Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH TEORI BILANGAN

FUNGSI PHI DAN TEOREMA EULER

Dosen Pengampu :
Dra. Dewi Iriani M. Pd

Disusun oleh :
Kelompok 8 Kelas R-001

1. Dita Nur Syaharani A1C221078


2. Novi Rahmayanti A1C221079
3. M Kms Abdul Zaqi A1C221077

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


JURUSAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
TAHUN 2022

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“Fungsi Phi dan Teorema Euler” ini tepat pada waktunya.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Dosen Pengampu dan berbagai


pihak yang telah memberikan arahan dan dukungan dalam pembuatan makalah ini
sehingga dapat kami selesaikan dengan tepat waktu. Kami berharap, semoga
makalah ini bermanfaat bagi para pembaca yang dapat menambahkan ilmu
pengetahuan dan wawasan serta dapat diimplikasikan dalam kehidupan sehari-
hari.

Penyusunan makalah ini masih belum dikatakan sempurna. Hal ini karena
keterbatasan kemampuan kami sebagai insaniah yang masih selalu belajar
memperbaiki kesalahan-kesalahan kami. Dengan demikian, kami mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari para pembaca untuk memperbaiki makalah
ini.

Jambi, 9 April 2022

Kelompok 8

DAFTAR ISI

ii
KATA PENGANTAR.............................................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................1
A. Latar Belakang.................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................................................1
C. Tujuan Penulisan..............................................................................................................1
BAB II.....................................................................................................................................2
PEMBAHASAN......................................................................................................................2
A. Fungsi ɸ Euler..................................................................................................................2
B. Teorema Euler..................................................................................................................3
BAB III PENUTUP...............................................................................................................10
A. Kesimpulan....................................................................................................................10
B. Saran..............................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................11

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Matematika sebagai salah satu ilmu dasar yang dewasa ini semakin
dirasakan interaksinya dengan bidang – bidang ilmu seperti teknologi,
rekayasa, ekonomi, permainan, bahkan hampir semua aspek kehidupan sehari
– hari. Dalam kehidupan sehari – hari sering kali diharapakan pada suatu
keadaan yang menuntut untuk menghitung atau mencacah sesuatu, mulai dari
hal yang sederhana sampai yang sulit.
Dalam kehidupan atau pembelajaran sehari – hari pasti kita tidak asing
dengan kata teorema, mau itu disekolah ataupun dilingkungan. Teorema
adalah pernyataan yang dapat dibuktikan kebenarannya atau pernyataan yang
dapat dbuktikan atas dasar asumsi yang telah disetujui sebelumnya. Dalam
logika teorema adalah pernyataan dalam bahasa formal dan saat diturunkan
dengan mengaplikasikan aturan inferensi dan aksioma dari sebuah system
deduktif.
Fungsi phi euler didefinisikan sebagai fungsi yang menyatakan
banyaknya bilangan bulat positif yang lebih kecil dari sebuah bilangan bulat
dan relatif prima terhadap bilangan bulat tersebut. Jadi jika terdapat bilangan
bulat positif n, maka nilai adalah banyaknya bilangan bulat positif yang lebih
kecil dari n dan relatif prima terhadap n.

Teorema Euler menjadi dasar algoritma RSA, yang banyak digunakan


dalam sistem komunikasi di Internet. Dalam algoritma ini, teorema Euler
digunakan bersama sebuah bilangan n yang merupakan hasil kali dari dua
bilangan prima besar. Tingkat keamanan algoritma tersebut didasarkan pada
tingkat kesulitan untuk memfaktorkan bilangan n.

1
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini, sebagai berikut :

1.Apa yang dimaksud dengan fungsi ɸ euler?


2.Bagaimana bentuk dari teorema-teorema yang digunakan pada teorema euler?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan dari makalah ini, sebagai berikut :

1.Dapat mengetahui apa itu fungsi ɸ euler.


2.Dapat mengetahui teorema-teorema yang digunakan pada teorema euler.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Fungsi ɸ Euler
Misalkan n adalah bilangan bulat positif dan a adalah bilangan bulat
yang relative prima dengan n, maka a ϕ (n ) ≡1 modn dengan ɸ(n) (ɸ dibaca phi)
adalah fungsi phi euler (Euler’s Torient Function), yaitu fungsi yang
menghitung banyaknya bilangan bulat positif kurang dari n yang relatif prima
dengan n.
Definisi 1 :
Sistem residu sederhana modulan adalah himpunan semua bilangan
bulat positif yang memenuhi (r,m) = 1, dengan ri ≠ rj (mod m) untuk i ≠ j
Contoh : {1,2,3,4,5,6,7,8} adalah himpunan semua residue terkecil 9.
Apabila dari unsur – unsur himpunan ini dipilih yang saling prima dengan 9
yaitu {1,2,4,5,7,8}, maka himpunan terakhir ini disebut system residu
sederhana mod 9. System residu sederhana mod 9 yang lain diantaranya
adalah {19, 11,22,5,16,98}.
Definisi 2 :
Misalkan m suatu bilangan bulat positif, maka ɸ (m) menyatakan
banyaknya elemen dari himpunan residu sederhana modulo m.
Contoh : Himpunan residu sederhana modulo 30 adalah
{1,7,11,13,17,19,23,29}. Banyaknya elemen dari himpunan ini adalah 8,
maka dikatakan bahwa ɸ(30) = 8.
Definisi 3 :
Suatu fungsi f yang didefinisikan pada himunan semua bilangan bulat
positif disebut fungsi ganda apabila untuk setiap bilangan – bilangan bulat
psotif m dan n dengan (m,n) = 1 maka f(mn) = f(m) f(n).
Lebih luas definisi 3 dapat dinyatakn sebagai berikut

3
F suatu fungsi fansa apabila untuk setiap bilangan bulat positif m1, m2,
m3,..., mk dengan (m1,m2) = 1untuk I,j = 1,2,3,..,k dan i ≠ j maka f (m 1, m2,
m3,...,mk) = f(m1), f(m2), f(m3),..., f(mk).
Contoh : Misalkan f (n) = n2, untuk setiap bilangan asli n. untuk sembarang
bilangan asli m dan n dengan (m,n) = 1, maka f (mn) = (mn) 2 = m2 n2 = f(m)
f(n). sehingga fungsi f tersebut adalah fungsi ganda.

B. Teorema Euler
Teorema 1 :
Jika p adalah bilangn prima, maka ϕ ( p )= p−1 Sebaliknya, jika p
adalah bilangan bulat positif dengan ϕ ( p )= p−1, maka p adalah bilangan
prima.
Bukti :
Nampak disini bahwa apabila p suatu bilangan prima, maka setiap
bilangan bulat positif yang kurang dari p selalu saling prima terhadap p,
sehingga ϕ ( p )= p−1 . Tetapi apabila n>1 suatu bilangan komposit, maka n
mempunyai suatu pembagi, misalnya d dengan 1<d <n , sehingga ada
sekurang – kurangnya dua bilangan dari 1,2,3,...,n yang tidak saling perima
terhadap n, yaitu sekurang – kurangnya d dan n. jadi ϕ ( n ) <n−2. Hal ini
membuktikan bahwa untukn>1 , ϕ ( n ) +n−1 jika dan hanya jika n suatu
bilangan prima.
Contoh : ϕ ( 5 )=5−1=4
Teorema 2 :
Apabila p suatu bilangan prima dan k suatu bilangan bulat positif,
maka ϕ ( pk ) =p k−1 ( p−1 )
Bukti :
Bilangan – bilangan bulat positif yang tidak lebih besar dari p k dan
tidak saling prima dengan pk adalah kelipatan – kelipatan dari p, yaitu p, 2p,
3p ,4p,...,pk p = pk. sehingga banyaknya bilangan bulat positif yang tidak lebih

4
besar dari pk-1 buah. Sedangkan banyaknya bilangan bulat positif yangtidak
lebih besar dari pk adalah pk .jadi banyaknya bilangan bulat positif yang
kurang dari pk dan yang saling prima dengan pk adalah sebanyaknya bilangan
bulat positif yang tidak lebih besar dari pk dikurangi banyaknya bilangan bulat
positif yang tidak lebih besar dari pk dan yang tidak lebih besar dari pk dan
yang tidak saling prima dengan pk, atau ditulis ϕ ( p )= pk −p k−1 (p−1)
Contoh : ɸ(64) = ɸ(26) = 26-1(2-1) = 32
Teorema 3 :
Apabila p adalah bilangan prima dan a adalah bilangan bulat positif.
Maka ϕ ( pa ) =p a− pa −1
Bukti :
Bilangan bulat positif yang kurang dari pa yang tidak prima relatif
terhadap p adalah bilangan bulat yang tidak melebihi pa yang dapat dibagi
oleh p. Bilangan ini adalah bilangan bulat kp, dimana 1<k < p a−1. Karena tepat
pa−1 bilangan bulat seperti bilagna bulat pa− p a−1 yang kurang dari p a yang
prima relatif terhadap pa . Karena itu, ϕ ( pa ) =p a− pa −1
Contoh : ɸ (32) = 32 – 32-1 = 9 – 3 = 6
Teorema 4 :
Misalkan m dan n adalah bilangan bulat positif yang prima relatif,
maka ϕ(mn) = ϕ(m) ϕ(n).
Bukti : kita susun semua bilangan bulat positif dari 1 sampai dengan mn
menjadi m baris dan n kolom sebagai berikut.
1 m+1 2m+1...(n-1)m+1
2 m+2 2m+2...(n-1)m+2
3 m+3 2m+3...(n-1)m+3
.
.
r m+r 2m+r...(n-1)m+r
.

5
.
m 2m mn
perhatikan kolom pertama, yaitu barisan 1,2,3,..,r,..,m. dalam barisan
ini ada ɸ(m) bilangan yang saling prima dengan m. sekarang perhatikan
bilangan – bilangan pada garis ke – r setiap bilangan pada baris ini memenuhi
km + r = r(mod m). jika (m,r) = d, maka (km + r, m) = 1 pula. Jadi jika mdan r
saling prima, maka setiap bilangan pada baris ke – r semuanya saling prima
dengan m. karena pda kolom pertama ada ɸ (m) bilangan yang saling prima
dengan m, maka ɸ (m) baris yang setiap elemennya saling prima dengan m.
Misalkan (r,m) = 1 dan perhatikan bilangan – bilangan pada baris ke –
r yaitu r, m + r, 2m + 3m + r,...,(n-1)m+r. jelas bahwa pada baris ini tidak ada
dua bilangan yang kongruen modulo n, sebab jika ada dua bilangan yang
kongruen mon n, misalnya,
sm + r = t m + r (mod n) dengan 0 ≤ s,t < n
sm ≡ t m (mod n)
s ≡ t (mod n), sebab (m,n) = 1
karena 0< s , t< n dan 0 ≤t <n serta s ≡t (mod n), maka s = t. berarti dua
bilangan tersebut sam. Jadi baris ke – r tidak ada bilangan – bilangan yang
kongruen mod n, sehingga residu terkecil modulo n dari bilangan – bilangan
pada baris ke – r adalah suatu permutasi dari 1,2,3,...,n-1. Bilangan – bilangan
ini mempunyai f (n) bilangan yang saling prima dengan n, maka ada f(m) ɸ(n)
bilangan yang saling prima dengan m maupun dengan n. Mengingat suatu
bilangan yang saling prima dengan m maupun n, maka bilangan itu saling
prima dengan mn pula. Sehingga disimpulkan bahwa ɸ(mn) = ɸ(m) ɸ(n)
contoh : ɸ(6) = 2 dan ɸ(5) = 4, maka ɸ(30) = ɸ(6) . ɸ(5) = 2 . 4 = 8
Teoreme 5 :
Jika a suatu bilangan bulat positif yang mempunyai bentuk kanonik
P1a1, P2a2,..., Pkak, maka...
ɸ (n) = P1a1-1 (P1 – 1), P2a2 (P2 – 1), ... , Pkak-1 (Pk – 1)
atau ɸ (n) = π ki=1Piai-1 (Pi – 1)

6
Bukti :
Dengan Pi adalah bilangan – bilangan prima yang berbeda untuk i =
1,2,...,k, maka
ɸ (n) = ɸ (P1a1 P2a2 ... Pkak)
= ɸ(P1a1) ɸ(P2a2) ... ɸ(Pkak)
= P1a1-1(P1 – 1) P2a2-1(P2 – 1) ... Pkak-1(Pk – 1)

Selanjutnya, ɸ ( n ) =n 1− ( 1
P1
1−)(
1
P2
… 1−
1
) (
Pk )
Contoh :
1) ɸ (360) = ɸ (23.32.5) = ɸ (23) . ɸ (32) . ɸ (5)
= 23-1 (2-1) . 32-1 (3-1) . 51-1 (5-1) = 96

2) ɸ ( 360 ) =ɸ ( 2 . 3 .5 )=360 1−
3 2
( 12 )(1− 13 )( 1− 15 )=96
Teorema 6 :
Untuk setiap bilangan bulat positif n > 2, maka ɸ (n) suatu bilangan
genap.
Bukti :
Buatlah contoh – contoh nilai – nilai ɸ (n) untuk n > 2, ɸ (3) = 2, ɸ (4)
= 2, ɸ (5) = 4, ɸ (6) = 2, dan seterusnya. Adakah nilai – nilai ɸ (n) tersebut
ganjil? Misalkan n merupakan perpangkatan dari 2, misalnya n = 2 k dengan k
> 2, maka.
ɸ (n) = ɸ (2k) = 2k-1 (2 – 1) = 2k-1
Nampak disini bahwa ɸ (2k) suatu bilangan genap. Sekarang ambil
sembarang bilangan bulat positif n > 2. Apabila n suatu bilangan prima, maka
n prima ganjil sehingga ɸ (n) = n – 1. Jadi ɸ (n) bilangan genap, dan apabila n
suatu bilangan komposit, maka n mempunyai factor prima gankil p, misalnya
n = P = Pk m dengan (Pk, m) = 1 sehingga,
ɸ (n) = ɸ (Pkm) = ɸ (Pk) ɸ (m) = Pk-1 (P-1) ɸ (m)

7
Karena p bilangan ganjil, maka p -1 suatu bilangan genap, sehingga P k-
1
(P-1) ɸ (m) suatu bilangan genap pula. Jadi ɸ (n) suatu bilangan genap.
Teorema 7 :
∑ ɸ ( t ) =n
Untuk setiap bilangan bulat positif n, maka
t ∨12
Bukti :
Perhatikan bilangan bulat positif 1,2,3,4,...,n. Kita akan meletakkan
bilangan ini dalam himpunan Ct dengan t|n, yaitu bilangan itu yang dengan n,
factor persekutuan terbesarnya sama dengan t. Dengan kata lain,
m∈Ct jika dan hanya jika (m,n) = t

sedangkan (m,n) = t jika dan hanya jika ( mt , nt )=1


Menurut definisi fungsi ɸ Euler, banyaknya elemen dalam C t adalah

ɸ ( nt ). Maka banyaknya elemen penggabungan semua himpunan C adalah t

t∨n ( t )
∑ ɸ n
. Mengingat setiap bilangan 1,2,3,...,n hanya terdapat dalam tepat

t∨n ( t )
∑ ɸ ( t )= ∑ ɸ n =n
satu himpunan dari C , maka
t
t∨n
Contoh :
1,2,4,5,7,8 masing – masing adalah saling prima terhadap 9. Apabila
setiap bilangan tersebut dikalikan 10 menjadi 10,20,40,50,70,80. Selanjutnya,
jika bilangan – bilangan dicari residu terkecil modulo 9 maka diperoleh :
10 = 1 (modul 9)
20 = 2 (modul 9)
40 = 4 (modul 9)
50 = 5 (modul 9)
70 = 7 (modul 9)
80 = 8 (modul 9)
Jika ruas – ruas dari kekongruenan ini dikalikan, kita akan memperoleh
10,20,40,50,70,0 = 1,2,4,5,7,8 (mod 9)

8
106 (1,2,4,5,7,8) = 1,2,4,5,7,8 (mod 9)
106 = 1 (mod 9), Mengapa? Karena ɸ (9) = 6
Teorema 8 :
Jika (a,m) = 1 dan r 1 , r 2 , r 3 , … , r Φ(m) adalah bilangan – bilangan bulat
positif yang kurang dari m dan masing – masing prima dengan m, maka residu
– residu terkecil mod m dari bilangan – bilangan ar 1 , ar 2 , ar 3 ,… , ar Φ (m )
adalah suatu permutasi dari r 1 , r 2 , r 3 , … , r Φ(m).
Bukti :
ɸ (m) adalah banyaknya elemen dari himpunan {ar 1 , ar 2 , ar 3 , … , ar Φ(m)
. Untuk membuktikan bahwa residu – residu terkecil dari
ar 1 , ar 2 , ar 3 ,… , ar Φ (m ) }...(1) adalah suatu permutasi dari r 1 , r 2 , r 3 , … , r Φ(m),

kita harus menunjukan bahwa ar i ≢ ar j (mod m) untuk 1 ≤ i, j ≤ ɸ (m)


dengan i ≠ j serta masing – masing harus ditunjukkan saling prima dengan m.
misalkan ar i ≢ ar j (mod m) untuk 1 ≤ i, j ≤ ɸ (m) dengan i ≠ j.
karena (a,m) = , maka kita dapat melenyapkan a dari kekongruenan itu,
sehingga diperoleh r i ≡r j(mod m). dan karena ri dan rj masing – masing adalah
residu – residu terkecil modulo m, maka maka ri ≠ rj. Jadi jika ari ≢ arj (mod
m), maka ri ≠ rj. sehingga kontraposisinya benar pula bahwa jika ri = rj maka
ari ≡ arj (mod m) hal ini berarti bahwa bilangan-bilangan pada (1) tidak ada
yang kongruen mod m.
Selanjutnya akan ditunjukkan bahwa ar 1 , ar 2 , ar 3 ,… , ar Φ (m ) masing –
masing prima dengan m. Andaikan ada suatu bilangan prima P yang
merupakan factor persekutuan dari arid an m maka P|ari dan P|m. P|ari dan P
suatu bilangan prima, maka P|a atau P|r i. Jadi P merupakan factor prsekutuan
dari a, ri, dan m. hal ini tidak mungkin, karena (a,m) + (m, r i) =1. Jadi (ari, m)
=1 untuk 1 ≤ i, j ≤ ɸ(m).
Contoh : 1,3,5,7 masing – masing saling prima dengan 8 dan ɸ (8) = 4, maka
9.1, 9.3, 9.5, 9.7 masing – masing mempunyai residu terkecil mod 8 dengan
tepat satu dari 1,3,5 dan7, karena (8,9) = 1. Hal ini diperiksa sebagai berikut :

9
9.1 ≡ 1 (mod 8), 9.3 ≡ 3 (mod 8), 9.5 ≡ 5 (mod 8), dan 9.7 ≡ 7 (mod
8).
Teorema 9 :
Jika m suatu bilangan bulat positif dan(a,m) =1, maka a ɸ(m) ≡ 1 (mod
m).
Bukti :
Misalkan r 1 , r 2 , r 3 , … , r Φ(m) adalah bilangan – bilangan bulat positif
yang kuran dari m dan masing – masing prima dengan m. karena (a,m) = 1,
maka residu – reside terkecil modulo m dari ar 1 , ar 2 , ar 3 ,… , ar Φ (m ) adalah
suatu permutasi dari r 1 , r 2 , r 3 , … , r Φ(m) sehingga diperoleh.
(ar 1),(ar 2 ), (ar 3 ), … ,( ar Φ ( m) ) ≡ r 1 r 2 r 3 … r Φ(m ) (mod m)

arɸ(m) = [ r 1 , r 2 , r 3 , … , r Φ ( m) ] ≡ r 1 , r 2 , r 3 , … , r Φ(m) (mod m)


karena r 1 , r 2 , r 3 , … , r Φ(m) masing – masing saling prima dengan m,
maka hasil kali bilangan – bilangan itu saling prima dengan m. sehingga kita
dapat menyelenggarakan r 1 , r 2 , r 3 , … , r Φ(m) dari kekongruenan terakhir dan
diperoleh
aɸ(m) ≡ 1 (mod m)

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari makalah ini,yaitu:
1. Misalkan n adalah bilangan bulat positif dan a adalah bilangan bulat yang
relative prima dengan n, maka aØ(n) ≡ 1 modn dengan ɸ(n) (ɸ dibaca phi)
adalah fungsi phi euler (Euler’s Torient Function), yaitu fungsi yang
menghitung banyaknya bilangan bulat positif kurang dari n yang relatif
prima dengan n.

2.Teorema-teorema pada teorema euler ini meliputi:


1, Teorema 1: Jika p adalah bilangn prima, maka ϕ(p) = p – 1. Sebaliknya,
jika p adalah bilangan bulat positif dengan ϕ(p) = p – 1, maka p
adalah bilangan prima.
2. Teorema 2: Apabila p suatu bilangan prima dan k suatu bilangan bulat
positif, maka ɸ(pk) = pk-1(p-1).
3. Teorema 3: Apabila p adalah bilangan prima dan a adalah bilangan bulat
positif. Maka ɸ (pa)=pa – pa-1..
4. Teorema 4: Misalkan m dan n adalah bilangan bulat positif yang prima
relatif, maka ϕ(mn) = ϕ(m) ϕ(n).

B. Saran
Diharapkan kepada pihak guru, orangtua maupun peserta didik
bekerjasama dengan baik. Adakalanya bakat itu tidak disadari dengan cepat
tanpa adanya motivasi maupun dorongan dari faktor eksternal. Begitupun
untuk guru dan peserta didik haruslah cenderung terbuka satu sama lain agar
guru dapat mengenali bakat anak dan peserta didik dapat mengembangkan
bakatnya.

11
DAFTAR PUSTAKA

Sukarman, Herry. 1993. Materi Pokok Teori Bilangan. Jakarta: Universitas Terbuka,
Depdikbud.

Anda mungkin juga menyukai