Anda di halaman 1dari 26

FUNGSI Tao dan Sigma

FUNGSI Dan
Berdasarkan sifat-sifat yang dimiliki bilangan-bilangan bulat dapat didefinisikan fungsi-fungsi
tertentu yang mempunyai peranan penting dalam Teori Bilangan. Fungsi-fungsi khusus tersebut
sering disebut fungsi aritmetik (fungsi teori bilangan). Pada umumnya fungsi aritmetik
didefinisikan/mempunyai daerah asal pada himpunan semua bilangan bulat positif.
Apabila f suatu fungsi aritmetik,maka : f : B B dengan
B adalah himpunan semua bilangan bulat
B adalah himpunan semua bilangan bulat positif.
Berikut ini akan dibahas fungsi (tan) dan fungsi (sigma)
A. Fungsi (tan)

1)
2)
3)
4)

Definisi 4.2
Misalkan n suatu bilangan bulat positif (n) menyatakan banyaknya pembagi bulat positif dari n.
Contoh :
Pembagi-pembagi bulat positif dari 12 adalah 1,2,3,4,6,dan 12,maka T (12) = 6
Pembagi-pembagi bulat positif dari 15 adalah 1,3,5,dan 15,maka T (15) = 4
Pembagi-pembagi bulat positif dari 13 adalah 1 dan 13,maka T (13) = 2
Periksalah bahwa (1) = 1, (2) = 2, (3) = 2, (4) = 3, (5) = 2, (6) = 4, (8) = 4,
Apabila p suatu bilangan prima, maka (p) = 2
(n) yaitu banyaknya pembagi bulat positif dari n sering dinyatakandengan rumus yang
menggunakan notasi (sigma). Berikut ini beberapa contoh definisi notasi .

1)

Contoh :
n = a1 + a2+ a3 + a4 + a5

2) = 2 + 3 + 4 + 5 + 6
3) = 3 + 3 + 3 + 3 + 3
4)

= 1 + 2 + 3 + 4 + 6 + 12,yaitu jumlah semua pembagi bulat positif dari 12

5)

= 1 + 1 + 1 + 1 + 1 + 1, yaitu banyaknya pembagi bulat positif dari 12

6)

= f(1) + f(2) + f(3) + f(6) + f(9) + f(18)


Dari beberapa contoh pemakaian notasi tersebut, (n) dapat dirumuskan sebagai berikut :
(n) = untuk n 1
Jadi (n) merupakan penjumlahan dari 1 sebnyak pembagi bulat positif dari n.

Contoh :
1) Semua pembagi bulat positif dari 32 adalah 1,2,4,8,16 dan 32,maka
= 1 + 1 + 1 + 1+ 1 + 1 = 6
2) Semua pembagi bulat positif dari 48 adalah 1,2,3,4,5,6,8,12,16,24,dan 48,maka
= 1 + 1 + 1 + 1 + 1 + 1 + 1 + 1 + 1 + 1 = 10
3) Periksalah bahwa = 1, = 1 + 1 = 2, = 1 + 1 + 1 = 3, 1 + 1+ 1 + 1 = 4,
Jika p suatu bilangan prima,maka = 1 + 1 = 2
Dari uraian dan contoh-contoh di atas dapat dipahami bahwa apabila p suatu bilangan
prima,maka pembagi-pembagi bulat positifnya hanyalah 1 dan p saja,sehingga (p) = 2
Pembagi-pembagi bulat positif dari p2adalah 1,p dan p2 sehingga (p2) = = 1 + 1 + 1 = 3
Periksalah bahwa (p3) = 4, (p4) = 5, (p5) = 6. Nampak bahwa jika k suatu bilangan bulat
positif,maka (pk) = k + 1. Ingat bahwa p disini adalah suatu bilangan prima.
Contoh :
1) 64 = 26, maka (64) = (26) = 6 + 1 = 7
Periksalah dengan mencacah semua pembagibulat positif dari 64
2) (243) = (35) = 5 + 1 = 6
3)

Periksalah bahwa (32) = 6, (16) = 5, (81) = 5, (125) = 4 dan (2401) = 5,


Sekarang,apabila p1 dan p2keduanya adalah bilangan prima dan n = p 1p2, maka pembagi-pembagi
bulat positif dari n adalah 1,p1p2 dan p1p2 = n sehingga (n) = 4.
Jika m = p1p2, maka pembagi-pembagi bulat positif m dapat disusun sebagai berikut :
1,
p2 ,
p22,
p23
P1,
p1p2, p1p22, p1p23
2
P1 ,
p12p2, p12p22, p12p23= m
Nampak pada daftar ini bahwa (p12p23) = 3 x 4 = 12
Contoh :
1) (144) = (24 . 32) = 5 x 3 = 15
2) (1323) = (33 . 72) = 4 x 3 = 12
3) Periksalah bahwa (675) = 12, (784) = 15
Dapatkah anda membuktikan bahwa apabila n = pkqt dengan p dan q bilangan-bilangan prima
yang berlainan dan k,t adalah bilangan-bilangan bulat positif, maka : (n) = (p kpt) = (k + 1) (t +
1)
Bukti :
Semua pembagi bulat positif dari n = pkptdapat disusun daftar sebagai berikut :
1,
p,
p2,
p3,
.,
pk
2
3
q,
pq,
p q,
p q,
.,
pkq
q2,
pq2,
p2q2, p3q2, .., pkq2
.
q2,
pq2,
p2q2, p3q2, .., pkqt= n

Nampak pada daftar tersebut bahwa :


(n) = (pkqt) = (k + 1) (t + 1)
Kita telah mengetahui teorema dasar aritmatika,yaitu bahwa setiap bilangan bulat positif yang
lebih besar dari 1 dapat difaktorkan secara tunggal atas factor-faktor prima.
Missal: 72 = 23 . 32, 300 = 22 . 3 . 52
Setiap bilangan bulat positif n 1 untuk setiap i =1,2,3,k
Teorema 4.9
Apabila bentuk kanonik dari bilangan bulat n adalah p1a3,p232,p3a3,.pkak,maka:
(n) = (a1 + 1) (a2 + 1) (a3 + 1) (ak + 1)
Bukti :
Apabila d suatu pembagi bulat positif dari n,maka :
d = p1t1,p2t2,.pktk dengan 0 t1 a1
maka banyaknya pembagi bulat positif dari n merupakan hasil kali banyaknya pilihan yang
mungkin untuk ti dari (ai + 1) pilihan. Sehingga diperoleh (n) = (a1 + 1) (a2+ 1) (a3 + 1) (ak +
1)
Rumus (n) tersebut sering dinyatakan dengan notasi (pi). Berikut ini diberikan definisi contoh
pemakaian notasi
Contoh :
1) di = d1 . d2 . d3 . d4 . d5
2) f(n) = f(1) . f(2) . f(3) . f(4)
3) (di + 1) = (d1 + 1) (d2 + 1) (d3 + 1) (dn + 1)
Teorema 4.9 atas dituliskan dengan notasi sebagai berikut:
Apabila n = p1a1 p2a2 . Pkak = piai, maka
( n) = (ai+ 1)
Contoh :
1) 1260 = 22 . 32 . 5 . 7,maka
(1260) = t (22. 32 . 5 . 7) = (2 + 1) (2 + 1) (1 + 1) (1 + 1) = 36
2) 33.075 = 33 . 52 . 72, maka
(33 . 52. 72) = (3 + 1) (2 + 1) (2 + 1) = 36
3) Periksalahbahwa (2310) = 10, (210) = 8, (1.156) = 9
Sekarang kita akan memperhatikan hasilkali pembagi-pembagi bulat positif dari suatu bilangan
bulat positif n.
Contoh :
1) Pembagi-pembagi bulat positif dari 12 adalah 1,2,4,6 dan 12. (12) = 6
Hasilkan semua pembagi bulat positif dari 12 ditulis dengan notasi K (12) maka :
K(12) = 1 . 2 .3 . 4 . 6 . 12
= (1 . 12) (2 .6) (3 . 4)
= 12 . 12 .12

= (12)3
2) Semua pembagi bulat positif dari 28 adalah 1,2,4,7,14 dan 28. (28) = 6
Hasil kali semua pembagi bulat positif dari 28 adalah :
K(28) = 1 . 2 . 4 . 7 . 14 . 28
= (1 . 12) (2 . 14) (4 . 7)
= 28 . 28 . 28
= (28)3
3) Periksalah bahwa K(2) = 2, K(5) = 5, K(9) = 27, K(18) = 183, K(24) = 243, K(32) = 323
Jika p suatu bilangan prima,maka K(p) = p, K(p2) = p3, K(p3) = p6, K(p4) = p10 dan K(pt) = p1/2 t(t +
1)

Teorema 4.10
Apabila n suatu bilangan bulat positif,maka hasilkan semua pembagi bulat positif dari n adalah
K(n) = n1/2 (n)
Bukti :
Misalkan d adalah suatu pembagi bulat positif dari n, maka ada d 1 (yaitu pembagi bulat positif
dari n pula)sedemikian hingga dd1 = n.hal ini mungkin saja terjadi bahwa d = d 1,yaitu jika n
suatu kuadrat sempurna.
Karena banyaknya pembagi bulat positif dari n adalah (n),dengan mengalikan setiap pembagi
dari n (misalnya d) dengan pembagi pasangannya (misalnya d 1) sedemikian hingga dd1 = n,maka
akan diperoleh bahwa hasil kali semua pembagi bulat positif dari n adalah : K(n) = n1/2 (n)
Notasi lain dari K (n) adalah d
B. Fungsi (sigma)
Apabila (n) menyatakan banyaknya pembagi bulat positif dari n, maka (n) menyatakan jumlah
semua pembagi bulat positif dari n.
Definisi 4.3
Apabila n suatu bilangan bulat positif ,maka (n) menyatakan jumlah semua pembagi bulat
positif dari n. dengan menggunakan notasi , ditulis (n) =
Contoh :
1) Semua pembagi bilangan bulat positif dari 12 adalah 1,2,3,4,6 dan 12 maka
(n) = 1+ 2 + 3 + 4 + 5 + 6 + 12 = 28
2) (27) = 1 + 3 + 9 +27 = 40
3) Periksalah bahwa (2) = 3, (3) = 4, (5) = 6, (7) = 8, (11) = 12
Jika p suatu bilangan prima,maka (p) = p + 1,(p2) = 1+ p + p2,(p3) = 1 + p + p2+ p3 dan
(pt) = 1 + p + p2+ + pt
Mengingat rumus jumlah deret geometri,maka: 1 + p + p2 + p3++ pt =
Jadi (pt) = ,jika p suatu bilangan prima dan t suatu bilangan bulat positif
Contoh :
1) Semua pembagi bulat positif dari 32 adalah 1,2,4,8,16 dan 32,maka
(32) = 1 + 2 + 4 + 8 + 16 + 32 = 63
(32) = (25) = 20+ 21 + 22 + 23 + 24 + 25= 26 1 = 63

2) periksalah bahwa (27) = 40, (49) = 57, (125) = 156, (64) = 127, (42) = 96, (6) = 12
Apabila p dan q adaLah dua bilangan bilangan prima yang berbeda dan n = pq,maka semua
pembagi bulat positif dari n adalah 1,p,q dan pq = n, sehingga :
(n) = (pq) = 1 + p + q + pq = (1 + p) (1 + q)
Jika m = p2q3 dengan p dan q bilangan-bilangan prima yang berlainan,maka jumlah semua pembagi
bilat positif dari m dapat disusun sebagai berikut :
(m) = (1 + p + p2 + p3) + (1 + pq + pq2 + pq3) + (p2 + p2q + p2q2+ p2q2)
= (1 + p + p2) (1 + q + q2+ q3)
(m) = .
Kita dapat menyimpulkan bahwa apabila n = pkqt denganp dan q keduanya bilangan prima yang
berbeda dan k,t bilangan \-bilangan bulat positif.maka :
(n) (pkqt) = . = (pk) . (qt)
Analog dengan contoh diatas,buktikanlah pernyataan tersebut :
Contoh :
1) (15) = (3.5) = (3).(5) = 4 . 6 = 24
(45) = (32.5) = (32).(5) =13 . 6 = 78
2) Periksalah bahwa (504) = 1560, (784) = 1764,(847) = 1064
Teorema 4.11
Apabila bentuk kanonik dari bilangan bulat positif n = 1a1,maka (n) =
Bukti :
Perhatikan suku-suku dari perkalian (1 + p1 + p12 + p13 + + p1a1) (1 + p2 + p22 + p33 + + p2a2)
(1 + p3 + p32+ p33 + + p3a3) (1 + pk + pk2 + pk3 + + pkak)
Setiap suku dari hasil perkalian ini berbeda satu dengan lainnya dan masing-masing merupakan
pembagian dari n,sehingga :
(n) = i + pi2 + pi3+ + piai)
Mengingat rumus jumlah deret geometri,maka
(1 + pi + pi2+ pi3 + + piai =
Sehingga (n) =
Contoh :
1) (2130) = (2 . 3 . 5 . 7 . 11) = . . . .
= 3 . 4 . 6 . 8 . 12 = 6912
2) (5600) = (22 . 52 . 7) = . . = 63 . 31 . 8 =15.624
Perhatikan kembali definisi 4.2 dan definisi 4.3, yaitu jika n suatu bilangan bulat positif,maka (1)
(n) = dan (2) (n) =
Pada rumus (2),d menjalani semua pembagi bulat positif dari n. mengingat merupakan pembagi
bulat positif dari n pula, maka rumus (2) dapat ditulis sebagai :
(n) =

=
=
Hal ini dikatakan bahwa merupakan jumlah kebalikan dari pembagi-pembagi bulat positif dari
n.
Contoh :
1) Semua pembagi bilangan bulat positif dari 18 adalah 1,2,3,6,9 dan 18. (18) = 39
Jumlah semua kebalikan pembagi-pembagi dari 18 adalah :
= + ++ + +
= = =

Sejarah dan Perkembangan Bilangan Prima


Manusia telah mengenal bilangan prima sejak 6500 sebelum masehi (S.M.). tulang
Ishango yang ditemukan pada tahun 1960 (sekarang disimpan di Musse dHistoire Naturelle di
Brussels) membuktikan hal tersebut. Tulang Ishango memiliki 3 baris takik. Salah satu kolomnya
memiliki 11, 13, 17 dan 19 takik, yang merupakan bilangan prima antara 10 dan 20.
Sekitar abad 6 S.M., Phythagoras dan kelompoknya telah mempelajari sifat-sifat
bilangan, antara lain : bilangan sempurna (perfect numbers), bilangan sekawan (amicable
numbers), bilangan segi banyak(polygonal numbers) dan bilangan prima (prime numbers).
Selanjutnya, sekitar abad ke empat SM, Euclides mengembangkan konsep dasar teori bilangan.
Beberapa jenis bilangan khusus akan dikemukakan, namun pengertian pembagi dan pembagi
sejati perlu dikemukakan lebih dahulu.
Pembagi (kadang disebut faktor) dari sebuah bilangan bulat adalah bilangan yang dapat
membagi bilangan itu tanpa adaa sisa. Misalnya pembagi dari 12 adalah . Pembagi sejati (proper
divisors) adalah pembagi sebuah bilangan yang kurang dari bilangan itu sendiri. Misalnya
pembagi sejati dari 12 adalah . Selanjutnya, beberapa bilangan khusus dikemukakan sebagai
berikut.
1. Bilangan Berlimpah (Abundant Numbers)
Jika sebuah bilangan dengan jumlah pembagi sejatinya lebih dari bilangan itu sendiri disebut
bilangan berlimpah. Misalnya, pembagi sejati 24 adalah dan 1+2+3+4+6+8+12=36 adalah
bilangan berlimpah karena 36>24.

2. Bilangan Berkekurangan (Deficient Numbers)


Jika jumlah pembagi sejati sebuah bilangan kurang dari bilangan itu sendiri, maka bilangan itu
disebut berkekurangan. Misalnya, 16 adalah bilangan berkekurangan karena jumlah pembagi
sejatinya adalah 1+2+4+8=1<16.
3. Bilangan Sempurna (Perfect Numbers)
Sebuah bilangan disebut sempurna apabila jumlah pembaginya sama dengan bilangan itu sendiri.
Misalnya, 6 adalah bilangan sempurna karena pembagi 6 adalah 1,2 dan 3 serta 1+2+3=6.
4. Bilangan Mungil (cute numbers)
Jika sebuah bilangan kuadrat dapat dibagi ke dalam n kuadrat pada paling banyak dua ukuran
berbeda, maka n disebut bilangan mungil. Misalnya 4 dan 10 adalah bilangan mungil.
5. Bilangan Setengah Sempurna (semiperfect numbers)
Sebuah bilangan setengah sempurna apabila sama dengan jumlah sebagian pembagi sejatinya.
Misalnya, misalnya 18 adalah bilangan setengah sempurna karena pembagi sejati 18 adalah dan
3+6+9=18. Sebuah bilangan setengah sempurna yang merupakan jumlah dari semua pembagi
sejatinya disebut bilangan sempurna.
6. Bilangan Berbahagia (happy numbers)
Sebuah bilangan yang jumlah kuadrat angka-angkanya pada akhirnya berjumlah satu disebut
bilangan berbahagia. Misalnya 203 adalah bilangan berbahagia, karena + + =13, + =10, + =1.
7. Bilangan Narsis (narcissistic numbers)
Seorang narsis jika tertarik kepada dirinya sendiri, sebuah bilangan narsis nampaknya sedikit
terpusat pada dirinya juga. Sebuah bilangan narsis adalah sebuah bilangan yang sama dengan
sebuah pernyataan yang menggunakan angka yang sama. Misalnya 36= 3! 6. Kadang-kadang
sebuah bilangan narsis didefenisikan sebagai bilangan yang sama dengan jumlah angkaangkanya yang berpangkat tertentu. Lebih khusus, sebuah bilangan dengan n angka sama dengan
jumlah angka-angkanya yang berpangkat tertentu. Lebih khusus, sebuah bilangan dengan n
angka sama dengan jumlah angka-angkanya berpangkat n. Misalnya, 371 adalah bilangan narsis
karena 371= dan 9474 juga bilangan narsis karena
8. Bilangan Palindrom (palindromic numbers)
Sebuah polindrom adalah kata yang sama baik dibaca dari kiri maupun kanan, misalnya noon
atau kayak. Bilangan polindrom, seperti 88 dan 1640461 mempunyai angka yang sama baik
dibaca dari kiri maupun dari kanan.

9. Bilangan bersahabat (amicable numbers)


Dua bilangan disebut bersahabat apabila jumlah pembagi sejati bilangan pertama sama dengan
bilangan kedua dan juga sebaliknya jumlah pembagi sejati bilangan kedua sama dengan bilangan
pertama. Misalnya, 2620 dan 2924 adalah dua bilangan bersahabat. Pembagi sejati 2620 adalah
yang jumlahnya .
Selanjutnya, kita memeriksa pembagi sejati 2924, yaitu dan jumlahnya . Dengan demikian,
kedua bilangan itu bersahabat.
10. Bilangan Sosial (sociable numbers)
Bilangan sosial seperti bilangan bersahabat, tetapi bilangan sosial dalam kelompok yang lebih
besar. Pembagi sejati dari bilangan pertama dalam sebuah kelompok jumlahnya sama dengan
bilangan kedua, pembagi sejati bilangan kedua jumlahnya sama dengan bilangan ketiga, dan
seterusnya. Pembagi sejati bilangan terakhir dalam kelompok jumlahnya sama dengan bilangan
pertama. Bilangan sosial cenderung besar, sehingga sulit didapatkan tanpa menggunakan
komputer. Satu contoh kelompok bilangan sosial adalah 12496, 14288, 15472, 14536 dan 14264.
11. Bilangan Berpola (figurate numbers)
Bilangan dari titik dalam sebuah susunan titik-titik yang berjarak sama disebut bilangan berpola.
Misalnya:
Titik-titik dapat disusun dalam dimensi satu, dua, tiga atau lebih. Ada banyak jenis bilangan
berpola, misalnya bilangan polygon (polygonal numbers) dan bilangan tetrahedral (tetrahedral
numbers).
12. Bilangan Poligon (polygonal numbers)
Sebuah bilangan poligon adalah bilangan titik yang berjarak sama diperlukan untuk menggambar
sebuah bilangan berpola. Barisan bilangan poligon berdasarkan pada poligon tersarang.
Contohnya:
Terdapat banyak jenis berbeda dari bilangan poligon, mulai dengan bilangan kuadrat dan
bilangan segitiga.
13. Bilangan Kuadrat (square numbers)
Bilangan kuadrat adalah hasil perkalian sebuah bilangan dengan dirinya sendiri. Ini adalah sama
dengan kuadrat sempurna (perfect squares): =1, =4, =9 dan seterusnya. Kuadrat dari 5 adalah 25
dan bekerja dari belakang, kita mengatakan bahwa akar kuadrat dari 25 adalah 5. Beberapa
gambar bilangan kuadrat diberikan sebagai berikut.

14. Bilangan Kubik (cube numbers)


Bilangan kubik adalah hasil dari perkalian sebuah bilangan dengan dirinya sendiri dua kali : =1,
=8, =27 dan seterusnya. Kubik dari 4 adalah 64 dn bekerja dari belakang, kita mengatakan
bahwa akar pangkat tiga dari 64 adalah 4. Jika kita menggunakan balok bentuk kubik (kubus)
untuk membangun sebuah kubik lebih besar, banyaknya balok yang diperlukan adalah sebuah
bilangan kubik. Misalnya, kita akan membangun kubik 10 cm dengan menggunakan kubik 1 cm
kita membutuhkan 1000 kubik.
15. Bilangan Tetrahedral (tetrahedral numbers)
Bilangan tetrahedral adalah satu jenis bilangan berpola yang diperoleh dengan menghitung
banyaknya titik berjarak sama yang diperlukan untuk membangun sebuah tetrahedron.
Tetrahedron adalah piramid dengan dasar segitiga.
16. Bilangan Segitiga (triangular numbers)
Sebuah bilangan segitiga adalah banyaknya titik yang diperlukan untuk menggambar sebuah
segitiga. Ini adalah satu jenis bilangan berpola. Beberapa gambar bilangan segitiga yang pertama
diberikan sebagai berikut:
Rumus bilangan segitiga ke-n adalah T(n)=n(n+1)/2.
17. Bilangan Aneh (weird numbers)
Sebuah bilangan aneh (tidak wajar) apabila berlimpah tetapi tidak setengah sempurna, misalnya
70 adalah bilangan aneh. Pembagi sejati 70 adalah dan , tetapi 70 tidak sama dengan jumlah
beberapa pembagi sejatinya.

Sebelum komputer ditemukan, perkembangan penemuan bilangan prima masih lambat


karena orang belum merasakan manfaatnya. Meski pun sedikit sekali manfaat yang diketahui,
namun di awal masehi orang-orang tetap mencari dan membuktikan bahwa suatu bilangan
merupakan bilangan prima.
Bilangan prima disebut oleh Nicomachus, Theon dan Lamblichus sebagai bilangan
prima dan tidak komposit. Theon mendefenisikan hampir sama dengan yang didefenisikan oleh
Euclid, yaitu bilangan yang tidak dihasilkan oleh sebarang bilangan, melainkan oleh hanya
satu satuan saja. Satuan berarti bilangan asli yang bukan bilangan prima dan juga bukan
bilangan komposit. Aristotheles juga mengatakan bahwa bilangan prima tidak dihasilkan oleh

sebarang bilangan, sebuah satuan bukan merupakan bilangan, tetapi hanya permulaan bilangan
(Theon dari Smyrna mengatakan hal yang sama). Menurut Nicomachus, bilangan prima adalah
sebuah subbagian, bukan dari sembarang bilangan melainkan dari bilangan yang ganjil, yaitu
bilangan ganjil yang tidak berlaku untuk bagian yang lain kecuali bagian yang disebutkan
setelah nama bilangan iu sendiri. Bilangan prima adalah 3, 5, 7 dan seterusnya. Dan tidak ada
subkelipatan dari 3 kecuali 1/3, tidak ada subkelipatan dari 11 kecuali 1/11 dan seterusnya.
Dalam kasus ini satu-satunya subkelipatan tersebut adalah satuan. Menurut Nicomachus,
3 adalah bilangan prima yang pertama sedangkan Aristotheles menganggap 2 sebagian bilangan
prima: (2 adalah satu-satunya bilangan genap yang prima), hal ini menunjukkan bahwa
perbedaan doktrin phytagorean lebih awal dari Euclid. Angka 2 juga memperkuat defenisi Euclid
terhadap bilangan prima. Lamblichus menjadikan ini sebagai dasar serangan lain terhadap
Euclid. Argumentasinya adalah bahwa 2 adalah satu-satunya angka genap yang tidak memiliki
bagian kecuali sebuah satuan. Namun, sebelumnya dijelaskan bahwa genap kali genap, ganjil
kali ganjil dan ganjil kali genap, semuanya tidak termasuk sifat bilangan prima. Telah dijelaskan
bahwa kemungkinan besar 2 adalah bilangan genap dan ganjil, yang dihasilkan dengan
mengalikan 2 terhadap bilangan ganjil yakni satuan tersebut, sehingga 2 dianggap sebagai batas
atas subbagian bilangan genap, yang bukan termasuk bilangan prima. Theon memandang 2
dalam anggapan yang sama, tetapi mendukungnya dengan lingkaran yang nyata. Bilangan prima
menurutnya, juga disebut ganjil-kali-ganjil, sehingga hanya bilangan ganjil yang prima dan tidak
komposit. Bilangan genap tidak dihasilkan oleh hanya satu satuan, kecuali 2, sehingga terlihat
ganjil tetapi tidak prima.
Terdapat beragam nama yang digunakan terhadap bilangan prima. Kita telah
memperhatikan penandaan yang aneh terhadapnya yaitu ganjil kali ganjil. Menurut Lamblichus,
beberapa orang menyebutnya euthimetric dan thimaridas rectilinier, dengan dasar bahwa ia
hanya dapat ditemukan dalam satu dimensi tanpa luasan. Aspek yang sama dari bilangan prima
juga dinyatakan oleh Aristotheles, yang membedakan bilangan komposit dengan bilangan prima
yang hanya memiliki satu dimensi. Theon dari Smyrna memberikan linear sebagai nama
alternatif dari rectilinear. Dalam kedua kasus, untuk membuat deskripsi yang pas terhadap
bilangan prima, kita harus memahami kata hanya, bilangan prima adalah bilangan yang hanya
linear atau rectilinear. Bagi Nicomachus, yang menggunakan bentuk linear, dengan jelas

mengatakan bahwa semua bilangan juga begitu, yakni dapat dipresentasikan oleh titik-titik
linear untuk jumlah yang dibutuhkan dan ditetapkan pada seruas garis.
Bilangan prima disebut prima atau pertama,menurut nicomachus,karena hanya dapat
diperoleh dengan meletakkan sejumlah satuan tertentu bersama,dan satuan tersebut adalah
permukaan dari bilangan.Menurut lamblichus,karena tidak ada bilangan sebelumnya,bilangan
prima menjadi kumpulan satuan yang merupakan kelipatan dan muncul pertama sebagiaan basis
yang bilangan yang lain yang menjadi kelipatannya.Berdassarkan berbagai pernyataan
tersebut,bilangan prima dapat didefinisikanberikut.
Bilangan bulat p>1 disebut bilangan prima bilamana tidak ada bilangan pembagi d
terhadap p yang memenuhi syarat 1<d<p.Dengan perkataan lain,bilangan prima adalah
bilangan asli yang lebih besar dari satu dan bilangan itu sendiri.Sebuah bilangan bulat p>1
yang bukan bilangan prima disebut bilangan komposit(tersusun).
Sebagian contoh,2, 3, 5dan 7 adalah bilangan prima, sedangkan 4, 6, 8 dan 9 adalah
bilangan komposit. Perlu diperhatikan bahwa 1 bukan bilangan primaa dan bukan pula bilangan
composit, sehingga 1 disebut satuan. Jadi, himpunan semua bilangan bulat positif (bilangan asli)
terbagi dalam 3 himpunan bagian yang saling lepas, yaitu:
1) Himpunan bilangan prima
2) Himpunan bilangan komposit
3) Himpunan bilangan satuan.

B. Rumus Bilangan Prima


Selama berabad-abad, banyak matematikawan telah mencoba untuk mencari rumusan
yang dapat digunakan dalam menentukan bilangan prima. Semua bilangan prima yang lebih
besar dari 2 jelas merupakan bilangan gasal (ganjil) sehingga orang percaya bahwa untuk suatu
bilangan prima p, -1 juga merupakan bilangan prima. Persamaan ini sama halnya dengan
persamaan yang diungkapkan oleh Mersenne, yakni rumus: = -1, n>1. Namun, hal tersebut
kemudian terbukti tidak benar. Pada tahun 1536, Regius membuktikan bahwa bilangan
-1=2047=23 89, bukan bilangan prima.
Cara yang paling sederhana untuk mencari bilangan prima adalah dengan menggunakan
metode saringan Eratosthenes (Sieve of Eratosthenes), sebuah karya dari Eratosthenes (240 SM),
seorang ilmuwan Yunani Kuno. Cara ini yang paling sederhana dan paling cepat untuk

menemukan bilangan prima, sebelum saringan Atkin ditemukan pada tahun 2004. Saringan
Atkin merupakan cara yang lebih cepat namun lebih rumit dibandingkan dengan saringan
Eratosthenes.
Misalkan, kita hendak menemukan semua bilangan prima di antara 1 sampai bilangan
bulat 50. Peragaaun saringan Eratosthenes untuk membuat daftar bilangan kurang dari atau sama
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

dengan 50 dilakukan sebagai berikut:


Membuat daftar bilangan mulai dari 1 sampai dengan 50,
Mencoret bilangan 1 dari daftar bilangan tersebut,
Membiarkan bilangan 2 dan mencoret semua bilangan kelipatan 2,
Membiarkan bilangan 3 dan mencoret semua bilangan kelipatan 3,
Membiarkan bilangan 5 dan mencoret semua bilangan kelipatan 5,
Membiarkan bilangan 7 dan mencoret semua bilangan kelipatan 7,
Membiarkan semua bilangan yang belum dicoret,
Melihat hasil bilangan yang dibiarkan dan tidak dicoret.
Mendaftar semua bilangan prima yang kurang dari 50, yaitu 2, 3, 5, 7, 11, 13, 17, 19, 23, 29, 31,
37, 41, 43 dan 47.
(catatan: beberapa bilangan mendapat pencoretan lebih dari sekali)
1
11
21
31
41

2
12
22
32
42

3
13
23
33
43

4
14
24
34
44

5
15
25
35
45

6
16
26
36
46

7
17
27
37
47

8
18
28
38
48

9
19
29
39
49

10
20
30
40
50

Penggunaan saringan Eratosthenes tidak dapat secara memuaskan untuk menguji


langsung suatu bilangan adalah bilangan prima atau bukan bilangan prima, sehingga banyak
formula lain yang dibuat untuk menghasilkan bilangan prima. Rumus atau formula itu antara
lain:
1) f(n)= -n+41, untuk n N
Untuk n=1 sampai dengan n=40, diperoleh daftar angka yang merupakan bilangan prima. Tetapi,
untuk n=41 maka f(41)= bukan bilangan prima karena 1681 habis dibagi 1, 41 dan 1681.
Dengan demikian, f(n)= -n+41 gagal menjadi rumus bilangan prima.
2) f(n)= -79n+1601
Formula ini gagal menjadi rumus bilangan prima sebab f(81)= -79(81)+1601=1763, di mana
faktor dari 1763 adalaah 1, 41,43 dan 1763, sehingga 1763 bukan bilangan prima.

3) f(n)= +1
Rumus ini dibuat oleh Fermat. Jika secara berturut-turut n diganti dengan 1, 2, 3 dan 4 maka
diperoleh semuanya adalah bilangan prima. Tetapi, jika n diganti dengan 5 maka f(5)=
+1=4.294.967.297. Hasil ini bukan bilangan prima karena habis dibagi oleh 641. Jadi, rumus
Fermat gagal menghasilkan bilangan prima untuk n=5.
4) Bilangan prima Sophie Germain. Sebuah bilangan prima p disebut bilangan prima Sophie
Germain bila 2p+1 juga bilangan prima. Misalnya, 23 adalah bilangan prima Sophie Germain
karena 2 23+1=47 juga bilangan prima. Bilangan ini diberi nama sesuai nama matematikawan
Perancis Marie Sophie Germain.

5) Bilangan prima dengan rumus 3+4k, untuk k>0. Tentu, rumus ini gagal menghasilkan bilangan
prima untuk k=3, karena 3+4(3)=15 bukan bilangan prima.
6) Teorema kecil Fermat menyatakan jika p adalah bilangan prima, maka untuk semua bilangan
bulat a, =a(mod p). Ini berarti, jika kita mengambil sembarang bilangan a, kemudian mengalikan
dengan dirinya sendiri sebanyak p kali dan mengurangi a, hasilnya akanhabis dibagi dengan p.
Secara khusus, jika a bukan faktor p, maka (mod p) 1. Teorema ini memberikan uji yang baik
untuk ketidakmiripan. Dengan bilangan bulat n>1, pilihlah a>1 dan hitung (mod n). jika hasilnya
1, maka n bukan bilangan prima. Sebaliknya, jika hasilnya=1, maka n mungkin bilangan prima
sehingga n mungkin disebut bilangan prima semu basis a (prima semu, bilangan yang
mendekati bilangan prima).
Sebagai contoh, untuk a=2 dan n=341, maka (mod 341)= (mod 341)= = mod 341=1. Tetapi, 341
bukan bilangan prima karena 341= , sehingga 341 adalah bilangan prima semu basis 2.
(umumnya digunakan oleh praktisi kriptografi, kriptografi adalah teknik untuk menyamarkan
suatu pesan dengan kata lain sandi).
Meski bilangan prima Mersenne terbukti tidak secara pasti benar bahwa rumus tersebut
adalah rumus untuk bilangan prima, namun para peneliti tetap menggunakan rumus Mersenne
dalam mencari bilangan prima. Bilangan prima terbesar yang diketahui pada September 2006
adalah -1. Bilangan ini mempunyai 9.808.358 digit dan merupakan bilangan prima Mersenne
yang ke-44. (demikian notasi penulisan bilangan prima Mersenne ke-44) ditemukan oleh Curtis
Cooper dan Steven Boone pada 4 september 2006 yang keduanya adalah profesor university of

Sentral Missoouri bekerja sama dengan puluhan ribu anggota lainnya dari proyek Great Internet
Mersenne Prime Search (GIMPS).
Di antara semua bilangan prima Mersenne yang sudah ditemukan, sepuluh bilangan
terbesarnya ditemukan dengan GIMPS. Bilangan prima Mersenne terbesar saat ini memiliki
9.808.358 digit angka.

C. Teorema Bilangan Prima


Sebelum membahas teorema tentang bilangan prima, terlebih dahulu dijelaskan istilah
saling prima. Dua buah bilangan dikatakan saling prima jika faktor persekutuan terbesar (FPB)
dari dua bilangan tersebut adalah 1. Istilah lain dari saling prima adalah komprima atau prima
relatif. Jadi defenisi saling prima dapat dituliskan sebagai berikut.
Dua bilangan bulat a dan b dikatakan prima relatif, jika (a,b)=1
Apabila ( )=1 maka juga dikatakan saling prima. Bilangan bulat positif dikatakan saling
prisma dua-dua atau saling prima sepasang, apabila ( )=1, untuk i=1, 2, 3,., n dan j=1, 2, 3,.,
n dengan i j. contoh (7, 8, 15)=1,sehingga dikatakan bahwa 7, 8 dan 15saling prima dan
sekaligus saling prima dua-dua, sebab (7,8)=(7,15)=(8,15)=1. Contoh lain (4, 6, 9, 10) =1
menunjukkan bahwa 4, 6, 9 dan 10 saling prima, tetapi tidak saling prima dua-dua, sebab
(4,6)=2, (4,10)=2, (6,9)=3, (6,10)=2 meskipun (4,9)=(9,10)=1.
1) Teorema 6.1
Jika sisa pembagian b oleh a adalah prima relatif dengan a, maka b juga prima relatif dengan a.
Bukti:
Misalkan a dan b adalah bilangan-bilangan bukat daan a=0, maka menurut algoritma pembagian
diperoleh: b=aq+r dengan
Misalnya, (a,r)=1. Apakah (b,a)=1?
Misalkan (b,a)=d, maka dan d|b
Karena b=aq+r dengan d dan d|b maka d|r
Selanjutnya dan d|r, sehingga d merupakan faktor persekutuan dari a dan r.
Tetapi, karena (a,r)=1, maka d 1.
Mengingat (b,a)=d, yaitu d 1, maka d=1.
Maka, (b,a)=1

Contoh:
Misalkan 81 dan 266, dengan 266=(81)(3)+23. Perhatikan bahwa (81,23)=1, maka menurut
teorema 1 (266,81)=1. Hal ini dapat dilihat pada Algorotma Euclides.
2) Teorema 6.2
Setiap bilangan bulat n>1 dapat dibagi oleh suatu bilangan prima. Dengan perkataan lain, jika
n dan n adalah bilangan komposit, maka ada bilangan prima p sehingga.p|n
Bukti:
Cara I
1) Ambil sembaraang bilangan positif n>1. Jika n bilangan prima maka berarti teorema terbukti.
2) Apabila n adalah bilangan komposit, maka n mempunyai faktor selain 1 dan n sendiri.
Misalnya , yaitu maka ada sehingga n= dengan 1< <n.
3) Ambil bilangan prima sehingga , dengan demikian teorema terbukti. Tetapi, jika suatu bilangan
komposit, maka mempunyai faktor selain 1 dan , misalnya , yaitu | sehingga ada sehingga , 1<
<.
4) Ambil bilangan prima sehingga . Karena dan |n maka . Jadi, n terbagi oleh suatu bilangan prima
, sehingga teorema terbukti. Tetapi, jika suatu bilangan komposit, maka mempunyai faktor selain
1 dan , misalnya , yaitu . Ini berarti ada sedemikian sehingga = dengan 1< < .
5) Ambil bilangan prima dan dengan dan yang berimplikasi sehingga teorema terbukti. Tetapi,
jika suatu bilangan komposit, proses seperti di atas dapat dilanjutkan sedemikian sehingga
didapatkan suatu barisan n, , ,.,dengan n> > >>1.
Penguraian atas faktor-faktor komposit tersebut tentu berakhir pada suatu faktor prima, karena
faktor-faktor tersebut selalu kurang dari bilangan yang diuraikan dan selalu lebih dari 1.
Misalkan penguraian berakhir pada faktor prima , maka dan karena , ,.., sehingga .

Fungsi-fungsi khusus yang akan dikemukakan adalah fungsi tau ( ) dan fungsi sigma ).
1. Fungsi Tau ( )
Pembahasan fungsi tau dimulai dengan sebuah definisi berikut.

Definisi 6.3
Fungsi tau (n) menyatakan banyaknya pembagi bulat positif dari n, untuk n suatu bilangan
bulat positif.
Contoh 6.7
Tentukanlah pembagi bulat positif mulai dari bilangan 1 hingga bilangan 15!
Penyelesaian:
a) Pembagi bulat positif dari 1 adalah 1 sendiri sehingga (1) = 1
b) Pembagi bulat positif dari 2 adalah 1 dan 2, sehingga (2) = 2
c) Pembagi bulat positif dari 3 adalah 1 dan 3, sehingga (3) = 2
d) Pembagi bulat positif dari 4 adalah 1, 2 dan 4, sehingga (4) = 3
e) Pembagi bulat positif dari 5 adalah 1 dan 5, sehingga (5) = 2
f) Pembagi bulat positif dari 6 adalah 1, 2, 3, dan 6, sehingga (6) = 4
Dengan cara yang sama, dapat diketahui bahwa (7) = 2, (8) = 4, (9) = 3, (10) = 4, (11) = 2,
(12) = 6, (13)=2, (14)=4, (15)=4
Berdasarkan contoh 6.7, dapat diketahui bahwa apabila p suatu bilangan prima, maka (p)=2.
Banyaknya pembagi bilangan bulat positif dari n sering dinyatakan dengan rumus yang
menggunakan notasi (baca; sigma). Beberapa contoh penggunaan notasi diberikan dalam
contoh berikut
Contoh 6.8
a. = a1 + a2 + a3 + a4
b. = 3 + 4 + 5 + 6
c. = 2 + 2 + 2 + 2 + 2 + 2
d. = 1 + 2 + 7 + 14 yaitu jumlah semua pembagi bulat positif dari14.
e. = 1 + 1 + 1 + 1 yaitu banyaknya semua pembafi bulat positif dari 14.
f. = f(1) + f(2) + f(3) + f(6) + f(9) + f(18).
Berdasarkan beberapa contoh notasi tersebut, (n) dapat dirumuskan sebagai berikut:
(n) = untuk n 1
Jadi (n) merupakan penjumlahan dari 1 sebanyak pembagi bulat positif dari n.
Contoh 6.9
a. Semua pembagi bulat positif dari 30 adalah 1, 2, 3, 5, 6, 10, 15, 30, sehingga:
=1+1+1+1+1+1+1+1=8
b. Semua pembagi bilangan bulat positif dari 42 adalah 1, 2, 3, 6, 7, 14, 21 dan 42 sehingga
=1+1+1+1+1+1+1+1=8
c. Semua pembagi bulat positif dari 48 adalah 1, 2, 3, 4, 6, 8, 12, 16, 24, dan 48 sehingga
d. = 1 + 1 + 1 + 1 + 1 + 1 + 1 + 1 + 1 + 1 = 10

Dengan cara yang sama dapat diketahui bahwa = 1, = 1 + 1 = 2, = 1 + 1 = 2, = 1 + 1 + 1 = 3, = 1


+ 1 + 1 +1 = 2, 1 + 1 + 1 + 1 = 4, = 1 + 1 = 2, = 1 + 1 + 1 +1 = 4 dan seterusnya.
Berdasarkan contoh tersebut dapat disimpulkan bahwa jika p suatu bilangan prima, pembagi
bulat positifnya hanyalah 1 dan p, sehingga (p)=2. Karena itu = 1 + 1 = 2 untuk setiap bilangan
prima p. Selanjutnya,
1) Pembagi bulat positif dari p2 adalah 1, p dan p2 sehingga (p2) = = 1 + 1 + 1 = 3;
2) Pembagi bulat positif dari p3 adalah 1, p, p2, dan p3 sehingga (p3) = = 1 + 1 + 1 + 1 = 4;
3) Pembagi bulat positif dari p4 adalah 1, p, p2, p3, dan p4 sehingga (p3) = = 1 + 1 + 1 + 1 + 1 = 5;
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa jika k suatu bilangan bulat positif dan p
adalah suatu bilangan prima maka (pk) = k + 1.
Contoh 6.10
Tentukan (16), (32), (81)!
Penyelesaian:
a)

16 = 24, sehingga (16) = (24) = 4 + 1 = 5.

Hal ini dapat diperiksa dengan mencacah semua pembagi bulat positif dari 16 yaitu 1, 2, 4, 8, 16.
b)
c)

32 = 25, sehingga (32) = (25) = 5 + 1 = 6


Semua pembagi bulat positif dari 32 adalah 1, 2, 4, 8, 16, 32.
81 = 34, sehingga (81) = (34) = 4 + 1 = 5
Semua pembagi bulat positif dari 81 adalah 1, 3, 9, 27, 81.

Apabila p1 dan p2 keduanya adalah bilangan prima dan n = p1p2, maka pembagi bulat positif dari
n adalah 1, p1, p2 dan p1p2 = n sehingga (n) = 4. Jika m = p12p23, maka pembagi bulat positif dari
m dapat disusun sebagai berikut:
1
P1,
,
Terlihat

P2
P1P2,
P2,

,
P1 ,,
,

pada daftar ini bahwa (m) = ( ) = 3 4 = 12.

Contoh 6.11
Tentukan (648), (675), dan (6125)!
Penyelesaian :
a)
(648) = (23 34) = (3 + 1) (4 + 1) = 20
b)
(675) = (33 52) = (3 + 1) (2 + 1) = 12

P1
=m

c)

(6125) = (53 72) = (3 + 1) (2 + 1) = 12

1) Teorema 6. 13
Apabila n = pkqt dengan p dan q bilangan-bilangan prima yang berlainan dan k, t adalah
bilangan-bilangan bulat positif, maka (pkqt) = (k + 1) (t + 1).
Bukti:
Semua pembagi bulat positif dari n = pkqt dapat di susun daftar sebagai berikut:
1,
q,
.
.
.
qt,

p2,
p2q,

p,
pq,
pq2,
.
.
.
pqt,

p2q2,
.
.
.
p2q2,

p3,
p3q,
p3q2,
.
.
.
p3qt,

pk
pkq

q2,

pkq2
.
.
.
pkqt = n

Terlihat pada daftar tersebut bahwa:


(n) = (pkqt) =(k + 1) (t + 1).
Pada teorema dasar aritmetika, telah dijelaskan bahwa setiap bilangan bulat positif yang lebih
besar dari 1 (n ) dapat difaktorkan secara tunggal atas faktor-faktor prima. Selanjutnya, n dapat
ditulis dalam bentuk kanonik sebagai n = dengan Pi untuk i = 1, 2,, k adalah bilangan
bilangan prima yang berlainan dan ai 1 untuk setiap i = 1, 2, 3,, k. Bila telah diperoleh bentuk
kanonik dari suatu bilangan bulat positif, maka dapat ditentukan banyaknya pembagi bulat
positif dari n yaitu (n) yang dijelaskan dalam teorema berikut.
2) Teorema 6.14
Apabila bentuk kanonik dari bilangan bulat positif n adalah
maka (n) = (a1 + 1)(a2 + 1)(a3 + 1)(ak + 1).
Bukti:
Apabila d suatu pembagi bulat positif dari n, maka d = P1 P2 P3,Pk dengan 0 t1 ai. Banyaknya
pembagi bulat positif dari n merupakan hasil kali banyaknya pilihan, sehingga diperoleh (n) =
(a1 + 1)(a2 + 1)(a3 + 1)(ak + 1).
Rumus (n) tersebut sering dinyatakan dengan notasi (baca; pil). Contoh pemakaian notasi
diberikan sebagai berikut.
Contoh 6.12
a)
= P1 P2 P3 P4 P5.

b)
c)
d)
e)

ai

Contoh 6.13
Tentukan (2205), (9450), dan (25200)!
Penyelesaian:
a)
2205 = 32 5 72
(2205) = (32 5 72) = (2 + 1)(1 + 1)(1 + 1) = 18
b)
9450 = 2 33 52
(9450) = (2 33 52 ) = (1 + 1)(3 + 1)(2 + 1) (1 + 1) = 48
c)
25200 = 24 32 52 7
(25200) = (24 32 52 7) = (4 + 1)(2 + 1)(2 + 1) (1 + 1) = 90
Contoh berikut memperlihatkan hasilkali pembagi-pembagi bulat positif dari suatu bilangan
bulat positif n.
Contoh 6.14
Tentukan hasil kali semua pembagi bulat positif dari 24 dan 56!
Penyelesaian:
a)
Pembagi bulat positif dari 24 adalah 1, 2, 3, 4, 6, 8, 12, dan 24, sehingga (24) = 8
Hasilkali semua pembagi bulat positif dari 24 ditulis dengan notasi K(24) yaitu:
K(24) = 1
= (1 )(2 )(3 )(4 )
= 24
= 244
b)
Semua pembagi bulat positif dari 56 adalah 1, 2, 4, 7, 8, 14, 28, dan 56, sehingga (56) =
8
Hasilkali semua pembagi bulat positif dari 56 adalah:
K(56) = 1
= (1 )(2 )(4 )(7 )
= 56
= 564
Kita dapat memriksa bahwa K(2) = 2, K(3) = 3, K(5) = 5, K(7) = 7, dan seterusnya. Jadi jika p
suatu bilangan orima, maka K(p) = p, K(p2) = p3, K(p3) = p6, K(p4) = p10 dan K(pt) = p1/2t(t + 1)
3) Teorema 6.15
Apabila n suatu bilangan bulat positif, hasilkali semua pembagi bulat positif dari n adalah K(n)
= atau dapat ditulis =
Bukti:

Misalkan d adalah suatu pembagi bulat positif dari n, ada d (yaitu pembagi bulat positif dari n
pula) sedemikian sehingga dd = n. hal ini mungkin saja terjadi bahwa d = d, yaitu jika n suatu
kuadrat sempurna.
Karena banyaknya pembagi bulat positif dari n adalah (n), dengan mengalikan setiap pembagi
dari n (misalnya d) dengan membagi pasangannya (misalnya d) sedemikian sehingga dd= n,
maka akan diperoleh bahwa hasilkali semua pembagi bulat positif dari n adalah =
2. Fungsi Sigma( )
Pada bagaian sebelumnya telah dibahas mengenai fungsi tau yang menyatakan banyaknya
pembagi bulat positif dari n,Pada bagian ini dibahas mengenai fungi sigma yang menyatakan
jumlah semua pembagi buat positif dari n.
Defenisi 6.4
Jika n suatu bilangan bulat positif,maka menyatakan jumlah semua pembagi bulat positif
darin,yakni
Contoh 6.14
Tentukan ,
Penyelesaian:
a) Pembagi buat positif dari 30 adalah 1,2,3,5,6,10,15,30,
sehingga
b) Pembagi bulat positif dari 42 adalah 1,2,3,6,7,14,21, dan 42
sehingga
c) Pembagi bulat positif dari 48 adalah 1,2,3,4,6,8,12,16,24 dan 48
sehingga

Contoh 6.15
Tentukan
Penyelesaian:
a.
b.
c.
d.

Pembagi bulat positif dari 2 adalah 1 dan 2 sehingga


Pembagi bulat positif dari 3 adalah 1 dan 3 sehingga
Pembagi bulat positif dari 5 sehingga
Dengancara yang sama ,

Contoh 6.15 menunjukan bahwa jika p suatu bilangan prima, maka )=1+p+p+p dan .
Rumus dapat di bentuk dngan mengigat rumus jumlah deret geometri .
karena itu, perlu dijelaskan mengenai deret geoetri sebagai berikut.
Diketahui suatu barisan geometri a, ar, ar, ar,.
Apabila suku-sukunya jumlahkan diperoleh =
untuk r<1 atau

untuk r rumus jumlah deret geometri, diperoleh


jadi,jika p suatu bilangan prima

dan t suatu bilangan bulat positif, maka

Contoh6.16
Tentukan
Penyelesaian :
a)
b)
c)
d)

Pembagi bulat positif dari 6 adalah 1,2,3, dan 6 sehingga


Pembagi bulat positif dari 64 adalah 1,2,4,,8,16,32, dan64 sehingga 127. Atau =127
Pembagi bulat positif dari 125 adalah 1,5,25, dan 125 sehingga =156
Pembagi bulat positif dari 243 adalah 1,3,9,27,81 dan 243 sehingga

Apabila p dan q adalah dua bilangan prima yang berbeda dan n =pq, maka semua pembagi
semua positif dari n adalah 1, jika m= dengan p dan q dua bilangan prima yang berlainan, maka
jumlah semua pembagi bulat positif dari m dapat di susun sebagai berikut ;
+(p+pq+pq+pq)+(p+pq+pq+pq)
= (1+p+p)(1+q+q+q)
=
jika apabila n= dengan p dan q keduanya bilangan prima yang berbeda serta k dan t bilangan
bulat positif, maka ;
Contoh 6.17
Tentukanlah
Penyelesaian :
a.
b.
c.
d.
e.

( ) (31)(57)=1767
)=(8)(133)=1064

Teorema 6.16

Jika

bentuk

kanonik

dari

bilangan

bulat

positif

adalah

maka
Bukti :
Setiap suku dari perkalian (1+p+ + +.+ ) ) dengan yang lainnya dan masing masing
merupakan pembagiaan darian n, sehingga
Berdasarkan rumus jumlah deret geometri , maka
1+
Sehingga
Contoh 6.18
Tentukan
Penyelesaian :
a.
b.
c.

=96
=

Pada pembahasan sebelumnya, telah dijelaskan mengenai definisi di mana d merupakan semua
pembagi bulat positif dari n . karena

pembagi bulat positif dari n pula, maka rumus dapat juga

ditulis dalam bentuk :


Rumus merupakan jumlah kebalikan dari pembagi pembagi bulat positif
Contoh 6.19
Tentukan
Penyelesaian:
a. Semua pembagi bulat positif dari 12 adalah 1, 2, 3, 4, 6 dan 12 sehingga
Jumlah semua dari kebalikan pembagi dari 12 adalah:
b. Semua pembagi bulat positif dari 18 adalah 1, 2, 3, 6, 9 dan 18, sehingga
Jumlah semua kebalikan pembagi dari 18 adalah:
c. Semua pembagi bulat positif dari 5 adalah 1 dan 5 sehingga
d. Semua pembagi bulat positif dari 7 adalah 1 dan 7, sehingga
Jumlah semua dari kebalikan pembagi dari 7 adalah:
e. Semua pembagi bulat positif dari 11 adalah 1 dan 11, sehingga
Jumlah semua kebalikan pembagi dari 1adalah:

dari n.

BAB III
PENUTUP
A.
1.

Kesimpulan
Rumus Teori Bilangan Prima, Rumus atau formula itu antara lain:
f(n)= -n+41, untuk n N
f(n)= -79n+1601
f(n)= +1
Bilangan prima Sophie Germain. Sebuah bilangan prima p disebut bilangan prima Sophie
Germain bila 2p+1 juga bilangan prima. Misalnya, 23 adalah bilangan prima Sophie Germain
karena 2 23+1=47 juga bilangan prima. Bilangan ini diberi nama sesuai nama matematikawan

Perancis Marie Sophie Germain.


Bilangan prima dengan rumus 3+4k, untuk k>0. Tentu, rumus ini gagal menghasilkan bilangan
prima untuk k=3, karena 3+4(3)=15 bukan bilangan prima.
Teorema kecil Fermat menyatakan jika p adalah bilangan prima, maka untuk semua bilangan
bulat a, =a(mod p). Ini berarti, jika kita mengambil sembarang bilangan a, kemudian mengalikan
dengan dirinya sendiri sebanyak p kali dan mengurangi a, hasilnya akan habis dibagi dengan p.
2. Teorema bilangan prima
Jika sisa pembagian b oleh a adalah prima relatif dengan a, maka b juga prima relatif dengan a.
Setiap bilangan bulat n>1 dapat dibagi oleh suatu bilangan prima. Dengan perkataan lain, jika n

3.

4.

dan n adalah bilangan komposit, maka ada bilangan prima p sehingga p|n
Setiap bilangan bulat n>1 dapat dinyatakan sebagai hasil kali bilangan-bilangan prima.
Jika n suatu bilangan komposit, maka n memiliki faktor k dengan 1<k .
Jika n N (bilangan asli), maka n mempunyai faktor prima terbesar p sehingga p .
Faktorisasi prima
Jika p suatu bilangan prima dan , a, b Z, maka atau .
Jika p suatu bilangan prima dan maka , untuk 1 .
Jika semua bilangan prima dan , maka p= untuk suatu k dengan 1 .
Pemfaktoran suatu bilangan bulat positif yang lebih besar dari satu atas faktor-faktor prima
adalah tunggal, kecuali urutan dari faktor-faktornya mungkin tidak tunggal.
Banyaknya bilangan prima adalah tidak terhingga
Jika dalam barisan bilangan prima, pn menyatakan bilangan prima ke-n, maka pn
Untuk n 1 ada paling sedikit n + 1 buah bilangan prima yang lebih kecil dari
Fungsi Tau ( ) dan Fungsi Sigma ( )
Fungsi tau yang menyatakan banyaknya pembagi bulat positif dari n dan fungi sigma yang
menyatakan jumlah semua pembagi buat positif dari n.

Induksi matematika merupakan suatu metode pembuktian dalam matematika untuk


menyatakan suatu pernyataan adalah benar untuk semua bilangan asli.
Sebagai contoh, apakah
asli n?

? berlaku untuk semua bilangan

Untuk membuktikannya, kita dapat menggunakan induksi matematika.

Langkah-langkah Induksi Matematika

Misalkan

suatu pernyataan yang dinyatakan berlaku

untuk semua bilangan asli n.


Untuk membuktikan apakah pernyataan ini bernilai benar atau tidak untuk semua bilangan asli,
ada dua langkah yang dilakukan, yaitu:
1. Jika
2. Jika

Maka

benar, dan
benar yang mengakibatkan

bernilai benar untuk setiap bilangan asli n.

juga benar,

Contoh Soal Penggunaan Induksi Matematika


Buktikan bahwa untuk setiap bilangan asli n berlaku:
f(n) = 1 x 2 + 2 x 3 + 3 x 4 +

+ n (n + 1) = n (n + 1)(n + 2).

Jawaban:
Langkah 1:
f(1) = 1 x 2 = 2

Maka pernyataan tersebut bernilai benar untuk n = 1.


Langkah 2:
Misalkan pernyataan tersebut bernilai benar untuk n = k, yaitu:
f(k) = 1 x 2 + 2 x 3 + 3 x 4 +

+ k (k + 1) =

. (persamaan 1)

Maka akan kita buktikan bahwa pernyataan tersebut juga benar untuk n = k + 1, yaitu:
f(k + 1) = 1 x 2 + 2 x 3 + 3 x 4 +
(persamaan 2)

+ k (k + 1) + (k + 1)(k + 2) =

Dari persamaan 1 tadi, kita tambahkan (k + 1)(k + 2) pada kedua ruas, yaitu:
1x2+2x3+3x4+

+ k (k + 1) + (k + 1)(k + 2) =

+ (k + 1)(k + 2)

Persamaan terakhir ini sama dengan persamaan 2 di atas.


Dengan demikian, kita telah membuktikan bahwa pernyataan tersebut bernilai benar untuk setiap
bilangan asli n, dengan menggunakan induksi matematika.

Anda mungkin juga menyukai