Anda di halaman 1dari 10

Faktorisasi Tunggal

Kelompok 2 :
Gloria Trifosa Elsadai Lima (1901030008)
Elisabeth Gunu Lyany (1901030070)
Dewi Maria Sangadji (1901030052)
Herlina Regina Bang (1901030094)
Cilvan Ishan J. Fanggidae (1701030040)
Pada kegiatan belajar kali ini akan dipelajari bahwa pemfaktoran suatu
bilangan bulat positif atas faktor-faktor prima adalah tunggal,sehingga kita
mengenalnya sebagai faktorisasi tunggal. Tetapi sebelum membicarakan faktorisasi
tunggal, kita akan mempelajari beberapa teorema sebagai persiapan untuk
mempelajari faktorisasi tunggal.
 
Teorema 4.5
Jika p suatu bilangan prima dan p|ab, maka p|a atau p|b
Bukti :
Karena p suatubilangan prima, maka untuk sembarang bilangan bulat a berlaku
(a,p) = 1 atau (a,p) = p.
Jika (a,p) = 1 dan p|ab maka kita pernah membuktikan bahwa p|b. Buktikanlah
kembali dan jika maka p|a. Jadi terbukti bahwa p|a atau p|b.
Teorema 4.5 ini dapat diperluas untuk bilangan-bilangan a 1, a2, a3, …, an yaitu :
Jika p suatu bilangan prima dan p|a1, a2, a3, …, an, maka pai untuk suatu i =
1,2,3,…,n.
Bukti :
Kita akan membuktikannya dengan induksi matematika pada n, yaitu
banyaknya faktor. Untuk n = 1, yaitu p|a1 jelas benar. Untuk n = 2, yaitu p|a1a2 ,
karena p suatu bilangan prima, maka menurut teorema 4.5 p|a, atau p|a 2.
Diambil sebagai hipotesis induksi untuk t dengan 2 < t < n yaitu p prima
dan p|a1, a2, a3, …, at maka p|ak untuk 2 < k < t.
Pandang p|a1, a2, a3, …, an atau dapat ditulis sebagai p|(a1, a2, a3, …, an-1)(an),
maka menurut teorema 4.5 diperoleh p|a1, a2, a3, ..., an-1 atau p|an.
Jika p| an, maka teorema telah terbukti. Jika p|a1, a2, a3, …, an-2 an-1, maka
menurut teorema 4.5 diperoleh bahwa p|a1a2 …an-2 atau p|an-1
Jika p| an-1, maka teorema terbukti.
Jika p| a1 a2 … an-2 maka proses seperti diatas dapat diteruskan . Berdasarkan
hipotesis yang diambil maka proses tersebut mesti akan berakhir. Berarti bilangan
prima p membagi salah satu dari a1, a2, a3, …, an.

Jika pada teorema 4.5 diambil kasus bahwa p, q, dan r masing-masing


bilangan prima dan p|qr maka p|q atau q|r, yaitu p = q atau q = r. Karena p, q,
dan r bilangan-bilangan prima. Kasus ini dapat diperluas sebagai berikut :
Jika p, q1, q2, q3, …,qn semuanya bilangan prima dan p⃒ q1 q2 q3 … qn maka p = qk
untuk suatu k dengan 1 ≤ k ≤ n
Selanjutnya kita akan membuktikan ketunggalan dari faktorisasi prima dari
suatu bilangan bulat positif. Teorema ini sering disebut faktorisasi tunggal yang
merupakan teorema dasar dalam aritmatika.
 
Teorema 4.6
Pemfaktoran suatu bilangan bulat positif yang lebih besar dari 1 atas faktor-
faktor prima adalah tunggal, kecuali urutan dari faktor-faktornya.
 
Bukti :
Pada teorema 4.3 kita telah membuktikan bahwa setiap bilangan bulat positif
yang lebih besar dari 1 adalah suatu bilangan prima atau bilangan itu dapat
dinyatakan sebagai perkalian dari bilangan-bilangan prima tertentu. Sekarang kita
akan membuktikan bahwa faktor-faktor prima tersebut adalah tunggal.
Ambil sembarang bilangan bulat positif. Jika n suatu bilangan prima, maka n
adalah faktornya sendiri. Jika n suatu bilangan komposit dan diandaikan bahwa
pemfaktoran n atas faktor-faktor prima adalah tidak tunggal, misalnya:
n = p1p2p3 ..... Pi dan n = q1q2q3 ..... qi
Dengan pi dan qj adalah bilangan-bilangan prima untuk i = 1,2,3, …, t dan j = 1,2,3 … r
serta p1 ≥ p2 ≥ p3 ≥ .... pr dan q1 ≥ q2 ≥ q3 ≥ .... Qr dengan t ≥ r
n = p1 p2 p3 ..... pt maka p1|n sehingga p1| q1q2q3 ..... qr

Menurut perluasan teorema 4.5 maka p1 = qkuntuk suatu k dengan 1 ≤ k ≤ r. Mengingat


q1 ≥ q2 ≥ q3 ≥ ..... qr maka p1 ≤ q1.
n = q1 q2 ..... qr maka q1|n sehingga q1⃒ p1 p2 ..... pi
Menurut perluasan teorema 4.5, maka q1 = pm untuk suatu bilangan bulat positif m dengan
dengan 1 ≤ m ≤ t. Karena p1 ≥ p2 ≥ p3 ≥ ..... Pt maka q1 ≤ pt.
p1 ≤ qt dan q1 ≤ pt maka p1 = q1 sehingga dari pemisalan n diatas kita memperoleh bahwa:
p2 p3 ..... pt = q2q3 ..... qr
Jika proses seperti di atas diteruskan, maka kita akan memperoleh bahwa :
p2 = q2 sehingga p3 p4 ..... pt = q3q4 ..... qr
p3 = q3 sehingga p4 p5 ..... pt = q4 q5 ..... qr
dan seterusnya.
Apabila t = r maka proses tersebut akan berakhir pada p t = q3 dan teorema terbukti.
Tetapi apabila 1 < t maka akan diperoleh bahwa : 1 = q t+1 qt+2 ..... qr
Hal ini mustahil karena qt+1 , qt+2 , ..... ,qr adalah bilangan – bilangan prima, maka
haruslah t = r, sehingga p1 = q1 , p2 = q2 , p3 = q3 , ....., pt = qr. Ini berarti bahwa bilangan
bulat positif n tersebut hanya dapat dinyatakan sebagai hasil kali faktor-faktor primanya
secara tunggal.
Kita mengetahui bahwa banyaknya bilangan asli adalah tak berhingga dan setiap
bilangan bulat positif dapat difaktorkan atas faktor-faktor prima. Apakah banyaknya
bilangan prima itu tak berhingga pula?
Euclides membuktikan dengan bukti tak langsung (bukti dengan kontradiksi) bahwa
banyaknya bilangan prima adalah tak berhingga. Misalkan adalah urutan bilangan-
bilangan prima dan andaikan ada bilangan prima terbesar, misalnya , sekarang dibentuk
suatu bilangan bulat positif.
N = p1 p2 p3 ..... pn + 1
Karena N > 1, menurut teorema 4.2, N dapat dibagi oleh suatu bilangan prima, sehingga
N dapat dibagi oleh sekurang-kurangnya satu bilangan prima dari p 1, p2, p3, ....., pn.
Misalnya bilangan prima pk dengan 1 ≤ k ≤ n yang membagi N yaitu pk|N. N = p1 p2
p3 ..... pn + 1, dengan pk|N dan pk |p1 p2 ..... pn , maka pk|1. Hal ini tidak mungkin karena
adalah suatu bilangan prima. Oleh karena itu pengandaian bahwa ada bilangan prima
terbesar adalah tidak benar; sehingga pengandaian tersebut harus diingkar, sehingga
diperoleh bahwa tak ada bilangan prima terbesar, atau dengan kata lain bahwa banyaknya
bilangan prima adalah tak berhingga. Hal ini terkenal sebagai Teorema Euclides.

Teorema 4.7 (TeoremaEuclides)


Banyaknya bilangan prima adalah tak berhingga
Pada pembuktian Teorema Euclides tersebut yang menarik perhatian adalah pembentukan
bilangan bula tpositif N sebagai hasil kali semua bilangan prima ditambah 1. Apakah N
tersebut suatu bilangan prima?
Misalnya kita memulai untuk bilangan prima pertama yaitu 2, maka kita memperoleh :
N1 = 2 + 1 = 3
N2 = 2 . 3 + 1 = 7
N3 = 2 .3 . 5 + 1 = 31
N4 = 2 .3 .5 . 7 + 1 = 211
N5 = 2 .3 .5 .7 . 11 + 1 = 2311
Pada pembuktian teorema Euclides di atas dapat diambil kesimpulan bahwa :

pn+1 ≤ p1 p2 .... pn + 1 < pnn + 1

Sebagai contoh, jika n = 3 maka ketidaksamaan itu menjadi

7 = p4 < p33 + 1 = 53 + 1 = 126

Ketidaksamaan ini menunjukkan bahwa bilangan prima ke-4 kurang dari 126.
Teorema 4.8
Dalam suatu barisan bilangan prima, jika pn menyatakan bilangan prima ke-n, maka :

𝑛 −1
𝑝𝑛 ≤ 22
Bu kt i :

P em bu kt ia n m en ggu n a ka n in du ksi m a t em a t ika u n t u k n . Un t u k n = 1 dipe


ya it u 𝑝1 ≤ 2. H a l in i m em a n g ben a r , seba b bila n ga n pr im a per t a m a a da la h 2. Se
h ipot esis, t eor em a dia su m sika n ben a r u n t u k n = k, ya it u :
𝑘−1
𝑝𝑘 ≤ 22
𝑘
H a r u s dibu kt ika n ba h wa t eor em a ben a r u n t u k n = k + 1, ya it u :𝑝𝑘+1 ≤ 22

P er h a t ika n ba h wa :

𝑝𝑘+1 ≤ ሺ𝑝1 𝑝2 𝑝3 … 𝑝𝑘 ሻ+ 1
2 3 𝑘−1
2ሺ22 ሻ൫22 ൯൫22 ൯… ቀ22
𝑝𝑘+1 ≤ ൬ ቁ൰+1

2 +23 +⋯+2 𝑘+1


𝑝𝑘+1 ≤ (21+2+2 + 1)

Mu da h dit u n ju kka n ba h wa 1 + 2 + 2 2 + 2 3 + … + 2 k+1 = 2 k – 1, ya it u su a t u der et g


r a sio 2.

Seh in gga diper oleh :


𝑘−1
𝑝𝑘+1 ≤ (22 + 1)
Karena teorema benar untuk n = 1 dan benar untuk n = k dan telah ditunjukkan
benar untuk n = k + 1, maka teorema benar untuk setiap bilangan asli n.
Memperhatikan teorema ini, maka bilangan prima ke (n + 1), yaitu
Sehingga banyaknya bilangan prima yang lebih kecil dari
tidak kurang dari( n + 1 ) buah. Jadi untuk n ≥ 1, maka ada paling sedikit n + 1
buah bilangan prima yang lebih kecil dari .
Sekian
Dan
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai