Anda di halaman 1dari 13

WORKSHOP I SINTAKSIS BAHASA INDONESIA

Kelompok 2

Gregorius Rollando/191224004

Cindy Amelia/191224014

Antonius Nakulo/191224018

Yovita Mella/191224020

1. Definisi sintaksis para pakar :

PAKAR DALAM NEGERI PAKAR LUAR NEGERI


Ramlan (2001 : 18) sintaksis adalah ilmu Menurut Guiraud (1970 : 11) sintaksis
yang mempelajari adalah studi tentang hubungan kata-
kata/frasa/klausa/kalimat yang satu dengan kata di dalam wacana.
lain. Dalam arti lain disebutkan bahwa
sintaksis adalah ilmu yang mempelajari
seluk-beluk wacana, kalimat, klausa,
dan frasa.
Arifin dan Junaiah (2008 : 1) sintaksis Miller (1986 : 45) sintaksis adalah
adalah cabang ilmu linguistik yang merupakan kumpulan kata yang mana
membahas mengenai hubungan menjadi dasar dalam membentuk
antarkata dalam tuturan, yang mana frasa, klausa, dan kalimat.
meliputi frasa, klausa, dan kalimat.
Kridalaksana (2001 : 199) sintaksis adalah Ricard (1999 : 285) sintaksis adalah studi
cabang ilmu linguistik yang yang mengenai kata-kata yang terkombinasi
memepelajari pengaturan dan hubungan menjadi sebuah bentuk kalimat
antara kata dalam membentuk frasa, dengan berbagai ketentuan.
klausa, dan kalimat.
Muliono (1988 : 101) sintaksis adalah Stryker dan Tarigan (1989 : 21) sintaksis
studi kaidah kombinasi kata menjadi adalah telaah mengenai pola-pola yang
satuan yang lebih besar berupa frasa, diperlukan sebagai sarana untuk
klausa, dan kalimat. menghubungkan kata menjadi
kalimat.
Manaf (2009 : 3) sintaksis adalah cabang Verhaar (1989 : 70) sintaksis adalah ilmu
ilmu linguistik yang meninjau mengenai yang menyelidiki semua hubungan
struktur internal kalimat yaitu, frasa, antarkata dan antarkelompok kata
klausa, dan kalimat. atau antarfrasa dalam satuan dasar
sintaksis, yakni kalimat.

2. Lingkup pembicaraan atau kajian dari sintaksis adalah wacana, kalimat, klausa, dan frasa.
Artinya dalam sintaksis objek kajian wacana menjadi yang paling tinggi menuju frasa
yang merupakan objek kajian paling rendah. Keempat lingkup kajian sintaksis ini senada
dengan rumusan Ramlan (1981) yang mengatakan bahwa kajian sintaksis adalah wacana,
kalimat, klausa, dan frasa. Wacana adalah satuan gramatikal tertinggi yang berbentuk
karangan utuh atau paragraf. Kemudian kalimat adalah satuan gramatik dengan jeda
panjang disertai nada akhir turun atau naik. Selanjutnya klausa adalah satuan gramatik
yang terdiri atas predikat yang disertai dengan subjek, objek, pelengkap, maupun tidak.
Frasa adalah satuan gramatik yang terdiri atas dua kata atau lebih yang tidak melebihi
batas fungsi.
(Kedudukan dan Ruang Lingkup Sintaksis, Modul 1, Joko Santoso, M. Hum.)
3. Keterkaitan antara sintaksis dan cabang ilmu bahasa lainnya dijabarkan sebagai berikut:
 Sintaksis dengan Fonologi
Frasa, klausa, dan kalimat dalam pengucapannya tidak terlepas dari nada dan
intonasi. Hal tersebut membuktikan bahwa ada keterkaitan anatara sintaksis dan
fonologi. Nada dan intonasi yang digunakan dalam sebuah frasa, klausa atau
kalimat merupakan salah satu bagian dari unsur suprasegmental yang dipelajari
dalam fonologi. Pengucapan bunyi yang bervariasi atau alofon keberadaannya
tidak terlepas dari kata yang membentuk frasa, klausa, dan kalimat.
Contoh 1 : Kalimat “Kamu mencuri?”
kalimat diatas memiliki nada dan intonasi yang berbeda apabila diucapkan oleh
seseorang yang sedang marah,bertanya,terkejut atau bersedih.
Contoh 2 : Kalimat “ Jauhilah keset!”
Dalam kalimat diatas terdapat kata “keset” yang memiliki lebih dari satu arti jika
diucapkannya dengan pengucapan yang berbeda yaitu kata /kesét/ dalam bahasa
jawa yang berarti malas dan /kését/ yang berarti pengesat kaki.
 Sintaksis dengan morfologi
Frasa, klausa dan kalimat dibentuk oleh kata-kata. Kata-kata yang membentuk
frasa, klausa dan kalimat memiliki kategori atau kelas kata yang dibahas dalam
morfologi. Hal tersebut membuktikan bahwa sintaksis dan morfologi memiliki
keterkaitan satu sama lain.
Contoh 1 : frasa “seorang nenek”
Frasa diatas dibentuk dari kata seorang yang berasal dari kelas kata
pronomina, dan kata nenek berasal dari kelas kata nomina.
Contoh 2 : klausa “roket meluncur”
Klausa diatas dibentuk dari kata roket yang berasal dari kelas kata nomina
dan kata meluncur berasal dari kelas kata verba intransitif
Contoh 3 : kalimat “Astaghfirullah, ayah ditangkap KPK ?
Kalimat diatas dibentuk dari kata astaghfirullah yang berasal dari kelas
kata fatis, ayah sebagai objek yang berasal dari kelas kata nomina,
ditangkap yang berasal dari kata verba transitif, dan kata KPK yang
dibentuk dengan proses morfologis yaitu penyingkatan atau Akronim.
 Sintaksis dengan semantik
Kalimat merupakan gabungan bentuk dan makna. Semantik adalah cabang ilmu
bahasa yang membahas tentang makna kata dan makna kalimat. Dalam tataran
sintaksis yang berupa frasa, klausa dan kalimat, didalamnya terdapat makna
gramatikal dan leksikal. Menurut Veerhar dalam bukunya pengantar linguistik
(1979) menyebutkan beberapa istilah untuk menunjuk arti gramatikal antara lain
pelaku, tindakan, pengalaman, keadaan, hubungan, milik, tujuan, penerima, alat,
tempat, waktu, sebab, keberlangsungan, tindakan reflektif.. Oleh sebab itu benar
bahwa sintaksis dan semantik saling berkaitan
Contoh 1 : “Polisi mengatur lalu lintas di jalan protokol”
Arti gramatikal : polisi: pelaku
Mengatur: tindakan aktif
Lalu lintas : tujuan
Di jalan protokol: tempat
Arti leksikal : polisi : anggota badan pemerintah (pegawai negara yang
bertugas menjaga keamanan dan sebagainya )
Mengatur : membuat (menyusun) seuatu menjadi teratur
(rapi) ; menata
Lalu lintas : perihal perjalanan dijalandan sebagainya
Jalan protokol :jalan utama dikota-kota besar; jalan yang menjadi pusat keramain
lalu lintas.
 Sintaksis dengan Pragmatik
Sama halnya dengan hubungan sintaksis dengan ilmu bahasa yang lain, sintaksis
dan pragmatik juga memiliki keterkaitan. Perlu diketahui terlebih dahulu bahwa
kajian dari sintaksis adalah kalimat, sedangkan pragmatik adalah ujaran. Dalam
sintaksis, struktur kalimat menjadi kajian. Misalnya pada kalimat :
Apakah kamu bisa mengantar barang ini?
Contoh di atas meunjukkan bahwa pada kalimat ini memiliki stuktur yang sesuai
dengan syarat kalimat itu sendiri sebagai kalimat tanya atau interogatif. Pragmatik
tidak berhenti sampai di situ. Pragmatik mengkaji kalimat dalam komunikasi.
Sebagai contoh pada kalimat yang sama di atas :
Apakah kamu bisa mengantar barang ini?
Dalam pragmatik, kalimat di atas bukan hanya termasuk kalimat tanya, melainkan
menyuruh seseorang untuk melakukan sesuatu. Maka dalam pragmatik maksud
dari ujaran yang berasal dari kalimat menjadi kajian. Tampak bahwa sintaksis dan
pragmatik memiliki hubungan yang mengkaji kalimat, namun berbeda pada
tinjauan mendalamnya. Jika sintaksis mengkaji kalimat secara struktural,
pragmatik mengkaji kalimat dalam komunikasi sebagai bentuk ujaran.
4. Hubungan sintagmatik dan paradigmatik dalam sintaksis :
 Hubungan sintagmatik
Frasa, klausa dan kalimat yang dipelajari dalam sintaksis terbentuk dari unsur-
unsur kata. Unsur unsur itu mempunyai hubungan yang tetap. Kita tidak boleh
menempatkan unsur-unsur kata tersebut semau kita supaya frasa, klausa dan
kalimat tersebut memiliki makna yang sesuai dengan yang dimaksud. Hubungan
unsur-unsur kata dalam tataran tersebut disebut hubungan sintagmatik. Namun
pada tataran sintaksis urutan kata dalam kalimat kadang-kadang boleh diubah
tanpa mengubah arti, bergantung pada adanya hubungan sintagmatik. Hubungan
sintagmatik dapat diuji dengan cara permutasi yaitu perubahan urutan satuan-
satuan unsur bahasa.
Contoh 1:
Besok puasa mulai
Puasa mulai besok
Mulai besok puasa
Contoh diatas diuji dengan cara permutasi dan hasilnya tidak mengubah makna
Contoh 2:
ayah meminum kopi
Kopi meminum ayah
Contoh diatas diuji dengan cara permutasi dan memperoleh makna yang berbeda.
 Hubungan paradigmatik
Hubungan paradigmatik adalah hubungan yang memiliki penyesuain tertentu
secara sistematis antara satuan-satuan bahasanya. Hubungan paradigmatik
menunjukan bahwa satuan-satuan bahasa tersebut termasuk kedalam satu kelas.
Pada tataran sintaksis hubungan paradigmatik ditunjukan dengan adanya
hubungan antara satuan-satuan bahasa yang teramasuk dalam satu kelas kata.
Contoh 1 : “anjing mencuri ayam goreng dimeja makan”
Adik
Kucing
Tikus
Contoh 2 :” ibu mencuci piring di dapur”
Menata
Memecahkan
Mengelap
Dalam contoh 1 ditunjukan adanya hubungan antara satuan-satuan bahasa
termasuk dalam kelas kata nomina sedangkan dalam contoh 2 ditunjukan adanya
hubungan antara satuan-satuan bahasa termasuk dalam kelas kata verba.
PENDALAMAN MATERI

1. Analisis kategori, fungsi, dan peran


a) “seorang pelajar sedang belajar di perpustakaan”

 Kategori : seorang pelajar adalah frasa nomina, sedang belajar adalah


frasa verba, di perpustakaan adalah frasa adverbia.

 Fungsi : seorang pelajar (S), sedang belajar (P), di perpustakaan


(Keterangan tempat).

 Peran : Seorang pelajar sebagai pelaku, sedang belajar berperan sebagai


tindakan, dan di perpustakaan berperan sebagai tempat.

b) “adik kejatuhan mangga di halaman rumah”

 Kategori : Adik merupakan nomina, kejatuhan merupakan verba, mangga


merupakan nomina, di halaman rumah merupakan frasa adverbial.

 Fungsi : Adik (S), kejatuhan (P), mangga (Pel), di halaman rumah


(Keterangan tempat).

 Peran : Adik berperan sebagai sasaran, kejatuhan sebagai hasil, mangga


sebagai pelaku, dan di halaman rumah sebagai tempat.

c) “Ibu membelikan adik layang-layang di pasar”.

 Kategori : Ibu merupakan nomina, membelikan adalah verba, adik


merupakan nomina, layang-layang merupakan nomina, di pasar
merupakan frasa adverbial.

 Fungsi : Ibu (S), membelikan (P), adik (O), layang-layang (Pel), di pasar
(Keterangan tempat).

 Peran : Ibu sebagai pelaku, membelikan sebagai tindakan, adik sebagai


sasaran, layang-layang sebagai hasil.

d) “Rumah dosenku bercat biru”.

 Kategori : Rumah dosenku merupakan frasa nomina, bercat biru


merupakan frasa adjektiva.
 Fungsi : Rumah dosenku (S), bercat biru (Pel).

 Peran : Rumah dosenku berperan sebagai tempat, bercat biru berperan


sebagai keadaan.

e) “kampusku menyelenggarakan program magang di perusahaan-perusahaan


pada tahun ini”

 Kategori : kampusku merupakan frasa adverbial, menyelenggarakan


termasuk kategori verba, program magang merupakan frasa nomina, di
perusahaan-perusahaan pada tahun ini merupakan frasa adverbial.

 Fungsi : Kampusku (Keterangan tempat), menyelenggarakan (P), program


magang (O), di perusahaan-perusahaan pada tahun ini (Keterangan
tempat dan waktu).

 Peran : Kampusku berperan sebagai pelaku, menyelenggarakan sebagai


tindakan, program magang sebagai sasaran, di perusahaan-perusahaan
berperan sebagai penanda tempat, pada tahun ini berperan sebagai
penanda waktu.

2. Kedudukan dan lingkup sintaksis


 Sintaksis dengan Morfologi
Sintaksis merupakan suatu kemampuan bahasa yang meliputi kemampuan
membangun frasa dan kalimat yang berasal dari kata. Sintaksis dengan
morfologi  memiliki keterkaitan, karena sintaksis dengan morfologi adalah
bagian dari subsistem tata bahasa. Morfologi membahas struktur kata lebih
dalam. Di dalam morfologi, satuan terkecilnya adalah morfem, sedangkan
yang paling besar adalah kata. Sedangkan sintaksis  membahas mengenai
struktur yang lebih besar dibandingkan dengan kata, yakni dimulai dari frase
sampai kepada kalimat.  Dengan kata lain, sintaksis lebih focus untuk
menyelidiki seluk-beluk frase, klausa, kalimat, dan wacana. Jadi, dapat
disimpulkan bahwa kata dalam morfologi  merupakan satuan yang paling
besar, sedangkan di dalam sintaksis merupakan satuan yang paling  kecil..  
Contoh :
Pria itu melemparkan bola baru.
Struktur intern setiap kata pada kalimat di atas dibicarakan dalam morfologi,
misalnya:
kata pria terdiri dari satu morfem,
kata itu terdiri dari satu morfem,
kata melemparkan terdiri dari tiga morfem, yaitu:

meN-, lempar, dan –kan,


kata bola terdiri dari satu morfem, dan
kata baru terdiri dari satu morfem.

Dalam sintaksis struktur antarkatanya sebagai berikut :


frase pria itu sebagai subjek,
kata melemparkan sebagai predikat, dan
frase bola baru sebagai subjek.

 Sintaksis dengan Fonologi

Fonologi adalah salah satu cabang linguistik yang mempelajari tentang bunyi.
Dalam fonologi, dua istilah unsur yakni unsur segmental dan suprasegmental.
Unsur segmental sendiri merupakan unsur yang ada di dalam kata-kata yang
diucapkan di antaranya meliputi konsonan, vokal, diftong, kluster. Sedangkan
unsur suprasegmental adalah unsur yang  meliputi lafal, jeda atau kesenyapan,
intonasi, dan ritme. Unsur suprasegmental dapat juga disebut dengan jeda,
karena mengisyaratkan batas bagian tuturan yang satu dengan tuturan yang
lain. Jeda yang menandai batas kalimat ialah jeda panjang yang dilambangkan
dengan palang ganda (#), diletakkan di awal dan di akhir kalimat. Jeda yang
menandai batas klausa ialah jeda sedang yang dilambangkan dengan garis
miring rangkap (//). Jeda yang menandai batas frasa ialah jeda pendek yang
dilambangkan dengan garis tunggal (/). (Surono, 2014: 3-4)
Dari penjelasan tersebut, sudah dapat disimpulkan bahwa fonologi dengan
sintaksis memiliki keterkaitan antara satu dengan yang lain, yaitu dengan
dibuktikannya jeda yang merupakan unsur suprasegmental ternyata menjadi
batas atau segmentasi frasa, klausa, dan kalimat dalam sintaksis.
 Sintaksis dengan Pragmatik
Sama halnya dengan hubungan sintaksis dengan ilmu bahasa yang lain,
sintaksis dan pragmatik juga memiliki keterkaitan. Perlu diketahui terlebih
dahulu bahwa kajian dari sintaksis adalah kalimat, sedangkan pragmatik
adalah ujaran. Dalam sintaksis, struktur kalimat menjadi kajian. Misalnya
pada kalimat Apakah kamu bisa mengantar barang ini?
Contoh di atas meunjukkan bahwa pada kalimat ini memiliki stuktur yang
sesuai dengan syarat kalimat itu sendiri sebagai kalimat tanya atau interogatif.
Pragmatik tidak berhenti sampai di situ. Pragmatik mengkaji kalimat dalam
komunikasi. Sebagai contoh pada kalimat yang sama di atas :
Apakah kamu bisa mengantar barang ini?
Dalam pragmatik, kalimat di atas bukan hanya termasuk kalimat tanya,
melainkan menyuruh seseorang untuk melakukan sesuatu. Maka dalam
pragmatik maksud dari ujaran yang berasal dari kalimat menjadi kajian.
Tampak bahwa sintaksis dan pragmatik memiliki hubungan yang mengkaji
kalimat, namun berbeda pada tinjauan mendalamnya. Jika sintaksis mengkaji
kalimat secara struktural, pragmatik mengkaji kalimat dalam komunikasi
sebagai bentuk ujaran.

 Sintaksis dengan Semantik


Dalam pemilihan kata pada sintaksis diperlukan bantuan dari semantik. Agar
membentuk sebuah kata yang tepat. Misalnya untuk menentukan apakah
sebuah kaimat itu merupakan kalimat berita atau deklaratif, kalimat perintah
atau imperatif, dan kalimat tanya atau interogatif. Penentuan tersebut
berdasarkan isi kalimat atau maknanya, yang kita tahu merupakan ranah dari
semantik.
Kemudian, untuk menganalisis peran konstituen kalimat, sintaksis
membutuhkan bantuan dari semantik. Fungsi-fungsi sintaksis seperti subjek,
predikat, objek, secara kategorial diisi oleh nomina, verba, adjektiva,
adverbia, dsb, dan secara semantik diisi oleh peran agentif, aktif, objektid,
benefaktif. (Surono, 2014: 5)

3. Frasa dan klausa


Frasa dan klausa merupakan unsur pembentuk kalimat. Namun keduanya adalah hal
yang berbeda. Frasa merupakan satuan yang terdiri atas dua kata atau lebih yang
menduduki satu fungsi dalam kalimat (tidak melebihi batas fungsi). Selain itu frasa
bersifat nonpredikatif (tidak memiliki predikat). Ciri-ciri frasa antara lain terdiri atas
dua kata atau lebih, menduduki fungsi dalam kalimat, dan bersifat nonpredikatif.
Klausa adalah satuan bahasa yang terdiri atas beberapa kata yang mana sekurang-
kurangnya adalah subjek dan predikat. Klausa berpotensi menjadi kalimat karena
sekilas sama dengan kalimat. Perbedaannya tampak pada ketiadaan intonasi serta
tanda baca pada klausa. Maka pada contoh :
a) Laptop baru buatan Jepang
Contoh pertama merupakan frasa. Mengapa? Karena tidak memiliki
predikat (nonpredikatif). Selain itu tidak melebihi batas fungsi, yang
artinya hanya menduduki satu fungsi saja seperti subjek.
b) Laptop baru buatan Jepang itu tidak mudah rusak
Sesuai dengan definisi dan ciri-ciri di atas, contoh kedua adalah klausa.
Hal ini tampak pada struktur subjek dan predikat di dalamnya, namun
tidak disertai dengan intonasi dan tanda baca.
c) Bahwa laptop baru buatan Jepang itu tidak mudah rusak sudah diketahui
oleh para mahasiswa.
Contoh terakhir merupakan kalimat karena secara struktur memenuhi
syarat sebagai sebuah kalimat. Selain itu pada bagian akhir diikuti tanda
baca. Kemudian dapat diuji dengan mengubah struktur dari objek menjadi
subjek dengan mengubah predikat pasif menjadi aktif. Maka contoh
terakhir merupakan kalimat.
4. Relasi dan hierarki

Jakarta dan Semarang mengalami banjir besar pada tahun ini

Relasi sintagmatik :
Jakarta dan Semarang mengalami banjir besar pada tahun ini
1. Pada tahun ini Jakarta dan Semarang mengalami banjir besar

2. Jakarta dan Semarang pada tahun ini mengalami banjir besar

3. Mengalami banjir besar pada tahun ini Jakarta dan Semarang

Kalimat nomor 1 dan 2 memiliki persamaan makna dengan kalimat asal, sedangkan
kalimat nomor 3 tidak bermakna.
Relasi paradigmatik :
Jakarta dan Semarang mengalami banjir besar pada tahun ini
↕ ↕ ↕
Malang dan Surabaya hujan lebat pada minggu ini
↕ ↕ ↕
Bogor dan Bandung tanah longsor bulan
↕ ↕ ↕
Palu dan Donggala tsunami tahun
Jakarta dan Semarang sebagai subjek berkategori adverbial yang dapat dipertukarkan
dengan pilihan posisi subjek berkategori sama yaitu pada kata (“Malang dan Surabaya”,
“Bogor dan Bandung”, “Palu dan Donggala”). Banjir besar sebagai objek berkategori
verba yang dapat dipertukarkan dengan pilihan objek berkategori sama yaitu pada kata
(“hujan lebat”, “tanah longsor”, “tsunami”). Kata Tahun sebagai keterangan waktu
berkategori nomina yang dapat dipertukarkan dengan pilihan posisi keterangan
berkategori sama yaitu pada kata (“ minggu, bulan, hari”).
Yogyakarta dan Surakarta terbebas dari banjir besar pada tahun ini
Relasi sintagmatik :
1. Pada tahun ini Yogyakarta dan Surakarta terbebas dari banjir besar

2. Pada tahun ini banjir besar terbebas dari Yogyakarta dan Surakarta
3. Yogyakarta dan Surakarta pada tahun ini terbebas dari banjir besar

4. Banjir besar terbebas dari Yogyakarta dan Surakarta pada tahun ini

Kalimat nomor 1 dan 3 memiliki persamaan makna dengan kalimat asal, sedangkan
kalimat nomor 2 dan 4 tidak bermakna.
Relasi paradigmatik :
Yogyakarta dan Surakarta terbebas dari banjir besar pada tahun ini
↕ ↕ ↕ ↕
Sleman dan Bantul terhindar tanah longsor hari
↕ ↕ ↕ ↕
Sulawesi Selatan terdampak gempa bumi minggu
Yogyakarta dan Surakarta sebagai subjek berkategori adverbial yang dapat dipertukarkan
dengan pilihan posisi subjek berkategori sama yaitu pada kata (“Sleman dan Bantul”,
“Sulawesi Selatan”). Terbebas sebagai predikat berkategori verba yang dapat
dipertukarkan dengan pilihan predikat berkategori sama yaitu pada kata (“terhindar” dan
“terdampak”). Kata banjir besar sebagai objek berkategori verba yang dapat
dipertukarkan dengan pilihan posisi objek berkategori sama yaitu pada kata (“ tanah
longsor, gempa bumi”). Kata tahun sebagai keterangan berkategori nomina yang
dapat dipertukarkan dengan pilihan posisi keterangan berkategori sama yaitu pada kata (“
hari, minggu”).

Anda mungkin juga menyukai