Anda di halaman 1dari 6

MORFOLOGI BAHASA

Ridwan Ardiansyah
TPK/ C/ 2001069

ABTRAK
Bahasa memiliki peranan penting dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu alat yang paling sering
digunakan dalam berkomunikasi yaitu bahasa, baik bahasa lisana ataupun bahasa tulis. Tentu manusia
sangat dekat dengan apa itu bahasa dan tentunya adalah bahasa Indonesia. Sehingga manusia perlu untuk
memahami bahasa tersebut lebih mendalam. Bahasa adalah alat komunikasi yang efektif yang dilakukan
antar manusia. Dengan adanya bahasa, dapat memudahkan manusia untuk berkomunikasi di kalangan
masyarakat. Sejak dini, manusia tentunya sudah mempelajari bahasa dengan baik dan benar.
Pengkajian bahasa Indonesia merupakan bidang tata bahasa bentukan atau morfologi. Maka dari
itu bidang Bahasa cukup menarik bila dikaji karena mulai munculnya kata-kata baru dalam pemakaian
tata bahasa yang sring berbenturan dengan kaidah bahasa yang sudah ada dalam bidang tata bahasa
indonesia. Oleh sebab itu perlu dikaji ruang lingkup tata bentukan ini agar ketidaksesuaian antara kata-
kata yang digunakan oleh para pemakai bahasa dengan kaidah tersebut tidak menimbulkan kesalahan
sampai pada tataran makna. Apabila terjadi kesalahan sampai pada tataran makna, hal tersebut akan
mengganggu komunikasi yang berlangsung. Apabila terjadi gangguan pada kegiatan komunikasi maka
gugurlah fungsi utama bahasa sebagai alat komunikasi.
Kata kunci : bahasa, morfologi

PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara yang memiliki wilayah yang sangat luas, penduduknya terdiri dari
berbagai suku bangsa dengan berbagai bahasa daerah serta berbagai latar belakang budaya yang tidak
sama. Karena alasan itulah Negara Republik Indonesia disebut sebagai negara yang kaya dengan
budayanya. Salah satu di antara kekayaan budaya Indonesia adalah adanya bahasa daerah, oleh karena itu
masyarakat Indonesia bisa disebut penutur yang bilingual atau dwibahasa.
Bahasa itu merupakan metode sebagai lambang bunyi yang memiliki sifat arbitrer, produktif,
dinamis, beragam, dan manusiawi (Abdul Chaer, 1995: 14-18). Sebagai sebuah sistem, bahasa pada
dasarnya memberi kendala bagi penuturnya. Maka dari itu, suatu bahasa perlu waktunya untuk diteliti,
dikarenakan adanya permasalahan yang dihadapi oleh penutur bahasa sehingga memerlukaan penanganan
dan pencerahan. Seorang guru bahasa Indonesia juga memiliki sebuah tanggung jawab keilmuannya
terhadap peserta didik dalam menyampaikan kaidah berbahasa dengan baik dan benar. Materi yang
disampaikan dan yang disajikan seharusnya mencerminkan dari kazanah bahasa Indonesia yang selaras
dan sejalan sesuai dengan berkembangan peradaban pada rakyat Indonesia. Guru mata bahasa Indonesia
sebaiknya juga perlu untuk melaksanakan kajian terhadap berbagai persoalan dan perkembangan kaidah
bahasa Indonesia dengan baik dan benar.
Pada kajian morfologi bahasa biasanya dibedakan dengan adanya beberapa morfem yang sesuai
dengan kriteria tertentu, di antaranya yaitu morfem terikat dan morfem bebas. Morfem bebas merupakan
morfem yang tidak adanya kehadiran morfem lain yang dapat muncul dalam ucapan. Dalam bahasa
Indonesia contohnya bentuk pukul, ambil, potong dan gali tergolong dalam morfem bebas.

PEMBAHASAN
A. Pengertian Morfologi
Morfologi merupakan cabang dari linguistik yang mengidentifikasikan satuan dasar bahasa
sebagai satuan gramatikal. Morfologi mempelajari seluk-beluk bentuk kata dan pengaruh perubahan-
perubahan bentuk kata terhadap golongan serta arti kata atau dengan kata lain dapat dikatakan bahwa
morfologi mempelajari seluk-beluk bentuk kata dan fungsi dari perubahan bentuk kata itu, baik
fungsi gramatik ataupun fungsi semantik.
Kata Morfologi berasal dari bahasa Yunani morphe dan logos. Morphe yang artinya adalah
bentuk dan logos artinya adalah ilmu. Bunyi [o] yang terdapat diantara morphe dan logos adalah
bunyi yang biasa muncul diantara dua kata yang digabungkan. Jadi, berdasarkan makna unsur-unsur
pembentukannya itu, morfologi berarti ilmu tentang bentuk.
Dalam kaitannya dengan kebahasaan, hal yang dipelajari dalam morfologi adalah bentuk
kata. Selain itu, perubahan bentuk kata dan makna (arti) yang muncul serta perubahan kelas kata
yang disebabkan oleh perubahan bentuk kata itu sendiri dan menjadi objek pembicaraan dalam
morfologi. Berdasarkan strukturalnya, objek pembicaraan dalam morfologi merupakan morfem
tingkat terendah dan kata tingkat tertinggi.
Selain itu, morfologi juga mempelajari arti yang timbul sebagai akibat peristiwa gramatik,
yang biasa disebut arti gramatikal atau makna. Satuan yang paling kecil dipelajari oleh morfologi
yaitu morfem, sedangkan yang paling besar yaitu kata. Morfologi hanya mempelajari peristiwa-
peristiwa yang umum, peristiwa yang berturut-turut terjadi, dan bisa dikatakan merupakan sistem
dalam bahasa.
Peristiwa perubahan bentuk, misalnya pada perubahan kata dari jala menjadi jalan pada kata
berjalan, dan perubahan dari kata aku menjadi saya, serta perubahan kata dari tahun menjadi tuhan,
bisa dikatakan hanya terjadi pada kata tersebut. Oleh sebab itu, peristiwa tersebut tidak bisa disebut
sebagai peristiwa umum, tentu saja bukan termasuk dalam bidang morfologi, melainkan termasuk
dalam ilmu yang biasa disebut etimologi, yaitu ilmu yang mempelajari seluk-beluk asal sesuatu kata
secara khusus.
Dalam bahasa Indonesia memiliki berbagai macam bentuk. Kata sedih, gembira, dan senang
merupakan suatu morfem. Kata bersedih, bergembira dan bersenang adalah dua morfem, yaitu
morfem ber- sebagai afiks, dan morfem sedih sebagai bentuk dasarnya, begitu juga dengan morfem
bergembira dan bersenang terdiri atas dua morfem. Kata senang-senang terdiri dari dua macam
morfem yang berbeda yaitu morfem senang untuk bentuk dasar yang diikuti oleh senang sebagai
morfem ulang. Semua hal yang berhubungan dengan bentuk kata tersebut yang menjadi objek
sebagai suatu ilmu itulah yang dimanakan dengan morfologi.
Perubahan-perubahan berada dalam bentuk kata menyebabkan terjadinya perubahan
golongan dan artian dalam kata tersebut. Golongan kata sedih tentu tidak sama dengan golongan kata
bersedih. Kata sedih digolongan sebagai kata adjektiva, sedangkan kata bersedih sebagai kata verba
deadjektiva. Dari segi arti, kata-kata senang, bersenang, dan senang-senang semuanya mempunyai
arti yang berbeda-beda. Demikian pula lain dengan kata sedih dan gembira.
Perbedaan atau perubahan dalam golongan dan arti kata tersebut disebabkan adanya
perubahan bentuk kata. Oleh karena itu, selain menyelidiki bidangnya yang utama dalam seluk-beluk
bentuk kata, morfologi juga menyelidiki kemungkinan adanya perubahan golongan dan arti kata
yang timbul sebagai akibat perubahan bentuk kata.
Intinya adalah apabila syntax membahas tentang bagaimana kata-kata disusun dalam sebuah
kalimat, maka morphology membahas bentuk kata-kata tersebut. Dalam hal ini dikatakan bahwa
pembicaraan yang bertentangan dengan satuan gramatik yang salah satu dari unsurnya berupa afiks
dibahas dalam bidang morfologi, dan pembicaraan tentang kata majemuk juga dibicarakan pada
bidang morfologi mengingat bahwa untuk kata majemuk masih termasuk golongan kata.
Pengertian morfologi menurut beberapa ahli bahasa :
1. Menurut Cristal ( 198 : 232 – 233 ), menjelaskan bahwa morfologi merupakan suatu cabang tata
bahasa yang menelaah struktur atau bentuk kata, utamanya melalui pengguanaan morfem.
Morfologi umumnya dibagi dalam dua bidang : yakni telaah infleksi (inflectional morfhology )
dan telaah pembentukan kata (lexical or derivational morphology). Analisis morfemik merupakan
bagian kecil dari menelaah linguistik sikronis; analisis morfologis diterapkan terhadap telaah
historis. Analisis morfologis biasanya dilakukan dalam bentuk suatu satu pendekatan yang
membuat suatu telaah distribusional morfem dan varian morfemis muncul dalam kata (analisis
susunan morfotaktis). Model pemberian bahasa yang memandang hubungan antara kata-kata
sebagai proses derivasi. Pada linguistic generative, morfologi dan sintaksis tidak terlihat sebagai
dua tingkat yang terpisah ; kaidah-kaidah dari tata bahasa hanya berlaku sebagai struktur kata,
seperti halnya terhadap frasa dan kalimat, dan juga konsep morfologis hanya muncul sebagai titik
dimana output dari komponen sintaksis harus diberikan representasi fonologi m kaidah-kaidah
morfofonologis.
2. Zaenal Arifin dan Juaiyah
Mengartikan bahwa morfologi adalah ilmu bahasa tentang seluk beluk bentuk struktur kata.
3. Menurut Bauer (1983 : 33), dalam morfologi menjelaskan sebuah struktur internal pada bentuk
kata. Pada morfologi, analisis dikategorikan dalam bentuk kata formatif pada komponennya dan
berusaha untuk memberikan penjelasan kemunculan kata pada setiap formatif. Morfologi sendiri
dibagi ke dalam dua cabang utama, yaitu morfologi infleksional dan pembentukan kata yang
disebut sebagai morfologis leksikal. Morfologi infleksional menjelaskan leksem-leksem baru dari
kata pemajemukan (komposisi). Deriviasi ini berhubungan dengan terbentuknya leksem baru dari
dua atau lebih pada sistem potensial. Derivasi terkadang juga dibagi ke dalam derivasi
mempertahankan kelas (class-maintaining derivation) dan derivasi perubahan kelas (class-
changing derivation).
4. J. W. M. Verhaar
Menjelaskan bahwa morfologi adalah salah satu cabang linguistik yang mengidentifikasi satuan
dasar bahasa sebagai satuan gramatikal tulisan.
5. Ramlan
Menjelaskan pemahaman tentang morfologi adalah bagian dari ilmu bahasa yang
dikhususkan membicarakan tentang struktur kata dan pengaruh dalam perubahan struktur kata
pada setiap artian kata.
6. Menurut O’ Grady dan Dobrovolsky (1989:89-90), morofologi adalah komponen tata bahasa
generative tranformasional (TTG) yang membicarakan struktur internal kata.
7. Zaenal Arifin dan Juaiyah
Mengartikan bahwa morfologi adalah ilmu bahasa tentang seluk beluk bentuk struktur kata.
Teori morfologi pada umumnya berurusan dengan pembahasan lebih tepat mengenai jenis-
jenis kaidah morfologi yang ditemukan dalam bahasa alamiah. Morfologi khusus adalah seperangkat
kaidah yang mempunyai fungsi ganda. Pertama, kaidah bahasa ini berhubungan adanya
pembentukan kata baru. Kedua, kaidah bahasa ini mewakili sisi dari pengetahuan penutur asli yang
kurang menyadari tentang struktur internal kata yang sudah ada dalam bahasanya.

B. Morfem pada Pembentukan Kata


Morfem merupakan satuan bahasa yang berkontribusi dalam penyusunan kata dan sebagai
pembeda dalam artiannya. Morfem juga bisa dikatakan sebagai unsur terkecil dari suatu
pembentukan kata dan sudah disesuaikan dengan aturan atau kaidah bahasa. Dalam kaidah bahasa
Indonesia morfem dapat berupa imbuhan. Misalnya pada kata praduga mempunyai dua morfem yaitu
/pra/ dan /duga/. Kata duga yaitu sebagai kata dasar dalam penambahan morfem /pra/ menyebabkan
terjadinya perubahan arti pada kata duga.
Dalam ilmu bahasa dikenal satuan seperti kata, frase, klausa, dan kalimat. Dalam
praktiknya, morfem dapat dikenal dan ditemukan dengan cara memperbandingkan satuan-satuan
ujaran yang mengandung kesamaan dan pertentangan.
Alwi (2003: 28) morfem adalak bentuk bebas maupun terikat yang tidak bisa dibagi ke
dalam bentuk terkecil yang memiliki arti lagi. Kridalaksana (2007: 141) morfem merupakan satuan
bahasa yang terkecil dimana maknanya relatif stabil dan tidak dapat dibagi atas bagian bermakna
yang lebih kecil; misalnya -ter, -di, -pensil dan lain sebagainya. Pada morfem sendiri memiliki dua
kategori, yaitu:
1. Morfem Bebas
Morfem bebas merupakan morfem tanpa adanya kehadiran morfem lain yang muncul
dalam perkataan. Selain itu, morfem bebas juga mempunyai makna tanpa adanya bantuan suatu
morfem lain. Contoh: tempat, bahan, jilid, main, samak, comot, pisah, dan kubur.
2. Morfem Terkait
Morfem terikat adalah tidak memiliki makna leksikal. Artinya morfem tidak bisa untuk
berdiri sendiri tanpa bantuan morfem lain. Morfem terkait ini terbagi menjadi dua jenis yaitu:
a. Morfem terikat secara morfologis (MTSM) yaitu berupa :
1) Prefiks atau awalan seperti : ber-, di-, ke-, men(N)-, pe(r)-, se-, ter-.
2) Infiks atau sisipan seperti : el-, em-, er-.
3) Sufiks atau akhiran seperti : an-, i-, kan-.
4) Bentuk atau unsur gabung seperti : antar-, intra-, pre-, pro-, a-, in-, ir-, pra-, semi-.
5) Klitika seperti : ku-, lah-, pun-, nya-, mu.
b. Morfem terikat secara sintaksis yaitu berupa:
1) Preposisi seperti : ke-, di-, dari-, pada-.
2) Kata Tugas seperti: yang-, dan-, dengan-, tetapi-, akan-, telah-, namun-, bahkan-, malahan-,
walaupun-, meskipun-, karena-, sebab- sedangkan-.

C. Pengertian Afiksi
Afiksasi terlalu sering disinonimkan dengan pembubuhan afiks (imbuhan). Afiksasi atau
proses pembubuhan imbuhan adalah pembentukan kata dengan cara melekatkan afiks pada bentuk
dasar. Hasil dari afiksasi disebut kata berafiks atau kata berimbuhan.
Contoh:
ber-, pada jalan = berjalan
me-, pada mancing = memancing
-an, pada pakai = pakaian
Afiks ini terbagi menjadi empat jenis yaitu prefiks, sufiks, konfiks, dan infiks.
1. Prefiks
Prefiks merupakan afiks (imbuhan) yang diposisikan pada bagian muka dasar.
a. Kata permulaan di-
Kata permulaan di- memiliki makna perbuatan yang pasif.
Contoh:
di + samak menjadi disamak
di + beli menjadi dibeli
di + lelang menjadi dilelang
Jika kata permulaan di- disambung dengan kata yang menunjukkan pada tempat, maka untuk
metode penulisannya harus dipisah, contoh: di Jakarta, di Tanah Grogot.
b. Awalan ter-
Imbuhan ter- menyebutkan makna sebagai berikut:
1) Menyebutkan suatu hal sifat : terpaksa, terangkuh, terburuk.
2) Menyebutkan suatu hal ketidaksengajaan : terbawa, tertinggal.
3) Menyebutkan suatu keadaan telah : tertutup, terbuka, terkunci.
4) Menyebutkan suatu keadaan tiba-tiba : tertawa, terjatuh.
c. Awalan ke-
Tidak memiliki bentuk perubahan khusus, tetapi memiliki makna menyatakan urutan. Seperti
misanya : ke-11, ke-12, ke-13, dst.
2. Sufiks
Digunakan pada bagian belakang kata atau diletakkan dalam akhir dasar.
a. Akhiran –an
Pada umumnya penggunaan kata akhiran -an itu menunjukkan sebuah kata benda. Contohnya
seperti kemasan, sajian, ribuan, jutaan. Beberapa artian dalam penggunaan akhiran -an sebagai
berikut:
1) Menyatakan lokasi : tujuan, terusan.
2) Menyatakan benda : gelasan, payungan.
3) Menyatakan kegiatan : latihan, atasaan.
4) Menyatakan konsekuensi : jeratan, tebusan.
5) Menyatakan seluruh, kumpulan : lautan, sayuran.
b. Akhiran -kan dan –i
Berfungsi sebagai pembentuk dari kata kerja
Akhiran -kan dan -i itu merupakan kata kerja bentuk imperative (memerintah). Misalnya
seperti Dingin (kata sifat) menjadi Dinginkan (kata kerja).
3. Konfiks
Gabungan prefiks dan sufiks yang diletakkan pada awal dan akhiran dasar.
a. me-kan
Menyatakan suatu kegiatan aktif seperti menanyakan, memberikan, menyenangkan.
b. pe-an
1) Menyebutkan hal/perbuatan seperti pelajaran, penyamakan, pecurian, pemeriksaan.
2) Menyebutkan suatu proses : pendaftaran, pembentukan, perbuatan.
3) Menyebutkan tempat : penampungan, pemandian, pegunungan.
c. ke-an
Konfiks ke-an berfungsi sebagai bentuk kata benda abstrak. Misalnya seperti, kebodohan,
kelambatan, keburukan, kesakitan,. Konfiks ke-an memiliki makna sebagai berikut:
1) Menyatakan keadaan : kedinginan, kesakitan.
2) Menyatakan intensitas (terlalu, terlampau) : kebesaran, kemahalan.
3) Menyatakan agak, menyerupai : kehijau-hijauan, kebarat-baratan.
d. per-an
1) Menyatakan lokasi : perhentian, percetakan.
2) Menyatakan wilayah : perkebunan.
3) Menyatakan konsekuensi tindakan: pernyataan, pertahanan.
4) Menyatakan topik : peristilahan, perhukuman.
5) Menyatakan banyak, bermacam-macam : peralatan, persyaratan.
4. Infiks
Sisipan (infiks/ infix) merupakan suatu imbuhan yang terdapat pada dalam kata.
Berdasarkan pada jenis imbuhan kata yang kurang produktif, artinya dalam penggunaannya hanya
sebatas pada beberapa kata tertentu.
Sisipan (infiks/infix) bisa saja memiliki makna, seperti :
a. Menyebutkan banyak dan bermacam-macam.
Misalnya seperti:
1) Samak-samakan, artinya terdapat bermacam-macam penyamakan.
2) Cair-cairan, artinya terdapat bermacam jenis cairan.
3) kopi-kopian, artinya terdapat bermacam-macam kopi.
b. Menyebutkan suatu intensitas frekuentif yang artinya menyatakan banyaknya waktu.
Misalnya seperti:
1) Gerak-gerakan, artinya menunjukkan banyaknya waktu gerak.
2) Cuci-cucian, artinya menunjukkan banyaknya waktu cuci.
3) Nyamak-nyamakan, artinya menunjukkan banyaknya waktu yang dibutuhkan untuk
menyamak.

D. Alomorf pada Beberapa Morfen


Menurut Hocket (1958 : 123) menjelaskan bahwa morfem merupakan bagian dari unsur
terkecil secara individual dan mengandung pengertian dalam suatu ujaran bahasa. Morfem yaitu
kesatuan bahasa terkecil yang memiliki makna kata terkecil berarti “satuan” sehingga tidak bisa
dilakukan analisis menjadi satuan yang lebih kecil lagi tanpa merusak makna dari suatu perkataan.
Contohnya dalam bentuk membeli yang dianalisis menjadi dua bentuk terkecil yaitu me- dan beli .
Bentuk me- disini merupakan morfem, yaitu morfem afiks secara gramatikal memiliki sebuah
makna: dan kata beli juga merupakan morfem, yaitu morfem dasar secara leksikal yang memiliki
makna. Apabila bentuk beli dianalisis lagi menjadi lebih kecil lagi menjadi be- dan li, keduanya
tidak memiliki makna apa- apa, jadi keduanya bukan morfem.
Berdasarkan pendapat seorang ahli tata bahasa Indonesia menyatakan bahwa “morfem
merupakan satuan gramatik yang terkecil”. Morf merupakan suatu ujaran actual dalam bentuk
(morf)” dan alomorf yaitu varian yang ada dalam bentuk (morf). Pada kajian morfologi bahasa, morf
diartikan sebagai bentuk masih belum diketahui statusnya, apakah sebagai morfem sebagai alomorf,
jadi sebenarnya bentuk fisik morf yaitu sama halnya dengan wujud fisik dari alomorf. Sedangkan
untuk morfem adalah “abstraksi” dari alomorf yang ada. Alomorf sendiri merupakan anggota dari
satu morfen yang bentuknya berbeda namun masih memiliki fungsi serta makna yang sama. Setiap
morfem tentunya memiliki alomorf satu, dua, atau juga enam. Berikut beberapa bentuk alomorf
berdasarkan dari morfem yaitu:
1. Morfem ber-,mempunyai alomorf ber-,be-,dan bel-,
a. Ber- contohnya seperti: bertamasya
b. Be- contohnya seperti: bepergian
c. Bel- contohnya seperti: belajar
2. Morfem me-, mempunyai alomorf me-, mem-, men-, meng-, menge- dan meny-
a. Me- contohnya seperti: mewajibkan, merajut
b. Mem- contohnya seperti: membawa, mempunyai
c. Men- contohnya seperti: mencangkul, menulis mendapatkan
d. Meng- contohnya seperti: menggulung, mengkaji
e. Menge- contohnya seperti: mengecat
f. Meny- contohnya seperti: menyapa, menyamak, menyukur.
supaya pengertian alomorf dan morf bisa lebih jelas marilah kita ambil sedikit contoh dalam
penerapannya dalam bahasa Indonesia.
Dapat kita ketahui bahwa morfem MeN- memiliki struktur fonologi yang sebagai contohnya berikut:
1. Mem- contohnya seperti: mempelai , membajak
2. Men- contohnya seperti: mendidih, mendapat
3. Meny- contohnya seperti: menyaring, menyita
4. Meng- contohnya seperti: mengganti, menggali
5. Menge- contohnya seperti: mengebom, mengebor
6. Me- contohnya seperti: melamar, melayang
Bentuk – bentuk mem-, men-, meny-, meng-, menge- dan me- pada contoh di atas masing-
masing disebut morf dan semua itu merupakan alomorf dan Morfem MeN-. Dengan penggunaan
kata lain misalnya seperti: morf mem-, morf men-, morf meny-, morf meng-, morf menge-, dan morf
me- merupakan alomorf dari morfem MeN- .
Begitu pula morf-morf pem-, pen-, pent-, peng-, penge- , dan me- adalah alomorf dari
morfem peN-, misalnya :
1. Pem- contohnya seperti: pembajak, pamahat
2. Pen- contohnya seperti: penyamak, penjahit
3. Peny- contohnya seperti: penyuling, penyuci
4. Peng- contohnya seperti: pengamat, pengemis
5. Penge- contohnya seperti: pengecor pengejar
6. Pe- contohnya seperti: pelawak, penyabu.

SIMPULAN
Afiks sendiri merupakan suatu morfem yang dapat digunakan dengan metode menyatukannya
dengan morfem lain yang merupakan dari bentuk dasarnya. Afiks juga merupakan pembentukan kata
yang paling familiar. Imbuhan (afiks) dikenal ada empat yaitu awalan (prefiks),sisipan (infiks), akhiran
(sufiks), awalan dan akhiran (konfiks). Afiksasi yaitu proses pembubuhan afiks terhadap satuan konteks
bahasa, baik berupa satuan bahasa tunggal maupun bahasa kompleks agar bisa membentuk suatu kata.

DAFTAR PUSTAKA
Alwi, Hasan, dkk. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (edisi ketiga). Jakarta: Balai Pustaka
Bauer, Laurie. 1983. English Word Formatio. USA: Cambridge University Press
Chaer, Abdul dan Leoni Agustina. 1995. Sosiolinguistik : Suatu Pengantar. Jakarta : Rineka Cipta.
Chaer, Abdul. 2008. Morfologi Bahasa Indonesia (pendekatan Proses). Jakarta: Rieneka Cipta
Chaer, Abdul. 2015. Morfologi Bahasa Indonesia Pendekatan Proses. Jakarta: PT RINEKA CIPTA
Hockett, Charles F.1958. A Course in Modern Linguistics. New York; Macmillan.
Kridalaksana, Harimurti. 2007. Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama
Meriana, Ria dkk. 2017. Interferensi Morfologis Pada Gelar Wicara Mata Najwa Periode Januari 2017
dan Implikasinya. Jurnal Kata: 2
O‘ grady, wiliam ; micheal dobrovolsky ; Mark Aronoff. 000. Contemporary linguistics an introduction.
Prof. Drs. M. Ramlan. 2001. Ilmu Bahasa Indonesia Morfologi Suatu Tinjauan Deskriptik. Yogyakarta :
CV. Karyono.
Ramlan,M. 2009. Ilmu Bahasa Indonesia,Morfologi. Yogyakarta: C.V. Karyono.
Tarigan, Henry Guntur . 1985 . Pengajaran Morfologi . Bandung : ANGKASA .
Wahyuni, Nurul. 2015. Afiks Pembentuk Verba dalam Bahasa Bugis dialek Luwu. Jurnal Humanika.
Volume 3 no 15: 4

Anda mungkin juga menyukai