Anda di halaman 1dari 9

PENGALAMAN TAK PERNAH

SALAH:
46 NUTRISI PIKIRAN AGAR HIDUP
LEBIH INOVATIF
OLEH : GUSROWI

Tiani Sylvia Novianti


1174010164
Bimbingan Karir
BUKU INI
TENTANG APA
SIH?
Buku ini membahas tentang
pengalaman sehari-hari yang
terjadi di sekitar kita.
Buku ini merupakan “nutrisi”
yang membantu kita mengolah
pikiran kita untuk mengambil
pelajaran dari pengalaman dan
mengubah “mindset” kita untuk
lebih terbuka pada cara-cara
baru dalam mengatasi persoalan.
KENAPA DISEBUT PENGALAMAN TAK
PERNAH SALAH?

Karena tanpa kita sadari, apa yang kita alami dari pengalaman yang
telah terjadi merupakan pembelajaran yang berharga. Sensasi atas
pengalaman yang kita alami, entah bahagia, kecewa atau datar-datar
saja, semua pasti ada maknanya. Pengalaman memang terasa jujur
di tengah banyaknya kepalsuan yang ada di dalam hidup kita.
2 CERITA DARI 46 “NUTRISI”
PENGALAMAN HIDUP YANG
TAK PERNAH SALAH
NIATNYA BAIK, TAPI SOK TAHU

Cerita bermula dari seorang ayah yang mempunyai


niat baik kepada anaknya agar mengikuti les.
Namun anaknya menolak, karena malu katanya di
tempat les hanya dia laki-laki sendiri diantara lima
orang perempuan di tempat lesnya. Tapi si ayah
malah meyakinkan dan memotivasi si anak untuk
tidak mempersoalkannya. “toh niatnya belajar,
kenapa harus malu?”. Mungkin jika anaknya tidak
menangis, ayahnya tak akan tahu rasa malu yang
anaknya rasakan sungguhlah fatal, karena si anak
khawatir menjadi bahan ejekan, lelucon atau bully-
an oleh teman laki-lakinya yang lain.
APA YAH YANG BISA DIAMBIL
HIKMAHNYA DARI CERITA
TERSEBUT?
Walaupun niat sang ayah baik, nyatanya anaknya keberatan dan
menolaknya. Karena itu, janganlah hanya karena merasa sudah
berniat baik, kita beranggapan orang lain akan secara otomatis
menyetujuinya.
Mari menjadi pribadi yang hati-hati, apalagi menyangkut hal-hal
yang berhubungan dengan kepentingan orang lain. Jangan menjadi
pribadi-pribadi yang “sok tahu”, “kemeruh” dan merasa paling
benar, hingga melupakan pentingnya konfirmasi dan meminta
persetujuan.
Niat baik tidak akan berbuah baik jika tidak dibarengi upaya
memahami kepentingan orang yang akan terdampak oleh niat baik
tersebut.
MENYETEL SUDUT
PANDANG
Cerita bermula dari sepenggal curhatan seorang Bapak
mengenai anaknya yang baru berusia 14 tahun yang akhir-
akhir ini “nakal” yang membuat sang bapak marah, seperti
mulai berbohong, tidak patuh, tidak disiplin dan melanggar
janji. Sang bapak telah melakukan berbagai cara, baik lembut
maupun kasar.
Respon Gusrowi yaitu bertanya balik seperti “kira-kira apa saja
yang telah bapak lakukan kepada anaknya hingga ia menjadi
seperti itu? Keberaniannya berbohong menyiratkan ketiadaan
kepercayaan. Kira-kira apa yang telah bapak perbuat sehingga
ia tidak memiliki kepercayaan kepada bapak?”. Pertanyaan
yang diajukan membuat sang bapak terdiam. Tujuan Gusrowi
bertanya demikian agar dapat mengubah sudut pandang si
bapak dalam melihat masalah dari berpikir bahwa anaknya itu
si biang masalah sehingga si anaklah yang harus berubah, dan
mengubahnya menjadi sudut pandang yang menempatkan si
bapak sebagai pihak yang berperan juga berkontribusi
terhadap apa yang dialami dan dirasakan si anak.
Sebagaimana anaknya, si bapak juga perlu berubah dalam
memandang masalah ini.
Merespons pertanyaan Gusrowi tersebut, si bapak mulai menceritakan hal-hal
yang yang si bapak yakini berkontribusi pada kenakalan anaknya. Sebagai
Bapak, ia merasa tidak pernah berusaha memahami dan mengerti “dunia”
anaknya. Ia selalu menjadikan apa yang ia yakini dan pikirkan sebagai cara
terbaik bagi anaknya: cara yang benar hanyalah cara menurut si bapak,
bukan cara si anak.
Si bapak juga merasa tidak pernah memberi apresiasi atau pujian secara
langsung pada capaian-capaian yang dilakukan anaknya. Hal ini sangat tidak
sebanding dengan luapan kemarahan si bapak terhadap apa yang anaknya
rasakan.
Mungkin hal itulah yang kira-kiranya menjadi hal penyebab, mengapa
anaknya “nakal”. Bisa jadi si anak merasa minder, tidak percaya diri di rumah
karena merasa tidak memiliki kebanggaan apapun sebagai anak di mata
bapaknya. Apapun yang dilakukan tidak mendapatkan apresiasi, sehingga
kemarahan dari bapaknya membuat ia tenggelam dalam krisis kepercayaan
diri si anak. Dan mungkin kenakalan yang dilakukan si anak di luar rumah
adalah upayanya untuk menunjukkan kepada dunia sebagai pribadi yang
kuat, hebat, dan pernuh percaya diri. Disitulah si anak menempuh caranya
sendiri untuk mendapatkan pengakuan yang tidak ia dapatkan di rumah.
APA SIH YANG BISA DIAMBIL
HIKMAHNYA DARI CERITA
TERSEBUT?
Dampak dari si bapak yang tidak pernah berusaha memahami “dunia”
anaknya, selalu memikirkan yang ia lakukan merupakan yang terbaik dari
anaknya, dan tidak pernah memberikan apresiasi kepada anaknya menjadikan
anaknya berada dalam pusaran persoalan. Setelah sesi curhatan selesai, si
bapak berjanji untuk berusaha memahami kemauan dan kebutuhan anaknya,
lebih berusaha juga untuk melihat masalah dari sudut pandang yang berbeda,
termasuk dengan melihat dengan jernih dirinya sendiri sebagai pihak yang
mungkin berperan atas munculnya masalah yang ia dan anaknya alami dan
hadapi.
Makadari itu, mari menjadi pribadi yang tidak hanya melihat sudut pandang
dari setiap masalah yang menimpa kita dengan satu sisi saja, melainkan kita
harus tahu berbagai sisi sudut pandang yang ada agar kita mengerti,
misalnya mengapa ia bisa seperti itu,dsb agar terhindar dari kesalahpahaman
yang bisa menjebak kita dalam masalah yang rumit.

Anda mungkin juga menyukai