Manual
Sangat sederhana, pemakaian alat adalah dengan menggunakan tangan manusia. Misalnya pada tahun
2500SM, manusia menggunakan abacus untuk berhitung. Dan pada tahun 400SM mereka
menggunakan kulit binatang untuk menyampaikan informasi.
Mekanik
Sudah berbentuk mekanik yang digerakkan dengan tangan secara manual. Pada zaman ini sudah mulai
terjadi perubahan, misalnya: pada tahun 1623 seorang ilmuwan dari Jerman yang bernama Wilhem Schikard
menemukan mesin penghitung pertama. Kemudian penemmuan ini semakin berkembang dengan
ditemukannya mesin penghitung otomatis pertama. Dilanjutkan dengan penemuan-penemuan lain yang
tentu saja mempemudah kerja manusia.
Mekanik Elektronik
Peralatan mekanik yang digerakkan secara otomatis oleh motor elektronik. Pada abad para Ilmuwan pun
menemukan berbagai penemuan mesin elektronik, misalnya pada tahun 1920 seorang ilmuwan berkebangsaan
Spanyol yaitu Leonardo Toressy Quevedo menemukan mesin penghitung otomatis pertama, selanjutnya pada
tahun 1938 seorang ilmuwan bernama George R. Stibitz. Dan masih banyak penemuan lainnya.
Elektronik
Pada zaman ini peralatannya bekerja menggunakan elektronik penuh dan tidak dibantu lagi oleh tangan
manusia. Pada tahun 1942 beberapa ilmuwan dari IOWA College menemukan komputer digital elektronik
pertama yang mereka namai Atanasoff-Berry Computer yang penemunya bernama John V. Atanasoff, dan
Clifford Berry. Dan pada tahun 1944 Prof. Howard Aiken dari Universitas Harvard melakukan operasi
aritmetika dan logika secara otomatis. Dan sampai sekarang para ilmuwan telah menemukan berbagai macam
penemuan lain salah satunya komputer. Komputer yang ditemukan oleh para ilmuwan dimulai dari komputer
generasi pertama sampai generasi keempat.
Teknologi Informasi mengalami perubahan yang signifikan, jika dulu
manusia menggunakan goresan atau gambar, alat hitung, arsip atau
telegraf. Sekarang manusia jauh lebih cerdas karena banyaknya alat
Teknologi Informasi yang bermunculan seperti komputer, faks, ataupun
dengan telekonferensi manusia bisa memperoleh informasi.
PERKEMBANGAN TI DAN MEDIA BK
Pada masa sebelumnya (atau mungkin masa sekarang pun, dalam prakteknya masih
ditemukan) bahwa penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling cenderung
bersifat klinis-therapeutis atau menggunakan pendekatan kuratif, yakni hanya
berupaya menangani para peserta didik yang bermasalah saja. Padahal kenyataan di
sekolah jumlah peserta didik yang bermasalah atau berperilaku menyimpang
mungkin hanya satu atau dua orang saja. Dari 100 orang peserta didik
paling banyak 5 hingga 10 (5% – 10%). Selebihnya, peserta didik yang tidak
memiliki masalah (90% -95%) kerapkali tidak tersentuh oleh layanan bimbingan
dan konseling. Akibatnya, bimbingan dan konseling memiliki citra buruk dan
sering dipersepsi keliru oleh peserta didik, guru bahkan kepala sekolah.
Perkembangan Teknologi Informasi telah berdampak luas dalam berbagai bidang
kehidupan. Bidang politik, sosial dan budaya, pendidikan, ekonomi dan bisnis telah
mengaplikaskan teknologi informasi dalam memperlancar segala urusan.
Pada Standar Kompetensi Konselor Indonesia telah mengamanatkan kepada para
konselor untuk menguasai teknologi informasi untuk kepentingan pemberian layanan
Bimbingan dan Konselling di sekolah. Identifikasi layanan Bimbingan dan
Konsellingyang dapat dilakukan dengan teknologi informasi juga sudah dilakukan.
Menurut Handarini (2006), menyatakan bahwa teknologi dan internet dapat diterapkan
dalam layanan bimbingan konseling, yaitu : 1) layanan appraisal, 2) layanan informasi, 3)
layanan Konseling, 4) layanan konsultasi, 5) layanan perencanaan, penempatan dan
tindak lanjut dan 6) layanan evaluasi.
Pengembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam
Proses Layanan BK
Media pelayanan sebagai bagian dari teknologi pelayanan memiliki enam manfaat
potensial dalam memecahkan masalah pelayanan. Enam manfaat tersebut adalah:
• Meningkatkan produktivitas pendidikan.
• Memberikan kemungkinan pelayanan yang sifatnya individual.
• Memberikan dasar lebih ilmiah pada pelayanan.
• Pelayanan lebih mantap.
• Proses pendidikan menjadi langsung / seketika,
• Akses pendidikan menjadi lebih sama.
Klasifikasi media berdasarkan tujuan kelas.
Audio motion visual, Audio still visual, Audio semi motion, Motion visual,
Still visual, Audio, Cetak.
Klasifikasi media berdasarkan penggunaanya.
Berdasarkan sasarannya, media dibagi menjadi 3 yaitu:
• Media pelayanan yang penggunaanya secara individual.
• Media pelayanan yang penggunaanya secara kelompok (baik kelompok
kecil maupun kelompok kelas).
• Media pelayanan yang penggunaanya secara missal.
Disamping itu media dapat pula dibedakan berdasarkan cara
penggunaanya menjadi media pelayanan yang penggunaanya secara :
• Tradisional atau konvensional
• Media pelayanan modern atau kompleks.
Atas dasar klasifikasi tersebut di atas, Hamidjojo mengklasifikasikan
media sebagai berikut :
• Media dan Teknologi pendidikan yang penggunaannya secara massal.
Misal: televisi.
• Film dan slides.
• Radio.
Penggolongan media dan teknologi pelayanan atau pendidikan yang
metode penggunaannya secara individual adalah sebagai berikut :
• Kelas atau laboratorium elektronika.
• Media oto instruktif.
• Kotak unit pengajaran.
Media dan teknologi pendidikan yang metode penggunaannya secara
konvensional.
• Beberapa media pendidikan modern antara lain:
• Ruang kelas otomatis.
• System proyeksi berganda.
• System inter komunikasi.
TEORI BELAJAR
Teori Belajar Behavioristik
Teori belajar behavioristik merupakan teori yang mempelajari perilaku dalam
proses pembelajaran, hal ini dikarenakan analisis yang dilakukan terletak pada
perilaku yang nampak, terukur, tergambarkan dan dapat diprediksi. Belajar
merupakan merupakan upaya melakukan perubahan perilaku manusia yang
disebabkan oleh pengaruh lingkungannya. Behaviorisme bertujuan untuk
mengetahui bagaimana perilaku individu yang belajar dipengaruhi oleh faktor
lingkungan. Contoh, peserta didik dapat dikatakan memiliki kemampuan
membaca jika ia bisa menunjukkan kemampuan membacanya dengan baik.
Teori Belajar Kognitifistik
Teori belajar kognitifistik merupakan pendekatan belajar yang lebih mementingkan proses belajar dari
pada hasil belajarnya. Teori belajar kognitif sering disebut sebagai model perseptual. Teori ini memandang
bahwa tingkah laku seseorang ditentukan oleh persepsi serta pemahamannya tentang situasi yang
berhubungan dengan tujuan belajarnya. Proses pembelajan menggunakan pendekatan teori ini dianggap
sebagai suatu proses internalisasi ingatan, retensi, pengolahan informasi, emosi, dan aspek-aspek kejiwaan
lainnya. Aktifitas belajar dalam pendekatan ini melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks.
Teori Belajar Konstruktivistik
Dalam teori belajar konstruktivistik proses belajar merupakan suatu proses pembentukan (kontruksi)
pengetahuan oleh peserta didik itu sendiri. Pengetahuan ada di dalam diri seseorang yang sedang
mengetahui (Schunk, 1986). Artinya, proses pembentukan pengetahuan dilakukan oleh peserta didik itu
sendiri. Peserta didik harus aktif selama kegiatan pembelajaran, aktif berpikir, menyusun kosep, dan
memberi makna tentang hal-hal yang sedang dipelajari. Terwujudnya gejala belajar ditentukan oleh niat
belajar peserta didik itu sendiri
Teori Belajar Humanistik
Humanistik sendiri bersal dari kata "human" yang berarti manusia. Dalam arti luas humanistik dapat dikatakan
sebagai upaya memanusiakan manusia melalui proses pembelajaran. Dalam pelaksanaannya, teori humanistik
sangat mementingkan isi yang dipelajari dari pada proses belajar itu sendiri. Teori belajar ini lebih banyak
berbicara tentang konsep-konsep pendidikan untuk membentuk manusia yang dicita-citakan, serta tentang
proses belajar dalam bentuknya yang paling ideal.
Teori belajar sibernetik merupakan teori belajar yang cukup baru terdengar di kalangan para pendidik. Teori ini
menekankan pembelajaran dapat terjadi dimana dan kapanpun tanpa dibatasi oleh ruang dan waktu. Pendidik
dan peserta didik dapat melaksanakan proses pembelajaran dengan memanfaatkan teknologi dalam jarak yang
jauh. Pada situasi pandemi covid-19 seperti saat ini, teori belajar sibernetik menjadi pilihan utama dalam
melaksanakan proses pembelajaran jarak jauh (PJJ) atau online dari tempat/rumah masing-masing.
Teori Belajar Sibernetik
Teori belajar sibernetik merupakan teori belajar yang cukup baru terdengar di
kalangan para pendidik. Teori ini menekankan pembelajaran dapat terjadi dimana
dan kapanpun tanpa dibatasi oleh ruang dan waktu. Pendidik dan peserta didik dapat
melaksanakan proses pembelajaran dengan memanfaatkan teknologi dalam jarak
yang jauh. Pada situasi pandemi covid-19 seperti saat ini, teori belajar sibernetik
menjadi pilihan utama dalam melaksanakan proses pembelajaran jarak jauh (PJJ)
atau online dari tempat/rumah masing-masing.
KESIMPULAN
Sistem teknologi informasi saat ini telah berkembang dengan sangat pesat sesuai dengan
perkembangan jaman dan kebutuhan manusia yang semakin meningkat. Dengan adanya
kemajuan teknologi informasi tersebut, manusia dengan mudah dapat mengakses informasi dari
belahan dunia manapun dengan sangat cepat sehingga kebutuhan manusiapun menjadi semakin
cepat terpenuhi. Begitupun TIK di dunia bimbingan konseling, perkembangan teknolgi saat ini
mempermudah para konselor untuk mengembangkan layanan konseling dimasyarakat melalui
internet ataupun media lainnya, selain itu klien juga bisa lebih mudah mengakses jasa layanan
konseling tanpa tatap muka melalui telepon dan jika ingin bertatap muka walaupun tidak bertemu
secara langsung kini sudah tersedia fasilitas video call, yang memudahkan bagi klien dan
konseling yang berjauhan.
THANK YOU!