Disusun oleh:
Lailatul Fitritah 21184202009
Amaliyah Mukmilah 21184202013
Darojatul Aulia 21184202019
Angkatan 2021
Teorema
“Untuk setiap bilangan komposit n, maka terdapat bilangan prima p sehingga p∨n dan p ≤ √ n
jadi jika tidak ada bilangan prima p yang dapat membagi n dengan p ≤ √ n, maka n adalah bilangan
prima.”
Contoh:
1. Tentukan apakah bilangan-bilangan berikut merupakan bilangan prima atau majemuk.
a) 157
b) 221
Jawab:
a) Bilangan-bilangan prima yang ≤ √ 157 adalah 2, 3, 5, 7, 11. Karena tidak ada diantara
bilangan-bilangan tersebut yang dapat membagi 157 maka157 merupakan bilangan prima.
b) Bilangan-bilangan prima yang ≤ √ 221 adalah 2, 3, 5, 7, 11, 13. Karena 13 | 221 maka 221
adalah bilangan komposit.
2. Tentukan semua pasangan-pasangan bilangan asli a dan b sehingga a²– b² = 1991.
Jawab:
1991 = 11 × 181
a² – b² = ( a + b ) ( a – b ) = 1991
( a + b ) ( a – b ) = 1 × 1991 atau ( a + b ) ( a – b ) = 11 × 181
Kemungkinan 1 Kemungkinan 2
a + b =1991 a + b = 181
a–b =1 a – b = 11
……………….+ ………………+
2a = 1992 2a = 192
a = 996 a = 96
b = 995 b = 85
Teorema
“Jika p bilangan prima dan p | ab maka p | a atau p | b”
Bukti:
Andaikan p ∤ a .
Karena p prima maka (a,p) =1 atau (a, p) = p.
Karena p ∤ a, maka (a,p)=1 sehingga p | b.
Dengan jalan yang sama jika diandaikan p ∤ b maka dapat dibuktikan p | a
Contoh:
Tentukan nilai maksimum n sehingga 3n merupakan faktor dari 100!
Jawab:
100! = 100 × 99 × 98 × 97 × 96 × … × 3 × 2 × 1
Himpunan bilangan kelipatan 3 ≤ 100 = {3, 6, 9, … , 99 } ⇒ ada 33
Jelas bahwa 333 | 100!
Himpunan bilangan kelipatan 32 ≤ 100 = {9, 18, 27, …, 99} ⇒ ada 10
Himpunan bilangan kelipatan 33 ≤ 100 = { 27, 54, 81} ⇒ ada 3
Himpunan bilangan kelipatan 34 ≤ 100 = { 81 } ⇒ ada 1
…………………+
Jumlah 48
Jelas 348 | 100!, jadi n = 48
Contoh:
Tentukan FPB dan KPK dari 24, 30, 36!
Jawab: 24= 2×3 ; 30= 2×3×5 ; 36= 22×32 . Sehingga, FPB = 2× 3=6 KPK = 23×32×5 = 360
MODULAR
Banyak konsep aritmatika yang dapat digunakan untuk mengerjakan masalah-masalah yang
berkenaan dengan kalender. Misalkan, hari minggu pada bulan Juli 2006 jatuh pada tanggal 2, 9, 16,
23, dan 30. Selisih dari sebarang dua buah tanggal-tanggal tersebut mempunyai kelipatan 7. Tanggal
1 dan tanggal 29 jatuh pada hari yang sama karena 29 – 1 = 28, dan 28 adalah juga kelipatan 7. Kita
katakan bahwa 29 adalah kongruen 1 modulo 7 dan kita tulis 29 1 (mod 7). Hal yang sama, karena
selisih 18 dan 6 adalah kelipatan 12, kita tulis 18 6 (mod 12). Hal ini membawa kita kepada definisi
berikut.
Definisi
Misalkan n adalah suatu bilangan bulat positif, a dan b adalah suatu bilangan bulat. a dikatakan
kongruen b modulo n, ditulis:
a b (mod n)
jika dan hanya jika a – b adalah kelipatan n.
Untuk memantapkan pemahaman kita tentang definisi di atas, perhatikan contoh di bawah ini:
1. Periksa kebenaran pernyataan berikut ini:
(a) 3 24 (mod 7)
(b) –31 11 (mod 7)
(c) –15 -64 (mod 7)
(d) 13 -1 (mod 7)
(e) 23 3 (mod 7)
Jawab:
(a) 3 24 (mod 7) benar karena 3 – 24 = -21 kelipatan dari 7
(b) –31 11 (mod 7) benar karena –31 – 11 = -42 kelipatan dari 7
(c) –15 -64 (mod 7) benar karena –15 + 64 = 49 kelipatan dari 7
(d) 13 -1 (mod 7) benar karena 13 + 1 = 14 kelipatan dari 7
(e) 23 3 (mod 7) salah karena 23 – 3 = 20 bukan kelipatan dari 7.
Jika a – b bukan kelipatan dari n, atau ditulis n ∤ (a – b), maka kita katakan bahwa a tidak
kongruen b modulo n dan ditulis a b (∤mod n). Sebagai contoh, 23 3 (∤mod 7).
Pada contoh 2 di atas, tampak bahwa stiap elemen pada 1, 11, 21, 31, …, mempunyai sisa 1
jika dibagi oleh 10. Secara umum dapat dikatakan bahwa dua buah bilangan cacah adalah kongruen
modulo n jika dan hanya jika sisanya pada pembagian oleh m adalah sama.
Sifat1
Misalkan n suatu bilangan bulat positif dan a, b, c, dan d bilangan bulat sebarang berlaku:
1. a ≡ a (mod n)
2. Jika a ≡ b (mod n) maka b ≡ a (mod n)
3. Jika a ≡ b (mod n) dan b ≡ c (mod n) maka a ≡ c (mod n)
4. Jika a ≡ b (mod n) dan c ≡ d (mod n) maka a + c ≡ b + d (mod n)
5. Jika a ≡ b (mod n) dan c ≡ d (mod n) maka ac ≡ bd (mod n)
6. Jika a ≡ b (mod n) maka a + c ≡ b + c (mod n)
7. Jika a ≡ b (mod n) maka ac ≡ bc (mod n)
8. Jika a ≡ b (mod n) maka ak ≡ bk (mod n) untuk bilangan k bilangan bulat positif sembarang
PERSAMAAN DIOPHANTINE
Persamaan Diophantine adalah persamaan yang terdiri dari satu persamaan dan beberapa
variabel bilangan bulat. Persamaan diophantine terbagi menjadi dua yakni persamaan diophantine
linier dan tidak linier.
Persamaan Diophantine Linier
Persamaan diophantine linier sederhana dapat diselesaikan dengan menggunakan logika
sederhana.
Contoh:
Tentukan x dan y bulat positif yang memenuhi persamaan:
a. x + y=5
b. 2 x+ y =12
c. x +3 y=10
Penyelesaian:
a. ( x , y ) =¿ x + y =5 adalah (1,4) ,(2,3),(3,2),(4,1)
b. ( x , y ) =¿ 2 x + y=12=¿ y=12−2 x adalah ( 1,10 ) , ( 2,8 ) , ( 3,6 ) , ( 4,4 ) , ( 5,2 )
c. ( x , y ) =¿ x +3 y=10=¿ x=10−3 x adalah ( 7,1 ) , ( 4,2 ) , ( 1,3 )
Teorema
Jika d=FPB ( a , b ) dan x 0 , y 0 penyelesaian persamaan Diophantine ax +by =c maka penyelesaian
umum persamaan tersebut adalah:
b a
x=x 0 + k y= y 0− k
d d
Contoh:
Tentukan penyelesaian umum persamaan diophantine 738 x+ 621 y=45.
Penyelesaian:
738=1× 621+117
621=5 × 117+36
117=3 ×36+9
36=4 × 9+0
Jadi (738 , 621)=9. Karena 9∨45 maka persamaan di atas mempunyai penyelesaian.
9=117 – 3 ×36
¿ 117 – 3( 621−5 ×117)
¿−3 ×621+16 ( 117 )
¿−3 ×621+16 ( 738−1 ×621 )
¿−19 ( 621 )+16 ( 738 )
¿ 738 ( 16 ) +621 (−19 )
Kalikan kedua ruas dengan 5
45=738 ( 80 ) +621 (−95 )
Didapat x 0=80 dan y 0=−95
Kenapa harus disubstitusi ke persamaan di atas? Karena jika ingin mendapatkan akar-akar dari
persamaan kuadrat, salah satu caranya adalah dengan memfaktorkan persamaan kuadrat
tersebut. Nah, bentuk persamaan( x−x 1 ) ( x−x 2 )=0 adalah hasil dari pemfaktoran persamaan
kuadrat.
Contoh:
Tentukan persamaan kuadrat yang akar-akarnya 2 dan 3!
Jawab:
Diketahui akar-akar persamaan kuadrat 2 dan 3, artinya x 1=2 dan x2 =3.
Kemudian, kedua akar tersebut disubstitusikan ke persamaan ( x−x 1 ) ( x−x 2 )=0 , sehingga
menjadi:
( x−x 1 ) ( x−x 2 )=0 ( x−2 ) ( x−3 )=0 x 2−3 x−2 x+6=0x 2−5 x+ 6=0
2. Menyusun persamaan kuadrat jika diketahui jumlah dan hasil kali akar-akarnya
Kita misalkan akar-akar persamaan kuadrat adalah x 1 dan x 2. Jika yang diketahui pada soal
hanya jumlah dan hasil kali akar-akarnya, maka untuk mendapatkan persamaan kuadratnya,
Sobat Pintar bisa menggunakan rumus berikut ini :
x 2−( x 1 + x2 ) + ( x1 . x 2 ) =0
atau
b c
x 2+ x+ =0
a a
b c
dengan x 1+ x2= dan x 1 . x 2=
a a
2
Nah, sebenarnya bentuk persamaan x −( x 1 + x2 ) + ( x1 . x 2 ) =0 merupakan hasil kali silang dari
persamaan ( x−x 1 ) ( x−x 2 )=0 , yang kita gunakan untuk mencari persamaan kuadrat di metode
sebelumnya.
Contoh:
Tentukan persamaan kuadrat yang akar-akarnya adalah x 1 dan x 2, jika diketahui jumlah dan
hasil kali akarnya berturut-turut adalah 7 dan 12!
Jawab:
Diketahui akar-akarnya x 1 dan x 2.
Kemudian, hasil jumlah akar-akarnya adalah 7, berarti x 1+ x2=7.
Lalu hasil akar-akarnya adalah 12, berarti x 1 . x 2=12.
2
Selanjutnya, tinggal disubstitusikan ke persamaan x −( x 1 + x2 ) + ( x1 . x 2 ) =0
Sehingga menjadi: x 2+ 7 x +12=0
Contoh:
Akar-akar persamaan kuadrat x 2−4 x−12=0 adalah ....
Jawab:
Dapat diselesaikan dengan cara memfaktorkan:
( x + b2 ) =( b2 ) −c
2 2
2
Contoh:
Tentukan himpunan penyelesaian dari x 2−4 x+ 4=9 dengan melengkapkan kuadrat sempurna!
Jawab:
3. Rumus ABC
Metode ini memanfaatkan nilai (a , b) dan (c ) dari suatu persamaan kuadrat untuk
mendapatkan akar-akar a x 2 +bx+ c=0 . Nilai x 1 dan x 2 dapat dicari dengan menggunakan
rumus berikut:
−b ± √ b −4 ac
2
x 1,2=
2a
Contoh:
Tentukan himpunan penyelesaian dari x 2−7 x+ 3=0 !
Jawab:
Dari persamaan x 2−7 x+ 3=0 ,
Ditemukan nilai:
a=1 , b=−7 danc=3
−b ± √ b2−4 ac −(−7 ) ± √ (−7 ) −4 ( 1 )( 3 )
2
7 ± √ 49−12 7 ± √ 37 7 ± √ 37
x 1,2= x 1,2= x 1,2= x 1= ; x 2=
2a 2( 1) 2 2 2
7 ± √ 37 7 ± √ 37
Sehingga HP = ( ; )
2 2
LATIHAN SOAL
1. Suatu bilangan bulat a ≥ 2 merupakan bilangan prima jika faktornya hanyalah a dan 1. Misalkan M
menyatakan perkalian 100 bilangan prima yang pertama. Berapa banyakkah angka 0 diakhir
bilangan M?
A. 0 D. 3
B. 1 E. 4
C. 2
2. Berapakah sisa nilai dari pembagian (7×9×10) oleh 8..?
A. 5 D. 8
B. 6 E. 9
C. 7
3. Banyaknya pasangan bilangan asli ( x , y ) yang memenuhi x +2 y =100 adalah….
A. 33 D. 80
B. 49 E. 100
C. 50
4. Indra berlari tiga kali lebih cepat dari kecepatan Abong berjalan kaki. Misalkan Abong yang lebih
cerdas dari Indra menyelesaikan ujian pada pukul 02:00 siang dan mulai berjalan pulang. Indra
menyelesaikan ujian pada pukul 02:12 siang dan berlari mengejar Abong. Pada pukul berapakah
Indra tepat akan menyusul Abong?
A. 02:15 D. 02.18
B. 02:16 E. 02.19
C. 02:17
5. Misalkan N adalah bilangan bulat terkecil yang bersifat: bersisa 2 jika dibagi 5, bersisa 3 jika
dibagi 7, dan bersisa 4 jika dibagi 9. Berapakah hasil penjumlahan digit-digit dari N?
2 2 3 3
6. Misalkan m dan n akar-akar persamaan kuadrat 4 x2 + px +8=0 dengan p ≠ 0, serta + =m +n ,
m n
maka nilai dari p2−16 adalah ………
KUNCI
1. Banyaknya digit 0 diujung penulisan desimal sebuah bilangan bergantung kepada pangakat 10
yang menjadi faktor bilangan tersebut. Dalam kasus ini faktor m yang merupakan pangkat 10
hanyalah berasal dari 2 digit dan 5 (yang prima). Karena faktor 2 hanya muncul sekali dalam
perkalian, jadi tidak mungkin bilangan tersebut habis dibagi 10n dengan n ≥ 2 untuk setiap n
bilangan asli. Akibatnya digit 0 hanya muncul sekali diujung bilangan M. Jawaban B.
2. (7×9×10) mod 8 = ((7 mod 8)(9 mod 8)(10 mod 8)) mod 8
= (7×1×2) mod 8
= 14 mod 8
= 6 ……………… Jawaban B
3. Persamaan diatas menunjukkan bahwa selama nilai y bulat, maka nilai x juga akan bulat. Nilai y
terkecil yang mungkin dipilih adalah y=1 (bilangan asli), sedangkan nilai y terbesarnya adalah
y=49. Masing-masing nilai y menghasilkan bilangan asli x . ini artiya, akan ada 49 pasangan
( x , y ) yang terbentuk. Jawaban B.
4. Misalkan VA, SA, dan TA masing-masing menyatakan kecepatan, jarak dan waktu yang ditempuh
oleh Abong. Sedangkan VR, SR, dan TR masing-masing menyatakan kecepatan, jarak dan waktu
yang ditempuh oleh Indra.
Perhatikan bahwa pada saat Reza menyusul Andre jarak yang telah mereka tempuh adalah sama,
maka: SR=SA→ VA. TA = VR .TR…..(1)
Kemudian karena Abong lebih dulu 12 menit dalam menyelesaikan ujian, maka: TR = TA -12…..
(2)
Dari persamaan (1) dan (2) diperoleh:
VA. TA = VR….(TA-12) …..(3)
Selanjutnya karena kecepatan berlari Indra adalah 3 kali lebih cepat dari kecepatan Abong
berjalan, maka: VR = 3VA….(4)
Dari persamaan (3) dan (4) diperoleh:
VA. TA = 3VA. (TA-12) → TA = 3TA-36
→ 2TA= 36
→TA = 18
→TR = TA-12
= 18-12
=6
Jadi waktu yang diperlukan oleh Indra untuk tepat menyusul Abong adalah 6 menit yaitu pada
pukul 02:12 + 00.06 = pukul 02:18 siang. Jawaban D.
5. N = 2 mod 5
N = 3 mod 7
N = 4 mod 9
FPB (5, 7, 9) = 1
KPK (5, 7, 9) = 315 = M
( ( )) ( ) ( ) ( )
3
−p −p −p 3
2 = −3 ( 2 ) 2 −p =− p + 3 p Bagi kedua ruas dengan p
4 4 4 4 64 2
−1 − p2 3 p 2 7 p2= 7 × 64 2
= + + p =112
4 64 2 64 4 4
Sehingga, p2−16=112−16=96