Anda di halaman 1dari 10

1.

Jelaskanlah hubungan morfoogi dengan bidang ilmu berikut:

a. etimologi

b. leksikologi

c. sintaksis

2. Jelaskanlah konsep dari afiksasi, reduplikasi, dan komposisi. Sertakan dengan contoh
masing-masingnya!

3. Berdasarkan hubungan antarkata yang membangunnya, frasa dapat dikelompokkan


menjadi 2, yaitu Frasa DM dan MD. Jelaskanlah perbedaan kedua jenis tersebut dan sertai
dengan contoh masing-masingnya.

4. Pola dasar kalimat bahasa Indonesia dapat dikembangkan menjadi 6 tipe. Tulislah masing-
masing 1 contoh kalimat dari pola kalimat berikut.

a. S-P

b. S-P-O

c. S-P-Pel

d. S-P-O-Pel

e. S-P-O-K

f. S-P-K

JAWABAN /PENJELASAN
1. Jelaskanlah hubungan morfoogi dengan bidang ilmu
berikut:
a. etimologi
b. leksikologi
c. sintaksis
Perbedaan Pengertian Morfologi dengan Beberapa
Cabang Ilmu Bahasa
Kalian mungkin bingung dalam membedakan morfologi dengan tiga cabang ilmu bahasa;

leksikologi, etimologi, dan sintaksis, sebab ketiganya sama-sama berurusan dengan kata.

Pengertian morfologi sendiri menurut Ramlan dalam buku Morfologi Suatu Tinjauan

Deskriptif adalah ilmu bahasa yang membicarakan atau yang mempelajari seluk-beluk bentuk

kata serta pengaruh perubahan-perubahan bentuk kata terhadap golongan dan arti kata.

Kembali kepada pembahasan fokus awal, lalu bagaimana perbedaan pengertian morfologi

dengan tiga cabang ilmu bahasa yang telah disebutkan? Agar kamu dapat memahami, simak

penjelasan berikut.

 Morfologi dengan Leksikologi


Leksikologi mempelajari seluk-beluk kata menitikberatkan pada perbendaraan, pemakaian,

serta artinya. Morfologi sendiri juga mempelajari masalah arti. Perbedaannya ialah jika

morfologi mempelajari arti yang timbul karena proses gramatik atau dengan kata lain

perubahan bentuknya, sedang leksikologi mempelajari arti dari kata itu sendiri. Contoh

leksikal misalnya bersepeda yang mempunyai arti mengendarai sepeda. Sedangkan

morfologi membicarakan perubahan bentuknya dari sepeda menjadi bersepeda.

 Morfologi dengan Etimologi


Morfologi dan etimologi bila dibandingkan, sama-sama berada dalam wilayah bentuk kata.

Tetapi tentu saja keduanya mempunyai perbedaan. Morfologi lebih kepada mempelajari

bentuk kata yang sudah tersistem dalam suatu bahasa, dengan kata lain merujuk pada

suatu pakem yang telah ada. Sedangkan etimologi mempelajari seluk-beluk asal sesuatu kata

secara khusus, atau tidak dalam wilayah yang umum. Misalnya, perubahan ia menjadi dia.
Perubahan kata tersebut hanya khusus berlaku pada kata tersebut, tidak berlaku pada kata-

kata yang lain. Hal ini yang kemudian disebut sebagai etimologi.

 Morfologi dengan Sintaksis


Jika morfologi mempelajari bentuk kata, maka sintaksis mempelajari bentuk kata, frase,

klausa, kalimat, dan wacana. Dalam wilayah morfologi satuan terkecil bahasa adalah

morfem, sedangkan satuan terbesar adalah kata. Sedangkan kata menjadi satuan terkecil

dalam wilayah sintaksis. Misalnya ia akan makan. Pembicaraan ia, akan, dan makan, yang

masing-masing terdiri satu morfem, adalah berada pada bagian morfologi. Sedangkan

sintaksis membicarakan hubungan antara kata ia sebagai subjek, frase akan makan sebagai

predikat.

TAMBAHAN:

A. Hakikat Morfologi.
Bahasa dapat dikaji dalam Ilmu Linguistik, yang memang secara
umum dalam Linguistik membahas tentang bahasa dan strukturnya.
Jika berbicara mengenai Ilmu Kebahasaan, terdapat struktur intern
bahasa dengan berbagai faktor diluar bahasa dalam objek kajiannya,
diantara lain ada Mikrolinguistik dan Makrolinguistik. Morfologi
merupakan struktur intern dari mikrolinguistik, morfologi sendiri
membicarakan tentang seluk beluk kata. (Kridalaksana, 1993:142)
berpendapat bahwa morfologi merupakan bagian dari struktur bahasa
yang mencankup kata dan bagian-bagian kata, yakni morfem. Atau
bagian dari ilmu bahasa yang membicarakan atau yang mempelajari
seluk-beluk bentuk kata serta fungsi perubahan-perubahan bentuk
kata itu, baik fungsi gramatik maupun fungsi semantik (Ramlan,
1985:19).

B. Tataran Linguistik Morfologi.


Di dalam tataran bidang linguistik, morfologi merupakan bagian
kedua yang dipelajari setelah mempelajari fonologi. Tataran linguistik
pada bidang morfologi terdapat 4 aspek diantaranya:
a) Morfem, ialah satuan gramatikal terkecil yang memiliki makna.
b) Kata, ialah satuan bahasa yang memiliki satu pengertian.
c) Proses Morfemis, ialah proses-proses yang membicarakan kata
dalam morfologi. Di dalam proses morfologis terdapat proses Afiksasi
(imbuhan), Reduplikasi (pengulangan), Komposisi (penggabungan),
Konversi (pembentukan kata menjadi kata lain), Modifikasi Internal
(pembentukan kata dengan penambahan unsur), Suplesi (modifikasi
internal secara total), Pemendekan (penanggalan bagian-bagian
leksem).
d) Morfofonemik, ialah peristiwa berubahnya wujud morfemis dalam
suatu morfologis.
C. Hubungan Morfologi dengan Ilmu Kebahasaan Lainnya.
Jika berbicara tentang Morfologi, tentu saja pasti terdapat sangkut
paut terhadap ilmu kebahasaan lainnya entah itu fonologi, sintaksis,
semantik ataupun leksikologi. Berikut adalah hubungan bidang
morfologi dengan ilmu kebahasaan lainnya:
a) Hubungan Morfologi dengan Fonologi
Morfologi bagian dari kajian lingustik Morfologi mempelajari
seluk beluk bentuk kata. Sedangkan fonologi Mempelejarai bunyi-
bunyi bahasa menurut fungsinya. Bidang morfologi yang
kosentrasinya pada tataran struktur internal kata sering memanfaatkan
hasil studi fonologi, misalnya ketika menjelaskan morfem dasar
{pukul} diucapkan secara bervariasi antara [pukUl] dan [pUkUl] serta
diucapkan [pukulan] setelah mendapat proses morfologis dengan
penambahan morfem sufiks {-an}. Di dalam bidang morfologi
terdapat Morfofonemik atau Morfofonologi, yaitu peristiwa
berubahnya wujud morfemis dalam suatu proses morfologis.
Perubahan fonem padam proses morfofonemik ini dapat berwujud:
(1) pemunculan fonem, (2) pelepasan fonem, (3) peluluhan fonem, (4)
perubahan fonem dan (5) pergeseran fonem.

b) Hubungan Morfologi dengan Sintaksis


Morfologi dan sintaksis adalah bidang tataran linguistik yang
secara tradisional disebut dengan tata bahasa atau gramatika. Di
dalam bidang sintaksis, munculah istilah Morfosintaksis yang
merupakan gabungan dari morfologi dan sintaksis.
Sementara sintaksis menyelidiki struktur satuan bahasa yang lebih
besar dari kata, mulai dari frase hingga kalimat. Dengan kata lain,
sintaksis merupakan studi gramatikal struktur antarkata, atau
tegasnya menyelidiki seluk-beluk frase, klausa, kalimat, dan wacana.
Jadi, kata dalam morfologi merupakan satuan yang paling besar
sedangkan dalam sintaksis merupakan satuan yang
paling kecil. Perhatikan kalimat di bawah ini!
Gadis itu memamerkan baju baru.
*Struktur intern setiap kata pada kalimat di atas dibicarakan dalam
morfologi, misalnya:
-kata gadis terdiri dari satu morfem,
-kata itu terdiri dari satu morfem,
-kata memamerkan terdiri dari tiga morfem, yaitu:
meN-, pamer, dan –kan,
kata baju terdiri dari satu morfem, dan
kata baru terdiri dari satu morfem.
*Struktur antarkata dalam kalimat di atas dibicarakan dalam bidang
sintaksis, misalnya:
-frase gadis itu sebagai subjek,
-kata memamerkan sebagai predikat, dan
-frase baju baru sebagai subjek.
Jika dilihat dari unsur-unsurnya yang berupa kata atau pokok kata ,
tentu saja kata majemuk seperti di atas itu termasuk bidang sintaksis,
tetapi jika dilihat bahwa satuan-satuan itu mempunyai sifat sebagai
kata maka tentu saja pembicaraannya termasuk morfologi.

c) Hubungan Morfologi dengan Semantik


Morfologi yaitu cabang ilmu bahasa yang membahas tentang
kata. Contohnya: 1. Exis Eksis, 2. EXSIS EKSIS. Dari contoh no 2
secara bahasa itu salah, tetapi secara sastranya itu benar. Perbedaan
bahasa dengan sastra yaitu, bahasa berdasarkan proses sedangkan
sastra berdasarkan historis atau sejarah. Jadi, hubungan semantik
dengan morfologi yaitu dimana kata tersebut mempunyai makna
tersendiri. Morfologi menyelidiki struktur intern kata. Satuan yang
paling kecil yang diselidiki oleh morfologi adalah morfem, sedangkan
yang paling besar berupa kata.

d) Hubungan Morfologi dengan Leksikologi


Sama-sama mempelajari arti kata. Perbedaannya ialah bahwa
morfologi mempelajari arti yang timbul sebagai akibat peristiwa
gramatik (arti gramatik) atau makna, sedangkan Leksikologi
mempelajari arti yang lebih kurang tetap terkandung pada kata, atau
yang lazim disebut sebagai arti leksikal .
Contoh:
Rumah = Bangunan untuk tempat tinggal
Berumah = ‘Mempunyai rumah’, ‘diam’, ‘tinggal’
Pada contoh arti leksikal dan pemakian kata tersebut
dibicarakan dalam leksikologi. Ada persamaan antara leksikologi
dengan morfologi, yaitu mempelajari masalah arti, namun terdapat
perbedaan diantara keduanya itu.
E) Hubungan Morfologi dengan Leksikografi
Leksikografi memperlajari seluk beluk kata, yaitu mempelajari
perbendaharaan kata dalam suatu bahasa, mempelajari pemakaian
makna kata serta artinya seperti dipakai oleh masyarakat.
Leksikografi dan morfologi mempelajari masalah arti, tetapi
morfologi mempelajari arti yang timbul sebagai akibat peristiwa
gramatik, sedangkan leksikografi mempelajari arti yang terkandung
dalam kata, atau disebut arti leksikal.
F) Hubungan Morfologi dan Etimologi
Morfologi dan etimologi sama sama menyelidiki seluk beluk
bentuk kata. Tetapi morfologi hanya menyelidiki peristiwa peristiwa
umum, peristiwa yang berturut-turut terjadi, yang dapat dikatakan
merupakan system dalam bahasa. Sedangkan etimologi adalah ilmu
yang mempelajari seluk-beluk asal sesuatu kata secara khusus.

Proses Pembentukan Kata : Afiksasi,


Reduplikasi, dan Abreviasi
Bentukan kata merupakan hasil dari proses
pembentukan kata. Pembentukan kata merupakan
sebuah proses morfologis dengan ‘kata’ sebagai hasil
dari proses tersebut. Proses membentuk kata terdiri dari
proses afiksasi, reduplikasi, komposisi, dan abreviasi
(Kridalaksana, 2007:12).

AFIKSASI
Afiksasi adalah proses yang mengubah leksem menjadi kata
kompleks (Kridalaksana, 2007:28). Pendapat lain
diungkapkan oleh Muslich (2008:38), yaitu afiksasi adalah
peristiwa pembentukan kata dengan jalan membubuhkan afiks
pada bentuk dasar. Ada enam jenis afiks, yaitu (1) prefiks,
yakni afiks yang diletakkan di muka dasar, contohnya me-,
di-, ber-, ke-, ter-, pe-, per-, dan se-. (2) infiks, yakni afiks
yang diletakkan di dalam dasar,contohnya –el-, -em-, -
er-, dan –in-. (3) sufiks, yaitu afiks yang diletakkan di
belakang dasar, contohnya –an, -kan, -i. (4) simulfiks, yaitu
afiks yang dimanifestasikan dengan ciri-ciri segmental yang
dileburkan pada dasar, contohnya kopi – ngopi, soto – nyoto,
sate – nyate, kebut – ngebut. (5) konfiks, yaitu afiks yang
terdiri dari dua unsur, satu di muka bentuk dasar dan satu di
belakang bentuk dasar, dan berfungsi sebagai satu morfem
terbagi, terdiri atas satu morfem dengan satu makna
gramatikal, contohnya ke-an, pe-an, per-an, dan ber-an. (6)
kombinasi afiks, yaitu kombinasi dari dua afiks atau lebih
yang bergabung dengan dasar.

REDUPLIKASI
Reduplikasi adalah peristiwa pembentukan kata dengan jalan
mengulang bentuk dasar, baik seluruhnya maupun sebagian,
baik bervariasi fonem maupun tidak, baik berkombinasi
dengan afiks maupun tidak (Muslich, 2008:48). Macam-
macam reduplikasi morfemis menurut Kridalaksana (2007:91
– 99), yaitu (1) reduplikasi pembentuk verba, (2) reduplikasi
pembentuk ajektiva, (3) reduplikasi pembentuk nomina, (4)
reduplikasi pembentuk pronomina, (5) reduplikasi pembentuk
adverbia, (6) reduplikasi pembentuk interogativa, dan (7)
reduplikasi pembentuk numeralia.
Kridalaksana (2007:104) menjelaskan, komposisi atau
pemajemukan adalah proses penggabungan dua leksem atau
lebih yang membentuk kata. Menurut Muslich (2008:57),
komposisi atau pemajemukan adalah peristiwa bergabungnya
dua morfem dasar atau lebih secara padu dan menimbulkan
arti yang relatif baru. Klasifikasi pemajemukan dalam bahasa
Indonesia dilihat dari konstruksi kelas katanya menurut
Samsuri (dalam Muslich, 2008:63), yaitu KB-KB, KB-KK,
KB-KS, KK-KB, KK-KK, KK-KS, KS-KB, KS-KK, dan KS-
KS.

ABREVIASI
Abreviasi adalah proses penanggalan satu atau beberapa
bagian leksem atau kombinasi leksem, sehingga jadilah
bentuk baru yang berstatus kata. Istilah lain untuk abreviasi
ialah pemendekan, sedangkan hasil prosesnya disebut
kependekan (Kridalaksana, 2007:159). Jenis-jenis abreviasi
berupa (1) penggalan, yakni proses pemendekan yang
mengekalkan salah satu bagian dari leksem, (2) akronim, yaitu
proses pemendekan yang menggabungkan huruf atau suku
kata atau bagian lain yang ditulis dan dilafalkan sebagai
sebuah kata yang sedikit banyak memenuhi kaidah fonotaktik
Indonesia, (3) kontraksi, yakni proses pemendekan yang
meringkaskan leksem dasar atau gabungan leksem, dan (4)
lambang huruf untuk menggambarkan konsep dasar kuantitas,
satuan atau unsur.

3. Berdasarkan hubungan antarkata yang membangunnya,


frasa dapat dikelompokkan menjadi 2, yaitu Frasa DM dan
MD. Jelaskanlah perbedaan kedua jenis tersebut dan sertai
dengan contoh masing-masingnya.

Anda mungkin juga menyukai