Anda di halaman 1dari 8

KAJIAN KEBAHASAAN

KELOMPOK 3
Anggota Kelompok :
1. Ghardina Aulia Nurevalina (22010644016)
2. Sella Hardianty Ratmana (22010644020)
3. Yessika Maharani (22010644021)
4. Lailatul Kurnia Ningrum (22010644023)
5. Ziyana Walida ‘Azizah (22010644037)

TUGAS DISKUSI
1. Kata berimbuhan :
- Jenis afiks :
 Prefiks (Awalan) Prefiks adalah imbuhan yang melekat di depan bentuk kata dasar.
Dengan kata lain afiks jenis ini biasa disebut awalan. Contoh prefiks atau awalan,
diantaranya di-, ter-, ke-, se-, men-, pen-, pra-, a-, per-, ber-, dan sebagainya. Misal kata
berlayar. Berlayar berasal dari kata dasar layar ditambah prefiks ber-.
 Infiks Infiks merupakan jenis afiks yang melekat di tengah kata dasar. Tidak banyak
contoh infiks dalam bahasa Indonesia. Misalnya gerigi. Gerigi berasal dari kata dasar gigi
yang ditambah infiks –er. Contohnya : -el-, -er-, -em-, dan -in-.
 Sufiks Sufiks merupakan imbuhan yang melekat pada belakang bentuk kata dasar. Afiks
jenis ini sering disebut dengan akhiran. Istilah ini juga berasal dari bahasa Latin suffixus
yang berarti melekat (fixus, figere). Sufiks asli dalam bahasa Indonesia juga sangat
terbatas. Masih banyak akhiran-akhiran asing lain yang dimasukkan ke dalam bahasa
Indonesia, yaitu –isasi, -er, -is, dan sebagainya. Sehingga beberapa akhiran-akhiran asing
tersebut disebut sufiks serapan dari bahasa lain. Contoh sufiks yaitu awalnya. Awalnya
berasal dari kata dasar awal ditambah dengan sufiks –nya.
 Konfiks Konfiks adalah afiks gabungan yang terbentuk atas perfiks dan sufiks yang
berfungsi mendukung makna tertentu. Karena berfungsi untuk mendukung makna tertentu
itulah maka konfiks tidak dianggap sebagai prefiks atau sufiks yang masing-masing
berdiri sendiri, tetapi dianggap sebagai satu kesatuan bentuk yang tidak terpisahkan. Dan
karena morfem merupakan komposit bentuk beserta artinya, maka konfiks dianggap satu
morfem, bukan gabungan dua morfem. Contohnya berlarian. Berlarian berasal dari kata
dasar lari yang memperoleh imbuhan ber- dan –an. Konfiks disebut juga simulfiks karena
konfiks itu merupakan merupakan gabungan afiks yang secara simultan mendukung
makna tertentu. Konsep dasar konfiks atau simulfiks tidak sama karena sudut pandang
penamaan konfiks dan simulfiks memang berbeda. Konfiks dilihat dari kebersamaannya
mendukung satu makna atau satu pengertian, sedangkan simulfiks didasarkan
kebersamaannya atau simultannya satuan gramatik itu dalam membentuk satuan gramatik
yang lebih besar. 
- Proses pembubuhan afiks
Proses pembubuhan afiks afiksasi merupakan salah satu proses morfologi. Proses
pembubuhan afiks afiksasi adalah proses pembubuhan afiks pada satuan, baik berupa bentuk
tunggal maupun bentuk kompleks untuk membentuk kata baru. Proses pembubuhan afiks
afiksasi dapat merubah kelas kata dan fungsi pada kata dasar tergantung pada afiks yang
melekatinya. Ramlan 1983:47 menyebutkan proses afiks adalah pembubuhan afiks pada
sesuatu satuan baik satuan itu berupa bentuk tunggal maupun bentuk kompleks untuk
membentuk kata. Sedangkan menurut Muslich 2007:38 proses pembubuhan afiks adalah
peristiwa pembentukan kata dengan jalan membubuhkan afiks pada bentuk dasar. Contoh:
Penulis akan mengambil contoh kata raket pada bahasa Melayu Tamiang. me- + potong
„memotong‟ di- + potong „dipotong‟ potong + -an „potongan‟ potong + -kan „potongkan‟
pe- + potong + -an „pemotonganan Dari contoh di atas, dapat dibuktikan bahwa dengan
melekatnya afiks pada bentuk dasar menimbulkan perubahan pada kelas kata, perubahan
bentuk dan Universitas Sumatera Utara 12 perubahan arti yang dilambangkannya. Bentuk
adalah satuan-satuan yang mengandung arti, baik arti leksis maupun gramatis. Distribusi
adalah kesanggupan afiks melekat pada kelas katakata dasar. Fungsi adalah kesanggupan
afiks merubah kelas kata. Sedangkan nosi adalah arti baru yang ditimbulkan oleh proses
afiksasi setelah melekatnya afiks pada kata dasar. Berikut ini penulis akan menyajikan
analisis proses pembubuhan afiks berdasarkan proses morfofonemik yang terjadi pada afiks.

2. Kata ulang:
- Proses pengulangan
Beberapa pengertian proses pengulangan menurut beberapa pakar yaitu :
(KBBI, 2008:1153) “ Proses pengulangan atau reduplikasi adalah proses atau hasil
pengulangan kata atau unsur kata, seperti kata rumah-rumah, tetamu, bolak-balok”
(M.Ramlan 2009:65) “ Proses pengulangan atau reduplikasi ialah pengulangan satuan
grametikal, baik dengan variasi fonem maupun tidak, contoh: rumah-rumahan, berjalan-
jalan, bolak-balik dan sebagainya” Menurut Rohmadi, dkk (2013:83) reduplikasi adalah
perulangan bentuk atas suatu bentuk dasar. Bentuk baru sebagai hasil perulangan bentuk
dasar tersebut lazim disebut dengan kata ulang. Jadi dapat di simpulkan bahwa  :
Proses pengulangan adalah  pengulangan satuan grametikal, baik dengan variasi fonem
maupun tidak. Hasil pengulangan disini disebut kata ulang, sedangkan satuan yang
merupakan bentuk dasar. Kata ulang adalah kata yang telah mengalami proses
reduplikasi. Untuk membedakannya dengan bentuk ulang yang bukan kata ulang
adalah bahwa kata ulang sebagai ciri utamanya adalah pasti memiliki kata dasar.
- Contoh
Misalnya kata “rumah-rumah” dari bentuk dasar “rumah”. Kata ulang “perumahan-
perumahan” dari bentuk dasar “perumahan”, kata ulang “jalan-jalan” dibentuk dasar
“berjalan”, kata ulang “bolak-balik” dari bentuk dasar “balik”.
- Macam-macam kata ulang
Terdiri dari dua (2) jenis, yaitu berdasarkan bentuk dan merubah makna.
 Kata ulang berdasarkan bentuk
a) Dwilingga (utuh)
Bentuk pengulangan atas seluruh bentuk dasar tanpa variasi fonem dan afiksasi
disebut dengan dwilingga. Contoh: Ibu menjadi ibu-
ibu,Tontonan  menjadi tontonan-tontonan, Sahabat  menjadi  sahabat-sahabat,
b) Dwipurwa (sebagian)
Perulangan sebagian ialah perulangan atas sebagian dari bentuk dasar suatu kata.
Dalam hal ini, bentuk dasar tidak diulang seluruhnya, melainkan hanya diulang
sebagian saja. Contoh:
Pengulangan sebagian dengan kata dasar bentuk tunggal. Contoh :
Laki  menjadi lelaki,  bukan laki-laki, Tamu  menjadi tetamu,  bukan tamu-tamu.
Pengulangan sebagian dengan kata dasar bentuk kompleks. Contoh :
Berlari  menjadi berlari-lari, Ditusuk  menjadi ditusuk-tusuk.
c) Kata ulang berimbuhan atau afiksasi
Perulangan dengan berimbuhan bukan merupakan dua proses berurutan, melainkan
proses yang terjadi sekaligus antara perulangan dan pembubuhan imbuhan
(afiksasi). Proses perulangan tersebut terjadi bersama-sama dengan proses afiksasi
dan bersama-sama pula mendukung satu fungsi. Contoh:
Kata dasar motor  menjadi motor-motor;  perulangan dari bentuk motor yang berarti
lebih dari satu, fungsi semantiknya terlihat pada bentuk motor yang berarti tunggal
dan motor-motor  merupakan bentuk jamak.
Kata dasar motor  menjadi motor-motoran;  perulangan dan imbuhan -an  terbentuk
bersama-sama. Proses terbentuknya adalah dari motor  langsung menjadi motor-
motor ditambah -an.  Nosi motor-motoran  ialah menyerupai atau seperti. Dengan
demikian, nosi motor-motor  tidak ada hubungannya dengan nosi motor-motor. 
Orang-orangan,  kata dasar orang,  bukan dari orang-orang  + -an
d) Kata ulang berubah bunyi atau variasi fonem
Perulangan dengan variasi fonem atau perulangan dengan perubahan bunyi adalah
perulangan yang terjadi dengan cara mengulang bentuk dasar disertai dengan
perubahan bunyi pada salah satu suku. Contoh:
Perulangan dengan variasi vocal : Serba-serbi, Gerak-gerik 
Perulangan dengan variasi konsonan :Lauk-pauk, Sayur-mayur.
e) Kata ulang semu
Kata ulang adalah bentuk perulangan kata dasar yang merupakan bentuk linguistik.
Ada beberapa bentuk yang tidak jelas makna bentuk dasarnya. Dengan demikian,
bentuk ulang jenis ini tidak memiliki bentuk dasar sebagai bentuk linguistik.
Bentuknya menyerupai, tetapi tidak memenuhi syarat ciri-ciri kata ulang. Sebagian
para ahli menyebut dengan kata ulang semu. Contoh: Gara-gara  (gara) kunang -
kunang  (kunang), Cumi - cumi  (cumi)  pura - pura  (pura), Biri - biri  (biri)  laba -
laba  (laba).
Kenyataan menunjukkan bahwa bentuk di atas merupakan bentuk ulang dari suatu
bentuk dasar seperti yang terlihat pada bentuk dalam kurung. Namun, terlihat juga
bahwa bentuk dasar seperti yang ada dalam kurung itu tidak dapat (tidak pernah)
berdiri sendiri dan tidak pernah ada dalam pemakaian bahasa Indonesia lainnya
selain hanya pada bentuk perulangan seperti di atas.
f) Kata ulang unik
Yaitu salah satu unsurnya bukan merupakan bentuk linguistik. Contoh: Simpang  →
Simpang-siur, Gelap  → Gelap-gulita 
Bentuk siur  dalam simpang-siur  pada contoh di atas,  merupakan bentuk unik atau
unsur unik. Karena bentuk simpang-siur  menyerupai bentuk ulang dengan variasi
fonem, maka sering dikelompokkan sebagai kata ulang yang sebenarnya
mengandung unsur unik. Begitu halnya dengan gelap-gulita,  dan bentuk-bentuk lain
yang serupa. Sebagian ahli bahasa Indonesia mengatakan bahwa bentuk seperti itu
lebih tepat jika dimasukkan dalam golongan kata majemuk dengan bentuk unik pada
salah satu unsurnya.
Kata ulang merubah makna. Jika bentuk dasarnya kata benda, kata ulang berarti;
Menyatakan meskipun
Contoh:
Biji-biji  dimakannya : meskipun biji dimakan
Batu-batu  dipakainya : meskipun batu dipakai
Menyatakan menyerupai atau menirukan
Contoh:
Kuda-kuda
Ular-ular
Menyatakan bermacam-macam
Contoh :
Murid-murid
Buah-buahan
Jika bentuk dasarnya kata kerja, kata ulang berarti;
Menyatakan hal berhubungan
Contoh :
Masak-memasak
Tulis-menulis
Menyatakan pekerjaan yang diulang-ulang
Contoh :
Merobek-robek
Memukul-mukul
Menyatakan ketidakpastian/pekerjaan dilakukan seenaknya
Contoh :
Melihat-lihat
Membaca-baca
Menyatakan pekerjaan berbalasan
Contoh :
Bantu-membantu
Bersalam-salaman
Jika bentuk dasarnya kata sifat, kata ulang berarti;
Menyatakan agak/hampir
Contoh: 
Malu-malu = agak malu
Ragu-ragu  = agak ragu
Menyatakan bermacam-macam/banyak
Contoh:
Anak muda-muda anak-anak  muda
Bendera-bendera  kecil bendera kecil-kecil
Menyatakan meskipun
Contoh:
Kecil-kecil dibawanya  =  meskipun kecil dibawanya juga
Kurus-kurus  kuat juga = meskipun kurus kuat juga.
Menyatakan sifat/keadaan
Contoh:
Besar-besar  =  sangat besar
Halus-halus  =  sangat halus
Menyatakan superlatif (se-nya)
Contoh:
Sejauh-jauhnya
Selama-lamanya
- Makna
a. Perulangan mengubah kata kerja menjadi kata benda
Kata kerja : injak, undur, karang, tulis
Kata benda bentuk ulang : injak-injak, undur-undur, karang-karang, tulis-tulis. Bentuk
ulang di atas merupakan jenis kata benda yang dibentuk dari bentuk dasar berupa kata
kerja. Sebagai kata benda, bentuk ulang di atas lebih jelas diketahui dalam konteks
kalimat seperti di bawah ini.
a. Injak-injak itu rusak
b. Undur-undur itu telah mati.
c. Karang-mengarang itu menyenangkan.
d. Tulis-menulis itu membosankan.
b. Perulangan mengubah kata sifat menjadi kata keterangan
Kata sifat : rajin, cepat, malas, tinggi, panas
Kata keterangan (bentuk ulang): serajin-rajinnya, secepat-cepatnya, semalas-malasnya,
setinggi-tingginya, sepanas-panasnya.
c. Perulangan mengubah bentuk tunggal menjadi jamak
Bentuk tunggal : Ibu, makanan, minuman, lauk, sayur, buah
Bentuk jamak (kata ulang) : Ibu-ibu, makan-makanan, minum-minuman, lauk-pauk,
sayur-sayur, buah-buahan.
d. Perulangan menyatakan intensitas (penguatan makna)
Bentuk tunggal Bentuk ulang Intensitas:
a. Erat Peganglah erat-erat! (Kualitatif)
b. Pemuda Pemuda-pemuda bergerak! (Kuantitatif)
c. Pukul Memukul-mukul (Frekuensi)

3. Kata majemuk :
- Jenis
Kalimat majemuk dibagi menjadi empat jenis, yaitu kalimat majemuk setara, rapatan,
campuran, dan bertingkat.
(1) Kalimat Majemuk Setara
Kalimat majemuk setara terdiri dari klausa-klausa yang memiliki hubungan setara. Kata
penghubung atau konjungsi yang biasanya digunakan pada kalimat majemuk setara
adalah konjungsi koordinatif, seperti dan, atau, tetapi, sedangkan, lalu, dan kemudian.
(2) Kalimat Majemuk Rapatan
Kalimat majemuk rapatan merupakan kalimat majemuk yang memiliki beberapa kalimat
tunggal untuk dijadikan sebagai satu kalimat utuh. Biasanya, kalimat ini akan dipisah
atau digabung dengan menggunakan tanda baca koma (,). Konjungsi yang biasa
digunakan pada kalimat majemuk rapatan, antara lain dan, juga, serta, dan lain
lain. Contohnya:
Diah membeli sayur. Diah membeli gula. Diah membeli beras.
Kalimat ini dapat digabung menjadi Diah membeli sayur, gula, dan beras.
Ayah memakan sayur bayam. Ayah memakan tempe. Ayah memakan tahu.
Kalimat ini dapat digabung menjadi Ayah memakan sayur bayam, tahu, dan tempe.
(3) Kalimat Majemuk Bertingkat
Kalimat majemuk bertingkat adalah kalimat yang memiliki anak kalimat (kalimat yang
bergantung pada kalimat lainnya) dan induk kalimat (kalimat yang tidak bergantung
pada kalimat manapun). Kalimat ini juga kerap disebut sebagai kalimat kompleks. 
Konjungsi yang digunakan pada kalimat majemuk bertingkat adalah konjungsi yang
tidak setara, seperti meskipun, walaupun, supaya, agar, karena, sehingga, sebab, maka,
ketika, apabila, bahwa, dan sebagainya.
(4) Kalimat Majemuk Campuran
Kalimat majemuk campuran merupakan gabungan dari kalimat majemuk setara dan
kalimat majemuk bertingkat. Selain itu, kalimat majemuk campuran memiliki ciri, yaitu
terdiri dari tiga klausa dalam satu kalimatnya. Contohnya:
Keinginan itu selalu tertunda karena Dedi lebih berkonsentrasi ke lembaga pendidikan di
luar negeri, sedangkan orang tuanya memilih pendidikan di dalam negeri.
Ketika malam mulai mencekam, kutarik selimut itu dan kupejamkan mata ini, tetapi rasa
takut itu tidak juga pergi dari hati dan pikiranku.
Karena tidak pernah menyimak pelajaran di sekolah, Bobi mendapat nilai jelek dan
harus tidak naik kelas.
- Ciri
 Tidak Bisa Disisipi
Ciri kata majemuk yang utama adalah hasil katanya tidak bisa disisipi. Jadi, untuk
membedakannya dengan frasa, cobalah untuk membuat sisipan di antara dua kata dasar
pembentuknya dan lihat seperti apa maknanya.
Ketika gabungan kata tadi dapat disisipi tanpa mengubah maknanya, artinya gabungan
kata tersebut adalah frasa. Akan tetapi, jika gabungan kata tersebut berubah maknanya,
berarti merupakan kata majemuk.
Contoh:
“kacamata” Tidak bisa disisipi menjadi “kaca pada mata”, atau “kata dari mata”, berarti
ini adalah kata majemuk.
“sakit mata” Bisa disisipi menjadi “sakit di mata” atau “sakit pada mata”, berarti ini
adalah frasa.
 Tidak Dapat Diperluas
Kata ini tidak bisa diperluas dengan imbuhan berupa awalan atau afiks dan akhiran hanya
di masing-masing katanya. Jika akan memberikan imbuhan, imbuhan harus disertakan di
gabungan kata tersebut sehingga memiliki makna. Berbeda dengan frasa yang bisa
diperluas dengan penambahan afiks di satu kata saja.
Contoh:
Kata majemuk “kereta api”, kata ini tidak bisa diperluas dengan imbuhan di satu kata saja,
menjadi “perkereta api” atau “kereta apian”. Apabila harus memakai imbuhan, imbuhan
harus diletakkan di awal dan akhir untuk mengapit kedua kata yang membentuknya,
sehingga menjadi “perkeretaapian”.
 Posisi Tidak Dapat Ditukar
Ciri ketiga dari kata ini adalah kata-kata yang membentuknya bersifat tetap. Artinya,
posisi dari kata-kata tersebut tidak bisa ditukar satu sama lain. Jika ditukar, maknanya
akan hilang atau berubah.
Contoh:
Kata majemuk “angkat kaki” bermakna ‘pergi’. Kata ini tidak bisa ditukar menjadi “kaki
angkat” karena maknanya akan berubah atau menjadi tidak jelas.
Kata “buah tangan” yang bermakna “oleh-oleh” juga tidak bisa ditukar menjadi “tangan
buah” karena maknanya jadi tidak jelas.
 Tidak Bisa Ditambah dan Dipisahkan
Unsur kata majemuk tidak dapat ditambah dan dipisahkan. Kata makan hati tidak bisa
dipisahkan menjadi makanan hati atau makan itu hati.
- Proses
Proses kata majemuk adalah proses pembentukan kata-kata menjadi kata majemuk (Suhardi,
2013: 113). 9 Misalnya, kata rumah sakit bukanlah rumah yang sakit tetapi rumah atau
gedung yang memiliki fungsi khusus, yakni untuk merawat orang yang sakit. Hal itu
berbeda dengan penggabungan kata rumah dan gedung yang dapat menjadi rumah gedung,
penggabungan seperti itu tidak menimbulkan pengertian baru. Penggabungan itu
menyatakan dua benda saja, yaitu rumah yang berbentuk gedung.

Anda mungkin juga menyukai