SUKU MINANGKABAU
Disusun Oleh :
1. Lia Oktoviani (120100001)
2. Cut Dhien H (120101003 )
3. Rifal Ramadhan (120100027)
4. Widiartha Atas Cahyadi (120100026)
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, berkat rahmat dan
perlindungannya telah memberikan daya dan kekuatan sehingga penulisan makalah ini
dapat diselesaikan.
Makalah ini diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran dalam khasanah dunia
pendidikan perguruan tinggi bagi mahasiswa-mahasiswi khususnya perguruan tinggi yang
dalam hal ini penulis tujukkan hasil dari penulisan makalah ini diajukan untuk memenuhi
tugas di semester dua prodi Ilmu Komunikasi kelas 1A dengan judul ” SUKU
MINANGKABAU.”
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini jauh dari pada kata sempurna
baik dalam penulisan, isi, maupun tata bahasa. Oleh karena itu, penulis sangat terbuka
dalam menerima kritik dan saran kedepan yang bertujuan untuk membangun.
Akhirnya, penulis ucapkan banyak terimakasih pada semua pihak yang telah membantu
dan mendukung penyusunan makalah ini. Semoga Tuhan YME membalas semua
kebaikan kita dengan segala kebaikan di dunia dan akhirat.
TTD
i
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................3
PENDAHULUAN...................................................................................................3
1.1 Latar Belakang........................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................5
1.3 Tujuan Penulisan Makalah....................................................................5
BAB II.....................................................................................................................6
PEMBAHASAN.....................................................................................................6
2.1 Sejarah Suku Minangkabau...................................................................6
2.2 Kebudayaan Suku Minangkabau..........................................................8
2.3 Ciri Khas Suku Minangkabau.............................................................10
2.3.1 Bahasa Minangkabau....................................................................10
2.3.2 Kepercayaan Suku Minangkabau................................................10
2.3.3 Baju Adat Minangkabau...............................................................12
2.3.4 Rumah Adat Minangkabau..........................................................14
2.3.5 Makanan Minangkabau................................................................16
2.3.6 Karakteristik Suku Minangkabau...............................................21
2.4 Adat Istiadat Suku Minangkabau.......................................................22
ii
BAB III..................................................................................................................29
PENUTUP.............................................................................................................29
1.1 Kesimpulan............................................................................................29
1.2 Saran.......................................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................30
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Nama Minangkabau berasal dari dua kata, minang dan kabau. Nama
itu dikaitkan dengan suatu legenda khas Minang yang dikenal di dalam tambo.
Dari tambo yang diterima secara turun temurun, menceritakan bahwa nenek
moyang mereka berasal dari keturunan Iskandar Zulkarnain.
4
Proses islamisasi yang berkesinambungan dan pengenalan ide-ide baru
oleh masyarakat Minang yang kembali dari merantau di luar negeri
merupakan dua unsur utama dalam sejarah Minangkabau keinginan
mempertahankan validitas nilai-nilai dan prinsip yang sudah ada serta
disahkan menghadapi hal-hal baru menghasilkan konflik sosial dan
memunculkan usaha tak henti-hentinya untuk merumuskan Minangkabau
yang baru.
5
periode awal sewaktu percuma terbarat terbentuk sampai masa kemerdekaan
republik Indonesia.
6
BAB II
PEMBAHASAN
7
tidak meliputi ujung Sumatera sebelah utara yaitu Aceh. Selain itu
Sumatera Selatan tidak cakep ujung Sumatera sebelah selatan yakni
Lampung.
Tulisan yang terukir di batu serta memakai abjad Hindi dan berasal
dari kebudayaan hindu-budha zaman Sriwijaya dan Melayu menuturkan
kisah tentang Sultan sungai emas yang mengirimkan emas melalui
perairan Indragiri dan Siak kedua sungai ini mengalir dari dataran tinggi
Minangkabau ke pantai barat Sumatera disebut pula bahwa etnis
Minangkabau lah yang pertama kali mendiami ibukota kerajaan Sriwijaya
di dekat Palembang kerajaan Minangkabau kaya akan emas dan menopang
kerajaan Sriwijaya selama abad ke-7 masehi yakni masa kejayaan
buddhisme.
8
yang dianggap perintis kemerdekaan Indonesia yakni Soekarno
Muhammad Hatta Sutan Syahrir dan Amir Syarifudin di antaranya dari
etnis Minangkabau titik ketika Jogjakarta berstatus ibukota bahkan
Belanda memandang para pemimpin bangsa Indonesia di Jogja sebagai
pemerintahan Minangkabau lalu ketika Jogjakarta diduduki Belanda, kota
Bukittinggi menjadi ibukota sementara republik Indonesia Belanda
berhasil menduduki Bukittinggi pada tahun 1948.
9
Suku Minangkabau terus melakukan penjelajahan wilayah dan
mendirikan kediaman baru di luar tanah kelahiran. Kawasan-kawasan baru
ini disebut rantau titik secara geografis rantau bertambah luas seiring
dengan peningkatan jumlah orang Minang. Tanah kelahiran yang statis
dan rantau yang terus meluas sama-sama menjadi bagian alam
Minangkabau.
10
berbaur. Namun unsur-unsur asli tetap terlihat bukan sejenis asimilasi total
yang menghapus sepenuhnya elemen-elemen lama.
11
bahasa ibu masyarakat Minangkabau, digunakan sebagai
pengantar dalam komunikasi sehari-hari, di luar dari
penggunaan bahasa nasional. Sebagai bahasa ibu, suku
Minangkabau memperoleh bahasa Minangkabau secara alamiah
tanpa proses belajar di sekolah seperti halnya bahasa kedua.
Tentu sebagai bahasa ibu, bahasa Minangkabau menjadi penciri
identitas kolektif suku dan perekat hubungan kekerabatan.
Dalam konteks kultural, bahasa daerah Minangkabau adalah
satu bagian kearifan lokal suku Minangkabau. Dalam
penerapannya di tengah masyarakat Minangkabau, bahasa
tersebut mengandung banyak ajaran falsafah kehidupan,
khususnya tentang tata cara berkomunikasi antarindividu dan
antarkelompok yang dilandasi kebijakan dan kearifan adat.
12
Kerajaan Pagaruyung yang menganut agama Islam dan
menggunakan hukum Islam dalam sistem pemerintahannya.
13
Hukuman “dibuang sepanjang adat” juga akan diberikan
kepada anggota masyarakat yang melakukan kesalahan adat
lainnya, misalnya merampok, berzina, hingga membunuh. Mereka
akan dibuang dalam jangka waktu tertentu, bahkan hingga tak
terbatas.
14
Cara memakainya dengan diikatkan ke bagian pinggang
dengan belahan yang disusun di bagian depan, belakang, atau
samping tergantung dengan desa/nigari mana yang memakai
pakaian adat tersebut. Kain yang digunakan yakni kain balapak
dengan sulaman benang emas serta tenunan Pandai Sikat.
15
Bagian leher dan tepi lengannya terdapat hiasan yang biasa disebut
Minsie.
16
Selain cerita tersebut, versi lain menyebutkan kalau atap
berbentuk tanduk di Rumah adat minangkabau ini terinspirasi dari
bentuk kapal “Lancang” yang melintasi Sungai Kampar. Saat tiba di
muara sungai, kapal diangkat ke daratan dan diberikan atap dengan
menggunakan tiang layar yang diikat dengan tali.
17
Bagian depan rumah ini memiliki Rangkian berupa bangunan
berbentuk bujur sangkar dan beratap ijuk bergonjong yang berfungsi
sebagai tempat menyimpan padi. Sementara itu, terdapat pula anjung
atau anjuang sebagai tempat upacara pernikahan atau keagamaan di
bagian kiri atau kana rumah. Dapur pun dibangun secara terpisah
pada bagian belakang rumah.
Rumah Gadang
18
.3.5 Makanan Minangkabau
- Nasi Kapau adalah nasi, sambal dan beberapa jenis lauk pauk
khas Kapau, beberapa lauk yang biasanya disajikan dengan
nasi kapau adalah gulai tunjang atau urat kaki sapi atau kaki
kerbau, gulai tulang daging sapi atau daging kerbau dan juga
gulai bebek. Selain lauk juga biasanya disajikan dengan sayur
nangka. Membuat kuliner yang satu ini juga harus
menggunakan beras pilihan, biasanya beras dengan kualitas
terbaik yang bisa didapatkan di Bukittinggi atau Agam.
Nasi Kapau
- Kalio baluik Kuliner yang satu ini juga memiliki tekstur yang
lengket dan basah dan beraroma seperti karamel, sementara
rendang cenderung lebih kering dengan tekstur yang kasar dan
aroma rempah yang khas. Biasanya kuliner ini bisa Anda
dapatkan di beberapa rumah makan padang di luar Sumater
Barat karena proses memasaknya lebih singkat dibandingkan
dengan rendang, menyebabkan kuliner yang satu ini lebih
praktis dan juga lebih ekonomis untuk disajikan di rumah
makan.
19
Kalio Baluik
- Lamang Tapai adalah jenis jajanan yang legit berasal dari
Sumatera Barat dengan berbahan dasar ketan. Beras ketan yang
dimasak dengan santan kelapa dam bambu mudah yang
kemudian dibakar di atas bara api, membuat ciri khas rasanya
sangat unik dan enak, jajanan yang satu ini biasanya disajikan
dengan tape ketan hitam.
Lamang Tapai
Lompong Sagu
20
- gulai dari olahan bebek, gulai bebek ini menggunakan bebek
yang usianya sekitar 6 bulan sehingga teksturnya sangat empuk
dan lembut sangat nikmat untuk dikonsumsi. Seperti yang
sudah kita ketahui bahwa kuliner bebek sering kali tidak
diminati karena disajikan bebek yang tua sehingga rasa daging
yang keras membuat selera makan berkurang, namun tidak
untuk kuliner Gulai Itiak yang menggunakan bebek yang masih
muda sehingga dagingnya pun masih sangat empuk. Bebek
yang sudah dibersihkan kemudian dipotong ukuran yang sesuai
selera dan diolah dengan dengan rempah-rempah pilihan
seperti lengkuas, kunyit, bawang putih, cabai hijau dan bawang
merah, bumbu dibiarkan semalam sehingga meresap sampai
kedalam daging yang akan membuat rasa dari makanan ini
sangat lezat.
21
biasanya menjadi salah satu menu makanan yang sangat mudah
ditemukan saat bulan Ramadhan.
Bubur Kampiun
Sala Lauak
22
bawang merah, cabai merah, dan lainnya. Bumbu cabai dan
bawang merah ditumis harum dan di berikan garam
secukupnya kemudian disiram di daging dendeng yaitu daging
sapi yang di iris tipis lebar dan kering yang sudah dijemur.
Kuliner yang satu ini memang menjadi salah satu kuliner yang
lezat dan sayang untuk dilewati.
Dendeng sapi
23
yang diibaratkan seperti patung (robot). Hidupnya ditentukan oleh
orang lain (pasif), sehingga ia tidak mempunyai pendirian. Otaknya
digambarkan seperti “otak udang”, “benaknya di jempol kaki”. Otak
udang dan benak di jempol kaki merupakan sebuah ungkapan,
metafor yang merupakan sebuah bentuk analogi tentang orang yang
sangat bodoh. Urang-urangan; artinya bukan manusia tetapi hanya
menyerupai manusia seperti memedi sawah untuk menakut-nakuti
burung. Kalau ditarik ia bergerak, kalau tidak ia diam saja. Urang-
urangan disini mengacu pada sejenis benda yang dibuat mirip orang
untuk menakut-nakuti burung yang dianggap sebagai hama di sawah.
Penggunaan metafor untuk penyebutan orang-orangan dimaksudkan
sebagai analogi untuk benda menyerupai orang yang berfungsi
sebagai substitusi orang dalam arti sebenarnya, sehingga binatang
seperti burung menjadi takut lantaran mengira benda itu sebagai
manusia yang sesungguhnya. Urang Sabana urang; artinya
seseorang yang mengetahui perihal awal dan akhir, tahu tentang lahir
& batin, peka terhadap persoalan yang berkembang di sekitarnya,
punya rasa malu dan sopan santun, bisa merasakan sesuatu dan
punya rasa ingin tahu untuk memeriksa lebih lanjut (tahu jo raso
pareso). Ia digambarkan sebagai orang yang cerdik cendekia, arif
bijaksana, berakhlak mulia, banyak ilmunya. Orang seperti ini
memenuhi syarat sebagai manusia bermartabat. Hidupnya menjadi
suri teladan bagi orang disekitarnya. (Madjoindo, 1999: 57).
24
tradisi Tabuik sangatlah penting karena untuk menghormati keluarga
Nabi Muhammad SAW.
Hoyak Tabuik
25
Batagak panghulu
Batagak Rumah
26
- Calon suami harus sudah mempunyai sumber penghasilan
untuk dapat menjamin kelangsungan hidup keluarganya.
27
- Keluarga bayi menyediakan batiah bareh badulang yakni beras
yang digoreng.
- Terdapat sigi kain buruak, obor yang terbuat dari kain koyak
(rusak).
- Menyiapkan tampang karamabia tumbuah (bibit kelapa yang
siap tanam).
- Menyiapkan tangguak (tangguk).
- Menyiapkan palo nasi (yang telah dilumuri dengan arang dan
darah ayam).
- Tradisi Pacu Jawi merupakan salah satu tradisi unik yang menjadi favorit
masyarakat di Sumatera Barat. Tradisi ini sering dilakukan khususnya oleh
masyarakat yang bertempat tinggal di tanah datar seperti; masyarakat di
Kec. Sungai Tarab, Rambatan, Limo kaum, dan Pariangan. Pacu Jawi juga
kerap dilakukan di daerah Kab. Limapuluh Kota dan Payakumbuh.
Sekilas, tradisi Pacu Jawi mirip seperti tradisi Karapan Sapi yang
dilakukan di Madura. Hal yang membedakannya adalah lahan yang
digunakan. Jika Karapan Sapi menggunakan sawah kering sebagai tempat
28
festivalnya, berbeda dengan Pacu Jawi yang menggunakan sawah yang
basah dan berlumpur. Perbedaan lainnya yaitu untuk mempercepat lari
sapi, jika biasanya joki Karapan Sapi menggunakan tongkat, Beda dengan
joki Pacu Jawi yang hanya menggigit ekor sapi. Biasanya tradisi Pacu Jawi
ini dilakukan setiap setahun sekali yang diselanggarakan secara bergiliran
selama empat minggu di empat kecamatan di Kabupaten Tanah Datar.
- Pacu Itiak atau Pacu Bebak merupakan tradisi yang berasal dari daerah
Sumatera Barat khususnya di daerah Payakumbuh dan Limapuluh Kota.
Biasanya festival Pacu Itiak ini dilaksanakan di 11 tempat yang berbeda di
Kota Payakumbuh dan Kab. Limapuluh Kota. Tradisi Pacu Itiak
diperkirakan sudah ada sejak tahun 1928, bertepatan dengan lahirnya
Sumpah Pemuda.
29
- Makan Bajamba adalah upacara adat suku Minangkabau, Sumatera Barat
yang berupa kegiatan makan bersama di sebuah tempat yang sudah
ditentukan. Tujuan diadakannya kegiatan ini yaitu untuk mendekatkan diri
satu sama lain tanpa memandang kelas sosial seseorang. Biasanya upacara
ini diadakan secara resmi pada hari libur keagamaan atau ketika ada acara-
acara penting lainnya. Upacara Makan Bajamba diperkirakan masuk ke
Sumatera Barat bersamaan dengan masuknya Islam ke Ranah Minang
pada abad ke-7. Maka tidak heran jika banyak adab dalam Makan Bajamba
yang sesuai dengan syariat Islam.
30
BAB III
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
1.2 Saran
31
DAFTAR PUSTAKA
Amir,M.S. 2007, Adat Minangkabau: Pola dan Tujuan Hidup Orang Minang, PT
Mutiara Sumber Widya, Jakarta.
https://blog.tripcetera.com/id/rumah-gadang/
https://www.andalastourism.com/pakaian-adat-bundo-kanduang-minangkabau
https://milenialjoss.com/upacara-adat-minangkabau/
https://wisatabaru.com/10-makanan-khas-minangkabau-yang-begitu-
lezat/#!/history
32