Anda di halaman 1dari 10

KATA DAN MORFOLOGI

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas

Matakuliah: Bahasa Indonesia.

Dosen Pengampu:

Dr. Iwan Marwan, M.Hum

Oleh :
Alvida Dewi Meviana (932205118)

Indah Fitri Ningrum (932205818)

Fakultas Tarbiyah

Jurusan Tadris Bahasa Inggris

Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kediri

2019
Bab 1

Pendahuluan

A. Latar Belakang.

Kata merupakan salah satu unsur penting dalam pembetukan suatu bahasa
salah satunya dalam suatu proses pembuatan karya tulis. Kategori kata sendiri
merupakan masalah yang cukup rumit. Bahkan pandangan satu ahli dengan ahli
lain dapat berbeda bergantung pada aliran linguistik apa yang mereka anut.

Kata dalam setiap ragam bahasa sendiri mengalami berbagai pembentukan


sehingga menghasilkan makna yang berbeda-beda. Hal tersebut dipelajari oleh
salah satu cabang ilmu linguistik, yaitu morfologi. Secara harfiah morfologi
berarti pengetahuan tentang bentuk. Morfologi juga dapat didefinisikan sebagai
satu kajian ilmu linguistik yang mengkaji tentang pembentukan kata atau morfem-
morfem. Morfem sendiri adalah satuan gramatikal terkecil yang mempunyai
makna. Morfem tidak bisa dibagi kedalam bentuk bahasa yang lebih kecil lagi.

Dalam morfologi, kata dapat dilekatkan dengan morfem lainuntuk membentuk


sebuah kata baru yang dapat mengubah arti dan kelas suatu kata tersebut. Morfem
yang dapat dilekatkan pada suatu kata dalam bahasa Inggris dinamakan prefiks
dan sufiks. Prefiks dilekatkan pada awal kata, sedangkan sufiks diletakan pada
akhiran kata. Dari keterangan tersebut prefiks infiks dan sufiks mempunyai peran
penting dalam suatu pembetukan kata. Pada penelitian ini penulis akan
memfokuskan pada sufiks. Sebenarnya penjabaran mengenai sufiks dapat
ditemukan di buku-buku cabang linguistik dan morfologi. Namun demikian,
pembahasan pada buku-buku tersebut masih bersifat kurang menyeluruh dan
berbeda-beda. Hal ini dapat disebabkan oleh terbatasnya sufiks dari bahasa yang
dianalisis atau belum adanya analisis yang lebih mendalam mengenai sufiks.
Maka dari itu sufiks layak untuk diteliti lebih dalam lagi.
Sesuai dengan pernyataan sebelumnya sufiks dapat mengubah arti dan sudah
pasti mengubah kelas kata pada kata yang mengalami pembentukannya.
Perubahan kata yang terjadi setelah diberi imbuhan sufiks dapat berganti menjadi
beberapa kelas kata yaitu menjadi kelas kata nomina, verba, ajektiva dan adverbia.

B. Rumusan Masalah.

 Apa pengertian kata dan morfologi ?

 Apa saja kelas kata ?

 Bagaimana cara pembentukan kata ?

BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian kata dan morfologi.

Kata disebutnya sebagai bentuk minimal yang bebas, artinya bentuk itu dapat
diucapkan tersendiri, bisa dikatakan, dan bisa didahului dan diikuti oleh jeda yang
potensial.1

Pengertian kata menurut beberapa para sarjana :

 Leonard Bloomfield telah memberikan pengertian kata sebagai berikut (“


A set of postulates...”, minimum free from di jelaskan sebagai satu
bentuk yang dapat diujarkan tersendiri dan bermakna, tetapi bentuk itu
tidak dapat diujarkan tersendiri dan bermakna, tetapi bentuk itu tidak
dapat dipisahkan atas bagian – bagian yang satu di antaranya ( mungkin
juga semua) tidak dapat diujarkan tersendiri (bermakna). Keseluruhan
bentuk itu disebut kata.

 Charles F. Hockett berbicara pula tentang kata. Ia mencirikan kata


berdasarkan kesenyapan dan isobilitas (hockett, Acourse..., hlm.
166). “Determining Words Through Pause and Isolability”). Ia
memberikan definisi kata sebagai berikut: kata ialah tiap segmen
dari sebuah kalimat yang diapit oleh sendi -sendi yang berturut -
turut yang memungkinkan adanya kesenyapan.

 Anton Reichling, seorang linguis terkemuka dari Belanda, telah


memberikan definisi kata sebagai berikut : moment bahasa dapat
dipindah – pindahkan, dapat diisolasikan, dan dapat ditukar.

Demikian beberapa konsep kata dari sarjana. Dengan menguntip pendapat –


pendapat tersebut, igin kami petik beberapa hal yang penting yang dapat di
kemukakan sebagai patokan penentuan ciri – ciri kata. Konsep apapun yang
dikemukakan oleh para sarjana, ada gagasan – gagasan dasar yang dapat kami
sampaikan sebagai berikut:

1
Tatang Supratman,” PROSES MORFOLOGIS DALAM BAHASA INDONESIA” Analisis Bahasa Karya
Samsuri. 2008, hal. 3.
a. Kata mendapat tempat yang penting dalam analisis bahasa. Dan kata
adalah satu kesatuan sintaksis dalam tutur dan kalimat.

b. Kata dapat merupakan satu kesatuan penuh dan komplet dalam ujar sebuah
bahasa, kecuali partikel (bandingkan dengan definisi kalimat).2

Morfologi disebut juga ilmu bahasa yang mempelajari seluk beluk kata.
Verhaar (1984:52) berpendapat bahwa morfologi adalah bidang linguistik yang
mempelajari susunan bagian kata secara gramatikal. Begitu pula Kridalaksana
(1984:129) yang mengemukakan bahwa morfologi, yaitu (1) bidang linguistik
yang mempelajari morfem dan kombinasi-kombinasinya; (2) bagian dari struktur
bahasa yang mencakup kata dan bagian-bagian kata, yaitu morfem. Berdasarkan
definisi-definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa morfologi adalah bidang
linguistik yang mempelajari hubungan antara morfem yang satu dengan morfem
yang lain untuk membentuk sebuah kata.3

B. Kelas Kata.

Kelas kata termasuk salah satu topik yang selalu menjadi problem dalam
analisis bahasa. Dapat dikatakan bahwa tiap aliran, tiap zaman, mempunyai
caranya sendiri untuk membicarakan kelas kata. Istilah kelas kata disebut jenis
kata dalam tata bahasa tradisional, atau dalam bahasa Inggris parts of speech,
bahasa Belanda woordsoorten.

Pada umumnya para linguis struktural membedakan kelas kata atas 4


sampai dengan 5 golongan yang bear dengan pelbagail variasi. Walaupun nama
kelas kata itu masih tradisional, namun ciri yang dipergunakan adalah ciri
struktural berdasarkan distribusi. Kelas kata yang dibedakan itu berurut sebagai
berikut:

1. Kelas I = N (nomen) = B (benda)


2. Kelas II = V (verbum) = K (kerja)
2
Jos Daniel Parera, Morfologi (Jakarta: Gramedia Pustaka, 20017), h. 2-4.
3
Tatang Supratman,” PROSES MORFOLOGIS DALAM BAHASA INDONESIA” Analisis Bahasa Karya
Samsuri. 2008, hal. 2.
3. Kelas III = A (adjectivum) = S (sifat)
4. Kelas IV = Adv (adverbium) = P (petugas)
5. Kelas V = P (partikel) = P (petugas)
(kelas IV dan V sering dipergunakan dalam satu kelas saja.)4

Dalam makalah ini akan dijelaskan secara detail dari kelas-kelas kata yang sudah
disebutkan diatas.

1. Nomina
Nomina, yang sering juga disebut kata benda, dapat dilihat dari tiga segi,
yakni segi semantis, segi sintaksis, dan segi bentuk. Dari segi semantis,
kita dapat mengatakan bahwa nomina adalah kata yang mengacu pada
manusia, binatang, benda, dan konsep atau pengertian. Dengan demikian,
kata seperti guru, kucing, meja, dan kebangsaan adalah nomina. 5
2. Adverbia
Adverbia lazim disebut kata keterangan atau keterangan tambahan. Adverbia
disebut sebagai kata-kata yang bertugas mendampingi nomina, verba dan
adjektiva.6
3. Adjektiva
Adjektiva adalah kata yang memberikan keterangan yang lebih
khusus tentan sesuatu yang dinyatakan oleh nomina dalam kalimat.
Adjektiva yang memberikan keterangan terhadap nomina itu berfungsi
atributif. Contohnya kecil, berat, merah, dan bundar. 7
4. Numeralia
 Kata bilangan
Numeralia atau kata bilangan adalah kata-kata yang menyatakan
bilangan, jumlah, nomor, urutan dan himpunan.

4
Jost Daniel Parera, Bahasa morfologi (Jakarta: Gramedia, 2007), h. 5.
5
Hasan Alwi, Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia ( Jakarta: Balai Pustaka, 2000), .h. 213.
6
Abdul Chaesar, Morfologi bahasa Indonesia ( Jakarta: Rineka cipta, 2008), h. 83.

7
Soejono Dardjowidjojo, Tata bahasa baku bahasa indonesia ( Jakarta: Balai Pustaka,1988), h.
171.
 Kata bantu bilangan
Kata bantu bilangan disebut juga kata penjodoh bilangan, atau kata
penggolong bilangan adalah kata-kata yang digunakan sebagai
tanda pengenal nomina tertentu dan ditempatkan di antara kata
bilangan dengan nominanya.8
5. Preposisi
Jika ditinjau dari perilaku semantisnya, preposisi, yang juga
disebut kata depan, menandai berbagai hubungan makna antara konstituen
di depan preposisi tersebut dengan konstituen di belakangnya. Dalam frasa
pergi ke pasar, misalnya, preposisi ke menyatakan hubungan makna arah
antara pergi dan pasar. 9
6. Konjungsi
Konjungsi atau kata penghubung adalah kata-kata yang menghubungkan
satuan-satuan sintaksis, baik antara kata dengan kata, frase dengan frase,
klausa dengan klausa, atau kalimat dengan kalimat.10
7. Verba
Verba disebut juga kata kerja. Verba memiliki fungsi utama
sebagai predikat atau sebagai inti predikat dalam kalimat walaupun dapat
juga mempunyai fungsi lain. Verba mengandung makna inheren perbuatan
(aksi), proses atau keadaan yang bukan sifat atau kualitas. Verba,
khususnya yang bermakna keadaan, tidak dapat diberi prefiks ter- yang
berarti ‘paling’. Verba seperti mati atau suka, misalnya, tidak dapat diubah
menjadi termati atau tersuka. Pada umumnya verba tidak dapat bergabung
dengan kata-kata yang menyatakan makna kesangatan. Tidak ada bentuk
seperti agak belajar atau sangat pergi. 11
C. Pembentukan Kata.
8
Abdul Chaesar, Morfologi bahasa Indonesia ( Jakarta: Rineka cipta, 2008), h. 94.

9
Hasan Alwi, Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia ( Jakarta: Balai Pustaka, 2000), .h. 288.

10
Abdul Chaesar, op.cit., h. 98.
Pembentukan kata disebut juga morfologi. Sedangkan morfologi adalah subsistem
yang berupa proses yang mengolah leksem atau huruf menjadi kata. 12 Proses morfologi
disebut cara pembentukan kata-kata dengan menghubungkan morfem yang satu dengan
morfem yang lain. Morfem adalah fonem-fonem atau urutan fonem-fonem. Fonem yaitu
tiap bunyi.13

Jadi, proses morfologis adalah proses penggabungan morfem menjadi kata.


Proses morfologis meliputi (1) afiksasi, (2) reduplikasi, (3) perubahan intern, (4)
suplisi, dan (3) modifikasi kosong (Samsuri, 190—193). Namun, di dalam bahasa
Indonesia yang bersifat aglutinasi ini tidak ditemukan data proses morfologis yang
berupa perubahan intern, suplisi, dan modifikasi kosong. Jadi, proses morfologis
dalam bahasa Indonesia hanya melalui afiksasi dan reduplikasi.

 Afiksasi
Afiksasi menurut Samsuri (1985: 190), adalah penggabungan akar kata atau
pokok dengan afiks. Afiks ada tiga macam, yaitu awalan, sisipan, dan akhiran.
Karena letaknya yang selalu di depan bentuk dasar, sebuah afiks disebut awalan
atau prefiks. Afiks disebut sisipan (infiks) karena letaknya di dalam kata,
sedangkan akhiran (sufiks) terletak di akhir kata. Dalam bahasa Indonesia, dengan
bantuan afiks kita akan mengetahui kategori kata, diatesis aktif atau pasif, tetapi
tidak diketahui bentuk tunggal atau jamak dan waktu kini serta lampau seperti
yang terdapat dalam bahasa Inggris.

Yaitu proses yang mengubah leksem menjadi kata kompleks. Jenis-jenis afiks:

1. Prefiks, yaitu afiks yang diletakkan di muka dasar. Contohnya: me-, di-, ber-,
ke-, ter-, pe-, per-.

2. Infiks, yaitu afiks yang diletakkan didalam dasar kata. Contohnya: -el-, -er-,
-em-, -in-,

11
Soejono Dardjowidjojo, Tata bahasa baku bahasa indonesia ( Jakarta: Balai Pustaka,1988), h. 8.

12
Slamet Muljana, Kaidah Bahasa Indonesia (Jakarta: Djambatan, 1957), h. 199.
13
Samsuri, Analisis Bahasa (Jakarta: Erlangga1987), h. 190.
3. Sufiks, yaitu afiks yang diletakkan di belakang kata. Contohnya: -an, -kan, -i.

4. Simulfik, yaitu afik yang dimanifestasikan dengan ciri-ciri segmental yang


dileburkan pada dasar kata dan mempunyai fungsi membentuk verba atau
memverbalkan nomina, ajektifa atau kelas kata lain. Contoh: kopi-ngopi, soto-
nyoto, kebut-ngebut, sate-nyate.

5. Konfliks , yaitu afiks yang terdiri dari dua unsur satu dimuka bentuk dasar kata
dan satu dibelakang bentuk dasar kata. Contoh: ke-an (keadaan), per-an
(persahabatan).

6. Superfiks/suprafiks , yaitu afiks yang dimanifestasikan dengan ciri-ciri


suprasegmental atau afiks yang berhubungan dengan morfem suprasegmental,
afiks ini tidak ada dalam bahasa indonesia, biasanya kata superfiks atau suprafiks
dapat dijumpai dalam bahasa jawa. Contoh: suwe (lama) menjadi suwi (lama
sekali).

7. Interfiks, yaitu jenis infiks yang muncul diantara dua unsur dalam bahasa
indonesia interfiks terdapat pada kata-kata bentukan baru contohnya : -n- dan -o-,
Pada gabungan indonesia dan logi menjadi indonesianologi.

8. Transfiks, yaitu jenis infiks yang menyebabkan dasar kata menjadi terbagi
bentuk ini terdapat dalam bahasa-bahasa Afro-Asiatika, seperti dalam bahasa arab
contohnya : ktb dapat diberi transfiks a-a, i-a, a-i, dsb. Menjadi katab (menulis),
kitab (buku), kaatib (penulis).

9. Kombinasi afiks, yaitu kombinasi dari dua afiks atau lebih yang bergabung
dengan dasar kata. Contoh: memperkatakan, mempercayakan.

 Reduplikasi
Reduplikasi adalah proses pengulangan kata dasar baik keseluruhan maupun
sebagian. Reduplikasi dalam bahasa Indonesia dapat dibagi sebagai berikut:
a. pengulangan seluruh Dalam bahasa Indonesia perulangan seluruh adalah
perulangan bentuk dasar tanpa perubahan fonem dan tidak dengan proses afiks.
Misalnya: orang → orang-orang cantik →cantik-cantik
b. pengulangan sebagian. Pengulangan sebagian adalah pengulangan
sebagian morfem dasar, baik bagian awal maupun bagian akhir morfem.
Misalnya: tamu →tetamu berapa → beberapa.
c. pengulangan dengan perubahan fonem Pengulangan dengan perubahan
fonem adalah morfem dasar yang diulang mengalami perubahan fonem. Misalnya:
lauk →lauk-pauk gerak →gerak-gerik.
d. pengulangan berimbuhan. Pengulangan berimbuhan adalah pengulangan
bentuk dasar diulang secara keseluruhan dan mengalami proses pembubuhan
afiks. Afiks yang dibubuhkan bisa berupa prefiks, sufiks, atau konfiks. Perhatikan
data berikut! batu → batu-batuan hijau → kehijau-hijauan tolong → tolong-
menolong.14

Daftar Pustaka

Supratman, T. (2008). Proses Morfologi dalam Bahasa Indonesia. Analisis Bahasa Karya
Samsuri , 3-8.

14
Tatang Supratman,” PROSES MORFOLOGIS DALAM BAHASA INDONESIA” Analisis Bahasa Karya
Samsuri. 2008, hal. 3-8.

Anda mungkin juga menyukai