FUNGSI τ Dan ơ
Definisi 4.2
Misalkan n suatu bilangan bulat positif τ (n) menyatakan banyaknya pembagi bulat positif dari n.
Contoh :
1) Pembagi-pembagi bulat positif dari 12 adalah 1,2,3,4,6,dan 12,maka T (12) = 6
2) Pembagi-pembagi bulat positif dari 15 adalah 1,3,5,dan 15,maka T (15) = 4
3) Pembagi-pembagi bulat positif dari 13 adalah 1 dan 13,maka T (13) = 2
4) Periksalah bahwa τ (1) = 1, τ (2) = 2, τ (3) = 2, τ (4) = 3, τ (5) = 2, τ (6) = 4, τ (8) = 4,
Apabila p suatu bilangan prima, maka τ (p) = 2
τ (n) yaitu banyaknya pembagi bulat positif dari n sering dinyatakandengan rumus yang
menggunakan notasi ∑ (sigma). Berikut ini beberapa contoh definisi notasi ∑.
Contoh :
1) n = a1 + a2+ a3 + a4 + a5
2) = 2 + 3 + 4 + 5 + 6
3) = 3 + 3 + 3 + 3 + 3
Dari beberapa contoh pemakaian notasi ∑ tersebut, τ (n) dapat dirumuskan sebagai berikut :
τ (n) = untuk n ≥ 1
Jadi τ(n) merupakan penjumlahan dari 1 sebnyak pembagi bulat positif dari n.
Contoh :
1) Semua pembagi bulat positif dari 32 adalah 1,2,4,8,16 dan 32,maka
= 1 + 1 + 1 + 1+ 1 + 1 = 6
2) Semua pembagi bulat positif dari 48 adalah 1,2,3,4,5,6,8,12,16,24,dan 48,maka
= 1 + 1 + 1 + 1 + 1 + 1 + 1 + 1 + 1 + 1 = 10
3) Periksalah bahwa = 1, = 1 + 1 = 2, = 1 + 1 + 1 = 3, 1 + 1+ 1 + 1 = 4,
Jika p suatu bilangan prima,maka = 1 + 1 = 2
Dari uraian dan contoh-contoh di atas dapat dipahami bahwa apabila p suatu bilangan
prima,maka pembagi-pembagi bulat positifnya hanyalah 1 dan p saja,sehingga τ(p) = 2
Pembagi-pembagi bulat positif dari p2adalah 1,p dan p2 sehingga τ(p2) = = 1 + 1 + 1 = 3
Periksalah bahwa τ(p3) = 4, τ (p4) = 5, τ(p5) = 6. Nampak bahwa jika k suatu bilangan bulat
positif,maka τ(pk) = k + 1. Ingat bahwa p disini adalah suatu bilangan prima.
Contoh :
1) 64 = 26, maka τ (64) = τ(26) = 6 + 1 = 7
Periksalah dengan mencacah semua pembagibulat positif dari 64
2) τ(243) = τ(35) = 5 + 1 = 6
3) Periksalah bahwa τ(32) = 6, τ(16) = 5, τ (81) = 5, τ(125) = 4 dan τ (2401) = 5,
Sekarang,apabila p1 dan p2keduanya adalah bilangan prima dan n = p 1p2, maka pembagi-pembagi
bulat positif dari n adalah 1,p1p2 dan p1p2 = n sehingga τ(n) = 4.
Jika m = p1p2, maka pembagi-pembagi bulat positif m dapat disusun sebagai berikut :
1, p2 , p22, p23
P1, p1p2, p1p22, p1p23
2
P1 , p12p2, p12p22, p12p23= m
Nampak pada daftar ini bahwa τ(p12p23) = 3 x 4 = 12
Contoh :
1) τ(144) = τ(24 . 32) = 5 x 3 = 15
2) τ(1323) = τ (33 . 72) = 4 x 3 = 12
3) Periksalah bahwa τ(675) = 12, τ (784) = 15
Dapatkah anda membuktikan bahwa apabila n = pkqt dengan p dan q bilangan-bilangan prima
yang berlainan dan k,t adalah bilangan-bilangan bulat positif, maka : τ(n) = τ(p kpt) = (k + 1) (t +
1)
Bukti :
Semua pembagi bulat positif dari n = pkptdapat disusun daftar sebagai berikut :
1, p, p2, p3, …., pk
2 3
q, pq, p q, p q, …., pkq
q2, pq2, p2q2, p3q2, ….., pkq2
………………………………………….
q2, pq2, p2q2, p3q2, ….., pkqt= n
Nampak pada daftar tersebut bahwa :
τ (n) = τ(pkqt) = (k + 1) (t + 1)
Kita telah mengetahui teorema dasar aritmatika,yaitu bahwa setiap bilangan bulat positif yang
lebih besar dari 1 dapat difaktorkan secara tunggal atas factor-faktor prima.
Missal: 72 = 23 . 32, 300 = 22 . 3 . 52
Setiap bilangan bulat positif n ≥ 1 untuk setiap i =1,2,3,…k
Teorema 4.9
Apabila bentuk kanonik dari bilangan bulat n adalah p1a3,p232,p3a3,….pkak,maka:
τ (n) = (a1 + 1) (a2 + 1) (a3 + 1) … (ak + 1)
Bukti :
Apabila d suatu pembagi bulat positif dari n,maka :
d = p1t1,p2t2,….pktk dengan 0 ≤ t1 ≤ a1
maka banyaknya pembagi bulat positif dari n merupakan hasil kali banyaknya pilihan yang
mungkin untuk ti dari (ai + 1) pilihan. Sehingga diperoleh τ(n) = (a1 + 1) (a2+ 1) (a3 + 1) … (ak +
1)
Rumus τ(n) tersebut sering dinyatakan dengan notasi П (pi). Berikut ini diberikan definisi contoh
pemakaian notasi П
Contoh :
1) di = d1 . d2 . d3 . d4 . d5
2) f(n) = f(1) . f(2) . f(3) . f(4)
3) (di + 1) = (d1 + 1) (d2 + 1) (d3 + 1) … (dn + 1)
τ ( n) = (ai+ 1)
Contoh :
1) 1260 = 22 . 32 . 5 . 7,maka
τ (1260) = t (22. 32 . 5 . 7) = (2 + 1) (2 + 1) (1 + 1) (1 + 1) = 36
2) 33.075 = 33 . 52 . 72, maka
τ (33 . 52. 72) = (3 + 1) (2 + 1) (2 + 1) = 36
3) Periksalahbahwa τ (2310) = 10, τ(210) = 8, τ(1.156) = 9
Sekarang kita akan memperhatikan hasilkali pembagi-pembagi bulat positif dari suatu bilangan
bulat positif n.
Contoh :
1) Pembagi-pembagi bulat positif dari 12 adalah 1,2,4,6 dan 12. τ(12) = 6
Hasilkan semua pembagi bulat positif dari 12 ditulis dengan notasi K (12) maka :
K(12) = 1 . 2 .3 . 4 . 6 . 12
= (1 . 12) (2 .6) (3 . 4)
= 12 . 12 .12
= (12)3
2) Semua pembagi bulat positif dari 28 adalah 1,2,4,7,14 dan 28. τ(28) = 6
Hasil kali semua pembagi bulat positif dari 28 adalah :
K(28) = 1 . 2 . 4 . 7 . 14 . 28
= (1 . 12) (2 . 14) (4 . 7)
= 28 . 28 . 28
= (28)3
3) Periksalah bahwa K(2) = 2, K(5) = 5, K(9) = 27, K(18) = 183, K(24) = 243, K(32) = 323
Jika p suatu bilangan prima,maka K(p) = p, K(p2) = p3, K(p3) = p6, K(p4) = p10 dan K(pt) = p1/2 t(t +
1)
Teorema 4.10
Apabila n suatu bilangan bulat positif,maka hasilkan semua pembagi bulat positif dari n adalah
K(n) = n1/2 τ(n)
Bukti :
Misalkan d adalah suatu pembagi bulat positif dari n, maka ada d 1 (yaitu pembagi bulat positif
dari n pula)sedemikian hingga dd1 = n.hal ini mungkin saja terjadi bahwa d = d 1,yaitu jika n
suatu kuadrat sempurna.
Karena banyaknya pembagi bulat positif dari n adalah τ(n),dengan mengalikan setiap pembagi
dari n (misalnya d) dengan pembagi pasangannya (misalnya d 1) sedemikian hingga dd1 = n,maka
akan diperoleh bahwa hasil kali semua pembagi bulat positif dari n adalah : K(n) = n1/2 τ(n)
Notasi lain dari K (n) adalah d
B. Fungsi ơ (sigma)
Apabila τ(n) menyatakan banyaknya pembagi bulat positif dari n, maka ơ(n) menyatakan jumlah
semua pembagi bulat positif dari n.
Definisi 4.3
Apabila n suatu bilangan bulat positif ,maka ơ(n) menyatakan jumlah semua pembagi bulat
positif dari n. dengan menggunakan notasi ∑, ditulis ơ(n) =
Contoh :
1) Semua pembagi bilangan bulat positif dari 12 adalah 1,2,3,4,6 dan 12 maka
Ơ(n) = 1+ 2 + 3 + 4 + 5 + 6 + 12 = 28
2) Ơ(27) = 1 + 3 + 9 +27 = 40
3) Periksalah bahwa ơ(2) = 3, ơ(3) = 4, ơ(5) = 6, ơ(7) = 8, ơ(11) = 12
Jika p suatu bilangan prima,maka ơ(p) = p + 1,ơ(p2) = 1+ p + p2,ơ(p3) = 1 + p + p2+ p3 dan
Ơ(pt) = 1 + p + p2+ …+ pt
Mengingat rumus jumlah deret geometri,maka: 1 + p + p2 + p3+…+ pt =
Jadi ơ(pt) = ,jika p suatu bilangan prima dan t suatu bilangan bulat positif
Contoh :
1) Semua pembagi bulat positif dari 32 adalah 1,2,4,8,16 dan 32,maka
Ơ(32) = 1 + 2 + 4 + 8 + 16 + 32 = 63
Ơ(32) = ơ(25) = 20+ 21 + 22 + 23 + 24 + 25= 26 – 1 = 63
2) periksalah bahwa ơ(27) = 40, ơ(49) = 57, ơ(125) = 156, ơ(64) = 127, ơ(42) = 96, ơ(6) = 12
Apabila p dan q adaLah dua bilangan – bilangan prima yang berbeda dan n = pq,maka semua
pembagi bulat positif dari n adalah 1,p,q dan pq = n, sehingga :
Ơ(n) = ơ(pq) = 1 + p + q + pq = (1 + p) (1 + q)
Jika m = p2q3 dengan p dan q bilangan-bilangan prima yang berlainan,maka jumlah semua pembagi
bilat positif dari m dapat disusun sebagai berikut :
Ơ(m) = (1 + p + p2 + p3) + (1 + pq + pq2 + pq3) + (p2 + p2q + p2q2+ p2q2)
= (1 + p + p2) (1 + q + q2+ q3)
Ơ(m) = .
Kita dapat menyimpulkan bahwa apabila n = pkqt denganp dan q keduanya bilangan prima yang
berbeda dan k,t bilangan \-bilangan bulat positif.maka :
Ơ(n) ơ(pkqt) = . = ơ(pk) . ơ(qt)
Analog dengan contoh diatas,buktikanlah pernyataan tersebut :
Contoh :
1) Ơ(15) = ơ(3.5) = ơ(3).ơ(5) = 4 . 6 = 24
Ơ(45) = ơ(32.5) = ơ(32).ơ(5) =13 . 6 = 78
2) Periksalah bahwa ơ(504) = 1560, ơ(784) = 1764,ơ(847) = 1064
Teorema 4.11
Apabila bentuk kanonik dari bilangan bulat positif n = 1a1,maka ơ(n) =
Bukti :
Perhatikan suku-suku dari perkalian (1 + p1 + p12 + p13 + … + p1a1) (1 + p2 + p22 + p33 + … + p2a2)
(1 + p3 + p32+ p33 + … + p3a3) … (1 + pk + pk2 + pk3 + … + pkak)
Setiap suku dari hasil perkalian ini berbeda satu dengan lainnya dan masing-masing merupakan
pembagian dari n,sehingga :
Ơ(n) = i + pi2 + pi3+ … + piai)
Mengingat rumus jumlah deret geometri,maka
(1 + pi + pi2+ pi3 + … + piai =
Sehingga ơ(n) =
Contoh :
1) Ơ(2130) = ơ(2 . 3 . 5 . 7 . 11) = . . . .
= 3 . 4 . 6 . 8 . 12 = 6912
2) Ơ(5600) = ơ(22 . 52 . 7) = . . = 63 . 31 . 8 =15.624
Perhatikan kembali definisi 4.2 dan definisi 4.3, yaitu jika n suatu bilangan bulat positif,maka (1)
τ(n) = dan (2) ơ(n) =
Pada rumus (2),d menjalani semua pembagi bulat positif dari n. mengingat merupakan pembagi
bulat positif dari n pula, maka rumus (2) dapat ditulis sebagai :
Ơ(n) =
=
=
Hal ini dikatakan bahwa merupakan jumlah kebalikan dari pembagi-pembagi bulat positif dari n.
Contoh :
1) Semua pembagi bilangan bulat positif dari 18 adalah 1,2,3,6,9 dan 18. Ơ(18) = 39
Jumlah semua kebalikan pembagi-pembagi dari 18 adalah :
= + ++ + +
= = =
Bilangan prima disebut oleh Nicomachus, Theon dan Lamblichus sebagai “bilangan
prima dan tidak komposit”. Theon mendefenisikan hampir sama dengan yang didefenisikan oleh
Euclid, yaitu “bilangan yang tidak dihasilkan oleh sebarang bilangan, melainkan oleh hanya
satu satuan saja”. Satuan berarti bilangan asli yang bukan bilangan prima dan juga bukan
bilangan komposit. Aristotheles juga mengatakan bahwa bilangan prima tidak dihasilkan oleh
sebarang bilangan, sebuah satuan bukan merupakan bilangan, tetapi hanya permulaan bilangan
(Theon dari Smyrna mengatakan hal yang sama). Menurut Nicomachus, bilangan prima adalah
sebuah subbagian, bukan dari sembarang bilangan melainkan dari bilangan yang ganjil, yaitu
“bilangan ganjil yang tidak berlaku untuk bagian yang lain kecuali bagian yang disebutkan
setelah nama bilangan iu sendiri”. Bilangan prima adalah 3, 5, 7 dan seterusnya. Dan tidak ada
subkelipatan dari 3 kecuali 1/3, tidak ada subkelipatan dari 11 kecuali 1/11 dan seterusnya.
Dalam kasus ini satu-satunya subkelipatan tersebut adalah satuan. Menurut Nicomachus,
3 adalah bilangan prima yang pertama sedangkan Aristotheles menganggap 2 sebagian bilangan
prima: (2 adalah satu-satunya bilangan genap yang prima), hal ini menunjukkan bahwa
perbedaan doktrin phytagorean lebih awal dari Euclid. Angka 2 juga memperkuat defenisi Euclid
terhadap bilangan prima. Lamblichus menjadikan ini sebagai dasar serangan lain terhadap
Euclid. Argumentasinya adalah bahwa 2 adalah satu-satunya angka genap yang tidak memiliki
bagian kecuali sebuah satuan. Namun, sebelumnya dijelaskan bahwa genap kali genap, ganjil
kali ganjil dan ganjil kali genap, semuanya tidak termasuk sifat bilangan prima. Telah dijelaskan
bahwa kemungkinan besar 2 adalah bilangan genap dan ganjil, yang dihasilkan dengan
mengalikan 2 terhadap bilangan ganjil yakni satuan tersebut, sehingga 2 dianggap sebagai batas
atas subbagian bilangan genap, yang bukan termasuk bilangan prima. Theon memandang 2
dalam anggapan yang sama, tetapi mendukungnya dengan lingkaran yang nyata. Bilangan prima
menurutnya, juga disebut ganjil-kali-ganjil, sehingga hanya bilangan ganjil yang prima dan tidak
komposit. Bilangan genap tidak dihasilkan oleh hanya satu satuan, kecuali 2, sehingga terlihat
ganjil tetapi tidak prima.
Terdapat beragam nama yang digunakan terhadap bilangan prima. Kita telah
memperhatikan penandaan yang aneh terhadapnya yaitu ganjil kali ganjil. Menurut Lamblichus,
beberapa orang menyebutnya euthimetric dan thimaridas rectilinier, dengan dasar bahwa ia
hanya dapat ditemukan dalam satu dimensi tanpa luasan. Aspek yang sama dari bilangan prima
juga dinyatakan oleh Aristotheles, yang membedakan bilangan komposit dengan bilangan prima
yang hanya memiliki satu dimensi. Theon dari Smyrna memberikan linear sebagai nama
alternatif dari rectilinear. Dalam kedua kasus, untuk membuat deskripsi yang pas terhadap
bilangan prima, kita harus memahami kata hanya, “bilangan prima adalah bilangan yang hanya
linear atau rectilinear”. Bagi Nicomachus, yang menggunakan bentuk linear, dengan jelas
mengatakan bahwa semua bilangan juga begitu, yakni dapat dipresentasikan oleh titik-titik
linear untuk jumlah yang dibutuhkan dan ditetapkan pada seruas garis.
“Bilangan bulat p>1 disebut bilangan prima bilamana tidak ada bilangan pembagi d
terhadap p yang memenuhi syarat 1<d<p.Dengan perkataan lain,bilangan prima adalah
bilangan asli yang lebih besar dari satu dan bilangan itu sendiri.Sebuah bilangan bulat p>1
yang bukan bilangan prima disebut bilangan komposit(tersusun)”.
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
41 42 43 44 45 46 47 48 49 50
2) f(n)= -79n+1601
Formula ini gagal menjadi rumus bilangan prima sebab f(81)= -79(81)+1601=1763, di mana
faktor dari 1763 adalaah 1, 41,43 dan 1763, sehingga 1763 bukan bilangan prima.
3) f(n)= +1
Rumus ini dibuat oleh Fermat. Jika secara berturut-turut n diganti dengan 1, 2, 3 dan 4 maka
diperoleh semuanya adalah bilangan prima. Tetapi, jika n diganti dengan 5 maka f(5)=
+1=4.294.967.297. Hasil ini bukan bilangan prima karena habis dibagi oleh 641. Jadi, rumus
Fermat gagal menghasilkan bilangan prima untuk n=5.
4) Bilangan prima Sophie Germain. Sebuah bilangan prima p disebut bilangan prima Sophie
Germain bila 2p+1 juga bilangan prima. Misalnya, 23 adalah bilangan prima Sophie Germain
karena 2 23+1=47 juga bilangan prima. Bilangan ini diberi nama sesuai nama matematikawan
Perancis Marie Sophie Germain.
5) Bilangan prima dengan rumus 3+4k, untuk k>0. Tentu, rumus ini gagal menghasilkan bilangan
prima untuk k=3, karena 3+4(3)=15 bukan bilangan prima.
6) Teorema kecil Fermat menyatakan jika p adalah bilangan prima, maka untuk semua bilangan
bulat a, =a(mod p). Ini berarti, jika kita mengambil sembarang bilangan a, kemudian mengalikan
dengan dirinya sendiri sebanyak p kali dan mengurangi a, hasilnya akanhabis dibagi dengan p.
Secara khusus, jika a bukan faktor p, maka (mod p) 1. Teorema ini memberikan uji yang baik
untuk ketidakmiripan. Dengan bilangan bulat n>1, pilihlah a>1 dan hitung (mod n). jika hasilnya
1, maka n bukan bilangan prima. Sebaliknya, jika hasilnya=1, maka n mungkin bilangan prima
sehingga n mungkin disebut bilangan prima semu basis a (prima semu, bilangan yang
“mendekati” bilangan prima).
Sebagai contoh, untuk a=2 dan n=341, maka (mod 341)= (mod 341)= = mod 341=1. Tetapi, 341
bukan bilangan prima karena 341= , sehingga 341 adalah bilangan prima semu basis 2.
(umumnya digunakan oleh praktisi kriptografi, kriptografi adalah teknik untuk menyamarkan
suatu pesan dengan kata lain “sandi”).
Meski bilangan prima Mersenne terbukti tidak secara pasti benar bahwa rumus tersebut
adalah rumus untuk bilangan prima, namun para peneliti tetap menggunakan rumus Mersenne
dalam mencari bilangan prima. Bilangan prima terbesar yang diketahui pada September 2006
adalah -1. Bilangan ini mempunyai 9.808.358 digit dan merupakan bilangan prima Mersenne
yang ke-44. (demikian notasi penulisan bilangan prima Mersenne ke-44) ditemukan oleh Curtis
Cooper dan Steven Boone pada 4 september 2006 yang keduanya adalah profesor university of
Sentral Missoouri bekerja sama dengan puluhan ribu anggota lainnya dari proyek Great Internet
Mersenne Prime Search (GIMPS).
Di antara semua bilangan prima Mersenne yang sudah ditemukan, sepuluh bilangan
terbesarnya ditemukan dengan GIMPS. Bilangan prima Mersenne terbesar saat ini memiliki
9.808.358 digit angka.
C. Teorema Bilangan Prima
Sebelum membahas teorema tentang bilangan prima, terlebih dahulu dijelaskan istilah
saling prima. Dua buah bilangan dikatakan saling prima jika faktor persekutuan terbesar (FPB)
dari dua bilangan tersebut adalah 1. Istilah lain dari saling prima adalah komprima atau prima
relatif. Jadi defenisi saling prima dapat dituliskan sebagai berikut.
Apabila ( )=1 maka juga dikatakan saling prima. Bilangan bulat positif dikatakan saling
prisma dua-dua atau saling prima sepasang, apabila ( )=1, untuk i=1, 2, 3,…., n dan j=1, 2, 3,….,
n dengan i j. contoh (7, 8, 15)=1,sehingga dikatakan bahwa 7, 8 dan 15saling prima dan
sekaligus saling prima dua-dua, sebab (7,8)=(7,15)=(8,15)=1. Contoh lain (4, 6, 9, 10) =1
menunjukkan bahwa 4, 6, 9 dan 10 saling prima, tetapi tidak saling prima dua-dua, sebab
(4,6)=2, (4,10)=2, (6,9)=3, (6,10)=2 meskipun (4,9)=(9,10)=1.
1) Teorema 6.1
Jika sisa pembagian b oleh a adalah prima relatif dengan a, maka b juga prima relatif dengan a.
Bukti:
Misalkan a dan b adalah bilangan-bilangan bukat daan a=0, maka menurut algoritma pembagian
diperoleh: b=aq+r dengan
Misalnya, (a,r)=1. Apakah (b,a)=1?
Misalkan (b,a)=d, maka dan d|b
Karena b=aq+r dengan d dan d|b maka d|r
Selanjutnya dan d|r, sehingga d merupakan faktor persekutuan dari a dan r.
Tetapi, karena (a,r)=1, maka d 1.
Mengingat (b,a)=d, yaitu d 1, maka d=1.
Maka, (b,a)=1
Contoh:
Misalkan 81 dan 266, dengan 266=(81)(3)+23. Perhatikan bahwa (81,23)=1, maka menurut
teorema 1 (266,81)=1. Hal ini dapat dilihat pada Algorotma Euclides.
2) Teorema 6.2
Setiap bilangan bulat n>1 dapat dibagi oleh suatu bilangan prima. Dengan perkataan lain, jika
n dan n adalah bilangan komposit, maka ada bilangan prima p sehingga.p|n
Bukti:
Cara I
1) Ambil sembaraang bilangan positif n>1. Jika n bilangan prima maka berarti teorema terbukti.
2) Apabila n adalah bilangan komposit, maka n mempunyai faktor selain 1 dan n sendiri.
Misalnya , yaitu maka ada sehingga n= dengan 1< <n.
3) Ambil bilangan prima sehingga , dengan demikian teorema terbukti. Tetapi, jika suatu bilangan
komposit, maka mempunyai faktor selain 1 dan , misalnya , yaitu | sehingga ada sehingga , 1<
<.
4) Ambil bilangan prima sehingga . Karena dan |n maka . Jadi, n terbagi oleh suatu bilangan prima
, sehingga teorema terbukti. Tetapi, jika suatu bilangan komposit, maka mempunyai faktor selain
1 dan , misalnya , yaitu . Ini berarti ada sedemikian sehingga = dengan 1< < .
5) Ambil bilangan prima dan dengan dan yang berimplikasi sehingga teorema terbukti. Tetapi,
jika suatu bilangan komposit, proses seperti di atas dapat dilanjutkan sedemikian sehingga
didapatkan suatu barisan n, , ,….,dengan n> > >……>1.
Penguraian atas faktor-faktor komposit tersebut tentu berakhir pada suatu faktor prima, karena
faktor-faktor tersebut selalu kurang dari bilangan yang diuraikan dan selalu lebih dari 1.
Misalkan penguraian berakhir pada faktor prima , maka dan karena , ,….., sehingga .
Fungsi-fungsi khusus yang akan dikemukakan adalah fungsi tau ( ) dan fungsi sigma ).
1. Fungsi Tau ( )
Pembahasan fungsi tau dimulai dengan sebuah definisi berikut.
Definisi 6.3
Fungsi tau (n) menyatakan banyaknya pembagi bulat positif dari n, untuk n suatu bilangan
bulat positif.
Contoh 6.7
Tentukanlah pembagi bulat positif mulai dari bilangan 1 hingga bilangan 15!
Penyelesaian:
a) Pembagi bulat positif dari 1 adalah 1 sendiri sehingga (1) = 1
b) Pembagi bulat positif dari 2 adalah 1 dan 2, sehingga (2) = 2
c) Pembagi bulat positif dari 3 adalah 1 dan 3, sehingga (3) = 2
d) Pembagi bulat positif dari 4 adalah 1, 2 dan 4, sehingga (4) = 3
e) Pembagi bulat positif dari 5 adalah 1 dan 5, sehingga (5) = 2
f) Pembagi bulat positif dari 6 adalah 1, 2, 3, dan 6, sehingga (6) = 4
Dengan cara yang sama, dapat diketahui bahwa (7) = 2, (8) = 4, (9) = 3, (10) = 4, (11) = 2,
(12) = 6, (13)=2, (14)=4, (15)=4
Berdasarkan contoh 6.7, dapat diketahui bahwa apabila p suatu bilangan prima, maka (p)=2.
Banyaknya pembagi bilangan bulat positif dari n sering dinyatakan dengan rumus yang
menggunakan notasi ∑ (baca; sigma). Beberapa contoh penggunaan notasi ∑ diberikan dalam
contoh berikut
Contoh 6.8
a. = a1 + a2 + a3 + a4
b. = 3 + 4 + 5 + 6
c. = 2 + 2 + 2 + 2 + 2 + 2
d. = 1 + 2 + 7 + 14 yaitu jumlah semua pembagi bulat positif dari14.
e. = 1 + 1 + 1 + 1 yaitu banyaknya semua pembafi bulat positif dari 14.
f. = f(1) + f(2) + f(3) + f(6) + f(9) + f(18).
Berdasarkan beberapa contoh notasi tersebut, (n) dapat dirumuskan sebagai berikut:
(n) = untuk n 1
Jadi (n) merupakan penjumlahan dari 1 sebanyak pembagi bulat positif dari n.
Contoh 6.9
a. Semua pembagi bulat positif dari 30 adalah 1, 2, 3, 5, 6, 10, 15, 30, sehingga:
=1+1+1+1+1+1+1+1=8
b. Semua pembagi bilangan bulat positif dari 42 adalah 1, 2, 3, 6, 7, 14, 21 dan 42 sehingga
=1+1+1+1+1+1+1+1=8
c. Semua pembagi bulat positif dari 48 adalah 1, 2, 3, 4, 6, 8, 12, 16, 24, dan 48 sehingga
d. = 1 + 1 + 1 + 1 + 1 + 1 + 1 + 1 + 1 + 1 = 10
Dengan cara yang sama dapat diketahui bahwa = 1, = 1 + 1 = 2, = 1 + 1 = 2, = 1 + 1 + 1 = 3, = 1
+ 1 + 1 +1 = 2, 1 + 1 + 1 + 1 = 4, = 1 + 1 = 2, = 1 + 1 + 1 +1 = 4 dan seterusnya.
Berdasarkan contoh tersebut dapat disimpulkan bahwa jika p suatu bilangan prima, pembagi
bulat positifnya hanyalah 1 dan p, sehingga (p)=2. Karena itu = 1 + 1 = 2 untuk setiap bilangan
prima p. Selanjutnya,
1) Pembagi bulat positif dari p2 adalah 1, p dan p2 sehingga (p2) = = 1 + 1 + 1 = 3;
2) Pembagi bulat positif dari p3 adalah 1, p, p2, dan p3 sehingga (p3) = = 1 + 1 + 1 + 1 = 4;
3) Pembagi bulat positif dari p4 adalah 1, p, p2, p3, dan p4 sehingga (p3) = = 1 + 1 + 1 + 1 + 1 = 5;
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa jika k suatu bilangan bulat positif dan p
adalah suatu bilangan prima maka (pk) = k + 1.
Contoh 6.10
Penyelesaian:
Apabila p1 dan p2 keduanya adalah bilangan prima dan n = p1p2, maka pembagi bulat positif dari
n adalah 1, p1, p2 dan p1p2 = n sehingga (n) = 4. Jika m = p12p23, maka pembagi bulat positif dari
m dapat disusun sebagai berikut:
1 P2 ,
P1, P1P2, P1 ,, P1
, P2, , =m
Contoh 6.11
Tentukan (648), (675), dan (6125)!
Penyelesaian :
a) (648) = (23 34) = (3 + 1) (4 + 1) = 20
b) (675) = (33 52) = (3 + 1) (2 + 1) = 12
c) (6125) = (53 72) = (3 + 1) (2 + 1) = 12
1) Teorema 6. 13
Apabila n = pkqt dengan p dan q bilangan-bilangan prima yang berlainan dan k, t adalah
bilangan-bilangan bulat positif, maka (pkqt) = (k + 1) (t + 1).
Bukti:
Semua pembagi bulat positif dari n = pkqt dapat di susun daftar sebagai berikut:
1, p, p2, p3, … pk
q, pq, p2q, p3q, … pkq q2,
pq2, p2q2, p3q2, … pkq2
. . . . … .
. . . . … .
. . . . … .
qt, pqt, p2q2, p3qt, … pkqt = n
2) Teorema 6.14
Apabila bentuk kanonik dari bilangan bulat positif n adalah
… maka (n) = (a1 + 1)(a2 + 1)(a3 + 1)…(ak + 1).
Bukti:
Apabila d suatu pembagi bulat positif dari n, maka d = P1 P2 P3,…Pk dengan 0 t1 ai. Banyaknya
pembagi bulat positif dari n merupakan hasil kali banyaknya pilihan, sehingga diperoleh (n) =
(a1 + 1)(a2 + 1)(a3 + 1)…(ak + 1).
Rumus (n) tersebut sering dinyatakan dengan notasi (baca; pil). Contoh pemakaian notasi
diberikan sebagai berikut.
Contoh 6.12
a) = P1 P2 P3 P4 P5.
b)
c)
ai
d) =…
e)
Contoh 6.13
Tentukan (2205), (9450), dan (25200)!
Penyelesaian:
a) 2205 = 32 5 72
(2205) = (32 5 72) = (2 + 1)(1 + 1)(1 + 1) = 18
b) 9450 = 2 33 52
(9450) = (2 33 52 ) = (1 + 1)(3 + 1)(2 + 1) (1 + 1) = 48
c) 25200 = 24 32 52 7
(25200) = (24 32 52 7) = (4 + 1)(2 + 1)(2 + 1) (1 + 1) = 90
Contoh berikut memperlihatkan hasilkali pembagi-pembagi bulat positif dari suatu bilangan
bulat positif n.
Contoh 6.14
Tentukan hasil kali semua pembagi bulat positif dari 24 dan 56!
Penyelesaian:
a) Pembagi bulat positif dari 24 adalah 1, 2, 3, 4, 6, 8, 12, dan 24, sehingga (24) = 8
Hasilkali semua pembagi bulat positif dari 24 ditulis dengan notasi K(24) yaitu:
K(24) = 1
= (1 )(2 )(3 )(4 )
= 24
= 244
b) Semua pembagi bulat positif dari 56 adalah 1, 2, 4, 7, 8, 14, 28, dan 56, sehingga (56) =
8
Hasilkali semua pembagi bulat positif dari 56 adalah:
K(56) = 1
= (1 )(2 )(4 )(7 )
= 56
= 564
Kita dapat memriksa bahwa K(2) = 2, K(3) = 3, K(5) = 5, K(7) = 7, dan seterusnya. Jadi jika p
suatu bilangan orima, maka K(p) = p, K(p2) = p3, K(p3) = p6, K(p4) = p10 dan K(pt) = p1/2t(t + 1)
3) Teorema 6.15
Apabila n suatu bilangan bulat positif, hasilkali semua pembagi bulat positif dari n adalah K(n)
= atau dapat ditulis =
Bukti:
Misalkan d adalah suatu pembagi bulat positif dari n, ada d’ (yaitu pembagi bulat positif dari n
pula) sedemikian sehingga dd’ = n. hal ini mungkin saja terjadi bahwa d = d’, yaitu jika n suatu
kuadrat sempurna.
Karena banyaknya pembagi bulat positif dari n adalah (n), dengan mengalikan setiap pembagi
dari n (misalnya d) dengan membagi pasangannya (misalnya d’) sedemikian sehingga dd’= n,
maka akan diperoleh bahwa hasilkali semua pembagi bulat positif dari n adalah =
2. Fungsi Sigma( )
Pada bagaian sebelumnya telah dibahas mengenai fungsi tau yang menyatakan banyaknya
pembagi bulat positif dari n,Pada bagian ini dibahas mengenai fungi sigma yang menyatakan
jumlah semua pembagi buat positif dari n.
Defenisi 6.4
Jika n suatu bilangan bulat positif,maka menyatakan jumlah semua pembagi bulat positif
darin,yakni
Contoh 6.14
Tentukan ,
Penyelesaian:
a) Pembagi buat positif dari 30 adalah 1,2,3,5,6,10,15,30,
sehingga
b) Pembagi bulat positif dari 42 adalah 1,2,3,6,7,14,21, dan 42
sehingga
c) Pembagi bulat positif dari 48 adalah 1,2,3,4,6,8,12,16,24 dan 48
sehingga
Contoh 6.15
Tentukan
Penyelesaian:
a. Pembagi bulat positif dari 2 adalah 1 dan 2 sehingga
b. Pembagi bulat positif dari 3 adalah 1 dan 3 sehingga
c. Pembagi bulat positif dari 5 sehingga
d. Dengancara yang sama ,
Contoh 6.15 menunjukan bahwa jika p suatu bilangan prima, maka )=1+p+p²+p³ dan .
Rumus dapat di bentuk dngan mengigat rumus jumlah deret geometri .
karena itu, perlu dijelaskan mengenai deret geoetri sebagai berikut.
Diketahui suatu barisan geometri a, ar, ar², ar³,….
Apabila suku-sukunya jumlahkan diperoleh = untuk r<1 atau
untuk r rumus jumlah deret geometri, diperoleh
jadi,jika p suatu bilangan prima dan t suatu bilangan bulat positif, maka
Contoh6.16
Tentukan
Penyelesaian :
Apabila p dan q adalah dua bilangan prima yang berbeda dan n =pq, maka semua pembagi
semua positif dari n adalah 1, jika m= dengan p dan q dua bilangan prima yang berlainan, maka
jumlah semua pembagi bulat positif dari m dapat di susun sebagai berikut ;
+(p+pq+pq²+pq³)+(p²+p²q+p²q²+p²q³)
= (1+p+p²)(1+q+q²+q³)
jika apabila n= dengan p dan q keduanya bilangan prima yang berbeda serta k dan t bilangan
bulat positif, maka ;
Contoh 6.17
Tentukanlah
Penyelesaian :
a.
b.
c.
d. ( ) (31)(57)=1767
e. )=(8)(133)=1064
Teorema 6.16
Jika bentuk kanonik dari bilangan bulat positif n adalah
maka
Bukti :
Setiap suku dari perkalian (1+p+ + +….+ ) ) dengan yang lainnya dan masing – masing
merupakan pembagiaan darian n, sehingga
1+
Sehingga
Contoh 6.18
Tentukan
Penyelesaian :
a. =96
b.
c.
=
Pada pembahasan sebelumnya, telah dijelaskan mengenai definisi di mana d merupakan semua
pembagi bulat positif dari n . karena pembagi bulat positif dari n pula, maka rumus dapat juga
ditulis dalam bentuk :
Rumus merupakan jumlah kebalikan dari pembagi – pembagi bulat positif dari n.
Contoh 6.19
Tentukan
Penyelesaian:
Untuk membuktikan apakah pernyataan ini bernilai benar atau tidak untuk semua bilangan asli,
ada dua langkah yang dilakukan, yaitu:
Jawaban:
Langkah 1:
f(1) = 1 x 2 = 2
Langkah 2:
f(k) = 1 x 2 + 2 x 3 + 3 x 4 + + k (k + 1) = . (persamaan 1)
Maka akan kita buktikan bahwa pernyataan tersebut juga benar untuk n = k + 1, yaitu:
f(k + 1) = 1 x 2 + 2 x 3 + 3 x 4 + + k (k + 1) + (k + 1)(k + 2) =
(persamaan 2)
Dari persamaan 1 tadi, kita tambahkan (k + 1)(k + 2) pada kedua ruas, yaitu:
Dengan demikian, kita telah membuktikan bahwa pernyataan tersebut bernilai benar untuk setiap
bilangan asli n, dengan menggunakan induksi matematika.