Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

KONSELING INDIVIDUAL
“ Konsep Dasar Konseling Individual”

Dosen Pengampu:
Miswanto S.Pd,M.Pd

BK Kelas Reguler E’19

Disusun Oleh Kelompok 2

Carolina Murni Maruttung Purba (1193351058)


Roma arta uli siregar (1193351061)

PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
kami kemudahan sehingga kami dpat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentu kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Kami mengucapkan sykur dengan Tuhan Yang Maha Esa atas limpah nikmat sehat-Nya, baik
itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, seningga kami mampu umtuk menyelesaikan pembuatan
makalah ini sebagai tugas rutin kelompok dari mata kuliah Konseling Individual
Kami tentu menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna dan masih banyak terdapat
kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, kami mengharapkan kritik serta saran dari
pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi.
Demikian, dan apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini kami mohon maaf yang sebesar-
besarnya.

31 Agustus 2021

Kelompok 2
DAFTAR ISI

Contents
DAFTAR ISI......................................................................................................................................... 3
BAB I.................................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN................................................................................................................................. 4
A. Latar Belakang........................................................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah......................................................................................................................... 4
BAB II............................................................................................................................................... 5
PEMBAHASAN................................................................................................................................ 5
BAB III................................................................................................................................................ 10
PENUTUP........................................................................................................................................... 10
KESIMPULAN............................................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................................... 11
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Globalisasi yang ditandai dengan kemajuan cepat serta mendunia di bidang infromasi dan
teknologi dalam dua dasawarsa terakhir, telah berpengaruh terhadap peradaban manusia
melebihi jangkauan pemikiran sebelumnya. Pengaruh ini terlihat pada pergeseran tatanan
sosial, ekonomi, dan politik yang memerlukan keseimbangan baru antara nilai-nilai,
pemikiran, serta cara-cara kehidupan yang berlaku dalam konteks global dan lokal. Kondisi
ini “menuntut” individu untuk memiliki kualitas daya saing, daya suai, dan kompetensi yang
tinggi.

Seiring dengan semakin meningkatnya tuntutan kuantitas dan kualitas hidup individu,
permasalahan yang dihadapi manusia juga semakin kompleks. Permasalahan dimaksud sering
kali tidak cukup bahkan tidak mampu diatasi sendiri oleh manusia. Ia juga tidak terselesaikan
dengan tuntas hanya dengan diberi pelayanan dalam bentuk informasi dan nasihat. Manusia
memerlukan pelayanan yang secara sistematis mampu membantu mengentaskan masalah
yang dihadapinya sehingga ia mampu mengembangkan dirinya ke arah peningkatan kualitas
kehidupan efektif sehari-hari (effektive daily living).

Konseling individual merupakan salah satu jenis layanan yang dapat dilaksanakan untuk
membantu mahasiswa dalam memecahkan masalah yang dihadapi-nya. Salah satu layanan
yang diberikan oleh Pusat Bimbingan dan Konseling adalah Layanan Individual. Dalam
prakteknya, memang strategi layanan bimbingan dan konseling harus terlebih dahulu
mengedepankan layanan – layanan yang bersifat pencegahan dan pengembangan, namun
tetap saja layanan yang bersifat pengentasan pun masih diperlukan. Oleh karena itu, konselor
seyogyanya dapat menguasai proses dan berbagai teknik konseling, sehingga bantuan yang
diberikan kepada peserta didik dalam rangka pengentasan masalahnya dapat berjalan secara
efektif dan efisien.

B. Rumusan Masalah

1. Apa Pengertian Konseling Individual?


2. Apa Saja Tujuan dan Fungsi Konseling Individual?
3. Apa saja Asas-asas Konseling Individual?
4. Apa perbedaan konseling individual dengan konseling kelompok?
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Konseling Individual

Konseling adalah suatu proses yang terjadi dalam hubungan seseorang dengan seseorang
yaitu individu yang mengalami masalah yang tak dapat diatasinya, dengan seorang petugas
profesional yang telah memperoleh latihan dan pengalaman untuk membantu agar klien
memecahkan kesulitanya.

Konseling individual yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan konseli
mendapatkan layanan langsung tatap muka (secara perorangan) dengan guru pembimbing
dalam rangka pembahasan pengentasan masalah pribadi yang di derita konseli.

Konseling individual adalah proses pemberian bantuan yang dialakukan melalui wawancara
konseling oleh seorang ahli (konselor) kepada individu yang sedang mengalami sesuatu
masalah (klien) yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi klien. Konseling
merupakan “ jantung hatinya” pelayanan bimbingan secara menyeluruh. Hal ini berarti
apabila layanan konseling telah memberikan jasanya, maka masalah konseli akan teratasi
secara efektif dan upaya-upaya bimbingan lainya tinggal mengikuti atau berperan sebagai
pendamping. Implikasi lain pengertian “ jantung hati” aialah apabila seorang konselor telah
menguasai dengan sebaik-baiknya apa, mengapa, dan bagaimana konseling itu.

Konseling individual adalah kunci semua kegiatan bimbingan dan konseling. Karena jika
menguasai teknik konseling individual berarti akan mudah menjalankan proses konseling
yang lain. Proses konseling individu berpengaruh besar terhadap peningkatan klien karena
pada konseling individu konselor berusaha meningkatkan sikap siswa dengan cara
berinteraksi selama jangka waktu tertentu dengan cara beratatap muka secara langsung untuk
menghasilkan peningkatan-peningkatan pada diri klien, baik cara berpikir, berperasaan,
sikap, dan perilaku.

B. Tujuan dan Fungsi Konseling Individual

Tujuan umum konseling individu adalah membantu klien menstrukturkan kembali


masalahnya dan menyadari life style serta mengurangi penilaian negatif terhadap dirinya
sendiri serta perasaan-perasaan inferioritasnya. Kemudian membantu dalam mengoreksi
presepsinya terhadap lingkungan, agar klien bisa mengarahkan tingkah laku serta
mengembangkan kembali minat sosialnya. Lebih lanjut prayitno mengemukakan tujuan
khusus konseling individu dalam 5 hal. Yakni, fungsi pemahaman, fungsi pengentasan,
fungsi mengembangan atau pemeliharaan, fungsi pencegahan, dan fungsi advokasi.

Menurut Gibson, Mitchell dan Basile ada sembilan tujuan dari konseling perorangan, yakni :

1. Tujuan perkembangan yakni klien dibantu dalam proses pertumbuhan dan


perkembanganya serta mengantisipasi hal-hal yang akan terjadi pada proses tersebut
(seperti perkembangan kehidupan sosial, pribadi,emosional, kognitif, fisik, dan
sebagainya).
2. Tujuan pencegahan yakni konselor membantu klien menghindari hasil-hasil yang
tidak diinginkan.
3.  Tujuan perbaikan yakni konseli dibantu mengatasi dan menghilangkan
perkembangan yang tidak diinginkan.
4. Tujuan penyelidikan yakni menguji kelayakan tujuan untuk memeriksa pilihan-
pilihan, pengetesan keterampilan, dan mencoba aktivitas baru dan sebagainya.
5. Tujuan penguatan yakni membantu konseli untuk menyadari apa yang dilakukan,
difikirkan, dan dirasakn sudah baik
6. Tujuan kognitif yakni menghasilkan fondasi dasar pembelajaran dan keterampilan
kognitif
7. Tujuan fisiologis yakni menghasilkan pemahaman dasar dan kebiasaan untuk hidup
sehat.
8. Tujuan psikologis yakni membantu mengembangkan keterampilan sosial yang baik,
belajar mengontrol emosi, dan mengembangkan konsep diri positif dan sebagainya.

C. Asas-asas Konseling Individual

Kekhasan yang paling mendasar pelayanan konseling adalah hubungan interpersonal yang
amat intens antara klien dan konselor. Hubungan ini benar-benar sangat mempribadi,
sehingga boleh dikatakan antara kedua pribadi itu “saling masuk-memasuki”. Konselor
memasuki pribadi klien dan klien memasuki pribadi Konselor. Proses layanan konseling
dikembangkan sejalan dengan suasana yang demikian, sambil di dalamnya dibangun
kemampuan khusus klien untuk keperluan kehidupannya. Asas-asas konseling memperlancar
proses dan memperkuat bangunan yang ada di dalamnya.

1. Asas Kerahasiaan

Tidak pelak lagi, hubungan interpersonal yang amat intens sanggup membongkar berbagai isi
pribadi yang paling dalam sekalipun, terutama pada sisi klien. Untuk ini asas kerahasiaan
menjadi jaminannya. Segenap rahasia klien yang terbongkar menjadi tanggung jawab penuh
Konselor untuk melindunginya. Keyakinan klien akan adanya perlindungan yang demikian
ini menjadi jaminan untuk suksesnya pelayanan.

2. Asas Kesukarelaan dan Keterbukaan

Kesukarelaan penuh klien untuk menjalani proses pelayanan konseling bersama Konselor
menjadi buah dari terjaminnya kerahasiaan pribadi klien. Dengan demikian kerahasiaan-
kesukarelaan menjadi unsur dwi-tunggal yang mengantarkan klien ke arena proses pelayanan
konseling. Asas kerahasiaan-kesukarelaan akan menghasilkan keterbukaan klien. Klien self-
referral pada awalnya dalam kondisi sukarela untuk bertemu dengan Konselor. Kesukarelaan
awal ini harus dipupuk dan dikuatkan. Apabila penguatan kesukarelaan awal ini gagal
dilaksanakan maka keterbukaan tidak akan terjadi dan kelangsungan proses layanan terancam
kegagalan. Menghadapi klien yang non-self-referral tugas Konselor menjadi lebih berat,
khususnya dalam mengembangkan kesukarelaan dan keterbukaan klien. Dalam hal ini,
seberat apapun pengembangan kesukarelaan dan keterbukaan klien. Dalam hal ini, seberat
apapun pengembangan kesukarelaan dan keterbukaan itu harus dilakukan Konselor, apabila
proses konseling hendak dihidupkan.
3. Asas Keputusan Diambil oleh Klien Sendiri

Inilah asas yang secara langsung menunjang kemandirian klien. Berkat rangsangan dan
dorongan Konselor agar klien berfikir, menganalisis, menilai, dan menyimpulkan sendiri;
mempersepsi, merasakan dan bersikap sendiri atas apa yang ada pada diri sendiri dan
lingkungannya; akhirnya klien mampu mengambil keputusan sendiri berikut menanggung
resiko yang mungkin ada sebagai akibat keputusan tersebut. Dalam hal ini Konselor tidak
memberikan syarat apapun untuk diambilnya keputusan oleh klien; tidak mendesak-desak
atau mengarahkan sesuatu; begitu juga tidak memberikan semacam persetujuan ataupun
konfirmasi atas sesuatu yang dikehendaki klien, meskipun klien memintanya. Konselor
dengan tegas “membiarkan” klien tegak dengan sendirinya menghadapi tantangan yang ada.
Dalam hal ini bantuan yang tidak putus-putusnya diupayakan. Konselor adalah memberikan
semangat (dalam arah “kamu pasti bisa”) dan meneguhkan hasrat, memperkaya informasi,
wawasan dan persepsi, memperkuat analisis atas antagonisme ataupun kontradiksi yang
terjadi. Dalam hal ini suasana yang “memfrustasikan klien” dan sikap “tiada maaf”
merupakan cara-cara spesifik untuk membuat klien lebih tajam, kuat dan tegas dalam melihat
dan menghadapi tantangan.

4.  Asas Kekinian dan Kegiatan

Asas kekinian diterapkan sejak paling awal Konselor bertemu klien. Dengan nuansa
kekinianlah segenap proses layanan dikembangkan, dan atas dasar kekinian pulalah kegiatan
klien dalam layanan dijalankan. Klien dituntut untuk benar-benar aktif menjalani proses
perbantuan melalui pelayanan konseling, dari awal dan selama proses layanan, sampai pada
periode pasca layanan. Tanpa keseriusan dalam aktivitas yang dimaksudkan itu
dikhawatirkan perolehan klien akan sangat terbatas, atau keseluruhan proses layanan itu
menjadi sia-sia.

5. Asas Kenormatifan dan Keahlian

Segenap aspek teknis dan isi pelayanan konseling adalah normatif; tidak ada satupun yang
boleh terlepas dari kaidahkaidah norma yang berlaku, baik norma agama, adat, hukum, ilmu,
dan kebiasaan. Klien dan Konselor terikat sepenuhnya oleh nilai-nilai dan norma yang
berlaku. Sebagai ahli dalam pelayanan konseling, Konselor mencurahkan keahlian
profesionalnya dalam pengembangan pelayanan konseling untuk kepentingan klien dengan
menerapkan segenap asas tersebut di atas. Keahlian Konselor itu diterapkan dalam suasana
normatif terhadap klien yang sukarela, terbuka, aktif agar klien mampu mengambil keputusan
sendiri. Seluruh kegiatan itu bernuansa kekinian dan rahasia pribadi sepenuhnya
dirahasiakan.

D. Perbedaan Konseling Kelompok dengan Konseling Individual

Ada beberapa kesamaan dan perbedaan antara layanan konseling


kelompok dengan layanan konseling individual. Prayitnomengungkapkan bahwa unsur-unsur
konseling perorangan tampil secara nyata dalam konseling kelompok, yang menjadi pembeda
antara konseling perorangan (individual) dengan konseling kelompok adalah satu hal yang
paling pokok ialah dinamika interaksi social yang dapat berkembang dengan
intensif dalam suasana kelompok, yang justru tidak dijumpai dalam
konseling perorangan. Ditambahkan oleh Prayitno bahwa suasana kelompok yaitu antar
hubungan dari semua orang yang terlibat didalam kelompok merupakan wahana dimana
masing-masing anggota kelompok itu (secara perorangan) dapat memanfaatkan semua
informasi, tanggapan dan berbagai reaksi dari anggota kelompok lainnya untuk kepentingan
dirinya yang bersangkut paut dengan pengembangan diri anggota kelompok yang
bersangkutan. Kesempatan timbal balik inilah yang merupakan dinamika dari kehidupan
berkelompok (dinamika kelompok) yang akan membawakan kemanfaatan bagi para
anggotanya.
Winkel dan Sri Hastuti mengungkapkan bahwa ada beberapa
perbedaan yang tampak dalam pelaksanaan layanan konseling individu
dan layanan konseling kelompok, yaitu sebagai berikut:

1. Dalam konseling kelompok terdapat kesempatan luas untuk


berkomunikasi dengan teman-teman sebaya mengenai segala
apa yang merisaukan hati. Dalam konseling individual
komunikasi terbatas pada interaksi dengan konselor.
2. Dalam konseling kelompok para anggota tidak hanya menerima bantuan psikologis, tetapi
mereka juga saling memberikan bantuan. Suasana usaha kooperatif dapat sangat berkesan
bagi orang muda yang jarang mengalaminya dan akan berdampak positif terhadap
perkembangan kepribadiannya. Dalam konseling individual unsur saling
memberi tidaklah ada.
3. Dalam memimpin suatu kelompok konseling, konselor
mengemban tugas yang lebih berat karena harus membagi perhatiannya dan mengikuti
jalannya pembicaraan bersama secara seksama supaya proses konsseling berjalan sesuai
dengan tuntutan suatu proses konseling, sedangkan dalam konseling individual tugas
konselor lebih ringan.
4. Dalam konseling kelompok para konseli ikut bertanggung jawab terhadap pembinaan
persatuan kelompok dan terhadap kelancaran proses konseling. Dengan demikian, motivasi
parakonseli mendapat orientasi tambahan, dibanding dengan konseling individual dimana
konseli hanya menghadapi dirinya sendiri.
5. Bahan pembicaraan atau materi diskusi dalam konseling kelompok dan individual sama-
sama menyangkut ragam bimbingan akademik, bimbingan jabatan, atau ragam bimbingan
pribadi-sosial, namun kelihatannya ada persoalan- persoalan yang lebih cocok untuk
ditangani dalam konseling
individual.

6.Konseling kelompok dan konseling individual dapat sangat


bermanfaat bagi seseorang, namun orang yang satu lebih
tertolong dalam konseling individual dan yang lain lebih
tertolong dalam konseling kelompok.

Selain perbedaan yang telah diungkapkan diatas, terdapat beberapa keunggulan yang
diberikan oleh layanan konseling kelompok, seperti yang diungkapkan oleh Prayitno bahwa
keunggulan yang diberikan oleh layanan konseling kelompok adalah aspek
ekonomis/efisiensi. Kemudian Prayitno juga menambahkan bahwa keuntungan lainnya
adalah dalam layanan konseling kelompok interaksi antar individu anggota kelompok yang
khas yang tidak mungkin terjadi pada konseling individual. Keuntungan ketiga layanan
konseling kelompok ditambahkan juga oleh Prayitno bahwa dinamika kelompok
yang terjadi didalam kelompok itu mencerminkan suasana kehidupaan
nyata yang dapat dijumpai di masyarakat secara luas.Sedang keuntungan
keempat juga ditambahkan oleh Prayitno yaitu yang telah lama dikenal
ialah layanan konseling kelompok dapat merupakan wilayah penjajagan
awal bagi (calon) klien untuk memasuki layanan konseling
perorangan/individual.
Proses dinamika kelompok dalam layanan konseling kelompok
merupakan hal utama yang membedakannya dengan layanan konseling individual. Dimana
dalam konseling individual, klien hanya mendapatkan masukan, tanggapan, atau respon dari
satu sumber (yaitu konselor) sehingga solusi pemecahan masalah yang didapatkannya
terbatas pada masukan konselor sebagai pembimbing. Sedangkan dalam konseling kelompok,
klien mendapatkan banyak tanggapan dan masukan dari berbagai sumber yang berbeda,
sehingga klien akan mendapatkan beberapa alternatif solusi atau pemecahan dari
permasalahannya, dan memilih mana yang lebih baik untuk dipraktekkan dalam
mengenaskan permasalahan tersebut, namun tetap berada dibawah bimbinganguru
pembimbing/konselor.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Layanan konseling individu merupakan upaya yang unik. Keunikannya itu bersumber
pada diri klien, masalah yang dialami klien dengan berbagai keterkaitannya, serta diri
konselor sendiri. Biasanya masalah-masalah yang dipecahkan melalui tehnik atau cara ini
masalah-masalah yang sifatnya pribadi. Dalam konseling individual ini teori yang digunakan
adalah konseling berpusat pada person yaitu yang memandang klien sebagai partner dan perlu
adanya keserasian pengalaman baik pada klien mapun konselor dan keduanya perlu
mengemukakan pengalamannya pada saat hubungan konseling berlangsung. Secara ideal
konseling yang berpusat pada person tidak terbatas oleh tercapainya pribadi yang kogruensi
saja.

Tujuan konseling pada dasarnya sama dengan tujuan


kehidupan ini yaitu apa yang disebut dengan full functioning person
yaitu pribadi yang berfungsi sepenuhnya Meskipun asas kekinian harus selalu menjadi
perhatian konselor, dan hal-hal baru serta unik seringkali muncul dalam proses layanan,
konselor sejak awalnya perlu mempersiapkan diri dan merencanakan layanan konseling
individual. Kesiapan diri konselor secara profesional merupakan dasar profesional merupakan
dasar dari suksesnya layanan konseling individual.

B. SARAN

Sebagai Konselor kita harus dapat mengusai karena Konseling individual sebagai kunci semua
kegiatan bimbingan dan konseling. Karena jika menguasai teknik konseling individual berarti akan
mudah menjalankan proses konseling yang lain. Proses konseling individu berpengaruh besar
terhadap peningkatan klien karena pada konseling individu konselor berusaha meningkatkan sikap
siswa dengan cara berinteraksi selama jangka waktu tertentu dengan cara beratatap muka secara
langsung untuk menghasilkan peningkatan-peningkatan pada diri klien, baik cara berpikir,
berperasaan, sikap, dan perilaku.
DAFTAR PUSTAKA

Willis S. Sofyan. 2007. Konseling Individual Teori dan Praktek. Bandung: CV Alfabeta

Hellen. 2005. Bimbingan Dan Konseling. Jakarta: Quantum Teaching

Prayitno, Erman Amti. 1994. Dasar-Dasar Bimbingan Dan Konseling. Jakarta: Rineka Cipta

Anda mungkin juga menyukai