Anda di halaman 1dari 17

BAHASA

RANGKUMAN KELOMPOK 1-6

KONSEP DASAR BAHASA INDONESIA

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Perkuliahan


Konsep Dasar Bahasa Indonesia
Dosen Pengajar : Dr. Elly Prihast, M. Hum

Disusun Oleh:
NovridaH Reanti Purba
8216181006
DIKDAS A

PENDIDIKAN DASAR
PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2021/2022
1. FONOLOGI DAN MORFOLOGI

A. Pengertian Fonologi

Secara etimologis fonologi berasal dari dari dua kata yunani yaitu ,Phone yang berarti
“bunyi” dan Logos berarti “Ilmu” . Maka pengertian Fonologi adalah Ilmu Bunyi. Fonologi
merupakan bagian dari ilmu Bahasa yang mengkaji bunyi.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa fonologi adalah cabang ilmu bahasa
(linguistik) yang mengkaji bunyi-bunyi bahasa, proses terbentuknya dan perubahannya.

1. Fonologi dalam cabang morfologi


Bidang morfologi yang kosentrasinya pada tataran struktur internal kata sering
memanfaatkan hasil studi fonologi, misalnya ketika menjelaskan morfem dasar {butuh}
diucapkan secara bervariasi antara [butUh] dan [bUtUh] serta diucapkan [butuhkan] setelah
mendapat proses morfologis dengan penambahan morfem sufiks   {-kan}.

2. Fonologi dalam cabang sintaksis


Bidang sintaksis yang berkosentrasi pada tataran kalimat, ketika berhadapan dengan
kalimat kamu berdiri. (kalimat berita), kamu berdiri? (kalimat tanya), dan kamu berdiri!
(kalimat perintah) ketiga kalimat tersebut masing-masing terdiri dari dua kata yang sama
tetapi mempunyai maksud yang berbeda.

3. Fonologi dalam cabang semantic


Bidang semantik, yang berkosentrasi pada persoalan makna kata pun memanfaatkan hasil
telaah fonologi.

b. Fonetik dan Fonemik


1. Fonetik

Abdul Chaer mendefinisikan bahwa fonetik adalah cabang studi fonologi yang
mempelajari bunyi bahasa tanpa memperhatikan apakah bunyi-bunyi tersebut mempunyai
fungsi sebagai pembeda makna atau tidak.

2. Fonemik

Menurut Abdul Chaer fonemik adalah cabang studi fonologi yang mempelajari bunyi
bahasa dengan memperhatikan fungsi bunyi tersebut sebagai pembeda makna.
Jenis-jenis Fonem

a. Fonem vokal
Fonem vokal yang dihasilkan tergantung dari beberapa hal berikut.

1. Posisi bibir (bentuk bibir ketika mengucapkan sesuatu bunyi).


2. Tinggi rendahnya lidah (posisi ujung dan belakang lidah ketika mengucapkan bunyi.
3. Maju-mundurnya lidah (jarak yang terjadi antara lidah dan lengkung kaki gigi).

b. Fonem diftong

Diftong dalam Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (1988) dinyatakan sebagai vokal yang
berubah kualitasnya. Dalam sistem tulisan, diftong dilambangkan oleh dua huruf vokal.
Kedua huruf vokal itu tidak dapat dipisahkan. Bunyi /aw/ pada kata pulau adalah diftong,
sehingga <au> pada suku kata –lau tidak dapat dipisahkan menjadi la-u seperti pada kata
mau.

c. Fonem Konsonan
Konsonan adalah bunyi bahasa yang ketika dihasilkan mengalami hambatan-hambatan
pada daerah artikulasi tertentu. Kualitasnya ditentukan oleh tiga faktor :

 Keadaan pita suara (merapat atau merenggang - bersuara atau tak bersuara).
 Penyentuhan atau pendekatan berbagai alat ucap/artikulator (bibir, gigi, gusi, lidah,
langit-langit).
 Cara alat ucap tersebut bersentuhan/berdekatan.
Fonem konsonan dapat digolongkan berdasarkan tiga kriteria: posisi pita suara, tempat
artikulasi, dan cara artikulasi.

B. MORFOLOGI
a. Pengertian Morfologi

Secara etimologi kata morfologi berasal dari kata morf yang berarti bentuk dan kata logi
yang berarti ilmu. Jadi, secara harfiah kata morfologi berarti ilmu mengenai bentuk. Di dalam
kajian linguistik, morfologi berarti cabang ilmu bahasa yang mengkaji seluk-beluk bentuk
kata dan perubahannya serta dampak dari perubahan itu terhadap arti (makna).

b. Objek Kajian Morfologi

Objek kajian morfologi adalah satuan-satuan morfologi, proses-proses morfologi, dan


alat-alat dalam proses morfologi itu. Satuan morfologi adalah morfem (akar atau afiks) dan
kata.

1. Satuan morfologi

Satuan morfologi berupa morfem (bebas dan afiks) dan kata. Morfem adalah satuan
gramatikal terkecil yang bermakna, dapat berupa akar (dasar) dan dapat berupa afiks.

2. Proses Morfologi

Proses morfologi dikenal juga dengan sebutan proses morfemis atau proses
gramatikal. Pengertian dari proses morfologi adalah pembentukan kata dengan afiks.

3. Kedudukan Morfologis dalam Linguistik

Dalam ilmu linguistik, kajian morfologi berada diantara kajian fonologi dan
sintaksis. Sebagai kajian yang terletak dianatara kajian fonologi dan sintaksis, maka kajian
morfologi itu, mempunyai kaitan, baik dengan fonologi, maupun dengan sintaksis.

4. Jenis-Jenis Morfem
Berdasarkan kriteria tertentu, morfem dapat diklasifikasikan menjadi beberapa jenis.

1. Ditinjau dari Hubungan Struktur


Menurut hubungan strukturnya, morfem dapat dibedakan menjadi tiga macam yaitu
morfem bersifat aditif (tambahan) yang bersifat replasif (penggantian), dan yang bersifat
substraktif (pengurangan).

2. Ditinjau dari Hubungan Posisi


Dilihat dari hubungan posisinya, morfem pun dapat dibagi menjadi tiga macam yakni ;
morfem yang bersifat urutan, sisipan, dan simultan. Tiga jenis morfem ini akan jelas bila
diterangkan dengan memakai morfem-morfem imbuhan dan morfem lainnya.

3. Ditinjau dari Distribusinya


Ditinjau dari distribusinya, morfem dapat dibagi menjadi dua macam yaitu morfem
bebas dan morem terikat.

a. Morfem Bebas
Menurut Santoso (2004), morfem bebas adalah morfem yang mempunyai potensi untuk
berdiri sendiri sebagai kata dan dapat langsung membentuk kalimat. Dengan demikian,
morfem bebas merupakan morfem yang diucapkan tersendiri; seperti: gelas, meja, pergi dan
sebagainya.
b. Morfem Terikat
Morfem terikat yaitu morfem yang tidak dapat berdiri sendiri dalam tuturan biasa,
misalnya : di-, ke-, -i, se-, ke-an. Disamping itu ada bentuk lain seperti juang, gurau, yang
selalu disertai oleh salah satu imbuhan baru dapat digunakan dalam komunikasi yang wajar.

2.KONSEP DAN TEORI BAHASA SINTAKSIS

1. DEFINISI SINTAKSIS

Sintaksis adalah sebuah cabang linguistik yang membicarakan hubungan antar kata
(speech). Unsur bahasa yang termasuk di dalam lingkup sintaksis adalah Frasa, Klausa dan
kalimat.

2. ASPEK-ASPEK SINTAKSIS
a. Klausa : macam-macam
Klausa adalah satuan gramatikal yang setidaknya terdiri atas subjek dan predikat yang
berpotensi menjadi kalimat

 Klausa nominal yaitu Klausa yang predikatnya terdiri dari kata atau frasa golongan
nominal.
 Klausa verbal yaitu Klausa yang predikatnya terdiri dari kata atau frasa kategori
verbal
 Klausa bilangan adalah Klausa yang predikatnya dari kata atau frasa golongan
bilangan
 Klausa depan adalah Klausa yang predikatnya dari kata atau frasa depan yang diawali
kata depan sebagai penanda.

b. Frasa : cirri-ciri dan macam-mcam

Frasa merupakan satuan gramatikal yang berupa gabungan kata yang bersifat
nonpredikatif rasa terdiri atas frasa endosentris dan frasa endosentris dan frasa eksosentris
terdiri atas frasa eksosentris direktif dan Frasa eksosentris non-direktif.

C. Kalimat

Kalimat adalah satuan bahasa yang secara relatif berdiri sendiri, mempunyai potensi si in
the nasi final dan secara aktual ataupun potensial terdiri atas klausa ataupun dapat dikatakan
sebagai kalimat membicarakan hubungan antara sebuah Klausa dan Klausa yang lain

Adapun cirri-ciri kalimat yang kami ketahui sebagai berikut :

 Dalam bahasa lisan diawali dengan kesiapan dan diakhiri dengan kesenyapan titik
dalam bahasa tulisan diawali dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanya atau
tanda seru.
 Sekurang-kurangnya terdiri atas subjek dan predikat titik mengandung pikiran yang
utuh
 mengandung urutan logis setiap kata atau kelompok kata yang mendukung fungsi
disusun dalam satuan menurut fungsinya.
 Mengandung satuan makna, ide kauma atau pesan yang jelas.
 Dalam Paragraf yang terdiri dari dua kalimat atau lebih kalimat kalimat disusun dalam
satuan makna pikiran yang saling berhubungan.

3. FUNGSI SINTAKSIS DALAM KALIMAT

Fungsi sintaksis utama bahasa adalah subjek, predikat, objek, pelengkap dan keterangan.

1. Pada umunya, subjek terletak disebelah kiri predikat. Jika unsur subjek panjang
dibandingkan dengan unsur predikat, subjek sering diletakkan di akhir kalimat.
Contoh:
a. Manusia yang mampu tinggal dalam kesendirian tidak banyak.
b. Tidak banyak manusia yang mampu tinggal dalam kesendirian.
2. Predikat merupakan konstituen pokok yang disertai konstituen subjek disebelah kiri
dan jika ada, konstituen objek, pelengkap, atau keterangan wajib disebelah kanan.
Predikat kalimat biasanya berupa frasa verbal atau frasa adjektival. Pada kalimat yang
berola SP, Predikat dapat pula berupa frasa nominal, frasa preposional, disamping
frasa verbal dan frasa adjektival.
Contoh:

a. Ayahnya guru bahasa inggris

3. Fungsi objek

Objek adalah konstituen yang kehadirannya dituntut oleh predikat yang berupa verba
transitif pada kalimat aktif. Contoh:

a. Adi mengunjungi Pak Rustam

4.TATARAN SINTAKSIS
Adakalanya kata di dalam sebuah kalimat dapat diubah-ubah letaknya tanpa
mengubah arti yang berubah akibat perubahan letak itu hanya pengutamaan Informasi seperti
contoh yang kami buat di bawah ini:
a saya dan Adik pergi kemarin sore

3. KONSEP DASAR SEMANTIK

A. Pengertian Semantik

Kata sematik merupakan istilah teknis yang mengacu pada studi tentang makna, berasal
dari Bahasa Yunani Kuno sema(bentuk nominanal) yang berarti ‘tanda’ atau ‘lambang’.
Bentuk verbalnya adalah seimano yang berarti ‘menandai’ atau ‘melambangkan’. Semantik
menelaah lambang-lambang atau tanda-tanda yang menyatakan makna, hubungan makna satu
dan yang lainnya, dan pengaruh makna terhadap manusia dan masyarakat.

B. Unsur Semantik
Unsur semantik adalah  komponen-komponen yang ada di dalam  semantik bahasa
Indonesia.Berikut dibagi menjadi 4 yaitu:

1. Tanda dan Simbol (Simbol)

Tanda dan simbol (simbol) adalah dua unsur yang terkandung dalam bahasa tersebut.
Tanda itu dikembangkan menjadi teori yang disebut semiotik.

Tanda yang ditimbulkan oleh alam yang diketahui manusia karena pengalaman,
misalnya:

 Hari mendung adalah tanda akan segera turun hujan,


 Asap membumbung adalah tanda adanya kebakaran,
 Petir adalah tanda hujan akan turun lebat

Tanda yang ditimbulkan oleh binatang yang diketahui manusia dari suara binatang
tersebut, misalnya:

 Anjing menggonggong adalah tanda ada orang yang masuk halaman rumah,
 Ayam berkokok adalah tanda hari mulai pagi

Tanda-tanda dapat dibagi menjadi 2 :

1. tanda yang sistematis

sedangkan tanda-tanda berupa rambu-rambu lalu-lintas termasuk tanda yang sistematis.


Dikatakan sistematis karena tanda-tanda tersebut bergerak secara sistematis, misalnya warna
merah bermakna berhenti, warna hijau bermakna silakan jalan, dan warna kuning bersiap
untuk melanjutkan perjalanan.

2. tanda yang tidak sistematis

Tanda yang dimbulkan oleh anggota badan termasuk tanda yang tidak sistematis,

Tanda dapat pula dibedakan berdasarkan indera yang digunakan sebagai dasar acuan.

2.Lambang

Lambang  atau simbol memiliki pengertian sebagai sesuatu seperti tanda (lukisan,


tulisan, perkataan) yang menyatakan suatu hal, yang mengandung suatu makna tertentu.
Chaer mengemukakan (2013: 37) bahwa lambang sebenarnya juga adalah tanda. Hanya
bedanya lambang tidak memberi.
3. Definisi

Definisi adalah  suatu pernyataan mengenai ciri-ciri penting suatu hal, dan biasanya lebih
kompleks dari pengertian, makna, atau pengertian suatu hal.Definisi adalah suatu batasan
atau arti, bisa juga dimaknai kata, frasa, atau kalimat yang mengungkapkan makna,
keterangan, atau ciri utama dari orang, benda, proses, atau aktivitas.

C. Semantik dan Jenis-Jenisnya

1 Semantik Konseptual

Semantik konseptual yaitu makna denotatif atau makna kognitif yang merupakan
faktor sentral dalam komunikasi bahasa. Hal ini dikarenakan terdapat makna konseptual yang
mempunyai susunan yang amat kompleks dan rumit.

Contoh : -Ibu

(Ibu memiliki makna konseptual seorang wanita yang telah melahirkan seseorang).

2. Semantik Gramatikal

Semantik gramatikal atau makna gramatikal sama halnya afiksasi, reduplikasi,


komposisi, atau kalmatisasi.

Contoh :  semantik gramatikal atau makna gramatikal yatu proses fiksasi prefiks “ber”
dengan “baju” makna gramatikal yang didapat yaitu “mengenakan baju”.

3. Makna Kontekstual

Makna Kontekstual muncul sebagai akibat hubungan antara ujaran dengan situasi.
Makna kontekstual disebut juga makna struktural karena proses dan satuan gramatikal itu
selalu berkenaan dengan struktur ketatabahasaan. Contoh :

Rambut di kepala nenek sudah putih.

Pak Harjo adalah seorang kepala sekolah.

4. Semantik Leksikal

Semantik Leksikal adalah makna yang sebenarnya , sesuai dengan hasil observasi indra
kita, makna yang apa adanya dan ada pada kamus.

5. Semantik Pribahasa
Semantik peribahasa merupakan makna yang masih dapat ditelusuri atau dilacak dari
makna unsur-unsurnya karena ada “asosiasi” antara makna asli dengan makna peribahasa

4. KONSEP DASAR PRAGMATIK

1. Teori Pragmatik

Istilah pragmatik pertama-tama digunakan oleh filsuf kenamaan Charles Morris


(1938). Pragmatik merupakan salah satu cabang ilmu bahasa yang muncul dari pandangan
Charles Morris berkenaan dengan semiotika, yaitu ilmu yang mempelajari sistem tanda atau
lambang.

Wijana (1992: 2) dalam bukunya Dasar-Dasar Pragmatik mengemukakan bahwa


pragmatik adalah cabang ilmu bahasa yang mempelajari struktur bahasa secara eksternal
yakni bagaimana satuan kebahasaan itu digunakan dalam komunikasi. Jadi makna yang dikaji
dalam pragmatik adalah makna yang terikat konteks atau dengan kata lain mengkaji maksud
penutur

2. Komponen Kajian Pragmatik

1. Deiksis

Dalam KBBI (2005:245), deiksis diartikan hal atau fungsi menunjuk sesuatu di luar
bahasa; kata yang mengacu kepada persona, waktu, dan tempat suatu tuturan. Dalam kegiatan
berbahasa. kata-kata atau frasa-frasa yang mengacu kepada beberapa hal tersebut
penunjukannya berpindah-pindah atau berganti-ganti, tergantung pada siapa yang menjadi
pembicara, saat dan tempat dituturkannya kata-kata itu

2. Implikatur
Kata implikatur diserap dari kata implicature dalam bahasa inggris. Implikatur
merupakan implikasi dari tuturan yang tertutur yang berupa simpulan logis dari suatu tuturan.

3. Praanggapan

Nababan (1987: 46), memberikan pengertian praanggapan sebagai dasar atau


penyimpulan dasar mengenai konteks dan situasi berbahasa (menggunakan bahasa) yang
membuat bentuk bahasa (kalimat atau ungkapan) mempunyai makna bagi pendengar atau
penerima bahasa itu dan sebaliknya, membantu pembicara menentukan bentuk-bentuk bahasa
yang dapat dipakainya untuk mengungkapkan makna atau pesan yang dimaksud.

3.Tindak Tutur atau Tindak Bahasa

Menurut Hamey (dikutif Sumarsono, dan Paina Partama, 2002:329-330) tindak tutur
merupakan bagian dari peristiwa tutur, dan peristiwa tutur merupakan bagian dari situasi
tutur.  Setiap peristiwa tutur terbatas pada kegiatan, atau aspek-aspek kegiatan yang secara
langsung diatur oleh kaidah atau norma bagi penutur.

4. Tujuan Pragmatik

Tujuan belajar bahasa melalui pragmatik ialah bahwa seorang dapat bertutur kata


tentang makna yang maksudkan orang, asumsi mereka, maksud atau tujuan mereka, dan
jenis- jenis tindakan (sebagai contoh: permohonan) yang mereka perlihatkan ketika mereka
sedang berbicara.
5. Fungsi Pragmatik dalam kehidupan sehari-hari

Fungsi pragmatik lebih menekankan pada fungsi bahasa untuk berkomunikasi dalam
kehidupan sehari-hari. Seorang penutur harus dapat memilih dan
menggunakan bahasa dengan tepat agar maksud sebuah tuturan dapat dipahami oleh mitra
tutur.

5.PERBEDAAN PEMBELAJARAN & PEMEROLEHAN KATA

1. Pemerolehan Bahasa

Dalam kamus besar bahasa Indonesia pemerolehan diartikan sebagai proses, cara atau
perbuatan memperoleh . Pemerolehan bahasa adalah proses yang berlangsung didalam otak
anak-anak ketika dia memperoleh bahasa pertamanya atau bahasa ibunya (Chaer, 2009:167).
Istilah pemerolehan dipakai untuk padanan istilah inggris acquisition, yakni proses
penguasaan bahasa yang dilakukan oleh anak secara natural pada waktu dia belajar bahasa
ibunya (native language).

2. Tahap Pemerolehan bahasa

Sudah menjadi kepastian jika seorang anak yang lahir tidak dapat langsung berbahasa
dengan merangkai kata menjadi kalimat sesuai kaidah bahasa tersebut. Selalu ada tahap untuk
mendekati tata bahasa orang dewasa.

3. Faktor pemerolehan bahasa

1. Faktor Alamiah.

Yang dimaksudkan di sini adalah setiap anak lahir dengan seperangkat prosedur dan
aturan bahasa yang dinamakan oleh Chomsky Language Acquisition Divice (LAD).

2. Faktor Perkembangan Kognitif.

Perkembangan bahasa seseorang seiring dengan perkembangan kognitifnya. Keduanya


memiliki hubungan yang komplementer.

3. Faktor Latar Belakang Sosial.

Latar belakang sosial mencakup struktur keluarga, afiliasi kelompok sosial, dan
lingkungan budaya memungkinkan terjadinya perbedaan serius dalam pemerolehan bahasa
anak (Vygotsky, 1978).

2.Pembelajaran Bahasa

1. Pengertian Belajar

Pengertian belajar sendiri bermacam-macam menurut para ahli. Al Khuli (1981)

mengatakan, “al ta’liimmu iktisaabi suluuk jadiid au taqwiyah suluuk saabiq natiijatan li

khubrah maa, zhahiiron kaana au kaaminan”. Artinya, bahwa belajar adalah terjadinya

prilaku baru atau penguatan prilaku lama sebagai hasil dari pengalaman baik terjadi secara

eksplisit maupun implisit.

2.Pengertian Pembelajaran
Sedangkan kegiatan pembelajaran (ta’liim/ at tadris) adalah proses yang identik
dengan kegiatan mengajar yang dilakukan oleh pendidik agar terjadi kegiatan belajar. Dalam
KBBI edisi V, pembelajaran berarti proses, cara, perbuatan menjadikan orang atau makhluk
hidup belajar.

3.Tipe Pembelajaran Bahasa

1. Tipe naturalistik
Hampir sama dengan pemerolehan bahasa pertama, tipe naturalistik berlangsung
secara alami yakni di lingkungan. Hanya saja yang membedakannya adalah kesadaran atau
kesengajaannya.

2.Tipe Formal
Formal maksudnya adalah berlangsung dalam pendidikan dan memiliki sarana

prasarana penunjang, seperti sekolah ataupun kursus.

4. Proses Pembelajaran

1. Hipotesis Pemerolehan Dan Pembelajaran Bahasa

Yaitu hipotesis yang menyatakan bahwa anak kecil dalam meguasai bahasa pertama
terjadi secara ambang sadar (sub-consiusness) dan bersifat alamiah.

2. Hipotesis Urutan Alamiah

Hipotesis yang menyatakan bahwa kemampuan berbahasa seseorang itu berjenjang secara
alamiah dan bersifat universal.penjejahan alamiah menunjukkan bahwa bentuk-bentuk bahasa
yang sederhana akan dikuasai terlebih dulu oleh anak sebelum menguasai bentuk-bentukyang
lebih rumit.
3. Hipotesis Monitor

Bahwa kegiatan berbahasa melalui kaidah-kaidah kebahasaan yang dipelajari secara


sadar hanya berfungsi sebagai monitor dan editor.
4. Hipotesis Input

Menyatakan bahwa kemampuan berbahasa (out put) seseorang bergantung kepada


masukannya.
5. Hipotesis Filter Afektif
Semakin besar saringan afektif pembelajar akan semakin sukar menguasai bahasa
kedua.wujud dari saringan afektif yang semakin besar adalah berupa hambatan psikologis
(inhibisi) seseorang, misalnya rasa malu, cemas, rasa takut.
6. Perbedaan Pemerolehan dan Pembelajaran Bahasa

Pemerolehan bahasa biasanya dibedakan dengan pembelajaran bahasa:

 Pembelajaran bahasa berkaitan dengan proses-proses yang terjadi pada waktu seorang
kanak-kanak mempelajari bahasa kedua setelah dia memperoleh bahasa pertamanya.
Jadi, pemerolehan bahasa berkenaan dengan bahasa pertama, sedangkan pembelajaran
bahasa berkenaan dengan bahasa kedua.
 Pemerolehan secara bawah sadar dan alamiah, sedangkan pembelajaran sadar dan
disengaja.
 Pemerolehan bahasa lebih dominan makna proses mengetahui, sedangkan
pembelajaran dominan kepada proses memahami setelah mengetahui.

Melihat dari pendapat krashen (1976), dapat disimpulkan juga perbedaan pemerolehan
dan pembelajaran bahasa:

Pemerolehan bahasa:

 Proses terjadi secara ambang sadar pada pemerolehan bahasa pertama


 Komunikasi terjadi secara alamiah
 Keberhasilan belajar bahasa bagi anak tidak mungkin dihindari
 Pembelajar tidak dapat menyebut aturan tata bahasa
 Tidak diperkuat oleh pengajaran, uraian tentang tatabahasa, dan tidak ada koreksi
 Proses diatur oleh strategi universal yang disebut LAD (Language Acquisition
Device)

Pembelajaran Bahasa:

 Proses ini terjadi pada saat orang dewasa belajar bahasa kedua
 Proses terjadi secara sadar dan terjadi secara internalisasi aturan tatabahasa
 Kemampuan yang dimiliki merupakan hasil dari pengajaran
 Proses penguasaan bahasa tidak mungkin dihindari
 Pembelajar memiliki rumusan-rumusan aturan tatabahasa.
6.BAHASA DALAM KOMUNIKASI SOSIAL (HUBUNGAN BAHASA,
MASYARAKAT,DAN EKOLOGI )

1. Bahasa dalam Komunikasi Sosial


A. Pengertian Bahasa

Bahasa adalah identitas dari suatu negara sebagai alat untuk berkomunikasi. Setiap orang
membutuhkan bahasa ketika berinteraksi, mengungkapkan ide dan pendapat serta hubungan
sosial lainnya (Prasasti, 2016).

B. Bahasa Sebagai Alat Komunikasi


Bahasa sebagai alat komunikasi mempunyai peranan penting dalam interaksi manusia.
Bahasa dapat digunakan manusia untuk menyampaikan ide, gagasan, keinginan, perasaan dan
pengalamannya kepada orang lain.
Bahasa adalah salah satu bentuk perwujudan peradaban dan kebudayaan manusia,
dalam kamus linguistik, bahasa adalah satuan lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan
oleh suatu anggota masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi dan mengidentifikasi diri
(Kridalaksana, 2001).

C. Hubungan Bahasa Sebagai Komunikasi Sosial dengan Masyarakat


a. Sosiologistik

Sosiolinguistik bersasal dari kata “sosio” dan “ linguistic”. Sosio sama dengan kata sosial
yaitu berhubungan dengan masyarakat. Linguistik adalah ilmu yang mempelajari dan
membicarakan bahasa khususnya unsur- unsur bahasa dan antara unsur- unsur itu.

b. Bahasa dan Perilakunya


Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional berfungsi sebagai alat komunikasi mempunyai
peran sebagai penyampai informasi. Bahasa dan berbahasa yang benar akan mempengaruhi
kebenaran informasi yang disampaikan.

c. Struktur Bahasa Indonesia dan Gaul


Ragam bahasa Indonesia lebih memperhatikan tatanan dan kaidah kebahasaan yang baik
dan benar, karena dengan menguasai bahasa Indonesia akan lebih mudah untuk
berkomunikasi baik komunikasi secara lisan maupun tulis (Saddhono, 2012).
Sedangkan bahasa gaul remaja memiliki beberapa keunikan yaitu; singkat, lincah dan
kreatif. Pilihan katanya lebih pendek, sedangkan kata-kata yang sedikit panjang akan
diperpendek melalui proses mengganti dengan kata pendek seperti “memang menjadi
emang”.

d. Pergeseran dan Pertahanan Bahasa Indonesia


Sebagai bangsa Indonesia, kita tidak selalu menggunakan bahasa Indonesia dalam
berkomunikasi dan berinteraksi di sepanjang masyarakat. Setiap daerah memiliki bahasa
lokalnya masing-masing, namun dengan demikian tidak menghilangkan bahasa identitasnya
yaitu bahasa Indonesia.

e. Perkembangan Bahasa Indonesia

Terdapat kemajuan yang mencolok antara pihak pemerintah dan bahasa Indonesia.
Bahasa Indonesia mulai diprioritaskan oleh masyarakat juga dalam dunia pendidikan.
Keberminatan warga internasional kepada bahasa Indonesia juga semakin banyak. Dalam era
globalisasi ini bahasa Indonesia berkembang sangat pesat, sehingga keberdayaan
kepopulerannya masih tetap terlindungi.

f. Hubungan Bahasa dengan Ekologi


Sapir dalam Fill dan Muhlhausler (2001), pada tahun 1912 menulis tentang bahasa dan
lingkungan yang beranggapan bahwa lingkungan fisik dari sebuah bahasa terdiri atas karakter
geografi sebagai topografi dari sebuah negara, berhubungan dengan iklim, termasuk pula ke
dalamnya flora dan fauna, curah hujan, serta sumber daya alam yang merupakan sumber
kehidupan dan sumber ekonomi manusia yang terekam secara verbal.

g. Ekolinguistik
Ekolinguistik mengkaji interaksi bahasa dengan ekologi. Pada dasarnya ekologi
merupakan kajian saling ketergantungan dalam suatu sistem. Ekolinguistik merupakan ilmu
bahasa interdisipliner, menyanding ekologi dan linguistik (Mbete, 2008).
Dalam the Ecology of Language Shift, Mackey dalam Fill dan Muhlhausler (2001)
menjelaskan bahwa pada dasarnya ekologi merupakan kajian saling ketergantungan dalam
suatu sistem. Dalam ekologi bahasa, konsep ekologi memadukan lingkungan, konservasi,
interaksi, dan sistem dalam bahasa (Fill,2001).
Luasnya cakupan kajian ekolinguistik, peneliti perlu memperhatikan fokus kajian
pada hal-hal sebagai berikut.
1) Menemukan kajian konseptual-teoretis yang sesuai;
2) Kajian terhadap sistem bahasa dan wacana kritis;
3) Kajian terhadap fitur-fitur universalitas kebahasaan yang gayut dengan isu-isu
lingkungan;
4) Pendekatan kontrastif kebahasaan untuk menemukan fitur-fitur universalitas;
5) Kajian terhadap peran bahasa dalam membentuk wacana lingkungan (ekoliterasi)
dalam bidang pengajaran dan pendidikan.

Anda mungkin juga menyukai