MORFOLOGI
KAJIAN TENTANG HUBUNGAN MORFOLOGI DENGAN
SINTAKSIS DAN SEMATIK
Seradona Altiria
Magister Linguistik Universitas Indonesia
1
Universitas Indonesia/Magister Linguistik/2013
cabang ilmu ini memiliki persamaan dalam mempelajari seluk beluk pembentukan (kata
dan kata dalam kalimat), maka tentunya terdapat hubungan diantara keduanya.
Dalam Bahasa Inggris menentukan pola Adj + Noun (A+N) adalah frasa atau
hanya gabungan kata akan lebih sulit dibandingkan dengan bahasa lain (Dutch misalnya).
Ini dikarenakan Bahasa Inggris tidak menginfleksi promina adjektiva tetapi menginfleksi
tekanan “stress” dan biasanya tekanan di dalam Bahasa Inggris terdapat pada konstituen
pembentuk kata: A + N yang merupakan gabungan kata (compound), penekanan
biasanya terdapat pada konstituen pertama, dan A + N yang merupakan frasa (phrase),
penekanan biasanya terdapat pada konstituen kedua (Booij, 2005). Seperti pada
greenhouse dan green house. Pada kata greenhouse, penekanan terdapat pada konstituen
pertama, green sedangkan pada kata green house, penekanan terdapat pada konstituen
kedua, house. Oleh karena itu greenhouse merupakan merupakan gabungan kata
sedangkan green house merupakan frasa. Begitu pula yang terjadi pada kata hard disk
dengan penekanan pada konstituen pertama, maka dapat dikatakan hard disk merupakan
gabungan kata dan bukan frasa (Booij, 2005).
2
Universitas Indonesia/Magister Linguistik/2013
yang diungkapkan oleh Katamba, proses morfologi, yang dalam hal ini adalah proses
infleksi, sangat berkiblat pada aturan-aturan sintaksis. Arronoff dan Fudeman (2005)
dalam bukunya What is Morphology? juga mengdefinisikan Infleksi sebagai
pembentukan gramatikal sebuah kata yang merupakan bentuk nyata dari fitur-fitur
morfosintaksis melalui penambahan afiksasi. Penggunaan bentuk gramatikal pada
pembentukan secara infleksional biasanya didasari pada struktur kalimat. Hal ini
tentunya berkaitan dengan konteks dan fungsi sintaksis (Haspelmath, 2002). Pembahasan
infleksi dalam hubungannya antara morfologi dan sintaksis ini, akan dikaji berdasarkan
literatur morfologi dan literatur sintaksis (Arronof and Fudeman, 2005:186).
Infleksi morfologi dan infleksi sintaksis walaupun berhubungan tetapi
sebenarnya memiliki perbedaan. Pada infleksi morfologi, jumlah leksem sangat menjadi
prioritas sedangkan sintaksis tidak demikian. Contohnya terdapat pada Bahasa China dan
Vietman (Arronof dan Fudeman, 2005:186). Secara morfologis kedua bahasa tersebut
tidak memiliki infleksi. Hal ini kerena bahasa China dan Vietnam membedakan bentuk
kata (struktur kata) berdasarkan alternasi fonologi saja dan bukan berdasarkan banyaknya
leksem. Tetapi jika ditinjau dari sisi sintaksis, kedua bahasa tersebut memiliki infleksi
pada ketersesuaian kata kerja terhadap objeknya (struktur kalimat).
Perhatikan contoh berikut: Alicia might go to the birthday party. Kalimat
tersebut tidak semerta merta menggambarkan kondisi bahwa Alicia akan pergi ke pesta,
tetapi terdapat ketidakpastian pada kalimatnya. Hal ini karena penggunaan modal
auxiliary “might”. Modal auxiliary ini dalam Bahasa Inggris merupakan salah satu
kategori sintaksis. Jika pada kalimat tersebut diganti modal nya: Alicia may go to the
birthday party, Alicia can go to the birthday party, Alicia could go to the birthday party,
Alicia must go to the birthday party, Alicia should go to the birthday party, Alicia would
go to the birthday party, Alicia will go to the birthday party. Subtitusi modals dalam
kalimat-kalimat tersebut merupakan infleksi secara sintaksis dan bukan secara morfologi.
Infleksi sintaksis sangat terlihat perbedaannya dalam contoh tersebut. Morfologi infleksi
hanya berfokus pada kata dan bukan bagaimana kata itu kemudian di gunakan di dalam
kalimat (Arronof dan Fudeman, 2005:186).
3
Universitas Indonesia/Magister Linguistik/2013
linguistik dan menimbulkan banyak pertanyaan. Dan dalam pembahasaan ini, tentunya
pertanyaan yang mendasar adalah, apakah kategori infleksional itu bersifat universal?
S.R. Anderson (1998a:167) di kutip dari Katamba (1993) mengindentiikasi
empat macam kategori morfologi yang membedakan karakteristik infleksi:
Propertis Configuration
Ketika infleksi secara partikular ditentukan oleh posisi yang dipengaruhi oleh kata dalam
konfigurasi sintaksis. Contohnya dalam beberapa bahasa, kata benda sebagai pengantar
preposisi harus menerima pemarkahan bentuk akusatif, kemudian objek langsung sebuah
kata kerja harus dalam bentuk akusatif; kata kerja dalam klausa subordinat harus
mempunyai bentuk khusus.
Propertis Agreement
Propertis ini ditentukan oleh karakteristik dari kata lain dalam konstruksi kalimat yang
sama. Contohnya, jika sebuah verb berkorealasi dengan makna singular atau tunggal
dari subjeknya, maka verb tersebut juga harus mendapatkan afiksasi singular atau
tunggal.
Propertis Inherent
Propertis ini contohnya seperti gender sebuah kata benta yang harus memiliki keterkaitan
dengan aturan2 sintaksis, khususnya agreement atau kesesuaian.
Propertis Phrasal
Yang termasuk dalam kategori ini yaitu frase-frase sintaktik tetapi frase-frase tersebut
seara morfologi merupakan salah satu kata yang membentuk frasa. Contohnya,
pemarkahan genetif ‘s dalam frase Bahasa Inggris, the Mayor of Lancaster’s limousine,
infleksi ‘s pada contoh tersebut menempel pada kata Lancaster. Tetapi Propertis Phrasal
ini masik dinilai memiliki unsur problematik.
Menurut Arronof dan Fudeman (2005), justru Gender yang menjadi
problematik jika ditinjau dari pandangan universal suatu bahasa. Maskulin, feminin dan
netral merupakan obligasi kateori infleksi dalam Bahasa Jerman. Contohnya seperti kata
Parlement ‘parliament’ harus mewakili sebuah gender sedangkan tidak dalam bahasa
Inggris. Jadi categori infleksi pada setiap bahasa pada dasarnya tidak bersifat universal.
4
Universitas Indonesia/Magister Linguistik/2013
5
Universitas Indonesia/Magister Linguistik/2013
Undoable Undoable
A A
A V
Un do able Un do able
Dilihat dari contoh di atas, terdapat dua cara pembentukan kata secara
sintakmatik yang kemudian menghasilkan lebih dari satu arti atau makna. Secara
sintakmatik Undoable 1 memiliki kata dasar doable, ditinjau dari segi semantik memiliki
arti yang sama seperti kata unhappy, uninteresting, unequal dan memiliki segmentasi un
+ doable. Segmentasi ini menderivasi sebuah makna memiliki atau tidak memiliki
kualitas (having quality – not having quality) ditinjau dari penambahan prefiks -un.
Undoable 2 berbeda dengan yang pertama. Pada kata undoable 2 secara sintakmatik
yang menjadi kata dasarnya adalah undo yang artinya berkorelasi dengan readable,
washable, approachable, believable dan memiliki segmentasi undo + able. Tentunya
6
Universitas Indonesia/Magister Linguistik/2013
segmentasi ini berkorelasi dengan arti atau makna sufiks –able dalam menyatakan
kemampuan dalam menyelesaikan sesuatu (capable of being done). Terakhir, hubungan
undo dan do dapat juga dilihat pada kata uncover, unfold, untie yang memiliki arti atau
makna memutarbalikkan efek suatu pekerjaan (reserve the effect of doing).
Dari uraian di atas, sangat jelas tergambarkan bahwa morfologi, sintaksis dan
semantik sangart berkorelasi satu sama lain. Semantik itu sendiri merupakan studi
mengenai makna. Makna di dalam semantik dapat berupa makna kata secara khusus
ataupun makna holistik kata di dalam sebuah kalimat dan wacana.
7
Universitas Indonesia/Magister Linguistik/2013
Sumber Referensi
Arronoff, Mark and Fudeman. 2005. What is Morphology?. Australia: Blackwell Publishing.
Booij, Geert. 2005. The Grammar of Words. Oxford: University Press.
Chaer, Abdul. 2002. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Cruse, Alan. 2004. Meaning in Language. Oxford: University Press.
Haspelmath, Martin. 2002. Understanding Morphology?. Oxford: University Press.
Katamba, Francis. 1993. Morphology. London: The Macmillan Press Ltd.
8
Universitas Indonesia/Magister Linguistik/2013
Kridalaksana, Harimurti. 2008. Kamus Linguistik. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.