ didefinisikan = ∈ ∈ : < ∞ dan norm pada

yaitu

‖ ‖ = sup | |

Teorema 2.5.3 (Soeparna, 2007)

(1 ≤ ≤ ∞ ) merupakan ruang Bernorma terhadap norm ‖ . ‖ .

Teorema 2.5.4 (Soeparna, 2007)

Jika bilangan real dengan 1 ≤ ≤ ∞ , maka ( ,‖ . ‖ ) merupakan ruang

Banach.
47

Definisi 2.5.6 (Ruckle, 1991)

Misalkan merupakan ruang barisan, dikatakan ruang BK jika merupakan

ruang Banach dan pemetaan koordinatnya ( )= , = ( ) ∈ kontinu.

Contoh ruang BK adalah ruang barisan ,1 ≤ ≤ ∞.


V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Pada penelitian ini telah berhasil dikonstruksikan integral Riemann untuk fungsi-

fungsi bernilai vector di, yang merupakan pengembangan dari integral

Riemann fungsi-fungsi bernilai real, sebagai berikut.

Fungsi [ , ] dikatakan terintegral Riemann pada [ , ] jika ada

bilangan =( , , , , ) sehingga untuk setiap bilangan > 0

terdapat bilangan > 0 sehingga jika = { = , ,..., = }

partisi pada [a, b] dengan ||P|| < berakibat

̅− ;̅ = ̅− (̅ ∗
)∆ <

dengan ̅= ( , , ,… , …) dan ̅= ( , , ,.., , …) , ̅disebut

nilai integral Riemann fungsi ̅pada [ , ]


Perlu diingat bahwa pengambilan ∈[ , ] sebarang dan || || =

{ ∆ ; = 1 , 2 , … , ,…}. Selanjutnya, dimana fungsi ̅ terintegral Riemann

pada [ , ] jika dan hanya jika


77

lim‖ ‖→ ( ; ) = lim‖ ‖→ (̅ ∗
)∆ = ̅

Jika ̅∶ [ , ] → terintegral Riemann pada [ , ], maka nilai integralnya

tunggal. Fungsi ̅= ( , , ,… ,…) ∶ [ , ] → terintegral Riemann

pada [ , ] jika dan hanya jika : [ , ] → , = 1,2,3,…masing-masing

terintegral Riemann pada [a,b].

5.2. Saran

Pada pembahasan skripsi ini hanya terfokus pada integral riemann yang bernilai

fungsi vektor di . Sehingga penulis menyarankan agar dilakukan penelitian

integral riemann bernilai fungsi vektor pada ,atau integral Riemann pada

sistem bilangan kompleks.

Anda mungkin juga menyukai