Anda di halaman 1dari 10

NAMA : SRI HASTUTI

NIM : A1B121097

KELAS : REGULER D

SEMESTER : 3 (TIGA)

PROGRAM STUDI : PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA & DAERAH

FAKULTAS : KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

MATA KULIAH : SEMANTIK

DOSEN : Drs. Albertus Sinaga, M.Pd.

RESUME:

Semantik adalah disiplin linguistik yang mengkaji sistem makna. Jadi, objeknya
makna. Makna yang dikaji dalam semantik dapat dikaji dari banyak segi, terutama teori atau
aliran yang berbeda dalam linguistic. Semantic terdiri atas semantic behaviorus, semantic
deskriptif, semantic generative, semantic gramatikal, semantic leksikal, semantic historis,
semantic logika dan semantic struktural. Teori yang mendasari dan dalam lingkungan mana
semantik dibahas membawa kita kepengenalan tentang jenis-jenis semantic
1. Semantik Behavioris
Pengagas behavioris sendiri adalah John Broadus Watson. Menurut Polmer dan
Pavlov dalam penelitiannya, semantik behavioris dipengaruhi oleh psikologi. Paham aliran
behavioris secara umum ditandai dengan hubungan antara rangsangan dan reaksi yang
digambarkan dengan makna. Berdasarkan sketsa itu makna berada dalam rentangan antara
stimulus dan respon. antara rangsangan dan jawaban. Makna ditentukan oleh situasi yang
berarti ditentukan oleh lingkungan. Karena itu, makna hanya dapat dipahami jika ada data
yang dapat diamati yang berada dalam lingkungan pengalaman manusia. Contoh: Seorang
Ibu yang menyuapkan bubur pada Sibayi
2. Semantik Deskriptif
Semantik deskriptif yakni kajian semantik yang khusus memperhatikan makna yang sekarang
berlaku. Makna kata ketika kata itu pertama kali muncul, tidak diperhatikan. Misalnya, dalam
bahasa Indonesia ada kata juara. Makna kata juara yang diperhatikan, yakni orang yang
medapat peringkat teratas dalam pertandingan, perlombaan atau di sekolah.
3. Semantik generatif
Konsep-konsep yang terkenal dalam aliran ini adalah: (1) kompetensi (competence), yaitu
kemampuan atau pengetahuan bahasa yang dipahami itu dalam komunikasi: (3) struktur luar, yaitu
unsur bahasa berupa kata atau kalimat yang seperti terdengar: dan (4) struktur dalam, yaitu makna
yang berada dalam struktur luar. Aliran ini menjadi terkenal dengan munculnya buku Chomsky tahun
1957 yang kemudian diperbarui.
Contoh : Ayam itu siap untuk makan pagi
4. Semantik gramatikal
Semantic framatikal adalah studi semantic yang khusus mengkaji makna. Semantik
gramatikal adalah studi simentik yang khususnya mengkaji makna yang terdapat dalam
satuan kalimat. Verhaar mengatakan Semantik gramatikal jauh lebih sulit dianalisis. Untuk
menganalisis kalimat masih duduk, kakak sudah tidur tidak hanya ditafsirkan dari kata-kata
yang menyusunnya. Orang harus menafsirkan keseluruhan isi kalimat itu serta sesuatu yang
ada dibalik kalimat itu. Sebuah kata akan bergesr maknanya apabila diletakkan atau
digabungkan dengan kata lain.
Contoh : Masih duduk, kakak sudah tidur
5. semantik historis
Semantik historis adalah studi semantik yang mengkaji sistem makna dalam rangkaian waktu.
Studi semantik historis ini menekankan studi makna dalam rentangan waktu, bukan
perubahan bentuk kata. Perubahan bentuk kata lebih banyak dikaji dalam linguistic
hoistoris.Asal-usul kata menjadi bagian studi etimilogi. Semantik ini membandingkan kata-
kata berdasarkan periode atau antara kata pada masa tertentu dengan kata pada bahasa yang
lain.
Contohnya dalam BI terdapat kata padi dan dalam bahasa jawa terdapat kata pari. Fonem/ d/
dan/ r/ berkorespondensi.
6. Semantik leksikal
pelopor semantik leksikal adalah verhaar, Menurut Verhaar (1978) cabang studi linguistik
yang meneliti makna leksikal disebut semantik leksikal.Semantik Leksikal adalah kajian
semantik yang lebih memfokuskan pada pembahasan sistem makna yang terdapat dalam kata
ataupun kalimat.sebuah kamus merupakan contoh yang tepat untuk semantik leksikal karena
makna setiap kata diuraikan disitu.jadi,pada hakikatnya semantik leksikal memperhatikan
makna yang terdapat didalam kalimat sebagai satuan mandiri meski tidak ada konteks
apapun.
contoh leksem buaya memiliki makna leksikal sejenis binatang melata
contoh leksikal pada kalimat : Petani di desa itu gagal panen karena serangan hama tikus.
Kata tikus dalam kalimat di atas mengandung makna leksikal yaitu sejenis binatang pengerat
yang dapat menyebabkan penyakit tifus dan merusak tanaman.
7. semantik Logika
Lyons (I, 1997:139) mengatakan “semantik logika adalah cabang logika modern yang
berkaitan dengan konsep-konsep dan notasi simbolik dalam analisis bahasa. Semantik logika
mengkaji sistem makna yang dilihat dari logika
8. semantic stukrtural
Penganut strukturalisme berpendapat bahwa setiap bahasa adalah sebuah sistem, sebuah
hubungan struktur yang unik yang terdiri dari satuan-satuan yang disebut struktur. Struktur
itu terjelma dalam unsur berupa fonem, morfem, kata, frasa, kalusa, kalimat, dan wacana
yang membaginya menjadi kajian fonologi, morfologi, sintaksis, dan wacana.
Contoh /c/ dan /j/ => kalau beridiri sendiri dia tidak bermakna seperti cari dan jari maka /c/
dan /j/ sudah berfungsi membedakan.

Dalam kajiannya, semantic menkaji tentang makna dan penerapannya. Untuk itu kita
harus mengetahui lebih lanjut tentang makna bahasa dalam kajian semantic. Makna kata
dapat dibedakan atas makna leksikal dan gramatikal, makna referensial dan nonreferensial,
makna denotative dan konotatif.
1. Makna Leksikal dan Gramatikal
Sebuah leksem adalah kosa kata. Jika kosakata disamakan dengan kata atau kosa kata, maka
leksem juga bisa disamakan dengan kata (Chaer, 1995: 60). Makna leksikal Dalam kajian
semantik, analisis makna dimulai dari yang terkecil sampai yang terbesar. Unit semantik
terkecil dari suatu bahasa adalah leksem. Kedudukan leksem dalam semantik sama dengan
kedudukan fonem dalam fonologi, dan morfem dalam morfologi abstrak sama dengan
leksem. Leksem inilah yang menjadi dasar kosa kata (Wijana dan Rohmadi, 2008: 22).
Dengan demikian, makna leksikal adalah makna yang bersifat leksikal, leksem dan kata.
Makna leksikal adalah makna yang sebenarnya berarti menurut acuannya menurut maknanya.
Perhatikan contoh berikut. (3) Adikku membersihkan kursi tamu. (4) Semua kursi diatur
dengan benar. (5) Anggota dewan bersaing untuk mendapatkan kursi. Arti leksikal kursi pada
contoh (3) dan (4) adalah tempat duduk dengan kaki dan punggung. Arti kursi dalam kedua
contoh mengacu pada kursi, tidak ada yang lain. Akan tetapi, yang dimaksud dengan kursi
pada contoh (5) bukan berarti penunjuk tempat duduk, melainkan posisinya. Makna kursi
pada contoh (5) tidak berkaitan dengan makna leksikal, melainkan makna lain, yaitu
kedudukan atau status. Dengan demikian, makna leksikal adalah makna sebenarnya dari
gambaran sebenarnya dari konsep yang dilambangkan.
Berbeda dari makna leksikal, yang dapat dikenali tanpa menggabungkan unsur-unsur
lain, makna gramatikal hanya dapat dikenali ketika satu unsur kebahasaan digabungkan
dengan unsur-unsur kebahasaan lainnya. Makna gramatikal muncul karena adanya proses
gramatikal. Makna ini berasal dari hubungan antara unsur-unsur kebahasaan dalam satuan
yang lebih besar, seperti kata turunan, frasa, atau kalimat. Perhatikan kalimat berikut. (6)
Sebuah mangga jatuh dari pohon. (7) Adik Mango Autumn. Kata jatuh pada kalimat (6)
berarti "jatuh atau meluncur ke bawah dengan cepat di bawah pengaruh gravitasi bumi". Kata
jatuh bisa jatuh (kalimat 7), yang artinya “tidak sengaja” (menangkap sesuatu yang jatuh).
Penyitaan yang sebenarnya tidak relevan. Perbaikan ini atau perbaikan lainnya hanya
memiliki arti jika digabungkan dengan elemen lain. Variasi makna penambahan "an" ini
bermacam-macam bentuknya.

2. Makna Referensial dan Non-Referensial


Makna referensi berhubungan langsung dengan pembungkusnya. Contoh kata lain dengan
makna referensial termasuk botol, plastik, lampu, topeng, kerudung, dll. Semua kata tersebut
memiliki referensi atau referensial yang memiliki arti referensial. dengan sumber referensi.
Makna ini memiliki hubungan dengan makna yang telah disepakati bersama. Misalnya, kata
air termasuk dalam pengertian referensial. Pengertian air adalah cairan jernih, tidak berwarna,
tidak berasa, dan tidak berbau yang secara kimiawi mengandung hidrogen dan oksigen, yang
diperlukan bagi manusia, hewan, dan tumbuhan. Contoh lain adalah kata kertas, yang
memiliki arti referensial. Kata kertas mengacu pada busur yang terbuat dari bubur kayu,
jerami, rumput, dll., Biasanya digunakan untuk menulis atau membungkus. Contoh lain dari
kata-kata dengan makna referensial termasuk botol, plastik, lampu, topeng, kerudung, dll.
Semua kata ini memiliki referensi atau kiasan, sehingga memiliki makna referensial.
Sedangkan makna non-referensial dalam studi semantik, arti referent mengacu pada sumber
atau rujukan kata tersebut. Jika referensi menjadi perhatian utama, makna non-referensial
adalah makna tanpa referensi. Misalnya, kata dan atau karena terkandung dalam pengertian
non-referensial karena tidak memiliki acuan.
3. Makna Denotatif dan Konotatif
Makna denotatif adalah makna sebenarnya, makna dasar, yang berkaitan dengan makna
sederhana atau dasar dan sesuai dengan kesepakatan masyarakat pengguna bahasa (Suwandi,
2008:80). Pateda (1989: 55) mengatakan bahwa makna denotatif mengacu pada acuan tanpa
"ekor". Menurut Chaer (1995: 65), makna denotatif sering juga disebut makna denotatif,
makna konseptual atau makna kognitif dari perspektif lain. Makna denotatif juga berkaitan
dengan makna referensial, karena makna denotatif tersebut terkadang berkaitan dengan hasil
pengamatan yang dilakukan dengan penglihatan, pendengaran, penciuman, dan perasaan
secara langsung. Oleh karena itu, makna denotatif mengacu pada informasi faktual yang
objektif. Selanjutnya Chaer (1995: 66) menghubungkan makna denotatif dengan makna
faktual. Kata ibu dan ibu memiliki makna denotatif yang sama “orang tua dari perempuan”.
Kata ayah dan ayah juga memiliki makna denotatif yang sama "orang tua dari wanita". Kata
ibu dan ibu, kata ayah dan ayah memiliki makna denotatif yang sama dalam contoh di atas,
tetapi memiliki nilai yang berbeda. Dalam masyarakat, kata ibu memiliki nilai rasa yang lebih
tinggi daripada kata mak. Kata ayah juga memiliki arti nilai yang lebih besar daripada kata
ayah. Kita mungkin bertanya mengapa ini bisa terjadi saat digunakan. Dalam masyarakat,
makna sebuah kata dapat menambah nilai karena pandangan dan nilai budaya masyarakat
tersebut. Akibatnya, ada banyak makna dan makna tambahan karena dipengaruhi oleh selera
dan budaya pengguna.

Makna denotasi sering disamakan dengan makna konotasi. Konotasi sebagai leksem
adalah seperangkat gagasan atau perasaan yang melingkupi leksem dan juga terkait dengan
rasa nilai yang diciptakan oleh leksem tersebut. Nilai indera berkaitan dengan rasa hormat,
suka/gembira, marah, gusar dan lain-lain (Suwandi, 2008: 83). Selain itu, Kelvin
mencontohkan penggunaan kata langsing dan kurus yang memiliki makna denotatif yang
sama. (11) Tubuhnya sangat ramping. (12) Tubuhnya sangat kurus. Jika mengacu pada
kondisi fisik seseorang, baik kurus maupun kurus berarti 'kurang berat'. Dalam
penggunaannya, kedua kata tersebut memiliki arti yang berbeda. Kurus mengacu pada berat
badan ideal yang biasanya diimpikan wanita, sedangkan kata kurus berkonotasi negatif
karena kekurangan makanan, gizi buruk atau penyakit. Jadi kata kurus memiliki arti yang
baik dan kata kurus memiliki arti yang buruk.

Selanjutnya setelah mengetahui jenis-jenis dari semantic. Kita juga harus mengetahui
ap aitu relasi makna dan apa saja yang termasuk relasi makna.
Relasi makna adalah salah satu topik yang dibahas dalam bidang semantik. Di sini,
hubungan kata, frasa, bahkan kalimat yang saling berhubungan dapat mencerminkan
perluasan, persamaan, pertentangan, dan ketercakupan makna. Dalam Pesona Bahasa. pada
hakikatnya relasi makna merupakan hubungan kemaknaan atau relasi semantik antara sebuah
kata atau satuan bahasa lainnya dengan kata atau satuan bahasa lainnya lagi. Berikut
merupakan jenis relasi makna
1. Sinonimi
Sinonim adalah satu dari sekian materi pelajaran bahasa Indonesia yang cukup menarik untuk
ditelusuri. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), sinonim diartikan sebagai
bentuk bahasa yang maknanya mirip atau sama dengan bentuk bahasa lain. Sederhananya,
sinonim adalah persamaan pengertian antara dua kata atau lebih yang membuat suatu kalimat
menjadi menarik.
Contoh:
Gejala-gejala awal yang ditimbulkan oleh Virus Korona tidak jauh berbeda dengan sakit
demam dan gangguan pernapasan pada umumnya. Sinonim dari umum adalah biasa.
2. Antonimi
antonim adalah hubungan semantik antara dua buah satuan ujaran yang maknanya
menyatakan kebalikan, pertentangan, atau kontras antara yang satu dengan yang lainnya.
Hubungan makna antara dua buah kata yang berantonim bersifat dua arah. Antonym disebut
juga oposisi. Oposisi sendiri merupakan hubungan pertentangan antara dua kata yang
menunjukkan perbedaan makna
contoh:
Hidup-mati
Semua itu telah diatur oleh yang maha kuasa. Termasuk hidup dan mati yang pasti kita lalui
3. Polisemi
polisemi
merupakan kata atau bentuk yang memiliki makna ganda yang bertalian.
Contoh: Tangan
-Abdel jatuh dari sepeda motor, jadi tangan kanannya harus dioperasi
-Sriayu adalah tangan tepercaya Pak Andri di kantornya.
Kata “tangan” dalam contoh kalimat pertama memiliki arti anggota tubuh,dalam contoh
kalimat kedua berarti kepercayaan.
4. homonimi, homofoni dan homografi
homonim artinya kata yang memiliki lafal dan ejaan yang sama, tetapi memiliki makna
berbeda. Hal ini karena kata tersebut sejatinya berasal dari sumber yang berlainan, misalnya
hak pada hak sepatu dan hak pada hak asasi manusia. Contoh lainnya:
Setelah digunakan, jangan lupa kerannya ditutup lagi dengan rapat.
Para panitia sedang mengadakan rapat untuk persiapan lomba.
Rapat pada kalimat pertama berarti tidak renggang, sedangkan rapat pada kalimat kedua
memiliki arti sebuah pertemuan. Kedua kata rapat ini memiliki ejaan yang sama namun
makna yang berbeda.
Homofon adalah dua buah kata yang ditulis berbeda dan juga memiliki makna yang
berbeda tetapi cara pengucapannya yang sama.
Contoh : Seperti kata rok (pakaian wanita) dan rock (aliran musik), massa (dalam perkataan
media massa) dan masa (waktu),bank (tempat menyimpan uang) dan bang (panggilan untuk
kakak)
Homograf adalah suatu ujaran yang memiliki makna dan cara pengucapan berbeda
tetapi tulisannya sama
Contoh:
''keset'' (bersih atau pembersih/pengelap kaki)
"tahu" (makanan atau situasi)
"serang" (perang atau nama tempat)
5. hiponimi dan hipernimi
Hiponim adalah suatu kata atau frasa khusus, atau memiliki arti khusus yang terkandung
dalam kelompok, jenis, atau satuan tertentu. Makna yang terkandung dalam hiponim tercakup
dalam arti yang lebih umum. Hipernim adalah kata umum dan disebut juga sebagai
superordinate. Hipernim mencakup makna yang terkandung dalam hiponim.
Contoh:
Di laut papua terdapat berbagai jenis ikan seperi ikan pari, hiu, paus, salmon, tuna dan lain-
lain. Hiponim: ikan pari, ikan hiu, ikan paus ikan salmon, ikan tuna Hipernim: ikan
6. ambiguitas
ambiguitas adalah bahwa semua bentuk memiliki arti yang berbeda karena interpretasi yang
berbeda dari struktur gramatikal bentuk Penggunaan kalimat ambigu menyebabkan informasi
yang disampaikan menjadi tidak tepat. Informasi yang tidak tersampaikan secara tepat dapat
menyebabkan masalah. Sehingga, penggunaan kalimat ambigu perlu dihindari dalam sebuah
tulisan.
Contoh: Rani sedang membaca majalah resep masakan baru. Kalimat tersebut dapat
bermakna sedang membaca majalah resep yang baru atau majalah tentang resep masakan
baru. Terdapat dua makna dari kalimat tersebut,
7. redudensi
Redundansi adalah berlebih-lebihan dalam penggunaan unsur segmental dalam suatu
bentuk ujaran. Contoh:
“Dia merupakan satu-satunya murid tercantik di kelas”.
Kalimat tersebut tidak akan berbeda maknanya dengan
“Dia adalah murid tercantik di kelas”
Selain itu makna juga terdiri dari berbagai jenis. Berikut merupakan jenis-jenis
makna:
1. Makna kata: kata dalam kamus Besar bahasa Indonesia diartikan sebagai satuan
terkecil dari bahasa yang dapat berdiri sendiri. Kata merupakan perwujudan perasaan dan
pikiran yang dituangkan melalui bahasa. Sebagai perwujudan perasaan dan pikiran, sehingga
kata memiliki sesuatu makna atau pengertian tertentu.
2. Istilah: istilah dalam kamus Besar bahasa Indonesia diartikan sebagai kata atau
gabungan kata yang menunjukkan makna, proses, konsep, keadaan atau sifat khas dalam
bidang tertentu istilah berbeda dengan kata, kata dapat memiliki makna yang berbeda jika
konteksnya berubah. Sedangkan istilah memiliki makna yang tetap atau khusus dalam bidang
tertentu.
3. Makna konseptual Dan makna asosiatif: makna konseptual yaitu makna yang sesuai
dengan konsep, makna yang sesuai dengan referensinya dan makna yang tidak memiliki
kertas atau hubungan apapun. Dengan demikian, makna konseptual sama dengan makna
referensial, leksikal dan denotatif. Sedangkan Makna asosiatif merupakan makna asosiasi
yang diartikan sebagai terbentuknya hubungan antara ide, ingatan atau kegiatan panca indra.
Makna asosiatif adalah simbol yang umum digunakan dalam masyarakat.
4. Makna ideotikal dan peribahasa: makna idiomatical merupakan frasa atau kalimat
yang menyimpang dari makna leksis maupun makna gramatikal kata frasa atau kalimat
tersebut. Memiliki makna sampingan atau bukan makna sebenarnya. Sedangkan Makna
peribahasa yaitu ungkapan yang dinyatakan secara tidak langsung namun ketika
menyampaikannya tersirat untuk suatu hal yang dapat dipahami pembaca atau pendengarnya
contohnya ada udang dibalik batu: maksudnya ada sesuatu yang tersembunyi
5. makna kiasan: kiasan atau ungkapan merupakan teknik pengungkapan bahasa yang
maknanya tidak menunjuk langsung terhadap objek yang ditunjuk. Ungkapan sangat jarang
didengar dalam kehidupan sehari-hari.
Salah satu studi tentang semantic adalah mempelajari tentang perubahan makna. Berikut
beberaap perubahan makna:
1. Peyorasi berasal dari bahasa Latin pejor yang artinya jelek atau buruk. Dalam KBBI,
peyorasi diartikan sebagai perubahan makan yang mengakibatkan sebuah ungkapan yang
lebih. tidak enak, tidak baik,dan sebagainya. Peyorasi terjadi jika makna suatu kata dianggap
memiliki nilai lebih rendah dari sebelumnya atau berkonotasi negatif.Peyorasi adalah
perubahan makna kata menjadi lebih jelek atau lebih rendah dibandingkan makna semula
atau sebelumnya.
Contoh : Sudiro bingung harus mencari kemana anak dan bininya.
Kata bini pada kalimat di atas merupakan peyorasi dari kata istri.
2. Ameliorasi
diartikan sebagai peningkatan nilai makna yang biasa atau buruk menjadi makna yang
baik.Ameliorasi terjadi apabila suatu kata memiliki makna konotasi lebih baik dari makna
sebelumnya. Perubahan amelioratif mengacu kepada peningkatan makna kata.Makna baru
dianggap lebih baik atau lebih tinggi nilainya dari pada makna sebelumnya
Contoh : Marwan memberikan cincin kepada calon istrinya.
Kata istri pada kalimat di atas merupakan ameliorasi dari kata bini.
3. Makna meluas (generalisasi)
Merupakan cakupan dan pemakaian makna sebuah kata sekarang lebih luas/ lebih banyak
daripada makna semula. Makna kata yang dahulunya sempit sekarang menjadi lebih luas.
Contoh : seluruh siswa putra diharapkan berkumpul di lapangan
Kata putra yang sekarang ditujukan untuk seluruh anak laki-laki. Sedangkan kata putra dulu
hanya dikhususkan untuk anak kandung saja.

4. Makna menyempit (spesialisasi)


Merupakan cakupan atau pemakaian kata sekarang lebih sempit/ terbatas daripada makna
semula.
Contoh : sinta bersekolah di madrasah dekat rumah nya
Kata madrasah dulu adalah sebutan untuk sekolah. Sekarang kata madrasah dikhusukan untuk
sekolah agama, khususnya agama islam.
5. Sinestesia
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) versi Kemendikbud mendefinisikan sinestesia
sebagai metafora berupa ungkapan yang bersangkutan dengan indra yang dipakai untuk objek
atau konsep tertentu, biasanya disangkutkan dengan indra lain.
Contoh: Perusahaan itu terkenal sangat pahit pada karyawannya.
Kata pahit = indra pengecapan bertukar dengan indra pengelihatan
6. Majas asosiasi
Merupakan majas yang membandingkan dua hal berbeda karena persamaan sifat. Secara
sederhana dapat dikatakan bahwa majas asosiasi berisi perbandingan dua hal berbeda yang
sengaja dianggap sama. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) sendiri, kata asosiasi
memiliki definisi tautan ingatan pada orang atau barang lain.
Contoh Majas Asosiasi dalam Kalimat :
Wajahnya bagai pinang dibelah dua
7. Apelativa adalah penyebutan sesuatu berdasarkan:
- anamatope atau tiruan bunyi, contoh: cecak, tokek
- perbuatan, contoh: kuli tinta (wartawan), kawin hansip
- penemu, contoh: ikan mujair

Anda mungkin juga menyukai