Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH MATA KULIAH PENDALAMAN MATERI MATEMATIKA

KEPRIMAAN
Dosen Pengampu : Nursiwi Nugraheni, S. Si., M. Pd.

Disusun Oleh :

Izul Hana Maulida (1401421551)


Diva Trian Adilla (1401421552)
Fernanda Ade Yusuf F (1401421532)

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan hidayah nya kami
dari kelompok 7 dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Keprimaan, dengan tepat waktu.

Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada mata kuliah
Pendalaman Materi Matematika. Selain itu makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan tentang materi mengenai Keprimaan dan teori bilangan prima.

Kami dari kelompok 7 mengucapkan terimakasih kepada ibu Nursiwi Nugraheni, S. Si., M.
Pd, selaku dosen pengampu mata kuliah Pendalaman Materi Matematika yang telah
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi pembaca.
Dan kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah ikut berpartisipasi dalam
menyelesaikan makalah ini

Kami menyadari bahwa makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kami memerlukan kritik dan saran yang membangun untuk menyempurnakan
makalah ini.

Semarang, 7 Maret 2022

Kelompok 1

ii
DAFTAR ISI

JUDUL ....................................................................................................................................... i

DAFTAR ISI ...........................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1

A. LATAR BELAKANG ............................................................................................. 1

B. RUMUSAN MASALAH ........................................................................................ 1

C. TUJUAN .................................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................... 2

A. KEPRIMAAN……………............................................................................................. 3

I. Pengertian bilangan prima.................................................................................. 3

II. Sifat sifat bilangan prima ................................................................................ 3

III. Cara menentukan bilangan prima....................................................................... 5

IV. Teorema teorema bilangan prma........................................................................ 9

BAB III PENUTUP ................................................................................................................. 15

A. KESIMPULAN ........................................................................................................... 15

B. SARAN ....................................................................................................................... 15

BAB IV DAFTAR ISI ............................................................................................................. 15

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Teori bilangan adalah salah satu dasar dalam matematika, khusunya aljabar. Himpunan
semesta (semesta pembicaraan) dalam teori bilangan adalah himpunan semua bilangan
bulat. Bahkan dalam beberapa pembahasan hanya terbatas pada himpunan bilangan asli.
Teori bilangan berisi penelaahan sifat- sifat bilangan bulat dan penerapannya dalam
kehidupan sehari-hari. Bilangan prima merupakan pokok bahasan yang cukup populer
dalam ranah ilmu teori bilangan. Suatu bilangan bulat p yang lebih dari satu dikatakan
prima jika faktor positif dari p hanyalah 1 dan p. bilangan yang lebih dari satu tetapi
tidak prima dikatakan komposit. Bilangan prima banyak digunakan oleh matematikawan
dalam berbagai bidang seperti kriptografi dan game theory. Bilangan prima sudah mulai
dipelajari dari zaman yunani kuno. Meskipun begitu, kajian mengenai bilangan prima
baru berkembang ketika seorang matematikawan Prancis yang bernama Fierre de Fermat
menemukan hubunga n antara bilangan prima dengan aritmatika modular pada abad ke-
17. Beberapa algoritma untuk menentukan keprimaan suatu bilangan sudah banyak
ditemukan. Meskipun begitu algoritma tersebut masih kurang efisien untuk kebutuhan
permasalahan saat ini. Meskipun algoritma untuk menentukan keprimaan suatu bilangan
yang sudah ditemukan masih terhitung lambat untuk permasalahan saat ini, suatu
algoritma probabilistic dapat dibentuk dengan menggunakan teorema fermat. Karena
sifat probabilistic ini, hasil dari algoritma ini tidaklah eksak melainka n merupakan
probabilistic. Meskipun begitu, kemungkinan algoritma ini menghasilkan kesalahan
dapat diminimalisasi dengan menggunakan beberapa perhitungan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian bilangan prima dan komposit?
2. Bagaimana sifat sifat bilangan prima?
3. Bagaimana cara menentukan bilangan prima?
4. Bagaimana teori toeri bilangan prima?

1
C. Tujuan

1. Mengetahui pengertian bilangan prima dan komposit.


2. Mengetahui sifat sifat bilangan prima
3. Mengetahui cara menentukan bilangan prima.
4. Mengetahui teorema-teorema bilangan prima.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN BILANGAN PRIMA DAN KOMPOSIT


Bilangan prima adalah bilangan asli p>1 yang mempunyai 2 faktor pembagi, yaitu 1 dan
bilangan itu sendiri. Sedangkan bilangan komposit adalah bilangan yang mempunyai lebih
dari 2 buah pembagi. Dengan menggunakan angka bilangan prima ini, kita dapat
menentuka n angka 2 dan 3 mewakili bilangan prima, karena hanya bisa dibagi dengan
angka satu dan angka itu sendiri. Dengan angka 4 tidak termasuk yang prima karena ia
dapat dibagi dengan angka tiga buah angka (pembagi): 1, 2, dan 4. Sebaliknya, dengan
prima hanya dapat dibagi dengan 2 angka. Sebuah bilangan bulat 𝑝 > 1 disebut bilangan
prima, atau prima, jika tidak ada pembagi d dari p yang memenuhi 1 < 𝑑 < 𝑑. Jika sebuah
bilangan bulat 𝑝 > 1 bukan bilangan prima, maka 𝑝 dinamaka n bilangan komposit. Contoh:
1. 2, 3, 4 dan 7 adalah bilangan-bilangan prima, karena pembaginya adalah 1 dan bilangan
itu sendiri. Sedangkan 4, 6, 8 dan 9 adalah bilangan komposit, seperti 4 memiliki pembagi
1, 2 dan 4 ; 6 memiliki pembagi 1, 2, 3 dan 6. 2. −3, −5 bukan bilangan prima, demikian
pula −6, −8 bukan bilanga n komposit, karena bilangan prima dan komposit itu lebih besar
dari 1 atau bilangan bulat positif lebih dari 1.

B. SIFAT SIFAT BILANGAN PRIMA

1) Terdapat tak-hingga banyak bilangan prima


Bilangan prima sebagai bilangan yang unik selalu menggoda kengintahuan para
matematikawan. Di antara hal yang ingin diketahui oleh para matematikawan adalah
apakah terdapat tak-hingga bilangan prima atau tidak. Hal ini kembali
dibuktikan oleh Euclid di bukunya yang sama Elements. Di buku tersebut Euclid
memaparkan teoremanya yang singkat, padat, dan jelas. Teorema tersebut
berbunyi “Terdapat tak hingga banyaknya bilangan prima”. Pembuktian teorema
tersebut adalah sebagai berikut :

3
Misal terdapat hingga banyaknya bilangan prima, sebut saja sebanyak n. Maka
misalkan p1= 2, p2 = 3, p3 = 5, p4 = 7, …., sampai pn blangan prima
terakhir.

Sekarang perhatikan
bilangan berikut :
P = p1p2p3….pn + 1
Berdasarkan Teorema Dasar Aritmatika, P pasti
memilliki minimal satu faktor prima, sebut saja p. Namun bilangan prima hanya
terdiri dari p1,p2,….,pn, sehingga p haruslah sama dengan salah satu dari p1,p2,
….,pn. Artinya selain p | P juga p | p1p2p3….pn.
Akibatnya p | (P - p1p2p3….pn), atau p | 1. Tetapi tidak mungkin bilangan prima
membagi 1. Kontradiksi! Artnya terdapat tak hingga banyaknya bilangan prima.[5]
Pembuktian Euclid di atas merupakan contoh sebuah pembuktian elegan dengan
menggunakan kontradiksi. Hasilnya terbukti terdapat tak hingga banyaknyabilangan
prima.

2) Bilangan prima ke-n lebih kecil atau sama dengan


Dalam bahasa matematika : Jika pn adalah bilangan prima ke n, maka pn ≤ 22n-1
Pembuktiannya adalah sebagai berikut :Akan digunakan induksi
matematika. Untuk n=1,
p1 ≤ 22(1-1) = 2 , benar.
Misal benar untuk semua bilangan prima
kurang dari atau sama dengan n. Maka dengan memanfaatkan langkah pembuktian
di bagian sebelumnya,
pn+1 ≤ p1p2p3….pn + 1

pn+1 ≤ 2∙22∙….∙ 22(n-1) +1= 21+2+2*2+ ..+2(2n-1) +1

Sementara, 1+2+22 +…+2n_1 = 2n – 1,

4
sehingga

pn+1 ≤ 22*n-1 +1

Padahal 1 ≤ 22n-1 untuk semua n, seingga pn+1 ≤ 22*2n- 1 + 22*n-1

pn+1 ≤22n

Induksi selesai. Terbukti pn ≤ 22n-1

Adapun beberapa sifat-sifat lainya dari bilangan prima. Di antaranya adalah :


1. Semua bilangan prima adalah ganjil kecuali 2.
2. Banyaknya bilangan prima adalah tak terhingga.
3. Bilangan yang berakhiran (angka satuannya)  2, 4, 5, 6, 8, dan 0 adalah bukan
bilangan prima. kecuali bilangan 2 dan 5.
4. Sebuah teorema mengatakan. Yaitu teorema Hadamard Poussin yang
mengatakan bahwa, Banyaknya bilangan prima untuk x mendekati tak hingga

dinyatakan dengan pendekatan mendekati 


 
Dari sifat nomor 1 dikatakan bahwa semua bilangan prima adalah ganjil kecuali 2.
Sekarang bagaimana dengan bilangan prima ganjil yang berurutan. Dua bilangan
prima yang ganjil yang berurutan disebut bilangan prima kembar.
Bisa dituliskan p dan p+2. Dan keduanya merupakan bilangan prima. Mempunyai
selisih 2

C. CARA MENENTUKAN BILANGAN PRIMA

Terdapat beberapa cara atau rumus untuk menentukan bilangan prima, yaitu:
a. Metode Eratosthenes
Suatu metode untuk mendapatkan bilangan-bilangan prima yanglebih kecil dari bilangan
yang ditentukan, pertama dibuat olehmatematikawan Yunani, Eratosthenes lebih dari 2000
tahun yang lalu.Metode ini dikenal dengan sebutan “The Sieve of Eratosthenes”.
Misalnyaakan dicari bilangan - bilangan prima yang kurang dari 100.
5
Mula- muladibuat tabel yang memuat angka dari 1 sampai dengan 100. Lihat tabelbeerikut:
“The Sieve of Eratosthenes”

Selanjutnya mengikuti proses berikut:


1. Silanglahlah angka 1, karena kita tahu bahwa 1 bukan bilangan prima.
2. Lingkarilah angka 2 (bilangan prima terkecil). Kemudian silangla h setiap angka
kelipatan 2, sehingga bukan bilangan prima.
3. Lingkarilah angka 3, kemudian silanglah semua angka kelipatan 3 (yang belum
disilang).
4. Lingkarilah angka 5, kemudian silanglah semua angka kelipatan 5 (yang belum
disilang).
5. Bilangan berikutnya adalah 7, maka lingkarilah angka. Kemudian setiap kelipatan
angka 7. Karena 7 adalah bilangan prima terbesar yang kurang dari √100 = 10, maka
semua bilangan yang tersisa adalah bilangan prima.
(Angka pada tabel yang diwarnai adalah angka yang dicoret)

6
Jadi bilangan prima dari 1 sampai 100 adalah:

2, 3, 5, 7, 11, 13, 17, 19, 23, 29, 31, 37, 41, 43, 47, 53, 59, 61, 67, 71, 73,79, 83, 89, dan 97.

Proses tersebut sederhana, karena untuk menyilang kelipatan 3 (sebagaicontoh) tidak harus
dengan mengecek keterbagian dengan 3, tetapi cukupdengan menyilang setiap angka ketiga.
Jadi siapapun yang dapat membila ngmampu mendapatkan bilangan prima dengan metode
ini.

Untuk dapat mendapatkan bilangan prima lebih kecil dari 100 dapatdilakukan pula dengan
cara berikut:

1. Tentukan bilangan prima terbesar yang kurang dari atau sama dengan √100
(dalam hal ini 7)

2. Silanglah kelipatan-kelipatan dari bilangan prima sampai dengan 7

3. Semua bilangan yang tersisa adalah prima.

Untuk menemukan semua bilangan prima yang lebih kecil dari 𝑛 dapat dilakukan sebagai
berikut :

1. Tentukan bilangan prima terbesar yang kurang dari atau sama √ 𝑛.


2. Silanglah kelipatan-kelipatan dari bilangan prima yang kurang dari atau sama
dengan √𝑛.
3. Semua bilangan yang tersisa adalah bilangan prima

b. Menggunakan formula 𝑛2 − 𝑛 + 41.


formula tersebut juga merupakan suatu rumusan yang pernah tercatat dalam sejarah pencarian
bilanga n prima. Berikut ini adalah daftar untuk mengecek formula 𝑓 (𝑛) = 𝑛2 − 𝑛 + 41

n f(n) n f(n) N f(n) n f(n)


7
1 41 11 151 21 461 31 971
2 43 12 173 22 563 32 1033
3 47 13 197 23 547 33 1097
4 53 14 223 24 593 34 1163
5 61 15 251 25 641 35 1231
6 71 16 281 26 691 36 1301
7 83 17 313 27 743 37 1373
8 97 18 347 28 797 38 1447
9 113 19 383 29 853 39 1523
10 131 20 421 30 911 40 1603

Bila kita lanjutkan untuk 𝑛 = 41 maka akan didapat:


𝐹 (41) = 412 − 41 + 41 = 41.41 = 1681
Ternyata 1681 habis dibagi oleh satu, 41, dan 1681 (mempunyai 3 pembagi). Maka 𝑓
(41) bukan bilangan prima. Akibatnya rumusan ini gagal (tak berlaku umum) untuk
mencari bilangan prima.

c. Rumus lain yang pernah juga tercatat dalam sejarah adalah rumus fermat,

yaitu 𝑓 (𝑛) = 22𝑛 + 1. Sama halnya dengan kedua rumus diatas, rumus ini gagal juga
sebagai rumus untuk mencari bilangan prima, karena 𝑓(5) = 202 + 1 = 429496296 +
1 = 4292967297 = 641.6700417.
Jadi 𝑓(5) bukan bilangan prima.
Fermat telah menduga bahwa rumus tersebut adalah menghasilkan bilanga n prima.
Untuk 𝑛 = 0, 1, 2, 3, 4 ini merupakan benar bilangan prima. Tetapi pertumbuhan
bilangannya sangat besar. Sehingga membuat orang malas menguji kebenaran
bilangan itu untuk 𝑛 yang selanjutnya.

8
Tetapi pada tahun 1732 Leonhard Euler membuktikan bahwa untuk n=5, G(5)=4.
294.967.297 bukan merupakan bilanga prima. Karena nilai itu sama dengan 641 dikali
6.700.417.
Kemudian pada tahun 1880, F.Landry menunjukan bahwa untuk n=6 juga bukan
merupakan bilangan prima. Dan pada awal tahun 1970 untuk n=7 juga bukan
merupakan bilangan prima.
Dan dengan menggunakan computer ternyata yang merupakan bilanga n prima
hanya lima angka pertama saja. Meskipun gagal, tetapi usaha fermat sangat hebat.

d. Rumusan lain yang juga ada dalam catatan sejarah matematika untuk mencari
bilangan prima adalah 𝑓(𝑛) = 𝑛2 + 79𝑛 + 1601. Namun rumusa ini gagal juga
sebagai rumus untuk mencari bilangan prima, karena untuk 𝑛 = 81 menghasilkan 𝑓
(81) = 1763 = 41.43. ini menunjukan bahwa 𝑓 (81)bukan bilangan prima.

e. Terdapat pula sebuah bilangan prima besar, bilangan tersebut adalah 211219 − 1,
ditemukan di university of Illinois. Bilangan prima ini pernah merupakan salah satu
lambang dalam benda pos (mungkin sebagai perangko).

D. TEOREMA TEOREMA

1. Teorema Terdapat tak hingga banyaknya bilangan prima.

Andaikan terdapat berhingga bilangan prima dan

misalkan   merupakan himpunan semua bilangan prima.


Tinjau bilangan  . Pertama-tama, jelas bahwa dari definisi 
,   lebih besar dari semua anggota   sehingga   bukanlah bilangan prima.
Akibatnya,   harus memiliki suatu faktor prima   yang merupakan anggota  ,
misalkan  . Diperoleh
9
  

yang merupakan sebuah kontradiksi.Apakah 21 merupakan bilangan prima?


Bagaimana dengan 191? Relatif mudah untuk mengecek apakah-apakah bilangan
tersebut merupakan bilangan prima, sebab ukurannya yang kecil memungkinkan kita
untuk mengecek satu per satu bilangan yang mungkin habis membagi mereka.
Namun, bagaimana jika kita perlu mengecek apakah 49587137 prima? Kurang praktis
apabila kita harus mengecek semua bilangan yang kurang dari 49587137 membagi
49587137 atau tidak.

Berikut diberikan suatu kriteria untuk mengecek keprimaan suatu bilangan dengan
cara yang cukup efisien.

2. Teorema Jika bilangan asli   merupakan bilangan komposit, maka   memiliki faktor
prma yang tidak lebih dari  Andaikan   di mana   merupakan bilangan
asli yang lebih dari 1 dan   merupakan faktor terkecil  . Jelas bahwa   merupakan
bilangan prima, sebab jika tidak, maka terdapat bilangan asli   yang habis
membagi   dan karena   dan  , maka   kontradiksi dengan minimalitas 
.
Karena   merupakan faktor terkecil  , maka  . Diperoleh   
sehingga  . Jadi, terbukti bahwa   memiliki faktor prima yang tidak lebih
dari  . Di sekolah dasar, kita pernah diajarkan untuk mencari faktorisasi prima
bilangan-bilangan asli (biasanya menggunakan pohon faktor). Sebagai
contoh,   dan  . Faktorisasi prima
tidak lain merupakan cara menyatakan suatu bilangan asli sebagai perkalian bilangan-
bilangan prima. Namun, apakah semua bilangan asli selalu dapat dinyatakan sebagai
perkalian bilangan-bilangan prima? Jawabannya adalah ya! Ini dijamin oleh teorema
fundamental aritmatika, yang merupakan landasan utama teori bilangan.

3. Teorema Fundamental Arimatika


Setiap bilangan asli   dapat dinyatakan sebagai hasil kali bilangan-bilangan
prima secara tunggal. Misalkan   merupakan suatu faktor prima  . Jika  ,

10
maka   merupakan faktorisasi prima dari  . Jika  , maka   
untuk suatu bilangan asli  . Jika   prima, maka   merupakan
faktorisasi prima dari  . Jika   komposit, diperoleh   suatu bilangan
prima   dan bilangan asli   sehingga  . Jika   prima,
maka   merupakan faktorisasi prima  , sedangkan jika   komposit,
algoritma dapat kita lanjutkan terus menerus hingga diperoleh barisan bilangan
asli  . Algoritma ini akan berhenti dengan sebanyak berhingga
langkah, sehingga   dan diperoleh  . Terbukti bahwa setiap
bilangan asli dapat dinyatakan sebagai hasil kali bilangan-bilangan prima.

Selanjutnya, akan kita buktikan bahwa representasi ini tunggal. Diandaikan terdapat
bilangan asli   yang memiliki dua faktorisasi prima berbeda, yaitu

  

dengan   prima dengan   


dan   dan  -tupel   berbeda dengan  -
tupel  . Jelas bahwa   dan  , sebab jika salah satu dari   
atau   bernilai 1, maka   harus prima dan jelas bahwa   memiliki faktorisasi prima
tunggal. Misalkan pula   merupakan {bilangan terkecil} yang memiliki dua
faktorisasi prima berbeda.

Apabila terdapat   dan   sehingga  , maka

  

dan diperoleh suatu bilangan asli yang kurang dari   namun memiliki dua faktorisasi
prima berbeda. Kontradiksi. Jadi,   untuk setiap   dan  .
Tanpa mengurangi keumuman, misalkan  . Dengan algoritma pembagian,
untuk setiap  , terdapat suatu bilangan asli   sehingga   
dengan  . Jadi

  

11
Perhatikan bahwa dengan
mengekspansi  ,
diperoleh   untuk suatu bilangan asli  .
Misalkan  , maka diperoleh  .
Akibatnya   sehingga   dan   untuk suatu bilangan asli 
. Jika  , maka   merupakan faktorisasi prima dari   sedangkan
jika   kita nyatakan   sebagai perkalian bilangan-bilangan prima,
yaitu  . Jadi,   merupakan faktorisasi prima dari  .

Di sisi lain, karena   maka setiap faktor primanya kurang dari  . Akibatnya,
jika kita nyatakan   ke dalam hasil kali bilangan-bilangan prima,

diperoleh   dengan   bilangan prima dan   untuk


setiap  .

Dari sini, diperoleh   merupakan dua faktorisasi prima


berbeda dari  . Karena  , diperoleh kontradiksi dengan minimalitas  .

Dari teorema di atas, dapat disimpulkan bahwa setiap bilangan asli   dapat
dinyatakan secara tunggal dalam bentuk

  

di mana   adalah bilangan-bilangan prima berbeda dan   


bilangan asli. Representasi ini seringkali disebut sebagai faktorisasi kanonik dari  .

Apakah bilangan prima memiliki pola? Definisi pola sebenarnya cukup rancu, namun
jika pola yang dimaksud adalah berbentuk polinomial, maka jawabannya adalah tidak
ebagaimana akan kita lihat pada contoh berikut.

4. Teorema Diberikan bilangan bulat  . Tidak terdapat polinomial   dengan


koefsien bulat sedemikian hingga   prima untuk setiap bilangan bulat   
dengan  .
Andaikan terdapat polinomial

12
  

dengan   bulat dan   sedemikian hingga   prima untuk


setiap  .

Misalkan   untuk suatu bilangan prima  . Untuk setiap bilangan asli  .


Cukup mudah untuk membuktikan bahwa jika   adalah polinomial dengan
koefisien bulat, maka   habis membagi   untuk setiap bilangan bulat
berbeda  . Akibatnya, diperoleh   habis membagi   untuk
setiap bilangan asli  . Namun, karena  , maka   habis membagi 
. Akan tetapi, karena  , maka   prima
sehingga   untuk setiap bilangan asli  . Ini merupakan kontradiksi,
sebab jika dimisalkan  , maka polinomial   memiliki tak hingga
banyak akar sehingga   haruslah polinomial nol dan diperoleh   merupakan
polinomial konstan. [/learn_more]

Meskipun tidak ada formula pasti untuk mencari bilangan prima, kita telah
mengetahui bagaimana sifat persebaran bilangan prima. Jika   sebagai banyaknya
bilangan prima yang tidak lebih dari  , sebagai contoh  ,
maka kita punya

  

Hasil di atas dikenal sebagai \textit{prime number theorem}. Pembuktian teorema


tersebut membutuhkan pengetahuan mengenai teori bilangan analitik (\textit{analytic
number theory}) yang mumpuni sehingga tidak akan kita buktikan di tulisan ini.
Selain \textit{prima number theorem}, hasil berikut juga tidak kalah cantiknya dan
sangat layak untuk diketahui meskipun buktinya sulit.

5. Teorema Dirichlet Theorem
Jika   dan   adalah bilangan asli yang relatif prima, maka terdapat tak hingga
bilangan prima pada barisan aritmatika  .
13
6. Teorema Bertrand’s Postulate
[box] Untuk setiap bilangan asli  , terdapat bilangan prima   yang terletak di
antara   dan  . [/box]

7. Teorema Green-Tao Theorem
Untuk setiap bilangan asli  , terdapat barisan aritmatika dengan   suku yang semua
sukunya prima

Masih sangat banyak hal yang belum kita ketahui tentang bilangan prima. Berikut
adalah dua konjektur yang dapat dikatakan paling terkenal dan paling tua terkait
bilangan prima.

1. Konjektur [Goldbach]]Setiap bilangan genap   yang lebih dari 2, dapat


dinyatakan sebagai jumlahan dua bilangan prima
2. Konjektur [Twin Prime]
Terdapat tak hingga bilangan prima   sedemikian hingga   juga merupakan
bilangan prima.

14
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Bilangan prima adalah bilangan asli yang tepat mempunyai 2 faktor pembagi, yaitu 1
dan bilangan itu sendiri. Sedangkan bilangan komposit adalah bilangan yang
mempunyai lebih dari 2 buah pembagi.

B. Saran

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini, masih banyak terdapat
kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami mengharapkan
sumbangsi pikiran dari para pembaca demi penyempur naa n makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA

https://asimtot.wordpress.com/2010/04/26/bilangan-prima-rumus-prima-yang-gagal-dan-
tentang-prima-yang-lain/

Hartni, Novi. (2011). “Cara Mencari Bilangan Prima dengan SaringanErtosthenes”.

https://novihartini.wordpress.com/2011/01/18/cara-mencari-bilangan- prima-dengan-saringan-
erastotenes/

Sukirman, (2013). Teori Bilangan. Yogyakarta: UNY Press.

https://teoribilangan.mipa.ugm.ac.id/2020/10/20/bilangan-prima/

Anda mungkin juga menyukai