Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH

SUKU MINANGKABAU

“Disusun untuk Memenuhi tugas Mata Kuliah


Sistem Sosial Budaya Indonesia Kelas 1A Ilmu Komunikasi semester dua”

Dosen Pengampu : Dr. Hj. Heriyani Agustina, Dra., MM., M.Si

Disusun Oleh :
1. Lia Oktoviani (120100001)
2. Cut Dhien H (120101003 )
3. Rifal Ramadhan (120100027)
4. Widiartha Atas Cahyadi (120100026)

PRODI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN


ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI
CIREBON 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, berkat rahmat dan
perlindungannya telah memberikan daya dan kekuatan sehingga penulisan makalah ini
dapat diselesaikan.

Makalah ini diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran dalam khasanah dunia
pendidikan perguruan tinggi bagi mahasiswa-mahasiswi khususnya perguruan tinggi yang
dalam hal ini penulis tujukkan hasil dari penulisan makalah ini diajukan untuk memenuhi
tugas di semester dua prodi Ilmu Komunikasi kelas 1A dengan judul ” SUKU
MINANGKABAU.”

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini jauh dari pada kata sempurna
baik dalam penulisan, isi, maupun tata bahasa. Oleh karena itu, penulis sangat terbuka
dalam menerima kritik dan saran kedepan yang bertujuan untuk membangun.

Akhirnya, penulis ucapkan banyak terimakasih pada semua pihak yang telah membantu
dan mendukung penyusunan makalah ini. Semoga Tuhan YME membalas semua
kebaikan kita dengan segala kebaikan di dunia dan akhirat.

Cirebon, 7 Juni 2021

TTD

i
Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................3
PENDAHULUAN...................................................................................................3
1.1 Latar Belakang........................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................5
1.3 Tujuan Penulisan Makalah....................................................................5
BAB II.....................................................................................................................6
PEMBAHASAN.....................................................................................................6
2.1 Sejarah Suku Minangkabau...................................................................6
2.2 Kebudayaan Suku Minangkabau..........................................................8
2.3 Ciri Khas Suku Minangkabau.............................................................10
2.3.1 Bahasa Minangkabau....................................................................10
2.3.2 Kepercayaan Suku Minangkabau................................................10
2.3.3 Baju Adat Minangkabau...............................................................12
2.3.4 Rumah Adat Minangkabau..........................................................14
2.3.5 Makanan Minangkabau................................................................16
2.3.6 Karakteristik Suku Minangkabau...............................................21
2.4 Adat Istiadat Suku Minangkabau.......................................................22

ii
BAB III..................................................................................................................29
PENUTUP.............................................................................................................29
1.1 Kesimpulan............................................................................................29
1.2 Saran.......................................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................30

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Minangkabau (Minang) adalah kelompok etnis Nusantara yang


berbahasa dan menjunjung adat Minangkabau. Wilayah kebudayaannya
Minang meliputi daerah Sumatera Barat, separuh daratan Riau, bagian utara
Bengkulu, bagian barat Jambi, pantai barat Sumatera Utara, barat daya Aceh,
dan juga Negeri Sembilan di Malaysia. Sebutan orang Minang seringkali
disamakan sebagai orang Padang, hal ini merujuk pada nama ibu kota provinsi
Sumatera Barat yaitu kota Padang. Namun, masyarakat ini biasanya akan
menyebut kelompoknya dengan sebutan urang awak, yang bermaksud sama
dengan orang Minang itu sendiri.

Etnis Minang juga telah menerapkan sistem proto-demokrasi sejak


masa pra-Hindu dengan adanya kerapatan adat untuk menentukan hal-hal
penting dan permasalahan hukum. Prinsip adat Minangkabau tertuang singkat
dalam pernyataan Adat basandi syarak, syarak basandi Kitabullah(Adat
bersendikan hukum, hukum bersendikan Al-Qur’an) yang berarti adat
berlandaskan ajaran Islam. Etnis ini juga sangat menonjol di bidang
perniagaan, sebagai profesional dan intelektual. Mereka merupakan pewaris
terhormat dari tradisi tua Kerajaan Melayu dan Sriwijaya yang gemar
berdagang dan dinamis. Hampir separuh jumlah keseluruhan anggota
masyarakat ini berada dalam perantauan.

Nama Minangkabau berasal dari dua kata, minang dan kabau. Nama
itu dikaitkan dengan suatu legenda khas Minang yang dikenal di dalam tambo.
Dari tambo yang diterima secara turun temurun, menceritakan bahwa nenek
moyang mereka berasal dari keturunan Iskandar Zulkarnain.

Provinsi Sumatera barat terkenal dengan nama tanah Minangkabau


berposisi strategis dan signifikan dalam pembentukan bangsa Indonesia tidak
salah jika dikatakan Sumatera barat merupakan provinsi paling berpengaruh di
Indonesia. Masyarakat Minang berjumlah 90% dari total penduduk Sumatera
barat berkontribusi penting dalam pembentukan jiwa nasionalisme Indonesia.
Ini dikarenakan iklim intelektual dan kesadaran sosial masyarakat tersebut
yang paling menonjol adalah perjuangan melalui pemikiran mereka yang
dituangkan di media demi kemerdekaan Indonesia.

4
Proses islamisasi yang berkesinambungan dan pengenalan ide-ide baru
oleh masyarakat Minang yang kembali dari merantau di luar negeri
merupakan dua unsur utama dalam sejarah Minangkabau keinginan
mempertahankan validitas nilai-nilai dan prinsip yang sudah ada serta
disahkan menghadapi hal-hal baru menghasilkan konflik sosial dan
memunculkan usaha tak henti-hentinya untuk merumuskan Minangkabau
yang baru.

Sudut pandang tradisional, sebagaimana ditunjukkan dalam berbagai


wejangan adat dan tergambar dalam tradisi sejarah tambo serta epic aba
menekankan perlunya menjaga kearifan leluhur, namun pada saat bersamaan
menyadari pentingnya perubahan titik keduanya dipandang perlu demi
terwujudnya masyarakat yang sempurna, tempat berpadunya norma sosial dan
cosmic.

Menggeliatnya sejarah Minangkabau dipicu oleh perjuangan untuk


membangun keseimbangan tatanan sosial dengan mempertemukan aspek-
aspek sosial dan budaya yang tampak bertolak belakang. Semenjak Islam
ditegakkan selaku pilar masyarakat Minangkabau sejarah etnis ini didominasi
upaya untuk menyimbangkan secara proporsional ajaran agama yang universal
dengan kearifan dan norma-norma landasan yang telah ada, yakni unsur adat.

Sejak permulaan abad ke-20 pergerakan Islam modern mulai


menyebarkan pengaruh di Sumatera barat titik ini dipelopori para ulama yang
terpengaruh intelektual baru di timur tengah titik pergerakan tersebut
bertujuan memurnikan praktik agama yang berlaku serta menggunakan Islam
sebagai landasan perubahan sosial. Dalam prosesnya ini memicu konflik
agama dan sosial selama hampir dua dekade.

Pers merupakan salah satu aspek sejarah Minang seperti aspek-aspek


yang lain kontribusinya cukup besar. P adalah produk sejarah dan turut
membentuk sejarah itu sendiri pashmina lahir sebagai tanggapan sebagian
orang dari elemen tertentu yang kritis dan inovatif terhadap kesempatan atau
perubahan di wilayah mereka keberadaan pers menciptakan sesuatu yang baru
di daerah tersebut dengan menghadirkan harmoni sekaligus mempertajam
konflik di masyarakat.

Minangkabau tergolong salah satu yang tertua di Indonesia dan turut


andil dalam perjuangan memperoleh kemerdekaan Komang sejauh ini belum
ada yang mengangkat sejarahnya secara spesifik disini yang disorot adalah

5
periode awal sewaktu percuma terbarat terbentuk sampai masa kemerdekaan
republik Indonesia.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana sejarah berdirinya suku minangkabau?


2. Apa saja unsur kebudayaan yang ada di suku minangkabau?
3. Bagaimana ciri khas dari suku minangkabau?
4. Bagaimana adat istiadat yang ada di suku minangkabau?

1.3 Tujuan Penulisan Makalah

1. Untuk mengetahui sejarah berdirinya suku minangkabau


2. Untuk mengetahui berbagai macam kebudayaan yang ada di suku
minangkabau
3. Menjelaskan ciri khas dari suku minangkabau
4. Untuk mengetahui berbagai macam adat istiadat yang ada di suku
minangkabau

6
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Suku Minangkabau

Provinsi Sumatera barat sangat identik dengan alam Minangkabau


suku Minangkabau bangga akan adat istiadatnya berpikiran jauh ke depan
dan merupakan pemeluk Islam yang taat. Sistem sosial mereka sangat
berbeda dengan daerah lain. Posisi Minangkabau dalam terbentuknya
bangsa Indonesia tergolong krusial, sehingga Minangkabau layak disebut
sebagai etnis yang paling berpengaruh di Indonesia titik kontribusi orang
Minang dalam pembangunan semangat kebangsaan Indonesia dan
kepemimpinan masa kemerdekaan Indonesia cukup penting.

Beberapa orang dari etnis Minang menjadi pemimpin sejak


kemerdekaan Indonesia titik kontribusi signifikan mereka dalam semangat
kemerdekaan bukan hanya dikarenakan iklim intelektual dan kesadaran
sosial masyarakatnya namun juga propaganda melalui media massa.
Taktik politik devide at impera yang sukses diterapkan Belanda di wilayah
lain Indonesia, mengalami kegagalan di Sumatera barat atau tanah
Minangkabau titik suatu kali Belanda menawarkan otonomi khusus bagi
Minangkabau tetapi ditolak oleh masyarakat Minangkabau titik di masa
kini tanah Minangkabau menjadi kawasan administratif dengan nama
resmi provinsi Sumatera barat titik tidak jelas alasan alasan pemerintah
Indonesia memilih nama tersebut meskipun hanya menjadi nama
administratif penamaan banyak provinsi di pulau Sumatera memang agak
membingungkan titik Sumatera Utara misalnya terletak di bagian Utara
Sumatera serta mencakup Medan wilayah Batak dan pulau Nias tetapi

7
tidak meliputi ujung Sumatera sebelah utara yaitu Aceh. Selain itu
Sumatera Selatan tidak cakep ujung Sumatera sebelah selatan yakni
Lampung.

200 tahun silam William marsden menjelaskan lokasi pulau


Sumatera yang membingungkan ini pada dasarnya orientasi pulau itulah
yang menimbulkan kebingungan posisi Sumatera membentuk sudut 45
derajat oleh karena sebab itu ahli geografi menemui kesulitan menentukan
apakah Sumatera terbentang dari timur ke barat atau dari utara ke selatan.
Garis pantainya yang berbatasan dengan samudra Hindia terkadang
disebut pantai Selatan dan adakalanya disebut pantai barat Sumatera.

Pada tahun 1950 dilakukan diskusi guna menentukan lokasi pulau


Sumatera dari diskusi tersebut diputuskanlah bahwa Sumatera terbentang
dari utara ke selatan berhubung pemerintah pusat ingin menghindari atau
mengurangi katane nasional dengan rasa kedaerahan ditetapkanlah bahwa
nama provinsi di sungai kan dengan orientasi arahnya yaitu Sumatera
Utara, Sumatera barat, dan seterusnya akan tetapi Aceh menolak di satu
wilayah kan dengan Batak di kawasan Sumatera Utara lalu mengajukan
permohonan pada pemerintah pusat agar dijadikan daerah khusus.

Tambang emas yang terletak di Minangkabau menjadikan Sumatera


yang juga disebut suwarnadwipa atau pulau emas terkenal. Tambang
tambang emas tersebut serta lada yang pertama kali menarik kedatangan
Portugis yang kemudian disusul oleh Belanda ke Sumatera barat namun
mereka hanya mampu memasuki pantai timur Sumatera dan tidak dapat
mengalahkan dataran tinggi Minangkabau.

Tulisan yang terukir di batu serta memakai abjad Hindi dan berasal
dari kebudayaan hindu-budha zaman Sriwijaya dan Melayu menuturkan
kisah tentang Sultan sungai emas yang mengirimkan emas melalui
perairan Indragiri dan Siak kedua sungai ini mengalir dari dataran tinggi
Minangkabau ke pantai barat Sumatera disebut pula bahwa etnis
Minangkabau lah yang pertama kali mendiami ibukota kerajaan Sriwijaya
di dekat Palembang kerajaan Minangkabau kaya akan emas dan menopang
kerajaan Sriwijaya selama abad ke-7 masehi yakni masa kejayaan
buddhisme.

Minangkabau dikenal karena semangat anti kolonialisme Nya serta


terdiri atas muslim konservatif yang berpendidikan tinggi kemudian orang
Minang diterima sebagai pemimpin ketika Indonesia merdeka dari 4 orang

8
yang dianggap perintis kemerdekaan Indonesia yakni Soekarno
Muhammad Hatta Sutan Syahrir dan Amir Syarifudin di antaranya dari
etnis Minangkabau titik ketika Jogjakarta berstatus ibukota bahkan
Belanda memandang para pemimpin bangsa Indonesia di Jogja sebagai
pemerintahan Minangkabau lalu ketika Jogjakarta diduduki Belanda, kota
Bukittinggi menjadi ibukota sementara republik Indonesia Belanda
berhasil menduduki Bukittinggi pada tahun 1948.

2.2 Kebudayaan Suku Minangkabau

Seperti halnya kebudayaan dalam suku bangsa lain di


berbagai daerah, kebudayaan di Minangkabau juga terbentuk dari
sistem religi, pengetahuan, sistem kemasyarakatan, bahasa, kesenian,
mata pencaharian, serta sistem teknologi peralatan. Hal mendasar
dalam ketujuh unsur tersebut dalam budaya Minangkabau adalah
sistem religi. Sistem religi menjadi penopang sistem pengetahuan dan
unsur lain.

Awalnya menurut sejarah tradisi Minang hanya ada satu nur


Muhammad yang menjadi media Allah menciptakan alam semesta dan
manusia pertama dalam kesatuan transcendental dan universal inilah alam
Minangkabau berada, dimulai dengan mendaratnya leluhur pertama di
gunung Merapi yang saat itu dikelilingi air titik sejarah Minangkabau
berawal sebelum air surut, sebelum permukaan bumi naik tajam, sebelum
penghuninya bertambah titik ketika air surut, kediaman kediaman baru
dibangun, dan akhirnya kawasan 30 a, yang menjadi tempat lahirnya suku
Minangkabau pun berpenduduk.

9
Suku Minangkabau terus melakukan penjelajahan wilayah dan
mendirikan kediaman baru di luar tanah kelahiran. Kawasan-kawasan baru
ini disebut rantau titik secara geografis rantau bertambah luas seiring
dengan peningkatan jumlah orang Minang. Tanah kelahiran yang statis
dan rantau yang terus meluas sama-sama menjadi bagian alam
Minangkabau.

Alam Minangkabau sendiri merupakan himpunan beberapa


kawasan yang lebih kecil disebut negara masing-masing nagari
membentuk suatu komunitas politik mandiri yang memiliki balai ke
masjid, jalan raya dan tempat pemandian umum sendiri dalam teori adat
Minangkabau suatu negeri dipandang sebagai jenis kediaman yang paling
berkembang batasnya jelas dan wilayah komunikasinya diakui semua
negeri menganut nilai dan norma adat yang sama namun pada saat yang
bersamaan, negeri merupakan alam yang lebih kecil dan memandang
sesama negeri sebagai rantaunya, sehingga otomatis menjadi kawasan
yang perlu ditelusuri titik dalam konteks ini merantau secara sederhana
dapat diartikan meninggalkan negeri sendiri.

Cara pandang Minangkabau meliputi tradisi politik asli para


penghulu dan raja bertindak sebagai pimpinan beberapa keluarga
matrilineal dan bertugas menangani urusan urusan dalam negeri dikotomi
sistem politik ini dijembatani oleh tradisi asal koto Piliang dan bodi
caniago yang berdampingan koto Piliang menganut kedudukan penghulu
secara hierarkis sedangkan bodi caniago memandang setara semua
penghulu lain dengan tanah asal rantau negeri dipimpin oleh raja
perwakilan kerajaan yang tinggal di tanah kelahiran.

Fungsi terpenting rantau bukanlah tumpuan keluarga kerajaan


melainkan sebagai gerbang masuk dan keluar dunia luar titik sejarah
Minangkabau memperlihatkan peran rantau selaku sumber pengaruh luar
yang dikombinasikan dengan alam yang sudah ada pengaruh demikian itu
paling signifikan ketika membaur dengan potensi-potensi yang telah ada di
alam sendiri penggabungan kerajaan di alam asli yang berdasarkan
kepemimpinan penghulu dipermudah oleh tradisi hierarki lama di struktur
politik tertentu sehingga unsur baru mudah berbaur dengan sistem lama
meresapnya nilai-nilai Islam dalam sistem keyakinan dan struktur sosial
Minangkabau tidak menggantikan ada titik yang terjadi justru
memperkaya alam Minangkabau titik melalui eksplorasi
berkesinambungan potensi-potensi alam terkuak, dan unsur luar pun

10
berbaur. Namun unsur-unsur asli tetap terlihat bukan sejenis asimilasi total
yang menghapus sepenuhnya elemen-elemen lama.

Dalam konteks tradisi unsur baru dapat diterima apabila memenuhi


persyaratan tertentu unsur tersebut harus diperkenalkan melalui pola
hierarki sosial yang telah mapan dan akhirnya di mufakat i penghulu ini
memastikan unsur baru itu tidak menyebabkan perubahan pada landasan
utama adat lebih jauh lagi inovasi ini harus masuk akal dan patut secara
moral contohnya membuka sawah di pekarangan orang lain masuk akal
tapi apakah itu patut membuka sawah di puncak gunung memang patut
namun mungkinkah itu dilakukan apabila pernyataan-pernyataan tersebut
tidak terpenuhi unsur baru bisa saja mengganggu harmoni sosial dan alam
tidak berkembang sebagaimana mestinya.

Minangkabau sering lebih dikenal sebagai bentuk kebudayaan


daripada bentuk negara atau kerajaan yang pernah ada dalam sejarah
(Navis, 1986: 1) Prinsip-prinsip Kebudayaan Minangkabau itu dapat
ditemukan dalam “Tambo” yang secara turun-temurun diwariskan melalui
penuturan (lisan). Tambo adalah suatu karya sastra sejarah, suatu karya
sastera yang menceritakan sejarah (asal usul) suku bangsa, asal usul negeri
dan adat istiadatnya, yaitu Minangkabau. Karya sastera sejarah ini dapat
juga disebut historiografi tradisional, penulisan sejarah suatu negeri
berdasarkan kepercayaan masyarakat turun temurun (Djamaris, 1991: 1).

2.3 Ciri Khas Suku Minangkabau

Suku minangkabau terkenal dengan berbagai macam ciri khasnya


tersendiri yang sangat identik diantara ciri khas tersebut ialah sebagai
berikut :

2.3.1 Bahasa Minangkabau

Budi Bahasa Minang sebagai Cermin Identitas Diri


Urang Minang Bahasa Minangkabau adalah ciri identitas
lokalitas Minangkabau. Bahasa daerah Minangkabau adalah

11
bahasa ibu masyarakat Minangkabau, digunakan sebagai
pengantar dalam komunikasi sehari-hari, di luar dari
penggunaan bahasa nasional. Sebagai bahasa ibu, suku
Minangkabau memperoleh bahasa Minangkabau secara alamiah
tanpa proses belajar di sekolah seperti halnya bahasa kedua.
Tentu sebagai bahasa ibu, bahasa Minangkabau menjadi penciri
identitas kolektif suku dan perekat hubungan kekerabatan.
Dalam konteks kultural, bahasa daerah Minangkabau adalah
satu bagian kearifan lokal suku Minangkabau. Dalam
penerapannya di tengah masyarakat Minangkabau, bahasa
tersebut mengandung banyak ajaran falsafah kehidupan,
khususnya tentang tata cara berkomunikasi antarindividu dan
antarkelompok yang dilandasi kebijakan dan kearifan adat.

2.3.2 Kepercayaan Suku Minangkabau

Suku Minangkabau dikenal sebagai suku yang memiliki


budaya tinggi dan karakteristik yang kuat, masyarakat
Minangkabau juga mempunyai institusi yang mapan untuk
menopang pola hidup dan tingkah laku anggota masyarakatnya.
Bukan hanya budaya dan adat istiadatnya pula namun ada juga
sistem kepercayaan serta agama yang dianut dalam suku
Minangkabau ini.

Adat sebagai doktrin sosial masyarakat Minangkabau


berlaku universal. Sebagaimana petatah minang, Jikok dibalun
sabalun kuku (Seandainya digumpal sekecil kuku), Jikok
dikambang saleba alam(Kalau digelar selebar alam), Walau
sagadang bijo labu (Walau sebesar biji labu), Bumi jo langik ado di
dalam (Bumi dan langit ada di dalam).hingga pada kahirnya Islam
datang ke Minangkabau membawa perubahan budaya. Akulturasi
Islam dan adat terjadi bukan tanpa perjuangan. Perang Padri
menjadi bukti sejarah bahwa Islam sebenarnya dapat diterima di
komunitas budaya Minangkabau tanpa harus mengubah tatanan
yang telah ada.

Beberapa bukti arkeologis menunjukkan masyarakat awal


Minangkabau pernah memeluk agama Buddha pada masa kejayaan
Kerajaan Sriwijaya, Dharmasraya, hingga masa pemerintahan
Asityawarman dan anaknya Ananggawarman. Setelah itu, muncul

12
Kerajaan Pagaruyung yang menganut agama Islam dan
menggunakan hukum Islam dalam sistem pemerintahannya.

Sekitar tahun 1803, Haji Sumanik, Haji Miskin, dan Haji


Piobang datang dari Mekkah. Ketiganya memainkan peranan
penting dalam penyebaran agama Islam dan penegakan hukum
Islam di pedalaman Minangkabau.

Pada pertengahan abad ke-7 M, agama Islam sudah mulai


memasuki Minangkabau. Masuknya agama Islam itu ada yang
secara langsung dibawa oleh pedagang Arab dan ada yang dibawa
oleh pedagang India atau lainnya. Perkembangan yang demikian
berlangsung agak lama karena terbentur kepentingan
perkembangan politik Cina dan agama Buddha.

Sejak masuknya Islam ke Minangkabau, maka mulailah


terjadi pergumulan antara adat dan agama di ranah Minang,
sehingga melahirkan kesaksian adat bersendi syarak, syarak
bersendi kitabullah. Untuk sampai pada kesaksian ini, ada beberapa
fase yang dilalui:

- Fase pertama, Rumah basandi batu. Adat basandi alua patuik


Artinya, dasar falsafah Minang pada fase ini murni dari alam
dengan landasan rasio atau akal.
- Fase kedua, Adat basandi syarak, Syarak basandi adat, bak aua
jo tabiang, sanda manyanda kaduonyo. Artinya, pada fase ini
Islam sudah mulai berpengaruh, tetapi baru setengah-setengah.
- Fase ketiga, Adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah.
Artinya, pada fase ini tidak ada lagi perdebatan antara adat dan
syarak atau agama. Orang Minang telah menyadari bahwa
Islam hadir untuk mereka sebagai rahmat dari Tuhan.

Saat ini, agama Islam telah mengakar pada adat istiadat


Minangkabau. Jika ada anggota masyarakat Minang yang keluar
dari agama, maka yang bersangkutan secara langsung dianggap
keluar dari masyarakat Minang. Tradisi ini disebut dengan
“dibuang sepanjang adat”. Ia akan dikucilkan dari pergaulan dan
tidak diperbolehkan mengikuti kegiatan adat. Namun biasanya
masih diperbolehkan tinggal di wilayah tersebut.

13
Hukuman “dibuang sepanjang adat” juga akan diberikan
kepada anggota masyarakat yang melakukan kesalahan adat
lainnya, misalnya merampok, berzina, hingga membunuh. Mereka
akan dibuang dalam jangka waktu tertentu, bahkan hingga tak
terbatas.

2.3.3 Baju Adat Minangkabau

Pakaian tradisional khas Minangkabau dikenal dengan


nama Bundo Kanduang atau juga disebut Limpapeh Rumah Nan
Gadang. Keunikan pakaian ini terdapat pada bentuk penutup
kepala yang menyerupai tanduk kerbau atau atap dari rumah
gadang. Bundo Kanduang adalah baju tradisional Minangkabau
yang dikenakan oleh perempuan Minang yang telah menikah.
Sedangkan untuk acara adat lain seperti pernikahan menggunakan
pakaian tradisional lainnya.

Berikut adalah pakaian tradisional wanita Minangkabau,


terdiri dari Pakaian Limpapeh Rumah Nan Gadang, Tingkuluak
(Tengkuluk), Baju Batabue, Lambak, Salempang dan Perhiasan.
Sedangkan baju tradisional pria Minangkabau terdiri dari Deta,
Baju, Sarawa, Sasampiang, Cawek, Sandang, Keris dan Tongkat.

Pakaian Bundo Kanduang berasal dari Sumatera Barat,


tepatnya Minangkabau. Pakaian adat ini biasanya digunakan oleh
wanita yang sudah menikah dan merupakan simbol akan peran
penting seorang ibu di dalam keluarga. Nama lain baju adat ini
adalah Limpapeh Rumah Nan Gadang. Istilah ‘limpapeh’ memiliki
arti tiang tengah pada bangunan rumah adat di Sumatera Barat.

Sesuai artinya, peran limpapeh sangat penting agar


bangunan rumah gadang dapat kokoh, apabila limpapeh roboh
maka rumah gadang juga akan roboh. Itu artinya peran ibu dalam
sebuah keluarga sangatlah penting karena beliau berperan dalam
mengurus rumah tangga. Apabila ibu tidak pandai dalam mengurus
rumah tangganya maka keluarga juga tidak bisa bertahan lama.

Istilah lambak merujuk pada perlengkapan pakaian adat


Bundo Kanduang bagian bawah. Lambak biasa disebut dengan
sarung namun terbuat dari songket maupun berikat. Fungsi sarung
atau lambak yakni sebagai penutup bagian bawah untuk wanita.

14
Cara memakainya dengan diikatkan ke bagian pinggang
dengan belahan yang disusun di bagian depan, belakang, atau
samping tergantung dengan desa/nigari mana yang memakai
pakaian adat tersebut. Kain yang digunakan yakni kain balapak
dengan sulaman benang emas serta tenunan Pandai Sikat.

Makna tingkuluak atau tengkuluk yakni penutup kepala


yang bentuknya menyerupai atap rumah gadang atau kepala
kerbau. Aksesoris satu ini merupakan ciri khas pakaian adat
Minangkabau yang paling kentara. Bahan yang digunakan
tingkuluak yakni kain selendang. Biasanya tingkuluak digunakan
ketika upacara adat maupun sehari-hari.

Minsie merupakan aksesoris yang biasanya digunakan oleh


wanita di bagian tepi lengan dan leher. Aksesoris tersebut berupa
sulaman yang terleak di tepi baju dan terbuat dari benang emas.
Minsie adalah simbol bahwa wanita Minangkabau harus patuh
terhadap batasan-batasan tertentu dalam hukum adat.

Salempang adalah pelengkap dalam pakaian adat Bundo


Kanduang yang khusus digunakan oleh wanita yang sudah
menikah. Makna salempang yaitu siap menjadi ibu serta nenek
yang bisa menyampaikan suri tauladan untuk anak cucunya dengan
baik. Pelengkap pakaian adat tersebut terbuat dari songket.

Salempang diletakkan di bagian Pundak. Simbol salempang


menyiratkan makna bahwa wanita harus lebih waspada terhadap
segala kondisi dan mempunyai welas asih terhadap anak dan
cucunya. Bentuk salendang yakni empat persegi panjang dengan
warna merah dengan ATBM di benang katunnya.

Baju batubue merupakan pakaian adat Minangkabau berupa


baju kurung atau naju yang digunakan sebagai baju atasan. Baju ini
disebut juga dengan baju bertabur karena hiasan bajunya bertabur
pernik-pernik sulaman yang terbuat dari benang emas. Pernik-
pernik tersebut adalah simbol atau lambang dari kekayaan alam
yang berlimpah di tanah Minang. Motif atau coraknya taburan
benang emasnya tidak hanya satu, namun beraneka ragam yang
mengisyaratkan bahwa tanah Minang gemah ripah lan jinawi. Ada
empat variasi warna yang terdapat pada baju batubue. Warna-
warna tersebut antara lain: hitam, merah, biru, serta lembayung.

15
Bagian leher dan tepi lengannya terdapat hiasan yang biasa disebut
Minsie.

Perhiasan pada pakaian adat Minangkabau merupakan


pelengkap pakaian adat Minangkabau yang sama seperti adat
lainnya. Terdapat tambahan beberapa aksesoris seperti kalung,
cincin, dan lain-lain. Terdapat juga aksesoris berupa dukuh
panyiaram yang merupakan simbol bahwa segala sesuatu yang
dilakukan wanita harus disesuaikan dengan azas lingkaran
kebenaran.

Ada beragam motif perhiasan yang digunakan seperti


galang rago-rago, galang bapahek, galang ula, galang basa, serta
kunci maiek. Makna pemakaian perhiasan tersebut yakni wanita
mempunyai berbagai batasan tertentu ketika melakukan apapun
jenis aktivitasnya. Perhiasan pakaian adat Minangkabau hanya
digunakan oleh wanita saja.

Baju adat suku minangkabau :

2.3.4 Rumah Adat Minangkabau

Rumah Gadang berasal dari Provinsi Sumatera Barat yang


merupakan rumah adat khas Minangkabau. Seperti warisan budaya
lainnya, Rumah Gadang pun memiliki legenda dan maknanya
tersendiri. Bagian paling mencolok dari rumah gadang adalah
atapnya yang berbentuk tanduk runcing. Kabarnya sih, bentuk tanduk
kerbau tersebut merupakan simbol kemenangan adu kerbau raja
Minangkabau melawan kerbau raja di Jawa. Sejak saat itu, tanduk
kerbau menjadi penanda kejayaan Minangkabau.

16
Selain cerita tersebut, versi lain menyebutkan kalau atap
berbentuk tanduk di Rumah adat minangkabau ini terinspirasi dari
bentuk kapal “Lancang” yang melintasi Sungai Kampar. Saat tiba di
muara sungai, kapal diangkat ke daratan dan diberikan atap dengan
menggunakan tiang layar yang diikat dengan tali.

Namun karena bebannya berat, maka tiang pun menjadi


miring dan melengkung yang serupa dengan gojong (bagian lancip di
atap Rumah Gadang). Nah, akhirnya, kapal pun berubah fungsi
menjadi Rumah Gadang yang kini menjadi kediaman bagi orang-
orang Minang.

Selain arsitekturnya yang penuh dengan nilai fungsional,


Rumah Gadang juga tampak begitu menawan dengan dipenuhi ukiran
ornamen berbagai motif. Memang, tembok bagian depan rumah
biasanya terbuat dari papan yang disusun secara vertikal dan
memiliki ukiran indah.
Beragam motif menghiasi rumah khas ini, mulai dari akar,
bunga, daun, bidang empat persegi, hingga pola melingkar yang
saling bertautan. Perpaduan ornamen dan desain arsitektur yang
menakjubkan menjadikan rumah Gadang sebagai karya budaya yang
megah dengan keindahan tradisional tiada tara.

Sebagai daerah rawan Gempa, Sumatera Barat memang


membutuhkan desain arsitektur khusus agar meminimalisir dampak
bencana. Karena itulah, Rumah Gadang dibangun dengan ditopang
tiang-tiang panjang yang menjulang ke atas dan tidak mudah rusak
karena goncangan. Tiang rumah gadang tidak dibenamkan ke dalam
tanah, justru hanya bertumpu pada batu datar. Selain itu, sambungan
tiang dan kasau besar juga tidak menggunakan paku, cukup dengan
pasak yang juga bermaterial kayu. Makanya, saat gempa terjadi,
Rumah Gadang akan bergeser dengan fleksibel sehingga lebih tahan
terhadap gempa.

Rumah Gadang memiliki ruangan yang berbentuk persegi


panjang dan terdiri dari lanjar (ruas dari depan ke belakang) dan
ruang lepas yang dibagi menurut batas tiang. Secara berbanjar, tiang
disusun dari depan ke belakang dan dari kiri ke kanan sehingga
tampak tertata rapi. Adapun lanjar di Rumah Gadang bervariasi
sesuai dengan luas rumah, tetapi biasanya berjumlah ganjil antara
tiga hingga sebelas.

17
Bagian depan rumah ini memiliki Rangkian berupa bangunan
berbentuk bujur sangkar dan beratap ijuk bergonjong yang berfungsi
sebagai tempat menyimpan padi. Sementara itu, terdapat pula anjung
atau anjuang sebagai tempat upacara pernikahan atau keagamaan di
bagian kiri atau kana rumah. Dapur pun dibangun secara terpisah
pada bagian belakang rumah.

Semua bagian di dalam rumah ini sepertinya tak terlepas dari


nilai-nilai filosofis, termasuk tangga pada pintu masuk. Posisi tangga
untuk memasuki rumah berada di pintu depan dan tidak boleh lebih
dari satu. Makna satu tangga tersebut dianggap berkaitan dengan
prinsip ajaran agama Islam yang menjadi agama mayoritas di
kalangan Suku Minangkabau. Sesuai dengan nilai Islam, yaitu
percaya pada satu Tuhan, Tuhan yang Maha Esa.

Selain tangga, empat tiang utama atau tonggak tuo Rumah


Gadang juga memiliki nilai spesial. Mendirikan tiang utama tersebut
dimaksudkan sebagai menegakkan kebesaran. Tiang tersebut
memang berdiameter besar yang berasal dari pohon juha panjang.
Batang pohon yang dijadikan tonggak tuo pun harus melalui berbagai
prosesi, seperti direndam di dalam kolam selama bertahun-tahun.
Proses perendaman pun menjadikan tiang utama menjadi sangat kuat,
anti rayap, dan dapat lebih awet hingga ratusan tahun.

Rumah Gadang

18
.3.5 Makanan Minangkabau

Kuliner di pulau sumatera memang sangatlah kaya akan


rempah sehingga cita rasanya khas dan lezat, salah satu makanan
khas Sumatera Barat yang juga mendunia karena kelezatannya adalah
daging rendang, yang menjadi makanan terlezat di dunia menurut
survey yang pernah dilakukan beberapa tahun yang lalu. Selain
rendang, ada beberapa makanan lainnya yang tidak kalah enak :

- Nasi Kapau adalah nasi, sambal dan beberapa jenis lauk pauk
khas Kapau, beberapa lauk yang biasanya disajikan dengan
nasi kapau adalah gulai tunjang atau urat kaki sapi atau kaki
kerbau, gulai tulang daging sapi atau daging kerbau dan juga
gulai bebek. Selain lauk juga biasanya disajikan dengan sayur
nangka. Membuat kuliner yang satu ini juga harus
menggunakan beras pilihan, biasanya beras dengan kualitas
terbaik yang bisa didapatkan di Bukittinggi atau Agam.

Nasi Kapau

- Kalio baluik Kuliner yang satu ini juga memiliki tekstur yang
lengket dan basah dan beraroma seperti karamel, sementara
rendang cenderung lebih kering dengan tekstur yang kasar dan
aroma rempah yang khas. Biasanya kuliner ini bisa Anda
dapatkan di beberapa rumah makan padang di luar Sumater
Barat karena proses memasaknya lebih singkat dibandingkan
dengan rendang, menyebabkan kuliner yang satu ini lebih
praktis dan juga lebih ekonomis untuk disajikan di rumah
makan.

19
Kalio Baluik
- Lamang Tapai adalah jenis jajanan yang legit berasal dari
Sumatera Barat dengan berbahan dasar ketan. Beras ketan yang
dimasak dengan santan kelapa dam bambu mudah yang
kemudian dibakar di atas bara api, membuat ciri khas rasanya
sangat unik dan enak, jajanan yang satu ini biasanya disajikan
dengan tape ketan hitam.

Lamang Tapai

- Lompong sagu adalah kue yang lezat berbahan dasar sagu,


dengan campurang pisang gepok, gula merah dan kelapa parut.
Semua adonan dibungkus daun pisang dan dipanggang sampai
matang, lompong sagu biasanya disantap dengan parutan
kelapa, tekstur yang lembut dan kenyal ini sangat lezat disantap
saat masih hangat.

Lompong Sagu

20
- gulai dari olahan bebek, gulai bebek ini menggunakan bebek
yang usianya sekitar 6 bulan sehingga teksturnya sangat empuk
dan lembut sangat nikmat untuk dikonsumsi. Seperti yang
sudah kita ketahui bahwa kuliner bebek sering kali tidak
diminati karena disajikan bebek yang tua sehingga rasa daging
yang keras membuat selera makan berkurang, namun tidak
untuk kuliner Gulai Itiak yang menggunakan bebek yang masih
muda sehingga dagingnya pun masih sangat empuk. Bebek
yang sudah dibersihkan kemudian dipotong ukuran yang sesuai
selera dan diolah dengan dengan rempah-rempah pilihan
seperti lengkuas, kunyit, bawang putih, cabai hijau dan bawang
merah, bumbu dibiarkan semalam sehingga meresap sampai
kedalam daging yang akan membuat rasa dari makanan ini
sangat lezat.

Gulai Itiak Bebek

- Bubur kampiun adalah makanan khas Bukittinggi yang terbuat


dari campuran ketan putih dan bubut sumsum, bubur ketan
hitam, bubur kacang hijau, bubur candil dan kolak pisang atau
juga ubi, semua bahan di kukus dan disajikan menjadi satu,
bisa dibayangkan kenikmatannya. Sensasi merasakan 6 jenis
bubur dicampur dan disantap bersama, menciptakan rasa yang
unik karena beberapa jenis bubur menjadi satu jenis makanan,
rasa gurih, manis menjadi rasa dominan dari bubur Kampiun
ini. Karena bubur ini gabungan dari beberapa bubur yang enak,
bubur ini terbilang rumit untuk dibuat, karena harus
menyiapkan beberapa jenis bubur sekaligus, sehingga bubur ini

21
biasanya menjadi salah satu menu makanan yang sangat mudah
ditemukan saat bulan Ramadhan.

Bubur Kampiun

- Sala Lauak kuliner ini berbahan dasar bakso, bakso yang


biasanya disajikan dengan cara dikukus atau direbus, kali ini
bakso disajikan dengan cara digoreng. Berbahan daging
ikanyang dihaluskan yang kemudian dicampur dengan adonan
tepung yang kemudian di goreng kering. Rasanya renyah khas
dari kuliner yang digoreng tetapi lembut didalam karena
berbahan dasar daging ikan segar, rasa khas rempah juga sangat
terasa saat menggigit makanan satu ini khususnya rasa rempang
kunyit yang terasa menambah kenikmatan kuliner khas
Minangkabau yang satu ini. Kuliner ini bisa dimakan saat
santai dengan tambahan sambal. Bentuknya sangat menarik
berbentuk bola dengan warna keemasan, makanan ini juga
sering dijadikan cemilan lezat.

Sala Lauak

- daging dendeng diolah dengan bumbu balado. Inilah salah satu


makanan khas di Minangkabau yang enak, dendeng balado ini
diolah dengan berbagai bumbu dan rempah pilhan seperti

22
bawang merah, cabai merah, dan lainnya. Bumbu cabai dan
bawang merah ditumis harum dan di berikan garam
secukupnya kemudian disiram di daging dendeng yaitu daging
sapi yang di iris tipis lebar dan kering yang sudah dijemur.
Kuliner yang satu ini memang menjadi salah satu kuliner yang
lezat dan sayang untuk dilewati.

Dendeng sapi

2.3.6 Karakteristik Suku Minangkabau

Filosofi Minangkabau menyebutkan adanya ada enam jenis


manusia berdasarkan karakternya, yaitu pertama disebut dengan
orang. Kedua disebut dengan orang-orang. Ketiga disebut dengan
orang tampan. Keempat disebut orang yang angkuh atau sombong.
Kelima dinamakan dengan orang-orangan (Bahasa Jawa: memedi
sawah). Keenam disebut dengan manusia seutuhnya (insan kamil).
Karakter manusia tersebut di atas dapat dijelaskan sebagai berikut.
Urang ; artinya tahu membedakan mana yang baik dan yang buruk,
tahu membedakan mana yang tinggi dan yang rendah. Karakter
urang ini dinamakan juga sebagai orang biasa, mengacu pada
perilaku orang pada umumnya, dikatakan juga sebagai manusia
normal yang memiliki perilaku standar. Urang-urang; artinya
bentuknya atau fisiknya saja yang menyerupai manusia, namun ia
tidak memiliki pengetahuan yang memadai, ia seperti anak kecil
yang belum tahu apa-apa. Tampan Urang; artinya seseorang yang
kalau dilihat atau diamati dari jauh, bentuknya seperti manusia
sesungguhnya, gagah penampilan fisik meyakinkan, namun belum
jelas akhlak atau moralnya, sehingga belum dapat dipercaya atau
diyakini moralitasnya. Angkuah-angkuah urang; artinya seseorang

23
yang diibaratkan seperti patung (robot). Hidupnya ditentukan oleh
orang lain (pasif), sehingga ia tidak mempunyai pendirian. Otaknya
digambarkan seperti “otak udang”, “benaknya di jempol kaki”. Otak
udang dan benak di jempol kaki merupakan sebuah ungkapan,
metafor yang merupakan sebuah bentuk analogi tentang orang yang
sangat bodoh. Urang-urangan; artinya bukan manusia tetapi hanya
menyerupai manusia seperti memedi sawah untuk menakut-nakuti
burung. Kalau ditarik ia bergerak, kalau tidak ia diam saja. Urang-
urangan disini mengacu pada sejenis benda yang dibuat mirip orang
untuk menakut-nakuti burung yang dianggap sebagai hama di sawah.
Penggunaan metafor untuk penyebutan orang-orangan dimaksudkan
sebagai analogi untuk benda menyerupai orang yang berfungsi
sebagai substitusi orang dalam arti sebenarnya, sehingga binatang
seperti burung menjadi takut lantaran mengira benda itu sebagai
manusia yang sesungguhnya. Urang Sabana urang; artinya
seseorang yang mengetahui perihal awal dan akhir, tahu tentang lahir
& batin, peka terhadap persoalan yang berkembang di sekitarnya,
punya rasa malu dan sopan santun, bisa merasakan sesuatu dan
punya rasa ingin tahu untuk memeriksa lebih lanjut (tahu jo raso
pareso). Ia digambarkan sebagai orang yang cerdik cendekia, arif
bijaksana, berakhlak mulia, banyak ilmunya. Orang seperti ini
memenuhi syarat sebagai manusia bermartabat. Hidupnya menjadi
suri teladan bagi orang disekitarnya. (Madjoindo, 1999: 57).

2.4 Adat Istiadat Suku Minangkabau

- Upacara Tabuik merupakan salah satu tradisi yang dilakukan


masyarakat Minangkabau (Sumatera Barat) dalam rangka memperingati
wafatnya Hassan dan Hussein, cucu Nabi Muhammad SAW.
Berdasarkan sejarah tradisi Tabuik pertama kali dibawa dan dikenalkan
oleh tentara Tamil yang berasal dari India pada tahun 1831. Prosesi ini
biasanya dilakukan selama satu minggu dengan perayaan puncak yang
dinamakan “Hoyak Tabuik” yang dilaksanakan pada tanggal 10
Muharram setiap tahun di Pariman. Adapun makna dilakukannya
Tabuik yaitu sebagai pengusungan jenazah. Perlu diketahui bahwa
tradisi Tabuik awalnya merupakan adat Syi’ah namun seiring
berjalannya waktu penganut Sunni juga ikut melaksanakan upacara
Tabuik ini. Peringatan hari Asyura biasanya dilakukan di Pariaman
dengan prosesi pelabuhan tabuik ke laut lepas. Bagi masyarakat Minang

24
tradisi Tabuik sangatlah penting karena untuk menghormati keluarga
Nabi Muhammad SAW.

Hoyak Tabuik

- Batagak panghulu merupakan upacara adat Minang dalam rangka


pengangkatan dan peresmian seseorang menjadi penghulu. Peresmian
penghulu tidak dapat dilakukan oleh keluarga yang berkaitan akan
tetapi peresmian ini harus berpedoman pada pepatah adat “mangkek
rajo, sakoto alam, maangkek penghulu sakoto kaum”. Ada beberapa hal
yang harus di perhatikan dalam upacara peresmian, antara lain:
- Baniah ialah menentukan calon penghulu baru.
- Dituah Cilakoy ialah dibicangkan baik buruknya calon dalam
sebuah rapat.
- Panyarahan Baniah yaitu penyerahan calon penghulu baru.
- Manakok Ari yaitu perencanaan kapan acara peresmiannya
dilangsungkan.

Biasanya peresmian penghulu dimulai dengan dengan rapat atau


mufakat, setelah itu dibawa ke halaman, maksudnya dibawa masalahnya
ke dalam kampung lalu diangkat ke tingkat suku dan akhirnya dibawa ke
dalam Kerapatan Adat Nagari (KAN). Peresmian pengangkatan penghulu
sendiri dilakukan dengan upacara adat, upacara ini dinamakan malewakan
gala. Biasanya dihari pertama para tertua menyampaikan pidato, lalu para
tertua mesangkan deta dan menyisipkan sebilah keris ke penghulu baru
sebagai tanda serah terima jabatan, dan yang terakhir penghulu baru
diambil sumpahnya.

25
Batagak panghulu

- Batagak Rumah merupakan upacara adat suku Minangkabau yang


dilakukan ketika akan mendirikan rumah Gadang. Dalam bahasa Minang,
Gadang mempunyai arti “besar” karena pada kenyataannya rumah ini
memiliki bentuk seperti badan kapal yang membesar keatas, rumah
Gadang juga berjenis rumah panggung, persegi empat. Semua bagian
dalam rumah Gadang adalah ruangan lepas terkecuali kamar tidur. Rumah
Gadang sendiri terbagi atas lanjar yang ditandai oleh tiang. Tiang yang
berurutan daeri depan ke belakang meandai lanjar, sebaliknya tiang dari ke
kanan menandai ruang. Jumlah lanjar biasanya tergantung pada besar atau
kecilnya sebuah rumah, bisa dua, tiga sampai empat. Adapun untuk jumlah
ruangannya selalu bersifat ganjil antara tiga sampai sebelas.

Batagak Rumah

- Dalam tiap masyarakat dengan susunan kekerabatan, perkawinan


memerlukan adaptasi dalam banyak hal, baik itu dari segi asal usul,
kebiasaan hidup, tingkat sosial, tatakrama, bahasa dan pendidikan, karena
beberapa hal tadi merupakan syarat utama dalam perkawinan. Adapun
syarat-syarat lain yang harus diperhatikan, salah satunya menurut Fiony
Sukmasari dalam bukunya yang berjudul Perkawinan Adat Minangkabau
adalah:
- Kedua calon mempelai harus beragama Islam.
- Kedua calon mempelai harus dapat saling menghormati dan
mengahargai orang tua dari keluarga kedua belah pihak.
- Kedua calon tidak memiliki hubungan sedarah maksudnya
tidak berasal dari suku yang sama, terkecuali persukuan itu
berasal dari nagari atau luhak yang lain.

26
- Calon suami harus sudah mempunyai sumber penghasilan
untuk dapat menjamin kelangsungan hidup keluarganya.

Perkawinan yang dilakukan tanpa memenuhi salah satu syarat diatas


diangggap perkawinan . Selain itu masih ada beberapa tatakrama dalam
upacara adat yang harus dipenuhi seperti:

- Pinang Maminang perundingan para kerabat untuk


membicarakan calon suami untuk si gadis ( biasanya acara ini
dilakukan oleh pihak perempuan.
- Batimbang Tando upacara pertunangan
- Malam Bainai adalah acara memerahkan kuku pengantin
dengan daun pacar/inai yan telah di haluskan, yang diinai
adalah kedua puluh kuku jari. Acara ini dilaksanakan di rumah
pengantin wanita.
- Pernikahan, pernikahan biasanya dilaksanakan di hari yang
dianggap paling baik. biasanya kamis atau jumat.
- Manjalang yaitu acara berkunjung, maksudnya kedua
pengantin diiringi kerabat anak daro dan perempuan untuk
mengunjungi jamba, semacam dulang berisi nasi dan lauk
pauk.

- Tradisi turun mandi merupakan upacara adat Minang yang dilaksanakan


dalam rangka perayaan ungkapan rasa syukur kepada Allah SWT karena
telah lahirnya seorang bayi baru kedunia. Tujan dari upacara ini adalah
untuk memperkenalkan kepada masyarakat bahwa telah lahir keturunan
baru dari sebuah keluarga atau kelompok tertentu. Biasanya upacara
dilaksanakan ketika anak sudah menginjak usia 3 bulan. Syarat-syarat
yang harus diperhatikan dalam upacara turun mandi, diantaranya:
- Upacara ini harus dilakukan di batang air (sungai).

27
- Keluarga bayi menyediakan batiah bareh badulang yakni beras
yang digoreng.
- Terdapat sigi kain buruak, obor yang terbuat dari kain koyak
(rusak).
- Menyiapkan tampang karamabia tumbuah (bibit kelapa yang
siap tanam).
- Menyiapkan tangguak (tangguk).
- Menyiapkan palo nasi (yang telah dilumuri dengan arang dan
darah ayam).

- Upacara tamaik kaji (khatam Qur’an) diselanggarakan bila seorang anak


yang telah mengaji di pondok sebelumnya sudah tamat membaca al-
Qur’an. Acara ini diadakan di rumah ibu si anak atau juga bisa di pondok
tempat si anak mengaji, setelah itu si anak akan suruh mengaji dihadapan
seluruh orang yang hadir, dan dilanjutkan dengan acara makan bersama.

- Tradisi Pacu Jawi merupakan salah satu tradisi unik yang menjadi favorit
masyarakat di Sumatera Barat. Tradisi ini sering dilakukan khususnya oleh
masyarakat yang bertempat tinggal di tanah datar seperti; masyarakat di
Kec. Sungai Tarab, Rambatan, Limo kaum, dan Pariangan. Pacu Jawi juga
kerap dilakukan di daerah Kab. Limapuluh Kota dan Payakumbuh.
Sekilas, tradisi Pacu Jawi mirip seperti tradisi Karapan Sapi yang
dilakukan di Madura. Hal yang membedakannya adalah lahan yang
digunakan. Jika Karapan Sapi menggunakan sawah kering sebagai tempat

28
festivalnya, berbeda dengan Pacu Jawi yang menggunakan sawah yang
basah dan berlumpur. Perbedaan lainnya yaitu untuk mempercepat lari
sapi, jika biasanya joki Karapan Sapi menggunakan tongkat, Beda dengan
joki Pacu Jawi yang hanya menggigit ekor sapi. Biasanya tradisi Pacu Jawi
ini dilakukan setiap setahun sekali yang diselanggarakan secara bergiliran
selama empat minggu di empat kecamatan di Kabupaten Tanah Datar.

- Pacu Itiak atau Pacu Bebak merupakan tradisi yang berasal dari daerah
Sumatera Barat khususnya di daerah Payakumbuh dan Limapuluh Kota.
Biasanya festival Pacu Itiak ini dilaksanakan di 11 tempat yang berbeda di
Kota Payakumbuh dan Kab. Limapuluh Kota. Tradisi Pacu Itiak
diperkirakan sudah ada sejak tahun 1928, bertepatan dengan lahirnya
Sumpah Pemuda.

- Balimau merupakan tradisi agama Hindu yang kaitannya sangat erat


dengan masyarakat Sumatera Barat. Biasanya kegiatan ini dilaksankan
oleh masyarakat Minangkabau sebelum datang bulan Ramadhan tujuannya
yaitu untuk menyucikan diri lahir dan batin.

29
- Makan Bajamba adalah upacara adat suku Minangkabau, Sumatera Barat
yang berupa kegiatan makan bersama di sebuah tempat yang sudah
ditentukan. Tujuan diadakannya kegiatan ini yaitu untuk mendekatkan diri
satu sama lain tanpa memandang kelas sosial seseorang. Biasanya upacara
ini diadakan secara resmi pada hari libur keagamaan atau ketika ada acara-
acara penting lainnya. Upacara Makan Bajamba diperkirakan masuk ke
Sumatera Barat bersamaan dengan masuknya Islam ke Ranah Minang
pada abad ke-7. Maka tidak heran jika banyak adab dalam Makan Bajamba
yang sesuai dengan syariat Islam.

30
BAB III

PENUTUP

1.1 Kesimpulan

Suku Minangkabau sebenarnya biasa disebut dengan minang yang


juga biasanya banyak orang merujuk kepada orang kota Padang Sumatera
Barat. Minangkabau sendiri lebih merujuk kepada budaya atau etnis dari
rumpun melayu dengan adat dan sistem kekeluargaan juga buadaya yang
diwarnai dengan ajaran Islam.

1.2 Saran

Untuk melestarikan keragaman budaya dan adat istiadat yang ada di


minangkabau kita harus menjaga dan mengembangkannya supaya
keberagaman budaya tidak hilang dan direbut oleh negara lain.

31
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Irwan, 2006, Konstruksi dan Reproduksi Kebudayaan, Pustaka Pelajar,


Yogyakarta.

Amir,M.S. 2007, Adat Minangkabau: Pola dan Tujuan Hidup Orang Minang, PT
Mutiara Sumber Widya, Jakarta.

https://blog.tripcetera.com/id/rumah-gadang/

https://www.andalastourism.com/pakaian-adat-bundo-kanduang-minangkabau

https://milenialjoss.com/upacara-adat-minangkabau/

https://wisatabaru.com/10-makanan-khas-minangkabau-yang-begitu-
lezat/#!/history

32

Anda mungkin juga menyukai