ABSTRACT
Online learning carried out by students and students since the Covid-19 pandemic
has caused several obstacles to occur, one of which is learning difficulties
experienced by children with special needs. Children with special needs need special
attention and approach especially in learning, especially for the blind who in
learning require direct practical learning. This study aims to determine the various
difficulties experienced by children with visual impairments while undergoing online
learning during the Covid-19 pandemic. The research method used is qualitative
and the type of content analysis research, by taking data sources from several videos
on YouTube regarding the learning difficulties of blind children during the Covid-19
pandemic. The results of this study indicate learning difficulties experienced by some
blind children as well as by some blind teachers themselves.
Keywords : visually impaired, learning difficulties, online learning
ABSTRAK
Pembelajaran daring yang dilakukan oleh siswa dan mahasiswa sejak pandemi
covid-19 membuat beberapa kendala terjadi, salahsatunya yaitu kesulitan belajar
yang di alami oleh anak berkebutuhan khusus. Anak berkebutuhan khusus
membutuhkan perhatian dan pendekatan khusus terlebih dalam belajarnya, terutama
bagi Tunanetra yang dalam belajar membutuhkan pembelajaran praktik secara
langsung. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui berbagai kesulitan yang dialami
oleh anak tunanetra selama menjalani pembelajaran daring di masa pandemi covid-
19. Metode penelitian yang digunakan kualitatif dan jenis penelitian analisis isi,
dengan mengambil sumber data dari beberapa video yang ada di YouTube mengenai
kesulitan belajar anak tunanetra di masa pandemi covid-19. Hasil penelitian ini
menunjukan adanya kesulitan pembelajaran daring yang dialami oleh beberapa anak
tunanetra juga oleh beberapa guru tunanetra sendiri.
Kata kunci : tunanetra, kesulitan belajar, pembelajaran daring
PENDAHULUAN
Pandemi Covid-19 yang menimpa di Indonesia pada tahun 2020
mengakibatkan aktivitas masyarakat terhambat dan dipaksakan untuk
1
melakukan kegiatan secara online untuk menghindari penyebaran virus
covid-19 kepada orang sekitar. Berbagai keluhan dapat dirasakan mengenai
perubahan yang baru dirasakan oleh masyarakat karena bekerja di rumah dan
pembelajaran daring atau jarak jauh. Siswa dan mahasiswa mengeluh jika
pembelajaran daring ini dirasa tidak efektif dan menambah beban mereka
karena tidak bisa dipahami saat kegiatan belajar dilaksanakan.
Kondisi dilapangan saat ini menunjukkan bahwa pembelajaran daring,
atau pembelajaran yang dilakukan dirumah dengan bimbingan orang tua pada
anak usia dini memiliki beberapa kendala, sehingga tidak sedikit orang tua
yang meminta pihak sekolah untuk dapat dengan segera melaksanakan
pembelajaran secara tatap muka. Kendala kendala yang dialami orang tua
dalam mendampingi anak belajar dirumah meliputi kurangnya pemahaman
materi oleh orang tua, kesulitan orang tua dalam menumbuhkan minat belajar
anak, tidak memiliki cukup waktu untuk mendampingi anak karena harus
bekerja, orang tua tidak sabar dalam mendampingi anak saat belajar dirumah,
kesulitan orang tua dalam mengoperasikan gadget, dan kendala terkait
jangkauan layanan internet. Oleh karena itu, dalam pelaksanaan daring ini
ternyata orang tua memiliki banyak kendala dalam mendampingi anak belajar
dirumah.
Begitupula yang dialami oleh anak berkebutuhan khusus, yang dimana
kegiatan pembelajarannya berbeda dengan anak atau siswa lainnya. Anak
Berkebutuhan Khusus (special needs children) dapat diartikan sebagai anak
yang lambat (slow) atau mengalami gangguan (retarded) yang tidak akan
pernah berhasil di sekolah sebagaimana anak-anak pada umumnya. Anak
Berkebutuhan Khusus juga dapat diartikan sebagai anak yang mengalami
gangguan fisik, mental, inteligensi, dan emosi sehingga membutuhkan
pembelajaran secara khusus. ( E. Kosasih, 2012). Melalui pendekatan dan
strategi khusus dalam mendidik anak berkelainan menurut Effendi (2006)
Ummah (2018) mengemukakan dalam diharapkan anak berkelainan: (1)
dapat menerima kondisinya, (2) dapat melakukan sosialisasi dengan baik, (3)
mampu berjuang sesuai dengan kemampuannya, (4) memiliki ketrampilan
yang sangat dibutuhkan, dan (5) menyadari sebagai warga negara dan
anggota masyarakat. (Ummah, 2018)
Mereka membutuhkan perhatian lebih dan membutuhkan praktik
langsung. Karena dengan pembelajaran melalui praktik bisa diperoleh suatu
proses untuk meningkatkan keterampilan siswa dengan menggunakan
berbagai metode yang sesuai dengan keterampilan yang diberikan dan
peralatan yang digunakan. Namun, karena terkendala oleh pembelajaran yang
dilakukan secara daring juga fasilitas yang kurang lengkap, menurut Dewi
2
(2020) hal tersebut mengakibatkan peserta didik berkebutuhan khusus ada
yang melaksanakan pembelajaran daring dan ada yang tidak melaksanakan
pembelajaran sama sekali (Jauhari et al., 2020)
Dengan pemaparan yang telah disebutkan diatas, penelitian ini diangkat
dari sebuah video di beberapa YouTube Channel dari Kompastv,
merdeka.com, CNN Indonesia, dan Liputan 6 yang meliputkan pendapat dan
komentar dari anak tunanetra, orangtua yang bersangkutan, guru dan sekolah
mengenai pembelajaran daring selama pandemi covid-19.
METODOLOGI PENELITIAN
Tunanetra
Kesulitan Belajar
4
Anak-anak dengan ketidakmampuan belajar memiliki karakteristik
unik mereka sendiri dan gaya belajar yang berbeda. Oleh karena itu, setiap
anak memiliki kemampuan untuk berhasil dalam studi mereka. Guru mampu
dalam memantau kemajuan mereka dan menerapkan berbagai strategi
mengajar di kelas. Siswa-siswa ini memerlukan perhatian khusus dan
dikategorikan sebagai siswa dengan kebutuhan khusus (Slavin dalam dalam
Sulaiman, dkk, 2008). Kesulitan belajar merupakan gangguan yang dimiliki
anak terkait dengan faktor internal dan eksternal pada anak yang
menyebabkan kesulitan otak dalam mengikuti proses pembelajaran secara
normal dalam hal menerima, memproses, dan menganalisis informasi yang
didapat selama pembelajaran. (Yeni, 2015)
Pembelajaran Daring
Hasil Analisis
1. Derita Ganda ABK – Beban Ganda Anak Berkebutuhan Khusus
6
Jalani PJJ (KOMPASTV)
Analisis dari video
tersebut ialah terdapat
seorang siswa kelas 7 SLB
A Tunanetra di Lebak
Bulus Jakarta Selatan
bernama Reza. Ia
mengungkapkan sukarnya
pembelajaran jarak jauh. Ia
adalah tuna netra yang
mengalami low vision,
meski masih bisa melihat,
penglihatanya amat
terbatas, crew kompastv mengikuti reza saat menjalani pembelajaran
jarak jauh, pada hari itu pembelajaran matematika melalui videocall
dan berakhir tidak mulus karena kendala jaringan internet yang buruk
juga kesulitan memahami pembelajaran yang Reza alami. Dan selama
pembelajaran daring atau jarak jauh ini menjadi berat bagi Reza
karena kedua orangtua Reza juga penyandang Tunanetra sehingga
tidak bisa maksimal membantu Reza dalam belajar. Reza
mengungkapkan seperti berikut : "kalau ada pembelajaran baru gitu
masih aga-aga bingung, kan mamah bapa tuna netra, jadinya gamau
ngerepotin gitu, harus mandiri lah, belajar sendiri. kalo di sekolah tuh
mudah dipahami, karena kan lebih jelas gtu, tulisan ada yang salah
bisa dikasih tau sama guru, kalo di rumah kan kadang koneksinya
jelek". Pembelajaran daring menjadi menambah pengeluaran orangtua
reza, kouta internet adalah hal yang harus dimiliki,tetapi terganjal oleh
kondisi ekonomi, pekerjaan orangtua reza sebagai buruh pijat dan
penjual kerupuk, berkurang drastis sejak pagebluk corona
Dilema pembelajaran daring juga dialami oleh guru abk, yaitu
Bu Amanah walikelas Reza yang khawatir tanpa kegiatan
pembelajaran tatap muka, kemampuan indera peraba siswa abk
tunanetra menurun. Ia mengungkapkan : "kita kesulitan dalam
keperagaan, jadi prinsip pembelajran tuna netra tuh langsung, konkrit
dengan adanya pembelajran jarak jauh ini, kita terkurangi khususnya
untuk pembelajran ipa yang membutuhkan alat-alat peraga,
matematika misalnya mau menerangkan bangun ruang, bangun datar,
itu memang harus anak tuna netra itu pembelajarannya harus meraba,
7
memegang, pengganti indera penglihatannya yang ga berfungsi, dia
itu harus meraba benda nyata.
10
sekolah online kadang-kadang kan harus buka whatsapp, ga buka?
gatau pelajarannya kan, jadi mau gamau harus ngikut dimana dan ya
gimana lagi kendalanya
kalo lewat ponsel tuh, kan
talkback itu kan ngetuknya
harus dua kali kan untuk
milih-milih sama digeser-
geser, nah kalo muncul
pesan baru kursor nya
berubah jadinya kesel. Juga
rasanya sekolah online itu
bosen, maksudnya tuh
pengennya tuh ketemu
langsung, kalo lewat langsung enak, bisa ketemu, salam-salaman,
bercengkrama, cuma kalo algi pandemi kan gaboleh kayak gitu
sekarang ”.
Salahsatu pengajar di YPAB (Yayasan Pendidikan Anak Buta)
yaitu Riski juga mengalami kesulitan karena harus memutar otak agar
anak-anaknya tetap mendapatkan pembelajaran di masa pandemi.
Cukup sulit baginya memberikan pembelajaran tanpa menyentuh para
murid. Ia mengungkapkan : “dirumah kan ga semua anak punya alat
musiknya ya, jadi tak minta untuk menjelaskan ini birama nya 4/4,
intronya sampe mana, terus nanti breaknya seperti apa, seperti itu,
biasanya lebih ke arah pendeskripsian, deskripsi musik dan
diceritakan”.
Saat itu Provinsi Jawa Timur akan membuka sekolah pada 18
Agustus 2020 untuk zona kuning dan oranye, namun hal itu membuat
orangtua gamang, apalagi kondisi anak tunanetra sangat rentan tertular
covid-19, karena sulit nya menerapkan protokol kesehatan. Pihak
sekolah sudah menyusun mengenai protokol kesehatan di sekolah
khusus tunanetra, meski begitu para pengajar di sekolah mengaku
kesulitan untuk memastikan setiap anak tuna netra bisa menjalankan
protokol kesehatan terlebih bagi yang belom mandiri.
Mohammad Ali yang merupakan seorang pengajar
mengungkapkan : “sekolah harus bersama dengan mitra kaitannya
yaitu orangtua, harusnya memberikan sebuah visi yang sama, supaya
anaknya itu untuk saat ini butuh jalan sendiri dengan tongkat yang
memang kita sudah melakukan pembiasaan itu, tapi kadang-kadang
11
yang namanya siswa, kalo ga bersama-sama dengan yang lain atau
dengan cara jeple-jeplean itu ga enak. seperti itu, jadi itu yang harus
kita tekankan berulang-ulang yang menjadi teman setianya yaitu,
tongkat.”.
PENUTUP
Sehingga dari sini lah, penulis berharap juga kepada pemerintah untuk
memperhatikan, memfasilitasi kegiatan pembelajaran anak berkebutuhan
khusus yang membutuhkan kegiatan pembelajaran berupa praktik secara
langsung. Sehingga anak berkebutuhan khusus dapat terpenuhi segala hal dari
akademik maupun non akademiknya.
DAFTAR PUSTAKA
Jauhari, M. N., Mambela, S., & Zakiah, Z. (2020). Dampak Pandemi Covid-
19 Terhapad Pelaksanaan Pembelajaran Penjas Adaptif Di Sekolah Luar
Biasa. STAND : Journal Sports Teaching and Development, 1(1), 63–70.
https://doi.org/10.36456/j-stand.v1i1.2594
Muthmainnah, R. N. (2015). Pemahaman Siswa Tunanetra (Buta Total Sejak
Lahir Dan Sejak Waktu Tertentu) Terhadap Bangun Datar Segitiga.
Jurnal Pendidikan Matematika & Matematika, 1(1), 15–27.
Putria, H., Maula, L. H., & Uswatun, D. A. (2020). Analisis Proses
pembelajaran Dalam Jaringan (DARING) Masa Pandemi COVID-19
pada Guru Sekolah Dasar. Jurnal Basicedu, 4(4), 861–872.
https://doi.org/10.31004/basicedu.v4i4.460
Ummah, D. M. (2018). Analisis Kesulitan Belajar pada Anak Berkebutuhan
12
Khusus (ABK) Di SMA Negeri 10 Kota Ternate. Jurnal Bimbingan
Dan Konseling Terapan, 2(1), 32–40.
https://doi.org/10.30598/jbkt.v2i1.233
Wardani, A., & Ayriza, Y. (2020). Analisis Kendala Orang Tua dalam
Mendampingi Anak Belajar di Rumah Pada Masa Pandemi Covid-19.
Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 5(1), 772.
https://doi.org/10.31004/obsesi.v5i1.705
Yeni, E. M. (2015). KESULITAN BELAJAR MATEMATIKA DI SEKOLAH
DASAR. 2(2), 1–10.
https://www.neliti.com/publications/71281/kesulitan-belajar-
matematika-di-sekolah-dasar
.
13