Anda di halaman 1dari 18

TUGAS MORFOLOGI

MAKALAH
Disusun untuk Memenuhi Tugas pada Mata Kuliah Morfologi yang Diampu
oleh Mujid Farihul Amin.

DISUSUN OLEH :
Shielvia Faradhiba 13010119140110

Kelas A (Semester III)


PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA
DEPARTEMEN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2020
Kata Pengantar

Segala puji dan syukur penyusun panjatkan kepada Allah SWT atas segala
rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada
waktunya. Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
mendukung dalam proses pengerjaan makalah ini. Khususnya kedua orang tua,serta
teman – teman, dan Bapak Mujid Farihul Amin selaku dosen pembimbing mata kuliah
Morfologi.

Dalam proses pengerjaan makalah ini, penyusun menemukan banyak


kekurangan. Dikarenakan keterbatasan ilmu serta wawasan yang dimiliki penyusun.
Dengan semua kekurangan yang dimiliki oleh penyusun, diharapkan kepada para
pembaca ini dapat memberikan kritik dan saran yang membangun untuk kemajuan kita
bersama.

Makalah yang berjudul “Morfologi” ditulis untuk memenuhi tugas mata kuliah
Morfologi. Penyusun mohon maaf yang sebesar-besarnya apabila terdapat banyak
kesalahan dalam penulisan kata dan kalimat dalam makalah ini. Semoga makalah ini
dapat berguna bagi seluruh pembaca.

Semarang, 12 November 2020

Penulis

2
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Bahasa adalah Asistem lambang bunyi yang bersifat arbitrer, produktif,
dinamis, beragam, dan manusiawi (Abdul Chaer, 1995: 14-18). Sebagai sebuah
sistem, bahasa pada dasarnya memberi kendala pada penuturnya. Dengan
demikian, bahasa pada gilirannya pantas diteliti, karena kendala-kendala yang
dihadapi oleh penutur suatu bahasa memerlukaan sebuah pengkajian.
Bahasa sangat penting dalam komunikasi baik tertulis maupun tidak.
Sehingga, dalam penggunaannya harus berdasarkan pada kebahasaan dan
pembendaharaan kata yang kaya dan lengkap. Begitu juga dengan bahasa
Indonesia merupakan alat komunikasi penting yang efektif dan efisien. Tata
bahasa baku merupakan bahasa yang menjadi kelacaran dalam penggunaan
bahasa yang bersangkutan. Bahasa mempunyai struktur dan bentuk yang
menyusun sebuah kata. Oleh karena itu, ilmu morfologi merupakan subcabang
yang mempelajari struktur dan bentuk kata.
Salah satu bidang pengkajian bahasa Indonesia yang cukup menarik
adalah bidang tata bentukan atau morfologi. Bidang ini menarik untuk dikaji
karena perkembangan kata-kata baru yang muncul dalam pemakaian bahasa
sering berbenturan dengan kaidah-kaidah yang ada pada bidang tata bentukan
ini. Oleh karena itu perlu dikaji ruang lingkup tata bentukan ini agar
ketidaksesuaian antara kata-kata yang digunakan oleh para pemakai bahasa
dengan kaidah tersebut tidak menimbulkan kesalahan sampai pada tataran
makna. Jika terjadi kesalahan sampai pada tataran makna, hal itu akan
mengganggu komunikasi yang berlangsung. Bila terjadi gangguan pada kegiatan

3
komunikasi maka gugurlah fungsi utama bahasa yaitu sebagai alat komunikasi.
Hal ini tidak boleh terjadi.
Sering timbul pertanyaan dari pemakai bahasa, manakah bentukan kata
yang sesuai dengan kaidah morfologi. Dan, yang menarik adalah munculnya
pendapat yang berbeda dari ahli bahasa yang satu dengan ahli bahasa yang lain.
Fenomena itulah yang menarik bagi kami untuk melakukan pengkajian dan
memaparkan masalah tentang morfologi dalam makalah ini. Dalam kajian
morfologi biasanya dibedakan adanya beberapa morfem berdasarkan kriteria
tertentu, di antaranya morfem terikat dan morfem bebas. Morfem bebas adalah
morfem yang tanpa kehadiran morfem lain dapat muncul dalam ujaran. Dalam
bahasa Indonesia misalnya bentuk pukul, ambil, potong dan gali termasuk dalam
morfem bebas.

2. Rumusan Masalah
A. Apa serta pengertian dan ruang lingkup morfologi?
B. Apa sajakah kesalahan penggunaan dalam kata atau kalimat?
C. Bagaimana morfem dalam pembentukan suatu kata?

3. Tujuan Penulisan
A. Untuk mengetahui pengertian dan ruang lingkup dari morfologi.
B. Untuk mengetahui kesalahan penggunaan kaga atau kalimat dalam
morfologi.
C. Untuk mengetahui morfem dalam pembentukan suatu kata.

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian dan Ruang Lingkup Morfologi


Morfologi adalah cabang linguistik yang mengidentifikasi satuan-satuan
dasar bahasa sebagai satuan gramatikal. Morfologi mempelajari seluk-beluk
bentuk kata serta pengaruh perubahan-perubahan bentuk kata terhadap golongan
dan arti kata. Atau dengan kata lain dapat dikatakan bahwa morfologi
mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta fungsi perubahan-perubahan bentuk
kata itu, baik fungsi gramatik maupun fungsi semantik.
Kata Morfologi berasal dari kata morphologie. Kata morphologie berasal
dari bahasa Yunani morphe yang digabungkan dengan logos. Morphe berarti
bentuk dan dan logos berarti ilmu. Bunyi [o] yang terdapat diantara morphed an
logos ialah bunyi yang biasa muncul diantara dua kata yang digabungkan. Jadi,
berdasarkan makna unsur-unsur pembentukannya itu, kata morfologi berarti
ilmu tentang bentuk.
Dalam kaitannya dengan kebahasaan, yang dipelajari dalam morfologi
ialah bentuk kata. Selain itu, perubahan bentuk kata dan makna (arti) yang
muncul serta perubahan kelas kata yang disebabkan perubahan bentuk kata itu,
juga menjadi objek pembicaraan dalam morfologi. Dengan kata lain, secara
struktural objek pembicaraan dalam morfologi adalah morfem pada tingkat
terendah dan kata pada tingkat tertinggi.

5
Itulah sebabnya, dikatakan bahwa morfologi adalah ilmu yang
mempelajari seluk beluk kata (struktur kata) serta pengaruh perubahan-
perubahan bentuk kata terhadap makna (arti) dan kelas kata.
Dalam ilmu morfologi, terdapat morfem yaitu bagian terkecil dari
sebuah kata. Pembagiannya bisa digambarkan sebagaimana berikut ini:

 Sebuah wacana dapat dipecah menjadi kalimat.


 Kalimat dapat dipecah menjadi bagian makna terkecil, yaitu kata.
 Kata dapat terdiri atas beberapa morfem, contohnya menanamkan = me-tanam-
kan, bisa juga hanya terdiri atas satu morfem, misalnya rumah, kursi, selamat,
eksekusi.
 Ruang Lingkup Morfologi
Pada dasarnya di dalam morfologi ada tiga ruang lingkupyang harus dipahami di
dalam ilmu linguistic yaitu morfem, morf, dan alomorf yang akan dijelakan
sebagai berikut.
- Morfem
 Morfem merupakan satuan gramatikal terkecil yang mempunyai makna.
Morfem tidak bisa dibagi di dalam bentuk bahasa yang lebih kecil lagi.
Di dalam bahasa Inggris morfem berfungsi sebagai pembeda antara kata
jamak dan kata masa lampau. Menurut Chaer (1994: 146) morfem adalah
satuan gramatikal terkecil yang mempunyai makna. Keraf (1984: 52)
juga memberikan definisi tentang morfem adalah kesatuan yang ikut
serta dalam pembentukan kata dan yang dapat dibedakan artinya. Jadi
bisa disimpulkan bahwa morfem merupakan satuan bahasa atau
gramatikal terkecil yang bermakna, yang dapat berupa imbuhan ataupun
kata.
 Menurut Ramlan (morfem dapat ditentukan berdasarkan enam prinsip
yaitu sebagai berikut:
a. Satuan-satuan yang mempunyai struktur fonologis dan arti
(leksikal) atau (makna gramatikal) yang sma merupakan satu
morfem, misalnya, satuan lihat, dalam dilihat, melihat,
penglihatan. dengan demikian lihat merupakan morfem.

6
b. Satuan-satuan yang mempunyai struktur fonologi berbeda
merupakan satu morfem apabila satuan-satuan itu mempunyai
arti/makna yang sma, dan dan perbedaan satuan
fonologisnyadapat dijelaskan secara fonologisnya. Sebagai
contoh, mem, men, dan meng, di dalam kata membawa,
mendukung, dan menggali memiliki arti yang sama dan struktur
fonologisnya dapat dijelaskan secara fonologisnya. Yait, satuan-
satuan itu munculkarena mengikuti konsonan /b/, /d/, dan /g/.
c. Satuan-satuan yang mempunyai strukter fonologis berbeda,
sekalipun perbedaannyatidak dapat dijelaska secara fonologis,
masih dapat dianggap satu morfemapabila mempunyai
arti/maknayang sama dan mempunyai distribusi komplementer
(dapat diterapkan secara silih berganti). Misalnya bel- dalam kata
belajar merupakan satu morfem dengan satuan ber- dalam
berkebunatau be- dalam bekerja, sebab mempunyai makna yang
sama dan dapat diterapkan secara silih berganti.
d. Apabila dalam deretan struktur suatu satuan berparalel dengan
suatu kekosongan, kekosongan itu merupakan morfem. Sebagai
contoh, dalam kalimat Dia makan kacan, kata makan dipakai
tanpa menggunakan me-. Morfem yang tidak ada dalam struktur
disebut morfem zero.
e. Satuan-satuan yang mempunyai struktur fologis mungkin
merupakan satu morfem, mungkin pula merupakan morfem yang
berbeda. Dikatakan morfem yang sama jika
maknanyaberhubungan walaupun letaknya dalam kalimattidak
sama, misalnya kata duduk dalam kalimat ia sedang duduk dan
duduk orang itu sangat sopan. Dikatakan morfem berbeda apabila
artinya berbeda, misalnya kata buku berarti ‘kitab’ dan buku
‘sendi’ atau kata mulut dalam dalam kalimat mulut gua itu lebar
dan mulut orang itu lebar.

7
f. Setiap satuan yang dapat dipisahkan merupakan morfem.
Misalnya, disamping kata bersandar yang memiliki satuan ber-
dan sandar terdapat kata sandaran yang memiliki satuan sandar
dan –an merupakan morfem yang berbeda.

- Morf
Morf adalah anggota morfem yang belum ditentukan distribusinya. Misalnya, /i/
pada kata kenai adalah morf; morf adalah ujud konkret atau ujud fonemis dari
morfem. Misalnya, men- adalah ujud konkret dari men- yang bersifat abstrak
(Kridalaksana, 1993: 141).

- Alomorf
Alomorf adalah anggota morfem yang telah ditentukan posisinya. Misalnya,
/ber/, /be/, dan /bel/ adalah alomorf dari ber- seperti pada kata bernyanyi,
bekerja, dan belajar, meN- mempunyai alomorf meng-,men-, me-, mem-, meny-,
dan menge-, seperti pada kata-kata mengajak, menulis,melukis, membawa,
menyapa, dan mengecet.

B. Kesalahan dalam Penggunaan Morfologi


Kaitannya dengan keperluan analisis kesalahan berbahasa dalam bidang
morfologi, menurut Badudu (1982) dan Tarigan dan Sulistyaningsih (1979)
terbagi atas tiga kelompok: kesalahan afiksasi, kesalahan reduplikasi, dan
kesalahan pemajemukan.
 Kesalahan bidang afiksasi.
Kesalahan berbahasa dalam bidang afiksasi antara lain seperti yang dipaparkan
berikut ini.
1. Afik yang luluh, tidak diluluhkan
Kaidah afiksasi awalan meN- manakala memasuki kata dasar yang
dimulai huruf t, s, k, p harus luluh menjadi men-, meny-, meng-, dan mem- ,
misalnya meN- memasuki kata dasar tarik, satu, kurang, dan pinjam akan

8
menjadi menarik, menyatu, mengurang, dan meminjam. Dalam proses
berkomunikasi biasa ditemukan: mentabrak seharusnya menabrak
- mempahat seharusnya memahat
- mempabrik seharusnya memabrik

2. Afiks yang tidak luluh, diluluhkan


Afiks meN- memasuki kata asal atau kata dasar yang dimulai huruf
kluster seperti transmigrasi dan prosentase tidak luluh misalnya
mentrasmigrasikan dan memprosentasekan. Akan tetapi, dalam proses
berkomunikasi biasa ditemukan penggunaan kata berimbuhan seperti:
- menerasmigrasikan seharusnya mentransmgraskan
- memerotes seharusnya memprotes
- memerakarsai seharusnya memprakarsai

3. Morf men- disingkat n,


Bentuk narik merupakan salah satu contoh kata dasar dari sekian kata
dasar yang nonbaku. Kata dasar tersebut muncul dari pengaruh kesalahan
afiksasi. Yakni dari kata tarik lalu mendapat awalan meN-, menjadilah kata
menarik. Selanjutnya, dalam proses komunikasi hanya menggunakan narik
padahal seharusnya menarik seperti dalam kalimat Saya belum menarik
kesimpulan. Kata-kata yang tidak baku seperti itu adalah:
- natap seharusnya menatap
- nangis seharusnya menangis
- nabrak seharusnya menabrak

4. Morf meny- disingkat ny, misalnya:


Bentuk kata nyampakan, bukanlah kata dasar yang baku. Kata dasar
tersebut muncul dari pengaruh kesalahan afiksasi. Yakni dari kata sampai lalu
mendapat awalan meN-, menjadilah kata berimbuhan menyampaikan.
Selanjutnya, dalam proses berkomunikasi hanya meng-gunakan nyampai atau
nyampaikan padahal seharusnya menyampaikan. Contoh yang lain:

9
- nyapu seharusnya menyapu
- nyisir seharusnya menyisir
- nyusun seharusnya menyusun

5. Morf meng disingkat ng, misalnya:


Kata berimbuhan seperti ngoreksi bukanlah kata berimbuhan yang baku.
Kata berimbuhan tersebut muncul dari pengaruh kesalahan afiksasi alomorf
meng-. Yakni dari kata koreksi lalu dimasuki awalan meN-, menjadilah kata
berimbuhan mengoreksi. Selanjutnya, dalam proses berkomunikasi hanya
menggunakan ngoreksi padahal seha-rusnya mengoreksi seperti dalam kalimat
Aminuddin mengoreksi pemerintah secara sopan. Kata berimbuhan lain yang
tidak baku seperti itu, sebagai berikut:
- ngarang seharusnya mengarang
- ngantuk seharusnya mengantuk
- ngurung seharusnya mengurung

6. Morf menge- disingkat nge-


Kata dasar seperti ngebom bukanlah kata yang baku. Kata dasar tersebut
muncul sebagai akibat kesalahan afiksasi alomorf menge-. Yakni, dari kata dasar
bom lalu dimasuki awalan meN-, menjadilah kata berimbuhan mengebom.
Selanjutnya, dalam proses berkomunikasi masyarakat hanya menggunakan
ngebom padahal seharusnya mengebom seperti dalam kalimat Syarifuddin
berencana akan mengebom pantai Sanur. Contoh lain kata berimbuhan yang
tidak baku seperti itu adalah sebagai berikut:
- ngelap seharusnya mengelap
- ngebom seharusnya mengebom
- ngecet seharusnya mengecet
- ngelas seharusnya mengelas

 Kesalahan morfologi segi reduplikasi

10
Salah satu betuk kesalahan morfologis dalam segi redukplikasi adalah
perulangan bentuk dasar , misalnya ngarang-mengarang. Bentuk perulangan
tersebut berdasar dari kata asal karang lalu mendapat awalan meN- menjadilah
mengarang. Selanjutnya, kata dasar mengarang mengalami proses reduplikasi
ngarang- mengarang, yang semestinya karang-mengarang seperti dalam kalimat
Mereka belajar tentang karangmengarang di sekolah. Kata ulang lain yang biasa
ditemukan seperti itu adalah sebagai berikut:
- ngejek-mengejek seharusnya ejek-mengejek
- ngutip-mengutip seharusnya kutip-mengutip
- ngunjung mengunjungi seharusnya kunjung-mengunjungi

 Kesalahan morfologis segi proses pemajemukan


(1) Kata majemuk yang seharusnya disatukan tetapi dipisahkan
Kata majemuk yang ditulis terpisah seperti pasca panen,
ekstrakurikler, adalah kata majemuk yang nonbaku. Kata tersebut
semestinya ditulis serangkai seperti pascapanen dan ekstrakurikuer.
Karena kata-kata: pasca, ektra, antar , infra, intra, anti, panca, dasa, anti,
pra, proto, mikro, maha, psiko, ultra, supra, para, dan sebagainya adalah
kata-kata yang harus ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya.
Contoh kata majemuk yang seharusnya ditulis serangkai tetapi ditulis
terpisah adalah sebagai berikut.
- anti karat seharusnya antikatrat
- ekstra kurikuler seharusnya ekstrakurikuler
- antar universitas seharusnya antaruniversitas
- psiko terapi seharusnya psikoterapi

(2) Kata majemuk yang seharusnya dipisahkan tetapi


disatukan
Kata majemuk yang ditulis serangkai seperti ibukota, anakasuh,
kepala kantor, butahuruf, hakcipta, jurumasak adalah contoh kata
majemuk yang semestinya ditulis terpisah seperti ibu kota, anak asuh,

11
kepala kantor, buta huruf, hak cipta, juru masak. Karena, kedua kata
tersebut masingmasing adalah kata dasar yang tergolong morfem bebas.
Contoh kata majemuk yang seharusnya dipisahkan tetapi disatukan
adalah sebagai berikut:
- aducepat seharusnya adu cepat
- ibuangkat seharusnya ibu angkat
- kerjabakti seharusnya kerja bakti
- obatnyamuk seharusnya obat nyamuk

C. Morfem dalam Pembentukan Suatu Kata.


Proses morfologis pada dasarnya adalah proses pembentukan kata dari
sebuah bentuk kata dasar melalui pembubuhan afiks, pengulangan,
penggabungan, pemendekan, dan pengubahan status (Chaer, 1998:25). Proses
morfologis adalah suatu proses pembentukan kata dengan cara menghubungkan
satu morfem dengan morfem yang lain atau proses yang mengubah leksem
menjadi sebuah kata.

Jenis Proses Morfologi:


1. Pengafiksan
Pengafiksan adalah proses pembentukan kata dengan menambahkan
afiks (imbuhan) pada bentuk dasar, baik bentuk dasar tunggal maupun
kompleks. Afik dalam bahasa indonesia dapat berupa prefiks atau awalan, sufik
atau akhiran, infiks atau sisipan, dan konfiks/simulfiks (awalan dan akhiran) atau
oleh J. S. Badudu menyebutnya morfem terbagi:
- Afiks merupakan unsur yang ditempelkan dalam pembentukan kata dan
dalam linguistik afiksasi bukan merupakan pokok kata melainkan
pembentuk pokok kata yang baru. Sehingga para ahli bahasa
merumuskan bahwa, afiks merupakan bentuk terikat yang dapat
ditambahkan pada awal, akhir maupun tengah kata.
- Prefiks

12
Prefiks adalah imbuhan yang ditambahkan pada bagian awal sebuah kata
dasar yang sering disebut awalan. Jenis prefiks antara lain meN-, di-,
ber-, ter-, ke-, per-, se-, dan peN-. Contoh prefiks dalam kata BI antara
lain: ber- (ber+serta, ber+kerja, ber+uang, ber+janji, ber+buah,
ber+runding); se- (se+luas, se+lebar, se+rumah, se+lama, se+belum,
se+telah); peN- (peN+tanya, peN+ambil, peN+makan, peN+waris,
peN+latih); di- (di+tagkap, di+curi, di+lamar, di+paksa, di-cabut); meN-
(meN+dapat, meN+larang, meN+konsumsi, meN+kalah, meN+ambil);
ter- (ter+angkat, ter+kejut, ter+jadi, ter+ulang, ter+rawat, ter+rasa,
ter+rendam); ke- (ke+luar); per- (per+riang, per+tanda, per+angkat,
per+rusak).
- Sufiks
Sufiks adalah afiks yang ditambahkan pada bagian belakang kata dasar,
atau morfem terikat yang yang diletakkan di belakang suatu bentuk dasar
dalam membentuk kata. Contoh sufiks dalam BI adalah -i, -an, dan -kan.
Dalam bahasa sansekerta ada sufiks -wan, -ma, wati. Sufiks dalam
bahasa asing seperti -ir, -is, -isme, -asi, -isasi, -si, -il, -al, -if, -ik, -ika, -er,
-or, -an, -um, -us, -si, -ing, dan lain-lain. Contoh kata asing: demonstrasi,
standarisasi, produksi, produsen, produser, produsir, direktur, direksi,
direktorium, dsb. Contoh sufiks dalam kata BI, antara lain: -an (darat+an,
hukum+an, maki+an, ribu+an, larang+an, laut-an); -i (garam+i,
menembak-i, tabur+i, siram+i, basuh+i); -kan (buka+kan, keluar+kan,
masuk+kan, naik+kan, tarik+kan, laku+kan, beri+kan, misal+kan,
terus+kan).
- Infiks
Infiks adalah morfem yang disisipkan atau diselipkan di tengah kata
dasar (sisipan). Contoh infiks dalam BI antara lain -el-, -er-, -em-, dan -
in-. Contoh dalam kata bahasa indonesia antara lain -er- (gigi+ (-er-),
sabut+ (-er-), suling+ (-er-), cerita+ (-er-)); -el- (tunjuk+ (-el-), gembung
+ (-el-), luhur+ (-el-); tapak+ (-el-); maju+ (-el-)); -em- (guruh+ (-em-);

13
jari+ (-em-); kilau+ (-em-); tali+ (-em-); turun+ (-em-)); -in- (kerja+(-in),
sambung+(-in-)).
- Konfiks dan Kombinasi Imbuhan
Konfiks adalah dua afiks yang merupakan satu kesatuan. Contoh konfiks
dalam bahasa indonesia adalah ke-an, peN-an, per-an, dan ber-an.
Contoh kata berkonfiks antara lain: kecamatan, kelautan, keburukan,
keadilan, pendudukan, pendinginan, pembukuan, persekutuan,
perseteruan, perdamaian, berserakan, bertebaran, berdesakan.
- Simulfiks adalah afiks yang bergabung menjadi satu secara bertahap.
Contoh simulfiks dalam BI adalah men-kan, meN-i, memper-kan,
memper-i, ber-kan, ter-kan, per-kan, dan se-nya. Contoh simulfiks dalam
kata antara lain: mendengarkan, membicarakan, membacakan,
menuliskan, memberikan, membacai, menulisi, mencubiti, menciumi,
memperdengarkan, mempertontonkan, mempersilakan, mempersenjatai,
memperbaharu, bersekutukan, beralaskan, bersenjatakan, terjatuhkan,
terjemahkan, terabaikan, pertukarkan, pertaruhkan, persuamikan,
seindah-indahnya, secantik-cantiknya, dan sejelek-jeleknya.

2. Reduplikasi
Reduplikasi adalah proses pembentukan kata melalui pengulangan
bentuk dasar melalui berbagai cara. Tidak semua kata ulang masuk dalam jenis
reduplikasi yang merupakan proses morfologi. Ada beberapa jenis reduplikasi
dalam bahasa indonesia antara lain: reduplikasi seluruh, reduplikasi sebagian,
dan reduplikasi perubahan fonem. Reduplikasi seluruh adalah bentuk ulang
dengan cara mengulang seluruh bunyi tanpa adanya perubahan sama sekali.
Contoh dalam kata masjid-masjid, gereja-gereja, kata-kata, sama-sama.

Reduplikasi sebagian adalah bentuk dasar nya morfem kompleks atau


berimbuhan sedangkan yang diulang bentuk dasarnya atau sebalinya. Contoh
dalam kata menendang-nendang, menolong-nolong, membaca-baca, tulis-
menulis, membuka-buka, bersiul-siul dan lain sebagainya.

14
Reduplikasi perubahan fonem adalah bentuk pengulangan yang
sebenarnya penuh tetapi terdapat bunyi yang berbeda. Contoh dalam kata lauk-
pauk, gerak-gerik, bolak-balik, sayur-mayur, mondar-mandir, dan lain
sebagainya.
- Komposisi
Komposisi adalah proses morfologi dengan cara menggabungkan dua morfem
dan membentuk satu kesatuan makna. Ciri-cirinya adalah hubungan unsur
pembentuknya rapat, unsur pembentuknya tidak dapat dipertukarkan, dan salah
satu atau semua unsurnya merupakan pokok kata. Contoh dalam kata kamar
mandi, kambing hitam, rumah sakit, kaki tangan, orang tua, kepala batu, besar
kepala, mata pelajaran, dan lain sebagainya.

3. Abreviasi
Abreviasi atau pemendekan adalah proses morfologis dengan cara
menanggalkan satu atau sebagian morfem sehingga menjadi bentuk baru yang
mempunyai status kata. Dalam bahasa indonesia, abreviasi dibagi menjadi
beberapa jenis, diantaranya adalah pemenggalan, kontraksi, akronim, singkatan,
lambang huruf, perubahan interen, dan pergeseran katagori.
- Pemenggalan adalah pembentukan kata melalui suku kata melalui suku dari
suatu morfem yang biasanya muncul dalam bahasa lisan. Contoh dalam kata Bu,
Pak, dok, Kak, Dik, dan lain sebagainya.
- Kontraksi adalah proses pembentukan kata dengan cara meringkas morfem
dasar atau gabungan morfem. Contoh dalam kata tak, takkan, begini, begitu,
kenapa, kan, mas, dan lain sebagainya.
- Akronim adalah proses pembentukan kata melalui penggabungan huruf atau
suku kata atau bagian lain yang ditulis atau dilafalkan sebagai kata dan biasanya
diapakai sebagai hiburan. Contoh dalam kata kutilangdarat, sikontol,
simatupang, manula, balita, batita, dubes dan lain sebagainya.

15
- Singkatan adalah proses pembentukan kata melalui pemendekan berupa huruf.
Pelafalan dieja huruf demi huruf atau diucapkan kepanjangannya. Contoh dalam
kata MPR, DPA, S.Pd, SMA, km, dll, dsb, dan lain sebagainya.
- Lambang huruf adalah adalah proses pembentukan kata yang menghasilkan
satu huruf atau lebih yang menggambarkan konsep, kunatitas, satuan, atau unsur.
Contoh dalam kata gr, cm, c, l, dan lain sebagainya.
- Perubahan interen adalah proses pembentukan kata melalui perubahan vokal
atau konsonan yang terdapat dalam morfem dasar. Contoh dalam kata dewa-
dewi, pemuda-pemudi, saudara-saudari, karyawan-karyawati, direktur-direktris,
dan lain sebagainya.
- Pergeseran kategori adalah pergeseran kelas kata sebagai akibat adanya proses
morfologi. Suatu morfem yang awalnya tergolong kelas kata benda akibat proses
morfologi menjadi kelas kata kerja. Contoh dalam kata batu-membatu, besar-
membesar, kuning-menguining, makan-makanan, minum-minuman, kerja-
kinerja dan lain sebagainya.

16
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari sedikit penjelasan di atas tentang pengertian Morfologi beserta pokok bahasan lain
yang terkandung dalam pengertian Morfologi sendjri dan dapat ditarik sedikit
kesimpulan sebagai berikut:

1. Pengertian Morfologi adalah ilmu yang mempelajari dan menganalisis struktur,


bentuk, dan klasifikasi kata-kata.

2. Kesalahan dalam Morfologi dapat terjadi karena proses pengafiksan, reduplikasi, dan
abreviasi.

3. Morfologis ialah penggabungan morfem-morfem menjadi suatu kata.

B. Saran

Setiap kajian bahasa perlu adanya peninjauan kembali guna memperoleh hasil yang
optimal sehingga tidak ada lagi kesalahan yang ditimbulkan dalam kajian morfologi.

17
Daftar Pustaka

Chaer, Abdul. 2003. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta

Finoza, Lamuddin. 2006. Komposisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Diksi Insan Mulia

Keraf, Gorys. 1993. Komposisi. Flores: Nusa Indah

Verharr, J.W.M. 2008. Asas-asas Linguistik Umum. Yogyakarta: Gadjah Mada


University Press

Chaer, Abdul. 2012. Linguistik Umum. Jakarta: Rineke Cipta

Arifin, Zaenal dan Junaiyah. 2007. Morfologi: Bentuk, Makna, dan Fungsi. Jakarta:
Gramedia

Ariyanto. 2009. Linguistik Indonesia I: Morfologi Bahasa Indonesia. Yogyakarta: UGM


Press.

Kridalaksana, Harimurti. 2008. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Ramlan, M. 2009. Ilmu Bahasa Indonesia, Morfologi. Yogyakarta: C.V. Karyono.

---------- 1987. Morfologi: Suatu Tinjauan Deskriptif. Yogyakarta: CV. Karyono.

Verhaan, J.w.M. 1983. Pengantar Linguistik. Yogyakarta : GADJAH MADA UNIVER


SITY PRESS.

Samsuri. 1985. Analisis Bahasa. Jakarta. ERLANGGA

Sutawijaya, Alam, dkk. 1996. Morfologi Bahasa Indonesia. Jakarta: DEPARTEMEN P


ENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH BA
GIAN PROYEK PENATARAN GURU SLTP SETARA TAHUN 1996/1997

Alwi, Hasan, dkk. 2000. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

18

Anda mungkin juga menyukai