Anda di halaman 1dari 73

Buku Ajar

TEORI BILANGAN

Penulis:
WILDA MAHMUDAH, M.Si.
ILLAH WINIATI TRIYANA, S.Si. M.Si.

ISBN:
978-602-5891-67-0

Editor:
Funky

Tata Letak:
Widi Yuritama P.

Desain Cover:
Haqi

Penerbit:
Uwais Inspirasi Indonesia

Redaksi:
Ds. Sidoharjo, Kec. Pulung, Kab. Ponorogo

Cetakan Pertama, Oktober 2018

Hak Cipta dilindungi undang-undang.


Dilarang memperbanyak naskah ini dalam bentuk dan dengan cara apapun tanpa
izin tertulis dari penerbit.
TEORI
BILANGAN
Oleh :

WILDA MAHMUDAH, M.Si.


ILLAH WINIATI TRIYANA, S.Si. M.Si.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


STKIP QOMARUDDIN GRESIK
2018 / 2019

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, Segala puji dan syukur kami panjatkan


ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan kesempatan
kepada tim penulis untuk menyelesaikan penulisan buku ajar
Teori Bilangan.
Selesainya penulisan buku ini tidak terlepas dari bantuan
beberapa pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini tim penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua
pihak yang telah memberi bantuan sehingga tim penulis bisa
menyelesaikan buku ajar Teori Bilangan ini.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa buku Teori
Bilangan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu saran dan
kritik yang membangun sangat kami harapkan. Akhirnya
harapan kami semoga buku ini bisa memberi manfaat.

Gresik, 8 September 2018

Penulis

iv

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ----------------------------------------------------------- iv

Daftar Isi ------------------------------------------------------------------ v

Tinjauan Mata Kuliah --------------------------------------------------- vi

Bab I
Sistem Bilangan Bulat --------------------------------------------------- 2

Bab II
Keterbagian --------------------------------------------------------------- 12

Bab III
FPB, Algoritma Euclide, KPK ----------------------------------------- 20

Bab IV
Persamaan Diophantine ------------------------------------------------- 30

Bab V
Kongruensi ---------------------------------------------------------------- 40

Bab VI
Bilangan Prima dan Komposit ----------------------------------------- 52

Daftar Pustaka ------------------------------------------------------------ 62

v

TINJAUAN MATA KULIAH

Teori bilangan merupakan mata kuliah dasar dalam


matematika. himpunan semesta dalam Teori bilangan adalah
himpunan semua bilangan bulat. Bahkan dalam beberapa
pembahasan hanya terbatas pada himpunan bilangan bulat positif.
Teori bilangan berisi penelaahan sifat-sifat bilangan bulat dan
penerapannya dalam kehidupan sehari – hari.
Penguasaan materi-materi dalam mata kuliah teori bilangan
ini akan sangat membantu mahasiswa dalam mempelajari aljabar
linier dan Struktur aljabar (teori grup dan teori Ring), bahkan akhir-
akhir ini teori bilangan diperluas penggunannya dalam kriptologi.
Selain itu bagi yang ingin terjun dalam olimpiade matematika
mutlak harus memahami materi-materi dalam teori bilangan.
setelah mempelajari materi-materi dalam mata kuliah ini,
mahasiswa diharapokan dapat memahami :
1. Sistem bilangan bulat dan operasi-operasi dasarnya
2. konsep dan sifat – sifat keterbagian, FPB dan KPK serta
dapat menerapkannya dalam pemecahan masalah.
3. Persamaan dhiophantine dan penyelesaiannya.
4. konsep kekongruenan dan menerapkannya dalam
menyelesaikan sistem kongruensi.
5. Konsep bilangan prima dan mampu menerapkannya
6. Teorema-teorema dalam Teori Bilangan yakni Teorema
Fermat, Teorema Wilson dan Teorema Euler serta
mampu menerapkannya dalam menyelesaikan masalah.
materi perkuliahan Teori Bilangan yang berbobot 2 sks ini
dijabarkan dalam 6 pokok bahasan dan tiap pokok bahsan disajikan
dalam uraian konsep dan prinsip serta beberapa contoh untuk

vi

memperjelas konsep dan prinsip tersebut serta diakhiri dengan


latihan. adapun enam pokok bahasan tersebut adalah :
Bab I : Sistem bilangan bulat
Bab II : Keterbagian
Bab III : FPB, Algoritma Euclide, dan KPK
Bab IV : Persamaan Diophantine
Bab V : Kongruensi
Bab VI : Bilangan Prima dan Komposit
Dalam setiap bab memuat uraian materi, contoh, rangkuman dan
latihan. Setiap bab dilaksanakan dengan menggunakan model
Think- Pair-Share.

vii

viii

PENDAHULUAN

Untuk mempelajari Teori Bilangan, maka diperlukan


pemahaman awal tentang sistem bilangan bulat terlebih dahulu,
oleh karena itu pada bab pertama kita akan mempelajari tentang
sistem bilangan bulat, meliputi sifat- sifat, operasi, dan
keterurutannya.
Setelah mempelajari bab ini diharapkan mahasiswa mampu:
1. Memahami sifat – sifat yang berlaku pada sistem bilangan
bulat
2. Menentukan sifat baru yang muncul dalam sistem bilangan
bulat, jika dibandingkan dengan sifat-sifat pada sistem
bilangan cacah.
3. Menentukan sifat - sifat urutan yang berlaku dalam sistem
bilangan bulat dan tidak berlaku pada sistem bilangan cacah
dan sebaliknya.
4. Membuktikan beberapa sifat dari operasi bilangan bulat.
5. Membuktikan beberapa sifat tentang urutan bilangan bulat.
Gunakan latihan yang diberikan dengan cara pembelajaran
Think Pair Share.
Hanya dengan keinginan yang kuat untuk belajar, maka
anda akan mencapai hasil sesuai dengan tujuan yang disebutkan
diatas. Selamat Belajar, jangan pernah menyerah, semoga berhasil.

1

BAB I

SISTEM BILANGAN BULAT

1.1 SISTEM BILANGAN BULAT

Definisi 1.1
Sistem bilangan bulat terdiri atas Z={...,-2,-1,0,1,2,...}
dengan operasi biner penjumlahan (+) dan perkalian (x).

Untuk a, b, dan c sebarang bilangan bulat, sistem mempunyai


sifat – sifat sebagai berikut :
1) sifat tertutup terhadap penjumlahan
ada dengan tunggal (a+b) dalam B
2) sifat tertutup terhadap perkalian
ada dengan tunggal (axb) dalam B
3) sifat komutatif penjumlahan
a+b=b+a
4) sifat komutatif perkalian
axb=bxa
5) sifat asosiatif penjumlahan
(a + b) + c = a + (b+c)
6) sifat asosiatif perkalian
(a x b) x c = a x ( b x c)
7) sifat distributif kiri perkalian terhadap penjumlahan
a x (b+c) = (axb) + (axc)
8) sifat distributif kanan perkalian terhadap penjumlahan
(a+b)x c = (axc) + (bxc)

2

9) untuk setiap a, ada dengan tunggal elemen 0 dalam Z


sehingga a+0=0+a=a, 0 disebut elemen identitas
penjumlahan.
10) untuk setiap a, ada dengan tunggal elemen 1 dalam Z
sehingga ax1=1xa, 1 disebut elemen identitas perkalian.

Definisi 1.2
Jika n bilangan bulat maka n + (-n) = (-n) + n = 0.
Bilangan (-n) disebut lawan (invers penjumlahan) dari n.

 Sifat kanselasi dari penjumlahan


Jika a, b, dan c bilangan – bilangan bulat dan
a + c = b + c maka a = b.

 Sifat kanselasi dari perkalian


Jika a, b, dan c bilangan – bilangan bulat dan
a x c = b x c dengan c  0 maka a = b.

Contoh 1.1 :
Jika a dan b bilangan bulat positf, buktikan bahwa
(-a) + (-b) = - (a+b)

Bukti :
Misal c adalah bilangan bulat yang menyatakan (-a) + (-b)
yaitu :
c = (-a) + (-b)
c + b = ((-a)+(-b)) + b sifat penjumlahan pada kesamaan
c + b = (-a)+((-b) + b) sifat asosiatif penjumlahan
c + b = (-a)+0 invers penjumlahan
3

(c +b)+ a = (-a)+a sifat penjumlahan pada kesamaan


(c +b)+ a = 0 invers penjumlahan
c +(b+ a) = 0 sifat asosiatif penjumlahan
c +(a+ b) = 0 sifat komutatif penjumlahan
c+(a+b)+(-(a+b))=0+(-(a+b)) penjumlahan persamaan
c +((a+ b)+(-(a+b))) = -(a+b) asosiatif penjumlahan
c + 0 = - (a+b) invers penjumlahan
c = - (a+b)
sehingga diperoleh
c=c
(-a) +(-b) = -(a+b)

jadi, jika a dan b bilangan bulat positif maka berlaku


(-a) +(-b) = -(a+b). (Terbukti)

atau bisa juga dengan


c = - a + (-b)
c = (-1xa) +(-1 xb )
c = (-1)(a+b)
c = - (a + b)
sehingga
c=c
-a + (-b) = - (a+b)

4

1.2 URUTAN BILANGAN

Definisi 1.3
jika a dan b bilangan bulat, a lebih kecil dari b
(dinyatakan a < b) jika dan hanya jika ada bilangan bulat
positif c sedemikian hingga a + c = b.

Definisi 1.4
jika a dan b bilangan bulat, a lebih besar dari b (a > b)
jika dan hanya jika b < a.

Urutan bilangan – bilangan bulat akan tampak jelas pada


garis bilangan berikut :

-4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4
Pada garis bilangan a<b ditunjukkan bahwa titik yang
menyatakan a berada di sebelah kiri dari titik yng menyatakan b.
Sifat – sifat keterurutan bilangan bulat :
1. jika a, b, dan c bilangan bulat, maka a < b jika dan hanya
jika a+c < b+c
2. jika a dan b bilangan bulat dan c bilangan bulat positif
serta a < b maka a x c < b x c
3. jika a dan b bilangan bulat dan c bilangan bulat positif
serta a x c < b x c maka a < b
4. jika a dan b bilangan bulat dan c bilangan bulat negatif
serta a < b maka ax c > b x c
5. jika a dan b bilangan bulat dan c bilangan bulat negatif
serta ax c > b x c maka a < b
5

Contoh 1.2
Buktikan bahwa jika a, b, dan c bilangan bulat, maka a < b jika
dan hanya jika a+c < b+c

Bukti :
untuk membuktikan a < b jika dan hanya jika a+c < b+c, maka
dibuktikan dua arah
(i) Akan dibuktikan jika a<b maka a+c < b + c
a < b berarti ada bilangan bulat positif k sedemikian
hingga
a+k=b definisi “lebih kecil dari”
(a+k) + c = b + c penjumlahan pada kesamaan
a + (k + c) = b + c sifat asosiatif penjumlahan
a + (c + k) = b + c sifat komutatif penjumlahan
(a + c) + k = b + c sifat asosiatif penjumlahan
a+c<b+c definisi “lebih kecil dari”

(ii) Akan dibuktikan jika a+ c < b+c maka a < b


a+c < b+c berarti ada bilangan bulat positif p
sedemikian hingga
(a+c) + p = b + c definisi “lebih kecil dari “
a+(c+p) = b+c sifat asosiatif penjumlahan
a+(p+c) = b+c sifat komutatif penjumlahan
(a+p)+c = b+c sifat asosiatif penjumlahan
{(a+p)+c}+(-c) = (b+c)+(-c)
(a+p)+(c+(-c)) = b+(c+(-c)) asosiatif penjumlahan
(a+p) + 0 = b + 0 invers penjumlahan
a+p = b
a<b definisi “lebih kecil dari”
dari (i) dan (ii) terbukti bahwa
6

a < b jika dan hanya jika a+c < b + c (Terbukti).

Sifat Trikotomi
Apabila a dan b bilangan – bilangan bulat maka hanya
berlaku satu dari 3 reaksi berikut :
(1) a < b
(2) a = b
(3) a > b

7

Gunakan Latihan 1.1 berikut dengan menggunakan model


Pembelajaran Think Pairs Share

Latihan 1.1.
1. jika a dan b bilangan cacah dengan b < a, buktikan bahwa
a + (-b) = a – b
2. jika a dan b bilangan cacah dengan b < a, buktikan bahwa
a - (-b) = a + b
3. jika a dan b bilangan cacah dengan b < a, buktikan bahwa
(a - b) - (- c) = (a+c) – b
4. jika a,b, dan c bilangan bulat positif dan a<b maka a x c < b x c
5. jika a, b bilangan bulat dan c bilangan bulat negatif serta a < b
maka a x c > b x c
6. jika a dan b bilangan bulat dan c bilangan bulat negatif serta
a x c > b x c maka a < b

8

Rangkuman

1. Untuk setiap bilangan bulat n berlaku n+(-n)=(-n)+n = 0.


Bilangan (-n) disebut lawan (invers penjumlahan) dari n.
sedangkan 0 disebut elemen identitas penjumlahan.
2. Definisi “lebih kecil dari” pada bilangan bilangan bulat :
jika a dan b bilangan bulat maka a < b jika dan hanya jika
ada bilangan bulat c sedemikian hingga a+c = b
3. semua sifat kesamaan yang berlaku pada bilangan cacah
berlaku juga pada bilangan bulat
4. sifat penjumlahan pada ketidaksamaan
jika a, b, dan c bilangan bulat, maka a < b jika dan hanya
jika a+c < b+c
5. sifat perkalian pada ketidaksamaan
jika a dan b bilangan bulat dan c bilangan bulat positif serta
a < b maka a x c < b x c

9

10

PENDAHULUAN

Dalam bab sebelumnya, kita telah mempelajari definisi,


aturan dan sifat – sifat yang berlaku pada sistem bilangan bulat, dan
lebih ditekankan lagi pada urutan alur pemikiran yang logis dalam
menurunkan sifat- sifat. Walaupun secara sepintas kita telah
mengetahuinya, tetapi kita dituntut untuk mampu membuktikan
sifat-sifat tersebut, karena kita dituntut mampu memahami struktur
matematika (dalam hal ini sistem bilangan bulat) yakni memahami
dan melaksanakan langkah-langkah pembuktian suatu sifat hanya
dengan definisi atau sifat yang telah di berikan sebelumnya.
Dalam bab ini kita akan memahami teori bilangan dari awal
yakni tentang teorema keterbagian bilangan. Kemampuan untuk
memahami dan melaksanakan langkah-langkah pembuktian suatu
sifat berdasar definisi atau sifat yang telah di berikan sebelumnya
sangat diperlukan dalam mempelajari bab ini.
Setelah mempelajari bab ini diharapkan mahasiswa mampu
1. mendefinisikan relasi keterbagian pada bilangan bulat
2. membuktikan beberapa teorema yang berkenaan dengan
keterbagian.
3. memahami sifat – sifat atau ciri – ciri dari bilangan yang
dapat dibagi bilangan tertentu.
4. menerapkan konsep dan sifat- sifat keterbagian dalam
menyelesaikan masalah yang diberikan ataupun masalah
sehari-hari.
Gunakan latihan yang diberikan dengan cara pembelajaran
Think Pair Share.

11

BAB II

KETERBAGIAN

2.1. SIFAT – SIFAT KETERBAGIAN

Definisi 2.1
Misalkan a dan b adalah dua buah bilangan bulat
dengan syarat a  0, bilangan bulat a membagi habis
bilangan bulat b, (ditulis a|b), jika dan hanya jika ada
bilangan bulat k sehingga b=a.k. Jika b tidak habis
dibagi a maka ditulis ałb.

Contoh 2.1 :
 3|6 karena terdapat bilangan bulat k sedemikian hingga
3k=6, yakni k = 2
 2 ł 9 karena tidak ada bilangan bulat k sehingga 2k = 9

Teorema Definisi 2.1


Misalkan a dan b adalah dua buah bilangan bulat
dengan syarat a  0, bilangan bulat a membagi habis
bilangan bulat b, (ditulis a|b), jika dan hanya jika ada
. bilangan bulat k sehingga b=a.k. Jika b tidak habis
dibagi a maka ditulis ałb.

Sifat-sifat keterbagian pada bilangan bulat, dengan a, b, dan c


adalah bilangan bulat
12

1. a | b dan a | c ⇒ a | (b + c) ;
2. a | b dan b | c ⇒ a | c ;
3. a | b ⇒ a | bc ;
4. a | b dan a|c ⇒ a|(bx+cy) untuk setiap bilangan bulat x,y
5. a | b dan b | a ⇒ a = ±b;
6. a | b, a > 0, b > 0 ⇒ a ≤ b.
7. a | b  ca | cb , c  0

Bukti :
Diketahui
a| b berarti b = k.a
a| c berarti c = m.a
sehingga diperoleh
b + c = ka + ma
b + c = a (k + m)
berdasar definisi berarti bahwa a | (b + c) (Terbukti)

Bukti dari sifat lainnya di serahkan ke mahasiswa untuk latihan !

Beberapa sifat atau ciri bilangan yang dapat dibagi bilangan


tertentu :
1. Suatu bilangan bulat positif N habis dibagi 2 jika dan hanya
jika angka terakhirnya genap
Contoh : 312 habis dibagi 2 karena digit terakhirnya genap
213 tidak habis dibagi 2 karena digit terakhirnya
ganjil .
2. Suatu bilangan bulat positif N habis dibagi 4 jika dan hanya
jika dua angka terakhir habis dibagi 4
Contoh : 3132 habis dibagi 4 karena dua digit terakhirnya,
yakni 32, habis dibagi 4

13

2246 tidak habis dibagi 4 karena 46 tidak habis


dibagi 4
3. Suatu bilangan bulat positif N habis dibagi 2n jika n digit
terakhir bilangan tersebut habis dibagi oleh 2n
Contoh : 64 habis dibagi oleh 2 karena 4 habis dibagi 2
124 habis dibagi 4 karena 24 habis dibagi 22 = 4
2488 habis dibagi 8 karena 488 habis dibagi 23=8
4. Suatu bilangan bulat positif N habis dibagi 3 jika dan hanya
jika jumlah dari semua digitnya habis dibagi 3
Contoh : 624 habis dibagi 3 karena jumlah dari semua
digitnya habis dibagi 3
(6 + 2 + 4 = 12 dan 12 habis dibagi 3 )
425 tidak habis dibagi 3 karena jumlah semua
digitnya tidak habis dibagi 3
(4 + 2 + 5 = 11 dan 11 tidak habis dibagi 3)
5. Suatu bilangan bulat positif N habis dibagi 9 jika dan hanya
jika jumlah dari semua digitnya habis dibagi 9
Contoh : 378 habis dibagi 9 karena jumlah semua digitnya
tidak habis dibagi 9
( 3 + 7 + 8 = 18 dan 18 habis dibagi 9)
745 tidak habis dibagi 9
( 7 + 4 + 5 = 16 dan 16 tidak habis dibagi 9)
6. Suatu bilangan bulat positif N habis dibagi 5 jika dan hanya
jika digit terakhirnya 0 atau 5
Contoh : 675 dan 780 habis dibagi 5
576 dan 346 tidak habis dibagi 5
7. Suatu bilangan bulat positif N habis dibagi 11 jika dan
hanya selisih digit posisi ganjil dan digit posisi genap habis
dibagi 11

14

Contoh : 6457 habis dibagi 11 karena ((6+5) - (4+7)) = 0


dan 0 habis dibagi 11
4527 tidak habis dibagi 11, sebab ((4+2)–(5+7))
= - 6 dan -6 tidak habis dibagi 11
Bukti :
1. Misalkan
Bilangan N = .....n3n2n1n0
N = ..... n3n2n1n0
= 10 (....n3n2n1) + n0
karena 10 habis dibagi 2, maka supaya N habis dibagi 2,
haruslah n0 habis dibagi 2.

Contoh 2.2 :
Tentukan apakah 4543876548 habis dibagi
a. 2 b. 3 c. 11

Jawab :
Misal N = 4543876548
a. karena digit terakhir dari N adalah 9 dan 9 tidak habis
dibagi 2 maka N tidak habis dibagi 2
b. karena 4+5+4+3+8+7+6+5+4+9 = 45 dan 45 habis
dibagi 9 maka N habis dibagi 9
c. jumlah digit posisi ganjil = 4+4+8+6+4 = 26
jumlah digit posisi genap = 5+3+7+5+8 = 28
selisih jumlah digit posisi genap dan ganjil = 28 – 26
=2
karena 2 tidak habis dibagi 11 maka N tidak habis
dibagi 11

15

Contoh 2.3 :
Jika diketahui N = 2x04y habis dibagi 99. tentukan nilai x
dan nilai y.
Jawab :
 Diketahui N habis dibagi oleh 99. atau dengan kata lain 99|N
karena 99= 9.11 maka N juga habis dibagi 9 dan N juga habis
dibagi 11.
 N habis dibagi 9 berarti 2+x+0+4+y = 6+ (x+y) harus bisa
dibagi 9 sehingga nilai x+y yang mungkin adalah 3 dan 12.
Diperoleh 2 persamaan yaitu
x+y = 3 .....................................................(1)
dan
x+y = 12 ......................................................(2)
 N habis dibagi 11 maka ((2+0+y)-(x+4))= 0 atau harus habis
dibagi 11.
Diperoleh y –x = 2 ....................................................(3)
 pers (1) dan (3) dieliminasi diperoleh y = 5/2
(Tidak memenuhi, kenapa ????)
 pers (2) dan (3) dieliminasi diperoleh x = 5 dan y = 7.
Jadi nilai yang memenuhi adalah x =5 dan y =7.

Contoh 2.4 :
Jika 3| a+4b tunjukkan bahwa 3|(13a+ b)
Bukti :
Diketahui
3|a+4b  3| a+b+3b
karena 3 |3b maka haruslah 3 | a+b
13a + b = 12 a +a +b
karena 3| 12a dan 3| a+b maka 3| 13a +b (Terbukti)

16

Latihan 2.1

1. Buktikan bahwa jika a | b dan b | c ⇒ a | c, untuk setiap


a,b dan c bilangan bulat
2. Buktikan bahwa jika a|b dan a|(b+c) maka a|c, untuk
setiap a,b, c bilangan bulat
3. buktikan bahwa Suatu bilangan bulat positif N habis
dibagi 5 jika dan hanya jika digit terakhirnya 0 atau 5
4. Tentukan apakah 5672648 habis dibagi
a. 4 b. 5 c. 9 d. 11
5. Jika a679b adalah bilangan lima angka yang habis
dibagi 72. Tentukan nilai dari a x b!
6. Tentukan semua bilangan asli n ≥ 1 sehingga
(n+1)|(n2+1)
7. untuk setiap a  Z, tunjukkan bahwa :
(a) 2|a(a+1)
(b) 3|a(a+1)(a+2).
8. Jika 7 | (3x + 2) buktikan bahwa 7 | (15x2− 11x − 14).
9. Jika n bilangan asli, buktikan bahwa n3- n habis dibagi 3
10. Jika 4| 2a+6b tunjukkan bahwa 4| 8a+4b.

17

RANGKUMAN

1. Misalkan a dan b adalah dua buah bilangan bulat dengan


syarat a  0, bilangan bulat a membagi habis bilangan bulat
b, (ditulis a|b), jika dan hanya jika ada bilangan bulat k
sehingga b=a.k. Jika b tidak habis dibagi a maka ditulis ałb.
2. Satu bilangan bulat positif N habis dibagi 2 jika dan hanya
jika angka terakhirnya genap
3. Suatu bilangan bulat positif N habis dibagi 4 jika dan hanya
jika dua angka terakhir habis dibagi 4
4. Suatu bilangan bulat positif N habis dibagi 2n jika n digit
terakhir bilangan tersebut habis dibagi oleh 2n
5. Suatu bilangan bulat positif N habis dibagi 3 jika dan hanya
jika jumlah dari semua digitnya habis dibagi 3
6. Suatu bilangan bulat positif N habis dibagi 9 jika dan hanya
jika jumlah dari semua digitnya habis dibagi 9
7. Suatu bilangan bulat positif N habis dibagi 5 jika dan hanya
jika digit terakhirnya 0 atau 5
8. Suatu bilangan bulat positif N habis dibagi 11 jika dan
hanya selisih digit posisi ganjil dan digit posisi genap habis
dibagi 11

18

PENDAHULUAN

Dalam bab sebelumnya, kita telah mempelajari definisi dan


beberapa teorema tentang keterbagian sekaligus cara
pembuktiannya. pemahaman tentang keterbagian sangat mutlak
diperlukan dalam mempelajari materi ini, karena materi ini
merupakan kelanjutan dari materi keterbagian. Dalam bab ini kita
memahami tentang FPB, Algoritma Euclide, dan KPK..

Setelah mempelajari bab ini diharapkan mahasiswa mampu


1. Mendefinisikan FPB dan KPK dari dua bilangan
2. Memahami algoritma keterbagian atau algoritma Euclide
3. Membuktikan beberapa teorema yang berhubungan dengan
FPB dan KPK dan keterbagian
4. Menentukan FPB dan KPK dari suatu bilangan
5. Relasi keterbagian pada bilangan bulat
6. Memahami sifat – sifat atau ciri – ciri dari bilangan yang
dapat dibagi bilangan tertentu.
7. Menerapkan konsep dan sifat- sifat keterbagian dalam
menyelesaikan masalah yang diberikan atau masalah sehari-
hari.

Gunakan latihan yang diberikan dengan cara pembelajaran


Think Pair Share.

19

BAB III

FPB, ALGORITMA EUCLIDE DAN KPK

3.1 FPB dan Algoritma Euclide

Definisi 3.1
Bilangan bulat c disebut Faktor Persekutuan bilangan a dan b
jika dan hanya jika c|a dan c|b.

Definisi 3.2
Bilangan bulat positif d disebut Faktor Persekutuan
Terbesar bilangan a dan b jika :
i) d faktor dari a dan b
ii) untuk setiap faktor persekutuan c dari bilangan a dan b,
maka c|d.

Jika d merupakan FPB dari a dan b maka dituliskan d = (a,b).

Contoh 3.1.
(75,45) = 15 ; (24, 40) = 8 .

Apabila a dan b adalah bilangan yang relatif kecil, maka dengan


singkat dapat ditentukan FPB dari kedua bilangan. tetapi jika a
dan b adalah bilangan bulat yang cukup besar misalnya
561324986 dan 2314673240 maka untuk menentukan FPBnya
akan memakan waktu yang cukup lama dan juga energi yang
lebih besar. Untuk itu berikut ini akan kita pelajari cara yang
20

lebih efisien untuk menentukan FPB dari dua bilangan yakni


dengan cara dengan mengulang – ulang Teorema pembagian,
proses ini disebut dengan Algoritma Euclides

Teorema 3.1 (Teorema Euclide / Pembagian)


Jika a dan b bilangan – bilangan bulat dengan b > 0,
maka ada dengan tunggal pasangan bilangan –
bilangan bulat q dan r yang memenuhi a  qb  r ,
dengan 0  r  b.

Contoh 3.2.
(i) Bilangan 1987 dibagi 97 memberikan hasil bagi 20 dan
sisa 47 atau dapat dituliskan :
1987 = 97 × 20 + 47
(ii) Bilangan –22 dibagi 3 memberikan hasil bagi –8 dan
sisa 2 atau dapat dituliskan :
–22 = 3(– 8) + 2
tetapi –22=3(–7) –1 salah karena r = –1 tidak memenuhi
syarat 0  r < n.

21

Algoritma Euclide
Algoritma Euclide adalah algoritma untuk mencari FPB
dari dua buah bilangan bulat. Nama Euclid diambil dari
penemu algoritma Euclide yaitu seorang matematikawan
Yunani yang menuliskan algoritmanya tersebut dalam
bukunya yang terkenal, Element.
Diberikan dua buah bilangan bulat tak-negatif m dan n
dengan (m  n). Algoritma Euclide berikut mencari Faktor
persekutuan terbesar dari m dan n.
Algoritma Euclide
1. Jika n = 0 maka m adalah FPB (m, n);
stop.
tetapi jika n  0,
Lanjutkan ke langkah 2.
2. Bagilah m dengan n dan misalkan r adalah sisanya.
3. Ganti nilai m dengan nilai n dan nilai n dengan nilai r,
lalu ulang kembali ke langkah 1

Contoh 3.3
Tentukan (2310, 2457) dengan algoritma Euclides
Jawab :
2457 = 2310 x 1 +147
2310 = 147 x15 + 105
147 = 105 x 1 + 42
105 = 42 x 2+ 21 FPB
42 = 21 x 2 + 0
sampai memberikan sisa 0, maka sisa terakhir
sebelum sisa nol adalah FPB nya.
jadi (2310,2457) = 21

22

Definisi 3.3.
Jika a dan b adalah bilangan bulat dan (a,b) = 1
maka dikatakan a dan b saling prima atau a relatif
prima terhadap b.

Contoh 3.4.
12 dan 35 adalah dua bilangan yang saling prima karena
(12,35) = 1, sedangkan 12 dan 21 tidak saling prima
karena (12,21) = 3.

Definisi 3.4.
Jika a dan b relatif prima, maka terdapat bilangan
bulat m dan n sedemikian sehingga
ma + nb = 1

Contoh 3.5.
 Bilangan 20 dan 3 adalah relatif prima karena
(20, 3) =1; dan dapat ditulis
2 . 20 + (–13) . 3 = 1
dengan m = 2 dan n = – 13.
 Bilangan 20 dan 5 tidak relatif prima karena
(20, 5) = 5 sehingga 20 dan 5 tidak dapat dinyatakan
dalam m. 20 + n . 5 = 1.

23

Teorema 3.2.
Misalkan a dan b bilangan bulat positif, maka terdapat
bilangan bulat m dan n sedemikian sehingga
(a, b) = ma + nb

Contoh 3.6.
Diberikan a = 247 dan b = 299
untuk mencari FPB digunakan algoritma Euclide sebagai
berikut :
299 = 247. 1 + 52
247 = 52 . 4 + 39
52 = 39 . 1 + 13
39 = 13.3 + 0
maka diperoleh FPB dari kedua bilangan yaitu 13.
menurut Teorema 3.2 maka ada bilangan bulat m dan n
sedemikian hingga
13 = 52 – 39 . 1
13 = 52 – (247 – 52.4).1
13 = 52.5 – 247
13 = (299 – 247 ) . 5 - 247
13 = 5. 299 - 6. 247
Jadi diperoleh m = -6 dan n = 5

Contoh 3.7.
Buktikan bahwa jika (a,b)=1 dan a| bc , maka a|c
Jawab
(a,b) =1 maka ada x dan y sehingga ax + by = 1
jika kedua ruas dikalikan c maka diperoleh
24

c(ax) + c(by) = c
a(cx) + (bc)y = c
karena a|bc maka a|(bc)y dan karena a|a(cx) maka a|c
(Terbukti)

Latihan 3.1.

1. Hitunglah : a. (314, 159)


b. (4840,1512)
2. Buktikan bahwa ((a,b), b) = (a,b)
3. Buktikan bahwa jika (a,b) = 1 dan c|a maka (c,b) = 1
4. Setiap bilangan ganjil selalu berbentuk 4k+1 atau 4k+3.
5. Tentukan x dan y sehingga 314x + 159y = 1

3.2 KPK (KELIPATAN PERSEKUTUAN TERKECIL)

Definisi 3.5.
Kelipatan persekutuan terkecil dari bilangan bulat tak nol a
dan b, yang dinotasikan dengan kpk[a,b], adalah m  N 
(1) a|m dan b|m,
(2) a|c, b|c, c > 0  m ≤ c
untuk selanjutnya lambang [a,b] menyatakan KPK dari
bilangan a adan b.

Contoh 3.8.:
Kelipatan persekutuan positif dari -12 dan 30 adalah
60, 120, 180, …
Akibatnya kpk(-12,30) = 60.
25

Teorema 3.3.
 a,b  N berlaku (a,b) . [a,b] = a.b

Contoh 3.9. :
Diberikan dua bilangan yaitu 12 dan 15. diperoleh
(12,15) = 3 dan [12,15] = 60
(12,15) . [12,15] = 12 . 15
3 . 60 = 180
180 = 180

Dari Teorema 3.9. dapat dilihat, bahwa KPK dari suatu bilangan
bisa ditentukan dengan mudah asal kita tahu berapa FPB nya.

Adapun hubungan antara KPK dan FPB adalah


a.b
[ a, b ] 
( a, b )

Akibat
Diberikan a,b  N [a,b] = ab  (a,b) = 1.

26

Latihan 3.2.:

1. Hitung kpk dari bilangan berikut


a. [143, 227]
b. [314, 159]
c. [4840,1512]
2. Buktikan bahwa FPB dari a,b  N selalu membagi KPK-
nya.
3. Buktikan bahwa jika (a,b) = [a,b]  a = b.
4. Buktikan: k > 0  [ka,kb] = k[a,b].
5. Buktikan : jika m kelipatan persekutuan dari a dan b 
kpk(a,b)|m.
(Petunjuk: Ambil t = kpk(a,b)  m = qt + r, dengan 0 ≤
r < t  r kelipatan persekutuan dari a dan b.)

27

RANGKUMAN

1. Bilangan bulat c disebut Faktor Persekutuan bilangan a dan b


jika dan hanya jika c|a dan c|b.
2. Bilangan bulat positif d disebut Faktor Persekutuan Terbesar
bilangan a dan b jika
i) d faktor dari a dan b
ii) untuk setiap faktor persekutuan c dari bilangan a dan b, maka
c|d.
3. Jika a dan b bilangan – bilangan bulat dengan b > 0, maka ada
dengan tunggal pasangan bilangan – bilangan bulat q dan r
yang memenuhi a  qb  r , dengan 0  r  b.
4. Jika a dan b adalah bilangan bulat dan (a,b) = 1 maka dikatakan
a dan b saling prima atau a relatif prima terhadap b.
5. Jika a dan b relatif prima, maka terdapat bilangan bulat m dan n
sedemikian sehingga ma + nb = 1
6. Misalkan a dan b bilangan bulat positif, maka terdapat bilangan
bulat m dan n sedemikian sehingga (a, b) = ma + nb.
7. Kelipatan persekutuan terkecil dari bilangan bulat tak nol a dan
b, yang dinotasikan dengan kpk[a,b], adalah m  N  (1) a|m
dan b|m,
(2) a|c, b|c, c > 0  m ≤ c
untuk selanjutnya lambang [a,b] menyatakan KPK dari
bilangan a adan b.
8.  a,b  N berlaku (a,b) . [a,b] = a.b

28

PENDAHULUAN

Pada bab sebelumnya, kita telah mempelajari tentang FPB,


Algoritma Euclide, dan KPK, serta beberapa teorema yang
memudahkan dalam menentukan FPB dan KPK. Selain itu telah
dipelajari juga tentang persamaan linier yang ada kaitannya dengan
FPB. Pemahaman tentang materi sebelumnya sangat dipelukan
dalam materi ini.
Pada bab ini akan dipelajari tentang persamaan diophantine,
yakni suatu persamaan yang semua koefisien dan penyelesaiannya
berupa bilangan bulat. Ada beberapa teorema yang bisa
menjelaskan kapan suatu persamaan punya penyelesaian kapan
tidak punya penyelesaian.

Setelah mempelajari bab ini diharapkan mahasiswa mampu:


1. Memahami persamaan diophantine dan juga menentukan
persamaan tersebut punya penyelesaian atau tidak
2. Menyelesaikan persamaan diophantine

Gunakan latihan yang diberikan dengan cara pembelajaran Think


Pair Share.

29

BAB IV
PERSAMAAN DIOPHANTINE

4.1. PERSAMAAN LINIER DIOPHANTINE

Definisi 4.1.
Suatu persamaan yang berbentuk ax + by = c dengan
a,b,c  Z dan a,b keduanya tidak nol disebut persamaan
linier Diophantine jika penyelesaiannya juga berupa
bilangan-bilangan bulat.

Teorema 4.1.
Persamaan linear Diophantine ax + by = c mempunyai
penyelesaian  (a,b) | c

Definisi 4. 2.
Solusi dari suatu persamaan Diophantine ax + by = c
adalah x0, y0  Z  ax0+ by0 = c

Contoh 4.1
 Persamaan Diophantine 3x + 6y = 18 mempunyai
beberapa solusi, diantaranya :
x = 4 dan y = 1, karena 3.4 + 6.1 = 18.
x = (-6) dan y = 6, karena 3.(-6) + 6.6 = 18.
x = 10 dan y = (-2), karena 3.10 + 6.(-2) = 18.
 Persamaan Diophantine 2x + 10y = 17 tidak mempunyai
solusi. ( temukan alasannya !)
30

Teorema 4.2.
1) Persamaan Diophantine ax + by = c mempunyai
solusi jika dan hanya jika d|c dengan d = FPB (a,b).
2) Jika x0, y0 solusi persamaan ini, maka semua solusi
lainnya atau solusi umunya berbentuk
b a
x  x0   t , dan y  y0   t ,
d  d 
dengan t  Z .

Contoh 4.2.
Tentukan solusi dari 172x + 20y = 1000
Jawab :
 langkah pertama selidiki terlebih dahulu apakah
persamaan tersebut punya penyelesaian atau tidak
dengan cara mencari FPB dari 172 dan 20.
Algoritma Euclid untuk mencari (172,20)
172 = 8.20 +12
20 = 1.12 + 8
12 = 1.8 + 4
8 = 2.4 + 0
Jadi (172,20) = 4.
Karena 4|1000, maka persamaan ini mempunyai
solusi
 Untuk menentukan nilai x dan y digunakan langkah
mudur dari algoritma Euclide.
4 = 12 – 1. 8
4 = 12 – 1. (20 – 1.12)
4 = 12 – 1.20 +1. 12
31

4 = 2. 12 – 1. 20
4 = 2 . (172 – 8 . 20) – 1. 20
4 = 2. 172 – 16.20 – 1.20
4 = 2. 172 – 17 . 20
karena dalam soal 1000 maka kedua ruas dikalikan
25, diperoleh
1000 = 500 . 172 – 4250. 20
1000 = 500 . 172 + (– 4250). 20
jadi diperoleh solusi :
x0 = 500 dan y0 = - 4250
sedangkan solusi umumnya adalah
x = 500 + (20/4)t y = - 4250 – (172/4) t
x = 500 + 5t, y = - 4250 – 43t
untuk t  Z

Contoh 4.3.
Tentukan solusi semua positif dari 172x + 20y = 1000.
Jawab:
dari contoh 4.2
diperoleh solusi umum persamaan tersebut adalah
x = 500 + 5t, y = - 4250 – 43t
untuk t  Z
sedangkan solusi semua positif diperoleh jika 500 + 5t > 0
dan -43t – 4250 > 0.
Maka,
5t > -500 dan - 43 t > 4250
t > -100 t < 4250 / (-43)
t < - 98, 83

32

nilai t yang memenuhi kedua kondisi diatas adalah t = -99


sehingga diperoleh solusi positif adalah
x = 500 + 5 (-99) dan y = - 4250 – 43 (-99)
x = 500 – 495 y = - 4250 + 4257
x=5 y=7

Akibat 4.1
Jika (a,b) = 1 dan x0, y0 solusi dari ax + by = c, maka semua
solusinya adalah
x = x0 + bt, dan y = y0 – at,
untuk t bilangan bulat yang sesuai.

Contoh 4.4.
Persamaan 5x + 22y = 18 mempunyai x0 = 8, y0 = -1
sebagai salah satu solusinya.
Semua solusi lainnya adalah x = 8 + 22t, y = -1 – 5t,
untuk sebarang bilangan bulat t.

4.2. Persamaan Kuadrat Diophantine

Contoh 4. 5.
Diketahui x2 – y2 = 75. Tentukan (x,y) yang memenuhi
persamaan dimana x,y adalah bilangan bulat

jawab 1 x 75
x2 – y2 = 75
(x+y)(x – y ) = 75 3 x 25

5 x 15

33

terdapat 6 kemungkinan yaitu :


(i) x+y=1 (iv) x + y = 25
x – y = 75 x–y=3
2x = 76 2x = 28
x = 38  y = -37 x= 14  y = 11
(38, - 37) (14, 11)

(ii) x + y = 75 (v) x+y=5 (v)


x–y=1 x – y = 15
2x = 76 2x = 20
x = 38  y = 37 x= 10  y = - 5
(38, 37) (10, - 5)

(iii) x+y=3 (vi) x + y = 15


x – y = 25 x–y=5
2x = 28 2x = 20
x = 14  y = -11 x= 10  y = 5
(14, - 11) (10, 5)

jadi penyelesaian bilangan bulat dari persamaan x2– y2 = 75 adalah


{(38, -37),(38, 37),(14,-11),(14,11),(10,-5),(10,5)}.

Contoh 4.6
Tentukan bilangan bulat x dan y yang meemnuhi persamaan
1 1 1
 
x y 6
Jawab
1 1 1
 
x y 6

34

x y 1

xy 6
6x + 6y = xy
xy – 6x – 6y = 0
x(y – 6) – 6(y – 6) = 36
dimodifikasi sedemikian hingga didapat bentuk
pemfaktoran
1 . 36
(x – 6) ( y – 6) = 36 2 . 18
3 . 12
4.9
6.6

dengan eliminasi seperti pada contoh 4.5 diperoleh 9


penyelesaian yaitu
{(7,42),(42,7),(8,24),(24,8),(9,18),(18,9),(10,15),(15,10),
(12,12)}

35

Latihan 4.1.

1. Buktikan teorema 4. 1.
2. Tentukan semua solusi bilangan bulat dari:
a. 56x + 72y = 40
b. 84x – 438y = 156
3. Tentukan semua solusi bilangan asli dari:
a. 30x + 17y = 300
b. 158x – 57y = 7
4. Cari semua solusi bilangan bulat dari
15x + 12y + 30z = 24.
(Petunjuk: Ambil y = 3s – 5t dan z = -s + 2t.)
5. Tentukan bilangan bulat x dan y yang memenuhi
1 1 1
persamaan  
x y 4
6. Tentukan bilangan bulat x dan y yang meemnuhi
2 1 2
persamaan  
x y 3

36

RANGKUMAN

1. Suatu persamaan yang berbentuk ax + by = c dengan a,b,c


 Z dan a,b keduanya tidak nol disebut persamaan linier
Diophantine jika penyelesaiannya juga berupa bilangan-
bilangan bulat.

2. Persamaan linear Diophantine ax + by = c mempunyai


penyelesaian  (a,b) | c
3. Solusi dari suatu persamaan Diophantine ax + by = c adalah
x0, y0  Z  ax0+ by0 = c

4. Persamaan Diophantine ax + by = c mempunyai solusi jika


dan hanya jika d|c dengan d = FPB (a,b).
5. Jika x0, y0 solusi persamaan ini, maka semua solusi lainnya
atau solusi umunya berbentuk
b a
x  x0   t , dan y  y0   t ,
d  d 
dengan t  Z .

37

38

PENDAHULUAN

Dalam bab sebelumnya, kita telah mempelajari tentang


Persamaan Diophantine yakni suatu persamaan yang semua
koefisien atau variabelnya dan penyelesaiannya berupa bilangan
bulat dan juga cara menyelesaikan persamaan tersebut. Ada
beberapa teorema yang bisa menjelaskan kapan suatu persamaan
punya penyelesaian kapan tidak punya. Pemahaman tentang materi
sebelumnya sangat diperlukan dalam materi ini.
Materi ini membahas tentang kongruensi. selama ini
masalah utama dalam teori bilangan adalah mencari sisa dari hasil
bagi bilangan oleh bilangan lain. pada bab ini kita akan
mempelajari sisa pembagian tersebut. sisa hasil bagi disajikan
dalam penghiiungan kongruensi. nama lain dari penghitungan
kongruensi adalah modulo.
Setelah mempelajari bab ini diharapkan mahasiswa mampu:
1. Menuliskan konsep kekongruenan
2. Membuktikan beberapa sifat kekongruenan
3. Menentukan banyaknya solusi suatu sistem
kongruensimencirikan ada tidaknya penyelesaian dari suatu
kekongruenan
4. Menyelesaiakan sistem kongruensi linier

Gunakan latihan yang diberikan dengan cara pembelajaran


Think Pair Share.

39

BAB V
KONGRUENSI

5.1. Aritmetika Modulo

Definisi 5.1
Misalkan a adalah bilangan bulat dan m adalah bilangan
bulat positif, operasi a mod m (dibaca “a modulo m”)
memberikan sisa jika a dibagi dengan m.
Notasi : a mod m = r sedemikian hingga a = mq + r, dengan
0  r < m.

Bilangan m disebut modulus atau modulo, dan hasil aritmetika


modulo m selalu terletak di dalam himpunan {0, 1, 2, …, m –1}.

Contoh 5.1.
Beberapa hasil operasi dengan operator modulo :
(i) 23 mod 5 = 3 karena (23 = 5 × 4 + 3)
(ii) 27 mod 3 = 0 karena (27 = 3 ×9 + 0)
(iii) 6 mod 8 = 6 karena (6 = 8 × 0 + 6)
(iv) 0 mod 12 = 0 karena (0 = 12×0 + 0)
(v) –41 mod 9 = 4 karena (– 41 = 9 x ( –5) + 4)
(vi) –39 mod 13 = 0 karena (– 39 = 13 x (–3) + 0)
Penjelasan (v):
Karena a negatif, bagi |a| dengan m mendapatkan sisa r’.
Maka a mod m= m – r’ bila r’  0. Jadi | – 41| mod 9 =
5, sehingga –41 mod 9 = 9 –5 = 4.

40

Definisi 5.2
Misalkan a dan b adalah suatu bilangan bulat. Jika m
suatu bilangan bulat positif, maka a dikatakan kongruen
dengan b modulo m jika m | (a– b) dan ditulis
a ≡ b (mod m) .
dengan kata lain a ≡ b (mod m) jika a dan b memberikan
sisa yang sama bila dibagi oleh m.

Contoh 5.2
38 mod 5 = 3 dan 13 mod 5 = 3 , maka kita katakan 38 ≡ 13
(mod 5) (baca: 38 kongruen dengan 13 dalam modulo 5).

Contoh 5.3
17 ≡ 2 (mod 3)  ( 3 habis membagi 17 – 2 = 15)
–7 ≡ 15 (mod 11)  (11 habis membagi –7 –15 = – 22)
12 ≡/ 2 (mod 7)  (7 tidak habis membagi 12 –2 = 10 )
–7 ≡/ 15 (mod 3)  (3tidak habis membagi –7 –15 =22)
Kekongruenan a≡ b(mod m) dapat pula dituliskan dalam hubungan
a = b + km ; dengan k adalah bilangan bulat.
Contoh 5.4.
17 ≡ 2 (mod 3) dapat ditulis sebagai 17 = 2 + 5 × 3
– 7 ≡ 15 (mod 11) dapat ditulis sebagai –7 = 15 + (–2) x 11

Berdasarkan definisi aritmetika modulo, kita dapat menuliskan


a mod m = r sebagai a ≡ r (mod m)

Contoh 5.5.
Beberapa hasil operasi dengan operator modulo berikut:
(i) 23 mod 5 = 3 dapat ditulis sebagai 23 ≡ 3 (mod 5)

41

(ii) 27 mod 3 = 0 dapat ditulis sebagai 27 ≡ 0 (mod 3)


(iii) 6 mod 8 = 6 dapat ditulis sebagai 6 ≡ 6 (mod 8)
(iv) 0 mod 12 = 0 dapat ditulis sebagai 0 ≡ 0 (mod 12)
(v) – 41 mod 9 = 4 dapat ditulis sebagai –41≡ 4 (mod 9)
(vi) –39 mod 13 = 0 dapat ditulis sebagai –39 ≡ 0 (mod 13)

Teorema 5.1.
Misalkan m adalah bilangan bulat positif berlaku :
1. Jika a ≡ b (mod m) dan c adalah sembarang
bilangan bulat maka
(i) (a+ c) ≡(b + c) (mod m)
(ii) a ≡ bc (mod m)
(iii) ap ≡ bp (mod m) untuk suatu bilangan
bulat tak negatif p .
2. Jika a ≡ b (mod m) dan c ≡ d (mod m), maka
(i) (a+ c) ≡ (b + d) (mod m)
(ii) ac ≡ bd (mod m)

Bukti(hanya 1(ii) dan 2(i) saja, bukti yang lain diserahkan ke


mahasiswa untuk latihan):
1 (ii) a ≡ b (mod m) berarti:
 a = b + km
 a – b = km
 (a – b )c = kmc
 (a – b )c = ckm
 ac= bc+ Km
 ac ≡ bc(mod m)

42

2(i) a ≡ b (mod m)  a= b + k1m


c ≡ d(mod m)  c= d+ k2m
( a+ c) = (b + d ) + (k1+ k2)m
 (a+ c) = (b + d) + km dengan (k= k1+ k2)
 (a+ c) = (b + d) (mod m)

Contoh 5.6.
Misalkan 17 ≡ 2 (mod 3) dan 10 ≡ 4 (mod 3), maka menurut
Teorema 5.1 diperoleh
17 + 5 = 2 + 5 (mod 3)  22 = 7 (mod 3)
17 . 5 = 5 ×2 (mod 3)  85 = 10 (mod 3)
17 + 10 = 2 + 4 (mod 3)  27 = 6 (mod 3)
17 . 10 = 2 ×4 (mod 3)  170 = 8 (mod 3)

Perhatikanlah bahwa Teorema 5.1. tidak memasukkan operasi


pembagian pada aritmetika modulo karena jika kedua ruas
dibagi dengan bilangan bulat, maka kekongruenan tidak selalu
dipenuhi. Misalnya:
(i) 10 ≡ 4 (mod 3) dapat dibagi dengan 2 karena 10/2 = 5 dan
4/2 = 2, dan 5 ≡ 2 (mod 3)
(ii) 14 ≡ 8 (mod 6) tidak dapat dibagi 2 karena 14/2 = 7 dan 8/2
= 4, tetapi 7 ≡/ 4 (mod 6).

43

5.2 Persamaan Kongruensi

Teorema 5.3.
 jika (a,m) = 1 maka persamaan ax ≡ b (mod m)
mempunyai penyelesaian.
 jika x0 merupakan salah satu penyelesaian maka
{x0+ r.m | r ϵ Z|} merupakan seluruh
penyelesaian.

Teorema 5.4.
Jika p prima, maka persamaan ax ≡ b (mod p) selalu
punya penyelesaian.

Teorema 5.5.
Jika (m1, m2) =1 maka sistem persamaan
x ≡ a1 (mod m1) dan x ≡ a2 (mod m2)
punya penyelesaian untuk modulo m1.m2 dengan a1 dan
a2 sebarang bilangan.

Contoh 5.7.
Uji apakah ada penyelesaian persamaan 2x ≡ 1 (mod 4)
Jawab
Karena (2,4)=2 maka persamaan tersebut tidak punya
penyelesaian. atau 2x ≡ 1 (mod 4) berarti 2x – 1 = 4 k
(2x – 1) ganjil sedangkan 4k genap. Suatu bilangan ganjil sama
dengan suatu bilangan genap tidak mungkin ada, atau ganjil
tidak mungkin sama dengan genap, jadi persamaan tersebut
tidak punya penyelesaian.
44

Contoh 5.8.
cari penyelesaian dari 14x ≡ 3 (mod 81)
jawab
(14,81) = 1 ------------- > maka ada penyelesaian
14x ≡ 3 (mod 81)
14x – 3 = 81. k
14x – 81k = 3 ------------- > menjadi pers dhiophantine,
dan karena (14,81)=1 dan 1 | 3 maka persamaan baru ini punya
penyelesaian.

Contoh 5.9.
buktikan bahwa (am+b)n ≡ bn (mod m)
Jawab
akan dibuktikan bahwa (am+b)n – bn = km
(am + b)n – bn = (am)n + n(am)n-1b+...+n(am)bn-1 + bn – bn
= (am)n + n(am)n-1b+...+n(am)bn-1
= m[a(am)n-1+an(am)n-2b + ....+ an(b)n-1]
= mk
jadi terbukti bahwa (am+b)n ≡ bn (mod m).

Contoh 5.10.
Tentukan sisa jika 31990 dibagi 41
jawab
31990 = 34x497+2 (mod 41) --- > cari x sedemikian hingga
4 497
= (3 ) . 3 2
(mod 41) 3x = 1 atau -1 (mod 41)
497 2 diperoleh 34 = -1 (mod 41)
= (81) . 3 (mod 41)
sehingga 1990 = 4x497 + 2
= (2.41 -1) . 32 (mod 41)
497

= (-1)497 . 32 (mod 41)


=-9 (mod 41)
= 41 – 9 (mod 41)
45

= 32 (mod 41)
1990
Jadi sisa jika 3 dibagi 41 adalah 32.

Contoh 5.11.
Tentukan digit akhir dari 777333
menentukan digit
Jawab
terakhir berarti
777333 = (77. 10 + 7)333 (mod 10)
menentukan sisa
= (7)333 (mod 10)
2.166+1 pembagian
= (7) (mod 10)
2 166 1 oleh 10 atau mod 10
= (7 ) . 7 (mod 10)
166 1
= (-1) . 7 (mod 10)
=7 (mod 10)

Contoh 5.12.
Tentukan dua angka terakhir dari 31234
Jawab
31234 = (3)5x206+4 (mod 100) menentukan 2 digit
5 206 4
= (3 ) . 3 (mod 100) terakhir berarti mod 100
206 4
= (243) . 3 (mod 100)
2006
= (43) . 81 (mod 100)
= (43)2x103. 81 (mod 100)
= (1849)103. 81 (mod 100)
= (49)103. 81 (mod 100)
= (49)2x51+1. 81 (mod 100)
2 51 1
= (49 ) . 49 . 81 (mod 100)
51
= (2401) .49.81 (mod 100)
= 49. 81 (mod 100)

46

= 3969 (mod 100)


= 69 (mod 100)
jadi dua digit terakhir dari 31234 adalah 69

47

Latihan 5.1

1. Misalkan 1 tahun 360 hari, sekarang hari selasa maka 1000


hari lagi jatuh pada hari ...
2. Himpunan sisa dari 333 dibagi 4 adalah ......
3. Berapa angka satuan dari 3555
4. Berapa sisa 4799 mod 10
5. Jika sekarang tanggal 5 desember 2017 adalah hari Selasa,
maka 2 Juni 2020 adalah hari ....
6. Hitunglah
(1+2+3+4)+(2+3+4+5)+...+(2010+2011+2012+2013) mod
2013
7. Tentukan sisa dari 1077 dibagi 7
8. Tentukan sisa 777 (mod 12)
9. Buktikan bahwa 2020 -1 dapat dibagi 41
10. Jumlah semua digit dari 52008 x 22012 adalah ....

48

RANGKUMAN

1. Misalkan a adalah bilangan bulat dan m adalah bilangan


bulat positif, operasi a mod m (dibaca “a modulo m”)
memberikan sisa jika a dibagi dengan m.
Notasi : a mod m = r sedemikian hingga a = mq + r, dengan
0  r < m.
2. jika (a,m) = 1 maka persamaan ax ≡ b (mod m) mempunyai
penyelesaian.
3. jika x0 merupakan salah satu penyelesaian maka {x 0+
r.m | r ϵ Z|} merupakan seluruh penyelesaian.
4. Jika (m1, m2) =1 maka sistem persamaan
x ≡ a1 (mod m1) dan x ≡ a2 (mod m2)
punya penyelesaian untuk modulo m1.m2 dengan a1 dan a2
sebarang bilangan.

49

50

PENDAHULUAN

Pada bab ini kita mempelajari tentang konsep dan ciri


bilangan prima, bilangan komposit dan juga diberikan beberapa
teorema yang terkenal dalam teori bilangan.
Setelah mempelajari bab ini diharapkan mahasiswa mampu:
1. memahami konsep dan ciri dari bilangan prima
2. menentukan suatu bilangan yang diberikan itu prima
atau bukan
3. memahami beberapa teorema dalam teori bilangan
4. menerapkan teori tersebut untuk menyelesaikan
masalah.

Gunakan latihan yang diberikan dengan cara pembelajaran Think


Pair Share.

Hanya dengan keinginan yang kuat untuk belajar, maka anda akan
mencapai hasil sesuai dengan tujuan yang disebutkan diatas..
Selamat Belajar, jangan pernah menyerah, semoga berhasil.

51

BAB VI

BILANGAN PRIMA DAN KOMPOSIT

6.1 Bilangan Prima dan Komposit

Definisi 6.1
Bilangan bulat positif p (p > 1) disebut bilangan
prima jika pembaginya hanya 1 dan p.

Karena bilangan prima harus lebih besar dari 1, maka barisan


bilangan prima dimulai dari 2, yaitu 2, 3, 5, 7, 11, 13, ….
Seluruh bilangan prima adalah bilangan ganjil, kecuali 2 yang
merupakan bilangan genap.

Contoh 6. 1
23 adalah bilangan prima karena ia hanya habis dibagi
oleh 1 dan 23.
Bilangan selain prima kecuali 1 disebut bilangan komposit.
Misalnya 20 adalah bilangan komposit karena 20 dapat dibagi
oleh 2, 4, 5, dan 10, selain 1 dan 20 sendiri.

Teorema 6.1
Untuk setiap bilangan komposit n, maka terdapat
bilangan prima p sehingga p|n dan p≤ n
Jadi jika tidak ada bilangan prima p yang dapat
membagi n dengan p ≤ n , maka n adalah bilangan
prima.

52

Contoh 6.2
Tentukan apakah bilangan-bilangan berikut merupakan
bilangan prima atau komposit
a).157 b).221
Jawab:
a). Bilangan-bilangan prima yang ≤ 157 adalah 2, 3, 5, 7, 11.
Karena tidak ada diantara bilangan-bilangan tersebut yang
dapat membagi 157 maka157 merupakan bilangan prima.
b). Bilangan-bilangan prima yang ≤ 221 adalah 2, 3, 5, 7,
11, 13. Karena 13 | 221 maka 221 merupakan bilangan
komposit.

Teorema 6.2
Jika p bilangan prima dan p| ab maka p|a atau p|b.

Bukti :
Andaikan p tidak membagi a. Karena p prima maka
(a,p)=1 atau (a,p)=p. Karena p tidak membagi a maka
(a,p)=1 sehingga p|b.
Dengan jalan yang sama jika diandaikan p tidak membagi b
maka dapat dibuktikan p| a .

6.2 Beberapa Teorema dalam teori Bilangan

Teorema 6.3. (The Fundamental Theorem of Arithmetic).


Setiap bilangan bulat positif yang lebih besar atau sama
dengan 2 dapat dinyatakan sebagai perkalian satu atau lebih
bilangan prima.

53

Contoh 6.3.
9=33 (2 buah faktor prima)
100 = 2  2  5  5 (4 buah faktor prima)
13 = 13 (atau 1  13) (1 buah faktor prima)

Teorema Fermat
Metode lain yang dapat digunakan untuk menguji keprimaan
suatu bilangan bulat adalah Teorema Fermat.
Fermat (dibaca “Fair-ma”) adalah seorang matematikawan
Perancis pada tahun 1640.

Teorema 6.4 (Teorema Fermat).


Jika p adalah bilangan prima dan a adalah bilangan bulat
yang tidak habis dibagi dengan p, yaitu (a, p) = 1, maka
ap–1  1 (mod p)

Contoh 6.4.
Kita akan menguji apakah 17 dan 21 bilangan prima atau
bukan. Di sini kita mengambil nilai a = 2 karena (17, 2) = 1
dan (21, 2) = 1.
Untuk 17,
217–1 = 65536  1 (mod 17)
karena 17 membagi 65536 – 1 = 65535
Untuk 21,
221–1 =1048576  1 (mod 21)
karena 21 tidak habis membagi 1048576 – 1 = 1048575.
54

Teorema 6.5
jika p suatu bilangan prima, maka ap = a (mod p) untuk
setiap p bilangan prima

Teorema fermat mempunyai banyak kegunaan, khususnya


dalam mengembangkan teori bilangan.

Contoh 6.5.
Berapakah sisa pembagian 538 oleh 11
jawab
Menurut teorema fermat 510 = 1 (mod 11), maka
538 = 510.3+8 (mod 11)
10 3 2 4
= (5 ) . (5 ) (mod 11)
3 4
=1 .3 (mod 11)
= 81 (mod 11)
=4 (mod 11)
38
jadi 5 dibagi 11 bersisa 4
Contoh 6.6.
Periksalah bahwa
(i) 316  1 (mod 17)
(ii) 186  1 (mod 49).
Jawab :
(i) Dengan mengetahui bahwa kongruen 33  10 (mod 17),
kuadratkan kongruen tersebut menghasilkan
36  100  –2 (mod 17)
Kuadratkan lagi untuk menghasilkan
312  4 (mod 17)
Dengan demikian, 316 312333  4103 120  1(mod 17)
55

(ii) Caranya sama seperti penyelesaian (i) di atas:


182  324  30 (mod 49)
184  900  18 (mod 49)
186  184  182  18  30  540  1 (mod 49)

Perlu diketahui bahwa konvers dari teorema fermat tidak benar,


yaitu :
jika an-1 = 1 (mod n) untuk suatu bilangan bulat a, maka n
tidak perlu suatu bilangan prima.

Teorema 6.6 (Akibat Teorema Fermat)


jika p dan q adalah bilangan prima berlainan
sedemikian hingga ap=a (mod q) dan aq=a(mod p),
maka apq=a (mod pq)

Contoh 6.7.
 Kelemahan Teorema Fermat : terdapat bilangan komposit n
sedemikian hingga 2n–11 (mod n). Bilangan bulat seperti
itu disebut bilangan prima semu (pseudoprimes).
 Misalnya komposit 341 (yaitu 341 = 11  31) adalah
bilangan prima semu karena menurut teorema Fermat,
2340  1 (mod 341)
Untunglah bilangan prima semu relatif jarang terdapat.

56

Fungsi Euler 
Fungsi Euler  medefinisikan  (n) untuk n  1 yang
menyatakan jumlah bilangan bulat positif < n yang relatif
prima dengan n.

Contoh 6.8.
Tentukan (20).
jawab
Bilangan bulat positif yang lebih kecil dari 20 adalah 1 sampai
19.
Di antara bilangan-bilangan tersebut, terdapat (20) = 8 buah
yang relatif prima dengan 20, yaitu 1, 3, 7, 9, 11, 13, 17, 19.
Untuk n = 1, 2, …, 10, fungsi Euler adalah
(1) = 0 (6) = 2
(2) = 1 (7) = 6
(3) = 2 (8) = 4
(4) = 2 (9) = 6
(5) = 4 (10) = 4

Jika n prima, maka setiap bilangan bulat yang lebih kecil dari n
relatif prima terhadap n. Dengan kata lain, (n) = n – 1 hanya jika n
prima.

Contoh 6.9.
(3) = 2, (5) = 4, (7) = 6, (11) = 10, (13) = 12, …

57

Teorema 6.7.
Jika n = pq adalah bilangan komposit dengan p dan q
prima, maka (n) = (p) (q) = (p – 1)(q – 1).

Contoh 6.10.
Tentukan (21).
Jawab :
Karena 21 = 7  3, (21) = (7) (3) = 6  2 = 12 buah bilangan
bulat yang relatif prima terhadap 21, yaitu 1, 2, 4, 5, 8, 10, 11,
13, 14, 17, 19, 20.

Teorema 6.8
Jika p bilangan prima dan k >0, maka
(pk)=pk– pk-1 = pk-1(p –1)

Contoh 6.11.
Tentukan (16).
Jawab
Karena (16) = (24) = 24 – 23 = 16 – 8 = 8, maka ada delapan
buah bilangan bulat yang relatif prima terhadap 16, yaitu 1, 3, 5,
7, 9, 11, 13.

Contoh 6.12.
hitung 52007 (mod 41)
Jawab
karena 5 dan 41 saling prima maka berdasar teorema fermat
540 = 1 (mod 41)
selanjutnya
58

52007 = 540x50+7 (mod 41)


40 50 7
= (5 ) . 5 (mod 41)
50 7
= (1) . 5 (mod 41)
7
sekarang tinggal dihitung 5 (mod 41) yaitu
52 = 25 =-16 (mod 41)
54 = 256 = 10 (mod 41)
56 = -160 = 4 (mod 41)
57 = 56 . 5 (mod 41)
= 20 (mod 41)

59

Latihan 6.1
1. Selidiki apakah bilangan berikut priam apa komposit
a. 179 b. 2467 c. 2876
2. hitunglah :
a. 32018 (m0d 7)
b. 71016 (mod 31)
3. buktikan bahwa 2117 = 44 (mod117) . berdsarkan teorema
fermat berikan kesimpulan bahwa 117 bukan bilangan
prima
4. buktikan Teorema Euler dengan menggunakan induksi
5. buktikan bahwa 18! = -1 (mod 437)
6. jika (a,35) = 1 buktikan a12= 1 (mod 35)
7. hitunglah
a. 15! (mod 17)
b. 2(26!) (mod 29)

60

RANGKUMAN

1. Bilangan bulat positif p (p > 1) disebut bilangan prima jika


pembaginya hanya 1 dan p.
2. Untuk setiap bilangan komposit n, maka terdapat bilangan
prima p sehingga p|n dan p≤ n .
Jadi jika tidak ada bilangan prima p yang dapat membagi n
dengan p ≤ n , maka n adalah bilangan prima.
3. Setiap bilangan bulat positif yang lebih besar atau sama
dengan 2 dapat dinyatakan sebagai perkalian satu atau lebih
bilangan prima.
4. Jika p adalah bilangan prima dan a adalah bilangan bulat
yang tidak habis dibagi dengan p, yaitu (a, p) = 1, maka
ap–1  1 (mod p)

61

DAFTAR PUSTAKA

Budhi, Wono Setya, 2014, teori Bilangan untuk SMA, Jakarta :


Erlangga.

Rosen, Kenneth H. 1993. Elementary Number Theory and its


Application. New York : Addison – Wesley Publishing
Company

Sukirman, 2004, Pengantar Teori Bilangan, Yogyakarta : FMIPA


UNY.

62

CATATAN :

63

CATATAN :

64

CATATAN :

65

Anda mungkin juga menyukai