Kelompok 2
Dwibahasa
Dwibahasa atau bilingual memiliki arti mampu atau biasa memakai dua bahasa. Bersangkutan
dengan atau mengandung dua bahasa. Jadi, dwibahasa merupakan kemampuan menggunakan
dua bahasa, seperti bahasa nasional dan bahasa asing, maupun bahasa daerah dan bahasa
nasional
Dwibahasawan
Dwibahasawan adalah masyarakat yang menguasai dua bahasa atau lebih yang
digunakan secara bergantian, namun masing-masing bahasa mempunyai
peranannya masing-masing. Dwibahasawan merupakan orang yang dapat
@reallygreatsite berbicara dalam dua bahasa, seperti bahasa nasional dan bahasa asing, bahasa
daerah dan bahasa nasional.
Hakikat Kedwibahasaan
Menurut Para Ahli:
a. Robert Lado
Kedwibahasaan merupakan kemampuan berbicara dua bahasa dengan sama atau hampir
sama baiknya. Secara teknis pendapat ini mengacu pada pengetahuan dua bahasa.
a. MacKey
Kedwibahasaan adalah pemakaian yang bergantian dari dua bahasa. Perluasan pendapat ini
dikemukakan dengan adanya tingkatan kedwibahasaan dilihat dari segi penguasaan unsur
gramatikal, leksikal, semantik, dan gaya yang tercermin dalam empat keterampilan berbahasa,
yaitu mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis.
b. Hartman dan Stork
Kedwibahasaan adalah pemakain dua bahasa oleh seorang penutur atau masyarakat ujaran.
c. Bloomfield
Kedwibahasaan merupakan kemampuan untuk menggunakan dua bahasa yang sama baiknya
oleh seorang penutur. Merumuskan kedwibahasaan sebagai penguasaan yang sama baiknya
atas dua bahasa atau native like control of two languages. Penguasaan dua bahasa dengan
kelancaran dan ketepatan yang sama seperti penutur asli sangatlah sulit diukur.
Klasifikasi
Kedwibahasaan:
a. Berdasarkan Hipotesis Ambang.
1. Kedwibahasaan Subtraktif (subtractive bilingualism)
2. Kedwibahasaan aditif (additive bilingualism)
Dalam kedwibahasaan berurutan jelas terlihat jarak antara pemerolehan bahasa pertama dan pemerolehan bahasa kedua.
Seorang pemeroleh atau seorang dwibahasawan mula-mula belajar atau memperoleh bahasa pertama (B1), baru kemudian
disusul dengan bahasa kedua (B2). Pada perkembangan ini , dasar-dasar bahasa pertama telah dikuasai, namun selanjutnya
mereka harus mempelajari tata bahasa, perbendaharaan kata, dan sintaksis yang spesifik dari sebuah bahasa yang baru.
Dalam hal ini nampak urutan yang nyata dalam pemerolehan bahasa.
Pengaruh
Kedwibahasaan
Terhadap Individu
Dengan memperhatikan berbagai hasil penelitian yang ada, kedwibahasaan dapat berpengaruh terhadap individu. Pengaruhnya mencakup
bidang kognitif, penampilan kognitif dan penampilan akademik.
a. Bidang Kognitif
Kajian mendalam mengenai pengaruh kedwibahasaan terhadap intelegensi telah dilakukan oleh Elizabeth Peal dan Wallace Lambert (1962)
di kanada. Hasilnya dengan tegas menunjukkan keunggulan dwibahasawan baik dalam tes verbal maupun non verbal. Dwibahasawan
cenderung memperoleh nilai yang lebih tinggi di sekolah daripada ekabahasawan.
b. Penampilan Kognitif
Anak yang mencapai tingkat kemampuan yang lebih tinggi pada kedua bahasa, akan menunjukkan pengaruh kognitif yang positif di dalam
belajar dan prestasi akademik. Kemampuan memecahkan masalah pada bidang science telah diteliti oleh Kessler dan Quinn (1980). Mereka
membandingkan pasangan murid yang dwibahasawan dan yang ekabahasawan dalam IQ, status ekonomi, usia, kelas, skor membaca, dan
angka rata-rata dalam kemampuan membuat hipotesis dan kerumitan membuat sintaksis. Hasilnya ditemukan bahwa dwibahasawan lebih
unggul di dalam mutu hipotesis dan skor kerumitan bahasa tertulis.
c. Penampilan Akademik
Moseley (1983) melakukan kajian bandingan untuk melihat perkembangan akademik murid yang diajar dalam bahasa Hispanic dan
nonhispanic dengan murid yang hanya diajar bahasa inggris pada kelas 4 dan kelas 6. Setelah mengontrol sejumlah variable ditemukan
bahwa dwibahasawan di sekolah mempunyai pertumbuhan akademik yang lebih besar di dalam kosa kata bacaan dan perhitungan
matematika pada kelas empat, dan membaca pemahaman serta konsep matematika pada kelas 6.
Pengaruh
Kedwibahasaan
Terhadap Pembelajaran
a. Model Pendidikan yang Mengarah Pada Asimilasi Bahasa dan Budaya
1. Pendekatan Submersion
Mengacu pada jenis program yang di dalamnya penutur asli dan bukan penutur asli bahasa dominan diajar bersama-sama melalui penggunaan bahasa
dominan. Semua murid tanpa memperhatikan latar belakang bahasa mereka, ditempatkan di dalam kelas yang sama dan hanya diajar hanya
menggunakan satu bahasa. Dengan demikian anak yang bukan penutur bahasa pengantar diajar dalam dan menggunakan bahasa asing baginya.
2. Program Dwibahasa Transisional
Program ini mengguakan bahasa asli murid sebagai pengantar pengajran hanya sampai mereka dapat menggunakan bahasa dominan sekolah, bahasa
dominan bangsa, secara efektif. Program pendidikan dwibahasa dipandang sebagai suatu alat bagi anak yang bukan penutur mayoritas. Untuk
membantu mereka mengatasi hambatan bahasa serta untuk menjadikan mereka mahir dan beraksara B2 dengan sempurna. Pengajaran pada bahasa
ibu anak dipandang sebagai kebutuhan tahap pertama/awal dan bukan sebagai tujuan.