Anda di halaman 1dari 10

KEDWIBAHASAAN

Kelompok 2

1.Nur Nadiyah Herman (200501501028)


2.Muhammad Faldi Miftahul Fauzan (200501501034)
3.Kezia Christabel Amelia (1910631080084)
4.Abul A’la Al Maududy (200501500013)
5.Andi Ruhul Wahyuni (200501500014)
6.Zaki Baridwan Cahaya Putra (200501501019)
PENGERTIAN DWIBAHASA DAN DWIBAHASAWAN

Dwibahasa
Dwibahasa atau bilingual memiliki arti mampu atau biasa memakai dua bahasa. Bersangkutan
dengan atau mengandung dua bahasa. Jadi, dwibahasa merupakan kemampuan menggunakan
dua bahasa, seperti bahasa nasional dan bahasa asing, maupun bahasa daerah dan bahasa
nasional

Dwibahasawan
Dwibahasawan adalah masyarakat yang menguasai dua bahasa atau lebih yang
digunakan secara bergantian, namun masing-masing bahasa mempunyai
peranannya masing-masing. Dwibahasawan merupakan orang yang dapat
@reallygreatsite berbicara dalam dua bahasa, seperti bahasa nasional dan bahasa asing, bahasa
daerah dan bahasa nasional.
Hakikat Kedwibahasaan
Menurut Para Ahli:
a. Robert Lado
Kedwibahasaan merupakan kemampuan berbicara dua bahasa dengan sama atau hampir
sama baiknya. Secara teknis pendapat ini mengacu pada pengetahuan dua bahasa.

a. MacKey
Kedwibahasaan adalah pemakaian yang bergantian dari dua bahasa. Perluasan pendapat ini
dikemukakan dengan adanya tingkatan kedwibahasaan dilihat dari segi penguasaan unsur
gramatikal, leksikal, semantik, dan gaya yang tercermin dalam empat keterampilan berbahasa,
yaitu mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis.
b. Hartman dan Stork
Kedwibahasaan adalah pemakain dua bahasa oleh seorang penutur atau masyarakat ujaran.
c. Bloomfield
Kedwibahasaan merupakan kemampuan untuk menggunakan dua bahasa yang sama baiknya
oleh seorang penutur. Merumuskan kedwibahasaan sebagai penguasaan yang sama baiknya
atas dua bahasa atau native like control of two languages. Penguasaan dua bahasa dengan
kelancaran dan ketepatan yang sama seperti penutur asli sangatlah sulit diukur.
Klasifikasi
Kedwibahasaan:
a. Berdasarkan Hipotesis Ambang.
1. Kedwibahasaan Subtraktif (subtractive bilingualism)
2. Kedwibahasaan aditif (additive bilingualism)

b. Berdasarkan Tahap Usia Pemerolehan


1. Kedwibahasaan masa kecil (infant bilingualism)
2. Kedwibahasaan masa kanak-kanak (child bilingualism)
3. Kedwibahasaan masa remaja (adolesence bilungalism)
4. Kedwibahasaan masa dewasa (adult bilingualism)
Tipologi
Kedwibahasaan
Menurut Weinreich (1953) tipologi kedwibahasaan didasarkan
pada derajat atau tingkat penguasaan seorang terhadap
ketrampilan berbahasa. Maka Weinreich membagi kedwibahasaan
menjadi tiga yaitu:

a. Kedwibahasaan Majemuk (compound bilingualism)


Kedwibahasaan majemuk adalah kedwibahasaan yang menunjukkan bahwa kemampuan berbahasa salah
satu bahasa lebih baik daripada kemampuan berbahasa bahasa yang lain.
b. Kedwibahasaan Koordinatif / sejajar.
Kedwibahasaan koordinatif/sejajar adalah kedwibahasaan yang menunjukkan bahwa pemakaian dua bahasa
sama-sama baik oleh seorang individu.
c. Kedwibahasaan Sub-ordinatif (kompleks)
Kedwibahasaan sub-ordinatif (kompleks) adalah kedwibahasaan yang menunjukkan bahwa seorang individu
pada saat memakai B1 sering memasukkan B2 atau sebaliknya.
Proses
Pemerolehan
Kedwibahasaan
a. Pemerolehan Kedwibahasaan Simultan
Pada jenis proses ini, anak mengikuti tiga tahap perkembangan selama periode pembedaan bahasa yaitu:
1. Language cooperation period, anak menggunakan bahan dari kedua bahasa dalam bentuk komplementer (saling melengkapi) Karena
kebanyakan bahan hanya tersedia dalam satu bahasa.
2. Linguistic interference phase, anak memperoleh kata-kata dari kedua bahasa untuk bahan, tindakan, dan fungsi yang sama, tetapi
sewaktu-wakatu menghasilkan tuturan yang bercampur.
3. Code separation stage, anak memisahkan kedua sistem bahasa dengan percampuran yang minimal.

b. Pemerolehan Kedwibahasaan Sekuel/Kedwibahasaan Berurutan


Dalam kedwibahasaan berurutan jelas terlihat jarak antara pemerolehan bahasa pertama dan pemerolehan bahasa kedua.
Seorang pemeroleh atau seorang dwibahasawan mula-mula belajar atau memperoleh bahasa pertama (B1), baru kemudian
disusul dengan bahasa kedua (B2). Pada perkembangan ini , dasar-dasar bahasa pertama telah dikuasai, namun selanjutnya
mereka harus mempelajari tata bahasa, perbendaharaan kata, dan sintaksis yang spesifik dari sebuah bahasa yang baru.
Dalam hal ini nampak urutan yang nyata dalam pemerolehan bahasa.

Pengaruh
Kedwibahasaan
Terhadap Individu
Dengan memperhatikan berbagai hasil penelitian yang ada, kedwibahasaan dapat berpengaruh terhadap individu. Pengaruhnya mencakup
bidang kognitif, penampilan kognitif dan penampilan akademik.
a. Bidang Kognitif
Kajian mendalam mengenai pengaruh kedwibahasaan terhadap intelegensi telah dilakukan oleh Elizabeth Peal dan Wallace Lambert (1962)
di kanada. Hasilnya dengan tegas menunjukkan keunggulan dwibahasawan baik dalam tes verbal maupun non verbal. Dwibahasawan
cenderung memperoleh nilai yang lebih tinggi di sekolah daripada ekabahasawan.
b. Penampilan Kognitif
Anak yang mencapai tingkat kemampuan yang lebih tinggi pada kedua bahasa, akan menunjukkan pengaruh kognitif yang positif di dalam
belajar dan prestasi akademik. Kemampuan memecahkan masalah pada bidang science telah diteliti oleh Kessler dan Quinn (1980). Mereka
membandingkan pasangan murid yang dwibahasawan dan yang ekabahasawan dalam IQ, status ekonomi, usia, kelas, skor membaca, dan
angka rata-rata dalam kemampuan membuat hipotesis dan kerumitan membuat sintaksis. Hasilnya ditemukan bahwa dwibahasawan lebih
unggul di dalam mutu hipotesis dan skor kerumitan bahasa tertulis.
c. Penampilan Akademik
Moseley (1983) melakukan kajian bandingan untuk melihat perkembangan akademik murid yang diajar dalam bahasa Hispanic dan
nonhispanic dengan murid yang hanya diajar bahasa inggris pada kelas 4 dan kelas 6. Setelah mengontrol sejumlah variable ditemukan
bahwa dwibahasawan di sekolah mempunyai pertumbuhan akademik yang lebih besar di dalam kosa kata bacaan dan perhitungan
matematika pada kelas empat, dan membaca pemahaman serta konsep matematika pada kelas 6.
Pengaruh
Kedwibahasaan
Terhadap Pembelajaran
a. Model Pendidikan yang Mengarah Pada Asimilasi Bahasa dan Budaya
1. Pendekatan Submersion
Mengacu pada jenis program yang di dalamnya penutur asli dan bukan penutur asli bahasa dominan diajar bersama-sama melalui penggunaan bahasa
dominan. Semua murid tanpa memperhatikan latar belakang bahasa mereka, ditempatkan di dalam kelas yang sama dan hanya diajar hanya
menggunakan satu bahasa. Dengan demikian anak yang bukan penutur bahasa pengantar diajar dalam dan menggunakan bahasa asing baginya.
2. Program Dwibahasa Transisional
Program ini mengguakan bahasa asli murid sebagai pengantar pengajran hanya sampai mereka dapat menggunakan bahasa dominan sekolah, bahasa
dominan bangsa, secara efektif. Program pendidikan dwibahasa dipandang sebagai suatu alat bagi anak yang bukan penutur mayoritas. Untuk
membantu mereka mengatasi hambatan bahasa serta untuk menjadikan mereka mahir dan beraksara B2 dengan sempurna. Pengajaran pada bahasa
ibu anak dipandang sebagai kebutuhan tahap pertama/awal dan bukan sebagai tujuan.

b. Model Pendidikan Yang Mengarah Pada Diversifikasi Budaya


1. Program Maintenance
Mengacu pada pengajaran dalam suatu program yang bertujuan bukan hanya mengajarkan keterampilan dalam bahasa dominan/B2. Tetapi juga
mempertahankan keterampilan berbahasan dan beraksara di dalam bahasa ibu murid. Pengajaran mengenai isi (contenc instruction) disajikan melalui
media kedua bahasa sehingga secara teoritis murid-murid mempelajari kedua bahasa itu sama baiknya.
Berbeda dengan program transisional, program maintenance mengajari anak untuk menjadi dwibahasawan dan dwiaksarawan, sehingga mereka
mampu menghargai sepenuhnya warisan etnis mereka dan bersamaan dengan itu mereka berperan serta di dalam kehidupan masyarakat yang luas
sesuai dengan yang dikehendakinya.
2. Program Immersion
Anak yang berasal dari latarbelakang dan budaya tertentu hanya diajar melalui media bahasa kedua dan hanya setelah waktu tertentu, yaitu segera
setelah anak sudah mampu di dalam bahasa sasaran , sedikit demi sedikit mereka diberi pengajaran secara terbatas di dalam bahasa pertama anak itu.
Terimakasih,
DIpersilahkan untuk sesi tanya-jawab
Kesimpulan
Kedwibahasaan merupakan hal yang berkenaan dengan pemakaian dua
bahasa oleh seorang penutur atau sekelompok masyarakat pada
lingkungan sehari-hari. Orang yang memahami ke Dwi bahasaan disebut
dengan dwibahasawan. Fungsi yang ditimbulkan pada anak atau
sekelompok masyarakat yang mahir dalam dwibahasa akan memiliki
kemampuan berbahasa lebih unggul dibandingkan dengan x bahasawan,
dalam bidang pendidikan ke Dwi bahasaan berperan sebagai pengukuran
kemampuan bahasa Hispanik dan non Hispanik pada siswa dalam bahasa
Inggris kelas 4-6. Secara keseluruhan ke Dwi bahasaan pada aspek bahasa
mempengaruhi aspek kognitif dan afektif siswa dalam mengembangkan
berbahasa B1 menuju B2 Selain itu program dwibahasa mengacu pada
transisional siswa dalam, serta impriosion siswa.

Anda mungkin juga menyukai