PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Secara etimologi kata morfologi berasal dari kata morf yang berarti ‘bentuk’
dan logi yang berarti ‘ilmu’. Jadi secara harafiah morfologi berarti ilmu yang
mempelajari bentuk. Dalam kajian biologi, mofologi merujuk pada ilmu yang
mempelajari bentuk sel-sel tumbuhan atau jasad-jasad hidup. Namun dalam kajian
linguistik, morfologi merujuk pada ilmu yang mempelajari bentuk bahasa.
Banyak yang tidak mengetahui bahwa kata terdiri dari morfem. Dan banyak
juga yang tidak mengetahui proses terbentuknya kata. Morfem dan kata sekilas terlihat
sama. Bahkan orang awam jauh lebih akrab dengan kata dan tidak mengetahui tentang
morfem. Sehingga banyak pula yang tidak mampu membedakan makna dari setiap kata.
Banyak kata yang memiliki kemiripan dan seringkali terjadi kesalahan penggunaan
karena kemiripan tersebut. Padahal sebenarnya setiap kata punya perbedaan jika dikaji
secara mendalam dan dianalisis morfem serta proses morfologisnya. Apabila dikatakan
morfologi membicarakan masalah bentuk dan pembentukan kata, maka semua satuan
bentuk sebelum menjadi kata yakni morfem dengan segala bentuk dan jenisnya.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas maka rumusan masalah untuk makalah ini yakni:
1
2. Apa objek kajian morfologi?
C. Tujuan Penulisan
1. Pengertian morfologi
2. Objek morfologi
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian morfologi
Secara etimologi kata morfologi berasal dari kata morf yang berarti ‘bentuk’
dan logi yang berarti ‘ilmu’. Jadi secara harafiah morfologi berarti ilmu yang
mempelajari bentuk. Dalam kajian biologi, mofologi merujuk pada ilmu yang
mempelajari bentuk sel-sel tumbuhan atau jasad-jasad hidup. Namun dalam kajian
linguistik, morfologi merujuk pada ilmu yang mempelajari bentuk bahasa. Menurut
Ramlan, morfologi adalah bagian dari ilmu bahasa yang mempelajari seluk-beluk
bentuk kata serta perubahan bentuk kata serta perubahan bentuk kata terhadap arti dan
golongan kata.
Kata Morfologi berasal dari kata morphologie. Kata morphologie berasal dari
bahasa Yunani morphe yang digabungkan dengan logos. Morphe berarti bentuk dan
dan logos berarti ilmu. Bunyi [o] yang terdapat diantara morphed an logos ialah bunyi
yang biasa muncul diantara dua kata yang digabungkan. Jadi, berdasarkan makna
unsur-unsur pembentukannya itu, kata morfologi berarti ilmu tentang bentuk.
Didalam hierarki lingustik, kajian morfologi berada diantara kajian fonologi dan
sintaksis, sebagai kajian yang diantara fonologi dan sintaksis maka kajian morfologi itu
3
mempunyai kaitan baik dengan fonologi maupun dengan sintaksis. Keterkaitanya
dengan fonologi jelas dengan adanya kajian yang disebut morfonologi yaitu ilmu yag
mengkaji terjadinya perubahan fonem akibat adanya proses morfologi, seperti
munculnya fonem /y/ pada dasar hari bila diberi sufiks –an
Hari + an = {hariyan}
Lalu keterkaitan morfologi dan sintaksis tampak dengan adanya kajian yang
disebut morfosintaksis. Keterkaitan ini karena adanya masalah morfologi yang perlu
dibicarakan bersama dengan masalah sintaksi. Misalnya, satuan Bahasa yang disebut
kata, dalam kajian morfologi merupakan satuan terbesar, sedangkan dalam kajian
sintaksis merupakan satuan terkecil dalam pembentukan kalimat atau satuan sintaksis
lainnya. Jadi, satuan Bahasa yang disebut kata itu menjadi objek dalam kajian
morfologi dan kajian sintaksis.
1. Morfem
Morfem adalah satuan bahasa yang turut serta dalam pembentukan kata dan
dapat dibedakan artinya..Morfem juga dapat disebut satuan gramatikal terkecil
yang memiliki makna. Dengan kata terkecil berarti satua itu tidak dapat dianalisis
menjadi lebih kecil lagi tanpa merusak maknanya.1
Morfem dapat juga dikatakan unsur terkecil dari pembentukan kata dan
disesuaikan dengan aturan suatu bahasa. Pada bahasa Indonesia morfem dapat
berbentuk imbuhan. Misalnya kata praduga memiliki dua morfem yaitu /pra/ dan
/duga/. Kata duga merupakan kata dasar penambahan morfem /pra/ menyebabkan
perubahan arti pada kata duga.
1
Abdul chaer, Morfologi Bahasa Indonesia, rineka cipta, Jakarta:2008 hal 13
4
Menurut hockett morfem adalah elemen terkecil yang secara individual
mengandung arti, sedangkan menurut Bloomfield adalah bentuk linguistic terkecill
yang tidak mengandung kesamaan sebagian bunyi dan arti dengan bentuk linguistic
lainnya adalah bentuk sederhanaatau morfem.2
mem-perbesar
per-besar
Jika besar dipotong lagi, maka be- dan –sar masing-masing tidak
mempunyai makna. Bentuk seperti mem-, per-, dan besar disebut morfem. Morfem
yang dapat berdiri sendiri, seperti besar, dinamakan morfembebas, sedangkan yang
melekat pada bentuk lain, seperti mem- dan per-, dinamakan morfemterikat.
Contoh memperbesar di atas adalah satu kata yang terdiri atas tiga morfem, yakni
dua morfem terikat mem- dan per- serta satu morfem bebas, besar.
a. Jenis morfem
2
Muhajir, morfologi dialek Jakarta, djambatan, Jakarta: 1984 hal 15
3
Abdul chaer, Morfologi Bahasa…, hal 16
5
yang utuh semua morfem dasar baik terikat atau dasar merupakan contoh
dari morfem utuh. Sedangkan morfem terbagi adalah morfem yang fisiknya
terbagi atau disisipi morfem lain. Contoh: segala konfiks (seperti pe-an, ke-
an dan per-an), penggunaan “el” di telunjuk.
3) Berdasarkan kemungkinan menjadi dasar dalam pembentukan kata,
dibedakan menjadi morfem dasar dan morfem afiks. Morfem dasar adalah
morfem yang dapat menjadi dasar dalam suatu proses morfologi. Contoh:
beli, makan, merah.sedangkan morfem yang tidak dapat menjadi dasar
melainkan hanya sebagai pembentuk disebut morfem afiks. Contoh: me, -
kan, pe-an.
4) Berdasarkan jenis fonem yang membentuknya dibedakan adanya morfem
segmental dan morfem suprasegmental. Morfem segmental adalah morfem
yang dibentuk oleh fonem-fonem segmental, yakni morfem yang berupa
bunyi dan dapat disegmentasikan. Contoh: lihat, sikat dan lah.sedangkan
morfem suprasegmental adalah morfem yang terbentuk dari nada, tekanan,
durasi, dan intonasi. Dalam Bahasa Indonesia tidak terdapat morfem ini,
morfem ini identic dengan Bahasa Cina, Thai, dan Burma.
5) Berdasarkan kehadirannya secara kongkrit dibedakan menjadi morfem
wujud dan morfem tanwujud. Morfem wujud adalah morfem yang secara
nyata ada. Dan morfem tanwujud adalah morfem kehadirannya tidak ada.
Untuk contoh morfem ini juga tidak terdapat dalam Bahasa Indonesia.
6) Berdasarkan ciri semantic dibedakan adanya morfem bermakna leksikal
dan morfem tak bermakna leksikal. Morfem bermakna leksikal yakni
didalam dirinya secara inheren telah memiliki makna yakni contohnya
morfem dasar. Sedangkan morfem tak bermakna leksikal adalah morfem
tidak dapat langsung menjadi unsur dalam petuturan. Contohnya semua
morfem afiks.
2. Kata
Kata adalah satuan bebas yang terkecil, atau dengan kata lain, setiap satu satuan
bebas merupakan kata.4 Kata terdiri dari dua satuan, yaitu satuan fonologik dan satuan
gramatik. Sebagai satuan fonologik, kata terdiri dari satu atau beberapa suku kata, dan
4
J.W.M Verhaar, Asas-Asas Linguistic Umum, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta: 2012, hal 97
6
suku kata itu terdiri dari satu atau beberapa fonem. Sebagai satuan gramatik, kata ada
yang terdiri dari satu morfem dan ada juga kata yang terdiri dari beberapa morfem
3. Proses morfologi
a. Afiksasi
Dalam proses afiksasi sebuah afiks diimbuhkan pada bentuk dasar sehingga
hasilnya menjadi sebuah kata. Umpamanya pada dasar baca diimbuhkan afiks –me
sehingga menghasilkan kata membaca yaitu sebuah verba transitif aktif, yang pada
dasar juang diimbuhkan afiks ber- sehingga menghasilkan verba intransitive berjuang.
1) prefiks (awalan) : ber-, me-, pe-, per-, di-, ter-, ke-, se-
4) konfiks (awalan dan akhiran): ber-kan, ber-an, per-an, per-im, pe-an, di-kan, di-
I, me-kan, ter-kan, ter-i, ke-an
5
Abdul chaer, Morfologi Bahasa…, hal 27
7
b. Reduplikasi
1) Dwipurwa: kata ulang atas suku awal, contoh: jaka → jajaka → jejaka.
3) Dwilingga saling swara: kata ulang berubah bunyi, contoh: sayur-mayur, gerak-
gerik.
5) Trilingga: pengulangan morfem asal sampai dua kali, contoh: dag-dig-dug bermakna
waswas.6
1) Reduplikasi fonologis
a) Kuku, dada, pipi, cincin, dan sisi. Bentuk-bentuk tersebut 'bukan' berasal dari
ku, da, pi, cin, dan si. Jadi , bentuk-bentuk tersebut adalah sebuah kata yang
bunyi kedua suku katanya sama.
b) Foya-foya, tubi-tubi, sema-sema, anai-anai, dan ani-ani. Bentuk-bentuk ini
memang jelas sebagai bentuk ulang, yang diulang secara utuh. Namun, 'bentuk'
6
J.W.M Verhaar, Asas-Asas Linguistic Umum…, hal 152
8
dasarnya tidak berstatus sebagai akar yang mandiri. Dalam bahasa Indonesia
kini tidak ada akar foya, tubi, sema, anai, dan ani.
c) Laba-laba, kupu-kupu, paru-paru, onde-onde, dan rama-rama. Bentuk-bentuk
ini juga jelas sebagai bentuk ulang dan dasar yang diulang pun jelas ada, tetapi
hasil reduplikasinya tidak melahirkan makna gramatikal. Hasil reduplikasinya
hanya menghasilkan makna leksikal.
d) Mondar-mandir, luntang-lantung, lunggang-langgang, kocar-kacir, dan teka-
teki. Bentuk-bentuk ini tidak diketahui mana yang menjadi bentuk dasar
pengulangannya. Sedangkan maknanya pun hanyalah makna leksikal, bukan
makna gramatikal. Dalam berbagai buku tata bahasa tradisional, bentuk-bentuk
ini disebut kata ulang semu (Lihat Alisyahbana, 1953).
2) Reduplikasi Sintaksis
9
kita kita ini memang termasuk orang yang tidak setuju dengan beliau.
3) Reduplikasi Semantis
c. Komposisi
10
1) Komposisi Verbal
Akronim adalah proses pembentukan kata baru dengan cara mengambil inisial
dari beberapa kata menjadi satu dan dapat dibaca layaknya sebuah kata. akronimisasi
juga dapat disebut proses pembentukan sebuah kata dengan cara menyingkat sebuah
11
konsep yang direalisasikan dalam sebuah konstruksi lebih dari sebuah kata. Proses ini
menghasilkan sebuah kata yang disebut akronim. Akronim juga adalah sebuah
singkatan, namun yang diperlukan sebagai sebuah kata atau sebuah butir leksikal7.
Contoh:
1) Pengambilan huruf pertama dari kata yang membentuk konsep itu. Contoh:
IKIP : Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan
ABRI : Angkatan Bersenjata Republik Indonesia
IDI : Ikatan Dokter Indonesia
2) Pengambilan suku kata pertama dari semua kata yang membentuk konsep
itu. Contoh:
balita : bawah lima tahun
moge : motor gede
pujasera : pusat jajanan serba ada
3) Pengambilan suku kata pertama ditambah dengan huruf pertama dari suku
kata kedua dari setiap kata yang membentuk konsep itu. Contoh:
warteg : warung tegal
depkes : departemen kesehatan
puspen : pusat penerbangan
4.) Pengambilan suku kata yang dominan dari setiap kata yang membentuk
konsep itu. Contoh:
5.) Pengambilan suku kata tertentu disertai dengan modifikasi yang tidak
beraturan, namun masih memperhatikan keindahan bunyi. Contoh:
7
Abdul chaer, Morfologi Bahasa…, hal 237
12
organda : organisasi angkutan darat
kloter : kelompokterbang
bulog : badan urusan logistik
6.) Pengambilan unsur-unsur kata yang mewadahi konsep itu, tetapi sukar
disebutkan keteraturannya termasuk seni. Contoh:
Konversi disebut juga derivasi zero, transmutasi atau transposisi adalah proses
pembentukan kata dari sebuah dasar berkategori tertentu menjadi kata berkategori lain,
tanpa mengubah bentuk fisik dari dasar itu Contoh:
Dari kedua contoh di atas dapat dijelaskan bahwa, pada kalimat (1) kata cangkul
berkategori nomina. Sedangkan pada kalimat (2) kata cangkul berkategori verba.
Sebuah nomina tanpa perubahan fisik dapat berubah menjadi verba, walaupun dalam
kalimat yang berbeda. Penyebabnya adalah kata cangkul dan sejumlah kata lainnya di
samping memiliki komponen makna (+ bendaan) juga memiliki komponen makna (+
alat) dan (+ tindakan). Jumlah kosa kata nomina yang memiliki komponen makna (+
tindakan) antara lain: kunci, kupas, sikat, pancing, kikir dan serut.8
8
Ibid.., hal 235
13
kata dari segi bentuknya yang dikenal dengan Morfologi9. Dengan kata lain bahwa
sharaf memberikan aturan pemakaian dan pembentukan kata-kata sebelum digabung
atau dirangkai dengan kata-kata yang lain.
Bahasa Arab adalah bahasa yang pola pembentukan katanya sangat beragam
dan fleksibel, baik melalui cara derivasi (tashrif isytiqaqy) maupun dengan cara infleksi
(tashrif i’raby). Dengan dua cara tersebut, bahasa Arab menjadi sangat kaya dengan
kosakata.
Dalam ilmu shorof yang membahas perubahan kata dalam bahasa Arab, afiksasi
juga dapat dibentukkan dengan ziyaadah dan juga Afiks dalam bahasa Arab yang
memungkinkan adanya perubahan kelas kata (kategori) dan makna, misalnya dari
benda setelah mendapat afiks tertentu mampu berubah menjadi kata kerja contoh:
Thamarun(N) ’buah’ setelah mendapat prefiks hamzah akan berubah menjadi kata kerja
contoh Athmara (V) 'telah berbuah', waraqun(N) 'daun' menjadi verba Auraqa 'berdaun'
ketika mendapat afiks hamzah.
170 ص. مكتبة األنجلو المصرية، مناهج البحث في اللغة، تمام حسان9
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam kajian morfologi membahas tentang morfem, kata dan proses morfologi,
adapun proses morfologi yakni proses pembentukan kata dari sebuah bentuk dasar dengan
proses afiksasi, duplikasi, komposisi, akronimisasi dan konversi.
15
DAFTAR PUSTAKA
16