Anda di halaman 1dari 115

BAB I

MORFOLOGI SECARA UMUM

A. Pengertian Morfologi
Ramlan (1979) dalam bukunya mengatakan bahwa
“Morfologi adalah bagian dari ilmu yang mempelajari seluk
beluk struktur kata serta pengaruh perubahan-perubahan
struktur kata terhadap golongan dari arti kata.”
Eugene A. Nida mengatakan Morphology is the study
of Morphenes and their arrangements in forming words.
Morphemes are the minimal meaningful units which may
constitute words or parts of words e.g.,re-,de-,un-,-ish,ly-, ceive-,
mand, tie, boy, and like in the combinations receive, demand, untie,
boyish, likely. (Morfology 1970:1).
Dari kedua definisi itu dapat kita ketahui bahwa
bukan saja terdiri dari kata-kata lepas tetapi juga kumpulan
bunyi-bunyi lain yang dapat digabungkan dengan kata-kata
itu. Oleh sebab itu maka gabungan bunyi atau sebuah bunyi
yang kita gabungkan dengan kata itu juga termasuk
morfem, seperti awalan, sisipan dan akhiran. Sedangkan
iimu yang mempelajari bagaimana struktur morfem serta
seluk beluk strukturnya itu termasuk bidang morfologi.
Morfologi atau morfemik adalah telaah morfem.
Pada dasarnya dan yang paling bermanfaat bagi kita di sini,
morfologi dapat dibagi menjadi dua tipe analisis, yaitu :
1. Morfologi sinkronik
2. Morfologi diakronik

1
Morfologi sinkronik menelaah morfem-morfem
dalam satu cakupan dalam waktu tertentu, baik waktu lalu
ataupun waktu kini. Pada hakekatnya, morfologi sinkronik
adalah suatu analisis linear, yang mempertanyakan apa-apa
yang merupakan komponen leksikal dan komponen
sintaksis kata-kata, dan bagaimana caranya komponen-
komponen tersebut menambahkan, mengurangi, atau
mengatur kembali dirinya didalam berbagai ragam konteks.
Morfologi sinkronik tidak ada sangkut pautnya atau tidak
manaruh perhatian pada sejarah atau asal usul kata dalam
bahasa kita.
Morfologi diakronik menelaah sejarah atau asal kata,
dan mempermasalahkan mengapa misalnya pemakaian kata
kini berbada dengan pemakaian kata pada masa lalu.
Setiap orang yang menaruh perhatian besar
terhadap masalah kata dan morfem beserta maknanya,
maka tak mau harus menelusuri masalah sinkronik ini.
Secara singkat yang menjadi paparan morfologi
sinkronik adalah:
1. Morfologi leksikal dan morfem sintaktik
2. Morfem bebas dan morfem terikat
3. Morfem dasar dan morfem imbuhan

Pada garis besarnya hal-hal yang dibicarakan dalam


morfologi mencakup:
1. Morfem-morfem yang terdapat dalam bahasa,
2. Proses pembentukan kata
3. Fungsi proses pembentukan kata
4. Makna proses pembentukan kata
5. Jenis kata.

2
Morfologi sebagai cabang atau bagian ilmu bahasa
mengandung persamaan, disamping perbedaan, dengan
cabang atau bagian ilmu bahasa yang lain: diantaranya
leksikologi, etimologi, dan sintaksis. Morfologi dan
leksikologi keduanya sama-sama mempelajari arti kata:
morfologi mempelajari arti leksikal. Morfologi dan etimologi
mempelajari perubahan kata,baik bentuknya maupun
maknanya. Morfologi mempelajari perubahan-perubahan
yang umum yang merupakan suatu system dalam bahasa
yang bersangkutan, sedangkan Etimologi mempelajari
perubahan-perubahan yang khusus yang berlaku pada kata-
kata yang bersangkutan saja. Morfologi mempelajari kata
sebagai satuan terbesar sebagai hasil pembentukan suatu
proses, sedangkan sintaksis mempelajari kata sebagai satuan
terkecil dalam hubungannya dengan pembentukan frasa,
kalausa dan kalimat.

B. Morfologi dan Leksikologi


Leksikologi mempelajari seluk beluk kata, ialah
mempelajari perbendaharaan kata dalam suatu bahasa,
mempelajari pemakaian kata serta artinya seperti dipakai
oleh masyarakat pemakai bahasa. Misalnya kata masak, kata
ini mempunyai berbagai-bagai arti dalam pemakaiannya,
seperti yang dijelaskannya dalam kamus, sebagai
berikutnya:
1. Sudah sampai tua hingga boleh dipetik, dimakan, dan
sebagai. Misalnya buah yang masak di pohon.
2. Sudah jadi (tentang masakan). Misalnya meskipun sudah
sejam direbus, belum masak juga ubi ini.
3. Sudah selesai, sudah dipikirkan. Misalnya adonan ini
belum masak. Bangsa kita dianggapnya belum masak.

3
4. Mengolah, membuat penganan. Misalnya masak kue
lapis, selanjutnya diterangkan pula arti kata bentukan
dari kata tersebut, kata masak memasak berarti hal atau
urusan memasak untuk orang lain: mungkin juga berarti
menjadikan masak-memasak berarti barang apa yang
dimasak, seperti lauk pauk, makanan dan sebagiannya;
pemasak berarti orang yang memasak, mungkin juga
berarti alat untuk memasak; kemasakan berarti hal
memasak.

Meskipun leksikologi maupun morfologi


mempelajari soal arti, tetapi terdapat perbedaan antara
keduanya, perbedaannya ialah bahwa morfologi
mempelajari arti yang timbul sebagai peristiwa gramatis,
ialah yang biasa disebut arti gramatis atau makna,
sedangkan leksikologi mempelajari arti yang lebih kurang
tetap yang terkandung dalam kata atau lazim disebut arti
leksis. Sebagai contoh misalnya, di samping kata rumah
terdapat kata berumah, kedua kata tersebut masing-masing
memiliki arti leksis. Kata rumah berarti “bangunan untuk
tempat tertinggal”, ”bangunan pada umumnya”dan kata
berumah berarti “mempunyai rumah”, ”diam tinggal”.
Mengenai arti leksil dan pemakaian kata tersebut
dibicarakan dalam leksikologi, sedangkan morfologi
membicarakan perubahan strukturnya, dari rumah menjadi
berumah, perubahan golongannya, dari kata menjadi kata
kerja, sorta ber-pada rumah ialah timbulnya makna “
mempunyai” atau memakai, mempergunakan.

4
C. Morfologi dan Etimologi
Jika dibidang arti ada pendekatan antara morfologi
dan leksikologi maka dibidang bentuk ada pendekatan
anatara morfologi dan etimologi.
Disamping kata kena, terdapat kata perkenan:
disamping kata ia, terdapat kata dia, yang dan nya;
disamping kata tuan terdapat kata Tuhan. Adakah
perubahan bentuk seperti kelihatan pada kata-kata tersebut
termaksud dalam bidang morfologi?
Memang dimuka telah dikemukakan bahwa
morfologi menyelidiki seluk beluk struktur kata hanya,
perlu ditambahkan disini, bahwa yang diselidiki oleh
morfologi hanyalah peristiwa-peristiwa umum, peristiwa
yang berturut-turut terjadi, yang boleh dikatakan
merupakan sistem dalam bahasa. Soalnya di sini, apakah
peristiwa perubahan bentuk kata-kata tersebut di atas, ialah
perubahan dari kata kena meenjadi kenan pada kata
berkencan, perubahan dari ia menjadi dia, yang dan nya,
dan perubahan dari tuan menjadi Tuhan, boleh dikatakan
hanya terjadi pada kata-kata tersebut. Karena itu, tentu saja
peristiwa tersebut tak dapat disebut sebagai peristiwa
umum, dan tentu aja juga tidak termaksud dalam bidang
ilmu lain yang biasa disebut etimologi, ialah ilmu yang
mempelajari seluk beluk asal sesuatu kata secara khusus.

D. Morfologi dan Sintaksis


Baik Morfologi maupun Sintaksis merupakan bagian
dari ilmu bahasa. Morfologi mempelajari seluk beluk
struktur kata. Satuan yang paling kecil diselidiki oleh
morfologi ialah morfem, sedangkan yang paling besar
adalah kata. Berbeda dengan sintaksis, yang mempelajari

5
hubungan antara kata yang satu dengan kata yang lain,atau
tugasnya mempelajari seluk beluk prase dan kalimat. Jadi,
kata yang dalam morfologi, satuan yang paling besar, dalam
sintaksis merupakan satuan yang paling kecil.
Sebagai contoh, ia mengadakan perjalanan.
Pembicaraan tentang kata ia sebagai bentuk kompleks, yang
terdiri dari tiga morfem, ialah meN-, ada, dan –kan, tenyang
kata perjalanan sebagai bentuk kompleks yang terdiri dari
dua morfem ialah per-an dan jalan termkasuk dalam
morfologi, tetapi pembicaraan mengenai hubungan antara
kata ia sebagai subjek dan kata mengadakan sebagai
predikat serta hubungan antara kata mengadakan sebagai
predikat dan kata perjalanan sebagai objek termaksud
dalam sintaksis.
Dari uaraian di atas, seolah-olah dapat dilihat
adanya batas yang tegas antara morfologi dan sintaksis.
Tetapi sebenarnya tidak selalu demikian keadaannya.
Misalnya pada kata-kata ketidak-adilan, ketidak-mampuan,
ketidak-hadiran, dan sebagainya. Pembicaraan mengenai
kata-kata tersebut sebagai bentuk kompleks yang terdiri dari
unsur langsung ke-an dan tidak adil, tidak mampu, dan
tidak hadir termaksud dalam bidang morfologi, tetapi
pembicaraan mengenai hubungan kata tidak dengan kata
adil, mampu dan hadir termasuk dalam bidang sintaksis.
Pembicaraan tentang bentuk yang salah satu dari unsur
langsungnya berupa afiks termasuk dalam bidang
morfologi, sedangkan pembicaraan tentang bentuk yang
semua unsur langsungnya berupa kata termasuk dalam
bidang sintaksis.

6
Kata majemuk adalah kata yang unsure langsungnya
berupa kata atau pokok kata, misalnya tinggi hati, keras
kepala, kepala angin, daya juang, lomba tari, kolam renang,
pasukan tempur, tentu saja pembicaraan tentang bentuk-
bentuk itu mempunyai sifat sebagai kata, maka tentu saja
pembicaraannya termasuk dalam bidang morfologi.

Pada hemat kami, pembicaraan tentang kata


majemuk termasuk dalam bidang morfologi, mengingat
bahwa kata majemuk masih termasuk golongan kata.

Soal latihan BAB I


1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan morrfologi,
sekaligus etimologinya.
2. Berdasarkan tipe analisisnya, morfologi dapat dibagi atas
dua bagian, coba uraikan dan bandingkan kedua-duanya.
3. Jelaskan hubungan antara:
a. Morfologi dengan leksikologi
b. Morfologi dengan Etimologi
c. Morfologi dengan Sintaksis
d. Morfologi dengan Sintaksis
4. Secara garis besarnya, coba saudara uraikan hal-hal apa
yang dibicarakan dalam bidang morfologi.
5. Buatlah definisi morfologi menurut pendapat Prof. Drs.
M. Ramlan dan Eugene A.Nida.

7
8
BAB II
BENTUK-BENTUK LINGUISTIK

A. Pengertian Bentuk Linguistik


Bentuk linguistik adalah bentuk-bentuk yang dapat
membangun bahasa itu sendiri, baik itu bentuk yang lebih
kecil maupun bentuk yang lebih besar yang sudah
mengandung arti leksis maupun arti gramatis.
Jika mendengarkan tuturan seseorang atau tuturan
seseorang informan dengan seksama, ternyata bahwa ada
satuan-satuan yang berulang-ulang dapat kita dengar,
misalnya sepeda, bersepeda, bersepeda keluar kota, ia
membeli sepeda, dan sebagainya. Satuan-satuan yang
mengandung arti, baik arti leksis maupun gramatis, seperti
tersebut di atas, di sini disebut bentuk linguistik, atau
disingkat bentuk.
Bentuk linguistik atau bentuk itu mungkin berupa
morfem, misalnya ber-, -ke, -ke-an, -wan, maha, -jalan, akan,
rumah, datang, sedang, baca, baru, mungkin berupa kata,
misalnya, rumah, membawa, kelupaan, diketahui, lempar-
lembing, mereka, dari, mungkin berupa fase, misalnya akan
datang, berkunjung ke rumah, teman, akan minum, sudah
dekat, usaha yang baik, dan mungkin pula berupa kalimat,
misalnya ia berkunjung ke rumah teman, ia membeli sepeda
baru, dan sebagainya.

B. Bentuk Tunggal dan Bentuk Kompleks.


Kalau anda bandingkan, misalnya bentuk kuda dan
berkuda, maka akan ternyata bahwa kedua bentuk itu
berbeda. Perbedaannya adalah bentuk kuda tidak mungkin

8
dapat diuraikan kedalam bentuk yang lebih kecil. Dengan
kata yang lain bentuk kuda yang tidak mempunyai bentuk
yang lebih kecil lagi. Kita dapat menguraikan bentuk kuda
menjadi „ku” dan “da” tersebut tidaklah merupakan satuan-
satuan yang mengandung arti. Jadi, bukan bentuk linguistik,
lain halnya dengan bentuk berkuda, bentuk tersebut dapat
diuraikan menjadi bentuk-bentuk kecil, yakni ber- yang
berarti “memakai” atau „memiliki” dan kuda “sebangsa
binatang berkaki empat“. Jadi dapat dikatakan bentuk
berkuda terdiri atas dua bentuk yang lebih kecil daripada
bentuk berkuda itu sendiri.
Bentuk linguistik yang tidak terdiri dari bentuk-
bentuk yang lebih kecil lagi, seperti kuda dan sebagainya,
disebut bentuk tunggal, sedangkan bentuk linguistik yang
terdiri dari bentuk-bentuknya yang lebih kecil lagi seperti
berkuda yang terdiri dari ber- dan kuda disebut bentuk
kompleks (Ramlan, 1978:7-8). Contoh lain ter-, ke, ber-ku
merupakan bentuk tunggal karena tidak terdiiri dari bentuk-
bentuk yang lebih kecil lagi, sedangkan membaca, buku
baru, ia pergi kepasar merupakan bentuk kompleks karena
terdiri dari atas bentuk-bentuk yang lebih kecil, yakni meN-,
baca, buku, baru, ia, pergi, ke dan pasar. Coba anda cari lagi
contoh yang lain.

C. Bentuk Bentuk dan Bentuk Terikat.


Bentuk-bentuk linguistik itu ada yang yang dapat
berdiri sendiri didalam tuturan biasa dan ada pula yang
tidak dapat berdiri sendiri atau selalu terikat kepada bentuk
lain. Bentuk buku, misalnya termasuk ke dalam bentuk yang
dapat berdiri sendiri di dalam tuturan biasa, umpamanya
merupakan jawaban terhadap pertanyaan engkau membaca

9
apa?, engkau membeli apa? dan sebaginya. Coba Anda cari
contoh yang lain! Berbeda dengan bentuk buku misalnya
bentuk ber- bentuk tersebut tidak dapat berdiri sendiri
dalam tuturan biasa, bentuk ini selalu terikat pada bentuk
yang lain, artinya selalu dipakai bersama-sama dalam
bentuk jalan, rumah, baju, bicara, lari dan sebagainya
menjadi berjalan, berumah, berbaju, berbicara, berlari dan
sebagainya. Silahkan Anda cari contoh yang lain.
Bentuk lingustik yang dapat berdiri sendiri dalam
tuturan biasa, seperti buku disebut bentuk bebas, sedangkan
bentuk lingustik yang tidak dapat berdiri sendiri dalam
tuturan biasa, seperti ber-, disebut bentuk terikat. (Ramlan
1978:8)
Bentuk-bentuk yang tidak dapat berdiri sendiri
dalam tuturan biasa, beberapa macam diantaranya ada yang
secara gramatis mempunyai sifat bebas seperti halnya
bentuk-bentuk yang dapat berdiri sendiri dalam tuturan
biasa, misalnya lah, dari, ke, pada, daripada, kepada, tetapi,
karena, dan sebagainya. Untuk membuktikan sifat bebas
bentuk-bentuk tersebut, perhatikanlah pemakaian ke dan
lah pada contoh berikut:
ke pasar
ke sebuah pasaar
ke dua buah pasar

berkatalah
berkata jujurlah
berkata jujur sajalah

10
Bentuk ke tampaknya terikat pada bentuk pasar,
tetapi dengan adanya kelompok kata ke sebuah pasar, ke
dua buah pasar ternyata bentuk ke secara gramatikal dapat
dipisahkan dari bentuk pasar. Sama hal nya bentuk lah,
pada ber-katalah. Bentuk ini tampaknya terikat pada bentuk
berkata, namun dengan adanya kelompok kata berkata
jujurlah, berkata jujur sajalah ternyata bentuk lah secara
gramatikal tidak terikat pada bentuk berkata. Dalam illmu
bahasa bentuk-bentuk yang tidak dapat berdiri sendiri
dalam tuturan biasa, tetapi secara gramatikal mempunyai
sifat bebas, seperti bentuk lah dan ke, disebut bentuk terikat
secara sintaksis, sedangkan bentuk-bentuk ber-, ter-, meN-,
dan sebagainya disebut bentuk terikat morfologis.
Dalam bahasa Indonesia bentuk-bentuk ber-, ter-,meN-,
per-, -kan, -an, -i, ke-an, per-an tidak dapat berdiri sendiri, baik
dalam tuturan biasa, maupun secara gramatis. Bentuk-bentuk
tersebut bersama-sama dengan bentuk lain membentuk suatu
kata misalnya ber- “bersama” dengan kata, jalan, lari, bicara
membentuk kata berbicara, berjalan, berlari, bentuk-bentuk ber-
, ter-, meN-, dan sebagainya, itu tidak mempunyai arti leksis,
tetapi mempunyai arti gramatis yakni timbul sebagai akibat
pertemuannya dengan bentuk lain, bentuk-bentuk seperti ber-,
ter-, meN, dan sebagainya, itu disebut imbuhan dan afiks.
Di samping afiks atau imbuhan ada golongan
bentuk-bentuk ku, mu, nya, kau, isme misalnya dalam
bentuk tulisan biasa tidak dapat berdiri sendiri dan secara
gramatis tidak dapat memiliki kebebasan, jadi tergolong
kedalam bentuk terikat seperti afiks akan tetapi ada
perbedaannya dengan afiks yakni bentuk ku, mu, nya, kau,
isme memiliki arti leksis sedangkan afiks tidak memilikinya

11
(yang memilikinya ialah arti gramatis). Bentuk-bentuk ter-
yang dapat dibedakan atas proklitik yang terletak dimuka
bentuk lain seperti ku dan kau dalam kuambil dan
kauambil, enklitik yang terletak dibelakang bentuk lain
seperti ku dan mu dalam rumahku dan rumahmu.
Bentuk lain yang juga merupakan bentuk yang tidak
dapat berdiri sendiri dalam tuturan biasa dan secara
gramatis tidak memiliki sifat bebas misalnya, bentuk juang
seperti yang terdapat dalam berjuang, perjuangan, pejuang,
memperjuangkan dan bentuk temu, seperti terdapat dalam
bertemu, pertemuan, penemuan, menemui, menemukan,
tidak dapat dimasukkan ke dalam golongan afiks maupun
klitik karenan mempunyai sifat-sifat tersendiri. Bentuk-
bentuk itu dapat dijadikan dasar bagi pembentukan kata
seperti tampak pada kata-kata berjuang, bertemu, (Ramlan
1978 :10) disebut pokok kata. Contoh lain dapat dimasukan
ke dalam golongan pokok kataantara lain ialah alir, sandal,
ketahu, puluh, rangkak.

D. Bentuk Asal dan Bentuk Dasar


Telah Anda ketahui bahwa bentuk-bentuk
limgusitik itu ada yang berupa bentuk kompleks, yakni
yang terdiri atas lebih dari sebuah bentukyang lebih kecil.
Dalam bentuk kompleks dapat kita temukkan bentuk-
bentuk yang menjadi asal atau menjadi dasar terbentuknya
bentuk kompleks itu. Bentuk yang paling kecil yang menjadi
asal suatu bentuk kompleks itu. Bentuk yang paling kecil
menjadi asal suatu bentuk kompleks disebut bentuk asal,
sedang bentuk linguistik yang menjadi dasar bentukan bagi
suatu kompleks disebut bentuk dasar. Misalnya bentuk
berpakaian terbentuk dari bentuk asal pakai mendapat afiks

12
-an menjadi pakaian kemudian mendapat afiks ber-, menjadi
berpakain. Bentuk berkesudahan, misalnya
terbentuk dari bentuk dasar kesudahan dengan afiks ber-,
dan bentuk kesudahan terbentuk dari bentuk dasar sudah
dengan afiks ke-an.
Dari uraian dan contoh di atas jelas bahwa bentuk
asal selalu berupa tunggal sedangkan bentuk dasar
merupakan bentuk tunggal,seperti pakai, pada pakaian atau
sudah pada kesudahan mungkin juga merupakan bentuk
kompleks, seperti bentuk pakaian pada berpakaian dan
kesudahan pada berkesudahan. Contoh lain misalnya
bentuk kedudukan merupan bentuk dasar dari
berkedudukan dan duduk merupakan bentuk dasar dari
kedudukan sedangkan bentuk asalnya, baik bantuk
kedudukan maupun berkedudukan adalah bentuk duduk.
Silahkan anda cari contoh-contoh lain .

E. Unsur dan Unsur Langsung.


Bentuk kompleks selalau terdiri atas lebih dari suatu
benntuk yng lebih kecil daripada bentuk kompleks itu.
Bentuk-bentuk yang menjadi pembangun bentuk-bentuk
yang lebih besar disebut unsur atau dalam bahasa
Inggrisnya disebut constituen (Ramlan 1978: 2070. Misalnya
ber-, pakai, dan –an merupakan unsur bentuk kompleks
berpakaian; ber-,ke-an dan dan duduk merupakan unsur
dari bentuk kompleks berkedudukan.
Tampaknya bentuk-bentuk yang menjadi unsur
pembangun bentuk yang lebih besar sekaligus dalam satu
deretan membngun bentuk itu. Jika bentuk yang lebih besar
itu terdiri atas dua buah bentuk ( unsur) yang lebih lebih
kecil memang demikiannya adanya. Akan tetapi, tidak

13
semua halnya dalam bentuk-bentuk yang terdiri atas lebih
dari dua bentuk yang lebih kecil. Misalnya bentuk ber-
,pakai dan -an tidaklah sekaligus (serempak) mebentuk
berpakaian, melainkan bertahap, mulai dari pakaian setelah
itu ber- pada pakaian menjadi berpakaian . Unsur yang
secara langsung membentuk satuan yang lebih besar disebut
immediate constituent, misalnya pakai dan -an merupakan
unsur langsung bentuk pakaian , dan pakaian merupakan
unsur langsung bentuk berpakaian. Diagram pembentukan
sebagai berikut.
Bagaimana unsur langsung sebuah bentuk
dapat dituturkan?. Jika bentuk itu terdiri atas dua buah
unssur, maka keduaya itu merupakan unsur langsung. Jika
bentuk itu terdiri atas lebih dari dua unsur, penentuan
unsur langsung itu harus memperhatikan dua taraf.
Pertama, cari kemungkinan adanya bentuk
yang satu tigkat. Lebih kecil daripada bentuk yang diselidiki
misalnya berkemauan . Bentuk yang satu tingkat lebih kecil
daripadanya adalah kemauan karena tidak ada bentuk
berkemauan. Jadi, unsur langsung bentuk kemauan itu?
Bentuk kemauan jelas tidak ada, dengan demikian bentuk
mauan. Yang adalah bentuk mau . Dengan demikian dapat
ditentukan bahwa unsure langsung bentuk kemauan dan
ke-an. Diagramnya sebagai berikut :
Kedua, perhatikan arti atau makna bentukan-
bentukannya, baik makna bentuk yang diselidiki maupun
makna bentuk yang satu tingkat yang lebih kecil
daripadanya. Misalnya bentuk yang satu tingkat yang lebih
kecil daripada pembacaan adalah pembaca dan bacaan.
Kedua bentuk pemakaian itu terdapat dalam pemakain
bahasa. Jadi berdasarkan pertama, unsur langsung

14
pembacaan adalah pembaca dan bacaan. Kedua bentuk
pemakaian itu terdapat dalam pemakaian bahasa. Jadi,
berdasarkan taraf pertama, unsur langsung pembacaan
mungkin pembaca dan –an, mungkin pula peN dan bacaan
manakah yang betul? untuk itu hendaknya diperhatikan
makna pembacanya. Kata pembacanya mempunyai arti “hal
membaca” atau “perbuatan pembaca”. Kalau pembaca
dianggap terdiri atas unsur langsung peN- dan bacaan maka
jelaslah makna peN- tidak sesuai dengan arti yang
dinyatakan.
Oleh kata pembacaan, karena afiks peN- pada
umunya menyatakan (1) orang yang bisa melakukan
perbuatan yang disebut bentuk dasarnya, atau menyatakan
alat yang bisa dipakai untuk melakukan perbuatan disebut
bentuk dasarnya, misalnya penulis, pemangkas, penggaris,
penghapus; (2) orang yang memiliki sifat yang tersebut pada
bentuk dasarnya, misalnya: pemalas, pemalu; (3) sesuatu
menyebabkan adanya sifat yang tersebut pada dasarnya,
misalnya; penyakit, penawar (4) orang yang bisa melakukan
pernuatan yang berkaitan dengan benda tersebut pada
bentuk pada dasarnya, misalnya: peladamg, p elaut. Kalau
pembacaan tediri atas unsur langsung pembaca dan –an,
jelas makna penghubung -an tidak sesuai dengan arti yamg
dinyatakan oleh kata pembacaan karena afiks -an pada
umumnya menyatkan (1) benda perhubungan dengan
perbuatan yang tersebut pada bentuk dasarnya, misalnya,
timbangan, tulisan, makanan (2) yang berhungan dengan
benda yang disebut oleh bentuk dasarnya misalnya, harian,
bulanan, mingguan. Oleh karena itu dicari kemungkinan
lain. Satu-satunya lagi kemungkinan adalah peN- an dan
baca. Afiks peN-an pada umumnya bermakna “hal yang

15
berhubungan dengan sesuatu yang tersebut pada bentuk
dasarnya pada bentuk dasarnya”, misalnya pemikiran,
penulisan. Diagramnya adalah sebagai berikut :

berpakaian
Bagaimana unsur langsung sebuah bentuk dapat
dituturkan? Jika bentuk itu terdiri atas dua buah unsur,
maka kedua unsur itu merupakan unsur langsung. Jika
bentuk itu terdiri lebih dari dua unsur penentuan unsur
langsung itu harus memperhatikan dua taraf.
Pertama, cari kemungkinan adanya bentuk yang
satu tingkat, lebih kecil daripada bentuk yang diselidiki
misalnya, berkemauan. Bentuk yang satu tingkat lebih kecil
daripadanya adalah kemauan karena tidak ada bentuk
berkemauan. Jadi, unsur langsung bentuk kemauan itu?
Bentuk kemau jelas tidak ada; demikian pula bentuk mauan.
Yang ada ialah bentuk mau. Dengan demikian dapat
ditentukan bahwa unsur langsung bentuk kemauan adalah
mau dank ke-an. Diagramnya sebagai berikut:

berkemauan
Kedua, perhatikan arti atau makna bentukan-
bentukannya, baik makna bentuk yang diselidiki maupun
makna bentuk yang satu tingkat lebih kecil daripadanya.
Misalnya bentuk yang satu tingkat lebih kecil daripada
pembacaan adalah pembaca dan bacaan. Kedua bentuk
pemakaian itu terdapat dalam pemakaian bahasa. Jadi,
berdasarkan taraf pertama, unsur langsung pembacaan
mungkin pembaca dan –an, mungkin pula peN- dan bacaan
manakah yang betul? Untuk itu hendaknya diperhatikan
makna pembacaan. Kata pembacaan mempunyai arti “hal

16
membaca” atau “perbuatan pembaca”. Kalau pembacaan
dianggap terdiri atas unsur langsung peN- dan bacaan,
maka jelaslah makna peN- tidak sesuai ddengan arti yang
dinyatakan oleh kata pembacaan, karena. Sebab afiks peN-
pada umumnya menyatakan (1) orang yang biasa
melakukan perbuatan yang disebut bentuk dasarnya, atau
menyatakan alat yang biasa dipakai untuk melakukan
perbuatan yang disebut bentuk dasarnya. Misalnya, penulis,
pemangkas, penggaris, penghapus; (2) orang yang memiliki
sifat yang tersebut pada bentuk dasarnya. Misalnya,
pemalas, pemalu,; (3) sesuatu yang menyebabkan adanya
sifat yang tersebut pada bentuk dasarnya. Misalnya,
penyakit, penawar; (4) orang yang biasa melakukan
perbuatan yang berkaitan dengan benda yang tersebut pada
bentuk dasarnya. Misalnya, peladang, pelaut. Jika
pembacaan dianggap terdiri atas unsur langsung pembaca
dan –an, jelas makna penghubung –an tidak sesuai dengan
arti yang dinyatakan oleh kata pembacaan karena afiks –an
pada umumnya menyatakan (1) benda yang berhubungan
dengan perbuatan yang tersebut pada bentuk dasarnya.
Misalnya, timbangan, tulisan, makanan; (2) yang
berhubungan dengan benda yang disebut oleh bentuk
dasarnya. Misalnya,harian, mingguan, bulanan. Oleh karena
itu, hendaknya dicari kemungkinan lain. Satu-satunya lagi
kemungkinan adalah peN-an dan baca. Dilihat dari segi arti,
jelas bahwa pembacaan terdiri atas unsur langsung peN-an
dan baca. Afiks peN-an pada umumnya bermakna “hal yang
berhubungan dengan sesuatu yang tersebut pada bentuk
dasarnya‟. Misalnya, pemikiran, penulisan. Diagramnya
dapat dilihat sebagai berikut:
Buat diagramnya….

17
Latihan BAB II
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan Lingusitik.
2. Bbandingkanlah bentuk tunggal dan bentuk kompleks
dengan memberikan contoh.
3. Tentukanlah kata-kata dibawah ini apakah termaksud
bentuk tunggal atau bebntuk kompeleks yaitu :
a. Makan,pergi,lari,dapat,lurus
b. Mencari,dilempar kepada,tersambar,beternak
c. Buku baru,dia pergi,membeli apa ?
4. Bandingkanlah antara bentuk bebas dengan bentuk
terikat dengan memberkan contoh.
5. Tentukanlah bentuk-bentuk dibawah ini apakah
termkasud bentuk bebas atau bentuk terikat yaitu ;
6. Jelaskanlah perbedaan antara bentuk asal dengan bentuk
dasar. Kemudian berikanlah contohnya.
7. Tentukanlah bentuk dasar dan bentuk asal dari kata-kata
dibawah ini, yaitu ;
a. Berperikemanusian,pertanian,kehutanan.
b. Kemanusiaan,perikemanusiaan,perindustrian
c. Berpakaian,dilembagakan,ditimbang
d. Berkesudahan,bersatu,berkemauan
8. Jelaskan apa yang dimaksud dengan Immediate
Constituent.
9. Buatlah unsur langsung dari kata-kata dibawah ini :
a. Berperikemanusiaan
b. Mempertanggungjawabkan
c. Ketidkadilan
d. Mempersatukan.
10. Tentukanlah bentuk terikat apa yang melekat pada soal 9.

18
19
BAB III
MORFEM DAN PENGENALANNYA

A. Pengertian Morfem
Prof. H. Ramlan dalam bukunya yang berjudul
“morfologi” menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan
morfem ialah bentuk linguistik yang paling kecil, yakni
bentuk linguistik yang tidak mempunyai bentuk lain sebagai
unsurnya. Misalnya bentuk rumah, sepeda, jalan, bor-, di-,
maha-, juang-, dan lah- masing-masing merupakan sebuah
morfem. Block dan Tragor (1942:54) menyebutkan bahwa
morfem adalah semua bentuk, baik bentuk bebas maupun
bentuk terikat, yang tidak dapat dibagi ke dalam bentuk
terkecil yang mengandung arti; sedangkan sansuri
(1932:170) menyebutkan bahwa morfem adalah komposit
bentuk pengertian yang terkecil yang sama atau mirip yang
berulang.
Bentuk rumah adalah sebuah morfem karena tidak
dapat dibagi menjadi bentuk yang terkecil yang
mengandung makna. Bentuk meN- juga sebuah morfem
karena tidak dapat dibagi menjadi beberapa bentuk terkecil
yang mengandung makna. Dalam pemakaiannya, baik
bentuk rumah maupun bentuk meN- selalu berulang, baik
bentuk yang sama atau mirip, seperti dalam pemakaiannya
pada rumahnya, perumahan, berumah, menulis, membaca,
mengarang, dan sebagainya.
Seperti telah anda ketahui bentuk linguistik itu ada
yang merupakan bentuk bebas dan ada pula yang
merupakan bentuk terikat. Setiap bentuk linguistik yang

19
berupa bentuk tunggal, baik itu bentuk bebas maupun
bentuk terikat, merupakan morfem. Oleh karena itu morfem
pun ada yang merupakan morfem bebas dan ada pula yang
merupakan morfem terikat. Morfem bebas adalah morfem
yang berupa bentuk tunggal bentuk bebas. Misalnya, lari,
duduk, makan, meja, kursi, kamar; dan morfem terikat
adalah semua bentuk tunggal bentuk terikat, misalnya: di,
ke, dari, ber-, pen-, ter-.

B. Morfem, Morf, dan Alomorf.


Morfem banyak yang hanya mempunyai satu
struktur fonologis, yakni baik jumlah maupun urutan
volumenya selalu tetap. Disamping itu, banyak pula morfem
yang mempunyai beberapa struktur-struktur fonologis,
misalnya morfem meN- mempunyai struktur struktur
fonologis mem-, men-, meng-, meny-, seperti terdapat pada
kata kata membaca, mendengar, menggoreng, menyapu,
melatih. Bentuk-bentuk mem-, men-, meng-, meny-, dan me-
itu masing-masing disebut morf yang semuanya merupakan
alomorf (anggota dari morfem yang sama) dari morfem
meN- (Ramlan, 1978:11). Jadi dapat dikatakan bahwa
morfem meN- mempunyai morf-morf mem-, men-, meng-,
meny-, dan me- sebagai alomorfnya. Contoh yang lain
misalnya morfem ber- pada bekerja; dan morf bel- misalnya
pada belajar. Morf ber-, be-, dan ber-, ketiga-tiganya
merupakan alomorf dari morfem ber-.
Mengenai morfem, morf dan alomorf ini Verhaar
memberikan penjelasan lebih lanjut. Morfem dianggapnya
sebagai (konstituen) (unsur) yang abstrak, yang nampak
dalam pemakaiannya adalah alomorf-alomorf dari morfem
itu. Misalnya morfem jamak dalam bahasa Inggris. Morfem

20
itu direalisasikan dengan perubahan/ pergantian bentuk
seperti ox, ---- oxen, foot ---- feet. Bentuk-bentuk itu
merupakan alomorf morfem jamak (yang dilambangkan)
[jamak], sedangkan morf tidak lain daripada salah satu
bentuk alomorf dari satu morfem yang merupakan bentuk
yang dipilih dan dianggap mewakili secara konkrit morfem
yang bersangkutan. Misalnya dalam bahasa Inggris untuk
jamak dengan segala alomorfnya dapat diambil S sebagai
morf dan morfem lampau dengan segala alomorfnya dapat -
ed sebagai morf.

C. Morfem Bebas dan Terikat.


Kalau kita katakan bahwa makan adalah sebuah
morfem dan -i juga adalah sebuah morfem, akan jelaslah
kepada kita bahwa kedua bentuk ini tidak sama
kedudukannya. morfem makan kita katakan dapat bebas
karena dapat dipakai tersendiri tidak perlu bantuan bantuan
morfem lain. Morfem -i tidak demikian halnya, karena
morfem ini tidak dapat dipakai dengan tidak melekatnya
kepada morfem lain. Morfem yang demikian kita sebut
morfem terikat.
Dilihat dari sudut arti -i tidak mempunyai arti leksis
yang dimilikinya hanya arti gramatis, sebagai akibat
melekatnya pada bentuk lain. Jadi segala bentuk atau
morfem yang sama dengan morfem -i ini kita golongkan
dalam morfem terikat secara morfonis. bentuk-bentuk atau
morfem-morfem lain yang kelihatan tidak dapat berdiri
sendiri seperti dari, kepada, tentang, walaupun, dan
sebagainya. Ramlan memberi contoh sebagai berikut :

21
dari toko
dari sebuah toko
dari dua buah toko
dari hampir semua toko

berjalanlah
berjalan cepatlah
berjalan ke utaralah
berjalan ke utara sajalah

Bentuk dari kelihatannya terikat pada bentuk toko,


tetapi dengan adanya frase dari suatu toko, dari dua buah
toko, dan dari hampir semua toko. Jelaslah bahwa bentuk
dari secara dramatis dapat dipisahkan dari toko. Demikian
bentuk lah pada berjalanlah. Bentuk ini kelihatan terikat
pada berjalan, tetapi dengan adanya bentuk berjalan
cepatlah, berjalan ke utaralah, berjalan ke utara sajalah. Jelas
bahwa bentuk lah secara gramatis tidak terikat pada bentuk
berjalan (1979 : 9).
Dengan demikian jelas pula bahwa bentuk-bentuk
tersebut tidak termasuk bentuk terikat secara morfemis.

D. Morfem dan Kata.


Disamping istilah morfem, morf, dan alomorf,
terdapat istilah kata. Kata merupakan dua macam satuan,
ialah satuan fonologis dan satuan gramatis. sebagai satuan
fonologis kata terdiri dari satu atau beberapa suku dan suku
itu terdiri dari satu atau beberapa fonem. Misalnya kata
belajar terdiri dari 3 suku kata ialah be, la, dan jar. Suku be
terdiri dari dua fonem, suku la terdiri dari dua fonem dan

22
jar terdiri dari tiga fonem. Jadi kata belajar terdiri dari tujuh
fonem /b,e,l,a,j,a,r/.
Secara dramatis, kata terdiri dari satu atau beberapa
morfem. Kata belajar terdiri dari dua morfem ialah morfem
ber- dan morfem ajar. Kata terpelajar terdiri dari tiga
morfem ialah morfem ter-, pe- dan ajar. Kata pelajaran
terdiri dari dua morfem ialah morfem per-an dan morfem
ajar. Kata pengajaran terdiri dari dua morfem adalah peN-an
dan ajar. Ada pula kata yang terdiri dari empat morfem,
misalnya berkepimimpinan yang terdiri dari morfem-
morfem ber,- ke-an, peN; dan pimpin dan ada yang terdiri
dari satu morfem misalnya kata-kata datang, pergi, rumah,
orang, dan sebagainya.
Yang dimaksud dengan istilah kata adalah bentuk
bebas yang paling kecil atau dengan kata lain, setiap satu
bentuk bebas merupakan kata. Jadi bentuk-bentuk rumah,
duduk, penduduk, pendudukan, kedudukan, negara,
negarawan, kenegaraan, pemimpin, kepemimpinan,
berkepemimpinan, ruang, ruangan, dan sebagainya masing-
masing merupakan kata karena masing-masing merupakan
satu bentuk bebas.
Bentuk-bentuk dari, kepada, sebagai, tentang,
karena, meskipun, lah dan sebagainya juga termasuk
golongan kata. Bentuk-bentuk tersebut, meskipun tidak
merupakan bentuk bebas, tetapi secara gramatis mempunyai
sifat.
Bentuk-bentuk rumah makan, kamar mandi, kamar
tidur, mata pelajaran, kepala batu, keras hati, keras kepala,
panjang tangan, dan sebagainya. Sekalipun terdiri dari dua
bentuk bebas, juga termasuk golongan kata, karena bentuk-

23
bentuk tersebut memiliki sifat sebagai kata yang
membedakan dirinya dari frase.

E. Prosedur Pengenalan Morfem


Pengenalan morfem dapat dilakukan dengan jalan
membanding-bandingkan bagian-bagian yang berulang dan
dengan jalan mengadakan substitusi. Misalnya dari deretan
bentuk-bentuk tergigit, termakan, terminum, kita mengenal
bentuk ter- yang berulang dan mempunyai pengertian yang
sama misalnya (tidak sengaja dilakukan, dan bagian-bagian
lain yang bisa saling disubstitusikan) sehingga dapat
dimasukkan ke dalam rangka sebagai berikut:

Ter

Bila bangian lain disubsitusikan maka terdapatlah


rangka seperti di bawah ini :

Ter Gigit
Makan
Minum

Sejalan dengan substitusi itu ada pengertian pada


setiap substitusi tersebut. Bagian-bagian yang bisa
disubstitusikan itu disebut di dalam kontras. Dengan cara
membanding-bandingkan dan kontras kontras demikian,
morfem-morfem suatu bahasa dapat kita kenal.
Cara mengenal morfem itu didasarkan atas prinsip-
prinsip tertentu yang diuraikan di bagian berikut.

24
F. Prinsip-prinsip Pengenalan Morfem.
Di bawah ini dikemukakan beberapa prinsip
pengenalan morfem antara lain :
1. Bentuk-bentuk yang mempunyai struktur fonologis dan
arti atau makna yang sama merupakan satu morfem.
Bentuk baju dalam berbaju, menjahit baju, baju biru, baju
batik merupakan satu morfem, karena bentuk itu
mempunyai struktur fonologis dan arti yang sama.
Demikian pula bentuk baca dalam membaca, dibaca,
pembaca, bentuk di- pada kata dipukul, disuruh, ditulis,
diambil, dibuat dan sebagainya.
Bentuk ke-an dalam kehujanan dan bentuk ke-an
dalam kemanusiaan, meskipun keduanya mempunyai
struktur fonologis yang sama, tetapi tidak dapat
dimasukkan dalam satu morfem, karena makna atau arti
gramatisnya tidak sama. Bentuk ke-an dalam kehujanan
menyatakan "pasif" keadaan sedangkan bentuk ke-an
dalam kemanusiaan menyatakan abstraksi hal. Demikian
pula bentuk buku dalam buku tebu dan bentuk buku
dalam ia membaca buku, keduanya tidak dapat
dimasukkan dalam satu morfem, karena artinya berbeda,
sekalipun struktur fonologisnya sama. Bentuk melihat
dan memandang juga tidak dapat dimasukkan ke dalam
satu morfem, karena struktur fonologisnya berbeda
sekalipun artinya sama.
Sesuai dengan prinsip ini jelaslah bahwa bentuk-
bentuk merupakan satu morfem apabila mempunyai
struktur fonologis dan arti atau makna yang sama. Yang
dimaksud dengan struktur fonologis disini ialah urutan
fonem. bentuk-bentuk dikatakan mempunyai struktur
fonologis yang sama apabila fonem fonem dan urutan

25
fonem nya sama. Istilah arti dimasukkan arti leksis,
sedangkan istilah makna dimasukkan arti gramatis.
2. Bentuk-bentuk yang mempunyai struktur fonologis yang
berbeda, merupakan satu morfem apabila bentuk-bentuk
itu mempunyai arti atau makna yang sama dan
perbedaan struktur fonologisnya dapat dijelaskan secara
fonologis.
Bentuk-bentuk mem-, men-, meny-, meng- dan
me-, misalnya pada kata membawa, mendukung,
menyuruh, menggali dan melerai mempunyai makna
yang sama; ialah menyatakan "aktif". Struktur
fonologisnya berbeda. Yang menjadi masalah di sini ialah
apakah perbedaan struktur fonologis. Bentuk-bentuk itu
dapat dijelaskan secara fonologis atau tidak. Jika
perbedaan itu dapat dijelaskan secara fonologis, maka
bentuk-bentuk itu merupakan satu morfem atau dengan
kata lain, merupakan alomorf dari suatu morfem yang
sama, tetapi sebaliknya, jika perbedaan itu tidak dapat
dijelaskan secara fonologis, maka bentuk-bentuk tersebut
merupakan morfem-morfem sendiri.
Dari kata-kata tersebut di atas, ialah kata-kata
membawa, mendukung, menyuruh, menggali dan
melerai, jelaslah bahwa perbedaan struktur fonologis
bentuk-bentuk mem-, men-, meny-, meng-, dan me-
disebabkan oleh konsonan awal bentuk yang
mengikutinya, atau dengan kata lain disebabkan oleh
kondisi bentuk yang mengikutinya. Terdapat mem-
apabila konsonan awal bentuk yang mengikuti berupa
/b/, terdapat men-, apabila konsonan awal yang
mengikutinya berupa /d/ terdapat meny- apabila
konsonan awal bentuk yang mengikuti berupa /a/,

26
terdapat meng- apabila konsonan awal bentuk yang
mengikutinya berupa /g/ dan terdapat me- apabila
konsonan awal bentuk yang mengikutinya berupa /i/.
jadi jelaslah bahwa perbedaan struktur fonologis dan
karena itu bentuk-bentuk tersebut merupakan satu
morfem, atau merupakan alomorf dari morfem yang
sama ialah morfem meN- yang karena kondisi bentuk
yang mengikutinya berubah menjadi mem-, men-, meny-,
meng- dan me-, bahkan juga menjadi menge- misalnya
pada mengebom, mengecat, mengepel, mengepur,
mengelas dan sebagainya.
3. Bentuk-bentuk yang mempunyai struktur fonologis yang
berbeda, sekalipun perbedaannya tidak dapat dijelaskan
secara fonologis, masih dianggap satu morfem, apabila
mempunyai arti atau makna yang sama, dan mempunyai
distribusi yang komplementer.
Untuk menjelaskan distribusi komplementer,
diambil contoh tiga bentuk yang ditandai dengan A, B,
dan C. Ketiga bentuk itu berdistribusi dengan ketiga
bentuk lainnya yang disini ditandai dengan 1, 2 dan 3.
Bentuk A hanya dapat berdistribusi dengan 1 dan B
hanya dapat berdistribusi dengan bentuk 2, dan bentuk C
hanya dapat berdistribusi dengan bentuk 3. Jadi
diperoleh bentuk A1, A2, dan A3 tidak ada, demikian
pula B1, B3? 01,02. Distribusi yangsemacam itulah yang
dimaksud dengan distribusi yang komplementer.
Sebagai contoh misalnya bentuk bel- pada belajar,
be- pada bekerja dan ber- pada berjalan. Bentuk ber- dan
be- berdasarkan prinsip 2 jelas merupakan suatu morfem,
karena perbedaan struktur fonologisnya dapat dijelaskan
secara fonologis. Adanya be-, disebabkan oleh kondisi

27
bentuk yang mengikutinya ialah diikuti oleh bentuk yang
suku pertamanya berakhir dengan er, misalnya pada
bekerja, beserta, beternak. Berbeda halnya dengan bel-,
bentuk ini hanya terdapat pada belajar, pada bentuk lain
selalu dipakai be; atau ber-, dan sebaliknya pada bentuk
ajar tidak pernah dipakai bentuk ber atau be. Karena itu
bel- merupakan satu morfem ber-, karena meskipun
struktur fonologisnya berbeda dan perbedaannya tidak
dapat dijelaskan secara fonologis, tetapi mempunyai
makna yang sama dan mempunyai distribusi yang
komplementer dengan morfem ber-.
4. Apabila dalam deretan struktur suatu bentuk ber paralel
dengan suatu kekosongan, maka kekosongan itu
merupakan morfem, ialah yang disebut morfem Zero.
Misalnya dalam bahasa Indonesia, terdapat
deretan struktur sebagai berikut:
a. Ia membeli sepeda
b. Ia menjahit baju
c. Ia membaca buku
d. Ia menulis surat
e. Ia makan roti
f. Ia minum es

Keenam kalimat itu semuanya berstruktur S-P-O,


maksudnya S atau subyek ada dimuka, diikuti P atau
predikat, diikuti O atau obyek. Predikatnya berupa kata
kerja aktif dan transitif. Pada 1, 2, 3 dan 4 kata kerja aktif
dan transitif itu ditandai oleh adanya meN, sedangkan
pada kalimat 5 dan 6 kata kerja aktif dan transitif itu
ditandai oleh kekosongan ialah tak adanya meN-, oleh

28
karenanya kekosongan itu merupakan morfem yang
disebut morfem Zero.
5. Bentuk-bentuk yang mempunyai struktur fonologis yang
sama mungkin merupakan satu morfem, mungkin pula
merupakan morfem yang berbeda. apabila bentuk yang
mempunyai bentuk fonologis yang sama itu berbeda
artinya, tentu saja merupakan morfem yang berbeda.
Misalnya kata buku dalam ia membaca buku
yang berarti "kitab" dan kata buku dalam buku tebu yang
berarti "sendi". kedua kata buku itu merupakan morfem
yang berbeda karena artinya berbeda, sekalipun
mempunyai struktur fonologis yang sama. Demikian
pula kata sedang dalam nilainya sedang saja. Dengan
kata sedang dalam ia sedang pergi. kata sedang yang
pertama berarti tidak terlalu baik dan tidak terlalu jelek
"cukupan" dan kata sedang yang kedua berarti "baru,
lagi".
Apabila bentuk-bentuk yang mempunyai struktur
fonologis yang sama itu, mempunyai arti yang
berhubungan, bentuk itu merupakan satu morfem
apabila distribusinya tidak sama. Misalnya kata duduk
dalam ia sedang duduk merupakan satu morfem dengan
kata duduk dalam "duduk orang itu sangat sopan",
karena keduanya mempunyai arti yang berhubungan dan
mempunyai distribusi yang berbeda. Kata duduk dalam
ia sedang duduk berfungsi sebagai predikat dan
termasuk golongan kata kerja, sedangkan kata duduk
dalam duduk orang itu sangat sopan berfungsi sebagai
subyek; dan termasuk dalam golongan kata benda
sebagai akibat adanya proses nominal

29
Demikian pula kata datang dalam ia belum
datang, merupakan satu morfem dengan adanya kata
datang dalam, datangnya terlambat,karena keduanya
mempunyai arti yang berhubungan dan mempunyai
distribusi yang berbeda.
Sebaliknya kata mulut pada mulut gua itu lebar
merupakan pakan morfem yang berbeda dengan kata
mulut pada mulut orang itu lebar; karena kedua kata
mulut itu mempunyai distribusi yang sama.demikian
pula kata kursi pada ia membeli kursi merupakan
morfem yang berbeda dengan kata kursi pada ia
mendapat kursi di DPR karena keduanya mempunyai
distribusi yang sama.
Persamaan dan perbedaan distribusi dapat dilihat
dari kalimat-kalimat ini :
Ia tinggal di rumah
Ia tinggal di kota
Ia tinggal di kampus
Ia tinggal di kampung

Kata-kata rumah kota, kampus dan kampung


pada kalimat-kalimat tersebut di atas mempunyai
distribusi yang sama.demikian pula kata-kata tinggal,
ada dan tidur pada kalimat berikut:
Ia tinggal di rumah
Aku tinggal di rumah
Mereka tinggal di rumah

Dari uraian di atas, jelaslah bahwa kata-kata


dikatakan mempunyai distribusi yang sama, apabila
menduduki fungsi yang sama,dikatakan kata-kata itu

30
mempunyai distribusi yang berbeda. Misalnya kata lari
dalam kalimat berikut:
Ia lari
Larinya cepat

Demikian pula kata sakit dalam kalimat


Ia sakit
Sakitnya belum sembuh

6. Setiap bentuk yang dapat dipisahkan merupakan


morfem. Misalnya di samping bersandar terdapat
sandaran. Jelas bahwa bersandar terdiri dari bentuk ber-
dan sandar,dan sandaran terdiri dari bentuk standar dan
-an. Maka bersandar dan -an masing-masing merupakan
morfem tersendiri.
Contoh lain misalnya disamping menduduki,
terdapat diduduki dan kedudukan. Jelas bahwa
menduduki terdiri dari, duduk dan -i: duduk yg terdiri
dari duduk dan i dan kedudukan terdiri dari ke-an dan
duduk. Maka meN-, duduki, di-,dan ke-an merupakan
morfens endiri-sendiri.
Bentuk renta yang berarti sekali hanya terdapat
pada tua renta. Tetapi disamping tua renta terdapat tua
bangka, sudah tua, ketua. Maka jelas bahwa tua
merupakan satu morfem, dan bentuk renta, hanya dapat
bergabung dengan tua, juga merupakan morfem
tersendiri. Demikian pula bentuk-bentuk bangka, sudah
dan ke suatu suatu morfem yang hanya dapat
berkombinasi dengan satu morfem saja, disebut morfem
unik. Demikianlah morfem renta itu dapat disebut
morfem unik.

31
Disamping prinsip-prinsip di atas masih ada lagi
prinsip-prinsip tambahan antara lain:
1. Bentuk-bentuk yang sembunyi (homofon) merupakan:
a. Morfem-morfem yang berbeda apabila pengertiannya
berbeda pula.misalnya dalam bahasa Indonesia
bentuk-bentuk seperti “bisa” yang berarti racun dan
“bisa” yang berarti dapat termasuk dua morfem yang
berbeda kata sedang yang berarti cukupan dan kata
sedang yang berarti lagi: kata buku yang berarti kitab
dan kata buku yang berarti termasuk morfem yang
berbeda pula.
b. Morfem yang sama, apabila pengertiannya yang
berhubungan (atau sama) diikuti oleh distribusi yang
berlainan.misalnya kata kaki yang berdiri didepan
bentuk-bentuk kuda, amat, orang, dan yang berdiri di
depan bentuk gunung.oleh karena pengertian kaki
pertama dan kaki kedua berhubungan yaitu bagian
bahwa sesuatu, maka kedua bentuk tersebut bisa
dianggap morfem yang sama karena mempunyai
distribusi yang berbeda. Dan sebagainya
c. Morfem-morfem yang berbeda, biarpun pengertian-
nya berhubungan tetapi sama distribusinya. Dan
bentuk kursi yang berarti kedudukan.di dalam
kalimat mereka berebutan kursi itu.orang tidak tahu
apa maksud pengertian kursi itu bisa saja
pengertiannya yang pertama dan bisa saja yang
kedua.oleh karena itu bentuk-bentuk kursi itu
hendaklah dianggap sebagai dua morfem yang
berlainan.

32
2. Suatu bentuk, bisa dikatakan morfem apabila
a. Berdiri sendiri. Misalnya, bentuk-bentuk seperti jelas,
yang, makan, dan sebagainya.
b. Merupakan perbedaan yang formil di dalam suatu
deretan. Misalnya bentuk -an dalam deretan struktur
tanaman tulisan makanan dan sebutan biarpun -an itu
tidak pernah berdiri sendiri dapatlah kita selesaikan
dengan mengingat bentuk-bentuk tanam, makan, tulis
dan sobut. Sehingga -an merupakan perbedaan yang
formal dari pada bentuk tanam dan tanaman, makan
dan makanan tulis dan tulisan serta sebut dan
sebutan.
c. Terdapat di dalam kombinasi-kombinasi dengan
unsur lain yang terdapat berdiri sendiri atau didalam
kombinasi-kombinasi yang lain pula, misalnya,
conceivo, ricoive, porcoive, conduo, roduvo, produco,
contain, rotoin, portoin. Secara mudah dapat la
dinyatakan bentuk-bentuk di atas itu dalam kolom-
kolom berikut:
Con Coive
Roo Duce
Por Tain
Pro
Sehingga dengan demikian terdapatlah
morfem-morfem oon, roo, por, pro, cive, Duce, tain.
3. Jika suatu bentuk terdapat di dalam kombinasi satu-
satunya dengan bentuk lain, yang pada gilirannya
terdapat berdiri sendiri atau di dalam kombinasi dalam
bentuk-bentuk lain, bentuk diatas dianggap morfem juga,
misalnya, bentuk renta, yang tidak pernah berdiri sendiri

33
atau di dalam kombinasi dengan bentuk-bentuk lain
kecuali bentuk tua.
Dengan kata lain renta selalu didahului dengan
kata bentuktua. Sehingga merupakan kombinasi tua
renta yang berarti tua sekali. Karena distribusi tua renta
satu-satunya bagi bentuk renta itu, biasanya Morfem
semacam itu disebut morfem.
4. Jika di dalam satu deretan struktur terdapat perbedaan
yang tidak merupakan bentuk melainkan suatu
kekosongan maka kekosongan itu dianggap sebagai
a. Morfem tersendiri apabila deretan struktur itu
berurusan dengan morfem-morfem.
b. Alomorf dari suatu morfem apabila deretan struktur
itu berurusan dengan alomorf alomorf suatu morfem.
(Samsuri 1978:180) misalnya: dapat kita perhatikan
deretan struktur bahasa teks dialog veracruz (bahasa
bahasa Afrika) di bawah ini.
ni kwa “ aku makan”
ti kwa “engkau makan”
kwa “dia makan”
ni kwa “kami makan”
ti kwah “kita makan”
an kwah “ kamu makan”
kwah “ mereka makan”

Jika kita bandingkan deretan struktur di atas maka -


kwa adalah morfem yang berarti makan, ni berarti aku, ti
berarti engkau, an berarti kamu dan h berarti jamak. Contoh
lain dapat kita lihat dari bahasa Inggris yaitu: bentuk

34
Tunggal Jamak Arti
1. buk buks buku
2. bxg bxgz tas
3. rows rosiz mawar
4. siyp siyp domba

Dari bentuk di atas, deretan struktur pertama, kedua,


ketiga antara bentuk tunggal dan bentuk jamak ditandai
dengan bentuk-bentuk -s, -z, dan -iz, sehingga dapatlah
dikatakan bahwa morfem jamak dalam bahasa Inggris (yang
ditandai dengan Z1) mempunyai alomorf s/z/1z/,
ketiganya bisa diterangkan secara fonologis. Sedangkan
bentuk jamak pada deretan struktur, keempat adalah
kosong, oleh karena itu hanyalah alomorf saja dan bukan
morfem.

G. Wujud Morfem
Untuk mengetahui wujud morfem ini, di dalam
ujaran bentuk-bentuk yang berupa morfem itu dapat
dinyatakan dengan berbagai macam yaitu:
1. Morfem berwujud fonem fonem atau urutan-urutan
fonem Segmen. Jadi, wujud morfem itu terdiri atas
sebuah fonem atau lebih. Misalnya, dalam bahasa
Indonesia kita temukan contoh-contoh seperti -i, pe, ter,
(misalnya tanami, petani, terbawa) pohon, amat, tetapi,
kalau dan sebagainya.
Pada contoh ini jelas bahwa morfem tersebut
terdiri dari fonem atau fonem-fonem segmen.
2. Morfem terdiri atas gabungan fonem fonem segmental
dengan fonem fonem prosodi (suprasegmen). Misalnya
dalam bahasa batak toba urutan fonem-fonem /bottar/

35
belum mengandung pengertian yang penuh atau apa
yang dinyatakan oleh fonem-fonem itu masih
meragukan. Urutan fonem itu menjadi jelas apabila ada
tekanan pada suku pertama atau suku ke-2/ yang berarti
darah yang ke-2 berarti anggur atau putih.
Di dalam bahasa Bugis terdapat morfem-morfem
yang terdiri atas fonem-fonem segmen dan fonem-fonem
prosodi panjang, /Mabatu/ mencari batu dan /nabbatu/
berbatu-batu. Hal seperti itu terdapat juga di dalam
bahasahokano. Dalam bahasa itu terdapat kontras seperti
/ida/ mereka dan /idda/ berbaring.
Dalam bahasa Cina, misalnya morfem dapat
terdiri dari fonem fonem segmental dan fonem prosodi
nada. Bentuk /si/ belum mempunyai arti apabila belum
diketahui nadanya. Bentuk itu dalam nada datar berarti
hilang, dengan nada naik berarti 10, dengan nada turun
naik berarti sejarah, dengan nada naik turun berarti
pasar.
Dari contoh-contoh tersebut jelaslah bahwa
morfem biasa berwujud gabungan antara fonem fonem
segmental dan fonem fonem prosodi
3. Morfem berwujud fonem prosodi
Dalam tuturan fonem-fonem prosodi itu selalu
bersama-sama dengan fonem prosodi, Makkah
pengertiannya menjadi rangkap,yakni fonem-fonem
segmen menyatakan pengertian atau konsep yang satu
dan fonem prosodi menyatakan konsep yang lain lagi.
Amerika dan bahasa-bahasa Afrika, yakni morfem yang
berwujud prosodi nada. Misalnya bahasa mongbandidari
Kongo mempunyai morfem prosodi nada, yakni; ngbo

36
“berenang” (subjek tunggal), ngbo berenang (subjek
jamak).
4. Morfem berupa gabungan fonem-fonem prosodi dengan
keprosodian, yakni intonasi atau lagu kalimat. Dalam hal
ini yang umum dipakai adalah gabungan antara nada
dan persendian contoh :
23 31
1. #Amat makan#
23 32
2. #amatmakan#

Pada contoh diatas jelas bahwa intonasi #233


1#merupakan berita dan #2 3 2 #merupakan tanya.
5. Morfem berwujud kekosongan (tanujud) maksudnya,
morfem itu bermanifestasikan kosong, yang biasa disebut
morfem juru atau morfem wujud dandan biasa
digambarkan dengan
Contoh di bawah ini dari bahasa Sieer azatee:
1. Nitayi “aku minum”
2. Titayi “ engkau minum”
3. Tayi “dia minum”
4. Nantayi “kamu minum”

Pada contoh diatas morfem wujud yang berarti


dia terdapat pada nomor (3)

37
Soal Latihan Bab lll
1. Jelaskan pendapat prof. M. Ramlan dengan Samsuri
mengenai pengertian morfem.
2. Jelaskan apa yang dimaksud dengan morf dan allomof.
Kemudian buatlah allomof dari bentuk-bentuk: men-;
ber-; pen-.
3. Morfem dapat dibagi atas dua bagian yaitu morfem bebas
dan morfem terikat. Coba bandingkan kedua-duanya
dengan memberikan contoh.
4. Tentukanlah berapa morfem bebas dan berapa morfem
terikat dalam kalimat di bawah ini yaitu
Diapun berjalanlah menuju pekarangan rumahnya di
pinggiran sungai itu.
5. Jelaskanlah perbedaan antara morfem dan kata dengan
memberikan contoh.
6. Coba jelaskan prinsip-prinsip pengenalan morfem.
7. Dalam ujaran bentuk-bentuk yang berupa morfem itu
dapat dinyatakan dengan berbagai macam coba sebutkan
dan jelaskan satu persatu dengan memberikan contoh.
8. Jelaskanlah apakah bentuk-bentuk dibawah ini
mempunyai morfem terikat atau tidak yaitu
a. Perintah; perampok; perangko; perahu; pemerintah.
b. Telunjuk; gemetar; gerigi.
c. Kelupas, kelopak, menggelepar.

38
BAB IV
PROSES MORFOLOGIS

A. Pengertian Proses Morfologi


Proses morfologi ialah proses pembentukan kata-
kata dari bentuk lain yang merupakan bentuk dasarnya.
Bentuk dasarnya itu mungkin berupa kata, seperti pada kata
terjauh yang dibentuk dari kata jauh, kata menggergaji yang
dibentuk dari kata gergaji, rumah-rumah yang dibentuk dari
kata rumah, kata berjalan-jalan yang dibentuk dari kata
berjalan: mungkin berupa pokok kata, misalnya bertemu
yang dibentuk dari kata temu, kata bersandal yang dibentuk
dari kata alir: mungkin berupa prase tidak adil, ketidak
mampuan yang dibentuk dari prase tidak mampu, mungkin
berupa kata dari kata, misalnya kata rumah sakit yang
dibentuk dari kata rumah dan kata sakit, meja makan yang
dibentuk dari meja dan kata makan, kepala batu yang
dibentuk dari kepala dan kata batu:
Mungkin berupa kata dan pokok kata misalnya kata
kolam dan kata tempur, kolam renang yang dibentuk dari
kata kolam dan pokok kata renang dan mungkin pula
berupa pokok kata pokok kata, misalnya lomba lari yang
dibentuk dari pokok kata lomba dan pokok kata tari, kata
jual beli yang dibentuk dari pokok kata jual dan pokok kata
beli.
Pada terjauh, kata jauh mendapat bubuhan ter-, pada
menggergaji, kata gergaji mendapat bubuhan meN-, pada
bertemu, pokok kata temu mendapat bubuhan ber-, pada
bersandar, pokok kata sandar mendapat bubuhan ber-, pada

39
mengalir, pokok kata alir mendapat bubuhan meN-, pada
ketidak adilan, prase tidak adil menjadapat bubuhan ke-an,
pada ketidak mampuan, prase tidak mampu mendapat
bubuhan ke-an. Proses pembentukan kata dengan
membubuhkan afiks atau afikssasi dan kata yang dibentuk
dengan proses ini disebut kata berafiks.
Pada kata berjalan-jalan, kata berjalan yang menjadi
bentuk dasarnya bukannya mendapat bubuhan seperti
halnya kata terjauh, melainkan diulang. Demikian pula kata-
kata rumah-rumah, berlari-larian, terbatuk-batuk, berdekat-
dekatan, mempertunjuk-tunjukkan, disodor-sodorkan dan
sebagainya. Proses pembentukan kata dengan pengulangan
bentuk dasarnya itu disebut proses pengulangan atau
reduplikasi dan kata yang dibentuk dengan proses ini
disebut kata ulang.
Pada kata rumah sakit, kata rumah dan kata sakit
yang merupakan bentuk dasarnya, digabungkan hingga
kedua kata itu menjadi satu kata. Demikian pula kata meja
makan, kepala batu proses pembentukan kata dengan
penggabungan semacam itu di sebut proses pemajemukan
dan kata yang dibentuk dengan proses ini disebut kata
majemuk.

B. Jenis-jenis Proses Morfologis


1. Afiksasi
Afiksasi atau kadang-kadang disebut juga
pengimbuan adalah pembentukan kata yang dilakukan
dengan jalan penggabungan kata (akar) atau pokok kata
dengan afiks atau imbuhan. Afiks dapat dibedakan atas
lima macam, yakni :

40
a. Prefiks atau awalan
b. Infiks atau sisipan
c. Sufiks atau akhiran
d. Konfiks atau gabungan dua macam imbuhan
e. Simulfis atau gabungan imbuhan

Prefiks atau awalan dibubuhkan didepan bentuk


dasar umpaa nya afiks dalam bahasa Indonesia per-, ber-,
ter-, dibubuhkan pada bentuk luas. Masing-masing,
menjadi perluas, berluas, dan terluas.
Infiks atau sisipan terselip di dalam sebuah
bentuk yakni antara konsopan pertama dan fokal yang
mengikutinya. Misalnya dalam bahasa Indonesia -el, -er,
dan -en, yang terdapat pada kata-kata gelatar (getar)
gerigi (dari gigi) dan gemuruh (guru).
Sufiks atau akhiran dibubuhkan pada akhir
bentuk dasar, misalnya dalam bahasa Indonesia sufiks –
an, -kan, dan -i bila dibubuhkan pada kata tulis, masing-
masing menjadi tulisan, tuliskan dan tulisi.
Konfiks adalah gabungan dari dua macam
imbuhan yang sekaligus melekat diawal dan diakhir
bentuk dasar bersama-sama membentuk satu arti.
Misalnya konfiks se-nya: per-nya, ke-an.
Simulfiks atau gabungan imbuhan adalah :
gabungan dari pada dua afiks yang melekat diawal dan
diakhir bentuk dasar, dimana tiap-tiap unsure masing-
masing mempertahan kan arti dan fungsi tersendiri.
Misalnya simulfiks diper-kan, memper-kan, di-i, mem-
kan dan sebagainya.

41
Afiks merupakan bentuk terikat, artinya bentuk
itu dalam tuturan yang biasa tidak dapat berdiri sendiri
dan secara gramatis selalu melekat pada bentuk lain.
Misalnya di- yang terdapat dalam dibaca, ditulis, diukir,
dipandang merupakan sebuah afiks, yang berbeda
dengan di seperti yang terdapat dalam di rumah, di
sawah, di kamar dan sebagainya. Yang terakhir tidak
merupakan afiks, melainkan kata karena sebenarnya
bentuk itu secara gramatis mempunyai sifat bebas,
misalnya di rumah dapat menjadi di sebuah rumah.
Dalam bahasa Indonesia terdapat pula bentuk-
bentuk terikat yang mirip afiks, seperti ku, mu, nya, dan
sebagainya. Bentuk-bentuk itu tidak merupakan afiks
melainkan termasuk golongan kritik karena bentuk-
bentuk itu mempunyai arti leksis, sedangkan afiks tidak
memilikinya.
Kalau afiks-afiks yang terdapat dalam bahasa
Indonesia kita teliti, ternyata diantaranya yang berasal
dari bahasa asing, seperti –wan, -man, -wati, -is dan
sebagainya, yakni afiks-afiks yang sudah sanggup keluar
dari lingkungannya atau sanggup melekat pada bentuk-
bentuk yang tidak berasal dari bahasa nya sendiri, artinya
sudah sanggup melekat pada bentuk-bentuk diluar
bahasanya: misalnya dengan –at yang ditemukan kan
muslihat, musminat yang belum mampu keluar dari
lingkungannya atau sanggup melekat pada bentuk lain
yang tidak berasal dari bahasa arab. Bentuk –at tersebut
tidak dapat digolongkan ke dalam afiks bahasa
Indonesia.

42
Dari semua uraian diatas dapat lah dilihan bahwa
afiks itu sebagai berikut:
Prefiks Infiks Sufiks Konfiks Simulfiks
meN- -el- -kan ke-an di-kan
di- -em- -an per-an me-kan
ber- -er- -i se-nya ter-kan
ter- -nya diper-i
peN -wan diper-kan
per- -wati terpe-
se- -is memper-kan
ke- -man diper-an
a- -da memper-i
maha- -wi
para-
pra-
re-

2. Reduplikasi
Reduplikasi atau pengulangan adalah proses
pembentukan kata dengan jalan pengulangan bentuk,
baik seluruhnya ataupun sebagian, baik dengan fariasi
fonem maupun tidak. Hasil reduplikasi disebut kata
ulang, sedangkan bentuk yang diulan itu merupakan
bentuk dasar. Contoh kata kuda-kuda merupakan kata
ulang dari bentuk dasar berjalan, dan kata bolak-balik
merupakan kata ulang dari dasar balik.
Dalam bahasa Indonesia kerap kali ditemukan
bentuk berulang, seperti sia-sia, alun-alun, mondar-
mandir, compang-camping, hura-hura dan sebagainya.
Bentuk-bentuk tersebut tidak dapat digolongkan

43
kedalam kata ulang karena tidak terdapat bentuk dasar
yang diulang. Bentuk sia alun, mondar (mandir),
camping atau compang dan hura dalam hubungannya
dengan bentuk-bentuk berulang itu bukanlah bentuk
lingustik satu-satunya gramatis seperti misalnya bentuk
juang meskipun tidak pernah ditemukan dalam bentuk
juang terdri, bentuk itu dapat ditemukan dalam bentuk-
bentuk lain seperti berjuang perjuangan, lomba juang
yang berbeda dengan bentuk ria, alun dan sebagainya itu.

Untuk dapat mengetahui apakah bentuk-bentuk


berulang itu merupakan kata ulang atau tidak, kita harus
dapat menentukan bentuk dasarnya. Untuk itu, ada
beberapa prinsip yang harus diketahui, (Ramlan, 1978:39-
42) mengemukakan dua prinsip : 1. Pengulangan pada
umumnya tidak mengubah golongan kata, ini berarti
bentuk dasar kata ulang yang termasuk kata benda:
misalnya berupa kata benda pula. Contoh berkata-kata
(kata kerja) bentuk dasarnya berkata (kata kerja) : menasi-
nasi: kata kerja bentuk dasarnya menasi (kata kerja):
gunung-gunung (kata benda) bentuk dasarnya gunung
(kata benda) minum-minuman (kata benda) bentuk
dasarnya minuman (kata benda): cepat-cepat (kata sifat)
bentuk dasarnya cepat (kata sifat): kecil-kecil (kata sifat)
bentuk dasarnya kecil (kata sifat). 2. Bentuk dasar selalu
berupa bentuk yang terdapat dalam penggunaan bahasa.
Misalnya kata ulang mengata-ngatakan bentuk dasarnya
bukan mengata, melainkan mengatakan, karena tidak ada
bentuk mengata dalam pemakaian bahasa. Demikian
pula kata ulang berdesak-desakan bentuk dasarnya buka

44
berdesak melainkan berdasarkan karena bentuk berdesak
tidak terdapat dalam penggunaan bahasa.
Berdasarkan cara mengulang bentuk dasarnya,
reduplikasi atau pengulangan dapat dibedakan atas
empat macam sebagai berikut: a. Pengulangan
seluruhnya
Pengulangan seluruhnya atau pengulangan itu
ialah pengulangan seluruh bentuk dasar tanpa disertai
perubahan fonem dan tidak berkomunikasi dengan
proses afiksasi.
Misalnya:
Sepeda.......................>sepeda-sepeda
Kebalikan...................>kebalikan-kebalikan
Sekali.........................> sekali-sekali
Pembangunan............>pembangunan-pembangunan
Pengertian.................> pengertian-pengertian

b. Pengulangan sebagian
Pengulangan sebagian ialah proses
pementukan kata yang dilakukan dengan sebagian
bentuk dasarnya, dengan kata lain pada pengulangan
sebagian bentuk dasarnya tidak diulang seluruhnya.
Bentuk dasar yang mungkin berupa bentuk tunggal
tetapi dalam bahasa Indonesia kebanyakan berupa
tunggal seperti beberapa dari berapa, pertama-tama
dari pertama, segala-gala dari segala. Jika bentuk
dasarnya berupa bentuk konplek, kemungkinan
bentuk kata ulangnya sebagai berikut:

45
1) Bentuk meN-
Contoh:
membaca...............................> membaca-baca
melambaikan.........................> melambai-lambaikan
menjalankan..........................> menjalan-jalankan
mengemasi............................> mengemas-emasi
2) Bentuk di-
Contoh:
ditarik...................................> ditarik-tari
dikemasi...............................> dikemas-kemasi
disodorkan...........................> disodor-sodorkan
diperkatan............................> diperkata-katakan
dilemparkan.........................> dilempar-lemparkan
3) Bentuk ber-
Contoh :
berkata..................................> berkata-kata
bermain.................................> bermain-main
berlari....................................> berlari-lari
bersiap..................................> bersiap-siap
berbaring...............................> berbaring-baring
4) Bentuk ter-
Contoh :
tersenyum............................> tersenyum-senyum
terbentur..............................> terbentur-bentur
terjatuh................................> terjatuh-jatuh
terlena..................................> terlena-lena
tergoncang...........................> tergoncang-goncang
5) Bentuk ber-an
Contoh:
berhamburan.......................> berhambur-hamburan
berpukulan..........................> berpukul-pukulan

46
berpelukan...........................> berpeluk-pelukan
berlarian...............................> berlari-larian
berkejaran............................> berkejar-kejaran
6) Bentuk –an
Contoh :
makanan.............................> makan-makanan
minum................................> minum-minuman
masakan.............................> masak-masakan
tumbuhan...........................> tumbuh-tumbuhan
nyanyian.............................> nyanyian-nyanyian

Dari contoh-contoh di atas dapat disimpulkan


bahwa dalam pengulangan sebagian ada
kecenderungan untuk hanya mengulang bentuk
asalnya saja.

c. Pengulangan dengan kombinasi afiks


Pengulangan dengan kombinasi afiks
merupakan proses pembentukan kata dimana
pengulangan terjadi bersama-sama dengan
pengimbuhan dan bersama-sama pula mendukung
satu fungsi (gramatis dan semantik), misalnya kata
ulang kuda-kudaan, kata ulang ini berbeda denga kata
ulang minum-minuman, yang merupakan kata ulang
sebagian dengan bentuk dasarnya bukan lah kudaan
melainkan kuda yang diulang serempak dengan
pengguguhan afiks –an. Proses terjadinya kata ulang
kuda-kudaan ialah dari kuda langsung diulan sekali
gus mendapat –an menjadi kuda-kudaan bukan dari
kudaan diulang sebagian menjadi kuda-kudaan dan
bukan juga dari kuda diulang seluruhnya menjadi

47
kuda-kuda, kemudian mendapat afiks -an menjadi
kuda-kudaan. Pengulangan yang serempak dengan
pengimbuhan, atau reduplikasi afiksasi, dalam bahasa
Indonesia terdapat beberapa macam antara lain R-an
(reduplikasi-afiksasi-an), ke-R-an (reduplikasi-afiksasi
ke-an), dan se-R-nya (reduplikasi-afiksasi se-nya)
contoh : anak ..............> anak-anakan rumah
...........> rumah-rumahan
hitam..............> kehitam-hitaman
putih..............> keputih-putihan
luas................> seluas-luasnya
tinggi.............> setinggi-tingginya

d. Pengulangan dengan perubahan fonem.


Dalam bahasa Indonesia pengulangan dengan
perubahan fonem tidaklah banyak, contoh berikut
menunjukan bahwa perubahan fonem itu baik terjadi
baik pada vokal maupun konsonan. Contoh :

bali..................> bolak balik


gerak...............> gerak-gerik
robek ..............> robak-robek
serba ..............> serba-serbi
lauk................> lauk-lauk
sayur..............> sayur-sayur

Dalam bahasa Indonesia kerap kali kita


temukan bentuk-bentuk yang tempatnya merupakan
kata ulang golongan ini misalnya kata-kata simpang
siur, sunyi- senyap, beras-petas. Kata-kata ini tidak
termaksud kata golongan kata ulang, andai kata

48
bentuk-bentuk ini dimasukkan ke dalam golongan
kata ulang, maka siur merupakan perubahan dari
simpang, senyap dari sunyi, petas dari berss.
Peruabahan seperti itu sukar dijelaskan dan secara
deskriptif hal ittu tidak mungkin, oleh karena itu kata-
kata ini lebih tepat dimasukkan kedalam golongan
kata majemuk yang akan kita bicarakan nanti.

3. Perubahan Interen.
Pada beberapa bahasa terdapat proses morfologi
yang menimbulkan perubahan-perubahan bentuk
morfem. Perubahan perubahan itu terjadi dalam morfem-
morfem itu, karenanya proses morfologis ini disebut
perubahan interen.
Contoh perubahan interen ini terdapat dalam bahasa
misalnya :
Tunggal Jamak
/fut/ /fiyt/ „kaki‟
/maws/ /mays/ „tikus‟
/man/ /men/ „orang laki-laki‟
Waktu kini Waktu Lampau
/ran/ /run/ „lari‟
/teyk/ /tuk/ „mengambil‟
/sig/ /sng/ „menyanyi‟

Baik pada jamak (kata benda), maupun pada


waktu lampau (kata kerja), tidak dapat kita ambil bagian
yang mana yang menyatakan makna tersebut, atau
bagian mana yang mengandung makna itu. Oleh karena
itu dapat kita tentukan bahwa yang menyatakn jamak
atau waktu lampau adalah peubahan /u/ menjadi /iy/,
aw/ menjadi /ay/, /a/ menjadi /e/, /a/ menjadi /u/,

49
/ey/ men jadi /u/, dan /i/ menjadi /ae/, sehingga
jamak dan waktu lampau itu dapat ditandai sebagai /iy/
dan /u/ untuk feet /y/, dan aw/ un tuk mice/ dan
/untuk men, /a/ untuk ran/ u. dan .oy/ untuk
took,dan/... i/ untuk sang.
Secara teknis proses morfologis ini dapat
digambarkan sebagai berikut :
fut + jamak......... ,.> fiyt
maws + jamak........... >mays
ran + waktu lampau....... >raen
teyk + waktu lampau....... >tuk.

4. Suplisi
Proses morfologis yang disebut suplisi ini
menyebabkan adanya bentuk yang samasekali baru,
antara bentuk dasar dengan banyak turunannya tidak
dapat persamaan sedikit juga. Misalnya bentuk-bentuk
kata bahasa Inggris berikut :
No Waktu kini Waktu lampau Arti
1 gow went pergi
2 am waz adalah

5. Modifikasi kosong
Modifikasi kosong adalah proses morfologis yang
tidak menimbulkan bentuk. Pada proses morfologis ini
hanya terjadi diperubahan jonsep atau makna saja. Kita
ambil saja contoh kata-kata dari bahasa Inggris :
Tunggal Jamak
/siyp/ /siyp/ „domba‟
/diyr/ /diyr/ „kijang‟

50
Waktu kini Waktu lampau
/put/ /put/ „menaruh‟
/kat/ /kat/ „memotong‟

Dari contoh-contoh di atas kita dapat melihat


adanya proses morfologis dengan membuat
perbandingan sebagai berikut :
The car is there
The care are there
The sheep is there
The sheep are there

Jelaslah bahwa car : cars = sheep, jadi, bentuk


/syip/ yang kedua itu mengandung dua konsep atau
makna, yakni „domba‟ dan „jamak‟

6. Kompositum (Pemajemukan)
Dalam bahasa Indonesia kerap kali ditemukan
gabungan dua kata yang menimbulkan suatu kata baru.
Kata yang terjadi dari gabungan dua kata itu lazim
disebut kata majemuk. Misalnya : rumah sakit, meja
makan, kepala baru, keras hati, tangan panjang, kamar
gelap, mata pelajaran, mata kaki dan masih banyak lagi.
Kompositum atau pemajemukan adalah proses
morfologis yang berupa perangkaian (bersama-sama) dan
dua bentuk dasar (bentuk asal) atau yang lebih
menghasilkan satu kata. Hasil proses morfologis ini
disebut kata majemuk.
Bentuk kata majemuk dalam bahasa Indonesia
tampaknya sama dengan bentuk-bentuk lingusitik lain
yang unsurnya terdiri atas dua kata atau lebih, yakni
bentuk linguistik lain yang unsurnya berupa konstruktif

51
predikatif yaitu suatu konstruksi yang terdiri atas subjek
dan predikat, dan konstruksi endosentrik atributif, yaitu
fase yang mempunyai distribusi yang sama dengan salah
satu atau semua unsur langsungnya. Kita ambil contoh
meja makan, kalau dilihat sepintas lalu kelihatannya
bentuk meja makan sama dengan bentuk anak ma
keduanya terdiri atas dua kata yang termaksud golongan
kata kerja. Akan tetapi kalau kita lihat lebih jauh kedua
bentuk itu mempunyai sifat yang berbeda.
Bentuk meja makan berbeda dengan bentuk anak
makan. Bentuk meja makan tidak merupakan konstruktif
redikatif dan juga tidak merupakan fase endrosintrik
yang aributif, tetapi merupakan sebuah kata benda,
seperti tampak pada kalimat pas bunga itu ditaruhnya di
meja makan, meja makan yang bagus itu mahal sekali
harganya. Di antara kata meja dan makan tidak mungkin
disisipkan kata tidak sebagai penjelas negatif tidak
mungkin pula disisipkan kata yang sebagai penanda
atributif. Bentuk meja tidak makan dan meja yang makan
tidak terdapat dalam bahasa Indonesia. Berbeda dengan
bentukan anak makan, yang mungkin disisipi dan tidak
sebagai penanda negatif menjadi anak tidak makan dan
dapat pula disisipi kata yang sebagai penanda atributif
menjadi anak yang makan (itu adik saya)

Ciri kata meajemuk, yang membedakannya dari


bentuk yang merupakan konstruktif predikatif atau
konstrukdi endosentrik yang atributif, diketemukan oleh
(Ramlan, 1978 : 47 -50) sebagai berikut :

52
a. Salah satu atau semua unsurnya berupa pokok kata .
Pokok kata adalah bentuk lingusitik yang
tidak dapat berdiri sendiri dalam tuturan biasa dan
secara gramatis tidak memiliki sifat bebas, yang dapat
dijadikaan bentuk dasar bagi suatu kata misalnya,
bentuk-bentuk alir, juang, lomba, temu.
Bentuk-bentuk yang unsurnya berupa kata
pokok kata atau pokok kata semua merupakan kata
majemuk. Misalnya, kolam renang, yang unsurnya
terdiri atas kata dan pokok kata termaksud kata
majemuk. Demikian pula daya juang, yang semua
unsurnya berupa pokok kata, merupakan kata
majemuk contoh-contoh lainnya, tanggung jawab,
terimakasih.
b. Unsur-unsurnya tidak mungkin dipisahkan atau tidak
mungkin diubah strukturnya.
Untuk menjelaskan prinsip ini, kita ambil
contoh kata majemuk kursi malas,kaki tangan, dan
anak sungai. Bentuk kursi malas tampaknya sama
dengan anak malas keduanya terdiri atas kata benda
dan kata sifat. Akan tetapi kalau kita teliti akan
ternyata kedua bentuk itu berbeda. Bentuk anak
malas. Bentuk kursi malas unsur-unsurnya tidak
dapat dipisahkan, misalnya menjadi kursi yang malas
atau kursi itu malas. Bentuk-bentuk itu tidak pernah
ditemukan dalam bahasa Indonesia. Jadi bentuk kursi
malas merupakan kata majemuk, sedangkan bentuk
anak malas bukan kata majemuk.
Bentuk kaki tangan tampaknya sama saja
dengan meja kursi, padahal berbeda meskipun unsur-
unsurnya yakni berupa kata benda antara unsur-

53
unsur kaki tangan tidaki dapat disisipkan kata lain,
misalnya kata dan maka maknanya akan sangat
berbeda. Bandingkan bentuk-bentuk berikut :
1) Ia menjadi kaki tuan musuh
2) Ia menjadi kaki dan tangan musuh
3) Kaki dan tangannya diikat.

Pada kalimat, kaki tangan mengandung arti


“pembantu” atau oranag yang diperalat dan tidak
dapat dijadikan kalimat 2 sedangkan pada kalimat 3
yang dapat dijadikan kalimat 4 kaki tangan
mengandung makna anggota badan manusia jadi kaki
tangan pada kalimat 1 merupakan kata majemuk,
sedangkan pada kalimat 2 kaki tangan tidak
merupakan kata majemuk. Kata tersebut tergolong
jenis kata benda. Perubahan jenis kata ini disebabkan
oleh afiks-an . Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa
afiks -an berfungsi mengubah jenis kata kerja menjadi
kata benda
c. Harus selalu dalam bentuk implisit, yakni antara
kedua unsurnya tidak boleh diantarai oleh kata lain
sehimgga merupakan satu kesatuan yang bulat.
Untuk menjelskan prinsip ini marilah kita
perhatikan contoh-contoh di bawah ini :
Ibu bapak : tidak boleh…….....Ibu dan bapak
Anak angkat : tidak boleh ………Anak yang diangkat
Meja hijau : tidak boleh…….….Meja yang hijau
Kaki tangan : tidak boleh……..…kaki dan tangan
Mata air : tidak boleh……….Mata dan air
Orang tua : tidak boleh……….orang yang tua

54
d. Secara umum kalau diperhatikan unsur-unsur
pembentuk kata majemuk itu adalah bentuk tunggal.
Disamping bentuk tunggal yang disebutkan
diatas, unsur-unsur pembentuk kata majemuk ada
juga berupa bentuk kompleka. Misalnya meninggal
dunia, lapangan terbang, lupa daratan, buku harian.
Bentuk-bentuk tersebut sepintas lalu seperti kata
majemuk yang mendapat afiks, tetapi sebenarnya
tidak demikian, melainkan kata majemuk yang salah
satu unsurnya memang sudah berupa kata jadian.
Untuk menetapkan apakah kata majemuk
tersebut mendapat afiks atau memang salah satu
unsurnya berupa bentuk kompleks perlu diperhatikan
ketentuan-ketentuan sebagai berikut :
1) Jika afiks pada bentuk majemuk itu dihilangkan,
namun bentuk tanpa afiks tersebut masih berupa
kata majemuk, maka bentuk mitu adalah kata
majemuk yang mendapat afiks.
Contoh :
Memberi tahu ………..beri tahu
Bertanggung jawab……. Tanggung jawab
2) Jika afiks pada bentuk majemuk itu dihilangkan,
sehingga bentuk tanpa afiks tersebut tidak lagi
berupa kata majemuk tau menjadi bentuk yang
tidak ada artinya maka bentuk majemuk tersebut
adalah kata majemuk yang salah satu unsurnya
berupa kata jadian .
Contoh :
Meninggal dunia : tidak boleh tinggal dunia
Lapangan terbang : tidak boleh : lapang terbang
Lupa daratan : tidak boleh : lupa darat

55
Buku harian : tidak boleh : buku hari
Uang harian : tidak boleh : uang hari
Angkatan Laut : tidak boleh : angkat laut

Bentuk anak sungai tampaknya sama saja


dengan bentuk anak kambing, padahal berbeda sekali
walaupun usnur-unsurnya sama, terdiri atas kata
benda. Pada anak kambing kedua unsurnya dapat
dipisahlan, misalnya dengan kata seekor kambing,
atau bentuk anak kambing dapat diubah strukturnya.
Coba anda perhatikan kalimat kalimat tersebut :
1) Anak sungai itu mulai kering
2) Anak buah sungai itu mulai kerimg-kering
3) Sungai itu anaknya mulai kering

Disamping bentuk-bentuk majemuk seperti


telah dikemukakan dalam bahasa Indonesia terdapat
sejenis kata majemuk yang salah satu unsurnya
berupa morfem unik, yakni morfem yang hanya dapat
bergabung dengan satu bentuk tertentu. Contoh :
simpang siur.

Kata majemuk ini terdiri atas unsur simpang,


yang tidak merupakan morfem unik karena terdapat
pula dalam bentukan-bentukan simpang empat,
persimpangan, menyimpang dan unsur siur yang
merupakakan morfem unik, karena bentuk ini tidak
dapat bergabung dengan bentuk lain kecuali dengan
bentuk simpang. Contoh lain : sunyi senyap, gelap
gulita, terang benderang.

56
C. Kontruksi Morfologis
1. Konstruksi Sederhana dan Konstruksi Rumit.
Konstruksi morfologis ialah bentukan kata yang
mungkin merupakan morfem tunggal atau gabungan
beberapa morfem. Bentukan yng merupakan bentuk
tunggal tersebut konstruksi sederhana dan merupakan
gabungan dari beberapa morfem disebut konstruksi
rumit (Samsuri,1982 : 195).
Konstruksi sederhana ada dua masa yaitu :
a. Kata-kata yang merupakan morfem-morfem tunggal
yang disebut akar.
b. Konstruksi yang terdiri atas morfem-morfem tunggal,
pada umumnya berwujud kecil, yang secara
morfologis berdiri sendiri, tetapi sacara morfologis
dapat mendahului atau mengikuti morfem-morfem
lain dengan eratnya. Bentuk yang kedua ini dapat
disebut klitik dan yang mengikuti kata-kata lain
disebut onklitik. Mengenai klitik ini biasanya selalu
berasal dari bentuk kata ganti personal. Dalam bahasa
Indonesia sama pemakainnya dengan afiks. Akar
meliputi bentuk tunggal yang berwujud, morfem
bebas dan sekaligus merupakan kata. Oleh karena itu
bentukan ini bias disebut kata morfem.

Konstruksi rumit adalah proses menggabungkan


antara dua morfem atau lebih. Bentukan inin dapat
berupa gabungan antara pokok afiks seperti ber + juang,
ter + tawa atau antara akar dan afiks seperti gula + i,
hujan + ke-an : atau antara pokok dan pokok seperti
gelak + tawa, akan dan pokok, seperti kolam + renang,
antara akar + akar seperti meja + makan.

57
2. Derivasi dan Infleksi.
Derivasi adalah konstruski yang berbeda,
distribusinya daripada dasarnya, sedangkan infleksi
adalah konstruksi yang induksinya distribusi yang ama
dengan dasarnya. Kita ambil contoh konstruksi-
konstruksi pelari, makanan, pemandian, membaca,
mendengar, baca, termaksud konstruksi-konstruksi
apakah bentuk-bentuk itu? Perhatikan perbandingan
berikut :
a. A. Nani ingin menjadi pelari
B. Nani ingin menjadi lari
b. A. Makanan itu mudah busuk
B. Makanan itu sudah busuk
c. A. Ia sedang membangun pemandian
B. Ia sedang mmebangun mandi
d. A. Saya membaca buku
B. Saya baca buku
e. A. Kami mendengar suara itu
B. Kami dengar suara itu
f. A. Bacai surat-surat itu.
B. Ia baca surat-surat itu

Dari perbandingan–perbandingan di atas kita


ketahui bahwa pelari, makanan dan pemandian tidak
sama distribusinya dengan lari, makan dan mandi yang
masing-masing merupakan bentyuk dasar konstruksi-
konstruksi itu. Kita tidak mungkin dalam bahasa
Indonesia menemukan kalimat-kalimat seperti 1b, 2b,
dan 3b. Jadi, pelari, makanan dan pemandian termaksud
konstruksi derivasi.

58
Bagaimana halnya dengan membaca, mendengar
dan bacai? Dari perbandingan-perbandingan itu dapat
pula kita ketahui bahwa membaca, mendengar dan bacai
itu mempunyai distribusi yang sama dengan bentuk
dasarnya yakni dengan baca, dengar, bacai. Disamping
kalimat-kalimat seperti 4b, 5b, dan 6b. Karena kenyaan
itu, dapat ditentukan bahwa pembaca, mendengar dan
bacai merupakan konstruksi infleksi.

3. Endrosentik dan Eksosentrik


Pada bentuk-bentuk yang merupakan kata
majemuk dapat menukan konstruksi-konsruksi yang
disebut endosentrik dan eksososentrik. Suatu konstruksi
disebut endrosentrik apabila konstruksi itu mempunyai
distribusi yang sama dengan salah satu atau semua
unsurnya. Komstruksi itu disebut eksosentrik apabila
distribusinya berlainan (tidak sama) dengan semua
unsurnya.
Kita ambil contoh-contoh bentuk rumah sakit dan
jual beli.Perhatikan perbandingan-perbandingan berikut
ini :
a. a. Rumah sakit itu baru dibangun
b. Rumah itu baru dibangun
b. a. Mereka mengadakan jual beli
b. Mereka mengadakan jual
c. Mereka mengadakan beli.

Dari perbandingan 1a dan 1b dapat kita ketemui


bahwaa rumahsakit mempunyai distribusi yang sama
dengan salah satu unsurnya yakni rumah. Dalam bahasa
Indonesia kita dapat menemukan kalimat-kalimat seperti

59
1a dan 1b itu. Jadi rumah sakit termaksud konstruksi
Endrosentik, dari perbandingan 2a, 2b dan 2c dapat kita
ketahui bahwa bentuk jual beli berbeda distribusinya
daripada semua unsurnya,baik dengan jual maupun
dengan beli. Kita tidak mungkin menemukan kalimat
seperti 2b dan 2c itu.Kedua kalimat itu todak gramatis
jadi konsrruksi jual beli termkasud kedalam eksosentrik.

D. Fungsi dam Makna Proses Morfologis Bahasa Indonesia


Proses morfologis mempunyai fungsi gramatis dan
fungsi semantik. Fungsi gramatis adalah fumgsi yang
berhubungan dengan gramatika atau tata bahasa yakni
membentuk jenis-jenis atau golongan kata tertentu. Fungsi
semantik adalah fungsi yang berhubungan makna-makna
tertentu dari kata-kata yang dibentuk dengan proses
morfologis itu. Perhatikan contoh berikut :
Kata minum termkasud kata kerja. Setelah mendapat
afiks -an menjadi minuman. Kata minum arti leksisi seperti
dijelaskan dalam kamus, mereguk barang cair atau
„menghisap‟. Akibat melekatnya afiks -an, kata itu berubah
arti leksisnya menjadi ‟barang apa yang diminum‟ atau
„sesuatu yang biasa diminum‟. Disini dapat dikatakan
bahwa afiks -an mempunyai fungsi semantik menyatakan
„barang apa atau sesuatu yang biasa dikenai.
Fungsi gramatis proses morfologis ini biasa disebut
fungsi saja, sedangkan fungsi semantik biasa disebut makna
1. Fungsi dan makna semantik
Pada bagian ini kita akan mempelajari fungsi dan
makna afiks meN-, ber-, di-, ter-, peN-, pe-, se-, per-, ke-,
kan-, -an, -i, -wan, ka-an, peN-an, per-an, dan ber-an.

60
a. Afiks meN-
Afiks meN- hanya memiliki dua fungsi,yakni
sebagai pembentuk kata kerja dan pembentuk kata
sifat. Bentuk dasarnya mungkin berupa pokok (kata
bakal atau kata prakata), kata sifat, dan kata benda.
Perhatikan contoh berikut:
1) Bentuk dasar pokok kata
ambil…………….> mengambil
rundingkan……..> merundingkan
perbesar………...> memperbesar
2) Bentuk dasar kata sifat
luas…………......> meluas
lebar……….........> melebar
sempit…….…....> menyempit
3) Bentuk dasar kata benda
rokok……..........> merokok
batu…….......….> membatu
kantuk…….......> mengantuk

Afiks meN- memiliki makna sebagai berikut :


1) „melakukan suatu tindakan‟ atau menyatakan
„suatu tindakan yang aktif‟ misalnya, mengambil,
menulis, mmebaca, meremiskan, mengakui.
2) „menjadi seperti keadaan tersebut pada benda
dasarnya‟ atau mentakan „ptoses‟, misalnya,
melebar meluas, mengecil, menyumpit, meninggi.
3) „memakai, mempergunakan, berlaku seperti,
menuju ke, membuat, menjadi, mengucapkan‟,
misalnya, menjadi, membantu, mendoa, menepi,
mendarat, merokok, mengulai.

61
4) „dalam keadaan‟ atau menyatakan makna‟ statif‟,
misalnya mengantuk.

b. Afiks ber-
Afiks ber mempunyai sebagai mpembentuk
kata kerja dan kata sifat. Bentuk dasarnya mungin
berupa pokok kata, kata sifat kata bilangan, kata
benda. Lihat contoh berikut :
1) Bentuk dasar pokok kata:
temu……….> bertemu
sua…………> bersua
ajar…………> belajar
2) Bentik dasar kata sifat
gembira………> bergembira
bahagia……….> berbahagia
padu…………..> berpadu
3) Bentuk dasar kata bilangan :
satu…………> bersatu
dua…………> berdua
tiga…………> bertiga
4) Bentuk dasar kata benda :
alasan ……..> beralasan
kebun …….> berkebun
sepeda…….> bersepeda

Afiks ber- mempunyai makna sebagai berikut :


1) „melakukan suatu tindakan” atau menyatkan suatu
tindakan yan aktif, misalnya, bersandar, belajar,
berjuang, berlari.
2) „dalam keadaan‟ atau menyatakan makna „statif‟
misalnya bergembira, berpadu, berbahagia.

62
3) „kumpulan…‟atau‟menjadi…‟: misalnya “berdua,
berempat, bersatu.
4) „melakukan perbuatan berhubung dengan apa
yangtersebutpadabentukdasarnya
mempergunakan,memakai,mengendarai,
mengeluarkan, megadakan, menuju ke,
mengusahakan dan sebagainya. Misalnya,
berkendaraan, berbaju, bersuara, berkebun,
bertamu.
5) „mempunyai…‟misalnya berakar, berbahasa,
berilmu, beratap.

c. Afiks di-
Afiks di- berfungsi sebagai pembentuk kata
kerja pasif dari bentuk dasar yang pada umumnya
berupa pokok kata.
Makna afiks di- adalah menyatakan suatu
tindakan yang pasif atau „dikenal…‟misalnya, diambil,
dibangun, dibaca.

d. Afiks ter-
Afiks ter – berfungsi sebagai pembentuk (1)
kata kerja pasif, misalnya, terbawa, terbakar, tertimpa
(2) kata kerja aktif, misalnya, teringat, tersenyum,
tertidur, dan (3) kata sifat, misalnya, terbaik,
terpandai, tertinggi. Kata afiks ter- dapat digolongkan
sebagai berikut :
1) Menyatakan „aspek perfektif‟ atau „pekerjaan yang
sudah selesai dilakukan. Misalnya, terbagi,
terhukum, terbelenggu, terikat, tersimpan.

63
2) Menyatkan „ketidak sengajaan‟. Misalnya, terpijak,
tersinggung, terjahit, terpukul.
3) Menyatakan „ketiba-tibaan‟. Misalnya, terjatuh,
teringat, tersentak, terperanjat.
4) Menyatkan suatu „kemungkinan‟ atau „ dapat di…‟
biasanya didahului kata negatif tidak atau tak.
Misalnya, tidak ternilai, tidak terbaca, tak terduga,
tak terdengar.
5) Menyatakan makna „paling‟. Misalnya, tercukup,
terjatuh, terpandai.

Kata afiks ter- dibandingkan dengan di-sebagai


pembentuk kata kerja pasif, dapat lita lihat perbedaan
sebagai berikut :
No. Afiks ter- Afiks di-
1. Pelaku tindakan di Pelaku tindakan
pentingkan : rencana dipentingkan: teori
telah tersusun; dua itu banyak di siarkan
dunia terjun betani. oleh surat kabar;
hatiku banyak digoda
oleh banyak
persoalan.

e. Afiks peN-
Afiks peN- berfungsi sebagai pembentuk (1)
kata benda dan (2) kata sifat. Misalnya pembaca,
penulis, pengarang, pemalas, penakut.
Makna afiks peN- dapat digolongkan sebagai berikut :
1) „orang yang (biasa) melakukan tindakan yang
tersebut pada bentuk dasarnya‟. Misalnya:
pembaca, pengarang, pembela.

64
2) „alat yang dipakai melakukan tindakan yang
tersebut pada bentuk dasarnya‟. Misalnya, penolak,
penopang, penahan.
3) „yang memiliki sifat tersebut pada bentuk
dasarnya‟. Misalnya, pemberani, pengasih
pendiam.
4) „yang menyebabkan adanya sifat tersebut pada
bentuk dasarnya‟. Misalnya, pengeras, penguat,
penghalas.
5) „memiliki sifat… Misalnya, pemalu, penakut,
pemurah.

6) „yang biasa melakukan tindakan yang


berhubungan dengan benda yang tersebut pada
bentuk dasarnya‟. Misalnya, pelaut, penyair,
pengusaha.

f. Afiks pe-
Kalau dibandingkan dengan afiks peN- afiks
pe-, ini kadang-kadang ini mmepunyai bentuk yang
sama karena peN- dapat berubah (mempunyai
alomorf) menjadi pe-,yakni apabila melihat pada
bentuk dasar yang berawal fonem /r, i, y, w dan
nasal/. Dalam hal ini kita dapat memakai suatu
petunjuk apakah bentukaqn itu berafiks peN- sejalan
dengan kata kerja berafiks meN-, sedangkan afiks pe-
berjalan dengan kata kerja berafiks ber-. Misalnya,
penulis = orang yang menulis, pembaca = orang yang
membaca, pedagang = orang yang berdagang, petani
orang yang bertani.

65
Afiks pe- mempunyai fungsi membentuk kata
benda,sedangkan maknanya mrenyatakan „orang
yang biasa /gemar/ pekerjaannya melakukan
tindakan yang tersebut pada bentuk dasarnya‟.
Misalnya, pegulat, potenis, pejuang, pegolf.

g. Afiks per-
Afiks per- mempunyai fungsi sebagai
pembentuk (1) kata benda dan (2) pokok kata (kata
kerja). Sebagai pembentuk kata benda, per- tidak
produktif, hanya terdapat pada pelajaran dan pertapa.
Sebagai pembentuk pokok kata (kata kerja) bentuk
dasar per- mungkin berupa kata sifat,kata bilangan.
Kata benda, dan pokok kata. Misalnya, perbesar,
perluas, perdua, pertiga, peristri, perhamba,
perhitungkan, perjuangkan.
Makna afiks per- menyatakan „kausatui‟ yang
berarti „membuat jadi lebih…‟, membuat jadi…‟
membuat jadi …‟ atau menggap sebagai…, misalnya
perbesar , pertinggi, perdua, peristri, perbudak.

h. Afiks se-
Afiks se- mempunyai fungsi sebagai
pembentuk kata bilangan, kata penghubung atau kata
depan (kata tugas) , misalnya sebuah, seratus, setelah,
sebelum.
Makna afiks se- adalah sebagai berikut :
1) Menyatakan „satu‟ misalnya sehari, sebatang,
setahun
2) Menyatakan „seluruh‟ misalnya sedunia,
sekampung, sekotamadya

66
3) Menyatkan „sama‟ atau „seperti‟ misalnya setinggi,
sepanjang, seluas
4) Menyatakan „setelah‟ misalnya sesampainya,
sepulangku, setibamu.

i. Afiks ke-.
Afiks ke- mempunyai fun gsi sebagai
pembentuk kata bilangan, kata benda dan pokok kata.
Misalnya, kedua, ketiga, ketua, kekasih, ketahui
(dalam mengetahui).
Makna afiks ke- adalah sebagai berikut ;
1) Menyatakan „kumpulan yang terdiri dari jumlah
yang tersebut pada bentuk dasarnya‟. Misalnya
kedua (orang itu) keempat (orang itu), keseratus (
mahasiswa itu).
2) Menyatakan „urutan‟. Misalnya, (langkah) kedua,
(tahap) ketiga (bulan), kesembilan.

j. Afiks –kan
Afiks –kan mempunyai fungsi sebagai
pembentuk pokok kata dari bentuk-bentuk dasar kata
kerja, kata sifat, kata benda, kata bilangan, atau
pokiok kata. Dengan tambahan afiks meN-, di-, ter-,
atau klitik ku-, kau-, pokok kata itu men- jadi kata.
Misalnya, mendatangkan, mengembalikan,
meluaskan, membudayakan, memasyarakatkan,
membacakan, mendengarkan.
Afiks –kan mempunyai makna sebagai berikut :
1) Menyatakan makna‟benefaktif‟ yakni tindakan
yang dilakukan untuk kepentingan orang lain,
misalnya, mendoakan, membelikan, membacakan

67
2) Menyatakan makna „kuantitatif‟, yakni
meyebabkan seseorang atau sesuatu menjadi
seperti…‟ „ menyebabkan atau menggap sebagai
apa yang tersebut pada bentuk dasarnya‟,
membawa ketempat tersebut pada bentuk
dasarnya‟,: misalnya mendudukan, menerbangkan,
mendewakan, menganaktirikan, menyebarkan,
mengandangkan.

k. Afiks -i
Seperti afiks -kan, afiks -i berfungsi
membentuk pokok kata dan dengantambahan meN-,
di-, ter-, atau dengan tambahan ku, kau pokok kata
.Bentuk dasarnya mungkin berupa kata kerja, kata
benda, kata sifat, atau pokok kata. Misalnya,
mendatangi, menduduki, memagari, mentatapi,
memanasi, mengotori, memetiki, menulisi. Afiks -i
mengandung makna sebagai berikut :
1) Menyatakan bahwa „tindakan dilakukan berulang-
ulang‟: misalnya, mengambili, memukuli,
memotongi
2) Menyatakan, memberi…kepada objeknya‟
misalnya mengarangi dan menomori
3) Menyatakan „tempat…‟ : misalnya menandai,
menduduki, mendatangi.
4) Menyatakan kausatif‟ atau „menjadikan :…‟
misalnya membasahi, memanasi, mengotori.

68
l. Afiks -an
Makna afiks -an sebagai berikut :
1) Menyatakan „benda yang berhubungan dengan
tindakan yang tersebut pada bentuk dasarnya „,
yakni‟hasil tindakan…: alat tindakan…‟, sesuatu
yang bias dikenai tindakan…‟, misalnya karangan,
timbangan, makanan.
2) Menyatkan „tiap-tiap…‟: misalnya : bulanan,
tahunan, harian.

m. Afiks -wan.
Afiks -wan mempunyai fungsi sebagai
pembentuk kata benda dari bentuk dasar yang
tergolong kata benda dan kata sifat misalnya
negarawan, ilmuan, sukarelawan, cendikiawan.
Makna afiks -wan adalah sebagai berikut :
1) Mengatakan „orang yang ahli dalam hal tersebut
pada bentuk dasarnya dan tugasnya berhubungan
dengan hal yang tersebut pada bentuk dasar‟ ,
misalnya negarawan, tata bahasawan, sejarawan.
2) Menyatakan „orang yang memiliki sifat tersebut
pada bentuk dasarnya „ misalnya cendikiawan,
sosiawan, sukarelawan.

n. Afiks ke-an
Afiks ke-an mempunyai dua fungsi, yakni (1)
membentuk kata gbenda dan (20 mmebentuk kata
kerja misalnya, kebaikan, ketulusan, keberangkatan,
kedatangan, kehujanan, kelihatan, kedengaran,
ketahuan.

69
Afiks ke-an mempuyai makna sebagi berikut ;
1) Menyatakan „suatu abstraksi‟ atau „hal‟ misalnya ;
kebaikan, kegembiraan, keberangkatan,
kemnusiaan, keduniaan.
2) Menyatakan „menderita atau dikenai apa yang
tersebut bentuk dasarnya‟ misalnya kepanasan,
ketakutan, kehilangan.
3) Menyatakan „tempat‟ atau „daerah‟ misalnya
kelurahan, kecamatan ,kerajaan, kepresidenan.

o. Afiks peN-an
Afiks peN-an mempunyai fungsi sebagai
bentuk kata benda misalnya pembacan, penderita,
pengecilan, peluasan, penyaringan.

p. Afiks per-an
Afiks per-an mem[unyai fungsi sebagai
pembentuk kata benda misalnya pergedungan,
persekutuan, pertambangan, persekolahan. Makna
afiks per-an adalah sebagai berikut :
1) Menyatakan‟ hal-hal yang berhubungan dengan
apa yang disebut bentuk dasarnya misalnya
pertokoan, perkapuran, pertambangan, perundang-
undangan.
2) Menyatakan „ hal atau hasil tindakan atau pristiwa
dengan apa yang tersebut pada bentuk dasarnya‟

misalnya: perkembangan, perhitungan,


perbudakan, perluasan.
3) Menyatakan „tempat…‟ atau „daerah…‟ misalnya
perkembangan, perkotaan, perbukitan,
perpustakaan.

70
q. Afiks ber-an.
Afiks ber-an mempunyai fungsi sebagai
pembventuk kata kerja misalnya berjatuhan,
berloncatan, berlarian.
Makna afiks ber-an ialah sebagai berikut :
1) Menyatakan bahwa „tindakan itu dilakukan oleh
banyak pelaku‟: misalnya berdatangan,
bermunculan, berguguran.
2) Menyatakan bahwa „tindakan dilakukan berulang-
ulang‟ misalnya berloncatan, bergulingan, berlarian
3) Menyatakan bahwa „tindakan dilakukan oleh dua
pihak yang saling mengenai bersentuhan,
berpelukan, berpukulan, bersahutan.

2. Fungsi dan Makna Reduplikasi


Reduplikasi atau pengulangan pada umumnya
tidak mempunyai fungsi mengubah golongan kata. Akan
tetapi, ada juga reduplikasinya tertentu yangubah jenis
kata misalnya pada pengulangan pada kata-kata karang-
mengarang, cetak mencetak, potong-memotong berfungsi
sebagai pembentuk kata benda, pengulangan pada kata-
kata secepat-cepatnya, serajin-rajinnya, setinggi-tingginya
berfungsi sebagai pembentuk kata keterangan.
Reduplikasinya atau pengulangan mempunyai
makna sebagai berikut ;
a. „banyak…‟ misalnya rumah-rumah, penyakit-
penyakit, bintang-bintang, buku-buku.
b. „meskipun…‟ atau kecil-kecil dikawinkan, tua-tua tak
bermalu, pandai-pandai tertipu
c. „sesuatu yng menyerupai…‟ misalnya kuda-kudaan,
anak-anakan, rumah-rumahan, mobil-mobilan

71
d. „berulang-ulang…‟ atau „berkali-kali…‟ misalnya
berteriak-berteriak, memukul-mukul, melambai-
lambaikan.
e. „…dengan seenaknya‟ atau…‟ untuk bersenang-
senang‟ misalnya berjalan-jalan, minum-minum,
makan-makan
f. „saling…‟, misalnya pukul-pukulan, pandang-
pandangan dan tolong-menolong, berpandang-
pandangan.
g. „ hal-hal yang berhubungan dengan…‟ misalnya :
karang mengarang, surat-menyurat, tulis-menulis,
jilid-menjilid.
h. „sangat…‟ misalnya cepat-cepat, kecil-kecil, indah-
indah, kuat-kuat.
i. „agak…‟ misalnya kehijau-hijauan, kehitam-hitaman,
kemerah-merahan
j. Menyatakan „tindakan yang paling tinggi atau
superlatif‟ atau‟… mungkin‟ : misalnya sedalam-
dalamnya, sejauh-jauhnya, sebanyak-banyaknya,
sekuat-kuatnya.

3. Fungsi dan Makna Pemajemukan


Pemajemukan tidak pernah berfungsi mengubah
golongan kata. Tetapi kalau kita perhatikan dari segi arti,
kata majemuk mempunyai arti :
a. Menyatakan bentuk majemuk
Contoh : harta * benda…..> kata benda
daya * upaya…..> daya upaya

72
b. Menyatakan penegasan maksud seperti yang tersebut
pada unsur-unsurnya.
Contoh ; susah * payah….> susah payah
Pahit * getir…..> pahit getir
Perih * pedih….> perih pedih
c. Menyatakan pembentukan arti baru arti
kiasan Contoh ; meja*hijau….> mejahijau
Panjang*tangan...> panjang tangan
Jago*merah….> jago merah
d. Menyatakan bentuk kompeks.
Contoh ; mata* hari…..> atahari
Panca* sila…..> pancasila
Hulu * balang…> hulubalang
e. Perbedaan kata majemuk dengan kata ulang
(reduplikasi)
Kata majemuk berasal dari dua kata atau lebih,
yang masing-masing mempunyai arti tersendiri
sedangkan kata ulang berasal dari satu kata yang
diulang menyebutkannya, satu diantara kedua
unsurnya hanya merupakan ulangan atau perubahan
dari unsur yang lain. Untuk lebih jelasnya marilah kita
perhatikan contoh
Kata majemuk Kata ulang
Gerak jalan Gerak-gerik
Makan hati Makan-makan
Beras pelat Beras-petar
Timbal balik Bolak-balik
Terang bulan Terang-terangan

73
E. Aneksi dan Kompositum
Dalam pemakaian bahasa sering terjadi hubungan
antara kata dengan kata lain. Hubungan kata ini dapat
menimbulkan kelompk kata. Kelompok kata ini dapat
menimbulkan pengertian baru yang disamai dengan
kompositum atau kata majemuk. Tetapi selain itu bias saja
tidak menimbulkan arti yang baru,hal ini sering disebut
aneksi.
Hubungan antara kata-kata dalam kelompok kata
kadang-kadang dinyatakan secara imlisit/batin, kadang-
kadang dinyatakan pula secara eksplesit/lahir.
Hubungan kata dalam kelompok kata dinyatakan
secara implesit/batin, jika hubungan antara kata-kata
tersebut tidak diterangkan atau disisipi dengan kata-kata
yang lain. Sebaliknya hubungan kata dalam kelompok kata
dinyatakan secara eksplisit/lahir, jika hubungan antara kata-
kata tersebut diterangkan atau disisipi dengan kata-kata
lain.
Dengan memperjelas pengertian kita tentang aneksi
dan kompositum ini, kadang-kadang sangat sulit bagi kita,
misalnya pada kelompok kata orang tua, kumis kucing, kaki
tangan dan sebagainya. Kelompok kata tersebut dapat kita
katakan aneksi dan dapat pula dikatakan kompositum. Oleh
karena itu untuk mengatasi kesulitan tersebut harus dilihat
dari hubungannya dengan kalimat. Misalnya :

1. Mereka itu termaksud orang tua. (aneksi)


Orang tua ali sangat miskin. (kompositum)
2. Kumis kucing Jhony berwarna hitam. (aneksi)
Ibu menanam kumis kucing di kebun (kompositum)

74
3. Kaki tangan orang itu dioprasi karena kecelakaan.
(aneksi)
Mereka menjadi kaki tangan musuh (kompositum).

Berdasarkan uraian di atas jelaslah nbahananatara


aneksi dan kompositum mempunyai perbedaan sebagai
berikt :
Aneksi Kompositum
1. Tidak menimbulkan Menimbulksn satu
pengertian baru pengertian baru.
2. Dapat bertalian secara Hanya dapat bertalian
implisit/batin dan secara implicit
eksplisit/lahir

Soal Latihan BAB IV


1. Jelaskan apa yang dimaksud proses morfologi.
2. Proses morfologis yang terdapat dalam bahasa Indonesia
ada bermacam-macam, berikan penjelasan mengenai
setiap macam proses morfologi itu?
3. Apakah yang dimaksud dengan afiksasi berapa
macamkah afiks dalam bahasa Indonesia. Sebutkan dan
berikan contohnya masing-masing!
4. Coba saudara jelaskan perbandingan antara afiks dengan
klitik dengan memberikan contohnya!
5. Jelaskan apa yang dimaksud dengan reduplikasi! Ada
berapa macam reduplikasi dalam bahasa Indonesia.
Sebutkan dan jelaskan satu persatu dengan pemberian
contohnya!
6. Jelaskan apa yang dimaksud dengan kompositum
kemudian uraikan cirri-ciri kompositum dalam bahasa
Indonesia dan berikan contohnya.

75
7. Jelaskan perbedaan antara derivasi dengan infleksi dalam
bahasa Indonesia dan berikan contohnya!
8. Jelaskan perbedaan konstruksi sederhana dengan
konstruksi rumit dengan pemberian contoh.
9. Jelaskan perbedaan kontruksi endosentrik dengan
konstruksi eksosentrik dan berikan contohnya.
10. Tentukan proses morfologis yang manakah kata-kata
dibawah ini, yaitu:
a. Secantik-cantiknya
b. Kaki tangan
c. Pemberuan
d. Kedudukan
11. Jelaskan fungsi dan arti afiks ke-, ter-, meN dalam bahasa
Indonesia.

76
BAB V
MORFOFONETIK

A. Pengertian Morfofonetik
Samsuri (1982:201) menyebutkan bahwa
morfofonemik adalah studi tentang perubahan-perubahan
pada fonem-fonem yang disebabkan oleh hubungan dua
morfem atau lebih serta pemberian tanda tanyanya,
sedangkan Ramlan (1978:52) menyebutkan bahwa
morfofonemik mempelajari perubahan fonem yang timbul
sebagai akibat pertemuan morfem dengan morfem lain.
Misalnya pertemuan morfem ber dengan morfem
ajar menghasilkan belajar. Pada proses morfologi ini telah
terjadi perubahan fonem pada morfem ber, yakni fonem/r/
menjadi/I/ pertemuan morfem meN dengan morfem lihat
menghasilkan kata melihat. Disini telah terjadi perubahan
fonen dari dari morfem meN-, yakni fonem /N/ hilang
menjadi mo. Perubahan-perubahan fonem akibat pertemuan
dua, morfem atau lebih disebut morfofonemik. Sedangkan
tanda huruf besar (seperti pada meN-) yang pada realitasnya
fonemis bisa berupa beberapa macam fonem disebut
morfofonem.
Proses morfofonemis dalam bahasa Indonesia ada 4
macam yakni:
1. Pergantian atau perubahan fonem
2. Penambahan fonem
3. Penghilangan atau penguguran fonem
4. Peloncatan fonem

76
B. Pembangian Proses Morfofonemis
1. Proses penggantian fonem (perubahan fonem)
Proses penggantian fonem dalam bahasa Indonesia
adalah sebagai berikut:
a. Fonem /N/ pada morfem meN dan peN diganti
dengan /m/ apabila morfem itu dihubungkan pada
bentuk dasar yang berawal dengan /p,b,f/ misalnya,
meN- + pukul ……………..> memukul
meN- + baca ……………….> membaca
meN- + fitnah ……………..> memfitnah
peN- + pukul ………………> pemukul
peN- + bantu ………………> pembantu
peN- + fitnah ………………> pemfitnah
b. Fonem /N/ pada morfem meN- dan peN- diganti
dengan /n/ apabila morfem itu dibutuhkan pada
bentuk dasar yang dimulai dengan /t,d,s,l/. Fonem
/s/ khusus pada bentuk dasar yang berasal dari
bahasa asing misalnya:
meN- + tulis…………..> menulis meN- +
supplay………..> mensupplay meN- +
syukurin …………> mensyukurin meN-
+ tulis ……………..> penulisan peN- +
supply……………> pensupply
c. Fonem /N/ pada morfem meN dan peN diganti
dengan /h/ apabila morfem itu dibubuhkan pada
bentuk dasar yang berasal dengan /s,c,j/ misalnya:
meN- + sapu…………> menyapu
peN- + sapu…………> penyapu
meN- + cari…………> mencari / mencari/
peN- + cari …………> pencari/ pencari/
penN- + jawab……..> penjawab/ penjawab/

77
d. Donen /N/ pada meN- diganti dengan /ng/ apaila
morfem itu dibubuhkan pada bentuk dasar yang
berwal fonem /k, g, h/ dan vocal, misalnya:
meN- + kalau …………....> mengcau
meN- + gaji ……………....> menggaji
meN- + khianati …………> menghianati
meN- + halau……………..> menghalau
meN- + arah……………...> mengarah
peN- + kacau……………..> pengacau
peN- + garis……………...> penggaris
peN- + halau……………..> penghalau
peN- + khianat ………….> penghianat
peN- + urus ……………..> pengurus
e. Fonem /r/ pada morfem ber- dan per- yang diganti
dengan /b/ apabila morfem itu dibubuhkan pada
bentuk dasar ajar
Contohnya : ber- + ajar……….> belajar
Per- + ajar……….> pelajar
f. Fonem /t/ pada akhir bentuk dasar diganti dengan
/k/ apabila bentuk dasar itu mendapat afiks ke-an,
pe-an, -i.
Misalanya :
ke-an + duduk…………..> kedudukan
/duduk? /………> kedudukan
Pe-an + duduk ………....> pendudukan
/duduk?/………> p dudukan
-i + petik …………….....> petiki
/ p ti ? / …………….....>/ p tiki?

78
2. Proses penambahan fonem
Proses penambahan fonem dalam bahasa Indonesia
antara lain tampak pada peristiwa-peristiwa berikut :
a. Penambahan fonem /e/ terjadi pada fonem meN- dan
peN- apabila morfem itu dibubuhkan pada bentuk
dasar yang terdiri atas suku kata. Misalnya:

meN- + bom...............> mengebom


peN- + bom................> pengebom
meN- + cat..................> mengecat
peN- + cat...................> pengecat
b. Penambahan fonem /t/ terjadi apabila morfem -an,
ke-an, per-an dan peN-an dibubuhkan pada bentuk
dasar yang terakhir dengan vocal /a/. Misalnya :

-an + sita...................> sitaan / sita ?an/ ke-an


+ ada...............> keadaan/ keda?an/ per-an +
kata...............> perkataan/perkata an/ peN-an
+ tata............> penataan/ piñata?an/
c. Penambahan fonem /w/ terjadi apabila morfem –an,
per-an, peN-an dank e-an dibubuhkan pada bentuk
dasar yang berakhir dengan /u,o/. Misalnya :

-an + ribu..................> ribuan /ribuawan/ ke-an


+ ibu...............> keibuan/ke?ibuwan/ PeN-an +
temu...........> penemuan/penemuwan Per-an +
temu...........> pertemuan/pertemuan
d. Penambahan fonem /y/ terjadi apabila morfem –an,
ke-an, peN-an dan per-an dibubuhkan pada bentuk
dasar yang berakhiran /i/. Misalnya :

79
-an + tari................> tarian/tayan/ Ke-an +
seni...........> kesenian/keseniyan peN-an +
cucul.......> pencucian/pencuciyan per-an +
api...........> pencapaian/pencapaiyan

3. Proses penghilangan fonem


Proses penghilangan fonem dapat kita temukan pada
peristiwa-peristiwa berikut:
a. Fonem /N/ pada morfem meN dan poN-hilang
apabila morfem itu dihubungkan pada bentuk dasar
yang berawal dengan /I,r,w,y/ dan masal.

Misalnya : meN + lihat ..............> melihat


meN + ramal............> meramal
meN + warnai...........> mewarnai
meN + yakini............> meyakini
meN + nyanyi...........> menyanyi
poN + lancing...........> pelancang
peN + ramal ............> peramal
peN + warna............> pewarna
peN + nyanyi...........> penyanyi
poN + yakin.............> peyakin
b. Fonem /r/ pada morfem ber-, per-, ter-, hilang apabila
morfem tersebut dibubuhkan pada bentuk-bentuk
yang berawal dengan /r/ atau yang suku pertamanya
berakhir dengan /r/.

Misalnya : ber + rapat................> berapat


ber + kerja.................> bekerja
per + raga.................> peraga
per + ternak..............> peternak
ter + rasa..................> terasa ter
+ percik...............> terpercik

80
c. Fonem /p, t, k, s/ pada awal bentuk dasar hilang
apabila dibubuhkan morfem meN, peN, kecuali
apabila bentuk dasar itu berasal dari bahasa asing.

Misalnya :
4. Proses peloncatan fonem
meN + paksa........> memaksa meN +
Peloncatan fonem terjadi apabila dua fonem atau
tulis...........> menulis meN + karang......>
lebih mengarang
bertukar meN tampak akibat pertemuan
+ sapu..........> menyapu morfem-
morfem. Dalam bahasa Indonesia ditemukan sebuah
gejala ini yakni keloncatan fonem /s/ dan /m/ pada kata
padam dalam kata majemuk merah padam.

C. Kaidah Morfofonemis Morfem Afiks dalam Bahasa


Indonesia

1. Kaidah morfofonemis morfem afiks meN-


a. Afiks meN- akan berubah menjadi meN-, apabila
diikuti oleh bentuk dasar yang berfonem awal /p, b
atau f/.
Fonem /p/ luluh, kecuali pada beberapa bentuk dasar
yang berasal dari bahasa asing.
Misalnya :
meN + paksa..........> memaksa
meN + protes.........> memprotes
meN + bawa..........> membawa
meN + fitnah.........> memfitnah
b. Afiks meN- akan berubah menjadi men- apabila
diikuti bentuk dasar yang berfonem awal /t,d atau s/.
Fonem /s/ hanya berlaku pada bentuk dasar yang
berasal dari bahasa asing : fonem /t/ hilang kecuali
pada beberapa bentuk dasar yang berasal dari bahasa
asing.

81
Misalnya :
meN- + tulis.................> menulis
meN- + terjemah..........> menterjemah
meN- + dasar...............> mendasar
meN- + sukseskan........> mensukseskan
c. Afiks meN- akan berubah menjadi men- apabila
diikuti bentuk dasar yang berfonem awal /s,c. Atau j/
dimana fonem /s/ hilang atau luluh.
Misalnya :
meN- + sapu...............> menyapu
meN + cari..................> mencari
meN + jaga.................> menjaga
d. Afiks meN- akan berubah menjadi meng- apabila
diikuti bentuk dasar yang berfonem awal /k,g,x,h
atau vocal /. Dimana fonem /k/ luluh.
Misalnya :
meN- + karang...............> mengarang
meN + gali.....................> menggali
meN- + khusus..............> mengkhususkan
meN- + ikat....................> mengikat
meN- + ekor...................> mengekor
meN- + ukur...................> mengukur
meN- + ambil..................> mengambil
meN- + operasi...............> mengoprasi
meN- + himpun..............> menghimpun
e. Afiks meN-akan berubah menjadi me- apabila diikuti
bentuk dasar yang berfonem awal /y,r,l,w atau nasal?.
Misalnya :
meN- + yakinkan............> meyakinkan
meN- + ramal..................> meramal
meN- + lipat....................> melipat

82
meN- + warisi................> mewarisi
meN- + nyanyian..........> menyanyi
f. Afiks meN- akan berubah menjadi menge- apabila
diikuti bentuk dasar yang terdiri dari satu suku kata.
Misalnya :
meN- + cat.......................... > mengecat
meN- + bom........................ > mengebom
meN- + lap........................... > mengelap
meN- + las............................ > mengelas
meN- + pel............................ > mengepel

2. Kaidah Morfofonemis Morfem Afiks peN-.


a. Afiks peN- akan berubah menjadi pen- apabila diikuti
bentuk dasar yang berfonem awal /p,b, atau f/
dimana fonem /p/ luluh, kecuali pada beberapa
bentuk dasar yang berasal dari bahasa asing.
Misalnya :
peN- + pakai...........> pemakai
PeN- + beri..............> pemberi
peN- + fitnah...........> pemitnah
b. Afiks peN- akan berubah menjadi pen- apabila diikuti
bentuk dasar yang berfonem awal /t, d atau s/,
dimana fonem /t/ luluh, kecuali pada beberapa
bentuk dasar yang berasal dari bahasa asing, dan
fonem /s/ hanya berlaku bagi bentuk dasar yang
berasal dari bahasa asing.
Misalnya :
peN- + tulis...................> penulis
PeN- + terjemah............> penterjemah
PeN- + dorong..............> pendorong
PeN- + supplay.............> pensupplay

83
c. Afiks peN- akan berubah menjadi pon- apabila diikuti
bentuk yang berfonem awal /s,c atau j/. Dimana
fonem /s/ luluh.
Misalnya :
peN- + simpan...................> penyimpan
peN- + curi.......................> pencuri
peN- + jahit.......................> penjahit
d. Afiks peN- akan berubah menjadi peng- apabila
diikuti bentuk dasar yang berfonem awal /k, g, h, x
atau vokal /, dimana fonem /k/ luluh. Misalnya :

peN- + hibur......................> penghibur


peN- + gemar.....................> penggemar
peN- + khianat...................> penghianat
peN- + kipas......................> pengipas
peN- + amal......................> pengamal
peN- + olah.......................> pengolah
peN- + ikut........................> pengikut
e. Afiks peN- akan berubah menjadi pe- apabila diikuti
bentuk dasar yang berfonem awal /y,r,l,w,m atau
masal /.
Misalnya :
peN- + minum...................> peminum
PeN- + lepas......................> pelepas
peN- + waris......................> pewaris
peN- + mabuk...................> pemabuk
f. Afiks peN- akan berubah menjadi penge- apabila
diikuti bentuk dasar yang terdiri dari satu suku kata.
Misalnya :
peN- + bom........................> pengebom
peN- + cat...........................> pengecat
peN- + bor..........................> pengebor

84
3. Kaidah Morfofonemis Morfem Afiks ber-
a. Afiks ber- akan berubah menjadi be- apabila diikuti
bentuk dasar yang berfonem awal /r/ dan beberapa
bentuk dasar yang suku pertamanya berakhir dengan
/r/.
Misalnya :
ber- + rendam......................> berendam
ber- + serta...........................> beserta
ber- + kerja...........................> bekerja
b. Afiks ber- akan berubah menjadi bel- apabila diikuti
bentuk dasar ajar. Yaitu : ber- + .............> belajar.
c. Afiks ber- akan tetap menjadi ber- apabila diikuti
bentuk dasar selain yang telah disebutkan di atas.
(yaitu a dan b).
Misalnya :

ber- + tamu..........................> bertamu ber-


+ payung......................> berpayung ber- +
sembunyi...................> bersembunyi ber-
+ main..........................> bermain ber- +
cerita.........................> bercerita

4. Kaidah Morfofonemis Morfem Afiks per-


a. Afiks per- akan berubah menjadi pe- apabila diikuti
bentuk dasar yang berfonem awal /r/ dan beberapa
bentuk dasar yang suku pertamanya berakhiran
dengan /r/.
Misalnya :

per- + ringan.......................> peringan


per- + kerja..........................> pekerja
per- + serta..........................> peseerta

85
b. Afiks per- akan berubah menjadi pel- apabila diikuti
bentuk dasar ajar.
Misalnya : per- + ajar................> pelajar.
c. Afiks per- akan tetap menjadi per- apabila diikuti
bentuk dasar yang berfonem awal selain yang telah
disebutkan diatas, (yaitu a dan b).
Misalnya :

per- + kaya...................> perkaya


per- + satu.....................> persatu
per- + ketat....................> perketat
per- + hitam...................> perhitam

Soal Latihan BAB V


1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan morfofonemik
2. Proses morfofonemik dalam bahasa Indonesia ada 4
macam coba saudara jelaskan satu persatu
3. Berikanlah satu contoh proses penggantian dalam
bahasa Indonesia kemudian jelaskan pula kenapa
penggantian fonem itu terjadi
4. berikanlah satu contoh proses penambahan fonem
dalam bahasa Indonesia kemudian jelaskan pula
mengapa terjadi proses penambahan itu
5. berikanlah satu contoh proses penghilangan fonem
dalam bahasa Indonesia kemudian jelaskan pula
mengapa proses penghilangan itu terjadi
6. Berikanlah satu contoh proses peloncatan fonem dalam
bahasa Indonesia kemud dalam bahasa Indonesia
berikan contohnya dalam bahasa Indonesia berikan
contohnya dan jelaskan pula mengapa proses
peloncatan itu terjadi

86
7. Uraikanlah kaidah morfofonemis morfem afiksmorfem
afiks men- dalam bahasa Indonesia jangan lupa
memberikan contoh
8. Uraikanlah dengan jelas kaidah morfofonemis morfem
afiks ber- dalam bahasa Indonesia berikan contohnya
9. Uraikanlah dengan jelas kaidah morfofonemis morfem
afiks pen- dalam bahasa Indonesia berikan contohnya
10. Uraikanlah dengan jelas kaidah morfofonemis morfem
afiks dalam bahasa Indonesia berikan contohnya.

87
BAB Vl
JENIS KATA BAHASA INDONESIA

A. Pembagian Jenis Kata


Dalam bahasa Indonesia jenis kata memegang
peranan penting dan merupakan masalah yang cukup rumit
dibicarakan.banyak ahli bahasa yang telah melakukan
penelitian tentang jenis kata bahasa Indonesia ini, dan
sampai sekarang masih mempunyai beberapa perbedaan
perbedaan pendapat yangyang belum mendapat keputusan.
Kalau kita perhatikan sekarang hampir semua tata
bahasa membuat pembagian jenis kata menurut pendapat
ristoteles. Walaupun sebenarnya Aristoteles sendiri tidak
membagi kata-kata atas 10 jenis kata. Iya hanya meletakkan
sistem tulisannya. Pembagian jenis kata mula-mula terdiri
dari 8 jenis kata. Tetapi ketika orang-orang yang lainnya
berusaha menyusun tata bahasa daripada bahasa-bahasa
mereka menurut contoh kata bahasa Yunani latin, maka
ditambahkan lagi jenis kata baru sesuai dengan sifat bahasa
mereka yaitu kata sandang dan kata seru (interjectio).
Dengan demikian ke-10 jenis kata itu diterima dalam semua
tata bahasa yang disusun berdasarkan tata bahasa Eropa
tersebut.
Kebanyakan orang menganggap pembagian ini
sebagai suatu dasar yang tidak dapat diubah lagi karena
sudah mencapai titik kesempurnaan.tetapi jika dipikirkan
lebih dalam bahwa dasar pembagian itu adalah dari kaidah-
kaidah filsafat, sedangkan tidak selamanya harus
diperlakukan dengan dasar-dasar filsafat. Pengertian dan

87
konsep yang diberikan kepada masing-masing itu mungkin
masih dapat diterima tetapi memperhatikan kesepuluhnya
dalam suatu klasifikasi yang disebut jenis kata agak sulit
untuk diterima oleh ahli-ahli bahasa modern.
Pembicaraan mengenai jenis kata dalam bahasa
Indonesia memaparkan berbagai pembagian atau golongan.
Pembagian jenis kata yang terdapat dalam buku buku tata
bahasa dapat kita bedakan ke dalam dua golongan besar
yakni berdasarkan aliran tradisional dan aliran non
tradisional sering disebut aliran struktural.

B. Pembagian Jenis Kata Secara Tradisional.


Pembagian jenis kata secara tradisional bersumber
dari pembagian jenis kata menurut Aristoteles dalam bahasa
Yunani latin dasar yang dipakai untuk menentukan jenis
kata menurut pandangan tradisional ini dilihat dari tiga
dasar yang digunakan secara serentak yaitu:
1. Pengertian kata itu sendiri
2. Fungsi kata itu sendiri.
3. Bentuk kata itu sendiri.

Jika pembagian itu didasarkan dari pengertian maka


kita akan mendapat 4 jenis kata yaitu:
1. Kata benda,yaitu kata-kata yang menyatakan nama
benda atau sesuatu yang dibendakan.
2. Kata kerja yaitu kata-kata yang menyatakan perbuatan
atau laku.
3. Kata sifat atau keadaan yaitu kata-kata yang menyatakan
sifat atau keadaan.
4. Kata bilangan yaitu kata-kata yang menyatakan bilangan
atau jumlah.

88
Kalau pembagian itu didasarkan dari fungsi maka
kita akan mendapatkan pembagian atas yaitu:
a. Kata-kata subjek dan kata-kata objek, yaitu yang biasa
menduduki jabatan subjek dan objek.
b. Kata kerja yaitu kata-kata yang menyatakan
perbuatan atau laku.
c. Kata sifat atau keadaan yaitu kata-kata yang
menyatakan sifat atau keadaan.
d. Kata bilangan yaitu kata-kata yang menyatukan
bilangan atau jumlah
kalau pembagian itu didasarkan dari fungsi maka kita
akan mendapatkan pembagian atas 5 bagian yaitu:
1) Kata-kata subjek dan kata-kata objek yaitu kata-
kata yang biasa menduduki jabatan subjek dan
objek.
2) Kata-kata predikat yaitu kata-kata yang biasa
menduduki predikat.
3) Kata-kata keterangan yaitu kata-kata yang biasa
menduduki jabatan keterangan.
4) Kata-kata penghubung yaitu kata-kata yang biasa
menghubungkan bagian-bagian kalimat.
5) Kata-kata yang tidak termasuk kedalam nomor
satu sampai nomor 4
kalau pembagian itu didasarkan dari bentuk maka
kata-kata itu dapat dibagi atas tiga bagian yaitu:
a) Kata benda yaitu kata-kata yang mengalami
perubahan bentuk yang biasa disebut doklinasi.
b) Kata kerja yaitu kata-kata yang dapat
mengalami bahan bentuk biasanya nyanya
disebut kinyusasi.

89
c) vertikal yaitu kata-kata yang tetap bentuknya
secara tradisional pembagian kata ini paling
banyak ada 10 macam.

1. Kata benda atau nomina.


Kata benda atau nomina adalah kata-kata yang
merupakanan nama dari sebuah benda dan segala yang
dibendakan menurut wujudnya kata-kata benda ini
dapat dibagi atas:
a. Kata benda konkret
Kata kata benda konkret adalah nama dari benda-
benda yang dapat ditangkap dengan panca indera.
Nama diri, nama hewan, nama tumbuh-tumbuhan,
nama barang.
b. Kata benda abstrak
Kata benda abstrak adalah nama-nama benda yang
tidak dapat ditangkap dengan pancaindra. Yang
termasuk kata benda abstrak adalah nama keadaan
sifat, pekerjaan, ruang, waktu dan jumlah serta hal-hal
lainnya yang tidak bisa ditangkap dengan panca
indra.

2. Kata kerja atau verbal.


Kata kerja atau verbal ialah kata-kata yang
menyatakan perbuatan atau laku. Kata kerja ini ada
kalanya memerlukan sesuatu perlengkapan .kata kerja
yang memerlukan suatu pelengkap disebut dengan kata
kerja transtif (kalau selengkapnya satu) misalnya
membaca, melihat, memegang, menangkap, dsb.
Sebaliknya bila kata kerja tersebut tidak memerlukan
kata pelengkap maka disebut kata kerja intransitif.

90
Misalnya berjalan, berdiri, bersisir, menangis, berlari,
meninggal.
Disamping itu ada juga dinamakan kata kerja kon
ula yaitu kata kerja yang bertindak sebagai pola misalnya
adalah jadi, menjadi, ialah.
Berdasarkan bentuknya kata kerja dapat dibagi
atas dua bagian yaitu:
a. Kata kerja kata asal atau disebut juga kata kerja
aus,karena kata kerja tersebut walaupun tidak diberi
imbuhan sudah mengandung pengertian kerja
misalnya, bangun, bangkit, mandi, minum, masuk,
dan pergi.
b. Kata kerja kata jadian,yaitu kata kerja yang sudah
mengalami proses pembentukan dari kata asal
menjadi kata ulang kata majemuk dan kata
berimbuhan. Kata kerja ini dapat dibagi atas 3 yaitu:
1) Kata kerja ulang.
Contoh: makan-makan, menari-nari, berlari-lari
terbahak-bahak, diputar-putar, kedua-
duanya.
2) Kata kerja kata majemuk.
Contoh:memberitahu, bertanggungjawab,
menandatangani, menganaktirikan
3) Kata kerja berimbuhan
Contoh:memanggil, merokok, berjalan bercatur,
dilempar, dibaca

3. Kata keadaan atau kata sifat (Adjektiva)


Kata keadaan atau kata sifat ialah kata-kata yang
menyatakan tentang keadaan sifat watak tabiat suatu
benda atau sesuatu yang dianggap benda.kata keadaan

91
atau kata sifat ini biasanya memberi jawaban atas
pertanyaan bagaimana atau keadaan apa.kata keadaan
atau sifat dapat dibagi atas:
a. Kata keadaan atau kata sifat yang berbentuk kata
dasar
Contoh: merah, biru, putih, hitam, besar kecil, mati,
hidup
b. Kata keadaan atau kata sifat yang berbentuk kata
Contoh: nakal-nakal, sebaik-baiknya, sehitam-
hitamnya, setinggi-tingginya, kemerah-
merahan, terburu-buru, kekuning-kuningan,
sebesar-besarnya
c. Kata keadaan atau kata sifat yang berbentuk kata
majemuk
Contoh: lemah lembut, besar kecil, panjang tangan,
keras kepala, panjang lidah mabuk laut
d. Kata keadaan atau kata sifat yang berbentuk kata
berimbuhan
Contoh: menguning, membiru, terbesar termudah,
terkaya, terendah, periang, perokok,
penakut, pembohong

Kata keadaan atau kata sifat ini mempunyai


fungsi sebagai berikut:
a. Fungsi substantif atau sebagai kata benda.
Contoh:
1) si belang dipukul orang
2) Merahnya menyilaukan mata
3) Yang Bungku dimakan sarung
4) Dia pergi bersama si kojek

92
b. Fungsi atributif atau sebagai
keterangan. Contoh:
1) kuda putih itu cepat sekali larinya
2) Iya mempergunakan penail merah
3) Mari menulis dengan tinta hijau
c. Fungsi predikatif atau sebagai predikat kalimat.
Contoh:
1) kuda itu putih
2) Rumah itu bagus

4. Kata Ganti (Pronomina)


Yang dimaksud dengan kata ganti adalah segala
kata yang dipakai untuk menggantikan kata benda.
Menurut sifat dan fungsinya kata ganti dapat
dibedakan atas 5 bagian yaitu :
a. Kata ganti atau pronominal personalia
b. Kata ganti empunya atau pronominal possesiva
c. Kata ganti penunjuk atau pronominal demonstrativa
d. Kata ganti penghubung atau pronominal relativa
e. Kata ganti penannya atau pronominal interrogativa
f. Kata ganti tak tentu atau pronominal indeterninativa

Kata ganti orang dapat dibedakan atas kata ganti


orang pertama, kata ganti orang kedua orang ketiga,
tunggal ataupun jarak. Kata ganti orang yang asli dalam
bahasa Indonesia adalah, sebagai berikut:
Kata Ganti Tunggal Jarak
Orang I aku, saya kami, kita
Orang II engkau kamu
Orang III dia mereka

93
Kata ganti punya adalah segala kata yang dipakai
untuk menggantikan kata ganti orang dalam
kedudukannya sebagai pemilik, misalnya, ku,
mudannya. Sebetulnya kata-kata ini merupakan kata
ganti orang dalam bentuk ringkas yang berkedudukan
sebagai keterangan yang menyatakan hubungan milik.
Contoh:
1) Rumahku sama dengan rumah aku
2) Bukunya sama dengan buku engkau atau
buku kamu

Dompetnya sama dengan dompet dia, kata-


kataku, mudannya, di samping dapat dipakai
menyatakan milik, dapat juga menduduki objek,
misalnya, kepadaku, kepadamu, baginya, bagimu,
bagiku.
Kata ganti penunjuk ialah kata-kata yang
menunjukan tempat suatu benda. Dalam bahasa
Indonesia kata ganti penunjuk ini biasanya dikatakan
dengan kata ini dan itu. Sedangkan dalam bahasa jawa
disebut dengan iki, ikudanika. Berdasarkan kata-kata
adalah kata penunjuk lainnya timbul dalam bahasa
Indonesia, misalnya , ini, situ, sama, di situ, di sana, ke
sini ke situ dan ke sana.
Kata ganti penghubung ialah kata-kata yang
menghubungkan anak kalimat dengan kata benda yang
terdapat dalam induk kalimat.
Dalam bahasa Indonesia kata ganti penghubung
ini ada 2 macam yaitu, yang dan tempat. Dalam
perkembangannya kata ganti penghubung mempunyai
fungsi:

94
a. Sebagai penunjuk.
Contoh :
- Kitab, yang dibelinya kemarin, sudah hilang.
- Baju, yang dipakain yaitu adalah milikku.
- Tas yang dibawan yaitu adalah miliknya

b. Sebagai penghubung dan


pengganti. Contoh :
- Ia berkata kepada yang hadir
- Yang besar harus member contoh kepada
yang kecil

c. Untuk menyatakan arti yang


sebenarnya/penentu. Contoh :
- Orang yang besar
- Raja yang mudah
- Mahasiswa yang pintar
Kata ganti penghubung tempat, dipergunakan
untuk menyatakan ruang, contoh
- Kota, tempat kami tinggal, diserang musuh
- Rumah, tempat mereka berkumpul, telah
dibakar
- Gedung, tempat mereka kuliah, luas sekali.

Kata ganti penanya ialah kata-kata yang dipakai


untuk menannyakan orang, benda atau suatu keadaan.
Dalam bahasa Indonesia kata ganti penanya ini ada yang
berdiri sendiri dan ada pula bergabung dengan kata lain.
Contoh :
a. Apa (biasanya dipergunakan untuk menanyakan
benda)

95
b. Siapa (biasanya dipergunakan untuk menyatakan
orang)
c. Nana (untuk menanyakan pilihan seseorang atau
bebrapa hal, barang)

Di samping ketiga kata ganti peannya di atas ada


lagi kata-kata ganti penanya yang lain yang bukan
menannyakan orang atau benda tetapi menanyakan
keadaan, perihal dsb.
Contoh :
a. Mengapa dengan apa
b. Beberapa untuk apa
c. Bagaimana buat apa
d. Bilamana darimana
e. Kenapa di mana

Kata ganti tak tentu ialah kata-kata yang


menggantikan atau menunjukan benda atau dalam
keadaan tak tentu bata untak umum. Contoh :

a. Masing-masing
b. Sesuatu
c. Beberapa
d. Seseorang
e. Banyak

5. Kata Sandang (Artikula)


Yang dimaksud dengan kata sandang atau
artikula adalah kata-kata yang menentukan kata benda
atau kata yang mensubstantifkan suatu kata. Kata-kata

96
sandang yang umum dikenal dalam bahasa Indonesia
seperti, yang, itu, si, sang, hang, dang. Misalnya dalam
kalimat :
a. Si pengirim surat itu tidak jelas identitasnya
b. Sang kancil sedang berlari menuju hutan
c. Joni sedang belajar di SMA Nang Keturi

6. Kata Sambung (conjunction)


Yang dimaksud dengan kata sambung ialah kata-
kata yang menghubungkan kata-kata, bagian-bagian
kalimat atau menghubungkan kalimat-kalimat.
Disamping berfungsi sebagai penghubung, kata sambung
juga menyatkan makna hubungan secara eksplisit.
Berdasarkan cara atau sifat hubungan antar kata
atau kalimat yang dihubungkan, kata sambung dapat
dibedakan atas berapa bagiann yaitu :
a. Menyatakan gabungan, misalnya, dan, lagi, serta,
lagipula.
b. Menyatakan pertentangan, misalnya, tetapi,akan
tetapi,melainkan.
c. Menyatakan waktu, misalnya, apabila, ketika,
bilamana, sebelum, sedang, sejak, selama, sesudah,
sementara, telah, senaya, waktu, sambil.
d. Menyatakan tujuan, misalnya, supaya, agar
e. Menyatakan sebab, misalnya, sebab, karena, karena
itu, oleh sebab itu, sebab itu
f. Menyatakan akibat, misalnya, sehingga, sampai
g. Menyatakan syarat, misalnya, jika, andai kata, jikalau,
sekiranya
h. Menyatakan pilihan, misalnya, atau, baik, maupun

97
i. Menyatakan perbandingan, misalnya, seperti, bagai,
seakan-akan
j. Menyatakan tingkah, misalnya, makin, semakin, kian,
bertambah
k. Menyatakan perlawanan, misalnya, meskipun,
biarpun, dsb
l. Menyatakan pengantar kalimat, misalnya, maka,
adapun, akan, dsb
m. Menyatakan penjelasan, yakni, umpama, yaitu, dsb
n. Sebagai penutup sesuatu, misalnya, bahwa

7. Kata seru (Interjeksi)


Yang dimaksud dengan kata seru ialah kata-kata
yang biasa dipergunakan untuk menyatakan cetusan
rasa. Memang kalau diperhatikan kata-kata ini tidak
dapat dianggap kata karena sudah sekaligus
mengungkapkan maksud dan perasaan pembicaraan
jadi, interjeksi sudah termasuk kalimat.
Dalam bahasa Indonesia ada beberapa macam
kata seru antara lain:
a. Interjeksi asli, misalnya, wah, yah, ah, hai, ah, cis, he
b. Interjeksi yang berasal dari kata-kata biasa, yaitu kata-
kata benda atau kata-kata lain yang digunakan atau
biasa digunakan sebagai interjeksi, misalnya, celaku,
masa, kasihan, bangsat.
c. Interjeksi yang berasal dari ungkapan-ungkapan, baik
dari ungkapan Indonesia asli maupun dari ungkapan
asing, misalnya, ya ampun, demi Allah, alhamdullilah.

98
8. Kata Bilangan (Numeralia)
Yang dimaksud dengan kata bilangan atau
numeralia adalah kata-kata yang menyatakan jumlah
benda atau menyatakan tempat suatu benda dalam
urutan atau deretan benda-benda lain. Kata bilangan
dalam bahasa Indonesia biasanya dibagi atas 4 bagian,
yaitu :
a. Kata bilangan utama (numeralia cardinalia), misalnya,
satu, dua, tiga, empat, lima, sepuluh, enam belas, tiga
puluh,
b. Kata bilangan tingkat (numerelia ordinalia), misalnya,
kedua, pertama, keenam, kesepuluh, dsb
c. Kata bilangan pecahan, misalnya, setengah, sperlima,
sepertiga, dua pertiga, tujuh persepuluh, dsb
d. Kata bilangan taktentu, misalnya, segala, semua,
banyak, sedikit, beberapa, para, sekalian, dsb.
e. Kata bilangan kumpulan, misalnya, keduanya,
kelimanya, keenamnya, bertiga, bertujuh, dsb.

9. Kata Depan (Preposisi)


Yang dimaksud dengan kata depan atau preposisi
adalah kata-kata yang dapat merangkai kata dengan kata
di dalam kalimat. Kata depan ini umumnya
menunjukkan tempat, mungkin terdapat dalam
keterangan predikat atau mungkin juga dalam
keterangan objek.
Contoh:
- Kertas di atas meja ditiup angina
- Orang tuanya datang dari Medan
- Siapa memasukkan pakaian dalam lemari

99
10. Kata Keterangan (Adverbia)
Yang dimaksud dengan kata keterangan ialah
kata-kata yang biasanya member keterangan tentang kata
kerja, kata sifat, kata bilangan, dan seluruh kalimat.
Berdasarkan arti atau fungsinya, kata keterangan
ini dapat dibedakan atas.
a. Kata keterangan kualitattif
b. Kata keterangan waktu
c. Kata keterangan tempat
d. Kata keterangan modalitas
e. Kata keterangan aspek
f. Kata keterangan derajat dan keterangan kualitatif.

Untuk mengerahui lebih mendalam mengenai


pengertian kata keterangan ini, marilah kita perhatikan
penjelasan dibawah ini.
a. Kata keterangan kualitatif.
Yang dimaksud dengan kata keterangan
kualitatif adalah kata-kata yang menerangkan atau
menjelaskan suasana atau situasi suatu perbuatan.
Umumnya kata keterangan seperti ini biasanya
dibentuk dari kata depan dengan kata sifat. Misalnya,
dengan lambat, dengan segera, sangat cantik, dsb.
- Kami perjalan perlahan-lahan
- Binatang itu berlari dengan cepat
- Meryati bernyanyi dengan nyaring.
b. Kata keterangan waktu.
Yang dimaksud dengan kata keterangan
waktu ialah kata-kata yang menunjukan atau
menjelaskan berlangsungan suatu peristiwa dalam
satu ruang waktu.

100
Misalnya: sekarang, kemarin, nanti, ketika itu, minggu
depan, dsb.
- Orang itu akan berangkat besok
- Di akan melanjutkan sekolahnya tahun depan
- Mereka akan kembali setelah itu.
c. Kata keterangan tempat.
Yang dimaksud dengan kata keterangan
tempat adalah kata-kata yang memberi penjelasan
atau berlangsungnya suatu peristiwa atau perbuatan
dalam ruang tertentu.
Misalnya, ke sekolah, di rumah, dari medan, di sini, di
sana, di situ, ke sini, ke sana, ke situ, dsb.
- Kakaknya sedang kuliah di pematangsiantar
- Jhonny tidak ikut ke situ
- Saya sendiri melihat dia di sana.

d. Kata keterangan modalitas.

Yang dimaksud dengan kata keterangan


modalitas adalah kata-kata yang menjelaskan suatu
peristiwa berdasarkan tanggapan pembicara atau
berlangsungnya peristiwa itu. Kata keterangan seperti
imibiasanya menunjukan setiap pembicara bagaimana
ia melihat perosalan tersebut. Jadi dalam halini,
subjektivitas sangat menonjol. Sikap atau tanggapan
pembicaraan terhadap berlangsungnya peritiwa dapat
berupa :
- Kepastian, misalnya, memang, niscaya, pasti,
sungguh, tentu, bukan.
- Pengakuan, misalnya, ya, benar betul, sebenarnya,
sesungguhnya

101
- Kesangsian, misalnya, agaknya, barangkali, entah,
mungkin, rasanya rupanya.
- Keinginan, misalnya, secara, mudah-mudahan,
moga-moga
- Ajakan, misalnya, baiklah, carilah, hendaknya,
kiranya.
- Larangan, misalnya, jangan
- Kebenaran, misalnya, masakan, mustahil,
manaboleh.

e. Kata keterangan aspek.


Yang dimaksud kata keterangan aspek ialah
kata-kata yang menjelaskan berlangsungnya peristiwa
secara objektif, suatu peristiwa terjadi dengan
sendirinya tanpa adanya pengaruh dari pembicara.
Kata keterangan aspek ini dapat di bagi-bagi
lagi atas bermacam-macam, antara lain :
- Aspek inokatif, yaitu aspek yang menunjukan
permulaan berlangsungnya peristiwa.

- Aspek duratif, yaitu aspek yang menyatakan


bahwa satu peristiwa sedang berlangsung,
sementara.
- Aspek prefektif, yaitu aspek yang menyatkan
bahwa suatu peristiwa telah mencapai titik
pemyelesainnya.
- Aspek repetitif, yaitu aspek yang menyatakan
bahwa suatu perbuatan dilakukan berulang-ulang.
Misalnya, ia datang lagi

102
- Aspek prekuentatif, yaitu aspek yang menunjukan
bahwa suatu peristiwa sedang terjadi. Misalnya,
dia sering datang ke sini.
- Aspek habituatif, yaitu aspek yang menyatakan
bahwa suatu perbuatan terjadi karena suatu
kebiasaan. Misalnya, Dodi biasa membaca koran
pada waktu istirahat.
f. Kata keterangan derajat dan kata keterangan
kwantitatif.
Yang dimaksud dengan kata keterangan
derajatdan kata keterangan kuantitatif ialah kata-kata
yang bias menunjukan derajat berlangsungnya suatu
perisitiwa atau jumlah dan banyaknya suatu
perbuatan dilakukan.
g. Pemberian jenis kata secara nontradisional (structural)
Pembagian jenis kata dalam bentuk bahasa
Indonesia berdasarkan pandangan structural atau
nontradisional timbul seabagi akibat dari ketidak
puasan terhadap golongan jenis kata menurut
pandangan tradisional. Pada abad XVI memang sudah
ada usaha untuk menyempurnakan pembagian jenis
kata yang lebih rasional dan secara struktural dengan
diajukannya konsep penggolongan jenis kata atau
nomen, verbum, particular roleh seorang ahli tata
bahasa spanyol yang bernama Sgances de las Brogas.
Akan tetapi ahli-ahli tata bahasa barat lainya kembali
ke alam Yunani latin, dan tetap mengajukan sepuluh
jenis kata seperti yang diajukan secara tradisional.
Sejalan dengan perkembangan linguistik abad
XX, maka usaha pembagian jenis kata yang lebih
rasional itu muncul kembali, dan pada abad ini

103
pulalah muncul paham baru dalam linguistik yang
disebut dengan linguisti struktural. Mula-mula hal ini
dikembangkan oleh Ferdinan de Sausure yang
kemudian pendapat-pendapatnya ini dibukukan
dengan judul “Course de Linguistik General”. Para
ahli linusitik struktural berusaha menggolongkan
kata-kata atas berbagai jenis berdasarkan ciri-ciri
struktural yang formal dari bidang bentuk yang
member cirri khusus terhadap kata-kata itu (struktur
morfologis) dan juga Dari hubungan kata-kata yang
satu dengan yang lain dalam membagi kalimat atau
bagian-bagian kalimat (struktur sintaksi)

Umumnya tata bahasawan Indonesia yang telah


mengenal ilmu bahasa abad XX ini merasa tidak puas
dengan penggolongan kata secara tradisional, dan bahkan
mereka berusaha melakukan pembagian kata-kata bahasa
Indonesia itu berdasarkan perilaku strukturalnya. Mereka
diantranya ialah slamat muljana, Anton.N.Moelono, Gorys,
Karef, M. Ramlan, Simsuri.
Dalam bukunya tata bahasa Indonesia, Gorys Keraf
membagi kata-kata Indonesia berdasarkan struktur
morfologinya dan sintaksis sesuai dengan ciri struktural,
menjadi empat jenis, yaitu :
1. Kata benda (nomina substansiva)
2. Kata kerjaverba
3. Kata sifat (objektiva)
4. Kata tugas (function word)

104
Untuk lebih memperjelas pengertian dari setiap kata-
kata di atas ini, berikut akan dijelaskan:
1. Kata benda
Yang dimaksud dengan kata benda adalah segala
macam kata yang dapat diterangkan atau diperluas
dengan kata sifat. Misalnya meja yang besar, Tuhan yang
mulia, angin yang kencang, serta pohon yang tinggi, dsb.
Di samping itu juga digolongkan segala kata yang
mengandung morfem terikat (imbuhan ke-an, pe-an, ke-
ke dalam kata benda, misalnya kata perubahan,
perbuatan, pelari, kehendak, timbangan,dsb.
Kata diganti yang oleh aliran tradisional
dimasukkan kedalam jenis kata ini sebagai sub golongan
karena kata-kata ganti tersebut dapat menduduki secara
fungsi yang dapat diduduki oleh kata benda dan
strukturnya sama dengan kata benda, tetapi mempunyai
cirri tertentu.
2. Kata kerja
Yang dimaksud dengan kata kerjaialah segala
macam kata yang dapat diperluas dengan kelompok kata
dengan kata sifat misalnya, buat dengan lambat,
pergidengancepat, turun dengan segera, minum dengan
teratur, dsb.
Disamping itu juga digolongkan kata-kata yang
berimbuhan me-, ber-, -kan, di,-, ke dalam jenis kata kerja
ini, misalnya, bercukur, dilempar, melompat menggarut,
lemparkan.
3. Kata sifat
Yang dimaksud dengan kata sifat ialah segala
kata yang dapat mengambul bentuk se + redupliaksi +
nya serta dapat diperluas dengan paling, lebih, sekali,

105
misalnya, setinggi-tingginya, secepat-cepatnya, seburuk-
buruknya, semahal-mahalnya, bagus sekali, palingbesar,
lebih murah, lebih cantik, dsb.
Kata bilangan yang termaksud dalam aliran
tradisional, dimasukkan sebagai suatu sub golongan
pada jenis kata sifat ini, karena mempunyai ciri-ciri
tersendiri dan dapat menduduki tugas-tugas kata sifat.
4. Kata tugas
Yang dimksud dengan kata tugas ialah segala
kata yang mempunyai fungsi mengubah kalimat minim
menjadi kalimat transformasi. Ciri-ciri umum dapat kita
lihat dari jenis kata ini adalah
a. Sukar sekali menjalani perubahan bentuk, meski
pinada beberapa yang dapat mengalami perubahan
seperti tidak, sudah.
b. Hanya memiliki tugas untuk memperluas atau
mengadakan transformasi kalimat, tidak bias
menduduki fungsi-fungsi pokok (subjek, predikat dan
objek dalam kalimat.
c. Umumnya tidak dapat membentuk kalimat dengan
satu patah kata kerja, meskipun diantaranya ada yang
dapat membentuk kalimatdengan satu kata. Kata
depan, kata sehubung, kata sandang yang dalam
aliran tradisional digolongkan secara tersendiri, maka
dalam aliran struktural kata-kata tersebut dapat
dimasukkan kedalam jenis kata ini
Kata-kata tugas ini dapat dibedakan atas dua bagian,
yaitu ;
1) Kata tugas monovalent (bernilai satu) yakni secara
merata bertugas untuk memper luas kalimat.

106
2) Kata tugas yang ambivalen (bernilai dua) yakni
kata-kata yang disamping berfungsi sebagai kata
tugas, juga bertindak sebagai jenis kata lain, baik di
dalam membentuk kalimat minim maupun dalam
mengubah bentuknya. Misalnya, sudah, tidak, dsb.

Soal Latihan BAB VI


1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan pembagian jenis
kata !
2. Menurut Aristoteles pembagian jenis kata ada sepuluh
bagian. Coba jelaskan satu persatu dengan pemberian
contoh!
3. Pembagian jenis kata ini dapat didasarkan atas dua
aliran, coba jelaskan satu persatu.
4. Jelaskan bagian timbulnya kedua aliran itu dalam
pembagian jenis kata
5. Tentukanlah termaksuk jenis kata apa menurut Gorys
Keraf kata-kata yang terdapat dalam kalimat berikut:
Si Jhoni telang berangkat ke Bandung tadi pagi dengan
membawa beberapa jenis tas sedang untuk dijual disana.
6. Tentukanlah jenis kata apa menurut aliran tradisional
atau Aristoteles kata-kata yang terdapat dalam kalimat
berikut: Mahasiswa itu sering membaca buku yang
berbau psikologi di perpustakaan
7. Sebutkanlah ahli-ahli bahasa tiga orang yang membagi
kata secara tradisonal
8. Sebutkanlah juga ahli-ahli bahasa yang membagi jenis
kata secara structural minimum tiga orang!

107
108
DAFTAR PUSTAKA

Alisjabana, S. Takdir. 1980. Tata Bahasa Baru Bahasa Indonesia,


Jakarta: Dian Rakyat.

Keraf, Gorys. 1932. Tata bahasa Indonesia, Ende-Flores: Nusa


Indah, Percetakan Araoldus.

Rusyana Yus dan Samsuri, 1976. Pedoman Penulisan Tata


Bahasa Indonesia, Jakarta: Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan.

Ramlan, M. 1978. Ilmu Bahasa Indonesia Morfologi,


Yogyakarta: U.B.Karyono.

Samsuri, 1982. Analisis Bahasa, Jakarta: Penerbit Erlangga.

Tarigan Hendry Guntur. 1985 Pengajaran Morfologi, Bandung:


Penerbit Angkasa.

Wojowasito, S. 1978. Ilmu Kalimat Struktural, Bandung:


Penerbit Shinta Dharma.

Wirjossedermo Soekarno. Tata Bahasa Indonesia, Surabaya:


Sinar Wijaya.

109
110
BIOGRAFI PENULIS

Junifer Siregar, dilahirkan di Sei Birung 25


Juni 1989. Menyelesaikan Sekolah Dasar di
SD Negeri 102086 Sei Birung (2001), SLTP
Swasta Katolik Cinta Kasih Tebing Tinggi
(2004), dan SMA Katolik Cinta Kasih Tebing
Tinggi (2007). Menyelesaikan S1 di FKIP
Universitas HKBP Nommensen (UHN) dan
dengan lama studi 3.5 tahun.
Sejaktahun 2011, penulis mengajar di program studi
Pendidikan Bahasa Indonesia FKIP UHN serta dibeberapa
sekolah di Tebing Tinggi. Pada tahun 2014, penulis melanjutkan
studi ke program pasca sarjana (S2) di Universitas Negeri
Medan dengan konsentrasi Pendidikan Bahasa Indonesia dan
selesai tahun 2016. Sejak Oktober 2018 penulis menjadi Dosen
tetap di program studi pendidikan bahasa Indonesia FKIP
UHKBPNP. Selain mengajar, penulis aktif menulis dibeberapa
media. Beberapa tulisannya antara lain, Antologi Puis berjudul
Bertemu Dalam Koma Menari Dalam Titik (2019), Antologi
Puisi Sapardi Dalam Kenangan (2020), Buku Metode
Pembelajaran Brainstorming dan Penguasaan Kosakata (2020),
dan Diktat Kajian Bahasa dan Budaya Batak Toba (2021)

111

Anda mungkin juga menyukai