Anda di halaman 1dari 6

Mohamad Nizar, mohamadnizar66@gmail.com. Institut Teknologi Nasional, https://www.itenas.ac.

id/

PEMBENTUKAN KATA:
Pengantar studi sintaksis dalam bahasa Inggris

Pengantar
Menafsirkan suatu ujaran dengan serta merta melibatkan pengamatan terhadap makna
kata-katanya. Suatu rangkaian kata, misalnya dalam sebuah kalimat, setiap kata mempunyai
konsep yang disebut bentuk infleksional dan mengandung satuan leksikal dasar (leksem).
Chaer (2007: 2-6) menyatakan bahwa leksikon adalah “seperangkat leksem”, yang menyajikan
segala informasi tentang konsep, penggunaan, dan pengucapan kata dalam suatu bahasa.
Dengan demikian, ini memberikan pengetahuan leksikal. Sekumpulan leksem bukanlah suatu
kumpulan besar yang homogen, melainkan terdiri dari kategori-kategori nomina, verba,
ajektiva, proposisi, infleksi, determinator, adverbia komparatif, dan komplemen yang menurut
Newson et.al (2004: 5-6) merupakan kategori kata. Suatu ujaran mengandung kategori kata
yang terstruktur dan merupakan kajian tentang konteks kata dalam frasa, klausa, dan kalimat
dalam sistem bahasa (sintaksis). Newson dkk. (2004: 6-10) menjelaskan kategori kata yang
terbagi menjadi dua tipologi, yaitu tematik dan fungsional1. Nomina, verba, ajektiva, dan
preposisi merupakan kategori tematik. Kategori fungsi adalah infleksi, determinator, adverbia
komparatif, dan komplemen. Kategori-kategori tersebut tertanam dalam suatu ujaran yang
berkaitan dengan sintaksis. Pengamatan terhadap kata menjadi sangat krusial ketika berkaitan
erat dengan segala peristiwa berbahasa. Nampak bahwa kata-kata mempunyai kedalaman
penalaran ditinjau dari satuan kebahasaan baik dari segi satuan fonologis bahkan ortografis
(konkret), serta satuan sintaksis atau gramatikal (abstrak). Hal yang dikemukakan ini belum
menjelaskan paradigma kata dalam kasus ablatif pada beberapa bahasa dan kasus akusatif (lihat
Mathews 1974: 20-30).
Mengamati kata-kata itu canggih dan ini penting bagi peneliti linguistik yang
bertanggung jawab menjaga konsistensi kaidah bahasa Inggris. Pentingnya penelitian ditujukan
pada pengajaran bahasa Inggris dimana guru bertanggung jawab untuk membimbing cara kerja
bahasa Inggris baik tertulis atau lisan, bahasa ibu atau bahasa asing. Guru bertanggung jawab
untuk membimbing bagaimana menafsirkan bahasa lain ke dalam bahasa Inggris secara akurat.
Hal inilah yang menjadi perhatian kajian linguistik dalam bahasa Inggris saat ini. Artikel ini
hanya menyajikan pemikiran para ahli linguistik tentang kata dan contoh kasus lebih banyak
menyajikan pemikiran Mathews (1974 dan 1981). Hal ini akan mendorong peneliti untuk
mengeksplorasi sejumlah paradigma kasus leksem, yang memberikan lapangan luas untuk
penelitian sintaksis dalam bahasa Inggris. Itu sebabnya artikel ini ditulis hanya sebagai
pengantar analisis kata, membantu mahasiswa linguistik atau peneliti sintaksis pemula dalam
bahasa Inggris. Artikel ini terbuka untuk kritik demi perbaikan dalam pembahasan kata di masa
depan. Berikut daftar simbolnya untuk memudahkan membaca artikel ini.

[…] elemen fonetik


/…/ elemen fonologis
|…| bentuk kata
+ batas morfem
{…} elemen gramatikal
… jeda

1
Tipologi tematik adalah kategori kata yang mempunyai kandungan leksikal. Tipologi fungsional adalah
kategori tanpa konten leksikal yang memenuhi beberapa fungsi gramatika dalam struktur tertentu (see Newson
et.al:2004).
* tidak gramatikal atau tidak dapat diterima
= equivalent
Ø zero

Level Fonologis dan Proses Morfologis


Keberadaan kata tersebar dalam rangkaian atau struktur yang terdiri dari berbagai level
dalam linguistik 2. Mengidentifikasi kata berdasarkan satuan fonologisnya, misalnya silabi yang
terbentuk secara sistematis dari unsur terkecil artikulasi sekunder3, misalnya [collect] yang
konkrit secara fonetis, terdiri dari suku kata /kə/ dan /ˈlekt/, dan unsur terkecil dari suku kata
bebas pertama adalah /k/ dan /ə/ dan seterusnya. Bloomfield (1933:178) menyatakan bahwa
kata adalah bentuk bebas, yang seluruhnya terdiri dari (dua atau lebih) bentuk bebas yang lebih
kecil. Singkatnya, sebuah kata adalah bentuk bebas terkecil. Sejumlah kata dalam bahasa
Inggris hanya bersuku kata satu atau hanya memiliki satu silabi, seperti |bar|, |both|, |since|,
|strengthted|, dan juga artikel pasti |the| atau artikel tak pasti |a| atau |an|. Secara morfologis,
kata adalah satuan bahasa yang berbentuk morfem tunggal atau gabungan, atau berdiri sendiri
(morfem bebas). Secara morfologi pun, kata merupakan satuan terbesar dan satuan terkecilnya
adalah morfem. Mengamati kata juga mencakup segi bentuk kata dan leksem, misalnya, |collect|
merupakan bentuk atau penampakan suatu kata, merupakan unsur verba yang mengisi fungsi
predikat dalam kajian morfosintaksis (lihat juga Mathews 1974:20). Kridalaksana (2008:110)
mengartikan kata sebagai satuan terkecil dalam sintaksis yang timbul dari suatu leksem melalui
proses morfologi.

Hubungan Gramatikal
Mengamati kata-kata dalam diagram sintaksis (satuan gramatikal) bersifat abstrak.
Secara sintaksis, kata merupakan satuan terkecil yang secara hirarkis menjadi komponen atau
unsur yang membentuk satuan sintaksis yang lebih besar, yaitu frasa, klausa, dan kalimat.
Sebagai satuan terkecil dalam sintaksis, kata berperan sebagai pengisi fungsi sintaksis, dan
sebagai pemarkah kategori sintaksis, serta sebagai penghubung dalam satuan atau bagian dari
satuan sintaksis. Dalam suatu percakapan, kata berperan sebagai pengisi satuan sintaksis berupa
kata utuh atau kata fungsi. Kata utuh adalah kata yang secara leksikal mempunyai makna dan
mempunyai kemungkinan mengalami proses morfologi. Mereka merupakan kelas terbuka, dan

2 Aspek-aspek struktur bahasa yang dipertimbangkan dapat diselidiki secara mandiri, yaitu level fonologi, gramatika, dan
leksikon.
3 Ladefoged (2023) menerangkan, “When an approximant articulation occurs at the same time as another articulation is being

made at a different place in the vocal tract, the approximant is said to form a secondary articulation. There are special terms
for some of these possibilities. Added lip rounding is called labialization; it occurs in the formation of several English
sounds—e.g., during the pronunciation of the palato-alveolar fricative at the beginning of the word shoe. Raising of the front
of the tongue while simultaneously making another articulation elsewhere in the vocal tract is called palatalization. …
English; e.g., in the first consonant in the word leaf. Raising of the back of the tongue to form a secondary articulation is
called velarization; it occurs in the last consonant in the word feel, which therefore does not contain the same sounds as
those in the reverse order in the word leaf. Retracting of the root of the tongue while making another articulation is called
pharyngealization; ….”
Chandler (2021) menerangkan, “At the level of first articulation the system consists of the smallest meaningful units available
(e.g. morphemes or words in a language). In language this level of articulation is called the grammatical level. The
meaningful units at this level are complete signs, each consisting of a signifier and a signified. Where codes have recurrent
meaningful units (such as the Olympic sports pictograms and textile care symbols), they have first articulation. In systems
with double articulation, these signs are made up of elements from the lower (second) level of articulation. At the level of
second articulation, a semiotic code is divisible into minimal functional units which lack meaning in themselves (e.g.
phonemes in speech or graphemes in writing). These purely differential structural units (called figurae by Hjelmslev) are
recurrent features in the code. They are not signs in themselves (the code must have a first level of articulation for these
lower units to be combined into meaningful signs). These lower units are nonsignifying sign elements. In a code with both
levels (a 'double articulated' system) the function of these lower units is purely to differentiate the minimal meaningful units.
In language, the phonemes /b/, /p/ and /t/ are elements of second articulation, the function of which is to distinguish between
words, such as /pin/, /bin/ and /tin/, which are elements of the first articulation of language. In language, the level of second
articulation is thus a phonological level.”
dapat mandiri sebagai satuan tuturan, misalnya, |house|, |wind|, |man|. Kata fungsi adalah kata-
kata dan secara leksikal tidak mempunyai arti, tidak mengalami proses morfologi. Mereka
merupakan kelas tertutup dan tidak bisa mandiri dalam suatu ujaran, termasuk preposisi,
konjungsi, artikel, dan pronomina.
Istilah leksem diterapkan pada fenomena paradigmatik4, untuk menganalisis data
bahasa Inggris, misalnya, |sleeps|, |slept|, |sleeping| yang ketiganya berbeda secara gramatikal,
namun itu berasal dari leksem |sleep|, perbedaannya terletak pada paradigma infleksional5.
Amati (1), |sleeping| adalah paradigma derivasional6 atau perubahan bentuk kata atau leksem
verba |sleep| untuk nomina |sleeping|. Bentuk kata |sleeping| pada (2) merupakan paradigma
infleksional dari leksem verba |sleep|. Dua kasus |sleeping| adalah homonimus, sama dengan
kasus pada (3) dan (4). Bentuk kata |matches| pada (3) merupakan paradigma infleksional,
berasal dari leksem nomina |match|. Bentuk kata |matches| pada (4) adalah paradigma
infleksional |matches|, |matched|, |matching| yang berasal dari leksem verba |match|. Sejumlah
contoh telah ditunjukkan oleh Mathews (1974:23) yang mengandung leksem identik dan

(1) A sleeping bag


(2) She is sleeping soundly
(3) Wrestling matches were watched in stadium
(4) The commettee matches two footclubs on sundays

cobalah dengan kata yang lain. Kasus (5) dan (6) jelas berbeda. Bentuk kata (5) merupakan past
tense dan (6) merupakan perfect tense. Mereka berasal dari leksem verba |run| yang identik
dengan infleksi perfect verb |run|. Kasus serupa lainnya terdapat pada (7) dan (8), juga
menampilkan adegan yang sama. Dua bentuk kata |jumped| sangat identik secara fonetis dan
ejaan, tetapi secara gramatikal mempunyai batasan situasi atau peristiwa yang berbeda. Bentuk
kata |jumped| pada (7) adalah past tense tetapi (8) merupakan perfect tense, keduanya
merupakan paradigma infleksional dari leksem verba |jump|.

(5) She ran away


(6) She has run away
(7) She jumped
(8) She has jumped

Menganalisis sebuah kata dalam bentuk verba perfect tense |disappeared| seperti yang
dinyatakan oleh Mathews (1981: 50-54), itu adalah bentuk paradigma infleksional dari leksem
verba |disappear|. Cobalah dengan kata lain yang dapat dianalisis pada (9). Pisahkan secara
berurutan menjadi tiga unit, |Gembols Bank| sebagai proper name, |‘s| ditambahkan sebagai
reduksi |has|, dan perfect verb |unorganized|. Catatan bahwa perfect verb |unorganized|
mempunyai satuan terkecil, un + organize + ed, yang merupakan salah satu bentuk dalam
paradigma infleksional leksem verba |unorganize| dan berbeda dengan leksem verba |organize|.
Penempatan verba |unorganized| dalam paradigma ini harus dilihat dari kasus morfologi dan
sintaksis atau disebut juga kasus perfect morfosintax. Kasusnya adalah dua bentuk akar (root)
kompleks menurut konstruksi morfologi7.
4 Hubungan paradigmatik merupakan fenomena kebahasaan, yaitu dapat dipertukarkannya hubungan antara unsur-unsur bahasa
pada tingkat tertentu dengan unsur-unsur lain di luar tingkat tersebut. Sebuah kalimat seperti I wrote an article, nomina |I|
dapat ditukar oleh |he|, |we|, dll., verba |write| dapat ditukar oleh |read|, |see|, dll.
5 Perubahan bentuk kata yang menunjukkan berbagai hubungan gramatikal; termasuk deklinasi (perubahan) nomina,

pronomina, ajektiva. Konjugasi verba juga mencakup perubahan bentuk kata, yaitu penggolongan verba menurut tenses.
Perubahan bentuk kata karena adanya penambahan unsur pada suatu kata untuk menunjukkan hubungan gramatikal.
6 Suatu proses penambahan imbuhan non-infleksional pada asal (kata dasar) untuk membentuk kata.
7 Secara umum, jika sejumlah morfem digabungkan untuk menunjukkan suatu kata, maka akan dijelaskan di dalam morfologi.

Jika sejumlah morfem digabungkan untuk menunjukkan suatu frasa, maka akan dijelaskan di dalam sintaksis (Nida 1963:78).
(9) Gembols Bank’s unorganized

Prefiks |un-| adalah sebuah imbuhan atau afiks (morfem terikat), menunjukan makna 'not' atau
'the lack of', adalah sebuah pangkal (bukan inti) atau bukan sebuah akar (bukan akar).
Kemudian, digabungkan dengan |organize| sebagai morfem bebas, adalah pangkal/inti dan juga
sebagai akar. Sufiks |–ed| adalah sebuah proses sintakstik, jadi bentuk |organized| adalah sebuah
proses morfosintaktik. Sufiks |-ed| adalah sebuah proses sintaktik dalam satu paradigma
infleksional verba |unorganize| atau realisisai perfect tense dari verba |unorganized|. Dengan
demikian, struktur (9) mempunyai sedikitnya lima satuan terkecil, Gembols Bank + ‘s + un +
organize + ed. Pengamatan lain, dalam sintaksis ‘s + unorganized tidak terdiri dari dua unit
melainkan lima, yang masing-masing terkait dalam satu hubungan konstruksi {have} + {3rd
singular} + {un- + organize + past participle}. Reduksi |has| adalah |'s|, realisasi dari morfem
verba bantu |have|, serta morfem infleksional yang secara konvensional disebut third singular
yang termasuk dalam susunan kedua. Morfem berikutnya adalah |un-| yang biasa disebut
prefiks, kemudian |organize| digabungkan dengan perfect tense, muncul sebagai morfem
pengiring menjadi satu konstruksi dalam rangkaian bunyi /ˈôrɡəˌnīz/ ditambah /d/. Analisis
sintaksis lainnya, morfem infleksional |has| adalah sebagai realisasi dari morfem verba bantu
|have|. Hal ini disebabkan oleh tuntutan |Gembols Bank| sebagai nama diri dan sebagai subjek
third singular. Meskipun morfem infleksional |has| terikat oleh subjek, namun juga terikat oleh
verba perfect tense |unorganized| yang menuntut kehadiran morfem verba bantu |have|.
Kasus (9) dan 10 adalah sama, lagi-lagi dibagi menjadi tiga unit, dan kasus |has| adalah
analisis batas silang kecuali |un-| yang mendahului morfem |organize|. Verba perfect tense
|unorganized| dapat dipertukarkan dengan verba present progresive |unorganizing|, dan ini juga
merupakan morfem infleksional. Paradigma infleksional leksem verba |unorganze| adalah

(10) Gembols Bank’s unorganizing

morfosintaksis present progressive tense pada (10). Dalam tuturan lain, sufiks |–ing| adalah
proses sintaksis dalam paradigma infleksional verba |unorganize|, dan realisasinya adalah
bentuk verba present progreasive |unorganizing|. Dengan demikian, reduksi |‘s| setelah
|Gembols Bank| sebagai sebuah nama diri tidak lagi |has| melainkan |is|. Dengan penjelasan
demikian, ada pilihan yang cermat dalam menentukan kata sebagai unit fonologis, gramatikal,
dan leksikal.
Pembahasan kata saja tidak cukup untuk menunjukkan morfem itu, jika dirangkai
menjadi sebuah frase, harus mempunyai fungsi sintaksis dengan analisis seperti yang telah
dijelaskan. Amatilah (11) yang membahas bentuk |thinner| sebagai sebuah ajektiva komparatif
|thin|. Secara tradisional, |thinner| menuntut kehadiran |than| maka dalam satuan yang lebih luas
komposisinya adalah |than Enji|. Mengamati |thinner than Enji|, ambillah |thinner| ditempati
oleh |cuter| pada (12) atau |smarter| pada (13), dan |–er than| yang dapat dihilangkan menjadi
(14), tetapi tidak diterima pada (15), (16), and (17). Jadi, |-er than Enji| adalah sebuah unit
sintaksis dengan infleksional |–er| yang persis sejajar dengan kata |more|. Juga, |-er| adalah
satuan sintaksis yang disebut morfem komparatif. Kasus berikutrnya adalah |more graceful|
pada (18). Bentuk kata |more| adalah sebuah bentuk adverbia komparatif untuk menyertai

(11) Echa is thinner than Enji


(12) Echa is cuter than Enji
(13) Echa is smarter than Enji
(14) Echa is thin
(15) *Echa is thin than Enji
(16) *Echa is thinner Enji
(17) *Echa is thinner than

(18) Echa is more graceful than Enji


(19) Echa is more diligent than Enji
(20) Echa more friendly than Enji
(21) Echa is graceful

(22) *Echa is graceful than Enji


(23) *Echa is more graceful Enji
(24) *Echa is more graceful than

ajektiva |graceful|. Menelaah |more graceful than Enji|, bentuk kata |graceful| ditempati oleh
ajektiva |diligent| seperti pada (19) atau |friendly| pada (20). Juga, |more … than| bisa
ditanggalkan, jadilah seperti pada (21), namun konstruksi (22), (23), dan (24) tidak berterima.
Dengan demikian, ajektiva |graceful| adalah sebuah unit sintaktik dan |more … than Enji|
merupakan satuan sintaksis lain yang mempunyai saling ketergantungan satu sama lain (lihat
Mathews 1981:55). Kasus |more graceful than| adalah mengenai hubungan grammatikal bukan
dengan infleksi, tetapi disebut feriprastik yang diungkapkan dalam kata-kata terpisah karena
terdapat lebih dari dua silabi. Kasus |–er than| adalah non-perifrastik karena hal demikian itu
infleksional.
Setelah pembentukan periphrastic dibahas, Mathews (1981:59-63) menunjukkan bahwa
kasus dua nomina dapat dihubungkan dengan genitif. Amatilah (25) seperti yang telah
ditunjukkan Methews. Partikel |of| adalah sebuah morfem gramatikal, berguna sebagai
penghubung antarmorfem leksikal |dress| dan |queen|. Dalam konstruksi seperti itu, ia berfungsi
sebagai pemarkah gramatikal atau menyatakan sebagai modifikator gramatikal, menunjukkan
(suatu fungsi dalam sebuah kata atau) suatu bentuk dalam konstruksi yang diidentifikasi sebagai
genitif (atau konstruksi genitif), karena mengacu pada hubungan sinyal yang dapat dirasakan
(cue) antara dua morfem tersebut. Nimina |queen| berpotensi tergantikan oleh nomina lain

(25) The dresses of queen = Queen’s dresses

atau suatu nama diri, termasuk pluralia atau nominal. Bisa juga diawali dengan modifikator
artikel |the dress| atau |a dress|, pembilang |some dresses|, tanpa artikel |Ø dresses|, atau pluralia
demonstratif |these dresses|. Kasus (25) adalah sebuah kasus struktur terbuka (open set) karena
menerima elemen tambahan di kelas kata. Berbeda dengan (9), kasus |has| dan |organized|, yaitu
{have} + {3rd singular} + {organize + past participle}, yakni verba past participle |organized|
pada (9) adalah sebuah bentuk dalam suatu paradigma infleksional leksem verba |organize|, atau
telah melalui proses gramatika yang hanya memerlukan kehadiran |have| sebagai sebuah
pengikat past participle. Kasus ini menunjukkan verba past participle |organized| tidak terbuka
untuk menerima tambahan elemen lain kecuali |have| sebagai sebuah pemarkah past participle.
Kasus seperti ini disebut struktur tertutup (closed set).
Leksem verba |want| dan |ask| pada (26) dan (27) sebagai sebuah konstruksi infinitif, itu
tidak cukup bermakna tanpa dihubungkan oleh |to|. Fungsi |to| adalah sebuah pemarkah atau
modifikator infinitif, dan juga pengganti konstruksi |–ing| dalam participles, atau |–ing| sebagai
sebuah penanda partisipatif. Bentuk |to| dan |-ing| dalam konstruksi seperti itu adalah pemarkah

(26) I want to go
(27) She asks to leave
gramatikal atau menunjukkan ciri-ciri gramatikal (determinan). Mereka juga menunjukkan
(fungsi dalam sebuah kata atau) suatu bentuk dalam konstruksi yang diidentifikasi sebagai
infinitif |to| dan partisip |–ing|. Secara morfosintaksis, mereka menunjukkan proses morfemik
atau sintaksis kata. Pendekatan seperti itu juga memberikan argumen yang mendukung kasus
parikel |the| dan |an| sebagai pemarkah nomina atau verba bantu |have| dan |has| sebagai
pemarkah past participle.

Kesimpulan
Keberadaan kata tidak hanya terlihat pada satuan fonologis saja, melainkan juga pada
satuan gramatikal (sintaksis). Keberadaan kata juga dapat dibahas pada tataran morfem,
termasuk pembahasan tentang akar (root), pangkal (stem), inti (nuclous), dan bukan inti (non-
nuclous) dalam satuan yang lebih luas. Argumentasi mengenai struktur satuan morfem muncul
karena adanya kasus infleksional, sehingga pembahasan mengenai kata akan menjadi lebih
menarik. Amatilah kata dalam bahasa aglutinatif yang cenderung menunjukkan satuan
fonologis, seperti pada kasus ciri morfosintaksis present participle yang harus merujuk pada
orang, gender, dan jumlah. Walhasil, Analisis kata tidak hanya mengacu pada bagian-bagian
kata saja, namun sebenarnya pada setiap karakter dalam setiap kata secara keseluruhan.
Fenomena ini jelas menunjukkan bahwa rangkaian kata itu tidak terpisah-pisahkan dalam suatu
rangkaian. Sekali lagi, bagi para pemerhati sintaksis dalam bahasa Inggris, kata dalam berbagai
fenomenanya merupakan bidang penelitian yang melimpah di bidang linguistik.

Kutipan Karya
Bloomfield, Leonard. (1933). Language. The University of Chocago Press, Ltd., London.
Chaer, Abdul. (2007). Leksikologi dan Leksikografi Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.
Chandler, Daniel. (2021). Semiotics for Beginners, Last modified: 11/23/2021 [accessed
December 15, 2023]. http://surl.li/opuft.
Kridalaksana, Harimurti. (2008). Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia. Gramedia
Pustaka Utama.
Mathews, P.H. (1974). Morphology. An Introduction to the theory of world-structure.
(Cambridge Text-Books in Linguistics, I.) London: Cambridge University Press.
------- (1981). Syntax. Cambridge: Cambridge University Press.
Newson, et.al. (2004). Basic English Sintax with Exercise. [accessed December 15, 2023].
http://primus.arts.u-szeged.hu/bese/contents.htm
Nida, Eugene. (1963). Morphology. The Descriptive Analysis of Words. University of Michigan
Press.
Peter N. Ladefoged. (2023). Phonetics: Linguistics, Fact-checked by Last Updated: Dec 5, 2023
• Article History [accessed December 15, 2023]. http://surl.li/opulg ,

Anda mungkin juga menyukai