MAKALAH
Disusun untuk Memenuhi Tugas pada Mata Kuliah Morfologi yang Diampu
oleh Mujid Farihul Amin.
DISUSUN OLEH :
Shielvia Faradhiba 13010119140110
Segala puji dan syukur penyusun panjatkan kepada Allah SWT atas segala
rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada
waktunya. Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
mendukung dalam proses pengerjaan makalah ini. Khususnya kedua orang tua,serta
teman – teman, dan Bapak Mujid Farihul Amin selaku dosen pembimbing mata kuliah
Morfologi.
Makalah yang berjudul “Morfologi” ditulis untuk memenuhi tugas mata kuliah
Morfologi. Penyusun mohon maaf yang sebesar-besarnya apabila terdapat banyak
kesalahan dalam penulisan kata dan kalimat dalam makalah ini. Semoga makalah ini
dapat berguna bagi seluruh pembaca.
Penulis
2
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Bahasa adalah Asistem lambang bunyi yang bersifat arbitrer, produktif,
dinamis, beragam, dan manusiawi (Abdul Chaer, 1995: 14-18). Sebagai sebuah
sistem, bahasa pada dasarnya memberi kendala pada penuturnya. Dengan
demikian, bahasa pada gilirannya pantas diteliti, karena kendala-kendala yang
dihadapi oleh penutur suatu bahasa memerlukaan sebuah pengkajian.
Bahasa sangat penting dalam komunikasi baik tertulis maupun tidak.
Sehingga, dalam penggunaannya harus berdasarkan pada kebahasaan dan
pembendaharaan kata yang kaya dan lengkap. Begitu juga dengan bahasa
Indonesia merupakan alat komunikasi penting yang efektif dan efisien. Tata
bahasa baku merupakan bahasa yang menjadi kelacaran dalam penggunaan
bahasa yang bersangkutan. Bahasa mempunyai struktur dan bentuk yang
menyusun sebuah kata. Oleh karena itu, ilmu morfologi merupakan subcabang
yang mempelajari struktur dan bentuk kata.
Salah satu bidang pengkajian bahasa Indonesia yang cukup menarik
adalah bidang tata bentukan atau morfologi. Bidang ini menarik untuk dikaji
karena perkembangan kata-kata baru yang muncul dalam pemakaian bahasa
sering berbenturan dengan kaidah-kaidah yang ada pada bidang tata bentukan
ini. Oleh karena itu perlu dikaji ruang lingkup tata bentukan ini agar
ketidaksesuaian antara kata-kata yang digunakan oleh para pemakai bahasa
dengan kaidah tersebut tidak menimbulkan kesalahan sampai pada tataran
makna. Jika terjadi kesalahan sampai pada tataran makna, hal itu akan
mengganggu komunikasi yang berlangsung. Bila terjadi gangguan pada kegiatan
3
komunikasi maka gugurlah fungsi utama bahasa yaitu sebagai alat komunikasi.
Hal ini tidak boleh terjadi.
Sering timbul pertanyaan dari pemakai bahasa, manakah bentukan kata
yang sesuai dengan kaidah morfologi. Dan, yang menarik adalah munculnya
pendapat yang berbeda dari ahli bahasa yang satu dengan ahli bahasa yang lain.
Fenomena itulah yang menarik bagi kami untuk melakukan pengkajian dan
memaparkan masalah tentang morfologi dalam makalah ini. Dalam kajian
morfologi biasanya dibedakan adanya beberapa morfem berdasarkan kriteria
tertentu, di antaranya morfem terikat dan morfem bebas. Morfem bebas adalah
morfem yang tanpa kehadiran morfem lain dapat muncul dalam ujaran. Dalam
bahasa Indonesia misalnya bentuk pukul, ambil, potong dan gali termasuk dalam
morfem bebas.
2. Rumusan Masalah
A. Apa serta pengertian dan ruang lingkup morfologi?
B. Apa sajakah kesalahan penggunaan dalam kata atau kalimat?
C. Bagaimana morfem dalam pembentukan suatu kata?
3. Tujuan Penulisan
A. Untuk mengetahui pengertian dan ruang lingkup dari morfologi.
B. Untuk mengetahui kesalahan penggunaan kaga atau kalimat dalam
morfologi.
C. Untuk mengetahui morfem dalam pembentukan suatu kata.
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
Itulah sebabnya, dikatakan bahwa morfologi adalah ilmu yang
mempelajari seluk beluk kata (struktur kata) serta pengaruh perubahan-
perubahan bentuk kata terhadap makna (arti) dan kelas kata.
Dalam ilmu morfologi, terdapat morfem yaitu bagian terkecil dari
sebuah kata. Pembagiannya bisa digambarkan sebagaimana berikut ini:
6
b. Satuan-satuan yang mempunyai struktur fonologi berbeda
merupakan satu morfem apabila satuan-satuan itu mempunyai
arti/makna yang sma, dan dan perbedaan satuan
fonologisnyadapat dijelaskan secara fonologisnya. Sebagai
contoh, mem, men, dan meng, di dalam kata membawa,
mendukung, dan menggali memiliki arti yang sama dan struktur
fonologisnya dapat dijelaskan secara fonologisnya. Yait, satuan-
satuan itu munculkarena mengikuti konsonan /b/, /d/, dan /g/.
c. Satuan-satuan yang mempunyai strukter fonologis berbeda,
sekalipun perbedaannyatidak dapat dijelaska secara fonologis,
masih dapat dianggap satu morfemapabila mempunyai
arti/maknayang sama dan mempunyai distribusi komplementer
(dapat diterapkan secara silih berganti). Misalnya bel- dalam kata
belajar merupakan satu morfem dengan satuan ber- dalam
berkebunatau be- dalam bekerja, sebab mempunyai makna yang
sama dan dapat diterapkan secara silih berganti.
d. Apabila dalam deretan struktur suatu satuan berparalel dengan
suatu kekosongan, kekosongan itu merupakan morfem. Sebagai
contoh, dalam kalimat Dia makan kacan, kata makan dipakai
tanpa menggunakan me-. Morfem yang tidak ada dalam struktur
disebut morfem zero.
e. Satuan-satuan yang mempunyai struktur fologis mungkin
merupakan satu morfem, mungkin pula merupakan morfem yang
berbeda. Dikatakan morfem yang sama jika
maknanyaberhubungan walaupun letaknya dalam kalimattidak
sama, misalnya kata duduk dalam kalimat ia sedang duduk dan
duduk orang itu sangat sopan. Dikatakan morfem berbeda apabila
artinya berbeda, misalnya kata buku berarti ‘kitab’ dan buku
‘sendi’ atau kata mulut dalam dalam kalimat mulut gua itu lebar
dan mulut orang itu lebar.
7
f. Setiap satuan yang dapat dipisahkan merupakan morfem.
Misalnya, disamping kata bersandar yang memiliki satuan ber-
dan sandar terdapat kata sandaran yang memiliki satuan sandar
dan –an merupakan morfem yang berbeda.
- Morf
Morf adalah anggota morfem yang belum ditentukan distribusinya. Misalnya, /i/
pada kata kenai adalah morf; morf adalah ujud konkret atau ujud fonemis dari
morfem. Misalnya, men- adalah ujud konkret dari men- yang bersifat abstrak
(Kridalaksana, 1993: 141).
- Alomorf
Alomorf adalah anggota morfem yang telah ditentukan posisinya. Misalnya,
/ber/, /be/, dan /bel/ adalah alomorf dari ber- seperti pada kata bernyanyi,
bekerja, dan belajar, meN- mempunyai alomorf meng-,men-, me-, mem-, meny-,
dan menge-, seperti pada kata-kata mengajak, menulis,melukis, membawa,
menyapa, dan mengecet.
8
menjadi menarik, menyatu, mengurang, dan meminjam. Dalam proses
berkomunikasi biasa ditemukan: mentabrak seharusnya menabrak
- mempahat seharusnya memahat
- mempabrik seharusnya memabrik
9
- nyapu seharusnya menyapu
- nyisir seharusnya menyisir
- nyusun seharusnya menyusun
10
Salah satu betuk kesalahan morfologis dalam segi redukplikasi adalah
perulangan bentuk dasar , misalnya ngarang-mengarang. Bentuk perulangan
tersebut berdasar dari kata asal karang lalu mendapat awalan meN- menjadilah
mengarang. Selanjutnya, kata dasar mengarang mengalami proses reduplikasi
ngarang- mengarang, yang semestinya karang-mengarang seperti dalam kalimat
Mereka belajar tentang karangmengarang di sekolah. Kata ulang lain yang biasa
ditemukan seperti itu adalah sebagai berikut:
- ngejek-mengejek seharusnya ejek-mengejek
- ngutip-mengutip seharusnya kutip-mengutip
- ngunjung mengunjungi seharusnya kunjung-mengunjungi
11
kepala kantor, buta huruf, hak cipta, juru masak. Karena, kedua kata
tersebut masingmasing adalah kata dasar yang tergolong morfem bebas.
Contoh kata majemuk yang seharusnya dipisahkan tetapi disatukan
adalah sebagai berikut:
- aducepat seharusnya adu cepat
- ibuangkat seharusnya ibu angkat
- kerjabakti seharusnya kerja bakti
- obatnyamuk seharusnya obat nyamuk
12
Prefiks adalah imbuhan yang ditambahkan pada bagian awal sebuah kata
dasar yang sering disebut awalan. Jenis prefiks antara lain meN-, di-,
ber-, ter-, ke-, per-, se-, dan peN-. Contoh prefiks dalam kata BI antara
lain: ber- (ber+serta, ber+kerja, ber+uang, ber+janji, ber+buah,
ber+runding); se- (se+luas, se+lebar, se+rumah, se+lama, se+belum,
se+telah); peN- (peN+tanya, peN+ambil, peN+makan, peN+waris,
peN+latih); di- (di+tagkap, di+curi, di+lamar, di+paksa, di-cabut); meN-
(meN+dapat, meN+larang, meN+konsumsi, meN+kalah, meN+ambil);
ter- (ter+angkat, ter+kejut, ter+jadi, ter+ulang, ter+rawat, ter+rasa,
ter+rendam); ke- (ke+luar); per- (per+riang, per+tanda, per+angkat,
per+rusak).
- Sufiks
Sufiks adalah afiks yang ditambahkan pada bagian belakang kata dasar,
atau morfem terikat yang yang diletakkan di belakang suatu bentuk dasar
dalam membentuk kata. Contoh sufiks dalam BI adalah -i, -an, dan -kan.
Dalam bahasa sansekerta ada sufiks -wan, -ma, wati. Sufiks dalam
bahasa asing seperti -ir, -is, -isme, -asi, -isasi, -si, -il, -al, -if, -ik, -ika, -er,
-or, -an, -um, -us, -si, -ing, dan lain-lain. Contoh kata asing: demonstrasi,
standarisasi, produksi, produsen, produser, produsir, direktur, direksi,
direktorium, dsb. Contoh sufiks dalam kata BI, antara lain: -an (darat+an,
hukum+an, maki+an, ribu+an, larang+an, laut-an); -i (garam+i,
menembak-i, tabur+i, siram+i, basuh+i); -kan (buka+kan, keluar+kan,
masuk+kan, naik+kan, tarik+kan, laku+kan, beri+kan, misal+kan,
terus+kan).
- Infiks
Infiks adalah morfem yang disisipkan atau diselipkan di tengah kata
dasar (sisipan). Contoh infiks dalam BI antara lain -el-, -er-, -em-, dan -
in-. Contoh dalam kata bahasa indonesia antara lain -er- (gigi+ (-er-),
sabut+ (-er-), suling+ (-er-), cerita+ (-er-)); -el- (tunjuk+ (-el-), gembung
+ (-el-), luhur+ (-el-); tapak+ (-el-); maju+ (-el-)); -em- (guruh+ (-em-);
13
jari+ (-em-); kilau+ (-em-); tali+ (-em-); turun+ (-em-)); -in- (kerja+(-in),
sambung+(-in-)).
- Konfiks dan Kombinasi Imbuhan
Konfiks adalah dua afiks yang merupakan satu kesatuan. Contoh konfiks
dalam bahasa indonesia adalah ke-an, peN-an, per-an, dan ber-an.
Contoh kata berkonfiks antara lain: kecamatan, kelautan, keburukan,
keadilan, pendudukan, pendinginan, pembukuan, persekutuan,
perseteruan, perdamaian, berserakan, bertebaran, berdesakan.
- Simulfiks adalah afiks yang bergabung menjadi satu secara bertahap.
Contoh simulfiks dalam BI adalah men-kan, meN-i, memper-kan,
memper-i, ber-kan, ter-kan, per-kan, dan se-nya. Contoh simulfiks dalam
kata antara lain: mendengarkan, membicarakan, membacakan,
menuliskan, memberikan, membacai, menulisi, mencubiti, menciumi,
memperdengarkan, mempertontonkan, mempersilakan, mempersenjatai,
memperbaharu, bersekutukan, beralaskan, bersenjatakan, terjatuhkan,
terjemahkan, terabaikan, pertukarkan, pertaruhkan, persuamikan,
seindah-indahnya, secantik-cantiknya, dan sejelek-jeleknya.
2. Reduplikasi
Reduplikasi adalah proses pembentukan kata melalui pengulangan
bentuk dasar melalui berbagai cara. Tidak semua kata ulang masuk dalam jenis
reduplikasi yang merupakan proses morfologi. Ada beberapa jenis reduplikasi
dalam bahasa indonesia antara lain: reduplikasi seluruh, reduplikasi sebagian,
dan reduplikasi perubahan fonem. Reduplikasi seluruh adalah bentuk ulang
dengan cara mengulang seluruh bunyi tanpa adanya perubahan sama sekali.
Contoh dalam kata masjid-masjid, gereja-gereja, kata-kata, sama-sama.
14
Reduplikasi perubahan fonem adalah bentuk pengulangan yang
sebenarnya penuh tetapi terdapat bunyi yang berbeda. Contoh dalam kata lauk-
pauk, gerak-gerik, bolak-balik, sayur-mayur, mondar-mandir, dan lain
sebagainya.
- Komposisi
Komposisi adalah proses morfologi dengan cara menggabungkan dua morfem
dan membentuk satu kesatuan makna. Ciri-cirinya adalah hubungan unsur
pembentuknya rapat, unsur pembentuknya tidak dapat dipertukarkan, dan salah
satu atau semua unsurnya merupakan pokok kata. Contoh dalam kata kamar
mandi, kambing hitam, rumah sakit, kaki tangan, orang tua, kepala batu, besar
kepala, mata pelajaran, dan lain sebagainya.
3. Abreviasi
Abreviasi atau pemendekan adalah proses morfologis dengan cara
menanggalkan satu atau sebagian morfem sehingga menjadi bentuk baru yang
mempunyai status kata. Dalam bahasa indonesia, abreviasi dibagi menjadi
beberapa jenis, diantaranya adalah pemenggalan, kontraksi, akronim, singkatan,
lambang huruf, perubahan interen, dan pergeseran katagori.
- Pemenggalan adalah pembentukan kata melalui suku kata melalui suku dari
suatu morfem yang biasanya muncul dalam bahasa lisan. Contoh dalam kata Bu,
Pak, dok, Kak, Dik, dan lain sebagainya.
- Kontraksi adalah proses pembentukan kata dengan cara meringkas morfem
dasar atau gabungan morfem. Contoh dalam kata tak, takkan, begini, begitu,
kenapa, kan, mas, dan lain sebagainya.
- Akronim adalah proses pembentukan kata melalui penggabungan huruf atau
suku kata atau bagian lain yang ditulis atau dilafalkan sebagai kata dan biasanya
diapakai sebagai hiburan. Contoh dalam kata kutilangdarat, sikontol,
simatupang, manula, balita, batita, dubes dan lain sebagainya.
15
- Singkatan adalah proses pembentukan kata melalui pemendekan berupa huruf.
Pelafalan dieja huruf demi huruf atau diucapkan kepanjangannya. Contoh dalam
kata MPR, DPA, S.Pd, SMA, km, dll, dsb, dan lain sebagainya.
- Lambang huruf adalah adalah proses pembentukan kata yang menghasilkan
satu huruf atau lebih yang menggambarkan konsep, kunatitas, satuan, atau unsur.
Contoh dalam kata gr, cm, c, l, dan lain sebagainya.
- Perubahan interen adalah proses pembentukan kata melalui perubahan vokal
atau konsonan yang terdapat dalam morfem dasar. Contoh dalam kata dewa-
dewi, pemuda-pemudi, saudara-saudari, karyawan-karyawati, direktur-direktris,
dan lain sebagainya.
- Pergeseran kategori adalah pergeseran kelas kata sebagai akibat adanya proses
morfologi. Suatu morfem yang awalnya tergolong kelas kata benda akibat proses
morfologi menjadi kelas kata kerja. Contoh dalam kata batu-membatu, besar-
membesar, kuning-menguining, makan-makanan, minum-minuman, kerja-
kinerja dan lain sebagainya.
16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari sedikit penjelasan di atas tentang pengertian Morfologi beserta pokok bahasan lain
yang terkandung dalam pengertian Morfologi sendjri dan dapat ditarik sedikit
kesimpulan sebagai berikut:
2. Kesalahan dalam Morfologi dapat terjadi karena proses pengafiksan, reduplikasi, dan
abreviasi.
B. Saran
Setiap kajian bahasa perlu adanya peninjauan kembali guna memperoleh hasil yang
optimal sehingga tidak ada lagi kesalahan yang ditimbulkan dalam kajian morfologi.
17
Daftar Pustaka
Finoza, Lamuddin. 2006. Komposisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Diksi Insan Mulia
Arifin, Zaenal dan Junaiyah. 2007. Morfologi: Bentuk, Makna, dan Fungsi. Jakarta:
Gramedia
Alwi, Hasan, dkk. 2000. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
18