Anda di halaman 1dari 16

KONSELING PADA PERILAKU FANATISME PENGGEMAR K-POP DALAM

BER-MEDIA SOSIAL DI TWITER

(Studi Kasus pada Penggemar K-Pop : NCT)

LAPORAN PENELITIAN

Diajukan untuk memenuhi tugas Ujian Akhir Semester (UAS) pada mata kuliah
Antropologi Budaya

Dosen Pengampu : Dr. Acep Aripudin, M.Ag.

Oleh :

Tiani Sylvia Novianti 1174010164

BKI VII-D

JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SUNAN GUNUNG DJATI

BANDUNG

2021
A. Latar Belakang
Kian hari perkembangan K-Pop atau yang merupakan singkatan dari
Korean Pop ialah sebuah genre musik yang terdiri dari genre pop, dance, hip
hop, R&B dan electronic music yang berasal dari Korea Selatan. Banyak orang
menyebut seruan K-pop sebagai hallyu atau Gelombang Korea (Korean Wave).
Menurut Kementrian Budaya dan Pariwisata Korea Selatan mengenai kata
Hallyu, saat itu kata tersebut akan digunakan untuk merencanakan,
memproduksi dan mendistribusikan kepingan CD musik dari musisi-musisi
Korea ke negara tetangga pada tahun 1999 atau dalam bahasa Inggris Korean
pop Music (musik pop Korea), dalam bahasa Cina disebut juga dengan Hallyu –
Song of Korea (Musik dari Korea). (Rinata & Dewi, 2019)
Dalam perkembangannya, K-pop telah tumbuh menjadi sebuah subkultur
yang menyebar secara luas di berbagai belahan dunia. Idol dari sebuah group
dan idol berkegiatan solo sangat terkenal di negara-negara Asia Timur dan Asia
Tenggara termasuk di Indonesia. Karena selain dari karya musik yang berbeda
dengan yang lain, tampilan para idol pun sangat menarik untuk dilihat dan
pakaiannya yang sangat fashionable. Salahsatu yang menjadi faktor
perkembangan K-Pop dapat menyebar secara luas ialah dengan teknologi yang
semakin maju dan canggih, salahsatunya dengan dimudahkannya untuk
mengakses internet dan munculnya media sosial yang juga memudahkan
siapapun dapat mengakses informasi yang tersedia dalam berbagai bahasa.
Sebutan “Fans Korea” menjadi sebuah labeling bagi orang-orang yang menaruh
minat pada segala bentuk budaya yang dibawa oleh Korea Selatan. Akun media
sosial penggemar K-pop digunakan untuk mengakses berbagai informasi tentang
idola mereka.
Twitter merupakan salah satu dari sekian banyak media sosial hasil dari
kreasi Jack Dorsey pada tahun 2006. Melalui fitur Twitter yang memberikan
batas informasi yang terdiri atas 140 karakter yang biasa di sebut tweet, yang
merupakan cara yang memudahkan menemukan berita terbaru atau apa yang
sedang terjadi terutama yang berkaitan dengan hal-hal yang digemari.
(Zukhrufillah, 2018). Melalui Twitter, penggemar K-Pop sering melakukan
sebuah aktivitas yang disebut dengan fanssgirling yakni sebutan yang digunakan
untuk mendeskripsikan kegembiraan berlebih atau bahkan ekstrim terhadap ke-
lompok idola tertentu. Fansgirling berasal dari kata fanssgirl dan Fans lelaki
disebut dengan sebutan fans-boy. Fansgirl dan fansboy sering dibedakan karena
praktik tertentu yang mereka lakukan di dalam fandom (Jenkins, 2007).
Penggunaan twitter untuk kegiatan fansgirling / fansboying menurut beberapa
penggemar K-pop merupakan tempat yang terbaik karena terkadang suatu idol
tertentu akan melakukan mention atau membalas pertanyaan di sebuah tweet
idol tersebut. Sehingga bukan hal yang aneh jika penggemar K-pop
menghabiskan waktunya selama berjam-jam untuk bermain media sosial dan
berdiskusi dengan fandom (istilah untuk sekelompok penggemar yang
mendukung idol) mereka yang mengarah pada perilaku fanatisme.
Fanatisme merupakan sebuah keyakinan terhadap objek fanatik yang
dikaitkan dengan sesuatu yang ber-lebihan pada suatu objek, sikap fanatik ini
ditunjukkan dengan aktivitas, rasa antusias yang ekstrem, keteri-katan emosi dan
rasa cinta dan minat yang berlebihan yang berlangsung dalam waktu yang lama
(Eliani dkk, 2018 : 62). Merujuk pada perilaku fanatisme, Joli Jenson
mengungkapkan jika seorang penggemar (fans) selalu dicirikan sebagai suatu
kefanatikan yang potensial. Terlebih kelompok penggemar juga dilihat sebagai
perilaku yang berlebihan dan berdekatan dengan kegilaan. Jenson menunjukkan
dua tipe khas patologi penggemar, “individu yang terobsesi” (biasanya laki-laki)
dan “kerumunan histeris” (biasanya perempuan) (dalam Storey, 2010:157).
Sehingga dari perilaku fanatisme tersebut, peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul “Konseling Pada Perilaku Fanatitisme
Penggemar K-Pop Dalam Ber-Media Sosial di Twiter”. Dimana penggemar K-
Pop tersebut merupakan teman kenalan peneliti yang merupakan seorang
penggemar dari NCT yang peneliti ajak untuk melakukan perbincangan
berbentuk sharing, dan berbentuk bimbingan atau konseling jika dibutuhkan.

B. Metodologi Penelitian
1. Pendekatan, Metode dan Teknik Metodologi Penelitian
Pendekatan Metodologi Penelitian yang digunakan merupakan
penelitian kualititatif. Moleong (2011: 6) mengungkapkan jika penelitian
kualitatif merupakan penelitian yang dipakai untuk menganalisis suatu
fenomena apa yang sedang terjadi di dalam masyarakat oleh subjek
penelitian dengan cara deskripsi dalam bentuk bahasa dan kata-kata yang
menggunakan beraneka macam metode. Sesuai dengan yang di kemukakan
oleh Moleong (2018) yaitu di dalam penelitian kualitatif metode yang biasa
digunakan ialah wawancara, pengamatan, dan pemanfaatan dokumen.
Peneliti menggunakan pendekatan kualitatif karena peneliti ingin
mendapatkan hasil yang lebih akurat dan lebih tepat dengan mewawancarai
narasumber langsung agar peneliti lebih mudah mendapatkan informasi yang
spesifik dari narasumber tersebut. Tentu pengumpulan data yang dilakukan
dalam penelitian ini, pertama dilakukan wawancara terbuka pada objek
terkait untuk menelaah dan memahami sikap, pandangan, perasaan, dan
perilaku individu tersebut. Setelah dilakukan wawancara dan mendapatkan
informasi yang didapat, maka selanjutkan mengaitkan dengan pembahasan
teori-teori serta materi dalam kajian literatur yang terkait, sehingga akan
adanya korelasi antara hasil dari informasi yang diperoleh dengan
perbandingan teori. Setelah itu dapat ditarik kesimpulan atas jawaban terkait
fenomena permasalahan yang terjadi.
Peneliti menggunakan pendekatan kualitatif karena peneliti ingin
mendapatkan hasil yang lebih akurat dan lebih tepat dengan mewawancarai
narasumber langsung agar peneliti lebih mudah mendapatkan informasi yang
spesifik dari narasumber tersebut. Dengan menggunakan pendekatan
kualitatif dalam penelitian ini, peneliti dapat mengetahui lebih jelas dan lebih
dalam tentang bagaimana fanatisme penggemar K-Pop dari NCT ini melalui
media sosial di Twitter.

C. Analisis Teori
1. Konseling
Konseling merupakan proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh
seorang konselor kepada individu yang mengalami suatu masalah (disebut
konseling) yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi oleh
konseli. Konseling dapat diartikan sebagai bantuan konselor terhadap klien
dalam mengambil keputusan solusi mana yang tepat akan masalahnya.
Dalam hal ini, konselor membantu konseli untuk memhami dirinya dan
keadannya saat ini serta kemungkinan-kemungkinan yang terjadi di masa
depan dengan melihat potensi yang dimilikinya saat ini, sehingga konseli
dapat menjawab sendiri pertanyaan-pertanyaan atas masalahnya dan dapat
menentukan kebutuhan-kebutuhan di masa yang akan datang. Konseling
menurut Rochman Natawijaya mengartikan konseling sebagai proses
hubungan berupa bantuan kepada individu agar individu dapat memahami
dirinya dan berperilaku secara normal sesuai dengan kondisi lingkungan
keluarga, sekolah dan masyarakat.
Sementara itu, Rogers mengartikan konseling adalah hubungan di
mana salah satu pihak (konselor) membantu pihak (konseli) dengan tujuan
meningkatkan kemampuan dan fungsi mental dengan baik supaya dapat
mengatasi persoalan atau konflik yang dihadapi. Dari beberapa pengertian
konseling menurut ahli maka dapat disimpulkan bahwa, konseling adalah
sebuah upaya untuk memberikan bantuan pada konseli secara langsung (face
to face) agar konseli dapat mengambil keputusan sendiri sehingga dapat
menyelesaikan masalahnya dengan baik.

2. K-Pop
Menurut Wijayanti dan Soraya, meningkatnya popularitas budaya
populer Korea di dunia internasional banyak mempengaruhi kehidupan
masyarakat dunia, tidak terkecuali masyarakat Indonesia. Perkembangan
Hallyu Wave di berbagai negara termasuk Indonesia tidak dapat dipisahkan
dari perkembangan musiknya yang disebut dengan Korean Pop atau K-pop.
K-pop adalah jenis musik populer yang berasal dari Korea Selatan. Lebih
lanjutnya Menurut Choi, Korean wave atau Hallyu memiliki produk yang
beraneka ragam dari drama televisi (K-drama), Musik (K-pop) video-game
dan makanan), Produk dan layanan Hallyu (pariwisata, produk kosmetik,
bedah plastik, barang mode, dan layanan bahasa), saluran distribusi
(berbagai platform media).
Korean wave dalam perkembangannya, juga memberikan dampak
besar di dunia pertelevisian Indonesia.Karena televisi sebagai media
informasi dan hiburan utama masyarakat Indonesia, salah satunya yakni K-
drama menjadi pilihan baru setelah serial drama India, Taiwan dan sangat
populer melalui televisi. Masuknya K-drama ke Indonesia diawali dengan
populernya drama winter sonata di Indonesia. Selain itu, musik korea yang
lebih dikenal dengan K-pop juga mengambil peran yang penting dalam
mempopulerkan Korean wave di Indonesia. Musisi dan Grup Idola Korea
Se-latan silih berganti menggelar konser di Indonesia. Ta-hun 2011 hingga
2013 menjadi tahun-tahun meledaknya K-pop dan kedatangan bintang-
bintang K-pop juga menjadi sorotan utama media di Indonesia.
Semakin meningkatnya sejumlah orang yang menggandrungi K-Pop,
baik dikalangan remaja ataupun dewasa, memicu keinginan beberapa orang
untuk membentuk suatu komunitas atau kelompok penggemar. Komunitas
atau kelompok penggemar ini biasanya berkumpul dikarenakan sama-sama
menyukai satu idol grup. Berawal dari kecintaan dan kesamaan terhadap
berbagai macam idol boy group atau girl group yang disukai. Terdapat
kesamaan persepsi ketika menggemari idol K-pop yang kemudian
mendorong munculnya komunitas-komunitas yang mengatasnamakan
dirinya sebagai kelompok pencinta K-pop, yang kemudian dikena dengan
sebutan fandom. Fandom merupakan sebuah konsep dan paham yang
menunjukkan bahwa ada sejumlah orang yang memiliki satu ketertarikan
yang sama. “When fans love a movie, book, or television show, they often
want to take an active role in connecting with that world and the characters
(or actors) in it” (Booth, 2018, p. 146). Saat penggemar mencintai film,
buku, atau acara televisi, mereka sering mengambil peran dalam berkoneksi
dengan dunia dan karakter (atau aktor) di dalamnya. Ini berlaku pula untuk
penggemar dalam fandom, dimana mereka juga ingin berkoneksi dengan
idolanya. (Agnensia, 2018)
Secara garis besar, fandom merupakan sekelompok penggemar yang
mendukung seseorang atau sesuatu. Adanya fandom, selain menumbuhkan
dan memberi rasa kebersamaan, juga dikenal sebagai bagian dari konsep diri
seseorang. Penggemar seringkali dicap stereotip karena terlalu
fokus/berinvestasi pada apapun yang disukai. Lebih dalam, proses-proses
seperti pembentukan identitas, verifikasi diri, dan intensitas keterlibatan turut
mempengaruhi perilaku dalam fandom. Adakalanya juga fandom
mengadakan pertemuan dengan tujuan untuk saling berbagi, bahwasannya
mereka tidak sendirian. Penggemar k-pop biasanya memiliki forum-forum
khusus yang memungkinkan mereka untuk melakukan sharing secara
beramai-ramai. Forum-forum ini umumnya adalah situs yang dibuat oleh
penggemar dan diperuntukkan bagi penggemar pula. Tidak hanya melalui
forum, tetapi situs-situs jejaring sosial seperti twitter dan blog juga
memudahkan mereka dalam melakukan kegiatan fans. Melalui
forum/jejaring sosial mereka bisa membicarakan berbagai macam hal, dari
mulai video klip yang baru keluar hingga gaya rambut sang idola yang terus
berganti-ganti (Puspitasari dan Hermawan, 2013:8)
Namun, saat ini yang terjadi adalah bagi kebanyakan orang, remaja
yang menjadi penggemar k-pop dikenal dengan stereotip negatif yang
melekat dengan diri fans atau penggemarnya. Penggemar k-pop yang
kebanyakan merupakan remaja dianggap selalu bersikap berlebihan, gila,
histeris, obsesif, adiktif, dan konsumtif (Tartila, 2014:2). Kepopuleran k-pop
membuat para k-popers yang begitu mencintai mereka tanpa sadar
berperilaku berlebihan yang menyebabkan idolanya bisa tanpa sengaja
terluka atau cedera ringan akibat antusiasme k-popers tersebut (Pertiwi,
2013:159).
Menurut Tartila (2014:4) aktivitas yang dilakukan k-popers dalam hal
konsumsi adalah membeli album k-pop, menonton konser k-pop,
mendownload video performance, music video, lagu, variety show, spazzing
twitter/ fangirling (update berita k-pop), blog walking, membeli
merchandise. Selain mengkonsumsi produk k-pop dari girlband atau
boyband kesukaannya, k-popers juga memproduksi seperti cover video yang
diunggah ke youtube, melakukan cosplay seperti artis k-pop favoritnya,
menjadi fotografer saat ada event k-pop dan menjual hasil foto, menjual
merchandise seperti boneka, gantungan kunci, kaos dll. Aktivitas yang
dilakukan k-popers tersebut membuktikan kecintaan mereka kepada artis
yang mereka idolakan serta membuktikan identitas diri mereka kepada
masyarakat sebagai penggemar k-pop.
Namun, fenomena yang saat ini sedang melanda Indonesia banyak
mempengaruhi kehidupan masyarakat khususnya remaja. Penyebaran k-pop
sedikit banyak telah berpengaruh secara positif maupun negatif pada
perkembangan kepribadian penggemarnya yang sebagian besar merupakan
remaja, seperti terlibat pertengkaran antar k-popers, histeris di tempat umum,
berperilaku konsumtif dan tak jarang menunjukan perilaku fanatik. (Etikasari
& Yogyakarta, 2013)

3. Fanatisme
Fanatisme adalah suatu keyakinan yang membuat seseorang buta
sehingga mau melakukan segala hal apapun demi mempertahankan
keyakinan yang dianutnya (Goddard, 2001). Fanatisme menurut Nugraini
(2016) mendeskripsikan sebagai suatu bentuk antusiasme (enthusiasm) dan
kesetiaan (devotion) yang berlebih atau ekstrem. Enthusiasm di sini
mengimplikasikan tingkatan keterlibatan dan ketertarikan atau kepedulian
terhadap objek fanatik, sementara “devotion‟ mengimplikasikan keterikatan
emosi dan kecintaan, komitmen, serta dibarengi dengan adanya tingkah laku
secara aktif.
Dari pengertian fanatisme menurut para ahli di atas maka dapat
disimpulkan bahwa fanatisme merupakan sebuah keyakinan terhadap objek
fanatik yang kerap kali dikaitkan dengan sesuatu yang berlebihan pada suatu
objek, dimana sikap fanatik ini ditunjukkan dengan rasa antusias yang
ekstrem, keterikatan emosi dan rasa cinta dan minat yang berlebihan yang
berlangsung dalam waktu yang lama, dan sering kali menganggap hal yang
mereka yakini merupakan hal yang paling benar adanya sehingga mereka
akan cenderung untuk membela dan mempertahankan suatu kebenaran yang
mereka yakini, dimana fanatik ini akan semakin berkembang dengan
dukungan dari orang sekitar yang tampak pada tingkah laku individu atau
kelompok dengan sikap fanatik.
Dikembangkan berdasarkan pengertian yang ada oleh para ahli, yang
kemudian disesuaikan dengan konteks penelitian, maka dapat diketahui
bahwa terdapat beberapa indikator dari fanatisme seperti (1) Rasa antusias
yang ekstrim, (2) Keterikatan emosi, dan rasa cinta (3) Berlangsung dalam
waktu yang lama, (4) Menganggap hal yang mereka yakini adalah hal yang
benar, (5) Membela dan mempertahankan kebenaran yang mereka yakini.
Fanatisme menurut Setyant (2015) seperti ini juga tampak pada penggemar
idola K-pop Indonesia, fanatisme yang tampak seperti ribuan penggemar
yang datang untuk menonton konser idolanya yang diadakan di Jakarta.
Fanatisme lainnya yang tampak pada penggemar idola K-pop Indonesia
menurut Nugrahaini (2017) adalah memberikan hadiah kepada idolanya,
seperti bintang di langit. Fanatisme menurut Marimaa (2011) mengatakan
jika Fanatisme akan menjadi kajian luas yang dapat ditinjau dari berbagai
kasus dan perspektif yang berbeda, saat seseorang menggemari sesuatu objek
ataupun subjek akan sah-sah saja jika perilaku-perilaku memuja tersebut
dilakukan, yang menjadi permasalahan dalam perilaku fanatisme adalah saat
perilaku ini sudah berkembang menjadi perilaku yang dapat membahayakan
ataupun sampai melukai orang lain, perilaku fanatisme yang ditunjukkan
penggemar ini seringkali mengarah pada perilaku negatif lain seperti
perilaku agresif. (Eliani et al., 2018)

D. Analisis dan Pembahasan Hasil Penelitian


Hasil yang diperoleh dari analisis, pengamatan, observasi hingga
wawancara kepada seorang penggemar K-Pop dari NCT yang mempunyai
perilaku fanatisme bersosial media di Twitter. Penggemar K-Pop tersebut
bernama Tata ia merupakan mahasiswi semester 1. Informasi dari pribadinya
tidak terlalu ia ceritakan lebih jelas mengenai informasi pribadinya, karena ia
ingin menjaga privacy nya dan peneliti menghargai itu. Bentuk wawancara
menggunakan bahasa tidak formal karena peneliti ingin narasumber merasa
nyaman. Berikut hasil wawancara dalam proses hasil penelitian serta analisis
yang dilakukan melalui Direct Message Twitter yang telah di konversikan
menjadi tabel wawancara :
Pewawancara Narasumber
Halo tata, apa kabar? Maaf ya tiba- Halo juga kak, alhamdulillah baik.
tiba nge DM Iya kak gapapa. Kaka sendiri gimana?
Alhamdulillah baik juga. Jadi begini oalah begitu ya kak, boleh kak waktu
ta, aku nge DM tuh kebetulan aku ada aku banyak hehe
tugas membuat riset mini dari
kampus, dan judul dari riset mini nya
kebetulan mengenai seorang
penggemar k-pop. Boleh aku minta
waktu buat nge wawancara-in kamu?
Oke makasih ya sebelumnya ta. Nah Hehe iya kak, siap
untuk wawancara ini kamu jawab
yang santai aja ya gapapa, anggap aja
lagi press conference kayak idol
Mungkin langsung aja ya, nah tata Panjang sih ceritanya tp aku ringkas
boleh cerita dulu mungkin gimana yaa. jadi awal mula aku tau kpop sih
awal mula kamu suka kpop dan udah dari lama, sma, awalnya karena
sering nge fansgirling? lihat temen-temen aku dikelas ko
pada sering bicarain drama korea lah,
bts, exo, dsbnya. Tapi, aku sih
seringnya nyimak aja kalo temen-
temen aku bicarain tentang idol tapi
buat drama aku suka nimburng
karena aku nontonin, karena alur
ceritanya yang beda dari yang lain
gitu kak, sama ya yang kaka tau juga
sendiri selain alur cerita yang rame,
tampang mereka ga main-main, jadi
makin betah nontonin deh, hehe. Nah
finalnya sih aku di ajakin temen buat
temenin nonton konser music bank di
jakarta pas 2017, disana kan ada NCT
127, dari sana deh aku jadi
penggemar berat NCT.
Udah 4 tahun yang lalu yaa? Oiya Kalo aku mah sih ga malu kak,
sebagai user aktif di twitter yang suka cuman kadang suka nge spam takut
update tentang idol kamu, pernah ga menuhin beranda orang. Tapi dengan
sih merasa malu saat kamu dengan mengeskpresikan atau nge
mengekspresikan tentang idol kamu tweet tentang idol aku rasanya kayak
saat lagi nge fangirling? seneng aja, apalagi kalo lagi interaksi
sama temen-temen sesama
penggemar NCT, rame!
Sebelum kamu aktif di twitter kayak Ga ada sih kak, pertama aku nge
sekarang, pernah di sosmed apalagi fangirling diajarin temen aku buat
buat nge fansgirling? bikin akun di twitter, gitu katanya.
Oh gitu ya, untuk perihal kamu kan Iya kak, aku sering banget ikut acara
yang aku liat tuh ta suka sering ikut kpop tuh, suka jadi excited! apalagi
acara kpop yah, apa aja sampe tentang NCT. Dari selca day,
sekarang yang sering kamu ikutin? streaming youtube, project bikin surat
ulangtahun ke member NCT, ikut
donasi, ikut nge vote di acara awards,
dan masih banyak lagi
Wah banyak juga ya kamy sering Oh perihal merch sih iya kak, aku
ikutin acaranya! Oh iya sih aku suka beli hehe. Mungkin kakak tau
kadang liat tweet kamu suka fotoin juga aku nge kolektor photocard,
beli merch kan, nah untuk merch lebih ke tipe penggemar yang suka
sendiri kamu suka selalu beli kalo ngumpulin merchandise. Karena
NCT ngeluarin lagu baru? dengan beli merch, album atau
photocard itu salah bukti aku udah
ngedukung mereka. Ya walau banyak
yah kak cara untuk ngedukung
mereka, dari streaming di chart
musik, youtube dsbnya. Tapi dengan
cara itu bikin aku seneng banget!
Can relate. Seneng banget pokoknya Iya kak hehe. Oh fanatik yah, kalo
ya kalau dateng paket isinya album, menurut aku sih wajar, karena dengan
merch atau photocard tuh hihi Nah fanatik tersebut merupakan salahsatu
mungkin agak ke yang sensitif nih, cara bentuk ngedukung idol kita.
menurut kamu seorang penggemar
fanatik tuh wajar ga sih?
Kalau dari kata fanatik sendiri kadang Fanwar ya kak, pernah sih beberapa
suka ada aja penggemar satu sama kali, karena suka gregetan sama orang
lain pada berantem atau fanwar ya, yang nge tweet malah nyindir-nyindir
nah kamu pernah ikutan fanwar gitu gajelas gitu, kan jadi bikin emosi
ga? gituu ke akunya. Apalagi kalau misal
ada yang menang mingguan trophy di
acara musik, atau bahkan yang
menang di acara awards, rame tuh
kak fanwar, aku sampe gregetan
sendiri waktu itu
Oalah, gitu yaa. Nah, terus kalau Emm, kata temen-temen aku di
menurut kamu, kamu termasuk sekolah dulu, sama di twitter suka
penggemar fanatik ga? bilang aku fanatik, apalagi yang
gasuka sama kpop, suka ngejek mulu
fanatik-fanatik, gitu. Aku ya emang
mengakui sih aku fanatik, tapi di hal
positifnya, seperti yang aku bilang
tadi, salahsatu bentuk buat aku
ngedukung idol aku. Dan apa ya, aku
juga punya batasan, dimana aku
punya jalan hidupku sendiri, mereka
juga tentu punya jalan hidupnya
sendiri. mungkin hal itu juga yang
bikin aku dikatain fanatik sama
orang-orang, tapi mereka gatau apa
“fanatik” yang aku maksud sendiri.
Kamu waktu diejekin fanatik gitu Kadang iya, kadang engga.
suka merasa sakit hati ga? Tergantung mood aku juga sih kak.
Apalagi kalo aku abis beli
merchandise yang kayak album atau
photocard udah dateng terus aku nge
tweet atau update di story instagram
sama whatsapp, pasti ada aja yang
julid.
Loh, julid yang kayak gimana ta? Katanya buang-buang duit orangtua,
mending uangnya dipake buat yang
lain, trus paling parah sih suka
nyinyirnya gini kak, mungkin kaka
tau sendiri ya kan kakak juga sama
penggemar kpop. Dibilang, ih
ngapain sih beli merch atau nge
idolain orang korea? Mereka tau
kamu idup juga engga, suka emosi
aku tuh dengernya kalo ada yang
nyinyir gitu. Yang nyinyir tuh gatau
aja ada alasan apa aku begitu.
Iya ta. Oiya by the way kalo boleh Eh? Oh .. itu kak
tau, maksud tadi kamu alasan itu
kayak gimana?
Iya ta, gimana? Iya kak sensitif hehe, tapi gapapaa
Agak sensitif ya ini pembahasannya? aku mau bilang...
Kalo kamu gamau bilang alasannya Alasan aku mungkin kata orang
gapapa kok fanatik tuh buat nyembunyiiin.. kalo,
kalo aku tuh suka ngerasa tertekan.
Jadi aku alihin rasa itu sama beli
merch atau nge spam tweet ekspresiin
aku abis nonton atau liat konten dari
NCT.
Tata tertekan kenapa kalau boleh aku Emm...
tau? Dari orangtua aku kak pokoknya
hehe, maaf ya aku belum bilang
detailnya
Oiya, gapapa kok taa. Mungkin Hehe iyaa ka, makasih. Tentu aku
dicukupkan sekian ya wawancaranya. bakal terusin hal yang bikin aku
Dari kamu ta, kaka tau, pasti dibalik seneng
seseorang melakukan sesuatu ada
alasannya. Dibalik kamu yang aku
liat di twitter suka “fanatik” itu
ternyata ada yang tersembunti di balik
itu.
Ta, terusin hal yang bikin kamu
seneng, jangan terlalu dipikirn hal
yang bikin kamu sedih atau emosi
kayak ada yang nyinyir atau yang
julid itu yaa.
Ok terimakasih banyak ya taa atas Iya kak terimakasih kembali juga yaa.
waktunya ini huhu.

Oh iya ta, kalau misalnya ada hal Iyaa kaa, tentu, makasih perhatian
yang ingin kamu ceritain atau dari kakak....
bicarain tentang apapun, jangan ragu Mungkin dalam waktu dekat aku
buat dm yaa. Aku siap jadi pendengar bakal dm kakak yaa, aku tau kakak
cerita kamu. Jangan sungkan-sungkan tuh mahasiswi jurusan BK jadi tentu
yaa aku gabakal sungkan nanti hehe, tapi
tungguin ya kak, sampe aku dm kaka
nanti
Iyaa taa aku tunggu dm kamu nanti Iya kak siaaap
yaa

E. Kesimpulan
Dari sesi wawancara yang telah dilampirkan diatas bisa diketahui jika
Narasumber mengakui mempunyai fanatisme tersendiri kepada Idol Boyband
Kesukaannya yaitu NCT, seperti menonton segala konten dari NCT, ikut di
segala acara yang ada, seperti selca day, streaming youtube music video dari
NCT, membuat project ulangtahun, mengikut donasi, meng-vote di acara
awards, hingga membeli segala merchandise dari NCT mulai dari album hingga
ia menjadi kolektor photocard. Ia juga sempat bercerita jika pernah mengikuti
beberapa kali fanwar karena geram dengan tingkah penggemar idol lain yang
duluan mengajak fanwar. Namun, ia menjelaskan jika fanatisme yang ia lakukan
saat ber-media sosial di twitter itu merupakan salahsatu bentuk cara ia untuk
mendukung NCT. Dimana ia telah mengetahui batasan dimana menjadi seorang
penggemar kepada idolnya.
Namun, ternyata dibalik fanatisme yang Narasumber akui tersebut, ada
alasan mengapa ia se fanatik atau se fanatisme itu kepada NCT dalam bermedia
sosial di Twitter. Saat peneliti tanyai mengenai alasannya ia hanya bilang
tertekan, dan saat peneliti tanyai kembali ia hanya menjawab orangtuanya, tanpa
ada penjelasan lebih lanjut. Dan dari awal saat berkirim pesan dengan Tata atau
Narasumber ini, peneliti memang tidak mefokuskan akan melakukan konseling
seperti bagaimana yang ditugaskan, namun ingin menggali lebih informasi dulu
dari narasumber atau assesmen. Terlebih pada balasan Direct Message saat
peneliti bertanya alasan tersebut, sepertinya narasumber belum siap untuk
menceritakannya lebih lanjut, sehingga peneliti menawarkan jika di lain waktu
ia siap untuk bercerita dan membutuhkan teman cerita, hubungi peneliti karena
peneliti siap untuk menjadi pendengar ceritanya dan mungkin akan diadakan
sebuah konseling jika diperlukan.

F. Daftar Pustaka

Agnensia, N. P. (2018). Fan War Fans K-Pop dan Keterlibatan Penggemar


dalam Media Sosial Instagram. Jurnal Ilmu Komunikasi.

Eliani, J., Masturah, A. N., & Yuniardi, M. S. (2018). Fanatisme dan Perilaku
Agresif Verbal di Media Sosial pada Penggemar Idola K-Pop.
Psikohumaniora : Jurnal Penelitian Psikologi, 3, 59–72.

Etikasari, Y., & Yogyakarta, U. N. (2013). KONTROL DIRI REMAJA


PENGGEMAR K-POP (K-POPERS) (Studi pada Penggemar K-pop di
Yogyakarta) THE SELF-CONTROL AMONG TEENAGER OF K-POP
LOVERS (K-POPERS) (Study on K-pop Lovers in Yogyakarta). 190.

Rinata, A. R., & Dewi, S. I. (2019). Fanatisme Penggemar Kpop Dalam


Bermedia Sosial Di Instagram. Interaksi: Jurnal Ilmu Komunikasi, 8(2),
13. https://doi.org/10.14710/interaksi.8.2.13-21

Zukhrufillah, I. (2018). Gejala Media Sosial Twitter Sebagai Media Sosial


Alternatif. Al-I’lam: Jurnal Komunikasi Dan Penyiaran Islam, 1(2), 102.
https://doi.org/10.31764/jail.v1i2.235

Firdausi, Novandina Izzantillah. 2020. KONSELING ISLAM DENGAN


TEKNIK SELF CONTROL MENGGUNAKAN MUHASABAH DIRI
UNTUK MENGURANGI KECANDUAN K-POP PADA SEORANG
REMAJA DI DESA SIDOKERTO, SIDOARJO. Skripsi. Fakultas Dakwah
dan Komunikasi. Program Studi Bimbingan Konseling Islam. Universitas
Islam Negeri Sunan Ampel. Surabaya.

Anda mungkin juga menyukai