Anda di halaman 1dari 4

Morfologi

Pengertian Morfologi

Secara etimologi, kata morfologi berasal dari kata morf yang berarti bentuk dan kata logi yang
berarti ilmu. Jadi, secara harfiah kata morfologi berarti ilmu mengenai bentuk. Di dalam kajian
linguistik, morfologi berarti cabang ilmu bahasa yang seluk-beluk bentuk kata dan perubahannya
serta dampak dari perubahan itu terhadap arti (makna) dan kelas kata.

Morfologi merupakan bagian dari tata bahasa, yang membahas tentang bentuk-bentuk kata.
Sedangkan morfem adalah satuan bentuk bahasa terkecil yang mempunyai makna, secara relatif
stabil dan tidak dibagi atas bagian bermakna lebih kecil. Dalam bahasa Indonesia dikenal adanya
morfem yang disebut satuan non-gramatis. Satuan ini belum mengandung makna tersendiri,
karena itu, tidak dapat langsung membentuk kalimat. Untuk membentuk kalimat, maka satuan
nongramatis seperti me- dan –kan harus digabung dengan satuan gramatis lain. Morfem
semacam ini disebut: “tambahan”, “imbuhan”, atau “afiks”. 

Morfem dalam bahasa Indonesia berdasarkan bentuknya ada dua macam yaitu morfem bebas,
dan morfem terikat.
1. Morfem bebas adalah morfem yang mempunyai potensi untuk berdiri sendiri sebagai kata
dan dapat langsung membentuk kalimat.
2. Morfem terikat merupakan morfem yang belum mengandung arti, maka morfem ini
belum mempunyai potensi sebagai kata. Morfem terikat dalam bahasa Indonesia ada dua
macam, yakni morfem terikat morfologis dan morfem terikat sintaksis. Morfem terikat
morfologis yakni morfem yang terikat pada sebuah morfem dasar. Morfem ini meliputi
prefiks, sufiks, infiks, dan konfiks. Sedangkan morfem terikat sintaksis adalah morfem
dasar yang tidak mampu berdiri sendiri sebagai kata, misalnya dan, yang, dari, di dan
sebagainya.
Untuk membentuk kata, morfem ini harus digabung dengan morfem bebas. Proses perulangan
atau reduplikasi adalah pengulangan bentuk, baik seluruhnya maupun sebagiannya, baik dengan
variasi fonem maupun tidak. 
Beberapa prinsip yang dapat digunakan dalam menentukan bentuk dasar kata ulang adalah: (1)
Pengulangan pada umumnya tidak mengubah jenis kata. (2) Bentuk dasar dapat berdiri sendiri
sebagai kata yang terdapat dalam penggunaan bahasa Indonesia yang benar. 

Berdasarkan macamnya, bentuk perulangan dalam bahasa Indonesia terdiri atas empat bentuk,
yaitu: (1) Kata ulang suku kata awal. (2) Kata ulang seluruh kata dasar kata ulang utuh. (3) Kata
ulang salin suara atau kata ulang berubah bunyi. (4) Kata ulang yang mendapat imbuhan atau
kata ulang berimbuhan. 

1. Sesuai dengan fungsi perulangan dalam pembentukan jenis kata, makna struktural kata
ulang adalah: Mengandung makna banyak yang tak tentu. 
2. Mengandung makna bermacam-macam. 
3. Mengandung makna menyerupai atau tiruan dari sesuatu. 
4. Mengandung makna agak atau melemahkan arti. 
5. Menyatakan makna intensitas. Makna intensitas terdiri dari: (a) intensitas kualitatif, (b)
intensitas kuantitatif, dan (c) intensitas frekuentatif. 
6. Perulangan pada kata kerja mengandung makna saling atau pekerjaan yang berbalasan. 
7. Perulangan pada kata bilangan mengandung makna kolektif.

Proses Morfologi

Proses morfologi adalah proses pembentukan kata-kata dari satuan lain yang merupakan bentuk
dasarnya. Dalam Bahasa Indonesia, terdapat tiga proses morfologik yaitu proses pembubuhan
afiks (afiksasi), proses pengulangan (reduplikasi), dan proses pemajemukan (pemajemukan).

1. Proses Pembubuhan Afiks (afiksasi)


Afiksasi merupakan nama lain dari morfem terikat. Morfem terikat merupakan kata yang
tidak dapat berdiri sendiri. Sedangkan kata yang dapat berdiri sendiri disebut sebagai
morfem bebas. Morfem bebas merupakan kata dasar yang dapat berdiri sendiri. Kata
dasar dapat berupa kata benda, kata sifat, kata kerja, dll. Penggabungan morfem bebas
dan morfem terikat akan membentuk kata jadian.
Afiksasi terdiri atas:

a. prefiks (ber-, me-, pe-, per-, di-, ter-, ke-, se-


b. sufiks (–kan, –an, –i), 
c. infiks (–el-, -em-, -er-), 
d. konfiks (ber-kan, ber-an, per-kan, per-an, per-i, pe-an, di-kan, di-i, me-kan, me-i, ter-kan,
ter-i, ke-an), dan
e. simulfiks (memper-kan, memper-i, diper-kan, diper-i).

2. Komposisi atau Pemajemukan dalam Bahasa Indonesia


Komposisi adalah proses kata pemajemukan. Kata majemuk ialah gabungan kata dasar
yang telah bersenyawa atau yang sudah membentuk satu kesatuan dan menimbulkan arti
baru (Alisjahbana, 1953).
Contoh:
a. Keras+kepala = keras kepala
b. Kamar+mandi = kamar mandi
c. Mata+pelajaran = mata pelajaran
d. Kumis+kucing = kumis kucing

Kumis kucing dalam arti ‘sejenis tanaman’ adalah kata majemuk, tetapi kumis kucing dalam arti
‘kumis dari seekor kucing’ bukanlah kata majemuk.Pokok kata (tidak bisa diartikan jika sendiri),
tetapi setelah bergabung kemudian mempunyai arti sendiri disebut pemajemukan.

3. Pengulangan (Reduplikasi)
Pengulangan atau redupliksai adalah pengulangan satuan gramatik, baik seluruh, maupun
sebagian, baik variasi fonem maupun tidak, hasil pengulangan itu merupakan kata ulang,
sedangkan satuan yang diulang merupakan bentuk dasar.

Misalnya, rumah-rumah dari bentuk dasar rumah. Setiap kata ulang sudah pasti memilki bentuk
dasar. Kata-kata seperti sia-sia, mondar- mandir, dan lainnya dalam tinjauan deskriftif tidak
dapat digolongkan kata ulang karena sebenarnya tidak ada satuan yang diulang.
Dari deretan morfologik dapat ditentukan bahwa sesungguhnya tidak ada satuan yang lebih kecil
dari kata-kata tersebut. Secara historik atau komparatif, mungkin kata-kata itu dapat dimasukan
kedalam golongan kata ulang.

Anda mungkin juga menyukai