Anda di halaman 1dari 4

A.

Pengertian Pembentukan Kata


Pembentukan kata disebut juga morfologi. Sedangkan morfologi adalah subsistem yang
berupa proses yang mengolah leksem atau huruf menjadi kata.
B. Proses Morfologi
Proses morfologi disebut cara pembentukan kata-kata dengan menghubungkan morfem
yang satu dengan morfem yang lain. Morfem adalah fonem-fonem atau urutan fonem-
fonem. Fonem yaitu tiap bunyi.
Yang termasuk morfologi antara lain:
a) Afiksasi
Yaitu proses yang mengubah leksem menjadi kata kompleks. Jenis-jenis afiks:
1) Prefiks, yaitu afiks yang diletakkan di muka dasar. Contohnya: me-, di-, ber-, ke-,
ter-, pe-, per-.
2) Infiks, yaitu afiks yang diletakkan didalam dasar kata. Contohnya: -el-, -er-, -em-, -in
3) Sufiks, yaitu afiks yang diletakkan di belakang kata. Contohnya: -an, -kan, -i.
4) Simulfik, yaitu afik yang dimanifestasikan dengan ciri-ciri segmental yang
dileburkan pada dasar kata dan mempunyai fungsi membentuk verba atau
memverbalkan nomina, ajektifa atau kelas kata lain. Contoh: kopi-ngopi, soto-nyoto,
kebut-ngebut, sate-nyate.
5) Konfiks, yaitu afiks yang terdiri dari dua unsur satu dimuka bentuk dasar kata dan
satu dibelakang bentuk dasar kata. Contoh: ke-an (keadaan), per-an (persahabatan).
6) Superfiks/suprafiks , yaitu afiks yang dimanifestasikan dengan ciri-ciri
suprasegmental atau afiks yang berhubungan dengan morfem suprasegmental, afiks
ini tidak ada dalam bahasa indonesia, biasanya kata superfiks atau suprafiks dapat
dijumpai dalam bahasa jawa. Contoh: suwe (lama) menjadi suwi (lama sekali).
7) Interfiks, yaitu jenis infiks yang muncul diantara dua unsur dalam bahasa indonesia
interfiks terdapat pada kata-kata bentukan baru contohnya : -n- dan -o-, Pada
gabungan indonesia dan logi menjadi indonesianologi.
8) Transfiks, yaitu jenis infiks yang menyebabkan dasar kata menjadi terbagi bentuk ini
terdapat dalam bahasa-bahasa Afro-Asiatika, seperti dalam bahasa arab
contohnya : ktb dapat diberi transfiks a-a, i-a, a-i, dsb.
Menjadi katab (menulis), kitab (buku), kaatib (penulis).
9) Kombinasi afiks, yaitu kombinasi dari dua afiks atau lebih yang bergabung dengan
dasar kata. Contoh: memperkatakan, mempercayakan.
b) Reduplikasi
Reduplikasi adalah proses morfemis yang mengulang bentuk dasar, baik secara
keseluruhan, secara sebagian (parsial), maupun dengan perubahan bunyi, seperti meja-
meja (dari dasar meja), reduplikasi sebagian seperti lelaki (dari dasar laki), dan
reduplikasi dengan perubahan bunyi, seperti bolak-balik (dari dasar balik). Reduplikasi
semu,seperti mondar- mandir,yaitu sejenis bentuk kata yang tampaknya sebagai hasil
reduplikasi, tetapi tidak jelas bentuk dasarnya yang diulang. Ada tiga macam bentuk
reduplikasi, yaitu:
1) Reduplikasi Fonologis
Yaitu bentuk kata yang tidak mengalami perubahan makna, karena
pengulangannya bersifat fonologis yang artinya bukan atau tidak ada pengulangan
leksem. Contohnya: dada, pipi, paru-paru, dan lain sebagainya.
2) Reduplikasi Morfemis
Yaitu bentuk kata yang mengalami perubahan makna gramatikal atas leksem
yang diulang, sehingga terjadilah satuan yang berstatus kata. Contohnya: beres 
menjadi kata beres-beres.
3) Reduplikasi Sintaktis
Yaitu proses yang tejadi atas leksem yang menghasilkan satuan yang berstatus
klausa (berada di luar cakupan morfologi). Contoh: jauh-jauh, asam-asam.
 Selain yang disebutkan diatas, reduplikasi juga dibagi menjadi beberapa bagian lagi,
diantaranya:
a.Dwipurwa
Yaitu pengulangan suku pertama pada leksem dengan pelemahan vokal. Contohnya:
tetangga, lelaki, sesama.
b. Dwilingga
Yaitu pengulangan leksem. Contohnya: pagi-pagi.
c. Dwilingga salin swara
Pengulangan leksem dengan variasi fonem. Contohnya: mondar-mandir, pontang-panting.
d. Dwiwasana
Yaitu pengulangan bagian belakang leksem. Contohnya: pertama-tama, sekali-kali.
e.Trilingga
Yaitu merupakan pengulangan onomatope tiga kali dengan variasi fonem. Conthnya: cas-
cis-cus, dag-dig-dug, dar-der-dor. 
c) Komposisi
Yaitu proses penggabungan dua leksem atau lebih  yang membentuk kata. Deskripsi
tersebut jelas menempatkan majemuk sebagai satuan yang berbeda dari frase (gabungan
kata, bukan gabungan leksem).
Ciri-ciri perbedaan kompositum atau paduan leksem
1. Ketaktersisipan yaitu diantara komponen-komponen kompositum tidak dapat disisipi
apapun. Contoh: buta warna, tuna susila.
2. Ketakterluasan yaitu komponen kompositum itu masing-masing tidak dapat
diafiksasikan atau dimodifikasikan perluasan bagi kompositum hanya mungkin untuk
semua komponennya sekaligus. Contoh: kereta api menjadi perkeretaapian.
3. Ketakterbalikkan yaitu komponen kompositum tidak dapat dipertukarkan. Contoh:
pulang pergi, bumi hangus.
d) Abreviasi
Yaitu proses penanggalan satu atau beberapa bagian leksem atau kombinasi leksem
sehingga jadilah bentuk baru yang berstatus kata istilah lain ini untuk abreviasi ialah
pemendekan, sedang hasil prosesnya disebut kependekan. Contohnya : ABRI (Angkatan
Bersenjata Republik Indonesia).
Jenis-jenis kependekan:
1. Singkatan yaitu salah satu hasil proses pemendekan yang berupa huruf atau gabungan
huruf baik yang dieja huruf demi huruf . Contoh : KKN (Kuliah Kerja Nyata), DKI
(Daerah Khusus Ibukota).
2. Penggalan yaitu proses pemendekan yang mengekalkan salah satu bagian dari leksem.
Contoh : Prof (Profesor).
3. Akronim yaitu proses pemendekan yang mengabungkan huruf atau suku kata atau
bagian lain yang ditulis dan dilafalkan sebagai sebuah kata yang sedikit banyak
memenuhi kaidah fonotaktik indonesia. Contoh : FKIP /efkip/dan bukan/ef/, /ka/, /i/,
/pe/
4. Kontrasi yaitu proses pemendekan yang meringkaskan leksem dasar atau gabungan
leksem. Contoh : tak dari kata tidak, takkan dari kata tidak akan.
5. Lambang huruf yaitu proses pemendekan yang menghasilkan satu huruf atau lebih yang
menggabarkan konsep dasar kuantitas satuan atau unsur. Contoh : g (gram), cm ( senti
meter).
e) Derivasi Balik
Yaitu proses pembentukan kata bahasawan membentuknya berdasarkan pola-pola yang
ada tanpa mengenal unsur-unsurnya. Akibatnya terjadi bentuk yang secara historis tidak
diramalkan. Contoh: kata mungkir dalam dipungkiri yang dipakai orang karaena mengira
bentuk itu merupakan padanan pasif dari memungkiri (padahal kata pungkir tidak ada,
yang ada adalah kata mungkir). Terjadinya pungkir menjadi mungkir didasarkan pada
pola peluluhan fonem dalam pasang menjadi memasang menjadi dipasang.

C. Kontruksi Morfologi
Kontruksi morfologi adalah bentukan daripada kata yang mungkin merupakan morfem
tunggal atau gabungan antara morfem yang satu dengan morfem yang lain.
1. Derivasi dan Infleksi
Derivasi adalah konstruksi yang berbeda distribusinya daripada dasarnya, sedangkan
infleksi konstruksi yang menduduki distribusi yang sama dengan dasarnya.
Contoh:
1. Anak itu menggunting kertas (Gunting)
2. Makanan itu sudah busuk (Makan)
3. Nana ingin menjadi pelari (Lari)
Di bawah ketiga konstruksi itu dituliskan dasar daripada konstruksi itu dan ternyata dasar
itu masing-masing tidak dapat menduduki distribusi yang sama dengan konstruksi itu. Hal
ini terbukti karena tidak didapat memperoleh kalimat-kalimat: “Anak itu gunting kertas,
makan itu sudah busuk dan Nana ingin menjadi lari.” Jadi ketiga konstruksi itu termasuk
derivasi.
Contoh:
1. Saya membaca buku itu. (Baca)
2. Engkau mendengar suara itu. (Dengar)
3. Saya memasak ikan (Masak)
Di bawah ketiga konstruksi itu dituliskan dasar daripada konstruksi itu dan ternyata dasar
itu masing-masing dapat menduduki distribusi yang sama dengan konstruksi itu. Hal ini
terbukti karena tidak didapat memperoleh kalimat-kalimat: “ Saya baca buku itu, engkau
dengar suara itu, dan saya masak ikan.” Jadi ketiga konstruksi itu termasuk infleksi.
2. Pemajemukan
Adalah konstruksi yang terdiri atas dua morfem, atau dua kata atau lebih. Contoh:

I II

Sabun mandi Orang mandi

Rumah sakit Anak sakit

Kaki tangan Kaki meja

Pada deretan I tidak dapat disisipkan morfem lain, sedangkan pada deretan II dapat.
Jika kita bisa mengatakan orang yang mandi, anak yang sakit, kaki nya meja, tetapi
tidaklah sabun yang mandi, rumah yang sakit, atau kaki nya tangan. Konstruksi-konstruksi
pada deretan I itu disebut majemuk, yang pada deretan II disebut frasa.
3. Endosentrik dan Eksosentrik
Apabila konstruksi distribusinya sama dengan kedua (ketiga) atau salah satu unsur-
unsurnya disebut endosentrik. Apabila konstruksi itu berlainan distribusinya dari salah satu
daripada unsur-unsurnya disebut eksosentrik.
Contoh endosentrik:
1. Rumah sakit itu baru dibangun
2. Rumah itu baru dibangun
Contoh eksosentrik:
1. Kedua orang itu mengadakan jual beli
2. Kedua orang itu mengadakan jual
3. Kedua orang itu mengadakan beli

Anda mungkin juga menyukai