Anda di halaman 1dari 18

Konseling Individual

Makalah

Diajukan untuk memenuhi tugas struktur mata kuliah Konseling Individual

Dosen Pengampu : Elly Marlina, S.Ag, M.Si

Di Susun Oleh :

Tiani Sylvia Novianti

1174010164

BKI 5D

BIMBINGAN KONSELING ISLAM

DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG

2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan
rahmat-Nya lah saya bisa menyelesaikan makalah yang berjudul “Konseling Individual” ini.
Selain sebagai tugas terstruktur, makalah ini dibuat untuk menambah pengetahuan dan ilmu
tentang Konseling Individual.

Banyak sekali hambatan dalam penyusunan makalah ini baik itu masalah waktu, sarana.
Oleh sebab itu, selesainya makalah ini bukan semata - mata karena kemampuan saya, banyak
pihak yang mendukung dan membantu saya. Dalam kesempatan ini, saya mengucapkan terima
kasih banyak kepada pihak – pihak yang telah membantu.

Saya harap makalah ini kedepannya bisa berguna bagi para pembaca, jika ada kesalahan
dalam makalah ini saya mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar dapat lebih baik
lagi.

Bandung, Oktober 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................................ i


DAFTAR ISI.......................................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang .......................................................................................................................... 1
B. Rumusan masalah ..................................................................................................................... 1
C. Tujuan ........................................................................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................................................... 3
A. Pengertian Konseling Individual ............................................................................................. 3
B. Tujuan dan Fungsi Konseling Individual ............................................................................... 4
C. Prinsip Konseling Individual ................................................................................................... 5
D. Teknik dan Proses Konseling Individual ................................................................................ 6
E. Pendekatan dan Pelaksanaan Konseling Individual ............................................................ 10
F. Indikator Keberhasilan Konseling Individual ..................................................................... 12
BAB III PENUTUP ............................................................................................................................. 14
A. Kesimpulan .............................................................................................................................. 14
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................................... 15

ii
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia adalah makhluk yang sangat kompleks serta unik. Manusia memiliki sejuta
watak dan kepribadian yang berbeda antara individu yang satu dengan yang lain.
Seiring dengan semakin meningkatnya tuntutan kuantitas dan kualitas hidup individu,
permasalahan yang dihadapi manusia juga semakin kompleks. Permasalahan yang
dimaksud sering kali tidak mampu diatasi sendiri oleh manusia itu sendiri. Dan kadang
tidak terselesaikan dengan tuntas hanya dengan diberi pelayanan dalam bentuk
informasi dan nasihat. Manusia memerlukan pelayanan yang secara sistematis mampu
membantu menuntaskan masalah yang dihadapinya sehingga ia mampu
mengembangkan dirinya ke arah peningkatan kualitas kehidupan sehari-hari.
Dan bagi seorang konselor menguasai teknik konseling adalah sebuah kemutlakan.
Karena keberhasilan dalam proses konseling disebabkan oleh teknik yang baik, benar
dan sesuai dengan keadaan klien. Teknik yang baik, benar dan sesuai ialah teknik yang
teknik yang mampu mendorong, merangsang, dan menyentuh klien agar klien dapat
terbuka untuk menyatakan dengan bebas perasaan, pikiran dan pengalamannya.
Salah satu teknik yang sering kali digunakan ialah teknik konseling individual.
Konseling individual ini membantu klien dengan pemberian bantuan secara perorangan
dan secara langsung. Oleh karena itu, konselor seyogyanya dapat menguasai proses dan
berbagai teknik konseling, sehingga bantuan yang diberikan kepada konseli dalam
rangka penuntasan masalahnya dapat berjalan secara efektif dan efisien.

B. Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud dengan konseling individual ?
2. Apa saja tujuan dan fungsi konseling individual?
3. Apa saja prinsip dari konseling individual?
4. Bagaimana teknik dan proses dalam konseling individual?
5. Bagaimana pendekatan dan pelaksanaan dalam konseling individual?
6. Apa saja indikator keberhasilan konseling individual?

C. Tujuan

1
1. Mengetahui pengertian konseling individual
2. Mengetahui tujuan dan fungsi dari konseling individual
3. Mengetahui prinsip konseling individual
4. Mengetahui proses dan teknik konseling individual
5. Mengetahui pendekatan dan pelaksanaan dalam konseling individual
6. Mengetahui beberapa indikator keberhasilan konseling individual

2
BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Konseling Individual


Menurut Rogers, konseling adalah serangkaian hubungan langsung antara konselor
dengan individu yang bertujuan untuk membantu dia dalam merubah sikap dan tingkah
lakunya (Hallen, 2002:10).
Glen yang dikutip oleh Makarao (2010: 86) konseling adalah suatu proses dimana
konselor membantu konseli (klien) agar ia dapat memahami dan menafsirkan fakta-
fakta yang berhubungan dengan pemilihan, perencanaan, dan penyesuaian diri sesuai
dengan kebutuhan individu.
Menurut Milton, konseling adalah suatu proses yang terjadi dalam hubungan seorang
dengan seorang yaitu individu yang mengalami masalah yang tak dapat diatasinya,
dengan seorang petugas professional yang telah memperoleh latihan dan pengalaman
untuk membantu agar klien mampu memecahkan masalahnya (Makarao, 2010: 86).
Dari beberapa definisi para ahli penulis menyimpulkan bahwa konseling adalah proses
bantuan yang terarah yang diberikan oleh konselor kepada konseli dengan menciptakan
kondisi yang kondusif agar konseli atau individu dapat berkembang sesuai dengan
kapasitasnya dan mengerti akan dirinya mengenai masalah yang dihadapinya.
Menurut Ahmadi (1991:23), individu berasal dari kata latin Individuum yang artinya
tidak terbagi. Individu menekankan pada kenyataan hidup yang istimewa dan seberapa
pengaruhnya kehidupan manusia. Individu bukan berarti manusia sebagai suatu
keseluruhan yang tidak dapat dibagi, melainkan sebagai kesatuan yang terbatas, yaitu
sebagai manusia perseorangan.
Konseling individu memiliki makna spesifik dalam arti pertemuan konselor dengan
konseli secara individual, dimana konselor memberikan bantuan untuk
mengembangkan pribadi konseli serta konseli sendiri dapat mengatasi masalah-
masalah yang dihadapi (Baraja, 2004:159).
Konseling individu merupakan bentuk pelayanan khusus berupa hubungan langsung
tatap muka antar konselor dan konseli. Dalam hubungan ini masalah konseli dicermati
serta diupayakan pengentasannya sedapat mungkin dengan kekuatan konseli sendiri
(Rahman, 2003: 58).
Jadi konseling individu adalah proses pemberian bantuan yang mana konseli bertemu
dengan konselor secara langsung (face to face) dan di dalamnya terjadi interaksi.

3
Hubungan konseling bersifat pribadi yang menjadikan konseli nyaman dan terbuka
untuk mengungkapkan permasalahan yang terjadi.

B. Tujuan dan Fungsi Konseling Individual


B.1 Tujuan Konseling Individual
Tujuan Konseling Individu ialah agar klien memahami kondisi dirinya sendiri,
lingkungannya, permasalahan yang dialami, kekuatan dan kelemahan dirinya sehingga
klien mampu mengatasinya. Dengan perkataan lain, konseling individu bertujuan untuk
mengentaskan masalah yang dialami klien.
Secara lebih khusus, tujuan konseling individu adalah merujuk kepada fungsi-fungsi
bimbingan dan konseling sebagaimana telah dikemukakan. Pertama, merujuk kepada
fungsi pemahaman, maka tujuan layanan konseling adalah agar klien memahami seluk
beluk yang dialami secara mendalam dan komprehensif, positif, dan dinamis. Kedua,
merujuk kepada fungsi pengentasan, maka layanan konseling individu bertujuan untuk
mengentaskan klien dari masalah yang dihadapinya. Ketiga, dilihat dari fungsi
pengembangan dan pemeliharaan, tujuan layanan konseling individu adalah untuk
mengembangkan potensi-potensi individu dan memelihara unsur-unsur positif yang
ada pada diri klien. Sesuai dengan fungsi-fungsi bimbingan dan konseling di atas.
Adapun Tujuan layanan konseling individu adalah sebagai berikut:
1. Memiliki komitmen yang kuat dalam mengamalkan nilai- nilai keimanan dan
ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, baik dalam kehidupan pribadi, keluarga,
pergaulan dengan teman sebaya, sekolah, tempat kerja, maupun masyarakat pada
umumnya.
2. Memiliki sikap toleransi terhadap umat beragama lain saling menghormati dan
memelihara hak dan kewajibannya masing- masing.
3. Memiliki pemahaman tentang irama kehidupan yang bersifat fluktuatif antara yang
menyenangkan (anugerah) dan yang tidak menyenangkan (musibah), serta mampu
meresponnya secara positif sesuai dengan ajaran agama yang dianut.
4. Memiliki pemahaman dan penerimaan diri secara objektif dan konstruktif, baik
yang terkait dengan keunggulan maupun kelemahan; baik fisik maupun psikis.
5. Memiliki sikap positif atau respek terhadap diri sendiri dan orang lain.
6. Memiliki kemampuan melakukan pilihan secara sehat.
7. Bersikap respek terhadap orang lain, menghormati atau menghargai orang lain,
tidak melecehkan martabat atau harga dirinya.

4
8. Memiliki rasa tanggung jawab yang diwujudkan dalam bentuk komitmen terhadap
tugas atau kewajibannya.
9. Memiliki kemampuan berinteraksi sosial, yang diwujudkan dalam bentuk
hubungan persahabatan, persaudaraan, atau silaturrahim dengan sesama manusia.
10. Memiliki kemampuan dalam menyelesaikan konflik (masalah) baik bersifat
internal (dalam diri sendiri) maupun orang lain.
11. Memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan secara efektif.

B.2 Fungsi Konseling Individual


Secara lebih khusus, tujuan layanan konseling individu adalah merujuk kepada fungsi-
fungsi bimbingan dan konseling sebagaimana telah dikemukakan :
1. Fungsi pemahaman akan diperoleh klien saat klien memahami seluk beluk masalah
yang dialami secara mendalam dan komprehensif serta positif dan dinamis.
2. Fungsi pengentasan mengarahkan klien kepada pengembangan persepsi, sikap dan
kegiatan demi terentaskannya masalah klien berdasarkan pemahaman yang
diperoleh klien.
3. Fungsi pengembangan/pemeliharaan merupakan latar belakang pemahaman dan
pengentasan masalah klien.
4. Fungsi pencegahan akan mencegah menjalarnya masalah yang sedang dialami
klien dan mencegah masalah-masalah baru yang mungkin timbul.
5. Fungsi advokasi akan menangani sasaran yang bersifat advokasi jika klien
mengalami pelanggaran hak-hak. Kelima fungsi konseling tersebut secara
langsung mengarah kepada dipenuhinya kualitas untuk perikehidupan sehari-hari
yang efektif (effective daily living).
Berdasarkan fungsi konseling individu di atas bisa disimpulkan bahwa fungsi
konseling individu adalah sebagai pemahaman masalah yang dialami klien
berdasarkan persepsi klien. Sebagai pencegahan timbulnya masalah baru.
Berfungsi advokasi jika klien mengalami pelanggaran hak-hak, dan mengentaskan
masalah yang terjadi pada klien.

C. Prinsip Konseling Individual


Konseling sebagai proses membantu individu agar berkembang, memiliki beberapa
prinsip penting yaitu:
1. Memberikan kabar gembira dan kegairahan hidup

5
Dalam hubungan konseling sebaiknya tidak mengungkapkan berbagai kelemahan,
kesalahan, dan kesulitan klien. Akan tetapi berupaya membuat situasi konseling
yang menggembirakan. Situasi tersebut akan membuat klien senang, tertarik untuk
melibatkan diri dalam pembicaraan, dan akhirnya akan terbuka untuk
membeberkan isi hati dan rahasianya. Dengan suasana yang gembira,
kemungkinan besar hati klien terbuka menerima peringatan-peringatan, dan mudah
untuk mengungkapkan kelemahannya.
2. Melihat klien sebagai subjek dan hamba Allah
Klien adalah subjek yang berkembang. Klien merupakan hamba Allah yang
menjadi tugas amanat bagi seorang konselor. Maka dari itu, klien harus dihargai
sebagai pribadi yang merdeka. Dalam hubungan konseling, klien yang harus
banyak berbicara mengenai dirinya bukan konselor.

D. Teknik dan Proses Konseling Individual


D.1 Teknik Konseling Individual
Teknik konseling individu adalah cara yang digunakan dalam rangka konseling untuk
mencapai sautu tujuan yang matang. Teknik tersebut yaitu:
1. Konseling Direktif
Konseling direktif artinya konseling yang dilakukan secara langsung. Cara
pendekatan ini mengikat konselor untuk selalu memegang inisiatif dan bertanggung
jawab untuk memberikan diagnosis dan pemecahan masalah. Atau dengan kata lain
dalam prosesnya konselor yang paling berperan dan dalam prakteknya konselor
mengarahkan konseli sesuai dengan masalahnya.
2. Konseling Non Direktif
Konseling non direktif merupakan upaya bantuan pemecahan masalah yang bepusat
pada klien dalam hal ini adalah siswa. Cara pendekatan ini memberikan kesempatan
dan tanggung jawab kepada klien untuk mencapai tujuan konseling. Pendekatan ini
berasumsi dasar bahwa seorang yang mempunyai masalah pada dasarnya memiliki
potensi dan mampu menguasi masalahnya sendiri.
Jadi dengan cara pendekatan ini fungsi konselor hanya sebagai pendengar yang aktif
(dengan penuh pengertian dan perhatian) dan dapat memantulkan kembali pikiran
dan perasaan klien dengan disertai perasaan konselor, yang menunjukan sikap
menerima dan penuh pengertian.

6
3. Konseling Eklektif
Konseling ekleltif merupakan gabungan dari konseling derektif dan konseling non
direktif. Pendekatan ini merupakan pendekatan konseling yang sesuai dan selaras
dengan orientasi, style of life dari konselor. Pendekatan ini disesuaikan dengan
masalah yang dialami oleh klien, keadaan klien sendiri dan lingkungannya

D.2 Proses Konseling Individual


Proses konseling terlaksana karena hubungan konseling berjalan dengan baik. Menurut
brammer (1979) proses konseling adalah peristiwa yang telah berlangsung dan
memberi makna bagi peserta koseling tersebut (konselor dan klien).
Setiap tahapan proses konseling individu membutuhkan keterampilan- keterampilan
khusus. Namun keterampilan-keterampilan itu bukanlah yang utama jika hubungan
konseling individu tidak mencapai rapport. Dengan demikian proses konseling individu
ini tidak dirasakan oleh peserta konseling (konselor klien) sebagai hal yang
menjemukan. Akibatnya keterlibatan mereka dalam proses konseling sejak awal hingga
akhir dirasakan sangat bermakna dan berguna.Secara umum proses konseling individu
dibagi atas tiga tahapan :

1. Tahap awal konseling


Tahap ini terjadi sejak klien menemui konselor hingga berjalan proses konseling
sampai konselor dan klien menemukan definisi masalah klien atas dasar isu,
kepedulian, atau masalah klien. Adapun proses konseling tahap awal sebagai
berikut :
a. Membangun hubungan konseling yang melibatkan klien
Hubungan konseling bermakna ialah jika klien terlibat berdiskusi dengan
konselor. Hubungan tersebut dinamakan a working realitionship, yakni
hubungan yang berfungsi, bermakna,dan berguna. Keberhasilan proses
konseling individu amat ditentukan oleh keberhasilan pada tahap awal ini.
Kunci keberhasilan terletak pada : (pertama) keterbukaan konselor. (kedua)
keterbukaan klien, artinya dia dengan jujur mengungkapkan isi hati, perasaan,
harapan, dan sebagainya. Namun, keterbukaan ditentukan oleh faktor konselor
yakni dapat dipercayai klien karena dia tidak berpura-pura, akan tetapi jujur,
asli, mengerti, dan menghargai. (ketiga) konselor mampu melibatkan klien
terus menerus dalam proses konseling. Karena dengan demikian, maka proses

7
konseling individu akan lancar dan segera dapat mencapai tujuan konseling
individu.
b. Memperjelas dan mendefinisikan masalah
Jika hubungan konseling telah terjalin dengan baik dimana klien telah
melibatkan diri, berarti kerjasama antara konselor dengan klien akan dapat
mengangkat isu, kepedulian, atau masalah yang ada pada klien. Sering klien
tidak begitu mudah menjelaskan masalahnya, walaupun mungkin dia hanya
mengetahui gejala-gejala yang dialaminya. Karena itu amatlah penting peran
konselor untuk membantu memperjelas masalah klien. Demikian pula klien
tidak memahami potensi apa yang dimilikinya., maka tugas konselor lah untuk
membantu mengembangkan potensi, memperjelas masalah, dan membantu
mendefinisikan masalahnya bersama-sama.
c. Membuat penafsiran dan penjajakan
Konselor berusaha menjajaki atau menaksir kemunkinan mengembangkan isu
atau masalah, dan merancang bantuan yang mungkin dilakukan, yaitu dengan
membangkitkan semua potensi klien, dan dia prosemenentukan berbagai
alternatif yang sesuai bagi antisipasi masalah.
d. Menegosiasikan kontrak
Kontrak artinya perjanjian antara konselor dengan klien. Hal itu berisi : (1)
kontrak waktu, artinya berapa lama diinginkan waktu pertemuan oleh klien
dan apakah konselor tidak keberatan. (2) Kontrak tugas, artinya konselor apa
tugasnya, dan klien apa pula. (3) kontrak kerjasama dalam proses konseling.
Kontrak menggariskan kegiatan konseling, termasuk kegiatan klien dan
konselor. Artinya mengandung makna bahwa konseling adalah urusan yang
saling ditunjak, dan bukan pekerjaan konselor sebagai ahli. Disamping itu juga
mengandung makna tanggung jawab klien, dan ajakan untuk kerja sama dalam
proses konseling.
2. Tahap Pertengahan ( Tahap Kerja )
Berangkat dari definisi masalah klien yang disepakati pada tahap awal, kegiatan
selanjutnya adalah memfokuskan pada : (1) penjelajahan masalah klien;
(2) bantuan apa yang akan diberikan berdasarkan penilaian kembali apa-apa yang
telah dijelajah tentang msalah klien.
Menilai kembali masalah klien akan membantu klien memperolah prespektif baru,
alternatif baru, yang mungkin berbeda dari sebelumnya, dalam rangka mengambil

8
keputusan dan tindakan. Dengan adanya prespektif baru, berarti ada dinamika pada
diri klien menuju perubahan. Tanpa prespektif maka klien sulit untuk berubah.
Adapun tujuan-tujuan dari tahap pertengahan ini yaitu :
a. Menjelajahi dan mengeksplorasi masalah, isu, dan kepedulian klien lebih jauh.
Dengan penjelajahan ini, konselor berusaha agar klienya mempunyai
prespektif dan alternatif baru terhadap masalahnya. Konselor mengadakan
reassesment (penilaian kembali) dengan melibatkan klien, artinya masalah tu
dinilai bersama-sama. Jike klien bersemangat, berarti dia sudah begitu terlibat
dan terbuka. Dia akan melihat masalahnya dari prepektif atau pandangan yang
lain yang lebih objektif dan mungkin pula berbagai alternatif.
b. Menjaga agar hubungan konseling selalu terpelihara
Hal ini bisa terjadi jika : pertama, klien merasa senang terlibat dalam
pembicaraan atau wawancara konseling, serta menampakkan kebutuhan untuk
mengembangkan potensi diri dan memecahkan masalahnya. Kedua, konselor
berupaya kreatif dengan keterampilan yang bervariasi, serta memelihara
keramahan, empati, kejujuran, keikhlasan dalam memberi bantuan. Kreativitas
konselor dituntut pula untuk membantu klien menemukan berbagai alternatif
sebagai upaya untuk menyusun rencana bagi penyelesaian masalah dan
pengembangan diri.
c. Proses konseling agar berjalan sesuai kontrak
Kontrak dinegosiasikan agar betul-betul memperlancar proses konseling.
Karena itu konselor dan klien agar selalu menjaga perjanjian dan selalu
mengingat dalam pikiranya. Pada tahap pertengahan konseling ada lagi
beberapa strategi yang perlu digunakan konselor yaitu : pertama,
mengkomunikasikan nilai-nilai inti, yakni agar klien selalu jujur dan terbuka,
dan menggali lebih dalam masalahnya. Karena kondisi sudah amat kondusif,
maka klien sudah merasa aman, dekat, terundang dan tertantang untuk
memecahkan masalahnya. Kedua, menantang klien sehingga dia mempunyai
strategi baru dan rencana baru, melalui pilihan dari beberapa alternatif, untuk
meningkatkan dirinya.
3. Tahap Akhir Konseling ( Tahap Tindakan )
Pada tahap akhir konseling ditandai beberapa hal yaitu :
a. Menurunya kecemasan klien. Hal ini diketahui setelah konselor menanyakan
keadaan kecemasanya.

9
b. Adanya perubahan perilaku lien kearah yang lebih positif, sehat, dan dinamis.
c. Adanya rencana hidup masa yang akan datang dengan program yang jelas.
d. Terjadinya perubahan sikap positif, yaitu mulai dapat mengoreksi diri dan
meniadakan sikap yang suka menyalahkan dunia luar, seperti orang tua, guru,
teman, keadaan tidak menguntungkan dan sebagainya. Jadi klien sudah
berfikir realistik dan percaya diri.
Tujuan-tujuan tahap akhir adalah sebagai berikut :
a. Memutuskan perubahan sikap dan perilaku yang memadahi
Klien dapat melakukan keputusan tersebut karena dia sejak awal sudah
menciptakan berbagai alternatif dan mendiskusikanya dengan konselor, lalu dia
putuskan alternatif mana yang terbaik. Pertimbangan keputusan itu tentunya
berdasarkan kondisi objektif yang ada pada diri dan di luar diri. Saat ini dia
sudah berpikir realistik dan dia tahu keputusan yang mungkin dapat
dilaksanakan sesuai tujuan utama yang ia inginkan.
b. Terjadinya transfer of learning pada diri klien
Klien belajar dari proses konseling mengenai perilakunya dan hal-hal yang
membuatnya terbuka untuk mengubah perilakunya diluar proses konseling.
Artinya, klien mengambil makna dari hubungan konseling untuk kebutuhan
akan suatu perubahan.
c. Melaksanakan perubahan perilaku
Pada akhir konseling klien sadar akan perubahan sikap dan perilakunya. Sebab
ia datang minta bantuan adalah atas kesadaran akan perlunya perubahan pada
dirinya.
d. Mengakhiri hubungan konseling
Mengakhiri konseling harus atas persetujuan klien. Sebelum ditutup ada
beberapa tugas klien yaitu : pertama, membuat kesimpulan-kesimpulan
mengenai hasil proses konseling; kedua, mengevaluasi jalanya proses
konseling; ketiga, membuat perjanjian untuk pertemuan berikutnya.

E. Pendekatan dan Pelaksanaan Konseling Individual


E.1 Pendekatan Konseling Individual

10
Pendekatan konseling atau counseling approach disebut juga teori konseling
merupakan dasar bagi suatu praktik konseling. Pendekatan ini penting, perlu dipahami
atau teori konseling, akan memudahkan dalam menentukan arah proses konseling.
1. Pendekatan Psikoanalisis
Pendekatan ini dipelopori oleh Sigmund Freud, seorang dokter psikiatri. Menurut
Freud: struktur jiwa manusia sebagian besar terdiri dari alam ketaksadaran,
sedangkan alam kesadaran dapat diumpamakan sebagai puncak gunung es yang
muncul di tengah laut, sebagian besar gunung es yang terbenam diibaratkan alam
ketaksadaran manusia.
2. Terapi Terpusat Pada Klien (Client Centered)
Terapi terpusat pada klien disebut juga Psikoterapi Non Directive adalah suatu
metode perawatan psikis yang dilakukan dengan cara dialog antara konselor dengan
klien, agar tercapai gambaran yang serasi antara ideal self (diri klien yang ideal)
dengan actual self (diri klien sesuai kenyataan yang sebenarnya).
3. Terapi Gestalt
Terapi ini dikembangkan oleh Frederick S. Pearl, yang didasari oleh empat aliran
yaitu: psikoanalisis, fenilenologis, eksistensialisme, dan psikologi gestalt. Menurut
Pearls “Individu itu selalu aktif sebagai keseluruhan”. Individu bukanlah jumlah
dari bagian-bagian atau organ-organ semata. Individu yang sehat adalah yang
seimbang antara ikatan organisme dengan lingkungan. Karena itu pertentangan
antara keberadaan sosial dengan biologis merupakan konsep dasar terapi gestalt.
4. Konseling Trait and Factor
Menurut Winkell, menjelaskan bahwa sifat dan faktor adalah corak konseling yang
menekankan pemahaman diri melalui pengujian psikologis dan penerapan
pemahaman itu dalam pemecahan-pemecahan masalah yang dihadapi, terutama
yang menyangkut pilihan program studi, jurusan, atau pekerjaan.
Dalam prosesnya, konselor secara sadar mengadakan strukturalisasi dalam proses
konseling dan berusaha memengaruhi arah perkembangan konseli demi kebaikan
konseli sendiri (Arintoko, 2011: 32).
5. Konseling Behavioristik
Menurut Winkell, konseling behavioristic merupakan corak konseling yang
diharapkan menghasilkan perubahan yang nyata dalam perilaku konseli. Perubahan
dalam perilaku itu harus diusahakan melalui proses belajar (learning) atau belajar
kembali (relearning), yang berlangsung selam proses konseling. Oleh karena itu,

11
konseling dipandang sebagai usaha yang berpusat pada usaha membantu
mempelajari perilaku baru sehingga dapat mengatasi berbagai permasalahan
konseli (Arintoko, 2011: 35- 36).
6. Terapi Rational Emotive
Menurut Winkell, terapi emotif rasional adalah corak konselinga yang menekankan
kebersamaan dan interaksi antara berpikir dengan akal sehat (rational thinking),
berperasaan (emoting), dan berperilaku (acting) serta menekankan bahwa suatu
perubahan yang berarti dalam cara berpikir dapat menghasilkan perubahan berarti
dalam cara berperasaan dan berperilaku. Konseli yang alam perasaannya terganggu
harus dibantu untuk meninjau kembali cara berpikir yang memanfaatkan akal sehat.
Corak konseling RET berpangkal pada keyakinan tentang martabat manusia dan
proses manusia mengubah diri.

E.2 Pelaksanaan Konseling Individual

Pelaksanaan layanan konseling individu menempuh beberapa tahapan kegiatan, yaitu


perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, analisis hasil evaluasi, tindak lanjut dan laporan.

1. perencanaan yang meliputi kegiatan (a) mengidentifikasi klien, (b) mengatur waktu
pertemuan, (c) mempersiapkan tempat dan perangkat teknis penyelenggaraan
layanan, (d) menetapkan fasilitas layanan, (e) menyiapkan kelengkapan admintrasi.
2. pelaksanaan yang meliputi kegiatan: (a) menerima klien, (b) menyelenggarakan
penstrukturan, (c) membahas masalah klien dengan menggunakan teknik-teknik,
(d) membahas masalah klien dalam pengentasan masalah klien, (e) memantapkan
komitmen klien dalam pengentasan masalahnya, (f) melakukan penelitian segera.
3. melakukan evaluasi jangka pendek
4. melakukan hasil evaluasi (menafsirkan hasil konseling individu yang telah
dilaksanakan).
5. tindak lanjut meliputi kegiatan: (a) menetapkan jenis arah tindak lanjut kepada
pihka-pihak terkait, (b) melaksanakan rencana tindak lanjut.
6. laporan yang meliputi kegiatan: (a) menyusun laporan layanan konseling individu,
(b) menyampaikan laporan kepada kepala sekolah atau madrasah dan pihak lain
yang terkait, dan (c) mendokumentasikan laporan.

F. Indikator Keberhasilan Konseling Individual

12
1. Menurunya kecemasan klien
2. Mempunyai rencana hidup yang praktis,pragmatis, dan berguna
3. Harus ada perjanjian kapan rencananya akan dilaksanakan sehingga pada
pertemuan berikutnya konselor sudah berhasil mengecek hasil rencananya.
Mengenai evaluasi, terdiri dari beberapa hal yaitu :
a. Klien menilai rencana perilaku yang akan dibuatnya
b. Klien menilai perubahan perilaku yang telah terjadi pada dirinya
c. Klien menilai proses dan tujuan konseling.

13
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
Pembahasan tentang konseling individual ini di latar belakangi oleh seiring dengan
semakin meningkatnya tuntutan kuantitas dan kualitas hidup individu, sehingga
permasalahan yang dihadapi oleh manusia juga semakin kompleks, maka
diperlukannya pelayanan yang secara sistematis mampu membantu menuntaskan
masalah yang dihadapi, sehingga ia mampu mengembangkan dirinya ke arah
peningkatan kualitas kehidupan efektif sehari-hari.
Dan disini lah konselor sangat berperan untuk membantu para manusia atau konseli
dengan masalahnya untuk dituntaskan masalah yang dipunyainya. Selain membantu,
seorang konselor haruslah mutlak menguasai teknik konseling yang salah satunya
adalah Konseling Individual ini. Karena konseling individual membantu seorang
konseli dengan pemberian bantuan secara perorangan dan secara langsung. Pemberi
bantuan dilakukan secara tatap muka, dan pemecahan masalah dengan teknik ini adalah
masalah yang sifatnya pribadi.

14
DAFTAR PUSTAKA

etheses.uin-malang.ac.id oleh Q A'yunin - 2014 (Diakses tanggal 29 Oktober 2019)

digilib.uin-suka.ac.id oleh Sudarto – 2016 (Diakses tanggal 30 Oktober 2019)

eprints.iain-surakarta.ac.id oleh S Andi - 2017 (Diakses tanggal 30 Oktober 2019)

eprints.walisongo.ac.id oleh D Aliah - 2018 (Diakses tanggal 30 Oktober 2019)

digilib.uinsby.ac.id oleh C Nisak - 2015 (Diakses tanggal 29 Oktober 2019)

15

Anda mungkin juga menyukai