PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang Masalah
1.2.Rumusan Masalah
1.3. Tujuan
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.Pengertian Morfologi
Morfem adalah satuan bahasa yang turut serta dalam pembentukan kata dan
dapat dibedakan artinya. Morfem dapat juga dikatakan unsur terkecil dari
pembentukan kata dan disesuaikan dengan aturan suatu bahasa. Pada bahasa
Indonesia morfem dapat berbentuk imbuhan. Morfem dalam Bahasa Indonesia
berdasarkan bentuknya terbagi menjadi 3 golongan, yaitu:
i. Morfem Bebas
Menurut Santoso (2004), morfem bebas adalah morfem yang mempunyai
potensi untuk berdiri sendiri sebagai kata dan dapat langsung membentuk kalimat.
Dengan demikian, morfem bebas merupakan morfem yang diucapkan tersendiri;
seperti: gelas, meja, pergi dan sebagainya. Morfem bebas sudah termasuk kata.
Tetapi ingat, konsep kata tidak hanya morfem bebas, kata juga meliputi semua
bentuk gabungan antara morfem terikat dengan morfem bebas, dengan morfem
dasar. Jadi dapat dikatakan bahwa morfem bebas itu kata dasar.
2
ii. Morfem Terikat
Morfem terikat merupakan morfem yang belum mengandung arti, maka
morfem ini belum mempunyai potensi sebagai kata. Untuk membentuk kata,
morfem ini harus digabung dengan morfem bebas. Menurut Samsuri (1994),
morfem terikat tidak pernah di dalam bahasa yang wajar diucapkan tersendiri.
Morfem-morfem ini, selain contoh yang telah diuraikan pada bagian awal,
umpamanya: ter-, per-, -i, -an. Di samping itu ada juga bentuk-bentuk seperti –
juang, -gurau, -tawa, yang tidak pernah juga diucapkan tersendiri, melainkan
selalu dengan salah satu imbuhan atau lebih. Tetapi sebagai morfem terikat yang
berbeda dengan imbuhan, bisa mengadakan bentukan atau konstruksi dengan
morfem terikat yang lain.
Morfem terikat dalam bahasa Indonesia menurut Santoso (2004) ada dua
macam, yakni morfem terikat morfologis dan morfem terikat sintaksis.
3
Dari table di atas, dapat disimpulkan bahwa dengan imbuhan yang berbeda,
morfem dasar yang sama, akan berbeda maknanya. Tetapi bagaimana jika
imbuhannya sama, morfem dasarnya berbeda, apa yang dapat terjadi?
Contoh, akhiran –an pada morfem dasar tepi, darat, lapang; membentuk
kata tepian, daratan, lapangan; ternyata menunjukkan persamaan makna imbuhan,
yaitu tempat. Berarti dengan imbuhan yang sama, morfem dasarnya berbeda,
dapat menghasilkan persamaan makna imbuhan yaitu menghasilkan jenis benda.
4
1) Pengulangan pada umumnya tidak mengubah jenis kata.
Unsur dasar kata ulang sejenis dengan kata ulangnya. Dengan prinsip ini,
dapat diketahui bahwa bentuk dasar kata ulang yang termasuk jenis kata benda
berupa kata benda, bentuk dasar kata ulang yang termasuk jenis kata kerja berupa
kata kerja, demikian pula bentuk dasar kata ulang kata sifat juga berupa kata sifat.
Contoh:
5
2.4.Macam-macam Kata Ulang
d. Kata ulang yang mendapat imbuhan atau kata ulang berimbuhan. Contoh:
Anak anak-anakan
Main main-mainan
Rajin serajin-rajinnya
Kuda kuda-kudaan
Gila tergila-gila
6
2.5.Makna Kata Ulang
c. Makna lain yang dapat diturunkan dari suatu kata ulang adalah menyerupai
atau tiruan dari sesuatu. Contoh:
- Anak itu senang bermain kuda-kudaan. (menyerupai atau tiruan kuda)
- Mereka sedang bermain pengantin-pengantinan di pekarangan rumah.
(menyerupai atau tiruan pengantin)
- Andi berteriak kegirangan setelah dibelikan ayam-ayaman. (menyerupai
atau tiruan ayam)
7
Intensitas frekuentatif. Contoh:
- Ia menggeleng-gelengkan kepalanya.
- Ia mondar-mandir saja sejak tadi.
- Anak itu menyanyi sambil memukul-mukul meja.
Perulangan pada kata kerja mengandung makna saling atau pekerjaan yang
berbalasan. Contoh:
- Kita harus tolong-menolong.
- Tentara sedang tembak-menembak dengan seru.
- Mereka tendang-menendang dan tinju-meninju saat sedang berkelahi.
8
BAB III
PENUTUP
3.1.Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat saya simpulkan, Tata bahasa Indonesia
banyak pendapat para mengenai pengertian morfologi dan morfem. Kategori
morfologis adalah sederetan kata yang memiliki bentuk gramatikal dan makna
gramatikal yang sama. Setiap kategori morfolog morfologis itu terbentuk oleh
prosedur morfologis tertentu.
Morfologi mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta pengaruh perubahan-
perubahan bentuk kata terhadap golongan dan arti kata. Atau dengan kata lain
dapat dikatakan bahwa morfologi mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta
fungsi perubahan-perubahan bentuk kata itu, baik fungsi gramatik maupun fungsi
semantik.
3.2.Saran
Sebagai seorang mahasiswa,kesehatan khususnya dibidang ilmu
Keperawatan, Pemahaman struktur morfologi bahasa Indonesia perlu diperluas,
karena selain dapat menjadi bekal dalam pemakaian bahasa Indonesia yang baik
dan benar dalam kehidupan sehari-hari (teruntuk menghadapi pasien maupun yang
lain) juga dapat bermanfaat dalam pembinaan kemampuan berbahasa Mahasiswa
yang kita ampu nanti.
Bahasa Indonesia tidak akan tetap terjaga apabila tidak diadakan pusat
bahasa dan balai bahasa serta tempat pelatihan dan pengajaran tentang tata bahasa.
Maka pembelajaran bahasa disetiap sekolah-sekolah maupun Perguruan tinggi
pada setiap jenjang pendidikan nyata diperlukan karena akan membantu
memelihara kesucian dan keaslian bahasa, agar selalu tehindar dari kontaminasi
budaya bahasa asing.
9
DAFTAR PUSTAKA
http://pjjpgsd.dikti.go.id/file.php/1/repository/dikti/Mata Kuliah Awal/Kajian
Bahasa Indonesia SD/BAC/Unit_4_0.pdf
http://id.wikipedia.org/wiki/linguistik
http://susandi.wordpress.com/seputar-bahasa/morfologi-2/
10