Dosen Pengampu :
Dra. Dewi Iriani M. Pd
Disusun oleh :
Kelompok 8 Kelas R-001
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“Fungsi Phi dan Teorema Euler” ini tepat pada waktunya.
Penyusunan makalah ini masih belum dikatakan sempurna. Hal ini karena
keterbatasan kemampuan kami sebagai insaniah yang masih selalu belajar
memperbaiki kesalahan-kesalahan kami. Dengan demikian, kami mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari para pembaca untuk memperbaiki makalah
ini.
Kelompok 8
DAFTAR ISI
ii
KATA PENGANTAR.............................................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................1
A. Latar Belakang.................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................................................1
C. Tujuan Penulisan..............................................................................................................1
BAB II.....................................................................................................................................2
PEMBAHASAN......................................................................................................................2
A. Fungsi ɸ Euler..................................................................................................................2
B. Teorema Euler..................................................................................................................3
BAB III PENUTUP...............................................................................................................10
A. Kesimpulan....................................................................................................................10
B. Saran..............................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................11
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Matematika sebagai salah satu ilmu dasar yang dewasa ini semakin
dirasakan interaksinya dengan bidang – bidang ilmu seperti teknologi,
rekayasa, ekonomi, permainan, bahkan hampir semua aspek kehidupan sehari
– hari. Dalam kehidupan sehari – hari sering kali diharapakan pada suatu
keadaan yang menuntut untuk menghitung atau mencacah sesuatu, mulai dari
hal yang sederhana sampai yang sulit.
Dalam kehidupan atau pembelajaran sehari – hari pasti kita tidak asing
dengan kata teorema, mau itu disekolah ataupun dilingkungan. Teorema
adalah pernyataan yang dapat dibuktikan kebenarannya atau pernyataan yang
dapat dbuktikan atas dasar asumsi yang telah disetujui sebelumnya. Dalam
logika teorema adalah pernyataan dalam bahasa formal dan saat diturunkan
dengan mengaplikasikan aturan inferensi dan aksioma dari sebuah system
deduktif.
Fungsi phi euler didefinisikan sebagai fungsi yang menyatakan
banyaknya bilangan bulat positif yang lebih kecil dari sebuah bilangan bulat
dan relatif prima terhadap bilangan bulat tersebut. Jadi jika terdapat bilangan
bulat positif n, maka nilai adalah banyaknya bilangan bulat positif yang lebih
kecil dari n dan relatif prima terhadap n.
1
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini, sebagai berikut :
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan dari makalah ini, sebagai berikut :
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Fungsi ɸ Euler
Misalkan n adalah bilangan bulat positif dan a adalah bilangan bulat
yang relative prima dengan n, maka a ϕ (n ) ≡1 modn dengan ɸ(n) (ɸ dibaca phi)
adalah fungsi phi euler (Euler’s Torient Function), yaitu fungsi yang
menghitung banyaknya bilangan bulat positif kurang dari n yang relatif prima
dengan n.
Definisi 1 :
Sistem residu sederhana modulan adalah himpunan semua bilangan
bulat positif yang memenuhi (r,m) = 1, dengan ri ≠ rj (mod m) untuk i ≠ j
Contoh : {1,2,3,4,5,6,7,8} adalah himpunan semua residue terkecil 9.
Apabila dari unsur – unsur himpunan ini dipilih yang saling prima dengan 9
yaitu {1,2,4,5,7,8}, maka himpunan terakhir ini disebut system residu
sederhana mod 9. System residu sederhana mod 9 yang lain diantaranya
adalah {19, 11,22,5,16,98}.
Definisi 2 :
Misalkan m suatu bilangan bulat positif, maka ɸ (m) menyatakan
banyaknya elemen dari himpunan residu sederhana modulo m.
Contoh : Himpunan residu sederhana modulo 30 adalah
{1,7,11,13,17,19,23,29}. Banyaknya elemen dari himpunan ini adalah 8,
maka dikatakan bahwa ɸ(30) = 8.
Definisi 3 :
Suatu fungsi f yang didefinisikan pada himunan semua bilangan bulat
positif disebut fungsi ganda apabila untuk setiap bilangan – bilangan bulat
psotif m dan n dengan (m,n) = 1 maka f(mn) = f(m) f(n).
Lebih luas definisi 3 dapat dinyatakn sebagai berikut
3
F suatu fungsi fansa apabila untuk setiap bilangan bulat positif m1, m2,
m3,..., mk dengan (m1,m2) = 1untuk I,j = 1,2,3,..,k dan i ≠ j maka f (m 1, m2,
m3,...,mk) = f(m1), f(m2), f(m3),..., f(mk).
Contoh : Misalkan f (n) = n2, untuk setiap bilangan asli n. untuk sembarang
bilangan asli m dan n dengan (m,n) = 1, maka f (mn) = (mn) 2 = m2 n2 = f(m)
f(n). sehingga fungsi f tersebut adalah fungsi ganda.
B. Teorema Euler
Teorema 1 :
Jika p adalah bilangn prima, maka ϕ ( p )= p−1 Sebaliknya, jika p
adalah bilangan bulat positif dengan ϕ ( p )= p−1, maka p adalah bilangan
prima.
Bukti :
Nampak disini bahwa apabila p suatu bilangan prima, maka setiap
bilangan bulat positif yang kurang dari p selalu saling prima terhadap p,
sehingga ϕ ( p )= p−1 . Tetapi apabila n>1 suatu bilangan komposit, maka n
mempunyai suatu pembagi, misalnya d dengan 1<d <n , sehingga ada
sekurang – kurangnya dua bilangan dari 1,2,3,...,n yang tidak saling perima
terhadap n, yaitu sekurang – kurangnya d dan n. jadi ϕ ( n ) <n−2. Hal ini
membuktikan bahwa untukn>1 , ϕ ( n ) +n−1 jika dan hanya jika n suatu
bilangan prima.
Contoh : ϕ ( 5 )=5−1=4
Teorema 2 :
Apabila p suatu bilangan prima dan k suatu bilangan bulat positif,
maka ϕ ( pk ) =p k−1 ( p−1 )
Bukti :
Bilangan – bilangan bulat positif yang tidak lebih besar dari p k dan
tidak saling prima dengan pk adalah kelipatan – kelipatan dari p, yaitu p, 2p,
3p ,4p,...,pk p = pk. sehingga banyaknya bilangan bulat positif yang tidak lebih
4
besar dari pk-1 buah. Sedangkan banyaknya bilangan bulat positif yangtidak
lebih besar dari pk adalah pk .jadi banyaknya bilangan bulat positif yang
kurang dari pk dan yang saling prima dengan pk adalah sebanyaknya bilangan
bulat positif yang tidak lebih besar dari pk dikurangi banyaknya bilangan bulat
positif yang tidak lebih besar dari pk dan yang tidak lebih besar dari pk dan
yang tidak saling prima dengan pk, atau ditulis ϕ ( p )= pk −p k−1 (p−1)
Contoh : ɸ(64) = ɸ(26) = 26-1(2-1) = 32
Teorema 3 :
Apabila p adalah bilangan prima dan a adalah bilangan bulat positif.
Maka ϕ ( pa ) =p a− pa −1
Bukti :
Bilangan bulat positif yang kurang dari pa yang tidak prima relatif
terhadap p adalah bilangan bulat yang tidak melebihi pa yang dapat dibagi
oleh p. Bilangan ini adalah bilangan bulat kp, dimana 1<k < p a−1. Karena tepat
pa−1 bilangan bulat seperti bilagna bulat pa− p a−1 yang kurang dari p a yang
prima relatif terhadap pa . Karena itu, ϕ ( pa ) =p a− pa −1
Contoh : ɸ (32) = 32 – 32-1 = 9 – 3 = 6
Teorema 4 :
Misalkan m dan n adalah bilangan bulat positif yang prima relatif,
maka ϕ(mn) = ϕ(m) ϕ(n).
Bukti : kita susun semua bilangan bulat positif dari 1 sampai dengan mn
menjadi m baris dan n kolom sebagai berikut.
1 m+1 2m+1...(n-1)m+1
2 m+2 2m+2...(n-1)m+2
3 m+3 2m+3...(n-1)m+3
.
.
r m+r 2m+r...(n-1)m+r
.
5
.
m 2m mn
perhatikan kolom pertama, yaitu barisan 1,2,3,..,r,..,m. dalam barisan
ini ada ɸ(m) bilangan yang saling prima dengan m. sekarang perhatikan
bilangan – bilangan pada garis ke – r setiap bilangan pada baris ini memenuhi
km + r = r(mod m). jika (m,r) = d, maka (km + r, m) = 1 pula. Jadi jika mdan r
saling prima, maka setiap bilangan pada baris ke – r semuanya saling prima
dengan m. karena pda kolom pertama ada ɸ (m) bilangan yang saling prima
dengan m, maka ɸ (m) baris yang setiap elemennya saling prima dengan m.
Misalkan (r,m) = 1 dan perhatikan bilangan – bilangan pada baris ke –
r yaitu r, m + r, 2m + 3m + r,...,(n-1)m+r. jelas bahwa pada baris ini tidak ada
dua bilangan yang kongruen modulo n, sebab jika ada dua bilangan yang
kongruen mon n, misalnya,
sm + r = t m + r (mod n) dengan 0 ≤ s,t < n
sm ≡ t m (mod n)
s ≡ t (mod n), sebab (m,n) = 1
karena 0< s , t< n dan 0 ≤t <n serta s ≡t (mod n), maka s = t. berarti dua
bilangan tersebut sam. Jadi baris ke – r tidak ada bilangan – bilangan yang
kongruen mod n, sehingga residu terkecil modulo n dari bilangan – bilangan
pada baris ke – r adalah suatu permutasi dari 1,2,3,...,n-1. Bilangan – bilangan
ini mempunyai f (n) bilangan yang saling prima dengan n, maka ada f(m) ɸ(n)
bilangan yang saling prima dengan m maupun dengan n. Mengingat suatu
bilangan yang saling prima dengan m maupun n, maka bilangan itu saling
prima dengan mn pula. Sehingga disimpulkan bahwa ɸ(mn) = ɸ(m) ɸ(n)
contoh : ɸ(6) = 2 dan ɸ(5) = 4, maka ɸ(30) = ɸ(6) . ɸ(5) = 2 . 4 = 8
Teoreme 5 :
Jika a suatu bilangan bulat positif yang mempunyai bentuk kanonik
P1a1, P2a2,..., Pkak, maka...
ɸ (n) = P1a1-1 (P1 – 1), P2a2 (P2 – 1), ... , Pkak-1 (Pk – 1)
atau ɸ (n) = π ki=1Piai-1 (Pi – 1)
6
Bukti :
Dengan Pi adalah bilangan – bilangan prima yang berbeda untuk i =
1,2,...,k, maka
ɸ (n) = ɸ (P1a1 P2a2 ... Pkak)
= ɸ(P1a1) ɸ(P2a2) ... ɸ(Pkak)
= P1a1-1(P1 – 1) P2a2-1(P2 – 1) ... Pkak-1(Pk – 1)
Selanjutnya, ɸ ( n ) =n 1− ( 1
P1
1−)(
1
P2
… 1−
1
) (
Pk )
Contoh :
1) ɸ (360) = ɸ (23.32.5) = ɸ (23) . ɸ (32) . ɸ (5)
= 23-1 (2-1) . 32-1 (3-1) . 51-1 (5-1) = 96
2) ɸ ( 360 ) =ɸ ( 2 . 3 .5 )=360 1−
3 2
( 12 )(1− 13 )( 1− 15 )=96
Teorema 6 :
Untuk setiap bilangan bulat positif n > 2, maka ɸ (n) suatu bilangan
genap.
Bukti :
Buatlah contoh – contoh nilai – nilai ɸ (n) untuk n > 2, ɸ (3) = 2, ɸ (4)
= 2, ɸ (5) = 4, ɸ (6) = 2, dan seterusnya. Adakah nilai – nilai ɸ (n) tersebut
ganjil? Misalkan n merupakan perpangkatan dari 2, misalnya n = 2 k dengan k
> 2, maka.
ɸ (n) = ɸ (2k) = 2k-1 (2 – 1) = 2k-1
Nampak disini bahwa ɸ (2k) suatu bilangan genap. Sekarang ambil
sembarang bilangan bulat positif n > 2. Apabila n suatu bilangan prima, maka
n prima ganjil sehingga ɸ (n) = n – 1. Jadi ɸ (n) bilangan genap, dan apabila n
suatu bilangan komposit, maka n mempunyai factor prima gankil p, misalnya
n = P = Pk m dengan (Pk, m) = 1 sehingga,
ɸ (n) = ɸ (Pkm) = ɸ (Pk) ɸ (m) = Pk-1 (P-1) ɸ (m)
7
Karena p bilangan ganjil, maka p -1 suatu bilangan genap, sehingga P k-
1
(P-1) ɸ (m) suatu bilangan genap pula. Jadi ɸ (n) suatu bilangan genap.
Teorema 7 :
∑ ɸ ( t ) =n
Untuk setiap bilangan bulat positif n, maka
t ∨12
Bukti :
Perhatikan bilangan bulat positif 1,2,3,4,...,n. Kita akan meletakkan
bilangan ini dalam himpunan Ct dengan t|n, yaitu bilangan itu yang dengan n,
factor persekutuan terbesarnya sama dengan t. Dengan kata lain,
m∈Ct jika dan hanya jika (m,n) = t
t∨n ( t )
∑ ɸ n
. Mengingat setiap bilangan 1,2,3,...,n hanya terdapat dalam tepat
t∨n ( t )
∑ ɸ ( t )= ∑ ɸ n =n
satu himpunan dari C , maka
t
t∨n
Contoh :
1,2,4,5,7,8 masing – masing adalah saling prima terhadap 9. Apabila
setiap bilangan tersebut dikalikan 10 menjadi 10,20,40,50,70,80. Selanjutnya,
jika bilangan – bilangan dicari residu terkecil modulo 9 maka diperoleh :
10 = 1 (modul 9)
20 = 2 (modul 9)
40 = 4 (modul 9)
50 = 5 (modul 9)
70 = 7 (modul 9)
80 = 8 (modul 9)
Jika ruas – ruas dari kekongruenan ini dikalikan, kita akan memperoleh
10,20,40,50,70,0 = 1,2,4,5,7,8 (mod 9)
8
106 (1,2,4,5,7,8) = 1,2,4,5,7,8 (mod 9)
106 = 1 (mod 9), Mengapa? Karena ɸ (9) = 6
Teorema 8 :
Jika (a,m) = 1 dan r 1 , r 2 , r 3 , … , r Φ(m) adalah bilangan – bilangan bulat
positif yang kurang dari m dan masing – masing prima dengan m, maka residu
– residu terkecil mod m dari bilangan – bilangan ar 1 , ar 2 , ar 3 ,… , ar Φ (m )
adalah suatu permutasi dari r 1 , r 2 , r 3 , … , r Φ(m).
Bukti :
ɸ (m) adalah banyaknya elemen dari himpunan {ar 1 , ar 2 , ar 3 , … , ar Φ(m)
. Untuk membuktikan bahwa residu – residu terkecil dari
ar 1 , ar 2 , ar 3 ,… , ar Φ (m ) }...(1) adalah suatu permutasi dari r 1 , r 2 , r 3 , … , r Φ(m),
9
9.1 ≡ 1 (mod 8), 9.3 ≡ 3 (mod 8), 9.5 ≡ 5 (mod 8), dan 9.7 ≡ 7 (mod
8).
Teorema 9 :
Jika m suatu bilangan bulat positif dan(a,m) =1, maka a ɸ(m) ≡ 1 (mod
m).
Bukti :
Misalkan r 1 , r 2 , r 3 , … , r Φ(m) adalah bilangan – bilangan bulat positif
yang kuran dari m dan masing – masing prima dengan m. karena (a,m) = 1,
maka residu – reside terkecil modulo m dari ar 1 , ar 2 , ar 3 ,… , ar Φ (m ) adalah
suatu permutasi dari r 1 , r 2 , r 3 , … , r Φ(m) sehingga diperoleh.
(ar 1),(ar 2 ), (ar 3 ), … ,( ar Φ ( m) ) ≡ r 1 r 2 r 3 … r Φ(m ) (mod m)
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari makalah ini,yaitu:
1. Misalkan n adalah bilangan bulat positif dan a adalah bilangan bulat yang
relative prima dengan n, maka aØ(n) ≡ 1 modn dengan ɸ(n) (ɸ dibaca phi)
adalah fungsi phi euler (Euler’s Torient Function), yaitu fungsi yang
menghitung banyaknya bilangan bulat positif kurang dari n yang relatif
prima dengan n.
B. Saran
Diharapkan kepada pihak guru, orangtua maupun peserta didik
bekerjasama dengan baik. Adakalanya bakat itu tidak disadari dengan cepat
tanpa adanya motivasi maupun dorongan dari faktor eksternal. Begitupun
untuk guru dan peserta didik haruslah cenderung terbuka satu sama lain agar
guru dapat mengenali bakat anak dan peserta didik dapat mengembangkan
bakatnya.
11
DAFTAR PUSTAKA
Sukarman, Herry. 1993. Materi Pokok Teori Bilangan. Jakarta: Universitas Terbuka,
Depdikbud.