Anda di halaman 1dari 71

BAB II

KETERBAGIAN

2.1 Pendahuluan

Pada pertemuan minggu ke-3 , dan 4 ini dibahas konsep keterbagian, algo-ritma
pembagian dan bilangan prima pada bilangan bulat. Relasi keterbagian pada
himpunan semua bilangan bulat memunculkan banyak sifat menarik. Dari relasi ini
dapat didefinisikan pengertian hasil bagi dan sisa pembagian, sehingga dapat
membangkitkan operasi pembagian bilangan bulat dan konsep modulo.
Dengan mempelajari bab ini, diharapkan:

1. Mahasiswa bisa memahami pengertian keterbagian.

2. Mahasiswa bisa mengidentifikasi bilangan prima

3. Mahasiswa bisa menjelaskan pengertian algoritma pembagian

4. Mahasiswa bisa menerapkan sifat-sifat keterbagian dan algoritma pemba-gian


pada masalah bilangan bulat

2.2 Keterbagian

Sejak di sekolah dasar telah dikenal beberapa operasi pada bilangan bulat,
diantaranya penjumlahan(+), pengurangan(−), perkalian(× atau ·) dan pembagian(: atau
/). Untuk sebarang dua bilangan bulat berlaku jumlah, selisih dan hasil kalinya masing-
masing merupakan bilangan bulat, tetapi pembagian bilangan yang satu dengan yang
lain belum tentu merupakan bilangan bulat.

Definisi 2.2.1. Diberikan bilangan bulatmdann(n ≠ 0). Bilanganmdikatakanhabis


dibagi oleh n atau n membagi m, ditulis n|m, jika terdapat bilangan bulat k dengan
sifat m = kn. Jika m habis dibagi oleh n, maka m disebut kelipatan dari n dan n
disebut pembagi atau faktor dari m.

Jika m tidak habis dibagi oleh n, dituliskan n̸m|. Karena 0 = 0.n, diperoleh

bahwa n|0 untuk setiap bilangan bulat n. Sebaliknya, 0 ̸ |muntuk

PENDIDIKAN MATEMATIKA B 2017 91


setiapbilanganbulattak nol m, sebab m ≠ 0 = k.0 untuk setiap bilangan bulat k. Dari definisi
keterbagian diperoleh beberapa sifat dasar sebagai berikut.

mTeorema 2.2.2. Diberikan bilangan bulatx, ydanz.

a. x|x;

b. Jika x|y dan y|z, maka x|z;

c. Jika x|y dan y ≠ 0, maka |x| ≤ |y|;

d. Jika x|y dan x|z, maka x|αy + βz untuk setiap bilangan bulat α dan β;

e. Jika x|y dan x|y ± z, maka x|z;

f. Jika x|y dan y|x, maka |x| = |y|;


g. Jika x|y dan y ≠ 0, maka xy|y;
h. Untuk z ≠ 0 berlaku x|y jika dan hanya jika xz|yz.

Diperhatikan bahwa untuk sebarang bilangan bulat tak nol n, faktor positif
dari n ada sebanyak ganjil jika dan hanya jika n merupakan kuadrat sempurna, yaitu
n = m2 untuk suatu bilangan bulat m. (Jika suatu bilangan bulat tidak habis dibagi
oleh sebarang bilangan kuadrat, maka bilangan terse-but disebut square free.) Hal ini
dikarenakan jika n bukan kuadrat sempurna, maka semua faktor positif dari n dapat
dinyatakan ke dalam pasangan-pasangan berbentuk (x,nx ).

n + 20
Contoh 2.2.3. Tentukan semua bilangan bulatnsehingga merupakan
bilangan bulat. n − 13

Penyelesaian. Diperhatikan bahwa

n + 20 n − 13 + 33 33
= =1+ .
n − 13 n – 13 n − 13
n + 20 33
Jika n−13 bulat, maka n−13 bulat. Artinya n− 13|33 atau n− 13 faktor
dari 33. Karena faktor dari 33 adalah −33,−11,−3,−1, 1, 3, 11 dan 33, maka

diperoleh nilai n yang mungkin adalah −20, 2, 10, 12, 14, 16, 24 atau 46. Dapat

PENDIDIKAN MATEMATIKA B 2017 92


dicek bahwa semua nilai n tersebut memenuhi kondisi yang diberikan. Jadi, nilai
n yang memenuhi adalah −20, 2, 10, 12, 14, 16, 24 dan 46.

Contoh 2.2.4. Tentukan semua pasangan bilangan bulat positif (m, n) dengansifat
2 3
m +n = 1.

2 3
Penyelesaian. Misalkan bilangan bulat positif n dan m memenuhi m + n = 1, maka
berlaku

2n + 3m = mn

⇔ (m− 2)(n− 3) = 6.

Diperoleh bahwa m− 2 dan n− 3 merupakan faktor dari 6. Karena m bilangan bulat


positif, maka m− 2 >−2. Diperoleh nilai m− 2 yang mungkin adalah 1, 2, 3 atau 6,
sehingga nilai m yang mungkin adalah 3, 4, 5 atau 8. Akibatnya diperoleh pasangan
(m, n) yang memenuhi adalah (3, 9), (4, 6), (5, 5) dan (8, 4).

Contoh 2.2.5. Pada suatu ruangan terdapat 20 kotak kosong, bernomor 1 sam-pai
20. Sebanyak 20 anak secara bergiliran melakukan ekperimen terhadap kotak-kotak
tersebut. Anak pertama memasukkan satu bola ke masing-masing 20 kotak tersebut.
Anak kedua mengambil bola yang ada pada kotak bernomor 2, 4, . . . , 20. Anak
ketiga melakukan eksperimen terhadap kotak-kotak bernomor 3, 6, . . . , 18: jika
pada kotak tidak terdapat bola, maka dia memasukkkan satu bola ke kotak tersebut
dan jika pada kotak terdapat bola, maka dia mengambil bola pada kotak tersebut.
Anak ke i melakukan eksperimen terhadap kotak-kotak bernomor keli-patan i: jika
pada kotak tidak terdapat bola, maka dia memasukkkan satu bola ke kotak tersebut
dan jika pada kotak terdapat bola, maka dia mengambil bola pada kotak tersebut.
Tentukan banyak kotak yang berisi bola setelah semua anak menyelesaikan
eksperimennya?

Penyelesaian. Diperhatikan bahwa anak ke i melakukan eksperimen terhadap kotak


bernomor j jika dan hanya jika i|j. Berdasarkan sifat g. pada Teorema 2.2.2, hal ini
terjadi jika dan hanya jika anak ke ji melakukan eksperimen ter-hadap kotak tersebut.
Akibatnya, hanya kotak bernomor 1, 4, 9 dan 16 yang

PENDIDIKAN MATEMATIKA B 2017 93


dikenai eksperimen sebanyak bilangan ganjil, sehingga hanya kotak-kotak terse-but
yang berisi bola setelah semua anak menyelesaikan eksperimennya. Jadi,
jawabannya adalah 4.

Berikut diberikan suatu karakteristik terkait keterbagian dari hasil kali


bilangan bulat berurutan.

Teorema 2.2.6. Hasil kalin≥ 1 bilangan bulat berurutan selalu habis dibagioleh n!.

(n! = 1 × 2 × . . . × n)

Bukti. Pertama-tama, akan ditunjukkan perkalian n bilangan bulat positif beru-rutan


habis dibagi oleh n!. Akan digunakan induksi matematika untuk membuk-tikannya.

Basis induksi. Untuk n = 1, cukup jelas bahwa perkalian 1 bilangan bulat positif pasti
habis dibagi oleh 1. Jadi, pernyataan benar untuk kasus n = 1. Langkah induksi.
Diasumsikan pernyataan benar untuk n = k, yaitu perkalian k bilangan bulat positif
berurutan habis dibagi oleh k!. Akan ditunjukkan perny-ataan benar untuk kasus n =
k + 1, yaitu perkalian k + 1 bilangan bulat positif berurutan habis dibagi oleh (k +1)!.
Misalkan k +1 bilangan berurutan dimaksud adalah m, m + 1, m + 2, . . . , m + k
untuk suatu bilangan bulat positif m. Akan di-tunjukkan dengan induksi matematika
bahwa untuk setiap bilangan bulat positif
m berlaku m(m + 1)(m + 2) . . . (m + k) habis dibagi oleh (k + 1)! .

Basis induksi. Untuk m = 1, diperoleh 1(1 + 1)(1 + 2) . . . (1 + k) = (k + 1)! =


1.(k + 1)!. Artinya, 1(1 + 1)(1 + 2) . . . (1 + k) habis dibagi oleh (k + 1)!. Jadi,
pernyataan benar untuk m = 1.

Langkah induksi. Diasumsikan pernyataan benar untuk m = p, yaitu p(p + 1) (p


+ 2) . . . (p + k) habis dibagi oleh (k + 1)!. Akan ditunjukkanpernyataan benar
untuk kasus m = p + 1, yaitu (p + 1)(p + 2)(p + 3) . . . (p + k + 1) habis dibagi
oleh (k + 1)!. Diperhatikan bahwa

(p + 1)(p + 2)(p + 3) . . . (p + k + 1) = (p + 1)(p + 2) . . . (p + k)p


+(p + 1)(p + 2) . . . (p + k)(k + 1)
= p(p + 1)(p + 2) . . . (p + k)
+(k + 1)(p + 1)(p + 2)(p + 3) . . . (p + k).

PENDIDIKAN MATEMATIKA B 2017 94


Berdasarkan asumsi induksi, diperoleh p(p+1)(p+2) . . . (p+k) habis dibagi (k +
1)!. Karena (p + 1)(p + 2)(p + 3) . . . (p + k) merupakan perkalian k bilangan
bulat positif berurutan, maka (p + 1)(p + 2)(p + 3) . . . (p + k) habis dibagi k!,
sehingga diperoleh (k + 1) (p + 1)(p + 2)(p + 3) . . . (p + k) habis dibagi (k +
1)!. Jadi, (p+ 1)(p+ 2)(p+ 3) . . . (p+ k + 1) habis dibagi (k + 1)!. Terbukti
pernyataan benar untuk m = p + 1.

Jadi, terbukti bahwa perkalian n bilangan bulat positif berurutan habis dibagi oleh n!.

Selanjutnya, jika diantara n bilangan bulat berurutan terdapat 0, maka hasil kalinya
sama dengan 0, sehingga pasti habis dibagi oleh n!. Untuk kasus, jika n bilangan
berurutan tersebut semua merupakan bilangan negatif, dapat dibuk-tikan dengan cara
yang sama seperti bagian pertama dengan mengalikan hasil
kalinya dengan (−1)n.

Contoh 2.2.7.
Tunjukkan bahwan6−n2selalu habis dibagi oleh 60 untuk semuabilangan bulat positif
n.

Penyelesaian. Diberikan sebarang bilangan bulat positif n. Diperhatikan bahwa

n6 − n2 = n2(n4 − 1) = (n − 1)n2(n + 1)(n2+ 1)


= (n− 1)n2(n + 1)(n2− 4) + 5(n− 1)n2(n + 1)
= (n− 2)(n− 1)n(n + 1)(n + 2)n + 5(n− 1)(n2− 2n)(n + 1)
+10(n− 1)n(n + 1)
= (n− 2)(n− 1)n(n + 1)(n + 2)n + 5(n− 2)(n− 1)n(n + 1)

+10(n− 1)n(n + 1).

Diperhatikan bahwa 5!|(n−2)(n−1)n(n + 1)(n + 2), 4!|(n−2)(n−1)n(n + 1) dan


3!|(n−1)n(n+1). Karena 5! = 120, 4! = 24 dan 3! = 6, maka diperoleh 120|(n−2) (n−
1)n(n + 1)(n + 2)n, 120|5(n− 2)(n− 1)n(n + 1) dan 60|10(n− 1)n(n + 1). Karena
60|120, maka 60|(n−2)(n−1)n(n + 1)(n + 2)n, 60|5(n−2)(n−1)n(n + 1)
dan 60|10(n− 1)n(n + 1), sehingga diperoleh 60|n6−n2.

Berdasarkan konsep keterbagian terkait bilangan 2, himpunan bilangan

PENDIDIKAN MATEMATIKA B 2017 95


bulat yang dinotasikan Z dapat dipartisi menjadi dua himpunan bagian, him-punan
bilangan ganjil dan himpunan bilangan genap:

{±1, ±3, ±5, . . .} dan {0, ±2, ±4, . . .}.

Beberapa konsep dasar yang dimiliki oleh bilangan ganjil dan genap sebagai berikut:

a. Bilangan ganjil berbentuk 2k + 1 untuk suatu bilangan bulat k;

b. Bilangan genap berbentuk 2k untuk suatu bilangan bulay k;

c. Jumlahan dua bilangan ganjil adalah bilangan genap;

d. Jumlahan dua bilangan genap adalah bilangan genap;

e. Jumlahan bilangan ganjil dan bilangan genap adalah bilangan genap;

f. Perkalian dua bilangan ganjil adalah bilangan ganjil;

g. Perkalian dua bilangan bulat merupakan bilangan genap jika dan hanya jika
salah satunya merupakan bilangan genap.

Konsep ini sangat bermanfaat dalam menyelesaikan beberapa masalah teori bi-
langan.

Contoh 2.2.8. Diberikan bilangan bulat positifn≥ 1. Tunjukkan bahwa

a. 2ndapat dinyatakan sebagai jumlahan dua bilangan ganjil berurutan.

b. 3ndapat dinyatakan sebagai jumlahan tiga bilangan bulat berurutan.

Penyelesaian. Untuk a., persamaan 2n = (2k−1) + (2k + 1) memberikan penye-lesaian


k = 2n−2, sehingga diperoleh 2n = (2n−1− 1) + (2n−1 + 1).
Untuk b., persamaan 3n = (s−1)+s+(s+1) memberikan penyelesaian s = 3n−2,
sehingga diperoleh 3n = (3n−1− 1) + 3n−1 + (3n−1 + 1).

Contoh 2.2.9. Diberikan bilangan ganjila, bdanc. Tunjukkan bahwa akar-


akarpersamaan kuadrat ax2+ bx + c = 0 bukan bilangan bulat.

PENDIDIKAN MATEMATIKA B 2017 96


Penyelesaian. Diandaikan bilangan bulat n merupakan akar persamaan ax2 + bx+ c =
0. Diperoleh an2+ bn+ c = 0. Akan ditinjau dua kasus, yaitu n bilangangenap dan n
bilangan ganjil.
Kasus n bilangan genap. Karena a dan b bilangan ganjil, maka an2 dan bn meru-
pakan bilangan ganjil, sehingga diperoleh an2 + bn bilangan genap. Karena c bi-
langan ganjil, maka an2+bn+c bilangan ganjil, sehingga diperoleh an2+bn+c ≠ 0 (0
genap), suatu kontradiksi.
Kasus n bilangan ganjil. Karena a dan b bilangan ganjil, maka an2 dan bn meru-
pakan bilangan genap, sehingga diperoleh an2 + bn bilangan genap. Karena c bi-
langan ganjil, maka an2+bn+c bilangan ganjil, sehingga diperoleh an2+bn+c ≠ 0 (0
genap), suatu kontradiksi.
Jadi, akar-akar persamaan kuadrat ax2 + bx + c = 0 bukan bilangan bulat.

Contoh 2.2.Diberikan10. kbilangan genap. Tunjukkan bahwa tidak ada bilan-gan


ganjil n1, n2, . . . , nk dengan sifat
1 1 1
1= + +...+ .
n1 n2 nk
Penyelesaian. Diandaikan terdapat bilangan ganjil n1, n2, . . . , nkdengan sifat
1 1 1
1= + +...+ .
n n n
1 2 k
Dengan menyamakan penyebut pada ruas kanan, diperoleh n1n2. . . nk = s1 + s2+ . . . +
skdengan s1, s2, . . . , skbilangan ganjil. Diperhatikan bahwa ruas kirimerupakan
bilangan ganjil, sedangkan ruas kanan merupakan bilangan genap,
suatu kontradiksi.

2.3 Algoritma Pembagian

Berikut diberikan salah satu konsep yang disebut Algoritma Pembagian yang
memiliki peranan penting dalam teori bilangan.

Teorema 2.3.1 (Algoritma Pembagian). Untuk setiap bilangan bulat positifadan b


terdapat dengan tunggal pasangan bilangan bulat non-negatif (q, r) dengan sifat b =
aq + r dan r < a. Lebih lanjut, q disebut hasil bagi dan r disebut sisa ketika b dibagi
oleh a.

PENDIDIKAN MATEMATIKA B 2017 97


Bukti. Diberikan sebarang bilangan bulat positif a dan b. Pertama-tama, di-tunjukkan
eksistensi dari pasangan (q, r). Diperhatikan bahwa ada 3 kasus yang mungkin yaitu
a < b, a = b atau a > b.

1. Kasus a > b. Dipilih q = 0 dan r = b < a, diperoleh (q, r) = (0, b) memenuhi


kondisi b = aq + r dan r < a.

2. Kasus a = b. Dipilih q = 1 dan r = 0 < a, diperoleh (q, r) = (1, 0) memenuhi


kondisi b = aq + r dan r < a.

3. Kasus a < b. Diperhatikan bahwa terdapat bilangan bulat positif n se-hingga na


> b. Dipilih q bilangan bulat positif terkecil dengan sifat (q +
1)a > b, maka berlaku qa≤b. Dipilih r = b−aq. Diperoleh (q, r) memenuhi

kondisi b = aq + r dan 0 ≤r < a.

Selanjutnya, akan ditunjukkan ketunggalan pasangan (q, r) tersebut. Diandaikan (q′,


r′) memenuhi kondisi b = aq′ + r′ dan 0 ≤r′< a. Diperoleh aq + r = aq′ + r′, ekuivalen
dengan a(q−q′) = r′−r, yang berarti a|r′−r. Akibatnya |r′−r| ≥a atau |r′−r| = 0.
Karena 0 ≤r, r′≤a, maka |r′−r|< a. Diperoleh |r′−r| = 0,
artinya r′ = r, sehingga berakibat q = q′.

Contoh 2.3.2. Diketahui bilangan 1059, 1417 dan 2312 memiliki sisa yang
samaketika dibagi oleh d >1. Tentukan nilai d.

Penyelesaian. Misalkan sisanya adalah r. Berdasarkan Algoritma Pembagian,


diperoleh

1059 = q1d + r
1417 = q2d + r
2312 = q3d + r,

untuk suatu bilangan bulat q1, q2 dan q3. Diperoleh

(q2−q1)d = 1417 − 1059 = 358 = 2.179


(q3−q1)d = 2312 − 1059 = 1253 = 7.179
(q3−q2)d = 2312 − 1417 = 895 = 5.179,

PENDIDIKAN MATEMATIKA B 2017 98


yang berarti d merupakan faktor dari 2.179, 7.179 dan 5.179. Karena d > 1, maka
diperoleh d = 179.

Contoh 2.3Diberikan.3. bilangan bulat positifn. Tunjukkan bahwa 32n +1 habisdibagi


oleh 2 tetapi tidak habis dibagi oleh 4.
2n
Penyelesaian. Diperhatikan bahwa 3 merupakan bilangan ganjil, sehingga
2n 2n
diperoleh 3 + 1 bilangan genap, yang berarti habis dibagi oleh 2. Karena 3 =
2n
21 2n 1 2n 1
(3 ) =9 = (8 + 1) , maka berdasarkan teorema Binomial Newton:
m M m

( ) m−2 2
(x + y)m = xm + ( 1 xm−1y+ 2 x
)
y + . . . +(m−1)xym−1+ ym,
dengan mengambil m = 2n−1, x = 8 dan y = 1 diperoleh
n n n
n
1 1 2 1 1 n 1 2n 1
(8 + 1)2 = 82 + (1− ) 82 −1+ (2 2− )8m−2+. . .+ ( − )
2n−1 1 8 + 1.

n 2
n
2 1
Akibatnya 3 + 1 = (8 + 1) + 1 = (8K + 1) + 1 = 4(2K) + 2 untuk suatu
bilangan bulat positif K. Jadi, 32n +1 habis dibagi oleh2 tetapi tidak habis dibagi
oleh 4.

Algoritma Pembagian tidak hanya berlaku untuk bilangan bulat positif


saja, tetapi dapat diperluas untuk bilangan bulat. Bukti diserahkan sebagai latihan.

Teorema 2.3.4. Untuk setiap bilangan bulatadanb(a ≠ 0), terdapat dengantunggal

pasangan bilangan bulat non-negatif (q, r) dengan sifat b = aq + r dan 0 ≤r <|a|.

2.4 Bilangan Prima

Pada bagian ini dijelaskan mengenai konsep bilangan prima dan bilangan
komposit.

Definisi 2.4.1. Bilangan bulatp > 1 dikatakanprimajika untuk setiap bilanganbulat d


dengan d >1, d ≠ p berlaku d ̸ p|. Bilangan bulat n >1 yang tidak prima dikatakan
komposit.

PENDIDIKAN MATEMATIKA B 2017 99


Diperhatikan bahwa setiap bilangan bulat n > 1 mempunyai setidaknya
satu faktor prima. Untuk n prima, faktor primanya adalah n sendiri. Untuk n bukan
prima, misalkan a adalah faktor positif terkecil dari n. Diperoleh a merupakan
bilangan prima, sebab jika a bukan prima, maka a = a1a2 untuk suatu 1 ≤a1, a2< a
dan a1|n, kontradiksi dengan fakta bahwa a faktor positif terkecil dari n. Berikut
diberikan suatu sifat yang bermanfaat dalam menentukan suatu bilangan adalah
prima atau tidak.

Teorema 2.4.2. Diberikan bilangan bulatn > 1. Jikankomposit, makan



memiliki faktor prima yang kurang dari atau sama dengan n.

Bukti. Diketahui n komposit. Misalkan n = ab untuk suatu a, b dengan


1 < a≤b dan a faktor positif terkecil dari n. Diperoleh n = ab≥a2, se-

hingga diperoleh a≤ n.

Diperhatikan bahwa 2 merupakan bilangan prima genap dan semua bi-


langan genap lebih dari dua merupakan bilangan komposit. Bilangan prima yang lain
merupakan bilangan ganjil. Bilangan-bilangan prima yang kurang dari 50 adalah 2,
3, 5, 7, 11, 13, 17, 19, 23, 29, 31, 37, 41, 43, 47.

Contoh 2.4.3. Diketahuipdanqbilangan prima yang memenuhip + q = 2013 dan p >


q. Tentukan nilai dari p − q.
Penyelesaian. Diperhatikan bahwa salah satu diantara p dan q bilangan genap sebab
jika keduanya ganjil atau keduanya genap, maka p + q genap, kontradiksi dengan
fakta bahwa p + q = 2013 bilangan ganjil. Karena bilangan prima genap hanya 2 dan
p > q, maka diperoleh q = 2, sehingga didapat p = 2011. Diper-
hatikan bahwa 2011 tidak habis dibagi oleh sebarang bilangan prima yang kurang

dari 2011, yaitu 2,3,5,7,11,13,17,19,23,29,31,37,41 atau 43. Jadi, 2011 meru-
pakan bilangan prima. Akibatnya diperoleh p−q = 2011 − 2 = 2009.

Contoh 2.4.4. Tentukan semua bilangan bulat positifndengan sifat 3n−4, 4n−5 dan
5n − 3 merupakan bilangan prima.
Penyelesaian. Diperhatikan bahwa jumlah ketiga bilangan tersebut adalah bilangan
genap, maka setidaknya salah satu diantaranya merupakan bilangan

PENDIDIKAN MATEMATIKA B 2017 100


genap. Satu-satunya bilangan prima genap adalah 2. Dari ketiga bilangan terse-but,
hanya 3n−4 dan 5n−3 yang mungkin bernilai genap. Untuk kasus 3n−4 = 2,
diperoleh n = 2. Untuk kasus 5n− 3 = 2, diperoleh n = 1. Dapat dicek bahwa hanya n
= 2 yang memenuhi kondisi ketiga bilangan tersebut merupakan bilan-
gan prima.

Contoh 2.4.5. Tunjukkan bahwan4 + 4 merupakan bilangan prima jika danhanya jika
n = 1.

Penyelesaian. Diperhatikan bahwa

n4+ 4 = n4+ 4n2+ 4 − 4n2= (n2+ 2)2 − (2n)2


= (n2− 2n + 2)(n2 + 2n + 2) = ((n− 1)2 + 1)((n + 1)2 + 1).
Diperhatikan bahwa untuk n > 1 berlaku (n− 1)2 + 1 > 1 dan (n + 1)2 + 1 > 1.
Akibatnya, n4 + 4 bukan bilangan prima untuk n > 1.

Contoh 2.4.6. Carilah 20 bilangan bilangan bulat berurutan yang masing-


masingmerupakan bilangan komposit.

Penyelesaian. Diperhatikan 20 bilangan berurutan berikut 21!+2, 21!+3, . . . , 21!+ 21.


Untuk setiap i = 2, . . . , 21, 21! + i merupakan bilangan komposit sebab
i|(20! + i).

Lebih dari 2000 tahun yang lalu, Euclid telah menunjukkan bahwa ada tak
hingga banyak bilangan bulat positif yang merupakan bilangan prima.

Teorema 2.4.7. Ada tak hingga banyaknya bilangan prima.

Bukti. Diandaikan bilangan prima hanya berhingga banyak, katakan p1< p2<
. . . < pm. Diperhatikan bilangan P = p1p2. . . pm + 1. Jika P prima, maka
P > pm, kontradiksi dengan fakta bahwa pmbilangan prima terbesar. Akibat-
nya P haruslah komposit. Artinya P memiliki faktor prima, katakan p > 1.
Diperhatikan bahwa p = pk untuk suatu k∈{1, 2, . . . , m}. Diperoleh bahwa
pk|p1p2 . . . pk . . . pm+ 1. Artinya pk|1, suatu kontradiksi. Jadi, ada tak hingga

PENDIDIKAN MATEMATIKA B 2017 101


banyaknya bilangan prima.

Walaupun telah diketahui bahwa banyaknya bilangan prima ada tak


berhingga, namun sampai saat ini masih belum ditemukan suatu formula untuk
menentukan semua bilangan prima yang ada.

PENDIDIKAN MATEMATIKA B 2017 102


BAB III
FAKTORISASI PRIMA

3.1 Pendahuluan

Sebagai kelanjutan dari konsep bilangan prima dan keterbagian, pada bagian ini
dibahas mengenai faktorisasi prima pada bilangan bulat dan aplikasinya un-tuk
menentukan banyak faktor dan jumlah faktor suatu bilangan bulat. Materi ini
disampaikan pada Minggu ke-5 dan 6.
Dengan mempelajari bab ini, diharapkan:

1. Mahasiswa bisa melakukan faktorisasi prima sebarang bilangan bulat.

2. Mahasiswa bisa menentukan banyak faktor bilangan bulat

3. Mahasiswa bisa menentukan jumlah faktor-faktor bilangan bulat

4. Mahasiswa bisa menerapkan sifat-sifat faktorisasi prima masalah bilangan


bulat

3.2 Teorema Fundamental Aritmatik

Salah satu sifat dasar dari teori bilangan terkait dengan faktor prima diberikan
sebagai berikut.

Teorema 3.2.1 (Teorema Fundamental Aritmatik). Setiap bilangan bulatn > 1 dapat
dinyatakan sebagai perkalian bilangan-bilangan prima secara tunggal.

Bukti. Diberikan bilangan bulat n >1. Pertama-tama, akan ditunjukkan eksis-


tensinya. Misalkan p1 faktor prima dari n. Jika p1 = n, maka n = p1 merupakan
faktorisasi prima dari n. Jika p1< n, maka n = p1r1 dengan r1> 1. Jika r1 prima, maka
n = p1p2 dengan p2 = r1 merupakan faktorisasi yang dimaksud. Jika r1komposit, maka
r1= p2r2dengan p2prima dan r2>1, sehingga n = p1p2r2.Jika r2 prima, maka n = p1p2p3
dengan p3 = r3 merupakan faktorisasi yang di-maksud. Jika r2 komposit, maka secara
rekursif diperoleh barisan bilangan bulat

PENDIDIKAN MATEMATIKA B 2017 103


r1> r2> . . . ≥ 1. Setelah sejumlah langkah, diperoleh pk+1= 1, sehingga dida-pat n =
p1p2. . . pn merupakan faktorisasi yang dimaksud.
Selanjutnya, akan ditunjukkan ketunggalannya. Diasumsikan n memiliki dua
faktorisasi prima berbeda, yaitu:

n = p1p2 . . . pk= q1q2 . . . qh

dimana p1, p2, . . . , pk, q1, q2, . . . , qh bilangan prima dengan p1≤p2≤. . .≤pk dan
q1≤q2≤. . .≤qh sehingga k-tupel (p1, p2, . . .) tidak sama dengan h-tupel (q1, q2, . . . , qh.
Jelas bahwa k, h≥ 2. Misalkan n merupakan bilangan terkecil yang memiliki dua
faktorisasi prima. Akan ditunjukkan terjadi suatu kontradiksi dengan menemukan
bilangan yang lebih kecil dari n yang memiliki dua faktorisasi prima.

Diperhatikan bahwa pi ≠qj untuk setiap i = 1, 2, . . . , k, j = 1, 2, . . . , h sebab jika ada


yang sama, misalkan pk = qh = p, maka n′ = n/p = p1p2. . . pk−1 = q1q2 . . . qh−1dan 1<
n′< n, kontradiksi dengan fakta bahwa n bilangan terkecilyang memiliki dua
faktorisasi prima berbeda. Tanpa mengurangi keumuman, misalkan p1≤q1.
Berdasarkan Algoritma Pembagian diperoleh:
q1 = p1c1 + r1
q2 = p1c2 + r2
.
.
.
qh = p1ch + rh

dengan 1 ≤ri< p1, i = 1, . . . , h. Diperoleh bahwa

n = q1q2 . . . qh= (p1c1+ r1)(p1c2+ r2) . . . (p1ch+ rh)

Dengan menjabarkan bentuk pada ruas kanan persamaan tersebut diperoleh


n = mp1 + r1r2. . . rh untuk suatu bilangan bulat m. Dengan mengambil n′ = r1r2 . . .
rh, maka diperoleh n = p1p2 . . . pk= p1m + n′. Diperoleh bahwa p1|n′,yang artinya n′ =
p1s untuk suatu bilangan bulat s. Berdasarkan pembuktian ek-sistensi faktorisasi
prima diperoleh s dapat dituliskan sebagai perkalian bilangan-bilangan prima,
katakan s = s1s2. . . si dengan s1, s2, . . . , si bilangan prima. Di lain pihak, dengan
menggunakan faktorisasi r1, r2. . . , rh sebagai perkalian bilangan-bilangan prima,
diperoleh n′ = t1t2. . . tj dengan t1, t2, . . . , tj bilangan

PENDIDIKAN MATEMATIKA B 2017 104


prima. Diperhatikan bahwa tu< p1 untuk setiap u = 1, 2 . . . , j, sehingga fak-torisasi n′
= t1t2. . . tj berbeda dengan n′ = p1s1s2. . . si. Akan tetapi n′< n,
kontradiksi dengan fakta bahwa n bilangan terkecil yang memiliki dua faktorisasi
prima berbeda.

Berdasarkan Teorema 3.2.1, diperoleh bahwa setiap bilangan bulat n > 1


dapat dituliskan secara tunggal dalam bentuk

n = pα11 pα22 . . . pαkk

dengan p1, p2, . . . , pk bilangan prima berbeda dan α1, α2, . . . , αk. Representasi ini
dinamakan faktorisasi prima (faktorisasi kanonik ) dari n.

Contoh 3.2.2. Tunjukkan bahwam5 + 3m4− 5m3− 15m2 + 4m + 12 ≠ 33 untuksetiap


bilangan bulat positif m dan n.

Penyelesaian. Diperhatikan bahwa

m5+ 3m4 − 5m3 − 15m2+ 4m + 12 = (m − 2)(m − 1)(m + 1)(m + 2)(m + 3).

Di lain pihak, 33 dapat dinyatakan sebagai perkalian maksimal sebanyak empat


bilangan bulat berbeda, yaitu 33 = (−11)(−3)1(−1). Berdasarkan Teorema Fun-
damental Aritmatik, m5 + 3m4− 5m3− 15m2 + 4m + 12 ≠ 33 sebab 33 dapat
dinyatakan sebagai perkalian maksimal sebanyak empat bilangan bulat berbeda,
sedangkan m5 + 3m4−5m3−15m2 + 4m + 12 dapat dinyatakan sebagai perkalian
lima bilangan bulat berbeda.

Contoh 3.2.3. Tentukan semua bilangan bulat positifnsehingga 28 + 211 +


2nmerupakan bilangan kuadrat sempurna.

Penyelesaian. Misalkan 28 + 211 + 2n bilangan kuadrat sempurna. Artinya, k2=


28+211+2n= 2304+2n= 482+2n. Diperoleh 2n= k2−482= (k−48)(k+48).Berdasarkan
ketunggalan dari faktorisasi prima, diperoleh k− 48 = 2s dan k + 48 = 2tuntuk suatu
bilangan bulat positif s, t dengan s+t = n. Diperhatikanbahwa 2t−2s = 96 = 3.25 atau
2s(2t−s−1) = 3.25. Berdasarkan ketunggalan dari faktorisasi prima, diperoleh s = 5,
s−t = 2, sehingga diperoleh n = s+ t = 12.

PENDIDIKAN MATEMATIKA B 2017 105


Dapat dicek bahwa faktorisasi prima dari perkalian dua bilangan bulat
sama dengan perkalian dari faktorisasi prima dua bilangan tersebut. Hal ini
memberikan suatu karakteristik lain terkait bilangan prima.

Teorema 3.2.4. Diberikan bilangan bulatadanb. Jika bilangan primapmem-bagi ab,


maka p membagi a atau p membagi b.

Bukti. Karena p|ab, maka p harus muncul pada faktorisasi prima dari ab. Karena
faktorisasi prima dari a, b dan ab tunggal dan faktorisasi prima dari ab merupakan
perkalian faktorisasi prima dari a dan b, maka p harus muncul setidaknya pada
salah satu faktorisasi prima dari a atau b, yang berarti p|a atau p|b.

De nisi 3.2.5. Diberikan bilangan bulatn > 1 dan bilangan primap. Bilanganpk
dikatakan membagi penuh n, ditulis pk∥n, jika k adalah bilangan bulat positif
terbesar sehingga pk|n.
Contoh 3.2.6. Tentukan faktor terbesar dari 1001001001 yang kurang dari 10000.

Penyelesaian. Diperhatikan bahwa

1001001001 = 1001 · 106 + 1001 = 1001(106 + 1) = 7 · 11 · 13 · (106 + 1).

Karena x6+1 = (x2)3+1 = (x2+1)(x4−x2+1), maka diperoleh 106+1 = 101·9901.


Jadi, 1001001001 = 7 · 11 · 13 · 101 · 9901. Dapat dicek bahwa faktor terbesar dari
1001001001 yang kurang dari 10000 adalah 9901.

Contoh 3.2.7. Tentukan bilangan bulat positifnyang memenuhi 2n∥31024− 1.

Penyelesaian. Diperhatikan bahwa 210 = 1024 dan x2−y2 = (x + y)(x−y), sehingga


diperoleh
210 29 29 29 28 28
3 = (3 + 1)(3 − 1) = (3 + 1)(3 + 1)(3 − 1)
29 28 27 21 20
= . . . = (3 + 1)(3 + 1)(3 + 1) . . . (3 + 1)(3 + 1)(3 − 1).
Berdasarkan Contoh 2.3.3, 2∥32k untuk setiap bilangan bulat positif k. Jadi,
jawabannya adalah 9 + 2 + 1 = 12.

PENDIDIKAN MATEMATIKA B 2017 106


Berdasarkan Teorema 3.2.1, diperoleh bahwa setiap bilangan bulat diban-gun
oleh bilangan-bilangan prima. Karena pentingnya konsep bilangan prima, banyak
peneliti telah memcoba menemukan rumus eksplisit dari bilangan-bilangan prima.
Namun, sejauh ini usaha tersebut belum berhasil. Salah satu hasil yang diperoleh
Goldbach dalam penelitiannya terkait bilangan prima diberikan sebagai berikut.

Teorema 3.2.8. Untuk setiap bilangan bulatntidak ada polinomialp(x) dengankoe


sien bulat dengan sifat p(n) merupakan bilangan prima untuk setiap bilangan bilat n
≥ m.

Bukti. Diberikan bilangan bulat m. Diandaikan terdapat polinomial yang memenuhi


kondisi tersebut, katakan

P (x) = akxk+ ak−1xk−1+ . . . + a1x + a0

dengan ak, ak−1, . . . , a0 bilangan bulat dan ak ≠ 0. Diperoleh


p(m) = p bilangan prima. Diperhatikan bahwa

p(m + pi) = ak(m + pi)k+ ak−1(m + pi)k−1+ . . . + a1(m + pi) + a0

dan untuk setiap bilangan bulat positif i berlaku


J j
=mj + i mj−1(pi) + (2 )mj−2(pi)2
j ()
(m + pi)
+ . . . + (jj1)m(pi)j−1 + (pi)j

untuksetiapj = 1, 2, . . . , k. Diperoleh bahwa (m + pi)j−mj kelipatan dari p, sehingga
berlaku p(m+pi)−p(m) merupakan kelipatan dari p. Karena p(m) = p, maka diperoleh
p(m + pi) merupakan kelipatan dari p untuk setiap bilangan bu-lat positif i.
Berdasarkan asumsi diperoleh bahwa p(m + pi) prima untuk setiap bilangan bulat
positif i. Akibatnya nilai yang mungkin untuk p(m + pi) adalah 0, p atau −p.
Diperhatikan bahwa total akar persamaan p(x) = 0, p(x) = p dan p(x) = −p paling
banyak 3k. Akibatnya terdapat tak hingga banyaknya i dengan sifat m + pi bukan
solusi dari ketiga persamaan tersebut. Terjadi su-atu kontradiksi. Jadi, untuk setiap
bilangan bulat n, tidak ada polinomial p(x) dengan koefisien bulat dengan sifat p(n)
merupakan bilangan prima untuk setiap

PENDIDIKAN MATEMATIKA B 2017 107


bilanganbilatn≥m.

Walaupun belum ada rumus eksplisit dari bilangan prima, rata-rata


banyaknya bilangan prima diantara bilangan bulat telah diketahui 100 tahun yang
lalu. Fakta ini diberikan oleh Hadamard dan de la Vall´ee Poussin pada tahun 1896,
yaitu:
π(n)
lim =1

dengan π(n) merupakan banyaknya bilangan prima yang kurang dari atau sama
dengan n.

3.3 Banyak Faktor

Untuk setiap bilangan bulat positif n, banyaknya faktor positif dari n dinotasikan
dengan τ(n). Jelas bahwa

τ (n) =1.
d|n
Teorema 3.3.1. Jika n = pα11 pα22 . . . pαkk faktorisasi prima dari n, maka

τ (n) = (α1 + 1)(α2 + 1) . . . (αk + 1).

Bukti. Diperhatikan bahwa berdasarkan faktorisasi prima dari n, setiap fak-tor positif
dari n berbentuk pb11pb22. . . pbkk , dengan 0 ≤bi≤αi, i = 1, 2, . . . , k. Diperoleh
banyaknya faktor positif dari n sama dengan banyaknya kemungkinan nilai dari b1,
b2, . . . , bn. Karena untuk setiap i, ada (αi +1) kemungkinan untuk bi,
maka diperoleh banyaknya faktor positif dari n adalah (α1 +1)(α2 +1) . . . (αk +1).

Teorema 3.3Untuk.2. setiap bilangan bulat positifnberlaku



(n)
d=n2 .
d|n

PENDIDIKAN MATEMATIKA B 2017 108


Bukti. Diperhatikan bahwa

2 ∏ ∏n
∏| ∏| d
d|n = d d= d
d|n d|n
dn dn ∏
∏| n = nτ(n).
n d|n

= d n ( d. d ) =
Jadi,

|
(n)

d=n 2 .
dn

Contoh 3.3.3. Tentukan peluang sebarang bilangan dipilih dari faktor positif
1020merupakan kelipatan 1013.

Penyelesaian. Diperhatikan bahwa setiap faktor positif dari 1020 berbentuk 2a5b
dengan 0 ≤a, b≤ 20, sedangkan 1013 = 213513. Diperoleh faktor posi-tif dari faktor
positif 1020 yang merupakan kelipatan 1013 berbentuk 2a5b den-gan 13 ≤a, b≤ 20,
sehingga didapat banyaknya faktor yang memenuhi kondisi
tersebut ada 8 × 8 = 64. Di lain pihak, banyak faktor positif dari 1020 adalah
21 × 21 = 441. Jadi, peluang sebarang bilangan dipilih dari faktor positif 1020
64

merupakan kelipatan 1013 adalah 441 .


Teorema 3.3.4. Untuk setiap bilangan bulat positifnberlakuτ(n) ≤ 2 n.
Bukti. Misalkan d1<√d2< . . . < dk faktor-faktor positif dari n yang kurang dari atau
sama dengan n. Diperoleh bahwa faktor lain yang tersisa adalah
n n n
, ,..., .
d1 d2 dk


Akibatnya diperoleh τ(n) ≤ 2k≤ 2dk≤ 2 n.

PENDIDIKAN MATEMATIKA B 2017 109


PENDIDIKAN MATEMATIKA B 2017 110
3.4 Jumlah Faktor

Untuk setiap bilangan bulat positif n, jumlah semua faktor positif dari n, terma-suk 1
dan n, dinotasikan dengan σ(n). Jelas bahwa

σ(n) = d.
d|n
Teorema 3.4.1. Jika n = pα11 pα22 . . . pαkk faktorisasi prima dari n, maka

α +1 α +1
σ(n) = p1 1 −1 ... pk k −1 .
p1 − 1 pk − 1
Bukti. Diperhatikan bahwa setiap faktor positif dari n berbentuk

pa11 pa22 . . . pakk

dengan 0 ≤bi≤αi, i = 1, 2, . . . , k. Setiap faktor positif dari n muncul tepat sekali pada
penjabaran perkalian

(1 + p1 + . . . + pα11 ) . . . (1 + pk + . . . + pαkk ).

Akibatnya diperoleh

σ(n) = (1 + p1 + . . . + pα1 ) . . . (1 + pk + . . . + pαk ) = p1


α +1
1 −1 ... pk
α +1
k −1 .
1 k
p1 − 1 pk − 1

Contoh 3.4Tentukan.2. jumlah semua faktor positif genap dari 10000.

Penyelesaian. Diperhatikan bahwa setiap faktor positif dari 10000 berbentuk2a5b


dimana a, b bilangan bulat dengan 1 ≤a≤ 5 dan 0 ≤b≤ 5. Setiap faktor genap dari
10000 muncul tepat sekali pada penjabaran perkalian

(2 + 22 + 23 + 24 + 25)(1 + 5 + 52 + 53 + 54 + 55).

Akibatnya diperoleh

56 − 1
2 3 4 5 2 3 4 5
(2 + 2 + 2 + 2 + 2 )(1 + 5 + 5 + 5 + 5 + 5 ) = 62. = 242172.
5−1

PENDIDIKAN MATEMATIKA B 2017 111


Diperhatikan bahwa p prima jika dan hanya jika faktor positif dari p hanya 1 dan
p, yang berarti σ(p) = p + 1. Akibatnya diperoleh karakteristik dari jumlah faktor
terkait bilangan prima.

Teorema 3.4.3. Bilangan bulat positifpmerupakan bilangan prima jika danhanya jika
σ(p) = p + 1.

Teorema 3.4.4. Untuk setiap bilangan kompositnberlakuσ(n) > n + n.

Bukti. Diberikan sebarang bilangan komposit n. Karena n komposit, maka


berdasarkan Teorema 2.4.2 terdapat a faktor positif dari n dengan 1 < a≤ n.

n n n √

Karena a faktor dari n, maka a merupakan faktor dari n dengan a ≥ √ n = n.


Diperoleh 1, a, a, n merupakan faktor positif dari n, sehingga didapat σ(n) ≥
n

1 + a + na + n > n + √n.

PENDIDIKAN MATEMATIKA B 2017 112


BAB IV
FAKTOR PERSEKUTUAN DAN KELIPATAN
PERSEKUTUAN

4.1 Pendahuluan

Pada bagian ini dibahas konsep mengenai faktor persekutuan terbesar dan
kelipatan persekutuan terkecil bilangan-bilangan bulat. Faktorisasi prima yang telah
dibahas pada Bab 2, pada pertemuan Minggu ke-8 dan 9 memunculkan konsep faktor
persekutuan dan kelipatan persekutuan antara lebih dari satu bi-langan bulat.

Dengan mempelajari bab ini, diharapkan:

1. Mahasiswa bisa menjelaskan pengertian faktor persekutuan dan faktor perseku-


tuan terbesar.

2. Mahasiswa bisa menentukan FPB dua atau lebih bilangan bulat

3. Mahasiswa bisa menjelaskan pengertian kelipatan persekutuan dan keli-patan


persekutuan terkecil

4. Mahasiswa bisa menentukan kelipatan persekutuan terkecil

5. Mahasiswa bisa menerapkan sifat-sifat FPB dan KPK pada masalah bilan-gan
bulat

4.2 Faktor Persekutuan Terbesar

Untuk setiap bilangan bulat positif k, didefinisikan Dk sebagai himpunan semua


faktor positif dari k. Jelas bahwa Dk merupakan himpunan berhingga.

Definisi 4.2.1. Diberikan bilangan bulat positifmdann. Anggota terbesar


darihimpunan Dm ∩ Dn disebut faktor persekutuan terbesar (greatest com-mon
divisor) dari m dan n, dinotasikan dengan gcd(m, n). Bilangan m dan n dikatakan
relatif prima jika gcd(m, n) = 1.

PENDIDIKAN MATEMATIKA B 2017 113


Beberapa sifat dasar dari faktor persekutuan terbesar diberikan sebagai
berikut.

Teorema 4.2.2. Diberikan bilangan bulat positifm, ndanp.

a. Jika p prima, maka gcd(p, m) = p atau gcd(p, m) = 1.

b. Jika d = gcd(m, n), m = dm′, n = dn′, maka gcd(m′, n′) = 1.

c. Jika d = gcd(m, n), m = d′m”, n = d′n”, gcd(m”, n”) = 1, maka d′= d.

d. Jika d′ faktor persekutuan dari m dan n, maka d′ membagi gcd(m, n).

e. Jika px∥m dan py∥n, maka pmin(x,y)∥gcd(m, n). Lebih lanjut, jika m = pα11 . .
. pαkk dan n = pβ11 . . . pβkk , αi, βi ≥ 0, i = 1, 2, . . . , k, maka
min( α ,β ) min( α ,β )
gcd(m, n) =p 1 1 1 ...p k k k.

f. Jika m = nq + r, maka gcd(m, n) = gcd(n, r).

Contoh 4.2.3. Diberikand = gcd(7n + 5, 5n + 4), dimananadalah bilanganbulat


positif.

a. Buktikan bahwa untuk setiap bilangan bulat positif n berlaku d = 1 atau d = 3.

b. Buktikan bahwa d = 3 jika dan hanya jika n = 3k + 1 untuk suatu bilangan bulat
positif k.

Penyelesaian. Diambil sebarang bilangan bulat positif n.

a. Diperhatikan bahwa d|7n + 5 dan d|5n + 4, maka d|5(7n + 5) dan d|7(5n + 4).
Akibatnya d|5(7n + 5) − 7(5n + 4) atau d|3. Artinya, d faktor positif dari 3. Jadi, d
= 1 atau d = 3.

b. Diperhatikan bahwa n dapat dinyatakan dalam salah satu bentuk berikut: 3k, 3k +
1 atau 3k + 1, untuk suatu bilangan bulat positif k. Jika n = 3k, maka 7n + 5 = 21k
+ 5 = 3(7k + 1) + 2 dan 5n + 4 = 15k + 4 = 3(5k + 1) + 1. Jika n = 3k + 1, maka 7n
+ 5 = 21k + 12 = 3(7k + 4) dan 5n + 4 = 15k + 9 =3(5k + 3). Jika n = 3k + 2, maka
7n + 5 = 21k + 19 = 3(7k + 6) + 1 dan

PENDIDIKAN MATEMATIKA B 2017 114


5n + 4 = 15k + 14 = 3(5k + 4) + 2. Diperoleh 3|7n + 5 dan 3|5n + 4 jika dan hanya
jika n = 3k + 1 untuk suatu bilangan bulat positif k. Diperhatikan bahwa 3|7n + 5
dan 3|5n + 4 berakibat 3| gcd(7n + 5, 5n + 4) atau 3|d. Karena d|3 dan 3|d, maka
d = 3. Jadi, d = 3 jika dan hanya jika n = 3k + 1 untuksuatu bilangan bulat positif
k.

Contoh 4.2.4. Tunjukkan bahwa untuk setiap bilangan bulat positifn, pecahan
21n+ 4
tidak dapat disederhanakan.
14n + 3

Penyelesaian. Diambil sebarang bilangan bulat positif n. Diperhatikan bahwa 3(14n


+ 3) − 2(21 + 4) = 1. Akibatnya diperoleh gcd(21n + 4, 14n + 3)|1, yang
21n + 4
berarti gcd(21n + 4, 14n + 3) = 1. Dengan kata lain, pecahan sudah
14n + 3
dalam bentuk yang sederhana.

Definisi dari faktor persekutuan terbesar dapat diperluas untuk lebih


dari dua bilangan. Untuk sebarang bilangan bulat positif a1, a2, . . . , an, gcd(a1, a2, . . . , an)
didefinisikan sebagai faktor persekutuan terbesar dari semua bilangan a1, a2, . . . , an. Berikut
beberapa sifat terkait dengan faktor persekutuan terbesar dari beberapa bilangan bulat.

Teorema 4.2.5. Diberikana1, a2, . . . , as, m, n, p, dbilangan bulat positif.

a. gcd(gcd(m, n), p) = gcd(m, gcd(n, p)).

b. Jika d|ai, i = 1, 2 . . . , s, maka d| gcd(a1, a2, . . . , as).

c. Jika ai= pα11i . . . pαkki , i = 1, . . . , s, maka


min( α ,...,α )
gcd(a1, . . . , as) =p 1 11 1s . . . pmin(kαk1,...,αks).

Bilangan a1, a2, . . . , an dikatakan relatif prima jika gcd(a1, a2, . . . , an) = 1.
Diperhatikan bahwa gcd(a1, a2, . . . , an) = 1 belum tentu berakibat gcd(ai, aj ) =
1 untuk 1 ≤i < j≤n. Jika a1, a2, . . . , an memenuhi gcd(ai, aj ) = 1 untuk
1 ≤ i < j ≤ n, maka a1, a2, . . . , andikatakan sepasang-sepasang relatif prima.

PENDIDIKAN MATEMATIKA B 2017 115


Contoh 4.2.6. Tentukan gcd(26− 22, 36− 32, 46− 42, 56− 52, 66− 62, 76− 72).

Penyelesaian. Misalkan d = gcd(26−22, 36−32, 46−42, 56−52, 66−62, 76−72).


Berdasarkan Contoh 2.2.7, untuk setiap bilangan bulat positif n berlaku 60|n6−
n2. Akibatnya diperoleh 60|d. Diperhatikan bahwa karena 26 − 22= 60, maka
diperoleh d|60. Jadi, d = 60.

4.3 Algoritma Euclid

Faktorisasi prima dapat membantu menentukan faktor persekutuan terbe-sar


dari bilangan-bilangan bulat positif. Akan tetapi, untuk bilangan yang cukup besar
faktorisasi prima tidak mudah dilakukan. Berikut dijelaskan salah satu algoritma
yang bermanfaat dalam menentukan faktor persekutuan terbesar dari dua bilangan
bulat positif m dan n, yaitu Algoritma Euclid . Algoritma ini menggunakan algoritma
pembagian yang dilakukan berulang-ulang:

m = nq1 + r1, 1 ≤r1< n,


n = r1q2 + r2, 1 ≤r2< r1,
.
.
.
r
k−2 = rk−1qk + rk, 1 ≤rk< rk−1,
r
k−1 = rkqk+1 + rk+1, rk+1 = 0.
Persamaan-persamaan tersebut ada sebanyak berhingga sebab n > r1> r2>
. . . > rk. Berdasarkan sifat f. pada Teorema 4.2.2, diperoleh

gcd(m, n) = gcd(n, r1) = gcd(r1, r2) = . . . = gcd(rk−1, rk) = rk.

Contoh 4.3.1. Jika sebuah bilangan bulat positif kelipatan 305 dipilih secara acak,
dengan setiap kelipatan mempunyai peluang yang sama untuk dipilih, ten-tukan
peluang bilangan tersebuthabisdibagi 2013?

PENDIDIKAN MATEMATIKA B 2017 116


Penyelesaian. Berdasarkan Algoritma Euclid:

2013 = 6.305 + 183


305 = 1.183 + 122
183 = 1.122 + 61
122 = 2.61 + 0,

diperoleh gcd(2013, 305) = gcd(305, 183) = gcd(183, 122) = gcd(122, 61) = 61.
Diperoleh 2013 = 61.33 dan 305 = 61.5. Akibatnya, peluang yang dimaksud sama
dengan peluang suatu bilangan kelipatan 5 habis dibagi 33, yaitu 331.

Contoh 4.3Tentukan.2. nilai dari

gcd(2014 + 2, 20142 + 2, 20143 + 2, . . .).

Penyelesaian. Misalkan d = gcd(2014+2, 20142+2, 20143+2, . . .).


Diperhatikanbahwa 20142 + 2 = 20142− 4 + 6 = (2014 − 2)(2014 + 2) + 6 =
2012(2014 + 2) + 6. Berdasarkan Algoritma Euclid diperoleh

gcd(2014 + 2, 20142 + 2) = gcd(2016, 6) = 6.

Akibatnya d|6. Di lain pihak, setiap bilangan pada barisan 2014 + 2, 20142 + 2,
20143 + 2, . . . habis dibagi 2. Lebih lanjut, karena 2014 = 2013 + 1 = 671.3 + 1,
maka untuk setiap bilangan bulat positif k berlaku 2014k = 3ak + 1 untuk suatu
bilangan bulat positif ak. Diperoleh 3|2014k + 2 untuk setiap bilangan bulat posi-tif k.
Karena 2 dan 3 relatif prima, maka setiap bilangan pada barisan tersebut habis dibagi
oleh 6, sehingga diperoleh 6|d. Karena d|6 dan 6|d, maka d = 6.

4.4 Identitas Bezout

Algoritma Euclid memberikan karakteristik penting terkait eksistensi penye-


lesaian persamaan linear dua variabel sebagai berikut.

Teorema 4.4.1 (Identitas B´ezout). Untuk setiap bilangan bulat


positifmdann,terdapat bilangan bulat x dan y dengan sifat mx + ny = gcd(m, n).

PENDIDIKAN MATEMATIKA B 2017 117


Bukti. Berdasarkan Algoritma Euclid diperoleh bahwa

r1= m − nq1, r2= −mq2+ n(1 + q1q2), . . . .


Karena ri+1 = ri−1 + riqi+1, maka secara umum diperoleh ri = mαi + nβi untuk i = 1, 2, .
. . , k dengan

α
i+1 i−1+qi+1αi

β
i+1 =βi−1+qi+1βi
untuk i = 2, 3, . . . , k− 1. Akibatnya diperoleh gcd(m, n) = rk = αkm + βkn.

Identitas B´ezout memberikan karakteristik terkait penyelesaian persamaan


berbentuk ax + by = c.

Akibat 4.4.2. Diberikan bilangan bulata, b, c. Persamaanax + by =


cmemilikipenyelesaian bulat (x, y) jika dan hanya jika gcd(a, b) membagi c.

Identitas B´ezout juga memberikan karakteristik lain terkait konsep keterba-


gian.

Teorema 4.4.3. Diberikan bilangan bulat positifa, bdan bilangan bulatc. Jikaa|bc

dan gcd(a, b) = 1, maka a|c.

Bukti. Kasus c = 0 cukup jelas. Diasumsikan c ≠ 0. Karena gcd(a, b) = 1, maka


berdasarkan Identitas B´eout , ax + by = 1 untuk suatu bilangan bulat x dan y.
Akibatnya diperoleh acx = bcy = c. Karena a|acx dan a|bcy, maka a|c.

Teorema 4.4.4. Diberikan bilangan bulat positifa, byang relatif prima. Jikacbilangan

bulat dengan sifat a|c dan b|c, maka ab|c .

Bukti. Karena a|c, maka c = ax untuk suatu bilangan bulat x. Akibatnya b|ax. Karena
gcd(a, b) = 1 dan b|ax, maka b|x. Diperoleh x = by untuk suatu bilangan
bulat y, sehingga didapat c = aby atau ab|c.

Contoh 4.4.5. Tunjukkan bahwa untuk setiap bilangan primapdan bilangan ( )


bulat k dengan sifat 1 ≤ k < p berlaku p| kp .

PENDIDIKAN MATEMATIKA B 2017 118


Penyelesaian. Diambil sebarang bilangan prima p dan bilangan bulat k dengan sifat 1
≤k < p. Diperhatikan bahwa
k(k) = p (k − 1) .
p p 1

p
( )
Diperoleh bahwa p membagi k k . Karena gcd(p, k) = 1, maka diperoleh bahwa
p

p membagi( k ).
4.5 Kelipatan Persekutuan Terkecil

Untuk setiap bilangan bulat positif k, didefinisikan Mk sebagai himpunan


semua kelipatan dari k. Berbeda dengan himpunan Dk yang didefinisikan se-
belumnya, Mk merupakan himpunan tak hingga.

Definisi 4.5.1. Diberikan bilangan bulat positifsdant. Anggota terkecil darihimpunan


Ms ∩ Mt disebut kelipatan persekutuan terkecil (least common multiple) dari s dan t,
dinotasikan dengan lcm(m, n).

Teorema 4.5.2. Diberikan bilangan bulat positif s dan t.

a. Jika lcm(s, t) = m, m = ss′= tt′, maka gcd(s′, t′) = 1.

b. Jika m′ kelipatan persekutuan dari s dan t dan m′= ss′= tt′, gcd(s′, t′) =1,
makam′ = lcm(s, t).
c. Jika m; kelipatan persekutuan dari s dan t, maka lcm(s, t)|m′.

d. Jika m|s dan n|s, maka lcm(m, n)|s.

e. Untuk setiap bilangan bulat n berlaku n.lcm(s, t) = lcm(ns, nt).

f. Jika s = pα11 . . . pαkk dan t = pβ11 . . . pβkk , αi, βi ≥ 0, i = 1, 2, . . . , k, maka


max( α ,β ) max( α ,β )
lcm(s, t) =p 1 1 1 ...p k k k.

Sifat berikut memberikan hubungan antara faktor persekutuan terbesar


dengan kelipatan persekutuan terkecil.

PENDIDIKAN MATEMATIKA B 2017 119


Teorema 4.5.3. Untuk sebarang bilangan bulat positifmdannberlaku

mn = gcd(m, n).lcm(m, n).

Bukti. Misalkan m = pα11. . . pαkk dan n = pβ11. . . pβkk , αi, βi≥ 0, i = 1, 2, . . . , k.


Berdasarkan Teorema 4.2.2 bagian e. dan Teorema 4.5.2 bagian f. diperoleh

max(α ,β )+min(α ,β )
gcd(m, n).lcm(m, n) = p1 1 1 1 1 . . . pkmax(αk,βk)+min(αk,βk)
pα1+β
α +β
= 1 . . . p k k = mn.
1 k

Contoh 4.5.4. Diketahuiadanbbilangan bulat positif dengana + b = 52 danlcm(a, b) =


168. Tentukan nilai dari ab.

Penyelesaian. Misalkan d = gcd(a, b). Diperoleh d|52 dan d|168, sehingga d| gcd(52,
168). Karena 168 = 3.52+12, 52 = 4.12+4, 12 = 3.4, maka berdasarkanAlgoritma
Euclid diperoleh gcd(168, 52) = 4, sehingga d|4. Diperhatikan bahwa 4|lcm(a, b),
maka 4|a atau 4|b. Karena 4|a+b, maka 4|a dan |b, sehingga diperoleh 4|d. Jadi, d =
4. Berdasarkan Teorema 4.5.3, diperoleh ab = 4.168 = 724.

Lebih lanjut, untuk setiap bilangan bulat positif a1, a2, . . . , an, keli-patan
persekutuan terkecil dari a1, a2, . . . , an adalah bilangan bulat positif terkecil yang
merupakan kelipatan dari masing-masing a1, a2, . . . , an, dinotasikan dengan lcm(a1,
a2, . . . , an).

PENDIDIKAN MATEMATIKA B 2017 120


BAB V
KEKONGRUENEN

5.1 Pendahuluan

Pada bagian ini dibahas konsep kekongruenan dan kelas residu. Topik ini
menjadi bahan bahasan untuk Minggu ke-11 . Beberapa teorema terkenal dalam
Teori Bilangan yang berkaitan dengan kekongruenan, seperti Teorema Euler dan
Teorema Kecil Fermat, diberikan pada bagian ini.
Setelah mempelajari topik bahasan pada bab ini yang meliputi modulo, kelas
residu:

1. Mahasiswa mampu menjelaskan konsep kekongruenan, kelas residu

2. Mahasiswa mampu membuktikan Teorema Euler dan Teorema Wilson

3. Mahasiswa mampu menerapkan konsep kongruensi beserta sifat-sifat untuk


memecahkan masalah yang berkaitan

5.2 Kekongruenan

Konsep kekogruenan pada bilangan bulat dikembangkan berdasarkan kon-sep


Algoritma Pembagian.

Definisi 5.2.1. Diberikan bilangan bulata, bdanmdenganm ≠ 0. Bilanganadan b


dikatakan kongruen modulo m jika m membagi a−b, dinotasikan dengan a ≡ b (mod
m). Jika m tidak membagi a − b, maka bilangan a dan b dikatakan tidak kongruen
modulo m dan dinotasikan a ̸≡b (mod m).

Relasi ”≡” pada definisi tersebut dinamakan relasi kongruensi. Beber-apa


karakteristik dasar terkait dengan kekongruenan diberikan sebagai berikut.

Teorema 5.2.2. Diberikan bilangan bulat a, b, c, d dan m.

a. a ≡ a (mod m).

b. Jika a ≡ b (mod m) dan b ≡ c (mod m), maka a ≡ c (mod m).

PENDIDIKAN MATEMATIKA B 2017 121


c. a ≡ b (mod m), maka b ≡ a (mod m).

d. Jika a ≡ b (mod m) dan c ≡ d (mod m), maka a + c ≡ b + d (mod m) dan a


− c ≡ b − d (mod m).
e. Jika a ≡ b (mod m), maka untuk setiap bilangan bulat k berlaku ka ≡ kb
(mod m).

f. Jika a ≡ b (mod m) dan c ≡ d (mod m), maka ac ≡ bd (mod m).


Secara umum, jika ai ≡ bi(mod m), i = 1, . . . , k, maka a1 . . . ak ≡
b1 . . . bk(mod m). Lebih lanjut, jika a ≡ b (mod m), maka untuk setiap
bilangan bulat positif k berlaku ak ≡ bk(mod m).
g. a ≡ b (mod mi), i = 1, . . . , k jika dan hanya jika
a ≡ b (mod lcm(m1, . . . , mk)).

Secara khusus, jika m1, . . . , mk sepasang-sepasang relatif prima, maka a ≡


b (mod mi), i = 1, . . . , k jika dan hanya jika a ≡ b (mod m1 . . . mk).
Contoh 5.2.3. Tentukan sisa pembagian 62013oleh 37.

Penyelesaian. Diperhatikan bahwa 36 =≡ −1 (mod 7), maka diperoleh


62013≡ 6.62012≡ 6.(62)1006≡ 6.(−1)1006≡ 1 (mod 37).
Jadi, sisa pembagian 62013 oleh 37 adalah 6.

Contoh 5.2.4. Tentukan dua digit terakhir dari 32013.

Penyelesaian. Diperhatikan bahwa

32013 = (35)40233 = (243)40227


≡ 4340227
≡ (1849)20127
≡ (49)20127
≡ (2401)10049.27
≡ (1)1001323
≡ 23 (mod 100).

PENDIDIKAN MATEMATIKA B 2017 122


Jadi, dua digit terakhir dari 32013 adalah 23.

Contoh 5.2.5. Tunjukkan bahwa 7 habis membagi 32n+1 + 2n+2untuk setiapbilangan


bulat positif n.

Penyelesaian. Diambil sebarang bilangan bulat positif n. Diperhatikan bahwa 32n+1≡


3.9n≡ 3.2n (mod 7) dan 2n+2≡ 4.2n (mod 7). Akibatnya
32n+1 + 2n+2≡ 7.2n≡ 0 (mod 7).

Teorema 5.2.6. Diberikan bilangan bulata, bdann, n ≠ 0 dengan sifata = nq1+ r1, b =
nq2+ r2, 0 ≤ r1, r2< |n|. a ≡ b (mod n) jika dan hanya jika
r1 = r2 .

Bukti. Diperhatikan bahwa a−b = n(q1−q2)+(r1−r2), maka diperoleh n|(a−b)


jika dan hanya jika n|(r1−r2). Karena |r1−r2|<|n|, maka diperoleh n|(a−b)
jika dan hanya jika r1 = r2.

Diperhatikan bahwa Teorema 3.2.4 dapat dinyatakan dalam konsep kekon-


gruenan sebagai berikut.

Akibat 5.2.7. Diberikan bilangan primap. Jikaxdanybilangan bulat dengansifat xy ≡

0 (mod p), maka x ≡ 0 (mod p) atau y ≡ 0 (mod p).

Hal ini merupakan salah satu contoh kesamaan yang terdapat dalam be-
berapa konsep teori bilangan: p|xy (notasi keterbagian), xy≡ 0 (mod p) (notasi
kekongruenan) dan p = kxy (notasi persamaan Diophantine). Beberapa aplikasi dari
Teorema 4.4.3 dan Teorema 4.4.4 diberikan sebagai berikut.

Akibat 5.2.8. Diberikan bilangan bulat positifmdan bilangan bulata, bdancdengan c


≠ 0. Jika ac ≡ bc (mod m), maka
m
a ≡ b (mod gcd(c, m)).

PENDIDIKAN MATEMATIKA B 2017 123


Akibat 5.2.9. Diberikan bilangan bulat positifmdanabilangan bulat yang relatifprima
dengan m. Jika a1 dan a2 bilangan bulat dengan sifat a1 ≡ a2(mod m), maka a1a ≡
a2a (mod m).
Contoh 5.2.10. Tentukan semua bilangan primapdanqdengan sifatp + q = (p−q)3.
Penyelesaian. Misalkan bilangan prima p dan q memenuhi p + q = (p−q)3.
Diperhatikan bahwa (p−q)3 = p + q ≠ 0, diperoleh p ≠q yang berarti p dan q re-latif
prima. Karena p−q≡ 2p (mod p + q), maka diperoleh 0 ≡ 8p3 (mod p + q).
Karena p dan q relatif prima, maka p dan p + q relatif prima, sehingga diperoleh 0 ≡
8 (mod p + q). Artinya p + q|8. Dapat dicek bahwa bilangan prima (p, q)
yang memenuhi hanya (3, 5) atau (5, 3).

Berikut diberikan sifat yang bermanfaat dalam menyederhanakan ben-tuk


pangkat pada relasi kongruensi.

Teorema 5.2.11. Diberikan bilangan bulatm, adanbdenganadanbrelatifprima


terhadap m. Jika x dan y bilangan bulat positif dengan sifat

ax ≡ bx(mod m) dan ay ≡ by(mod m),


Maka
agcd(x,y)
≡bgcd(x,y) (mod m).
Bukti. Berdasarkan Identitas B´ezout, terdapat bilangan bulat tak negatif u dan
v dengan sifat gcd(x, y) = ux−vy. Diperoleh

aux ≡bux (mod m) dan avy≡bvy (mod m),

sehingga berlaku auxbvy ≡ avybuxmod m. Karena gcd(a, m) = gcd(m, n) = 1,


maka diperoleh

agcd(x,y) ≡aux−vy≡bux−vy≡bgcd(x,y) (mod m).

PENDIDIKAN MATEMATIKA B 2017 124


5.3 Kelas Residu

Berdasarkan Teorema 5.2.2 bagian a. b. dan c., diperoleh bahwa untuk


sebarang bilangan bulat positif m, setiap bilangan bulat dapat diklasifikasikan secara
tunggal ke dalam suatu kelas berdasarkan sisanya ketika dibagi oleh m. Jelas bahwa
terdapat sebanyak m kelas.

Definisi 5.3.1. Diberikan bilangan bulat positifn. Himpunan bilangan bulatSdisebut


himpunan kelas residu lengkap modulo n jika untuk setiap i dengan 0 ≤i≤n− 1,
terdapats∈Sdengan sifati≡s mod n.

Diperhatikan bahwa {a, a+1, a+2, . . . , a+m−1} merupakan himpunan


kelas residu lengkap modulo m untuk sebarang bilangan bulat a.

Contoh 5.3.2. Diberikan bilangan bulat positifn. Pernyataan-pernyataan dibawahini


benar.

a. n2 ≡ 0 atau 1 (mod 3);

b. n2 ≡ 0 atau ±1 (mod 5);

c. n2 ≡ 0 atau 1 atau 4 (mod 8);

d. n3 ≡ 0 atau ±1 (mod 9);

e. n3 ≡ 2 atau 3 atau 5 (mod 7);

f. n4 ≡ 0 atau 1 (mod 16).

Bukti diserahkan sebagai latihan.

Contoh 5.3.3. Tunjukkan bahwa tidak ada bilangan bulat x dan y yang memenuhi x2
− 5y2= 2013.
Penyelesaian. Diandaikan bilangan bulat x dan y memenuhi x2− 5y2 = 2013.
Diperhatikan bahwa x2− 5y2≡ 0 atau ±1 (mod 5). Di sisi lain, 2013 ≡ 3
(mod 5), suatu kontradiksi.

PENDIDIKAN MATEMATIKA B 2017 125


Contoh 5.3.4. Diberikanmbilangan genap positif. Diasumsikan bahwa{a1,
a2, . . . , am} dan {b1, b2, . . . , bm}
dua himpunan kelas residu lengkap modulo m. Tunjukkan bahwa

{a1+ b1, a2+ b2, . . . , am+ bm}

bukan himpunan kelas residu lengkap modulo m.

Penyelesaian. Diandaikan {a1 + b1, a2 + b2, . . . , am + bm} himpunan kelas residu


lengkap modulo m. Diperoleh

1+2+...+n ≡ (a1+ b1) + (a2+ b2) + . . . + (am+ bm)


≡ (a1 + a2 + . . . + am) + (b1 + b2 + . . . + bm)

≡ 2(1 + 2 + . . . + m) (mod m),


m(m + 1)

sehingga 1 + 2 + . . . + m≡ 0 (mod m) atau m| 2 . Kontradiksi den-


m(m + 1)
gan fakta bahwa untuk bilangan genap m, m̸ | 2 . Jadi, {a1 + b1, a2 +
b2, . . . , am+ bm} bukan himpunan kelas residu lengkap modulo m.

Teorema 5.3.5. Diberikan bilangan bulat positifmdana, bbilangan bulat dengan


gcd(a, m) = 1. JikaShimpunan kelas residu lengkap modulom, maka

T = aS + b = {as + b : s ∈ S}

merupakan himpunan kelas residu lengkap modulo m.

Bukti. Diketahui S himpunan kelas residu lengkap modulo m. Diperoleh bahwa


banyak anggota dari S ada sebanyak m, misalkan S = {s1, s2, . . . , sm} den-gan si̸≡sj, i
≠j dan untuk setiap i = 0, 1, 2, . . . , m− 1 terdapat j dengan sifat sj≡i mod m.
Diperhatikan bahwa T = {as + b : s∈S}, maka diper-oleh banyak anggota dari T ada
sebanyak m, sehingga cukup ditunjukkan setiap anggotanya tidak kongruen satu
sama lain dalam modulo m. Diandaikan terda-pat asi + b≡asj + b (mod m) untuk
suatu 1 ≤i < j≤m. Diperoleh asi≡asj (mod m). Karena gcd(a, m) = 1, maka diperoleh
si≡sj (mod m). Kontradiksi

PENDIDIKAN MATEMATIKA B 2017 126


dengan fakta si̸≡sj, i ≠j. Jadi, T merupakan himpunan kelas residu lengkap
modulo m.

Selanjutnya, diberikan hubungan antara kelas residu dengan persamaan


kongruensi linear.

Teorema 5.3.6. Diberikan bilangan bulat positifm. Jikaa, bbilangan bulat den-gan
gcd(a, m) = 1, maka terdapat bilangan bulat x dengan sifat ax ≡ b (mod m) dan
semua bilangan x yang memenuhi kondisi tersebut berada pada tepat satu kelas
residu modulo m.

Bukti. Misalkan {c1, c2. . . , cm} himpunan kelas residu lengkap modulo m. Berdasarkan
Teorema 5.3.5,
{ac1 − b, ac2 − b, . . . , acm − b}
merupakan himpunan kelas residu lengkap. Akibatnya, terdapat ci dengan sifat aci −
b ≡ 0 (mod m), dengan kata lain cimerupakan solusi persamaan kongru-
ensi ax b (mod m). Lebih lanjut, jika x dan x′solusi persamaan kongruensi

ax b (mod m), maka berlaku ax ax′ (mod m). Karena gcd(a, m) = 1, maka
≡ ≡
diperoleh x≡x′ (mod m).

Khusus untuk b = 1, pada Teorema 5.3.6 diperoleh bahwa jika gcd(a, m) = 1,


maka terdapat x dengan sifat ax≡ 1 (mod m). Bilangan x tersebut disebut invers dari a
modulo m, dinotasikan dengan a−1 atau a1 (mod m). Karena se-mua bilangan x yang
memenuhi kondisi ax≡ 1 (mod m) berada pada tepat satu kelas residu modulo m, maka
invers dari a modulo m terdefinisi dengan baik.

Teorema 5.3.7 (Teorema Wilson). Untuk setiap bilangan primapberlaku (p− 1)! =

−1 (mod p).

Bukti. Untuk kasus p = 2 dan p = 3 cukup jelas. Diambil sebarang bilangan prima p≥
5. Misalkan S = {2, 3, . . . , p− 2}. Karena p prima, maka untuk sebarang s∈S
memiliki invers tunggal s′∈{1, 2, . . . , p− 1}. Lebih lanjut, s′≠ 1 dan s′≠ p − 1,
akibatnya s′∈ S. Diperhatikan bahwa s′≠ s sebab jika s′= s, maka s2 ≡ 1 (mod p),
sehingga diperoleh p|s−1 atau p|s+1. Hal ini tidak

PENDIDIKAN MATEMATIKA B 2017 127


mungkin sebab s+1 < p. Akibatnya diperoleh bahwa anggota-anggota dari S da-pat
dipartisi menjadi p−23 pasangan berbeda (s, s′) dengan sifat ss′≡ 1 (mod p). Dengan
mengalikan p−23 persamaan kongruensi tersebut diperoleh (p− 2)! ≡ 1
(mod p), sehingga didapat (p− 1)! ≡ −1 (mod p).

Diperhatikan bahwa konvers dari Teorema Wilson benar, yaitu jika (n−
1)! ≡ −1 (mod n) untuk suatu bilangan bulat positif n≥ 2, maka n prima, sebab jika n
= n1n2 untuk suatu bilangan bulat positif n1, n2≥ 2, maka n1|1.2. . . . n1 . . . (n − 1) +
1, suatu kontradiksi. Hal ini memberikan cara lainmengetahui suatu bilangan
merupakan bilangan prima atau tidak. Namun, un-tuk n yang cukup besar hal ini sulit
dilakukan.

Contoh 5.3.8. Diberikan p bilangan prima dengan p ≡ 1 (mod 4). Tunjukkan


bahwa [( 2 ) ] ≡ −
2
p−1
! 1 (mod p).

Penyelesaian. Berdasarkan Teorema Wilson diperoleh


− ≡ −≡
1i(p1)/2 − ≡ 1 i (p 1)/2− ≡ − [( 2 )]
∏ ≤ ≤∏
2
p−1
1 (p 1)! i(p i) i2( 1)(p−1)/2 !(mod p).
≤≤ − −

Karena p≡ 1 (mod 4), maka (−1)(p−1)/2 = 1. Jadi,


[( 2 ) ] ≡ −
2
p−1
! 1 (mod p).

5.4 Teorema Kecil Fermat dan Teorema Euler

Untuk setiap bilangan bulat positif m, banyaknya bilangan bulat positif n yang
kurang dari m dan relatif prima dengan m dinotasikan dengan φ(n).Fungsi φ disebut
fungsi Euler . Jelas bahwa φ(1) = 1 dan untuk setiap bilangan prima p, φ(p) = p− 1.
Lebih lanjut, jika n bilangan bulat positif dengan sifat φ(n) = n − 1, maka n prima.
Beberapa karakteristik lain dari fungsi Eulerdiberikan sebagai berikut.

PENDIDIKAN MATEMATIKA B 2017 128


PENDIDIKAN MATEMATIKA B 2017 129
Teorema 5.4.1. Untuk setiap bilangan primapdan bilangan bulat positifaberlaku
φ(pa) = pa − pa−1.
Teorema 5.4.2. Jikaadanbbilangan bulat positif yang relatif prima, makaφ(ab) =
φ(a)φ(b).

Bukti. Disusun bilangan 1, 2, . . . , ab sebagai berikut:


1 2 ... a
a+1 a+2 . . . 2a
.. .. .. ..
. . . .
a(b − 1) + 1 a(b − 1) + 2 . . . ab.
Jelas bahwa di antara bilangan-bilangan 1, 2, . . . , ab terdapat φ(ab) bilangan yang
relatif prima dengan ab. Di lain pihak, terdapat φ(a) kolom yang mengandung
bilangan-bilangan yang relatif prima dengan a. Karena setiap kolom merupakan
himpunan kelas residu lengkap modulo b, maka terdapat tepat φ(b) bilangan pada
masing-masing kolom yang relatif prima dengan b. Akibatnya, banyaknya bilan-gan
yang relatif prima dengan ab pada susunan tersebut adalah φ(a)φ(b). Jadi,
φ(ab) = φ(a)φ(b).

Berdasarkan Teorema 5.4.1 dan Teorema 5.4.2 diperoleh karakteristik


nilai fungsi Euler dari setiap bilangan bulat positif.
Teorema 5.4.3. Diberikan bilangan bulat positifn. Jikan = pα11pα22. . . pαkkfak-torisasi
prima dari n, maka
1 1 1

φ(n) = n (1 − p1 ) (1 − p2 ) . . . (1 − pk ) .
Contoh 5.4.4. Tunjukkan bahwa ada tak hingga banyaknya bilangan bulat positif
n dengan sifat 10|φ(n).

Penyelesaian. Diambil n = 11k, k = 1, 2, . . .. Diperoleh φ(11k) = 11k−11k−1 =


10.11k−1.

De nisi 5.4.5. Diberikan bilangan bulat positifm. Himpunan bilangan bulatS disebut
himpunan kelas residu tereduksi lengkap modulo m jika untuk setiap 0 ≤ i ≤ n − 1
dengan gcd(i, m) = 1, terdapat s ∈ S dengan sifat i ≡ s (mod m).

PENDIDIKAN MATEMATIKA B 2017 130


Jelas bahwa suatu himpunan kelas residu tereduksi lengkap modulo m
memiliki sebanyak φ(m) anggota.

Teorema 5.4.6. Diberikan bilangan bulat positifmdanadengan gcd(a, m) = 1.Jika S


himpunan kelas residu tereduksi lengkap modulo m, maka himpunan

T = aS = {as|s ∈ S},

merupakan himpunan kelas residu tereduksi lengkap modulo m.

Diberikan bilangan bulat positif m dan S = {a1, a2, . . . , aφ(m)} him-punan


kelas residu tereduksi lengkap modulo m. Berdasarkan eksistensi dan ketunggalan
invers dalam modulo m, dapat ditunjukkan bahwa himpunan invers anggota-anggota
dari S, dinotasikan dengan
1 1 1

a
φ(m

{a1−1, a2−1, . . . , aφ−(1m)} atau { a1 , a2 , . . . , ) },


merupakan himpunan kelas residu tereduksi lengkap modulo m.

Teorema 5.4.7 (Teorema Euler). Jikaadanmbilangan bulat positif dengan gcd(a, m)


= 1, makaaφ(m)≡ 1 (mod m).

Bukti. Misalkan S = {a1, a2, . . . , aφ(m)} himpunan semua bilangan bulat positif yang
kurang dari m dan relatif prima dengan m. Karena gcd(a, m) = 1, maka berdasarkan
Teorema 5.4.6 berlaku

{aa1, aa2, . . . , aaφ(m)}

merupakan himpunan kelas residu tereduksi lengkap modulo m. Akibatnya diper-


oleh
(aa1)(aa2) . . . (aaφ(m)) ≡a1a2. . . aφ(m) (mod m).
Karena gcd(ak, m) = 1, k = 1, 2, . . . , φ(m), maka diperoleh

aφ(m) ≡ 1 (mod m).

Dengan mengambil m bilangan prima, maka Teorema Euler menjadi


Teorema Kecil Fermat.

PENDIDIKAN MATEMATIKA B 2017 131


Teorema 5.4.8 (Teorema Kecil Fermat). Jikaabilangan bulat positif danpbilangan
prima, maka ap ≡ a (mod p).
Contoh 5.4.9. Diberikan bilangan primap≥ 7. Tunjukkan bahwa

|11{z.. . 1}
(p−1) kali
habis dibagi oleh p.

Penyelesaian. Diperhatikan bahwa

11 . . . 1 = 10p−1− 1 .

(p| −{z }
9
1) kali

Karena gcd(10, p) = 1, maka berdasarkan Teorema Kecil Fermat diperoleh p|10p−1− 1,


sehingga
11 . . . 1

Ka
1) li

habis dibagi oleh p. (|p−{z }

Contoh 5.4.10. Diberikan bilangan primap > 5. Tunjukkan bahwa p8 ≡ 1


(mod 240).

Penyelesaian. Diperhatikan bahwa 240 = 24.3.5. Berdasarkan Teorema Ke-


cil Fermat, p2≡ 1 (mod 3) dan p4 ≡ 1 (mod 5). Karena gcd(p, 24) = 1 dan
φ(24) = 8, maka berdasarkan Teorema Euler diperoleh p8 ≡ 1 (mod 16). Jadi,
p8 ≡ 1 (mod m) untuk m = 3, 5 dan 16. Akibatnya p8 ≡ 1 (mod 240).

Berdasarkan Teorema Euler diperoleh jika a dan m bilangan bulat posi-tif


yang relatif prima, maka terdapat bilangan bulat positif x dengan sifat ax≡ 1 (mod m).

De nisi 5.4.11. Diberikan bilangan bulat positifm. Bilangan bulat positifadikatakan


memiliki order d modulo m, dinotasikan ordm(a) = d, jika d adalah bilangan bulat
positif terkecil dengan sifat ad ≡ 1 (mod m).

PENDIDIKAN MATEMATIKA B 2017 132


Berdasarkan Teorema Euler, ordm(a) = d≤φ(m). Jika bilangan bulat positif
x memenuhi ax≡ 1 (mod m), maka berdasarkan Teorema 5.2.11,
agcd(x,d) ≡ 1 (mod m).

Karena gcd(x, d) ≤d dan d bilangan bulat positif terkecil dengan sifat ad≡ 1 (mod m),
maka diperoleh gcd(x, d) = d. Artinya, d membagi x, sehingga diperoleh Teorema
sebagai berikut.

Teorema 5.4.12. Bilangan bulat positifxmemenuhiax≡ 1 (mod m) jika danhanya jika


x kelipatan dari order a modulo m.

Contoh 5.4.13. Tentukan order dari 8 modulo 11.

Penyelesaian. Berdasarkan Teorema Kecil Fermat, diperoleh 810≡ 1 (mod 11).


Akibatnya, ord11(8)|10. Diperhatikan bahwa 82≡ −2 (mod 11)dan 85≡ −1
(mod 11). Jadi, ord11(8) = 10.

PENDIDIKAN MATEMATIKA B 2017 133


BAB VI
PERSAMAAN LINEAR DIOPHANTINE

6.1 Pendahuluan

Pada bagian ini dibahas konsep persamaan linear Diophantine dan eksis-tensi
solusi bulat dari persamaan tersebut. Topik ini merupakan pokok bahasan pada
Minggu ke-11 dan 12 . Lebih lanjut, diberikan karakteristik solusi bulat non-negatif
persamaan linear Diophantine dua variabel.
Setelah mempelajari bab ini diharapkan mahasiswa memiliki learning out-comes
berupa:

1. Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian Diophantine Linear

2. Mahasiswa mampu menyelesaikan soal-soal yang berkaitan dengan Dio-


phantine Linear

6.2 Persamaan Linear Diophantine

Definisi 6.2.1. Diberikan bilangan bulat positifndana1, a2, . . . , an, bbilanganbulat


dengan ai≠ 0, i = 1, 2, . . . , n. Persamaan

a1x1+ a2x2+ · · · + anxn= b, (6.1)


disebut persamaan linear Diophantine.

Berikut diberikan syarat cukup dan perlu agar persamaan (6.1) memiliki
solusi bulat.

Teorema 6.2.2. Persamaan (6.1) memiliki solusi bulat jika dan hanya jika

gcd(a1, a2, . . . , an)|b.

Lebih lanjut, jika persamaan (6.1) memiliki solusi bulat, maka semua solusi bulat

dari persamaan (6.1) dapat dinyatakan ke dalam n − 1 parameter.

PENDIDIKAN MATEMATIKA B 2017 134


Bukti. Misalkan d = gcd(a1, a2, . . . , an).
Jika b tidak habis dibagi oleh d,maka persamaan (6.1) tidak memiliki solusi bulat
sebab untuk setiap bilangan bulat x1, x2, . . . , xn, ruas kiri dari persamaan (6.1) habis
dibagi oleh d sedangkan ruas kanannya tidak.

Jika d|b, maka diperoleh persamaan (6.1) ekuivalen dengan

a1′x1+ a2′x2+ · · · + an′xn= b′, (6.2)


′ ′ ′ ′ ′
dengan a i = ai/d, ı = 1, 2, . . . , n dan b = b/d. Jelas bahwa gcd(a 1, a 2, . . . , a n) =
1. Akan digunakan induksi matematika untuk membuktikan persamaan (6.2)
memiliki solusi bulat.

Kasus n = 1. Persamaan (6.2) menjadi x1 = b atau −x1 = b. Diperoleh x1= b atau


x1= −b merupakan solusi, dan solusi ini tidak berisi parameter.

Diasumsikan persamaan (6.2) dengan n−1 variabel memiliki solusi bulat(n≥ 2).
Akan dibuktikan bahwa persamaan (6.1) dengan n variabel memiliki solusi bulat.
Misalkan dn−1 = gcd(a′1, a′2, . . . , a′n−1). Diperoleh bahwa setiap solusi bulat dari
persamaan (6.2) memenuhi

a1′x1+ a2′x2+ · · · + an′xn ≡ b′ (mod dn−1),


yang ekuivalen dengan

an′xn ≡ b′ (mod dn−1). (6.3)


Dengan mengalikan kedua ruas pada persamaan (6.2) dengan a′φ(dn 1 )−1
dan
n
menggunakan fakta bahwa an′φ(dn1)≡ 1 (mod dn−1), diperoleh

xn ≡ c (mod dn−1),
′φ(dn 1)−1 ′
dengan c = a b . Artinya, x =c+d t untuk suatu bilangan bulat
n− n−
n n 1 1
tn−1. Dengan mensubstitusi xnke persamaan (6.2), diperoleh
a′1x1+ · · · + a′n−1xn−1= b − a′nc − a′ndn−1tn−1.
Diperhatikan bahwa dn−1|(b′−a′nc−a′n−1dn−1tn−1) atau yang ekuivalen dengan a′nc ≡
b′(mod dn−1), sebab c = a′nφ(dn1)−1b′. Akibatnya, dengan membagi keduaruas
persamaan terakhir dengan dn−1 diperoleh

a”1x1+ a”2x2+ · · · + a”n−1xn−1= b” (6.4)

PENDIDIKAN MATEMATIKA B 2017 135


dengan a”i = a′i/dn−1 untuk i = 1, 2, . . . , n dan b” = (b′−a′nc)/dn−1 + a′ntn−1. Karena
gcd(a”1, a”2, . . . , a”n−1) = 1 maka sesuai asumsi induksi, persamaan (6.4) memiliki
solusi bulat dan solusinya dapat ditulis ke dalam n− 2 parameter. Jika pada solusi
tersebut ditambahkan xn = c + dn−1tn−1 maka diperoleh persamaan (6.2) memiliki
solusi bulat dan solusinya dapat ditulis ke dalam n− 1 parameter.

Contoh 6.2.3. Tentukan bilangan bulatxdanyyang memenuhi persamaan

a. 96x + 54y = 20.

b. 96x + 54y = 12.

96 = 1.54 + 42
54 = 1.42 + 12
42 = 3.12 + 6
12 = 2.6 + 0.

Diperoleh gcd(96, 54) = 6.

a. Karena 6 ̸20,| maka berdasarkan Teorema 6.2.2 persamaan 96x + 54y = 20 tidak
memiliki solusi bulat.

b. Karena 6|12, maka berdasarkan Teorema 6.2.2 persamaan 96x + 54y = 20


memiliki solusi bulat. Akan dicari salah satu solusinya menggunakan Algo-ritma
Euclid. Diperhatikan bahwa

6 = 42 − 3.12
12 = 54 − 42
42 = 96 − 54.
Diperoleh

6 = 42 − 3(54 − 42)
= 4.42 − 3.54
= 4(96 − 54) − 3.54
= 4.96 − 7.54,

PENDIDIKAN MATEMATIKA B 2017 136


sehingga didapat 12 = 8.96 + (−14)54. Jadi, x = 8 dan y = −14 memenuhi
persamaan 96x + 54y = 12.

Teorema 6.2.2 memberikan suatu karakteristik dari setiap solusi bulat


persamaan berbentuk ax + by = c.

Teorema 6.2.4. Diberikana, bdancbilangan bulat dengan gcd(a, b)|c. Jika (x0, y0)
merupakan solusi bulat dari persamaan

ax + by = c,

maka setiap solusi bulat dari persamaan tersebut dinyatakan dalam bentuk
B a

x = x0+ gcd(a, b) t, y = y0 − gcd(a, b) t


untuk suatu bilangan bulat t.

Penyelesaian. Misalkan a = gcd(a, b)a′ dan b = gcd(a, b)b′. Diperoleh gcd(a′, b′) =
1. Diketahui (x0, y0) merupakan solusi bulat dari persamaan ax + by = c. Diper-oleh
ax0 + by0 = c. Diambil sebarang (x, y) solusi bulat persamaan ax + by = c. Diperoleh

ax + by = c = ax0+ by0
a(x − x0) = b(y0 − y).

Dengan membagi kedua ruas persamaan tersebut dengan gcd(a, b) diperoleh

a′(x − x0) = b′(y0 − y).


Diperhatikan bahwa a′|a′(x−x0), maka a′|b′(y0−y). Karena gcd(a′, b′) = 1, maka
a′|y0−y. Artinya, terdapat bilangan bulat s dengan sifat y0−y = a′s atau
y = y0−a′s. Dengan cara yang sama, terdapat bilangan bulat t dengan sifat
x = x0+ b′t. Dengan mensubstitusi x dan y ke persamaan terakhir diperoleh s = t. Jadi,
B a

x = x0+ gcd(a, b) t, y = y0 − gcd(a, b) t.

PENDIDIKAN MATEMATIKA B 2017 137


Contoh 6.2.5. Tentukan semua solusi bulat persamaan 96x + 54y = 12.

Penyelesaian. Diperhatikan bahwa x = 8 dan y = −14 merupakan salah satu solusi


persaman 96x + 54y = 12. Akibatnya diperoleh setiap solusi persamaan 96x + 54y =
12 berbentuk

x = 8 + 9t, y = −14 − 16t

untuk suatu bilangan bulat t.

Contoh 6.2.6. Tentukan semua triple(x, y, z) yang memenuhi persamaan 3x + 4y + 5z


= 2013.

Penyelesaian. Dari persamaan tersebut diperoleh 3x + 4y≡ 3 mod 5 ,artinya

3x + 4y = 3 + 5s

untuk suatu bilangan bulat s .Salah satu solusi dari persamaan tersebut adalah
: x = 1 + 3s ,y = −s. Berdasarkan Teorema 6.2.4, diperoleh x = 1 + 3s + 4t
,y = −s− 3t untuk suatu bilangan bulat t. Dengan mensubstitusi x dan y ke
persamaan awal, didapat z = 402 −s.
Jadi, semua solusinya adalah

(x, y, z) = (1 + 3s + 4t,−s− 3t, 402 −s)

untuk setiap pasangan bilangan bulat s, t.

Contoh 6.2.7. Diberikan bilangan bulat positifn. Diasumsikan terdapat 666triple


berurutan bilangan bulat positif (x, y, z) yang memenuhi persamaan

x + 2010y + 2010z = n.

Tentukan nilai maksimum dan minimum dari n.

Penyelesaian. Jawabannya maksimum 76379 dan minimum 74370.


Misalkan n = 2010a + b dengan a dan b bilangan bulat dan 0 ≤b < 2010. Karena x ≡

n ≡ b (mod 2010), maka nilai yang mungkin untuk x adalah b, 2010 + b, . . . ,

PENDIDIKAN MATEMATIKA B 2017 138


2010(a− 1) + b. Untuk x = b + 2010i, 0 ≤i≤a− 1, diperoleh 2010(y + z) = 2010(a−i)
atau y + z = a−i. Persamaan y + z = a−i memiliki a−i− 1 solusi bilangan bulat positif
(y, z), yaitu (1, a−i− 1), . . . , (a−i− 1, 1). Akibatnya terdapat
∑ ∑i
a−1 a−1
a(a − 1)
(a i 1) = i=
− − 2
i=0 =0
triple berurutan yang memenuhi kondisi yang ditentukan. Dari persamaan a(a−1) =
2
666, diperoleh a = 37. Jadi, nilai maksimum dari n sama dengan 37·2010+2009 =
76379 (diperoleh dengan mengambil b = 2009 ) dan nilai minimum dari n sama
dengan 37 · 2010 = 74370 (diperoleh dengan mengambil b = 0).

6.3 Teorema Frobenius

Diperhatikan bahwa jika a dan b bilangan bulat positif dengan gcd(a, b) = 1,


maka untuk setiap bilangan bulat n persamaan ax + by = n selalu memiliki solusi
bulat. Berikut diberikan karakteristik yang menjamin eksistensi solusi bulat non-
negatif dari persamaan ax + by = n.

Teorema 6.3.1 (Teorema Frobenius). Diberikan bilangan bulat positifadanb.Jika


gcd(a, b) = 1, maka banyaknya bilangan bulat positif m yang tidak dapat dinyatakan
ke dalam bentuk ar + bs = m untuk suatu bilangan bulat non-negatif
r dan s sama dengan (a−1)(b−1). 2

Bukti. Misalkan bilangan bulat positif n dikatakan ”baik” jika terdapat bilanganbulat
non-negatif r dan s dengan sifat ar+bs = n. Diperhatikan susunan berikut:

0 1 2 ... k. . . a − 1
a a+1 a+2 . . . a + k . . . 2a − 1
2a 2a + 1 2a + 2 . . . 2a + k . . . 3a− 1
... ... ... ... ... ... ...

Setiap kolom membentuk barisan artimatik dengan beda a. Diperhatikan bahwa jika
n baik, maka n + ka baik untuk setiap bilangan bulat positif k. Jelas bahwa setiap
kelipatan dari b baik. Diperhatikan bahwa tidak ada dua kelipatan dari b, vb dan wb
dengan 0 ≤ v, w ≤ a − 1, berada pada kolom yang sama sebab

PENDIDIKAN MATEMATIKA B 2017 139


jika tidak, maka vb≡wb (mod a). Akibatnya b(v−w) ≡ 0 (mod a). Karena gcd(a, b) =
1, maka v−w≡ 0 (mod a). Karena 0 ≤v, w≤a− 1, maka v = w. Selanjutnya, akan
ditunjukkan setiap bilangan yang berada tepat di atas salah satu kelipatan vb, 0
≤v≤a− 1, tidak baik. Sebarang bilangan yang berada tepat di atas vb berbentuk vb−ka
untuk suatu bilangan bulat positif k. Jika bv − ka baik, maka ax + by = bv − ka untuk
suatu bilangan bulat non-negatif x dan y. Diperoleh by ≤ ax + by = bv − ka ≤ bv,
yang berarti 0 ≤ y < v < a.Akibatnya y̸≡v (mod a). Di sisi lain, dua bilangan yang
terletak pada kolom yang sama kongruen modulo a. Diperoleh vb≡vb−ka≡ax + by
(mod a), yang berarti bv≡by (mod a). Karena gcd(a, b) = 1, maka v≡y (mod a), suatu
kontradiksi.

Diperoleh banyaknya bilangan yang tidak baik sama dengan banyaknya bilangan
yang berada tepat di atas bilangan berbentuk vb, 0 ≤v≤a− 1. Diperhatikan bahwa
pada kolom ke j, terdapat (vb−j)/a bilangan yang berada di atas vb. Akibatnya
diperoleh banyaknya bilangan yang tidak baik adalah
a−
1 a−1
vb − j =(a − 1)(b − 1).
∑ ∑j
a 2
v=
0 =0

Diperhatikan bahwa bilangan bulat positif terbesar yang tidak baik be-rada
tepat di atas bilangan (a− 1)b, sehingga diperoleh bilangan terbesar yang tidak baik
adalah (a− 1)b−a.
Teorema 6.3.2. Diberikan bilangan bulat positifadanbyang saling prima.Persamaan
ax + by = n

tidak memiliki solusi bulat non-negatif x dan y untuk n = ab − a − b. Jika n > ab − a


− b, maka persamaan tersebut memiliki solusi bulat non-negatif x dan
y.

Contoh 6.3.3. Diketahuinbilangan bulat positif dengan gcd(n, 1991) = 1. Tun-


n
jukkan abhwa 1991 dapat ditulis sebagai jumlahan dua bilangan rasional positif
dengan penyebut kurang dari 1991 jika dan hanya jika terdapat bilangan bulat
positif m, a, b dengan m ≤ 10 dan mn = 11a + 181b.

PENDIDIKAN MATEMATIKA B 2017 140


Penyelesaian. (⇐ ) Diketahui m, a, b bilangan bulat positif dengan m≤ 10 dan mn
= 11a + 181b. Diperoleh
n = a + b ,
1991 181m 11m
dengan 181m, 11m < 1991.
(⇒)Diketahui 1991n = ar + rb untuk suatu bilangan bulat positif a, b dengan gcd(a, r) =
gcd(b, s) = 1 dan r, s < 1991. Tanpa mengurangi keumuman misalkan r = 181r1 dan s
= 11s1 (1991 = 11.181). Diperoleh nr1s1 = 11as1 + 181br1. Akibatnya
r1|11as1dan s1|181br1. Karena r1<11 dan gcd(r1, a) = 1, maka r1|s1. Karena
s1<181 dan gcd(s1, b) = 1, maka s1|r1. Diperoleh s1= r1. Dipilih m = r1. Jelas m
merupakan bilangan bulat positif yang kurang dari 11 dan mn = 11a+181b.

PENDIDIKAN MATEMATIKA B 2017 141


BAB VII
SISTEM NUMERIK DAN FUNGSI TANGGA

7.1 Pendahuluan

Representasi bilangan sangat penting dalam komunikasi matematis, baik di


bidang matematika maupun bidang ilmu lain. Beberapa representasi yang bisa
dijumpai di antaranya biner untuk aljabar Boole, 12-an, dan desimal. Selain itu, di
dunia sains juga dikenal dengan pendekatan atas dan pendekatan bawah untuk suatu
angka real yang kontinum. Sistem pendekatan ini memiliki sifat-sifat yang unik,
yang dapat dipandang sebagai fungsi berundak. Sifat-sifat fungsi berundak (tangga)
merupakan akibat sifat-sifat elementer bilangan bulat.
Untuk itu pada bagian ini dibahas mengenai konsep representasi basis dari
bilangan bulat, beberapa kriteria keterbagian pada representasi desimal, serta fungsi
tangga berupa fungsi oor dan ceilling.
Dengan mempelajari topik bahasan pada Minggu ke-12 dan 13 ini, dihara-pkan
mahasiswa memiliki kemampuan:

1. Mahasiswa mampu menjelaskan fungsi numerik

2. Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian fungsi tangga

3. Mahasiswa mampu menerapkan fungsi numerik dan tangga dalam per-


masalahan teori bilangan dan di bidang lain

7.2 Sistem Numerik

Teorema 7.2.1. Diberikan bilangan bulat b >1. Untuk setiap bilangan bulat
n ≥ 1 , terdapat dengan tunggal sistem bilangan bulat (k, a0, a1, . . . , ak) dengan sifat
0 ≤ ai ≤ b − 1, i = 0, 1, . . . , k, ak≠ 0, dan

n = akbk+ ak−1bk−1+ · · · + a1b + a0. (7.5)

Bukti. Pertama-tama, dibuktikan existensi dari sistem tersebut. Berdasarkan

PENDIDIKAN MATEMATIKA B 2017 142


Algoritma Pembagian diperoleh
n = q1b + r1, 0 ≤r1≤b− 1
q1 = q2b + r1, 0 ≤ r2 ≤ b − 1
...
k−1 = qkb + r1, 0 ≤ rk ≤ b − 1
q

dengan qk hasil bagi terakhir yang tidak sama dengan nol. Dipilih

q0= n, a0= n − q1b, a1= q1 − q2b, . . . , ak−1= qk−1 − qkb, ak= qk.

Diperoleh

∑ i ∑ ∑
k k−1 k K
aib = (qi − qi+1b)b + qkb = q0+ aib − aib = q0= n.
i i k i i
i=0 =0 i=1 i=1
Selanjutnya, akan dibuktikan ketunggalannya. Diasumsikan n = c0 + c1b + · · · +
chbhrepresentasi lain dari n. Akan ditinjau 2 kasus, yaitu h ≠ k dan h = k.Kasus h ≠f.
Tanpa mengurangi keumuman misalkan h > k, diperoleh n≥bh≥
bk+1. Akan tetapi,

n = a0 + a1b + · · · + akbk≤ (b− 1)(1 + b + · · · + bk = bk+1− 1 < bk+1,

suatu kontradiksi.
Kasus h = k. Diperhatikan bahwa

a0+ a1b + · · · + akbk= c0+ c1b + · · · + ckbk,

sehingga diperoleh b|(a0−c0). Di lain pihak, |a0−c0|< b, maka diperoleh a0 = c0.


Akibatnya, didapat

a1+ a2b + · · · + akbk= c1+ c2b + · · · + ckbk.

Dengan mengulangi prosedur di atas, diperoleh a1 = c1, a2 = b2, . . . , ak = ck.

De nisi 7.2.2. Diberikan bilangan bulat positifndanb > 1. Penyajiannkedalam bentuk


seperti pada (7.5) disebut representasi dari n dalam basis b, dinotasikan dengan
k k−1. . . a0(b).
n=a a

PENDIDIKAN MATEMATIKA B 2017 143


Khusus untuk b = 10, penyajian tersebut dinamakan representasi desimal
dan cukup dituliskan dalam bentuk n = akak−1. . . a1a0. (Contoh:
2010 = 2010(10)).

Contoh 7.2.3. Diberikanxydanyxbilangan bulat positif dua digit. Buktikanbahwa


jumlahan keduanya merupakan bilangan komposit.

Penyelesaian. Karena xy = 10x + y dan yx = 10y + x, maka jumlahan ked-uanya sama


dengan 11x+11y = 11(x+y), yang merupakan bilangan komposit.

Contoh 7.2.4. Tentukan bilangan bulat yang terdiri dari 6 digit dengan
angkaterakhir 7 dan menjadi 5 kali bilangan semula jika digit terakhir dipindahkan
menjadi digit pertama.

Penyelesaian. Misalkan bilangan tersebut abcde7. Diperoleh 7abcde = 5 ×abcde7.


Dengan menjabarkan ke dalam representasi desimal diperoleh

7.105 + 104a + 103b + 102c + 10d + e = 5(105a + 104b + 103c + 102d + 10e + 7)
⇔ 490000a + 49000b + 4900c + 490d + 49e = 699965
10000a + 1000b + 100c + 10d + e = 14285.

Berdasarkan ketunggalan sistem desimal diperoleh a = 1, b = 4, c = 2, d = 8 dan


e = 5. Jadi, bilangan yang dimaksud adalah 142857.

Contoh 7.2.5. Pada persamaan dibawah ini, masing-masing huruf merepresen-


tasikan secara tunggal suatu digit dalam basis 10:

(Y E) · (M E) = T T T.

Tentukan nilai dari E + M + T + Y .

Penyelesaian. Karena T T T = T·111 = T·3 ·37, maka salah satu dari Y E atau M E
adalah 37, yang berakibat E = 37. Karena 0 ≤ T ≤ 9 dan T ·3 bilangan duadigit
dengan digit terakhir 7, maka diperoleh T = 9, dan T T T = 999 = 27 · 37.
Jadi, E + M + T + Y = 2 + 3 + 7 + 9 = 21.

PENDIDIKAN MATEMATIKA B 2017 144


Contoh 7.2.6. Tuliskan 1111011(2)ke dalam basis 10 dan tuliskan 2010 ke dalambasis
7.

Penyelesaian. Diperhatikan bahwa

1111011(2) = 1 · 26 + 1 · 25 + 1 · 24 + 1 · 23 + 0 · 22 + 1 · 21 + 1 · 20
= 64 + 32 + 16 + 8 + 2 + 1 = 123.

Diperolehrepresentasidesimaldari 1111011(2) adalah 123.

Dengan membagi 2010 dengan 7 secara berulang-ulang, sisanya memberikan


digit-digit dari representasi pada basis 7, dimulai dari yang terakhir. Digit per-tama
adalah hasil bagi terakhir yang tak nol. Susunan perhitungannya diberikan sebagai
berikut.
2010 7
2009 287 7

1 287 41 7
0 35 5
6
Jadi, 2010 = 5601(7).

Contoh 7.2.7. Beberapa himpunan yang terdiri dari bilangan-bilangan primaseperti


{7, 83, 421, 659}, menggunakan setiap digit dari 9 digit tak nol tepat sekali.
Tentukan jumlah terkecil yang mungkin dari anggota-anggota himpunan dengan
kondisi tersebut yang bisa diperoleh.

Penyelesaian. Jawabannya adalah 207. Diperhatikan bahwa digit 4,6 dan 8 tidak bisa
muncul pada digit satuan, sehingga diperoleh jumlahan dari anggota-anggota
himpunan dengan kondisi tersebut setidaknya 40 + 60 + 80 + 1 + 2 +
3 + 5 + 7 + 9 = 207. Di lain pihak, nilai ini bisa didapatkan dari himpunan

{2, 5, 7, 43, 61, 89}.

Contoh 7.2.8. Tentukan semua bilangan bulat positifnsehingga


11111(n)adalahkuadrat sempurna.

PENDIDIKAN MATEMATIKA B 2017 145


Penyelesaian. Diperhatikan bahwa 11111 (n) = n4 + n3 + n2 + n + 1.
n n
2 2
Jika n genap, maka n + dan n + + 1 adalah 2 bilangan bulat berurutan.
2 2
Diperoleh
n 2 n2
(
n2 + = n4 + n3 + 2
2 )
< n4+ n3+ n2+ n + 1
( n )2
< n2 + 2 + 1 .
Jadi, 11111(n) bukan kuadrat sempurna untuk bilangan genap n.
Jika n ganjil, maka n2 + n2−12 dan n2 + n2 + 12 adalah bilangan bulat berurutan.
Diperhatikan bahwa
n 1 2

(
n2 + 2 − 2 ) < n4+ n3+ n2+ n + 1.
dan
n 1 2 5n2 n 1

(
n2 + 2 +2 ) = n4 + n3 + 4 +2 + 2
n2−2n−3
= 4 3 2
n +n +n +n+ 1 + 4
(n−3)(n+ 1)
= n4 +n3 +n2 +n+ 1 + .4
Untuk n bilangan ganjil lebih dari 3, 11111(n) berada diantara 2 bilangan bulat
kuadrat berurutan, yaitu
n 1 2 n 1 2

(
n2 + 2 − 2 ) Dan (n2 + 2 + 2 ) .
Jadi, 11111(n) bukan kuadrat sempurna untuk setiap bilangan positif lebih dari

3. Untuk n = 3, diperoleh 11111 (3) = 121 = 112. Jadi, bilangan bulat positif
yang memenuhi hanya n = 3.

Pada contoh terakhir, diperoleh bahwa suatu bilangan bulat bukan kuadrat
sempurna jika bilangan tersebut terletak di antara 2 bilangan kuadrat berurutan. Cara
ini sangat bermanfaat dalam menyelesaikan beberapa masalah terkait persamaan
Diophantine.

Dalam beberapa sistem numerik, basis tidak harus selalu bernilai kon-stan.
Berikut salah satu contohnya.

PENDIDIKAN MATEMATIKA B 2017 146


Teorema 7.2.9. Setiap bilangan bulat positifkmempunyaiekspansi basis fak-torial
yang tunggal, katakan

(f1, f2, f3, . . . , fm),

yang berarti bahwa

k = 1! ·f1 + 2! ·f2 + 3! ·f3 + · · · + m! ·fm,

dengan untuk setiap i = 1, 2, . . . , m, fi bilangan bulat, 0 ≤ fi ≤ i dan fm>0.

Bukti. Diberikan bilangan bulat positif k. Diperhatikan bahwa terdapat dengan


tunggal bilangan bulat positif m1 dengan sifat m1! ≤k < (m1 + 1)!. Berdasarkan
Algoritma Pembagian, diperoleh

k = m1!fm1 + r1

untuk suatu bilangan bulat positif fm1 dan bilangan bulat r1 dengan 0 ≤r1<m1!. Karena
k <(m1+ 1)! = m1! · (m1+ 1), maka fm1 ≤ m. Dengan mengulangiproses ini, diperoleh
r1= m2!fm2+ r2,
untuk suatu m2 bilangan bulat positif yang tunggal dengan m2! ≤r1< (m2 + 1)!, 1
≤fm2≤m2, dan 0 ≤r2< m2!. Dengan melanjutkan proses ini berulang-ulang, akan
diperoleh suatu ekspansi basis faktorial yang tunggal dari k.

Teorema 7.2.10. DiberikanF0 = 1, F1 = 1, danFn+1 = Fn + Fn−1untuk setiapbilangan


bulat positif n. (Barisan ini dinamakan barisan Fibonacci, dan suku-sukunya
dinamakan bilangan Fibonacci. Setiap bilangan bulat non-negatif n dapat dituliskan
dengan tunggal sebagai suatu jumlahan dari bilangan-bilangan Fibonacci yang
tidak berurutan, yaitu
∑∞
n= αkFk,
k=0
dengan αk∈ {0, 1} dan (αk, αk+ 1) ≠ (1, 1) untuk setiap k. Ekspresi untuk n ini
disebut dengan representasi Zeckendorf dari n.

Bukti dari teorema ini hampir sama dengan teorema sebelumnya.

PENDIDIKAN MATEMATIKA B 2017 147


Contoh 7.2.11. Diberikan (f1, f2, f3, . . . , fj ) adalah ekspansi basis faktorial dari

16! − 32! + 48! − 64! + · · · + 1968! − 1984! + 2000!.

Tentukan nilai dari f1 − f2+ f3 − f4+ · · · + (−1)j−1fj .

Penyelesaian. Karena (n + 1)! −n! = n!(n + 1) −n! = n!n, maka diperoleh

(n + 16)! −n! = (n + 16)! − (n + 15)! + (n + 15)! − (n + 14)! + · · · + (n + 1)! − (n)! = (n +

15)!(n + 15) + (n + 14)!(n + 14) + · · · + (n + 1)!(n + 1) + n!n.

Akibatnya, diperoleh ekspansi basis faktorial dari (n + 16)! −n! adalah

(0, 0, . . . , 0, n, n + 1, . . . , n + 14, n + 15),

dengan banyak bilangan nol pada bagian awal adalah n− 1. Diperhatikan bahwa
ekspansi basis faktorial dari 16! adalah (0, 0, . . . , 0, 1), sehingga diperoleh ekspansi
yang dicari adalah

(0, 0, . . . , 0; 1; 0, . . . , 0; 32, 33, . . . , 47;

0, . . . , 0; 64, . . . , 79; . . . ; 1984, . . . , 1999).

Diperhatikan bahwa dimulai pada posisi 32,ekspansi tersebut terdiri dari


kelompok atas 16 bilangan tak nol yang saling bergantian dengan kelompok atas 16
bilangan nol. Dengan pengecualian untuk f16 = 1, nilai dari setiap fi yang tak kosong
adalah i. Masing-masing dari 62 kelompok atas 16 bilangan tak nol memberikan
hasil 8 untuk jumlahan yang dicari, dan f16 memberikan hasil -1.
Jadi, nilai dari jumlahan yang dicari adalah 8 · 62 − 1 = 495.

7.3 Kriteria Keterbagian pada Sistem Desimal

Diberikan beberapa kriteria keterbagian untuk bilangan bulat pada repre-sentasi


desimal.

Teorema 7.3.1. Diberikan n = ahah−1 . . . a0 bilangan bulat positif.

PENDIDIKAN MATEMATIKA B 2017 148


a. Jika S(n) = a0+ a1+ . . . + ah merupakan jumlah digit-digit dari n, maka
n ≡ s(n) (mod 3). Secara khusus, n habis dibagi oleh 3 jika dan hanya jika
S(n) habis dibagi 3.
b. Jika S(n) = a0+ a1+ . . . + ah merupakan jumlah digit-digit dari n, maka
n ≡ S(n) (mod 9). Secara khusus, n habis dibagi oleh 9 jika dan hanya jika
S(n) habis dibagi 9.

c. Jika s′(n) = a0 − a1+ . . . + (−1)hah, maka n habis dibagi oleh 11 jika dan
hanya jika s(n) habis dibagi 11.

d. n habis dibagi oleh 7,11 atau 13 jika dan hanya jika ahah−1 . . . a3 −a2a1a0
habis dibagi oleh bilangan yang sama.

e. n habis dibagi oleh 27 atau 37 jika dan hanya jika ahah−1 . . . a3+ a2a1a0
habis dibagi oleh bilangan yang sama.

f. n berturut-turut habis dibagi oleh 2k atau 5k dengan k ≤ h jika dan hanya


jika ahah−1 . . . a0 habis dibagi oleh bilangan yang sama.

Contoh 7.3.2. Diberikana679bbilangan lima digit yang habis dibagi 72. Ten-tukan
nilai a dan b.

Penyelesaian. Diperhatikan bahwa 72 = 8.9. Karena 8 dan 9 relatif prima,


maka a679b habis dibagi oleh 8 dan 9. Karena a679b habis dibagi 8, maka 79b habis
dibagi 8. Diperoleh nilai b yang memenuhi hanya b = 2. Karena a6792 habis dibagi
9, maka a + 6 + 7 + 9 + 2 habis dibagi 9. Diperoleh bilangan a yang
memenuhi hanya a = 3.

Contoh 7.3.3. Kuadrat sempurna atau tidak?

a. Tentukan semua bilangan bulat positif k dengan sifat bilangan k-digit 11 . . . 1


kuadrat sempurna.

b. Apakah terdapat bilangan kuadrat sempurna 5 digit yang terdiri dari digit-digit
genap berbeda.

c. Tentukan semua bilangan bulat positif n dengan sifat bilangan n digit 200 . . . 013
merupakan bilangan kuadrat sempurna.

PENDIDIKAN MATEMATIKA B 2017 149


Penyelesaian.

a. Jelas k = 1 memenuhi. Diperhatikan bahwa untuk k≥ 1 berlaku

11 . . . 1 ≡ 11 ≡ 3 (mod 4),
| {z }
k kali
yang berarti 11 . . . 1 bukan kuadrat sempurna.

b. Tidak. Diperhatikan bahwa 0 + 2 + 4 + 6 + 8 = 20 ≡ 2 (mod 9), sedangkan setiap


bilangan kuadrat sempurna kongruen 0, 1, 4, 7 modulo 9. Akibatnya setiap
bilangan kuadrat sempurna 5 digit yang terdiri dari digit-digit genap berbeda
bukan kuadrat sempurna.

c. Diperhatikan bahwa untuk setiap bilangan bulat positif n, jumlah digit-digit


bilangan tersebut sama dengan 6, kelipatan 3 tapi bukan kelipatan 9. Jadi, tidak
ada bilangan bulat positif n dengan sifat bilangan n digit 200 . . . 013 merupakan
bilangan kuadrat sempurna.

Contoh 7.3.4. Tentukan banyaknya bilangan 5 digitabcdedengan sifatabc + dehabis


dibagi 11.

Penyelesaian. Diperhatikan bahwa

abcde = abc × 100 + de = (abc + de) + 99 × abc.

Diperoleh abc + de habis dibagi 11 jika dan hanya jika abcde habis dibagi 11.
Diperhatikan bahwa bilangan 5 digit terbesar yang habis dibagi oleh 11 adalah 99990
(9090 × 11) dan bilangan 4 digit terbesar yang habis dibagi oleh 11 adalah 9999 (909
× 11). Diperoleh ada tepat 9090 − 909 = 8181 bilangan 5 digit yang
merupakan kelipatan 11. Jadi, banyaknya ada 8181 bilangan.

Teorema 7.3.5. Diberikann1, n2bilangan bulat positif. JikaS(n) menyatakanjumlah


digit-digit dari n, maka

a. 9|S(n1) −n1;

PENDIDIKAN MATEMATIKA B 2017 150


b. S(n1+ n2) ≤ S(n1) + S(n2);

c. S(n1n2) ≤ min(n1S(n2), n2S(n1));

d. S(n1n2) ≤ S(n1)S(n2).

Bukti. Misalkan n1 = akak−1. . . a0, n2 = bhbh−1. . . b0 dan n1 + n2 = cscs−1. . . c0.

a. Cukup jelas dari Teorema 7.3.1.

b. Dipilih t terkecil dengan sifat ai + bi< 10 untuk setiap i < t. Diperoleh at+ bt ≥ 10,
sehingga ct= at+ bt − 10 dan ct+1= at+1+ bt+1+ 1. Akibatnya
berlaku ∑i ∑ ∑
t+1 t+1 t+1
ci ≤ ai+ bi.
=1 i=1 i=1
Dengan melanjutkan proses ini diperoleh S(n1 + n2) ≤S(n1) + S(n2).

c. Tanpa mengurangi keumuman misalkan min(n1S(n2), n2S(n1)) = n1S(n2). Dengan


menggunakan bagian b., diperoleh

S(n1n2) = S (n2+ n2+ . . . + n2)

| n1{z }
kali
≤ S (n ) +S(n
| 2 2{z)+. . .+S(n2}) =n1S(n2).
n1kali

d. Diperhatikan bahwa dari bagian b. dan c. berlaku


∑ ∑i
H H

S(n1n2) = S (n1i=0 bi10i) = S( =0


n b 10i
1i )
h h
≤∑S (
n1bi10i)=

S (n1bi)
i=0 i=0
h h
≤ ∑ biS (n1) = S (n1)∑ bi
i=0 i=0
= S (n1) S (n2)

PENDIDIKAN MATEMATIKA B 2017 151


Contoh 7.3.6. Tentukan bilangan bulat positifndengan sifatS(n) = 2013S(3n).
Penyelesaian. Diambil
n = 1 33. . . 3
5, | {z }
6037 kali
diperoleh
n = 4 00. . . 0
5. | {z }
6037 kali
Diperhatikan bahwa S(n) = 3.6037 + 1 + 5 = 18117 = 2013.9 = 2013S(3n).

Contoh 7.3.7. Misalkan jumlahan digit-digit dari representasi desimal


44444444adalah A. Jika B adalah jumlahan digit-digit dari A, maka tentukan
jumlahan digit-digit dari B.

Penyelesaian. Misalkan a = 44444444. Diperhatikan bahwa 4444 < 104, maka


diperoleh
a= 44444444 <104.4444 = 1017776,

sehingga banyaknya digit dari a tidak lebih dari 17776 digit. Karena setiap digit
kurang dari atau sama dengan 9, maka diperoleh A = S(a) ≤ 17776.9 = 159984.
Diantara bilangan bulat positif yang kurang dari atau sama dengan 159984, bilangan
dengan jumlah digit terbesar adalah 99999, sehingga diperoleh B = S(A) ≤ 45.
Diantara bilangan bulat positif yang kurang dari atau samadengan 45, bilangan
dengan jumlah digit terbesar adalah 39, sehingga diperoleh S(B) ≤ 12. Diperhatikan
bahwa
S(B) ≡ B ≡ S(A) ≡ A ≡ S(a) ≡ a ≡ 44444444 (mod 9)
dan

44444444 ≡ (4 + 4 + 4 + 4)4444 ≡ 164444 ≡ (−2)4444


≡ (−2)3.1481+1≡ (−8)1481.(−2)
≡ 1.(−2) ≡ 7 (mod 9).
Diperoleh bahwa nilai S(B) adalah 7.

7.4 Fungsi Tangga

Diperhatikan bahwa untuk setiap bilangan real x terdapat dengan tunggal


bilangan bulat n dengan sifat n≤x < n + 1.

PENDIDIKAN MATEMATIKA B 2017 152


Definisi 7.4.1. Diberikan bilangan realx. Bilangan bulat yang lebih besar dariatau
sama dengan x disebut oor dari x, ditulis n =⌊ x⌋ . Selisih x − ⌊ x⌋ disebut bagian
pecahan dari x, dinotasikan dengan {x}. Bilangan bulat yang lebih besar dari atau
sama dengan x disebut ceiling dari x, dinotasikan dengan n =⌈ x⌉ .
Diperhatikan bahwa jika x bilangan bulat, maka ⌊ x⌋ = ⌈ x⌉ dan {x} = 0,
sedangkan jika x bukan bilangan bulat, maka ⌈ x⌉ = ⌊ x⌋ + 1.
Contoh 7.4.2. Selesaikan sistem persamaan berikut:

x +⌊ y⌋ + {z} = 200.0,
{x} + y +⌊ z⌋ = 190.1,
⌊ x⌋ + {y} + z = 178.8.
Penyelesaian. Karena untuk setiap bilangan real x berlaku x =⌊ x⌋ +{x}, makadengan
menjumlahkan ketiga persamaan tersebut diperoleh

2x + 2y + 2z = 568.9, or x + y + z = 284.45.

Dengan mengurangkan masing-masing persamaan yang diberikan dengan per-


samaan terakhir diperoleh

{y} +⌊ z⌋ = 84.45,
⌊ x⌋ + {z} = 94.35,
{x} +⌊ y⌋ = 105.65.

PENDIDIKAN MATEMATIKA B 2017 153


Didapat {y} = 0.45,⌊ z⌋ = 84,⌊ x⌋ = 94,{z} = 0.35,{x} = 0.65,⌊ y⌋ = 105. Jadi,
x = 94.65, y = 105.45 dan z = 84.35.

Contoh 7.4.3. Diberikan bilangan real positifadengan{a−1} = {a2}dan 2 <a2<3.


Tentukan nilai dari a6 − 8a−1.
Penyelesaian. Diperhatikan bahwa a > 1, maka a−1< 1, sehingga diperoleh {a−1} =
a−1. Karena 2< a2<3, maka {a2 } = a2 − 2. Akibatnya diperoleh a−1= {a−1} = {a2} =
a2 − 2 atau a3 − 2a − 1 = 0. Diperoleh
(a + 1)(a2−a− 1) = a3− 2a− 1 = 0.

Nilai a positif yang memenuhi hanya a = 1 +5. Diperhatikan bahwa 2
a6= (a3)2= (2a + 1)2= 4a2+ 4a + 1 = 4(a + 1) + 4a + 1 = 8a + 5.

Diperoleh a7 = 8a2 + 5a = 13a + 8, sehingga berlaku


a6 −8a−1 =
a7−8
= 13.
a

Contoh 7.4.4. Tentukan semua solusi real dari persamaan

4x2− 40 ⌊ x⌋ + 51 = 0.

Penyelesaian. Diperhatikan bahwa karena untuk setiap bilangan real x berlaku ⌊ x⌋ ≤


x, maka diperoleh

(2x− 3)(2x− 17) = 4x2− 40x + 51 ≤ 4x2− 40 ⌊ x⌋ + 51 = 0,

sehingga didapat 32≤x≤172 . Akibatnya diperoleh 1 ≤⌊ x⌋ ≤ 8. Di lain pihak


x

x = 40 ⌊ 2⌋ − 51 ,
sehingga berlaku ⌋
.
x

⌊ x⌋ =⌊ √
40 ⌊2 ⌋ − 51

PENDIDIKAN MATEMATIKA B 2017 154


Dengan mensubstitusi ⌊ x⌋ ∈{1, 2, 3, . . . , 8} ke persamaan tesebut, diperoleh
bahwa nilai ⌊ x⌋ yang memenuhi hanya 2, 6, 7 atau 8. Diperoleh nilai x yang

√ 29 √ 18 22
9 √9 √ 26
9
memenuhi adalah 2 , 2 , 2 dan 2 .

Beberapa karakteristik dari fungsi floor atau fungsi tangga diberikan


sebagai berikut.

Teorema 7.4.6. Diberikan bilangan realx, y.

a. Jika a dan b bilangan bulat dengan b >0 dan q, r berturut-turut hasil


⌊⌋ {}
a a
bagi dan sisa ketika a dibagi oleh b, maka q = bdanr= b.b.

b. Untuk setiap bilangan bulat n berlaku ⌊ x + n⌋ =⌊ x⌋ + n dan ⌈ x + n⌉ =⌈ x⌉ + n.

c. Jika x bilangan bulat, maka ⌊ x⌋ +⌊ −x⌋ = 0; jika x bukan bilangan bulat,


maka ⌊ x⌋ +⌊ −x⌋ = 1.

PENDIDIKAN MATEMATIKA B 2017 155


d. Jika x ≤ y, maka ⌊ x⌋ ≤ ⌊ y⌋ .

e. ⌊ x⌋ +⌊ y⌋ ≤ ⌊ x + y⌋ ≤ ⌊ x⌋ +⌊ y⌋ + 1.

f. Jika x, y ≥ 0, maka ⌊ x⌋ · ⌊ y⌋ ≤ ⌊ xy⌋ .

h. Untuk setiap bilangan bulat positif n berlaku


⌊ ⌊ x⌋ ⌋ ⌊ x ⌋
= .
nn

Contoh 7.4.7. Tunjukkan bahwa untuk setiap bilangan realxdanyberlaku

⌊ 2x⌋ + ⌊ 2y⌋ ≥⌊ x⌋ + ⌊ y⌋ + ⌊ x + y⌋ .

Penyelesaian. Diberikan bilangan real x dan y. Karena x = ⌊ x⌋ + {x} dan


y = ⌊ y⌋ + {y}, maka diperoleh

⌊ 2x⌋ + ⌊ 2y⌋ = 2 ⌊ x⌋ + ⌊ 2{x} + 2 ⌊ y⌋ + ⌊ 2{y}

dan
⌊ x + y⌋ =⌊ x⌋ +⌊ y⌋ + {x} + {y} .
Akibatnya, cukup dibuktikan

⌊ 2{x} + ⌊ 2{y} ≥ {x} + {y} .

Tanpa mengurangi keumuman, misalkan {x} ≥ {y}. Diperoleh 2{x} ≥ {x}+{y},


sehingga diperoleh

⌊ 2{x} + ⌊ 2{y} ≥⌊ 2{x} {x} + {y} .

Jadi,
⌊ 2x⌋ + ⌊ 2y⌋ ≥⌊ x⌋ + ⌊ y⌋ + ⌊ x + y⌋ .

PENDIDIKAN MATEMATIKA B 2017 156


7.5 Pangkat Tertinggi

Fungsi floor memiliki cukup banyak aplikasi, salah satunya dalam menen-
tukan pangkat tertinggi suatu bilangan pada faktorisasi prima bilangan berbentuk n!.

Teorema 7.5.1. Diberikan bilangan bulat positifndanpdenganpprima. Bi-langan


bulat non-negatif k yang memenuhi pk∥n! adalah
⌊⌋ ⌊ ⌋ ⌊ ⌋
n n n

p + p2 + p3 +....

PENDIDIKAN MATEMATIKA B 2017 157


Bukti. Akan dibuktikan dengan induksi matematika.
Basis Induksi. Untuk n = 1 diperoleh p0∥1!. Di sisi lain, untuk setiap bilangan bulat
positif s berlaku
1

⌋ = 0,
⌊ ps
sehingga diperoleh
1 1 1

0 = ⌊ p ⌋ + ⌊ p2 ⌋ +

⌊ p3 + . . . .
Terbukti untuk kasus n = 1.

Langkah Induksi. Diasumsikan pernyataan benar untuk setiap n < m.


Akan ditunjukkan pernyataan benar untuk n = m. Misalkan k memenuhi pk∥m!.
Diperhatikan bahwa banyaknya bilangan kelipatan p di antara 1, 2, . . . , m adalah ⌊ ⌋
m
p . Diperoleh k memenuhi

pk∥p(2p)(3p) . . . (k1p) = pk1(k1)!,


⌊ ⌋
m

dengan k1 = p , sehingga cukup dicari k dengan sifat

pk−k1∥(k1)!
Berdasarkan asumsi induksi diperoleh
k k
k 1 1
1
k − k1=⌊ p ⌋ + ⌊ p2 ⌋ + ⌊ p3 ⌋ + . . . .
Karena untuk setiap bilangan bulat positif s berlaku
M

k1 ⌊ p⌋ m
= = ,
s S s
⌊p ⌋ p ⌊ p ⌋

maka diperoleh
m m m m

k−⌊ p⌋ = ⌊ p2 ⌋ + ⌊ p3 ⌋ + ⌊ p4 ⌋ + . . . .
Jadi,
k =⌊ m ⌋ + ⌊ m ⌋ + ⌊ M⌋ + . . . .

PENDIDIKAN MATEMATIKA B 2017 158


p p2 p3
Terbukti pernyataan benar untuk kasus n = m.

Contoh 7.5.2. Tentukan banyaknya digit nol berurutan yang terletak pada
bagianakhir dari representasi desimal 2013!.

Penyelesaian. Akan dicari m dengan sifat 10m∥2013!. Diperhatikan bahwa


10 = 2.5 dan 2 <5. Diperoleh bilangan p, q dengan 2p∥2013! dan 5q∥2013!
memenuhi q < p, sehingga didapat m = q. Akibatnya
2013 2013 2013 2013

m = q =⌊ 5⌋ + ⌊ 25 ⌋ + ⌊ 125 ⌋ + ⌊ ⌋
625 = 402 + 80 + 16 + 3 = 501.

Contoh 7.5.3. Diberikanmdannbilangan bulat positif. Tunjukkan bahwam!(n!)m habis


membagi (mn)!.

Penyelesaian. Diambil sebarang bilangan prima p. Misalkan w, x, y, z bilangan bulat


non-negatif dengan sifat pw∥m!, px∥n!, py∥m!(n!)m dan pz∥(mn)!. Cukup
ditunjukkan x≤y. Diperhatikan bahwa y = w+mx, sehingga cukup ditunjukkan
∑ ∑ ∑
∞ mn ∞ m ∞ n

i=
1 ⌊ pi ⌋ ≥ i=1 ⌊ pi ⌋
+m
i=1 ⌊ pi ⌋ .
Jelas bahwa jika p > n, jumlahan kedua pada ruas kanan bernilai 0, sehingga
ketaksamaan benar. Diasumsikan p≤n. Misalkan s bilangan bulat positif dengan sifat
ps≤n < ps+1. Diperoleh
∑ ∑ ∑
∞ mn s n ∞ mn

⌊m +
i=1 ⌊ pi ⌋ = i=1 pi ⌋ i=1 ⌊ pi ps ⌋
∑ ∑
s n ∞ m n

≥m +
i=1 ⌊ pi ⌋ i=1 ⌊ pi ⌋ ⌊ ps ⌋
∑ ∑
∞ ⌊ n⌋ ∞ ⌊ m⌋ .

PENDIDIKAN MATEMATIKA B 2017 159


≥m +
i=1 pi i=1 pi

PENDIDIKAN MATEMATIKA B 2017 160


PENDIDIKAN MATEMATIKA B 2017 161

Anda mungkin juga menyukai