Anda di halaman 1dari 42

MAKALAH

KONDISI GEOGRAFIS , PERUBAHAN LETAK , PENDUDUK,STRUKTUR


KEPEMERINTAHAN,PERIODISASI DAN RUANG LINGKUP SUMATERA UTARA

Dosen pengampu:Lister Eva Simangunsong S.Pd.,M.A


Disusun Oleh kelompok 1 kelas E:
Mawar Situmorang (NIM:3212421016)
Timotius Gultom (NIM:3213121032)
Listia Maibang (NIM:3212421018)
Dian Tesalonika Purba (NIM:3213321018)

Semester ganjil

Nilai dari Setiap Kelompok :


1. Kelompok 2 : 90
2. Kelompok 3 : 92
3. Kelompok 4 : 90
4. Kelompok 5 : 88
5. Kelompok 6 : 91
6. Kelompok 7 : 90
7. Kelompok 8 : 90
8. Kelompok 9 : 90

Jurusan Pendidikan Sejarah


Fakultas Ilmu Sosial
Universitas Negeri Medan
(Tahun ajaran 2021/2022)

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan
karunia-nya kami dapat menyelesaikan tugas kelompokmakalah mata kuliah Sejarah Sumatera
Utara yang diampu oleh ibu Lister Eva Simangunsong,M.A dengan baik dan lancar. Dan juga
tidak lupa terhadap Orang tua yang mendukung kami dalam menyelesaikan tugas ini,dan juga
teman-teman yang mendukung kami.

Meskipun kami juga menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini terdapat banyak
kekurangan dan jauh dari kata sempurna.oleh sebab itu,kami berharap adanya kritik dan saran
demi perbaikan makalah yang kami buat di masa yang akan datang,mengingat tidak ada
sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya
makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terjadi kesalahan kata kata yang kurang
berkenan.sebelumnya, terimakasih kepada teman teman yang sudah terlibat, serta kepada
orang tua kami yang banyak memberi saran serta dukunganya sehingga makalah kami dapat
terselesaikan.

Medan, 31 Agustus 2021

Penyusun

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang………………………………………………………………. 4
1.2 Rumusan masalah…………………………………………………………… 4
1.3 Tujuan……………………………………………………………………….. 5
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Kondisi geografis Sumatera Utara………………………………………. 6
2.1.1 Masa Hindu Buddha……………………………………………………... 7
2.1.2 Masa Islam………………………………………………………………… 8
2.1.3 Masa Kolonial Belanda…………………………………………………… 9
2.1.4 Masa Pendudukan Jepang…………………………………………………. 13
2.2 Penduduk Sumatera Utara Pada Masa Hindu Buddha,
Islam dan Kolonial Belanda-Jepang…………………………....................... 17
2.3 Periodisasi dan Ruang Lingkup Sejarah Sumatera Utara……………... 32
2.3.1 Periodisasi Sejarah Sumatera Utara………………………………………. 32
2.3.2 Ruang Lingkup……………………………………………………………. 37
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan………………………………………………………………….. 38
3.2 Saran………………………………………………………………………… 38
DAFTAR PUSTAKA
ii

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang

Sumatera Utara adalah salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki ciri khas yang
daerah unik , yang mungkin lebih terkenal di mata dunia karena salah satu keindahan alamnya
yaitu danau toba.Yang pada umumnya juga danau Toba ini sangat dikenal dengan sejarah
nya , terbentuk oleh letusan gunung Toba pada ribu tahun dahulu.
Selain itu juga sebelum terbentuknya provinsi sumatera Utara pastinya melalui berbagai
proses ,baik dalam wilayah, struktur pemerintahan, atau pun konflik-konfik di dalam nya
.Oleh karena itu,sangat penting untuk diketahui lebih detailnya mengenai provinsi sumatera
Utara.Perkembangan juga banyak dilalui oleh pembentukan provinsi ini,mulai sebelum atau
pun sesudah masuknya berbagai sistem pemerintahan penjajahan di wilayah Indonesia .
wilayah ini juga memiliki berbagai macam kebudayaan di dalamnya yang membuat nya tidak
kalah unik dari kebudayaan yang lainnya .

Letaknya yang strategis juga menjadikan , wilayah ini banyak memberi dampak positif
terhadap , wilayahnya sendiri, maupun bagi Indonesia.Jadi hal ini sangat dibutuhkan
pembahasan lebih luas lagi.

1.2 Rumusan masalah

Dari penjelasan latar belakang tersebut maka dapat disimpulkan bahwa rumusan masalah dari
makalah ini adalah:
1. Bagaimanakah perkembangan geografis (wilayah) Sumatera Utara dari segi
administrasi pada periode Hindu-Buddha, Islam, Kolonialisme Belanda, dan Jepang.
2. Bagaimanakah perkembangan penduduk Sumatera Utara dan kebudayaannya pada
periode Hindu-Buddha, Islam, Kolonialisme Belanda, dan Jepang.
3. Bagaimanakah pembabakan/periodisasi Sumatera Utara pada periode Hindu-Buddha,
Islam ,dan kolonial Belanda dan Jepang?

4
1.3 Tujuan

Tujuan dari makalah ini adalah untuk mengetahui dan memahami mengenai sejarah Sumatera
Utara,baik dari sistem pemerintahan, letak,dan kebudayaannya,dan seputar Sumatera Utara.
Pada masa Hindu Budha, Islam dan kolonial Belanda-Jepang.

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Kondisi Geografis Sumatera Utara

(Sumber gambar :id.m.wikipedia.org)

Sumatera merupakan sebuah pulau yang menduduki posisi pulau keenam terbesar di
dunia. Menurut peradaban-peradaban kuno di sekeliling samudera India,Pulau Sumatera
merupakan pulau yang menjadi gerbang menuju harta Asia Tenggara karena kekayaan alam
yang penuh rahasia. Begitu juga bagi Indonesia sendiri yang merupakan Negara tempat pulau
ini berada, Sumatera memiliki sumber daya alam yang melimpah dan dan potensi ekonomi
yang besar.
Sumatera Utara terletak di sebelah barat Indonesia, berbatasan dengan provinsi Aceh di
sebelah utara, selat Malaka di sebelah timur, provinsi Riau dan Sumatera barat di sebelah
Selatan, dan samudra Hindia di sebelah barat.Secara geografis Provinsi Sumatera Utara
terletak pada 1° - 4° Lintang Utara dan 98° - 100° Bujur Timur, dengan Luas daratan 71.680
km². Sumatera Utara pada dasarnya dibagi atas:

 Pesisir Timur
 Pegunungan Bukit Barisan.

6
 Pesisir Barat.

Kepulauan Nias Pesisir timur merupakan wilayah di dalam provinsi yang paling pesat
perkembangannya karena persyaratan infrastruktur yang relatif lebih lengkap daripada wilayah
lainnya. Wilayah pesisir timur juga merupakan wilayah yang relatif padat konsentrasi
penduduknya dibandingkan wilayah lainnya.
Di daerah tengah provinsi berjajar Pegunungan Bukit Barisan. Di pegunungan ini ada
beberapa dataran tinggi yang merupakan kantong-kantong konsentrasi penduduk. Tetapi
jumlah hunian penduduk paling padat berada di daerah Timur provinsi ini. Daerah di sekitar
Danau Toba dan Pulau Samosir juga menjadi tempat tinggal penduduk yang menggantungkan
hidupnya pada danau ini.Pesisir barat biasa dikenal sebagai daerah Tapanuli. Sumatera Utara
dibagi atas 25 kabupaten, 8 kota (dahulu kotamadya), 325 kecamatan,dan 5.456
kelurahan/desa.

2.1.1. Masa Hindu Buddha


Sebaran pengaruh Hindu di Sumatera Utara membentang dari pantai barat terus ke
pegunungan bukit barisan sampai ke pesisir Timur Sumatera Utara.Wujud adanya pengaruh
Hindu Buddha di sumatera utara dapat dilihat dari peninggalan-peninggalan bersejarah
ditepian Sungai Batang Angkola Dan Batang Gadis di kabupaten Mandailing Natal. Pelaut
asing di zaman lampau sudah banyak yang mengetahui tentang raja-raja yang menguasai
ekspor emas dan selat –selat yaitu selat Malaka dan selat Sunda. Tulisan-tulisan asal Cina
berbicara tentang kerajaan-kerajaan di Selatan Sumatera yang tidak terlalu jelas bentuk
nya;kerajaan-kerajaan itu mengalami kemunduran dengan munculnya Sriwijaya pada abad ke-
7 Sesudah Masehi.(Reid,2011:2).Kutipan di atas menunjukkan kemunculan kerajaan
Sriwijaya,diikuti dengan penemuan sejumlah prasasti yang posisinya beberpa kilometer dari

7
Palembang. Prasasti ini mengisahkan seorang Raja yangi bertanggung jawab terhadap
kehidupan masyarakatnya namun mewajibkan rakyat untuk mengucapakan sumpah setia
kepada Raja. Penemuan prasasti ini juga menunjukkan pe1nggunaan bahasa Melayu pada masa
683-6 SM. Minangkabau merupakan daerah yang menjadi ahli waris kejayaan Sriwijaya.
Penguasa di sriwijaya yaitu seorang pangeran keturunan Majapahit dan Sriwijaya yang
bernama Raja Adityawarman . Dia mendirikan kerajaan sendiri dekat hulu sungai Indragiri
dan Sungai Batang Hari dan menguasai emas Minangkabau(Reid,2011:3).
Van der Tuuk pada tahun 1856, saat berada di Barus, mengamati bahwa perdagangan
di pantai Barat, yaitu di Keresidenan Tapanuli, dikendalikan oleh orang kelling dan orang
Cina. Orang kelling atau disebut juga India Tamil merupakan orang yang berasal dari India
Selatan yang lebih dulu ada jauh sebelum adanya orang Cina yang relative baru.

2.1.2. Masa Islam


Agama Islam mulai berkembang dijazirah Arab pada abad ke-7 M, lalu tersebar ke
Afrika, Eropa, India Dan juga Cina. Sejarah masuknya islam awalnya dibawa oleh pedagang
Gujarat lalu diikuti oleh pedagang Arab dan Persia. Sambil menjual dagangannya, mereka
menyebarkan agama Islam ketempat mereka berlabuh di seluruh Indonesia. Dimana pada abad
ke 7 ini wilayah sumatera masih berdiri kerajaan Sriwijaya (683-1030M) yang menjadikan
islam masuk kedalam daerah ini sedikit mengalami kesulitan. Lalu saat kerajaan sriwijaya
mendapat serbuan dari India, dan kesempatan ini dipergunakan untuk menyebarkan agama
islam didaerah-daerah.
Perkembangan islam dibawa oleh pedagang melalui Barus-Fansur yang terletak
diujung barat pulau Sumatera. Barus disebut sebagai perkampungan islam tertua di Nusantara
yang diperkuat dengan ditemukan sebuah makam kuno di kompleks pemakaman Mahligai,
Barus, di batu nisannya tertulis bahwa syaikh Rukkunuddin wafat pada tahun 672 M.

8
Barus memiliki letak geografis yang strategis, sehingga membuat daerah ini menjadi
pelabuhan yang ramai sebagai tempat persinggahan saudagar-saudagar muslim Arab dan
menjadi salah satu pusat perdagangan.
Berdasarkan data yang ada, historiografi Islam Sumatera Utara yang ditemukan
diperpustakaan UINSU lebih didominasi oleh bidang keagamaan dengan cakupan wilayah
didaerah yang pernah menjadi pusat kejayaan Islam di Sumatera Utara, yaitu Langkat.
kesultanan Langkat yang pernah berkuasa cukup lama di Tanjung Pura berperan besar dalam
segala bidang pada kehidupan masyarakat Tanjung pura pada khususnya dan masyarakat
Sumatera Utara pada umumnya.(Zainul Fuad,2019:81)

2.1.3. Masa kolonial Belanda

Pada abad 19 terjadi perubahan penting di daerah sumatera karena masuknya pengaruh
kekuasaan Belanda. Yang sebelumnya di pusatkan dipulau Jawa dan sekitaran Maluku. Sejak
penyerahan Indonesia ke tangan Belanda dalam Convention of London 1814 yang
diperbaharui pada Treaty of London 1824 hampir seluruh Indonesia diakui oleh Inggris
sebagai daerah pengaruh Belanda.
Sumatera Timur adalah daerah yang berada di sebelah Timur di Sumatera
Utara.Sumatera Timur merupakan salah satu dari Sembilan bekas keresidenan di Pulau
Sumatera(AlkisahLed,2016). Pada zaman penjajahan Belanda,daerah ini menjadi suatu Negara
yang bernama Negara Sumatera Timur yang didirikan oleh Belanda pada 25 Desember 1947.
Tujuan Belanda mendirikan Negara ini yaitu usaha mempertahankan daerah yang kaya akan
minyak,perkebunan karet dan tembakau.Negara ni dipimpin oleh Dr.Tengku Mansoer yang
juga seorang bangsawan kesultanan Asahan dan merupakan ketua organisasi persatuan
Sumatera Timur. Bahkan juga memiliki bendera yaitu terdiri dari warna kuning,putih dan
hijau.Namun pada tanggal 15 Agustus 1950 negara ini bubar dan kembali bersatu dengan
Negara Indonesia dan berprovinsi di Sumatera Utara.

9
Seperti tercatat dalam sejarah bahwa Sumatera Timur dibagi atas 5 Afdeeling,salah
satu diantaranya Deli dan Serdang dipimpin oleh seorang asisten Residen yang beribukota di
Medan.Keresidenan Sumatera Timur dibagi atas 4 onder afdeeling yaitu Beneden Deli beribu
kota Medan,Boven Deli beribu kota pancur batu,Serdang beribu kota Lubuk Pakam,dan
Padang Bedagai yang beribu kota di Tebing Tinggi.(Rosidah,2012:31)
Di sumatera Timur ini adalah tempat ditemukannya Kyokken moddinger atau sampah-
sampah dapur oleh orang-orang Austro-Melanesoid yang telah menjadi bukit yang bernama
Bukit Kerang .Bukit ini ditemukan terakhir di bagian Timur Sumatera Utara tepatnya di
Kabupaten Langkat,yaitu di 3 tempat yang letaknya dekatnya dekat garis pantai.Pada desa
Sukajadi,Kecamatan Langkat luas bukitnya 2 ha,di desa Paya Rengas 5 ha,dan desa Pasar III
Tanjung Beringin 5 ha.(Bangun M.A.dkk,1976:5).Berdasarkan kutipan ini dapat diketahui
bahwa ternyata penduduk pertama Sumatera Utara yaitu orang-orang Austro-Melanesoid
menjadikan kerang dan siput sebagai makanannya.Sampah kerang dan siput ini di biarkan
bertumpuk hingga menjadi bukit yang sekarang diberi nama Bukit Kerang.
Sejak VOC dibubarkan 24 Desember 1795, kolonialisasi diwilayah Nusantara
diteruskan oleh gubernur jenderal yang melakukan tindakannya atas kerajaan pusat di negeri
Belanda. Dan melakukan focus terhadap perluasan wilayahnya juga. Setiap wilayah affdeling
akan terbagi didalam onder afdeeling, dan onder afdeeling juga terbagi-bagi dalam beberapa
distrik atau kekuriaan.(EvaSimangunsong,2020:274)

Pemerintahan dan Kepala pemerintahan pada masa Kolonial Belanda dibagi menjadi
beberapa tingkatan, yaitu:
a. Kegubernuran (Gubernur)
b. Keresidenan (Residen)
c. Afdeeling (Asisten Residen)
d. Onder Afdeeling (Kontroleur)
e. District/Kawedanan (Demang)
f. Onder District/Kecamatan (Asisten Demang/Camat)
g. Desa/Marga/Nagari/Nama lain (Kepala Desa/Kepala Nagari)

10
Gubernur adalah wilayah administrasi pemerintah Kolonial Belanda yang dikepalai
oleh Gubernur Jenderal. Pemerintahan gubernur mencakup pulau Sumatera.

Keresidenan sendiri adalah sebuah pembagian administratif dalam sebuah provinsi di


Hindia Belanda. Keresidenan ini digunakan di Indonesia hingga tahun 1950-an. Satu
keresidenan terdiri atas beberapa afdeeling. Keresidenan di Pulau Sumatera, yaitu:
a. Keresidenan Aceh (Atjeh on Onderhoorigheden)
b. Keresidenan Bangka-Belitung (Bangka en Biliton)
c. Keresidenan Bengkulu (Bengkoeloen)
d. Keresidenan Jambi
e. Keresidenan Lampung (Lampoengsche Districten)
f. Keresidenan Palembang
g. Keresidenan Riau (Riouw en Onderhoorigheden)
h. Keresidenan Sumatera Barat (Westkust van Sumatra)
i. Keresidenan Sumatera Timur (Oostkust van Sumatra)
j. Keresidenan Tapanuli.

Karena kemajuannya yang sangat pesan, Wilayah Sumatera Timur, termasuk Siak,
dikeluarkan dari provinsi dan dijadikan residen sendiri dengan Ibukota Bengkalis pada tanggal
15 Mei 1873. Padahal, pada saat itu, Bengkalis baru dibeli Belanda dengan ganti rugi dari
Sultan Siak. Residen ini terbagi atas Afdeeling Deli (Kontrolir di Labuhan), Afdeeling Asahan
(Kontrolir di Tanjung Balai), dan Afdeeling Labuhan Batu. Residen pertama adalah J. Locker
de Bruijne.

Pada tahun 1887, ibukota dipindahkan dari Bengkalis ke Labuhan, kemudian ke


Medan dengan berbagai reorganisasi, yaitu diciptakan lebih banyak Onderafdeeling yang
dikepalai oleh Kontorolir Belanda. Lalu, dibentuk juga peradilan di Medan dan Bengkalis, di
samping sebuah Residentie Recht. Menurut perubahan dalam Staatblad 1978/207, Afdeeling
Deli dirombak menjadi:
1. Afdeeling Deli (asisten residennya di Medan)
a. Onderafdeeling Medan (kontrolirnya di Medan)

11
b. Onderafdeeling Labuan (kontrolirnya di Medan)
2. Afdeeling Langkat Hulu (kontrolirnya di Binjai)
3. Afdeeling Langkat Hilir (kontrolirnya di Tanjung Pura)
4. Afdeeling Tamiang (kontrolirnya di Seruwei)
5. Afdeeling Serdang (kontrolirnya di Lubuk Palem)
6. Afdeeling Padang-Bedagai (kontrolirnya di Tebing Tinggi)

Pada Staatblad 1900/64, residensi Sumatera timur mengalami reorganisasi lagi. Hal ini
dikarenakan adanya kemajuan pesat yang terjadi di bidang ekonomi. Terakhir, menurut Beslit
Gubernur 6 Julis 1951 ao. 3 status Residensi Sumatera Timur dinaikkan menjadi government
(provinsi) yang berkedudukan di Medan dan pimpinan pertama kali dipegang oleh Gubernur
S. Van der Plass. Secara administrative, Sumatera kemudian dibagi atas:
1. Afdeeling Deli dan Serdang
a. Onderafdeeling Deli Hilir
b. Onderafdeeling Deli Hulu
c. Onderafdeeling Serdang
d. Onderafdeeling Padang dan Bedagai

2. Afdeeling Langkat
a. Onderafdeeling Langkat Hilir
b. Onderafdeeling Langkat Hulu

3. Afdeeling Simalungun dan Tanah Karo


a. Onderafdeeling Simalungun
b. onderafdeeling Tanah Karo

4. Afdeeling Asahan
a. Onderafdeeling Asahan
b. Onder afdeeling Batubara
c. Onder afdeeling Labuhanbatu

12
2.1.4. Masa Jepang

Pada tanggal 13 maret 1942 Jepang memasuki Medan. Pasukan Jepang itu mendarat di
pantai Timur Deli Serdang(pantai cermin) dan daerah Tapanuli diduduki melalui Sibolga.Pada
Masa ini, pasukan-pasukan Belanda mengundurkan diri karena pasukan Jepang. Mereka
mengundurkan diri ke daerah pegunungan di kota Cane yang terkenal dengan Gunun Setan.
Tetapi pertahanan itupun tidak ada artinya karena segera dihancurkan oleh pasukan Jepang.
Masa penjajahan Jepang merupakan salah satu periode paling singkat namun paling
kejam. Awalnya rakyat Indonesia berpikir bahwa Jepang merupakan pembebas dari belenggu
penjajahan Belanda. Jepang berhasil memanfaatkan sentimen anti-Belanda untuk mengambil
hati para pemuda dan tokoh pergerakan.
Pergerakan pasukan Jepang dalam menguasai pulau Sumatera berlangsung dengan
cepat. Setelah mengusai, kemudian mereka membagi Sumatera dan pasukan yang memerintah,
sebagai berikut:
1. Bala Tentara ke-25: Markas besar di Bukittinggi, meliputi wilayah Riau.
2. Divisi ke-2 (Kono, kemudian digantikan oleh Jenderal Mutu Akira) dari
“Imperial Guards”:markas besar di Medan, meliputi wilayah Sumatera Timur
dan Aceh.
3. Brigade ke-25: markas besar di Sibolga, meliputi wilayah Tapanuli.
4. Brigade ke-26: markas di Lahat, meliputi wilayah Jambi, Palembang,
Bengkulu, Bangka Belitung, dan Lampung.
5. Divisi ke-4 (Yodo): markas besar di Padang, meliputi wilayah Sumatera Barat.
6. Divisi ke-9 Udara: markas besar di Palembang, meliputi wilayah Palembang
dan tambang minyak Pkl. Brandan.

Di Sumatera Timur, penguasaan berhasil dilakukan oleh Divisi II “Imperial Guards”


dari pasukan Bala Tentara ke-25. Kemudian tentara Jepang membagi wilayah Sumatera Timur

13
menjadi 5 pusat daerah, yakni Binjai/Padang Berahrang, Sungai Karang (Galang), Dolok
Melangir, Kisaran dan PerkebunanWingfoot (Sinar, 2006).

Berdasarkan materi diatas dapat diambil analisis


Sumatera merupakan pulau keenam terbesar di dunia. Dulu Sumatera Utara pernah
menjadi pemerintahan yang wilayahnya mencakup seluruh pulau sumatera. Namun saat
setelah kemerdekaan pulau ini dibagi menjadi 3 sub provinsi.Di Sumatera Utara terdapat
keresidenan Aceh,sumatera Timur,dan Tapanuli.(Keresidenan adalah sebuah daerah
administrative yang dikepalai oleh Residen). Semenjak krisis pada tahun 1950-an,sudah tidak
ada keresidenan lagi dan muncul factor kekuasaannya adalah Kabupaten).Sumatera Timur
sendiri pernah menjadi sebuah Negara yang bernama Negara Sumatera Timur yang didirikan
oleh Belanda pada 25 Desember 1947. Namun pada tanggal 15 Agustus 1950 negara sumatera
Timur bubar dan kembali lagi bersatu dengan Negara Indonesia dan berprovinsi di Sumatera
Utara hingga saat ini.Ternyata latar belakang bubar nya Negara ini adalah dengan bubar
Republik Indonesia Serikat dan memebentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Mengnenai perubahan letak, kami mengambil salah satu contohnya yaitu Danau Toba.
Sekitar 75 ribu tahun lalu, sebuah gunung merapi meletus dengan hebatnya dan membentuk
sebuah danau yang sekarang dikenal dengan Danau Toba. Hal ini menunjukan adanya
perubahan letak dan bentuk di Sumatera Utara.

2.1.5 Kepemerintahan Pada Masa Hindu-Buddha, Masa Islam, Masa Kolonialisme


Belanda dan Masa Penjajahan Jepang

1.Pertumbuhan pemerintahan dan kenegaraan pada zaman kuno(±Abad 1-1500 M)

Maju nya perlayaran antara Cina dan India melalui selat malaka memperoleh akibat
mendorong kemajuan dan perkembangan di daerah selat malaka.Contohnya dengan
kedatangan orang-orang asing itu mengakibatkan berubahnya desa-desa dipesisir menjadi
pusat lalu-lintas dan juga perdagangan.Dan begitu juga dengan kedudukan kepala-kepala
dukun maupun pawang sedikit demi sedikit berubah menjadi raja yang turun
temurun.Peninggalan-peninggalan sejarah membuktikan bahwa di sumatera tengah dan selatan

14
adalah tempat berpusat kerajan Sriwijaya dan kerajaan Melayu lebih tepatnya di Palembang
dan Jambi.
Kerajaan sriwijaya memiliki pusat kekuasaan yaitu di Palembang dan pada abad ke
VIII kekuasaannya meluas ke utara sampai ke tanah genting Kra.
Jauh ke pedalaman seperti di daerah sekitar danau Toba,Tanah Karo,Dairi,Toba,dan
Mandailingsampai abad ke VX berdiri kerajaan-kerajaan kecil yang dipimpin oleh Raja-Raja.
Raja-raja itu ada yang kekuasaannya sangat luas ada pula yang kekuasaannya meliputi satu
desa saja.Pemerintahan di tanah batak,terpecah-pecah atas sekian kerajaan yang sering pula
mengadakan ikatan-ikatan kepemimpinan pertahanan,tetapi masing-masing anggota
sebenarnya bebas dari ikatan kekuasaan yang lebih tinggi(Bangun dkk,1676:25).

2.Kehidupan pemerintahan pada Zaman Islam (zaman baru)


Di sekitar tahun 1500 di daerah Sumatera Utara terdapat beberapa kerajaan, yaitu
kerajaan Nagur,Aru,Panai,dan kerajaan Batangiou. Di samping ini terdapat banyak sekali
kerajaan-kerajaan kecil yang berada di bawah pengaruh kerajaan-kerajaan yang lebih besar ini.
Demikian pada abad 16 di Sumatera Utara terdapat tiga kekuasaan, yaitu Nagur, kerajaan
Batak di bawah kekuasaan raja sisingamaraja, dan Aru.

3.Abad ke XIX(1800-1900) kehidupan pemerintahan pada zaman Belanda

Pada abad ke XIX Belanda mulai menaruh perhatian ke luar pulau jawa termasuk ke
sumatera Utara.Hal ini mengakibatkan terjadinya perubahan penting di kekuasaan Aceh dan
Siak,karena pada hakekatnya kerajaan ini merupakan kerajaan-kerajaan yang merdeka.
Belanda berusaha menanam kekuasaannya di daerah tersebut.
Pada masa ini Aceh dipimpin oleh Sultan Ibrahim.Seoerti yang diketahui bahwa siak
memiliki hubungan dengan Aceh.Belanda menggunakan Siak sebagai jembatan untuk
menanamkan kekuasaan di Sumatera Timur.
Dipedalaman Tapanuli ,kekuasaan belanda masuk pada masa Perang Paderi.Raja
Gadombang meminta bantuan Belanda untuk menghadapi Paderi.Ikatan antara raja dan
Belanda ini dikenal sebagai”Perjanjian Tembaga”.

15
Pada zaman pemerintahan Belanda ,Sumatera Utara dinamai dengan Gouvernement
van Sumatera,yaitu suatu pemerintahan yang wilayah nya meliputi seluruh pulau
sumatera.Jadi pada saat ini belum ada pembagian wilayah.Namun setelah
kemerdekaan,Sumatera utara di bagi menjadi tiga sub provinsi yaitu:Sumatera utara,Sumatera
Tengah,dan Sumatera Selatan.Sumatera utara sendiri terdiri dari keresidenan
Aceh,keresidenan sumatera Timur,dan keresidenan Tapanuli.Namun pada tahun 1947
dibentuk Provinsi Aceh dan Provinsi Tapanuli/Sumatera Timur.

5 . Pemerintahan pada Zaman Pendudukan Jepang


Pada tahun 1942 tentara Jepang memasuki Medan.Kemudian dalam waktu yang singkat
Jepang dapat menduduki kota-kota penting Sumatera.Pada masa ini kerajaan-kerajaan masih
tetap dilaksanakan seperti biasa dan tugas raja membantu persoalan adat istiadat saja.Tapi
lama kelamaan segenap lapisan dan golongan baik raja,pegawai dan rakyat berangsur-angsur
berpusat kea rah kepatuhan kepemimpinan Jepang.Hal ini mengakibatkan kedudukan Raja-
raja di tengah masyarakat semakin berkurang.(Bangun dkk,1978:)

Dari penjelasan Diatas dapat diambil analisis


Pemerintahan di Sumatera Utara pada abad 1-1500 M, merupakan pemerintahan
berbentuk kerajaan. Awalnya dipimpin oleh dukun namun lama-lama berubah menjadi raja
yang sifatnya turun temurun. Hal ini diakibatkan oleh majunya perlayaran Cina dan India
melalui selat malaka yang memperoleh kemajuan dan perkembangan di sekitaran daerah selat
malaka. Begitu juga pada sekitar tahun 1500 didaerah Sumatera Utara masih terdapat beberapa
kerajaan-kerajaan. Pada abad ke 19 yaitu pada zaman pemerintahan Belanda, Sumatera Utara
dinamai dengan Gouverment Van Sumatera,yaitu pemerintahan yang wilayahnya meliputi
seluruh Sumatera yang dipimpin oleh seorang Gubernur. Sedangkan pada Zaman pendudukan
Jepang, kerajaan-kerajaan masih tetap terlaksana namun berangsur-angsur berkurang karena
lama kelamaan segenap lapisan masyarakat makin berpusat ke Kepemimpinan Jepang.

16
2.2 Penduduk Sumatera Utara Awal dan kehidupan , kepercayaan pada
zaman Hindu Budha, Islam dan kolonial Belanda-Jepang

Ada beberapa suku yang mendiami Sumatera Utara, berikut ini adalah pembahasan
mengenai suku-sukunya meliputi kebiasaan yang masih ada di pergunakan dan juga ada yang
tidak lagi dipergunakan dalam masyarakat tersebut, dan kepercayaan yang dianut.
Orang batak tinggal di pedalaman yaitu di sekitar danau toba. Mereka kemudian
terbagi atas beberapa suku, yaitu batak toba yang mendiami tepi selatan danau toba, yaitu pada
dataran tinggi toba,Humbang silindung dan pulau Samosir. Suku batak simalungun mendiami
tepi timur danau toba, yaitu kabupaten Simalungun sekarang. Suku batak dari mendiami tepi
barat danau toba, yaitu Kabupaten Dairi sekarang lebih dikenal dengan suku Pakpak . Suku
batak karo mendiami tepi utara danau toba, yaitu kabupaten Karo Sekarang ini . Jauh ke
selatan dari danau toba , menyebar suku Batak Mandailing yang mendiami daerah yang sangat
luas di Tapanuli Selatan.
Di daerah sumatera timur suku bangsa melayu mendiami 4 daerah kabupaten
sepanjang pesisir timur, yaitu: Melayu langkat, mendiami kabupaten Langkat, Deli mendiami
sebagian dari kabupaten Deli Serdang, Melayu Serdang, mendiami kabupaten Asahan dan
kabupaten Labuhan batu.Suku Nias mendiami pulau Nias, yaitu salah satu kabupaten di
Sumatera Utara dengan ibu kotanya Gunung Sitoli.(Bangun dkk,1978:5)
Pada penjelasan buku Menuju sejarah Sumatra , lembah-lembah di dataran tinggi yang
didiami (dari selatan ke utara) orang Ranau , orang Komering, orang Rawas , orang Besemah,
orang Rejang, orang kerinci, orang Minangkabau, orang Mandailing, orang Angkola, orang
Toba Batak,dan Batak Karo, semuanya menurut laporan berpenduduk padat di setiap tempat
mereka terlihat untuk pertama kali oleh orang-orang Eropa pada abad ke-19. Sebagian besar
penduduk yang tinggal di pantai pindah kesana baru-baru ini dari dataran tinggi yang lebih
padat penduduknya seperti orang Besemah dan orang Rejang di daerah pantai Bengkulu,
orang Minangkabau yang turun ke pelabuhan-pelabuhan di pantai barat untuk berniaga, orang

17
Batak Toba yang menetap di pelabuhan Barus dan pelabuhan Tapanuli (Sibolga) di pantai
barat dan di daerah pertanian di Asahan di pantai Timur (Sejarah asal usul di sini
menunjukkan perpindahan dari dataran tinggi terjadi pada abad ke-18), atau orang Batak Karo
yang bertanam lada di daerah Deli Langkat , Sumatera Timur, pada awal abad ke-19.
Beberapa mitologi asal usul dari orang-orang ini nenek moyang Jawa (kadang-kadang sebagai
Majapahit) atau India , tetapi semua percaya mereka berkembang menjadi suku berciri khas
tersendiri di dataran tinggi mereka sendiri,di sebuah tempat asal usul keramat ,dan dari sini
semuanya kemudian menyebar.(Bangun dkk,1978: 50).

Dari kedua sumber referensi sejarah penduduk Sumatera Utara tersebut ,dapat
diketahui maka , sumber pertama menjelaskan awal penduduk Sumatera Utara ialah ciri
manusia purba jenis Austro-Melanesoid, yang penyebarannya pada zaman Mesolitikum
(zaman batu tengah) yang kemudian berkembang ke suku Melayu,Batak ,dan juga Nias.Dan
pada sumber yang kedua ,ada penjelasan tentang tambahan penduduk nya karena adanya
migrasi ,atau perdagangan,dan juga faktor pertanian . Beberapa Orang-orang yang dimaksud
ialah orang Komering, orang Rawas, orang Besemah, orang kerinci, orang Minangkabau,
orang Mandailing, Jawa.

2.2.1 Suku Melayu

1.Masa Hindu-Budha

Kerajaan Melayu atau dalam bahasa ditulis Ma-la-yu merupakan sebuah nama kerajaan
yang berada di pulau Sumatera. Dari buku dan keterangan yang disimpulkan dari prasasti dan
berita dari Tiongkok, keberadaan Kerajaan yang mengalami naik turun ini dapat diketahui
dimulai pada abad ke-7 yang berpusat di Minanga, pada abad ke-13 yang berpusat di
Dharmasraya dan di awal abad ke-15 berpusat di Suruaso atau Pagaruyung. Kerajaan ini
berada di pulau suwarnadwipa atau suara na bumi yang dikenal dengan pulau emas yang
memiliki tambang emas. Pada awalnya mampu dalam mengontrol perdagangan di selat
Malaka sebelum akhirnya terintegrasi dengan kerajaan Sriwijaya pada tahun 682.

18
Penggunaan kata Melayu, telah dikenal sekitar tahun 100-150 seperti yang disebut
dalam buku geographike sintaxis karya ptolemy yang menyebutkan maleo maleu-kolon. Dan
kemudian dalam kitab Hindu pada zaman Gautama Buddha terdapat istilah Malaya dvipa,
yang bermaksud tanah dikelilingi air.(Wikipedia bhs indo, ensiklopedia). Agama Hindu dan
Budha serta bahasa Sansekerta dari India adalah pengaruh dari luar yang ikut melahirkan
budaya, bahasa, dan kesusastraan Melayu kuno.Pada periode Hindu Budha ini orang Melayu
berkenalan dengan tulisan pallawa, Kawi dan tulisan India lainnya. Tetapi, tulisan ini sukar
dipahami, sehingga tidak populer dan tidak berkembang luas, kecuali hanya menghasilkan
batu bertulis. (Ensiklo Islam,pdf)

2.Masa Islam

Islam masuk ke Sumatera pada abad ke-7 M, pada tahun 674. Di mana pada waktu itu
telah berdiri kerajaan Buddha di Sriwijaya yang menjadikan Islam masuk mengalami
kesulitan, dan pada waktu itu Kerajaan Sriwijaya mendapat serbuan dari India, maka
kesempatan itu digunakan untuk menyebarkan Islam bagi daerah daerahnya. Pada umumnya
dijelaskan bahwa penduduk Melayu Sumatera Timur yang datang dari siak, Johor,
Minangkabau dan Aceh dan telah terlebur menjadi satu. Merekalah yang membawa agama
Islam dan menegakkannya di Sumatera Timur.
Pada masa Islam kebudayaan yang terkenal di kalangan masyarakat ialah budaya
perkawinan yang diwariskan masyarakat Melayu Siak, yang juga sudah dilaksanakan di agama
Islam pada saat adanya pernikahan. Yaitu budaya berinai, pada calon pengantin perempuan.
Ada banyak pelaksanaan upacara pada adat suku Melayu pada siklus hidup seperti, adat
istiadat bersalin adat istiadat semua sana anak adat istiadat perkawinan adat istiadat kematian.
Tetapi, yang diserap ke Islam dan yang paling terkenal pada masyarakat umumnya ialah pada
kebudayaan berinai pada saat upacara ataupun pada adat pernikahan. Awalnya ini menjadi
adat istiadat namun kemudian ini menjadi suatu kebiasaan pada agama Islam.
Berinai Ini mengandung makna memelihara dan membentuk kecantikan lahiriah untuk
mewujudkan kecantikan batiniah. Dalam ungkapannya dikatakan”membersihkan daki dunia
dan mensucikan daki hati”. Mengandung makna filosofis sebagai lambang persiapan diri
calon pengantin perempuan untuk menjadi seorang perempuan yang sempurna lahir batinnya,

19
dan siap menjadi ibu rumah tangga sejati.Upacara berpacar yaitu upacara yang dilakukan
sebelum upacara pernikahan dilakukan, dengan mewarnai seluruh kuku tangan dan
kaki,telapak tangan dan kaki yang disebut pelipit dengan menggunakan daun inai.Kesan
merah pada inai dipercaya dapat mengusir segala jenis mahluk halus.Masyarakat Melayu
percaya bahwa daun inai memiliki kekuatan magis untuk mempersubur mempelai perempuan.
(Zulfa,2010:15)

3.Masa Hindia Belanda

Pada masa ini (abad ke-19), yang paling menonjol ialah mengenai bahasanya. Di
mana bahasa Belanda telah dianggap penting untuk menyatukan penduduk dan menjaga
kesetiaan penduduk pribumi kepada pemerintah kolonial Belanda. Hal ini selalu memicu
permasalahan ataupun diskusi agar penduduk pribumi tidak memakai bahasa Belanda di
sekolah pribumi. Penyebabnya adalah usul pada saat itu agar bahasa Belanda di ganti ke
bahasa Melayu yang semakin merasuk, demi perbaikan kualitas pendidikan di wilayah yang
telah dikristenkan.
Dan nasionalis Ki Hajar Dewantara pada 1916 membela pendidikan bahasa Melayu
agar dapat menjadi bahasa persatuan di nusantara, karena bahasa ini lebih sederhana dan
demokratis.(wacana,vol.1,1999)
.

4.Masa Jepang

Kedatangan Jepang membawa petaka bagi orang Melayu sebab kedatangan Mereka
juga bertujuan untuk menjajah dan ini membuat orang Melayu semakin menderita sebab
mereka Sangat kejam.Banyak orang Melayu mati direkam harta dirampok dan badan
direndam, bekerja paksa siang dan malam . penjajahan Jepang tidak begitu lama dibandingkan
Belanda . Setelah Jepang kalah tidak pula berarti orang Melayu bebas dari kaum penjajah

20
karena kekuatan Inggris dan Belanda datang lagi untuk menjajah orang Melayu.Orang Melayu
terus berjuang lagi untuk mengalahkan Inggris atau pun Belanda hingga akhirnya
membuahkan kemerdekaan.

2.2.2 Suku Batak

Suku Batak merupakan salah satu suku bangsa yang besar di Indonesia. .Nama Batak
merupakan sebuah tema kolektif untuk mengidentifikasikan sebagian suku bangsa yang
tinggal dan bermula dari Tapanuli dan sumatera Timur ,di Sumatera Utara. Orang Batak
merupakan penutur bahasa Austronesia namun tidak diketahui kapan nenek moyang orang
Batak pertama kali bermukim di Tapanuli dan Sumatera Timur. Bukti-bukti arkeolog
menunjukkan bahwa orang yang berbicara Austronesia dari Taiwan telah berpindah ke
wilayah Filipina dan Indonesia pada zaman batu muda (neolitikum) sekitar 2.500 tahun yang
lalu.
Menurut R.W.Liddle, sebelum abad ke-20 tidak terdapat pengelompokkan etnis
sebagai satuan social di Sumatera. Menurutnya,pada abad ke-19, interaksi social di Sumatera
terbatas pada hubungan antar individu,antar kelompokan kekerabatan dan antar kampung.
J.perdede mengemukakan bahwa istilah tanah batak atau orang batak atau rakyat batak
diwujudkan oleh pihak asing. Siti omas Manurung, seorang istri dari putera pendeta batak
Toba, menyatakan bahwa sebelum kedatangan Belanda, semua orang baik karo maupun
simalungun megakui dirinya sebagai batak,yang membuat kelompok tersebut pisah adalah
Belanda. Mitos yang memiliki bebagai macam versi mengatakan bahwa Pusuk Buhit ,salah
satu puncak di barat Danau Toba,merupakan tempat kelahiran bangsa Batak. Selain itu ada
juga mitos yang menyatakan bahwa nenek moyang orang Batak berasal dari Samosir.

1.Kanibalisme Suku Batak

Orang batak sangat tegas dalam persidangan .hal ini ditunjukkan pada peninggalan-
peninggalan sejarah yaitu batu besar yang dibentuk menjadi meja dan kursi,yang dinamakan

21
Batu Persidangan.Pada sebelum abad ke 19,orang-orang yang melakukan kejahatan
berupamencuri,membunuh ,memperkosa dan juga menjadi mata-mata musuh.jika
kejahatannya kecil akan diberikan hukuman pasung.Jika kejahatannya tergolong berat maka
akan diberi hukuman pancung atau potong kepala.Persidangan ini dihadiri oleh
Raja,Dukun,dan sipenjahat.Pada hukuman pancung,sebelumnya penjahat akan diterawang
oleh dukun untuk memastikan tidak ada jimat atau kekuatan gaib yang melindungi
penjahat.Setelah di pastikan penjahat telah lemah setelah disiksa,hokum pancung pun
dilakukan.Setelah proses eksekusi selesai,jantung dan hati penjahat akan di ambil dan
diberikan kepada Raja untuk dimakan dengan tujuan untuk menambah kekuatan sang Raja.Hal
inilah yang membuktikan bahwa pada sekitar sebelum abad ke 19,orang batak memakan orang
atau kanibalisme.Peristiwa ini terjadi di Huta Siallagan dengan Raja Siallagan sebagai
pemimpin.
Menurut Janse seluruh kisah kanibalisme ini berakhir pada abad ke-19 ,saat agama
Kristen sudah mulai masuk dan diperkenalkan oleh misionaris asal Jerman,yaitu Ludwig
Ingwer Nommensen ke kawasan danau Toba.

2. Perkembangan kebudayaan suku Batak pada periode Hindu-Buddha, Periode Islam,


Periode Kolonialisme Belanda

a. Perkembangan Pada periode Hindu-Buddha


Kebudayaan Batak merupakan hasil pembauran kebudayaan pra Hindu dan pengaruh
dari India,yaitu agama Buddha dan Hindu yang muncul pada abad ke-5. Sejak abad ke 12 dan
ke 13, sampai permulaan abad ke 20 kebudayaan ini tidak mendapat pengaruh dari budaya
asing.kebudayaan pra hindu dapat disebut kebudayaan megalitik kuno yang menjadi asal ciri
khas seni dan budaya batak. Terlihat pada bentuk kepala singa besar sebagai hiasan
makam,juga tercermin pada bentuk atap rumah yang berbentuk tanduk kerbau.
Dari penjelasan tersebut dapat kita lihat bahwa, sebelum adanya pengenalan mengenai
agama , sistem penghukuman di masyarakat Batak Toba sangat kejam.Jadi setelah adanya
agama masuk terutama agama Kristen pada abad ke-19, sistem kanibalisme ini mulai hilang,
dapat di Lihat bahwa agama sangat membantu adanya sifat kemanusiaan pada masyarakat.

22
b. Perkembangan suku Batak pada Periode Islam
Memasuki abad ke 16-17,agama Islam sudah memasuki sebagian Tanah Batak.
Menurut Kronik Hilir ,Sultan Ibrahim pergi ke silindung ,Pasaribu, Bakara. Kemudian
menikahi putri raja Bakara dan melahirkan anak bernama singamaharaja. Pada Periode Islam
beberapa masyarakat suku Batak sudah mulai menganut agama Islam.

c. Perkembangan suku Batak pada periode kolonialisme Belanda

Interaksi anatara Belanda dengan orang-orang Batak mulai terjadi pada sekitar tahun
1870-an. Pada masa ini ,kaum misionaris (pendakwah Kristen)banyak melakukan upaya
penyebaran agama Kristen di wilayah batak. Sisingamangaraja XII sebagai raja batak
menolak adanya upaya penyebaran ini karena dikhawatirkan akan merusak kepercayaan dan
tradisi animism rakyat Batak.
Agama Islam di Batak bisa dibilang tidak sampai karena ,agama yang sangat
terpengaruh pada Batak ialah Kristen,jika sekarang ada agama Islam pun adalah pengaruh dari
pernikahan ataupun masyarakat sendiri yang mempengaruhi hal tersebut.

d. Perkembangan suku Batak pada periode Jepang

Masa pendudukan Jepang di Indonesia dimulai sejak tahun 1942. Masa penjajahan
Jepang di sumatera utara terjadi di kabupaten Karo. Awalnya kepemerintahan Jepang hanya
campur tangan tentang budaya jika perlu saja, tetapi akhirnya segenap lapisan dan golongan
masyarakat baik raja-raja, pegawai dan rakyat berangsunr-angsur menuju kearah
kepemimpinan Jepang. Hal ini mengakibatkan kebudayaan masyarakat menjadi berkurang.

3. Pembagian Suku-Suku Batak

23
Suku bangsa yang dikategorikan sebagai Batak adalah Batak Toba, Batak Pak-pak,
Batak Simalungun, Batak Karo, Batak Mandailing, Batak Angkola. Berikut ini merupakan
pemaparannya

a.Batak Toba

1.Pola Hunian
Batak Toba dominan mendiami daerah danau Toba,terutama di daerah pulau
samosir,dan dibagian barat serta selatan danau Toba.Suku bangsa batak toba merupakan
bagian dari bumi putera Tapanuli yang mendiami daerah kabupaten Tapanuli Utara juga
sebagian Tapanuli tengah bagian utara ,terutama daerah sekeliling Danau Toba sebelah
selatan,timur,barat dan sebagian daerah sebelah selatan(Rudyanto:34)

2.Kepercayaan
System kepercayaan suku bangsa batak berpangkal pada kepercayaan tentang adanya
pencipta dan ciptaannya,pembagian alam atas tiga bagian dunia dan kedatuan.suku bangsa
batak memiliki konsep bahwa dunia ini terdiri atas tiga bagian yaitu
 Benua atas(banua gijjang) mangala bulan
Mempunyai tujuh lapisan dan disinilah dewa-dewa tinggal
 Benua tengah(banua tonga)soripada
Adalah dunia manusia
 Benua bawah(banua toru)batara guru
Adalah tempat hantu,begu,jin
Orang batak memandang bahwa Tuhan yang tertinggi ialah Mulajadi Nabolon,yakni
pemula dari segalanya dan pencipta semuanya termasuk dewa-dewa.
3.Religi/Agama
Sebelum masuknya agama yang dianut masyarakat Indonesia, masyarakat batak Toba
mengenal kepercayaan yang disebut dengan parmalim. Parmalim merupakan suatu
kepercayaan yang mengikuti ajaran-ajaran yang dipesnkan oleh pituah-pituahyang diyakini
membawa berkah bagi pengikutnya.Dalam bahasa batak toba disebut ugamo

24
malim.Kepercayaan malim merupakan agama asli batak toba,namun terdapat pengaruh agama
Kristen, khatolik dan islam sehingga masyarakat batak toba menerima adanya agama
Kristen ,agama khatolik dan juga agama islam.

4.Kesenian
Suku batak toba memiliki kesenian seperti seni music,seni tari,seni sastra,seni kerajinan
tangan.

b.Batak Karo
Suku batak karo merupakan suku yang mendiami dataran tinggi Karo, Sumatera Utara.
Nama suku ini dihasilkan menjadi nama kabupaten tempat mereka tinggal yaitu Tanah Karo.
1.Kepercayaan
Sebelum mengenal agama,suku karo menganut system kepercayaan yang dikenal
dengan nama Pemena yaitu kepercayaan local yang diwarisi dari para leluhur karo.Pemena
dikenal juga dengan sebutan perbegu,sipelbegu.pada kepercayaan ini masyarakat hidup dalam
naungan nilai kepercayaan nenek moyang.
2.Agama
Pada masa awal kemerdekaan Indonesia, agama islam maupun kristen datang ke
daerah kabanjahe untuk mengislamkan ataupun mengkristenkan masyarakat pada daerah itu
.para penginjil Belanda datang kedaerah deli hulu dan agama islam datang ke daerah deli
serdang.namun cara ini masih kurang ampuh terbukti pada tahun 50-an ,baru sekian puluh ribu
saja dari ratusan ribu masyarakat karo.Jadi para missionaris mencoba mengembangkan agama
melalui pendidikan dan berhasil secara perlahan.
Akhirnya setelah tahun 60-an,kemudian banyak masyarakat karo yang memeluk agama
tertentu yang diaku i Negara. Persentase masyarakat karo di kabanjahe berdasarkan statistic
pemerintah kecamatan kabanjahe 2015,adalah protestan 54%atau sebanyak 39.688 jiwa,Islam
28% atau sebanyak 20.764 jiwa,khatolik 14% atau sebanyak 10.607 jiwa,Budha sebanyak
1.187 jiwa.
3.Mata pencaharian

25
Sebagian besar masyarakat karo bekerja sebagai petani Karena lahan yang sangat subur untuk
bercocok tanam.

c.Batak Pak-pak
Suku batak pak-pak merupakan salah satu suku bangsa yang ada di Indonesia.Berutu
dan Nurbani(2008:3) mengatakan Suku pak-pak diklarifikasikan menjadi 5 bagian
berdasarkan wilayah marga dan dialek bahasa yang dikenal yaitu Pak-pak Simsim,pak-pak
keppas,pak-pak boang,pak-pak kelasen,pak-pak pegagan .Orang pak-pak berasal dari India
Selatan yaitu dari India Tondal ke muara Tapus dekat Dairi lalu berkembang ditanah pak-pak
dan berkembang menjadi suku pak-pak.
1.Kepercayaan
Masyarakat suku pak-pak memiliki kepercayaan untuk tidak mengganggu area-area
yang dianggap pantang untuk diganggu seperti gua,rabag,daerah pinggiran sungai.Juga untuk
tidak menggangu hewan-hewan seperti monyet,kera dan harimau,dan tumbuhan seperti pohon
Ara dan simbernaik(sejenis pohon penyubur tanah).hal ini dilakukan karena mereka yakin baik
itu tempat,hewan dan tumbuhan tersebut memiliki kekuatan gaib.Bagi yang menganut
animisme ,mereka percaya jika setiap inin menanam padi,Parmamang(dukun) terlebih dahulu
harus memohon dan memuja nenek moyang agar tanaman terhindar dari hama.
2.Mata pencaharian
Pada tahun 1600 M penduduk Dairi terdiri dari pedagang asing yaitu
Aceh,Tamil,Hindu ,Kerinci,Siak dan lain sebagainya dari komunitas-komunitas
pedagang.Sehingga orang pak-pak lebih memilih untuk menggunakan bahasa Melayu,agar
perdagangan nya lancar. Selain berdagang,masyarakat suku pak-pak juga bermata
pencaharian sebagai petani.

d.Batak Simalungun
Asal-usul nenek moyang suku simalungun bersumber dari luar Indonesia.keedatngan
ini terbagi dalam 2 gelombang.
Gelombang pertama(simalunun proto),datang dari Nagore(India selatan)dan pegunungan
assam(India Timur) sekitar abad ke-5.

26
Gelombang kedua(simalungun deutro)datang dari suku-suku disekitar simalungun yang
bertetangga dengan suku asli simalungun.
1.Kepercayaan
Suku simalungun memiliki ragam kepercayaan yang mengadakan komunikasi dengan
pemakaian mantera-mantera dari Datu(dukun) diiringi persembahan kepada roh-roh nenek
moyang yang selalu didahului panggilan kepada tiga Dewa yang disebut Naibata,yaitu naibata
di atas,naibata ditengah,dan naibata di bawah. Orang simalungun percaya bahwa manusia
dikirim kedunia oleh naibata dan dilengkapi dengan sinumbah yang bisa juga menetap
didalam beragam benda,seperti alat-alat dapur dll,sehingga benda-benda tersebut wajib
disembah.(p2k.itbu.ac.id)

e.Batak Angkola
Angkola adalah salah satu sub suku bangsa batak yang berasal dari sumatera utara
yang tinggal diwilayah kabupaten tapanuli Selatan.Nama angkola berasal dari sungai ,yaitu
batang angkola(batang:sungai).Ini dikemukakan oleh seorang penguasa yang bernama
Rajendra Kola,melalui Padang Lawas dan kemudian berkuasa.Disebelah selatan batang
angkola,diberi nama Angkola Jae(hilir) dan disebelah utara diberi nama Angkola Julu(hulu).

f.Suku Mandailing
Suku mandailing merupakan salah satu suku Batak yang mendiami beberapa
kabupaten di Provinsi Sumatera Utara,yaitu di Kabupaten Mandailing Natal,Kabupaten
Padang Lawas,kabupaten padang Lawas utara dan kabupaten Tapanuli Selatan.
1.Kepercayaan
Sebelum mngenal agama islam,suku batak mandailing telah memiliki kepercayaan yaitu
system kepercayaan animism atau pelbegu.Begu dalam bahasa batak artinya mahluk halus
atau roh.jadi dapat disimpulkan bahwa system kepercayaan pelbegu adalah menyembah roh-
roh nenek moyang. Setiap Begu menempati suatu hutan (tempat tinggalnya),ada yang di tanah
atau ladang, ada yang di pohon-pohon besar, ada yang menempati rumah, ada yang menempati
patung dan yang lainnya. Ada juga begu yang dinamai begu Tagasan yang dipercayai dapat
menjaga dan melindungi satu keturunan dan satu marga.
Begu boru ni namora nam puna tano(putri yang mulia,pemilik tanah)

27
Begu boru ni ambolungan bulu begu na pahae paulu di batang aek(putri yang mulia,pemilik
sungai atau air
Begu tuan jonjang balentung na mian di pangulu baling(putri yang mulia,yang menempati
patung penjaga)

2.Agama/religi
Agama yang dianut masyarakat suku mandailing lebih dominan agama Islam.suku
Minangkabau mengenal islam dari kaum Paderi sebelum abad ke 18 yang datang kesumatera
lebih tepatnya ke daerah Natal dan Padang Lawas.Pada tanah batak datang kebagian selatan
atau yang dikenal dengan Tapanuli Selatan.kaum paderi menyebarkan agama islam kepada
suku batak mandailing melalui perdagangan dan pernikahan.

3.Mata pencaharian
Sebagian besar warga suku mandailing tinggal didaerah pedesaan dan hidup sebagai petani
dengan mengolah sawah,mengerjakan kebun karet,kopi,kulit manis,dan sebagainya.

2.2.3 Suku Nias

Suku Nias merupakan kelompok masyarakat yang umumnya tinggal di Pulau Nias.
Dalam bahasa asli mereka yaitu bahasa Nias, mereka menamai dirinya dengan sebutan “Ono
Niha” yang mana Ono artinya anak/ keturunan ; Niha yang berarti manusia dan Pulau Nias
sebagai “TanÖ Niha” ( TanÖ = tanah). Dari kalimat tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa
orang-orang Suku Nias menyebut diri mereka “Ono Niha” yang berarti keturunan manusia
yang tinggal di pulau Nias.
Dilihat dari peninggalan kebudayaan Nias kuno dan tipe tubuh penduduk aslinya,
diperkirakan nenek moyang suku Nias adalah berasal dari daratan Asia (Cina Selatan).

28
Masyarakat suku Nias kuno hidup dalam budaya megalitik dibuktikan oleh peninggalan
sejarah berupa ukiran pada batu-batu besar yang ditemukan diwilayah pedalaman pulau Nias.
1.Kepercayaan
Ada banyak asal-usul suku bangsa Nias berdasarkan mitos yang diturunkan dari syair
yang disebut Hoho yang dinyanyikan dalam pesta-pesta adat dan acara-acara ritual yang
dipercayai oleh orang Nias. Beberapa mitos yang dikenal suku Nias yaitu Mitos penjadian dan
Mitos asal-usul Dewa dewi. Pada mitos penjadian, Dewa pertama adalah dewa Tuha Sihai
yang timbul dari kabut dan kegelapan. Selanjutnya ada dewa Lowalangi dan Lature Dano.
Pada mitos asal-usul Dewa Dewi, orang Nias memandang ada dua dewa terpenting yaitu dewa
Lowalangi yang dianggap dewa pencipta,sumber segala yang baik dandewa Lature Dano yang
pada umumnya menunjukkan aspek-aspek negative. Diantara kedua Dewa ada istri Lowalangi
bernama Silewe Nasarata (dewi bagian tengah) yang menghubungkan manusia dengan Dewa
Lowalangi,perantara hubungan dewa lowalangi dan dewa Lature Dano dan perlindungan para
imam (Ere).
Mereka memuja dewa dan roh dengan mendirikan patung-patung dari batu dan kayu,
rumah tempat pemujaan roh disebut osali.

2.Mata Pencaharian
Umumnya orang Nias bermata pencaharian dengan bertani, berburu, dan meramu,
beternak,nelayan dan pertukangan. Orang Nias berladang ubi jalar, ubi kayu, kentang ,dan
padi. Pada sekitar tahun 1968, Nias terkenal sebagai pengekspor babi ke Singapura dan Juga
hasil pertukangan yang bertaraf tinggi.

3.Agama/Religi
Hampi seluruh penduduk Nias beragama Kristen Protestan, selebihnya Kristen Katolik
dan agama-agama lainnya. Agama-agama lain dianut kebanyakan suku-suku pendatang yang
berdiam di Pulau Nias.(Gustanto dkk,2005:8)

A.Nias Pada Masa Penjajahan Belanda (1840-1864)


Pada tahun 1840 Belanda mencoba mengambil kendali seluruh pulau Nias. Sejumlah
pangkalan didirikan disekitar pulau untuk peningkatan perdagangan serta control militer

29
diseluruh Nias. Tetapi control tidak terlaksana karena mendapat perlawanan dari masyarakat
Nias khususnya dari Selatan yang dipimpin oleh kepala suku yang paling ganas dan kuat.
a. Pembentukan Onder Afdeeling Nias
Penjajahan Belanda di Bumi Tano Niha diawali pada tanggal 01 Januari 1800 sebagai
akibat bangkrutnya VOC pada 31 Desember 1799. Penjajahan Belanda di Nias pada saat itu
belum meliputi keseluruhan Kepulauan Nias dan juga belum terstruktur sampai dengan
kekalahan Belanda dari Inggris pada tahun 1821. Pada 1825 Inggris menyerahkan kembali
Indonesia termasuk Nias kepada penjajah Belanda, namun demikian karena Belanda
kekurangan bala tentara dan keuangan, maka Kepulauan Nias tidak disentuh alias dibiarkan
begitu saja. Pada tahun 1864, Daerah Nias merupakan bagian wilayah Residentil yang
termasuk dalam lingkungan Goovernement Westkust Van Sumatras (Gubernuran Pesisir Barat
Sumatera) atau Government Sumatera Wesiklet sebagai implementasi hasil rapat Gabied
(Daerah Kerapatan) pada 1863. Selanjutnya barulah pada 04 Desember 1870, Pemerintah
Penjajah Belanda mulai diperhatikan dan menyentuh wilayah Nias melalui pengangkatan J. F.
A de Rooij sebagai Kontroleur Pertama Onder Afdeeling Nias dengan Luitenant der Chinezen
bernama So Ghie (Gewestelijk Bestuur (Tapanuli)/berbahasa Belanda). Dengan demikian
Onder Afdeeling Nias terbentuk atau efektif bekerja pada 04 desember 1870 yang merupakan
salah satu dari 6 (enam) Onder Afdeeling dibawah kekuasaan Afdeeling Sibolga Keresidenan
Tapanuli.

b. Pembentukan Afdeeling Nias


Pada tahun 1919, Onder Afdeeling Nias ditingkatkan statusnya menjadi Afdeeling
Nias yang merupakan salah satu dari 4 (empat) Afdeeling wilayah Residen Tapanuli.
Afdeeling Nias dipimpin oleh Asisten Reseden, dengan wilayah administratif terbagi atas 2
(dua) Onder Afdeeling, yaitu : Onder Afdeeling Nias Selatan dengan Ibukota Teluk Dalam
dan Onder Afdeeling Nias Utara dengan Ibukota Gunungsitoli yang masing-masing dipimpin
oleh seorang Controleur atau Gezeghebber dibawah Onder Afdeeling terdapat lagi satu tingkat
pemerintahan yang disebut Distrik dan Onder Distrik yang masing dipimpin oleh seorang
Demang dan Asisten Demang. Batas antara masing-masing wilayah tersebut tidak ditentukan
secara tegas. Onder Afdeeling Nord Nias terbagi atas satu distrik, yaitu Distrik Gunungsitoli
dan empat Onder Distrik, yaitu Onder Distrik Idano Gawo, Onder Distrik Hiliguigui, Onder

30
Distrik Lahewa, dan Onder Distrik Lahagu. Onder Distrik Zuid Nias terbagi atas satu distrik,
yaitu : Distrik Teluk Dalam dan dua Onder Distrik, yaitu : Onder Distrik Balaekha dan Onder
Distrik Lolowau.

B.Nias pada Masa Penjajahan Jepang


Pada masa penjajahan Jepang berdasarkan Undang-undang Nomor 1 tahun 1942
pembagian wilayah pemerintahan di Daerah Nias tidak mengalami perubahan, sama seperti
pada masa pemerintahan Hindia Belanda, kecuali Onderafdeeling dihilangkan, yang
mengalami perubahan, hanya namanya saja yaitu :
• Afdeeling diganti dengan nama Gunsu Sibu, dipimpin seorang Setyotyo.
• Dusun diganti dengan nama Gun yang dipimpin oleh seorang Guntyo.
• Onder Distrik diganti dengan nama Fuku Gu, dipimpin seorang Fuku Guntyo.
Mengenai pengaturan pemerintahan juga didasarkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1942
yang mengatakan bahwa semua badan pemerintahan dan kekuasaannya, hukum dan undang-
undang dari pemerintahan Hindia Belanda untuk sementara diakui sah asal tidak bertentangan
dengan aturan Pemerintahan Militer Jepang.

Dari penjelasan di atas maka dapat kita ketahui pada masa Hindu Budha ada yang di
dirikan pada tahun 645 beribukota di Minanga, bahasa yang digunakan yaitu bahasa Melayu
kuno, bahasa Sansekerta. Agama yang dianut pada masa ini adalah agama Buddha vajrayana,
Buddha Mahayana, Buddha hinayana, dan Hindu. Dan juga agama ini membawa pengaruh
budaya mereka tetapi tidak tersebar luas karena ajaran dan tulisannya yang sulit dipahami
sehingga menyebabkan tidak populer dan tidak berkembang luas. Menurut beberapa sumber
yang terkait menunjukkan bahwa pada masa Islam, masyarakat terlebih-lebih Melayu sangat
menerima ajaran agama Islam. Dan hingga saat ini mayoritas suku Melayu adalah penganut
agama Islam. Pada masa ini kebudayaan yang paling terkenal adalah kebudayaan berinai oleh
perempuan-perempuan suku Melayu yang hingga saat ini pun masih dibudidayakan oleh
perempuan-perempuan Muslim. Dari sumber referensi, pada masa colonial Belanda
beriringan dengan penyebaran agama Kristen di nusantara walaupun adanya penyebaran
agama Kristen, tidak menjadi pemicu bahwa masyarakat meninggalkan agama yang sudah ada
sejak awal seperti agama Hindu-Budha ataupun Islam. Pada masa Jepang tidak terlalu fokus

31
kepada agama, pada masa Jepang ini masyarakat yang sudah mempercayai agama mereka
masing-masing semakin hari semakin patuh terhadap agamanya karena mereka yakin dengan
mereka semakin tumbuh dalam agama maka kesengsaraan pun akan berakhir.
Di Sumatera Utara terdapat penduduk dengan beragam suku. Mulai dari suku Batak,
Suku Melayu dan Suku Nias. Suku-suku ini menyebar menurut tempat ataupun wilayahnya
masing-masing penduduknya.

2.3 Periodesasi dan Ruang Lingkup Sejarah Sumatera Utara

Periodesasi atau pembabakan waktu adalah salah satu proses strukturisasi waktu dalam
sejarah dengan pembagian atas beberapa babak, zaman, atau periode.(Eva
Simangunsong,2020:43). Periodidasi atau pembabakan waktu dapat dikatakan sebagai
pengelompokan waktu berdasarkan zaman. Dalam buku Pengantar Ilmu Sejarah (2005) karya
Kuntowijoyo, periodisasi dalam sejarah bertujuan untuk memudahkan pemahaman tentang
perkembangan kehidupan manusia dari waktu ke waktu.

2.3.1 Periodesasi Sejarah Sumatera Utara

a. Faktor geografis

Berdasarkan faktor geografisnya, Kerajaan Kutai-Tarumanegara merupakan kerajaan


awal dimulainya periodesasi Sejarah Sumatera Utara. Periode ini dimulai pada abad 4 sampai
abad ke-6. Ada banyak peninggalan-peninggalan dari kerajaan ini diantaranya adalah 7 buah
yupa yang ditulis dalam huruf palawa dan sansekerta, berita China (Fa-Shien), dan 7 buah
prasasti.

32
Setelah Kerajaan Kutai-Tarumanegara berakhir, dilanjutkanlah dengan Kerajaan
Sriwijaya-Majapahit. Masa kejayaan Kerajaan Sriwijaya-Majapahit berlangsung pada abad 7-
5. Sumber informasi berdirinya kerajaan ini adalah peninggalan-peninggalan berupa Berita
China (IT-Sing) dan 7 buah prasasti.

Lalu setelahnya dilanjutkan lagi oleh Kerajaan Demak-Mataram Lama yang masa
kejayaannya berlangsung selama abad 15-18. Peninggalan dari kerajaan ini yang dijadikan
sebagai sumber informasi adalah Prasasti Canggal. Adapun kerajan-kerajaan lain yang sempat
menjadi bagian dari periodesasi Sejarah Sumatera Utara berdasarkan faktor geografisnya
adalah kerajaan di luar Pulau Jawa, seperti Sumatera, Aceh, dan sebagainya.)

b. Pembagian Atas Dasar Agama dan Kronologisnya

1. Zaman Sebelum Masehi

Pada tahun 75000 SM terjadi letusan dahsyat dari suatu supervolkano yang
menyebabkan perubahan iklim. Pada saat itu, manusia sebenarnya belum sampai ke Sumatera.
Gelombang migrasi mereka dari Afrika ikut terhenti untuk sementara akibat erupsi ini.
Gunung toba kemudian tenggelam dan kalderannya membentuk sebuah danau besar yang juga
bernama sama.
Selanjutnya, pada 25000 SM, gelombang pertama manusia modern sampai pertama
kali di Benua Kuno Sunda, dimana di dalamnya termasuk Sumatera. Seiring
perkembangannya, kebudayaan Padang Bindu muncul di Organ Kometing Ulu, Sumatera
Selatan.
Zaman es berakhir pada tahun 10000 SM. Zaman modern pun dimulai. Benua Sunda
lenyap akibat kenaikan permukaan laut dan berubah menjadi sebagian dari kepulauan, yang
kini dikenal sebagai Nusantara.
Kebudayaan Kerinci pun muncul di sepanjang Pantai Timur Langsa-Langkat pada tahun 9000
SM, sampai akhirnya pada tahun 4000 SM tahap kedua Kebudayaan Padang Bindu dimulai.
Kebudayaan maju akhirnya berlangsung pada tahun 3500-2500 SM di Aceh, Barus,
Minangkabau, Nias, serta Lampung.

33
Kebudayaan Padang Bindu yang telah berlangsung lama akhirnya pun hilang dan
digantikan oleh kebudayaan Pasemah. Kebudayaan Pasemah ini kemudian menyebar ke
Pagalaran, Lahat, dan Bengkulu.
Pada tahun 1000 SM, Barus berkembang menjadi kota pelabuhan yang ramai dan Luhak Nan-
Tigo berkembang menjadi kebudayaan Pariaman pada tahun 900 SM.
Kebudayaan maju muncul pada di wilayah Lubuk jambi pada tahun 400 SM.
Lalu kemudian, pada tahun 200-1 SM peradaban awal Suku Tuming berkembang di Lampung,
peradaan awal Bukit Bakar diperkirakan muncul di Kuantan Singingi dan akan berkembang
menjadi Kerajaan Kandis.

2. Zaman Sesudah Masehi

Periodesasi sejarah pada zaman sesudah masehi dimulai pada tahun 150 M, dimana
pada masa itu Ptolemeus menyebutkan Barus sebagai sebuah pelabuhan dagang penting di
Timur jauh dalam salah satu karya tulisannya. Lalu, pada tahun 200 M Kerajaan skala
bercorak Hindu berdiri di Lampung Barat, Kandis diperkirakan mengalami gejolak politik dan
menyebabkan beberapa wilayah melepaskan diri, hingga akhirnya pada tahun 206 M Kandis
akhirnya menaklukan Koto Alang yang memberontak. Rajanya melarikan diri ke Pariaman,
kemudian mengembangkan wilayah tersebut menjadi sebuah peradaban awal.

 Pada tahun 210 M, negeri zaman kuno diperkirakan muncul di pesisir Teluk Wen yang
kini menjadi Muara Tebo. Negeri ini yang kemudian menaklukan Kandis. Teluk Wen
pada akhirnya diperkirakan lenyap akibat pendangkalan berkepanjangan, sehingga
Koying memindahkan pusat pelabuahan dagang ke kuala tungkal.

34
 Pada tahun 220 M, berdiri Kerajaan Koying berdiri di pedalaman Kerinci. Kemudian,
pada tahun 245 M, Kerajaan Tupo muncul menggantikan kedudukan Jambi Kuno.

 Tahun 280 M adalah tahun dimana Koying menaklukkan Tupo. Tahun 340 M,
peradaban Tulang Bawang muncul di Lampung, kemudian berkembang menjadi
kerajaan pada tahun 499 M.

 Pada tahun 441 M, Kerajaan Kandali muncul di Kuala Tungkal sebagai bawahan
Koying, diperkirakan didirikan oleh perantau dari Kuntala, Hindia. Kemudian, pada
454 M, Kandali merdeka dari Koying.

 Di tahun 512 M, Kerajaan Magur muncul di Simalungun. Kerajaan ini didirikan oleh
perantau dari Nagore, India.

 Dilanjutkan sampai tahun 540 M, 563 M, dan 644 M, peradaban Kota Kapur
berkembang di pesisir Barat Pulau Bangka, utusan terakhir Kandali ke Negeri Cina,
dan Kerajaan Koying digantikan oleh Jambi Melayu yang berpusat di Minanga.

 Dapuntah Hyang Sri Jayanasa diperkirakan seorang bangsawan skala brak, mendirikan
kedatuan Sriwijaya di pedalaman Ogan Komering Ulu pada tahun 650 M, sedangkan
pada tahun 670 M Sriwijaya berevolusi menjadi kerajaan.

 Pada tahun 671 M, seorang biksu yang bernama I-Tsing dari Kanton mengunjungi
Sumatera dan menetap di Sriwijaya selama 6 bulan sebelum melanjutkan perjalanan ke
Nagapattam di India. Suatu perkampungan Arab Muslim berkembang di Barus pada
tahun 672 M, pada 682 M Prasasti kedukan bukit, dan di 683 M, Sriwijaya berhasil
menundukkan Jambi Melayu, dan menjadikan negeri-negeri di Lampung sebagai
bawahannya.Prasasti Talang Tou kemudian muncul pada tahun 684 M.

35
 Pada 685 M, I-Tsing telah menyelesaikan studinya di India dan singgah kembali di
Sumatera, mendapati bahwa sebagian besar pulau tersebut telah takluk dibawah
hegemoni Sriwijaya, sampai akhirnya pada tahun 686 M, Prasasti kota kapur
ditemukan dan Sriwijaya menaklukan bangsa belitung.

 Di tahun 688 M, diketahui Sriwijaya berturut-turut menaklukan Riau, Rokan, Kampar,


Kuantan, Mandailing, Barus, Asahan, Bintan, Klantan, Pahang, dan Keda.

 Tahun 692 M, Jayanasa wafat dan Kebudayaan maju diperkirakan berkembang dipulau
simeulue pada tahun 700 M.

3. Abad 12

Abad 12 dimulai pada tahun 1150 M, dimana Tuanku Bagindo Ratu naik tahta di
Dharmasraya, bergelar Sri Maharaja Srimat Trailokyaraja. Dilanjutkan dengan tahun 1158 M,
Ibukota Kerajaan Bintan dipindahkan ke Pulau Tumasik. Dharmasraya menyerang Hatorusan
dan menaklukan Barus pada tahun 1174, namun akhirnya pada tahun 1178 Dharmasraya
menundukkan mantan jajahan Sriwijaya yang belum takluk di seantero tanah Melayu secara
berturut-turut. Pada tahun 1183 M, melalui Prasasti Grahi diketahui bahwa Dharmasraya
menaklukan Tambralingga.

4. Abad 13 :

Pada tahun 1230 M, Tambralingga merdeka dari Dharmasraya di Semenanjung. Kemudian,


pada tahun 1250 M dan 1258 M, Kerajaan Siguntur berdiri di pedalaman Pariama, sedangkan
Kerajaan Aru muncul di Tanah Karo, Simalungun. Pada tahun 1267, Marah silu yang
diperkirakan seorang keturunan bangsawan Nagur mendirikan Kesultanan Pasai dan bergelar
Sutan Malikussaleh. Di tahun 1275 M, Kerajaan Singosari dari Jawa memulai ekspedisi
penaklukan Tanah Melayu.

36
2.3.2 Ruang Lingkup Sejarah Sumatera Utara

Ruang lingkup sejarah sangat lah luas, seluas jumlah manusia yang ada. Jangka
waktunya sangat lama, selama sejarah umat manusia sendiri. Bidang dan aspeknya juga sangat
banyak seperti alam dan cita-cita, peradaban, kebudayaan, kepercayaan dan agama yang
dianut. Dari deretan peristiwa masa lampau yang luas dan banyak itu, dibagi dan
dikelompokkan sifat ataupun bentuknya sehingga membentuk satu kesatuan ini, bentuk
maupun waktu yang tertentu. (Eva Simangunsong,2021:43).

Pada zaman pemerintahan Belanda, Sumatera Utara merupakan suatu pemerintahan


yang dinamakan Gouvernement van Sumatra dengan wilayah meliputi seluruh Pulau
Sumatera, dipimpin oleh seorang Gubernur yang berkedudukan di Kota Medan.
Setelah kemerdekaan, dalam sidang pertama Komite Nasional Daerah (KND), Provinsi
Sumatera Utara kemudian dibagi menjadi tiga sub provinsi, yaitu Sumatera Utara, Sumatera
Tengah, dan Sumatera Selatan. Provinsi Sumatera Utara sendiri merupakan penggabungan
dari tiga daerah administrative yang disebut keresidenan, yaitu Keresidenan Aceh,
Keresidenan Sumatera Timur, dan Keresidenan Tapanuli.

Dalam artikel Sejarah Sumatera Utara, dengan diterbitkannya Undang-Undang


Republik Indonesia No. 10 Tahun 1948 pada tanggal 15 April 1948, ditetapkan bahwa
Sumatera dibagi menjadi tiga provinsi yang masing-masing berhak mengatur dan mengurus
urusan daerahnya sendiri, yaitu Provinsi Sumatera Utara, Provinsi Sumatera Tengah, dan
Provinsi Sumatera Selatan.

37
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Sumatera Utara merupakan provinsi yang unik , memiliki sumber daya alam yang
baik.Wilayah Sumatera Utara merupakan wilayah yang strategis baik dalam bercocok tanam,
maupun sebagai jalur perdagangan nasional atau pun internasional.Memiliki latar belakang
sejarah yang dilalui dengan berbagai proses ,baik dalam segi pemerintahan daerah,
kependudukan dan kebudayaan ataupun kewilayahan.
Suku awal atau tuan awal adalah suku Melayu, Batak,dan Nias, sedangkan suku
pendatang ialah seperti Jawa, Tionghoa, India,Arab, Aceh, Minangkabau . Pembabakan zaman
mulai dari tertua pada pembahasan ini adalah mulai dari Hindu Budha, Islam, dan
kolonialisme Belanda dan Jepang. Setiap zaman memiliki karakteristik yang berbeda-beda,
memiliki sistem pemerintahan yang berbeda-beda, yang juga sistem perkembangan zaman
yang berbeda.
Perkembangan agama juga berbeda menurut zamannya masing-masing, pada zaman
hindu-budha berkembang atau mulai dikenalkan, aliran Hindu Budha. Pada zaman Islam
dikenalkan atau proses Islam mulai masuk ke dalam Sumatera. Dan pada zaman Belanda
mulai juga bertambah mengenai kepercayaan yaitu Kristen. Tetapi lain halnya dengan Jepang
yang tidak terlalu fokus kepada agama.

3.2 Saran
Berbagai kelimpahan sumber daya alam telah terbentuk di Sumatera Utara, selain
memiliki kekayaan alam juga memiliki kebudayaan , Sumatera Utara juga dipenuhi oleh
peninggalan peninggalan pada masa prasejarah yang memiliki makna tersendiri. Penemuan
penemuan ini dan juga SDA tentunya harus kita jaga dan lestarikan. Tentunya penulis juga
berharap kedepannya kita dapat agar pelajaran atau pun kedepannya kita selalu mampu
mempelajari sejarah.

38
Dan juga melalui pembagian zaman zaman kita dapat melihat Bagaimana perubahan
Indonesia khususnya di Sumatera Utara. Kiranya kita lebih bisa menghargai perjuangan
bangsa ini melalui beberapa proses proses. Dan setiap peristiwa pada zaman zamannya wajib
kita lestarikan.

39
DAFTAR PUSTAKA

Bangun,dkk.1978.Sejarah Derah Sumatera.Jakarta.Proyek Penelitian dan Pencatatan


Kebudayaan Daerah.

Damanik,Erond.L.”Menolak Evasive Identity:Memahami Dinamika Kelompok Etnik di


Sumatera Utara”dalam Anthropos:Jurnal Antropologi Sosial Dan Budaya 4(1)(2018):9-2

Erwany,Lela.2016.Tradisi Lisan Malam Berinai Pada Masyarakat Melayu.Tanjung Balai

Gustanto,dkk.2005.NIAS Adat dan Budaya Suku Bangsa Nias di Sumatera Utara.Banda


Aceh. Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional Banda Aceh

https://sumut.idntimes.com
https://sumutprov.go.id
https://pedomanbengkulu.com/2018/04/sejarah-suku-nias-di-sumatera/
https://niaskab.go.id
https://museum-nias.org

Muhajir,Ahmad,dkk.2021.Memori Sejarah dan Warisan Pendudukan Jepang di Sumatera


Timur Sebagai Potensi Wisata Sejarah: Jurnal Pendidikan, Sejarah, dan Ilmu-Ilmu Sosial vol
5, issue 1,Februari 2021

Reid,Anthony.2011.Menuju Sejarah Sumatera.Jakarta.KTILV dan NUS Publishing.

Rosidah.2012.Sumatera Timur Tahun 1870-1930.

T,Alkisah Led.2016.Sumatera Timur Harus Jadi Provinsi ke35 Indonesia.


Wacana,vol.1,1999

Zuhra,Wan Vifa Nur.2016.Sumatera Timur Tanah Kucinta.


Zulfa.2010.Adat Istiadat Perkawinan Masyarakat Melayu Pada Masa Kesultanan Siak.Jurnal
Ilmu Budaya,vol.7, No.1 Tahun 2010:1-56

40
41
i

Anda mungkin juga menyukai