Anda di halaman 1dari 12

Langkah Menyiapkan

Pernikahan Bermakna
Hanny Fauziah, S. Psi. &
Fadel Muhammad, S. Kom.

01. Makna Pernikahan


Makna Pernikahan dan Tujuan Pernikahan dalam
Islam, Mengapa Perlu Menikah?
Cerita Hanny Tentang Menemukan Makna Pernikahan

Sejak usia Sekolah Dasar (SD), aku terpikirkan bahwa anak adalah hasil
dari didikan orang tuanya. Saat ada temanku yang nakal, aku
membayangkan bagaimana orang tuanya mendidik ia di rumah hingga
bisa menjadi seperti itu. Pun jika ada temanku yang sangat baik, aku juga
langsung membayangkan bagaimana orang tuanya. Sejak SD itu juga, aku
sudah bisa merasakan ketidaknyamanan yang berarti semisal aku
dibentak atau diperlakukan tidak menyenangkan. Entah oleh orang
tuaku, nenekku, guruku, atau orang dewasa lainnya. Aku yang masih kecil
saat itu berpikir bahwa tidak seharusnya mereka memerlakukanku
demikian karena ada rasa sakit yang tertinggal setelahnya. Namun aku
masih terlalu kecil saat itu. Tidak tahu bagaimana harus mengutarakan
perasaan yang kupunya. Tidak tahu juga siapa yang benar. Apakah aku
yang tidak nyaman saat diperlakukan kurang baik atau mereka yang
melakukan hal tersebut dengan niat ingin mendidikku. Ya, aku yakin,
sebenarnya setiap orang tua pasti sudah berusaha melakukan yang
terbaik untuk anak yang dicintainya. Hanya saja mungkin mereka tidak
selalu tahu cara yang terbaik untuk melakukannya.

Saat kelas 6 SD, aku pindah sekolah dan mengharuskanku menaiki


angkutan umum dengan jarak tempuh yang lumayan jauh. Di angkutan
umum itu, aku sering sekali bertemu dengan seorang ibu dan anak kecil.
Biasanya anak-anak kecil itu berpakaian seragam sekolah. Menandakan
mereka hendak pulang sehabis sekolah. Aku sering sekali melihat anak-
anak kecil itu melongok ke jendela, mengajak ibunya bercanda, atau
menjahili orang-orang asing di dalam angkutan umum. Satu hal yang
banyak kujumpai dan sering membuat hatiku seperti teiris adalah anak-
anak itu dipukul, dicubit, dibentak, dipaksa untuk diam. Mereka dianggap
mengganggu orang lain dengan tingkahnya tersebut. Sang anak biasanya
menangis, lalu cubitan sang ibu menjadi semakin keras. Hatiku sakit
sekali melihatnya. Aku yang belum tahu apa-apa tentang pengasuhan,
saat itu sering berpikir “Apakah harus seperti itu?”. Tanyaku tak pernah
terjawab karena akupun tak pernah mencari jawabannya di mana-mana.

Sejak SD juga, aku memiliki banyak teman baik. Aku sering


menyempatkan waktu untuk menginap atau bermain di rumah teman-
teman. Satu hal yang aku sadari setelah dewasa adalah ternyata dulu aku
senang sekali memerhatikan keluarga teman-temanku.
Langkah Menyiapkan Pernikahan Bermakna - HannyFadel | 1
Aku senang menebak-nebak bagaimana ia diasuh oleh ayah dan ibunya.
Aku senang setiap mengunjungi rumah mereka dan melihat interaksi
mereka dengan orang tuanya. Aku nilai menurut diriku sendiri, sikap
orang tua seperti apa yang membuatku bahagia dan tidak. Aku baru
sadar, ternyata aku senang mengamati manusia sejak kecil. Lalu
membuat penilaian dalam diriku sendiri. Apa yang baik, kucoba untuk
ikuti dan ingat baik-baik. Apa yang tidak, kucoba untuk jauhi. Meski
kenyataannya tidak semudah itu memang. Aku tetap manusia biasa
dengan ketidaksempurnaan dan kesalahan.

Sejak kecil juga, aku sering menemani almarhum bapak menonton


televisi. Beliau suka sekali menonton berita atau program-program
semacamnya. Aku jadi banyak melihat orang-orang hebat di luar sana.
Satu hal yang selalu terpikirkan adalah “Bagaimana orang tua mereka
bisa mendidik mereka hingga menjadi pemimpin seperti itu, ya?”, atau
“Bagaimana mereka dididik sehingga bisa menemukan hal luar biasa
seperti itu?”. Setiap membaca buku biografi, buku pelajaran yang
mengisahkan orang-orang hebat, selalu pertanyaan itu yang muncul di
kepalaku. Aku selalu penasaran tentang bagaimana seseorang dididik dan
diasuh hingga bisa menjadi seperti dirinya yang sekarang.

Kita pasti sudah lelah mendengar banyaknya permasalahan sosial di


sekitar kita. Anak yang membunuh ibu, anak yang menendang kakeknya,
ibu yang menyabet anaknya dengan ikat pinggang, ayah yang
memerkosa anaknya. Kita pasti sudah sangat lelah dan banyak mengelus
dada. Lantas aku berpikir bahwa salah satu cara paling paripurna untuk
menghadirkan masyarakat yang menentramkan adalah dengan cara
menghadirkan keluarga-keluarga yang baik, yang tumbuh bersama
dengan cinta. Saat keluarga yang mengisi masyarakat baik, maka baik
pula masyarakat tersebut. Dan bagian di dalam keluarga adalah individu
sehingga semua perbaikan besar itu perlu dimulai dari entitas paling kecil
di masyarakat, yaitu diri sendiri. Hal ini juga yang membuatku sangat
tertarik masuk psikologi. Belajar tentang manusia. Tentang orang-orang
di dalam keluarga dan yang akan membentuk keluarga.

Sebagai anak yang besar dan tumbuh di perkotaan, aku dan teman-
teman sering main ke mall, meskipun saat itu usia kami masih SD.
Sekadar jalan-jalan menghibur diri. Salah satu tempat yang biasa kami
singgahi adalah toko buku. Aku senang setiap mampir ke toko buku dan
menemukan buku menarik untuk dibaca.
Langkah Menyiapkan Pernikahan Bermakna - HannyFadel | 2
Sebagai anak kecil yang tak punya banyak uang, memiliki kesempatan
untuk membaca gratis meskipun harus berdiri sepanjang membaca
adalah suatu kemewahan. Salah satu buku yang tak pernah luput kucari
setiap mampir ke toko buku adalah buku Chicken Soup for the Soul.
Banyak dari cerita-cerita di dalamnya yang membuat hati dan pikiranku
tercerahkan. Selalu menarik karena kesemuanya kisah nyata. Terlebih,
banyak juga kisah-kisah tentang keluarga di dalamnya. Aku banyak
belajar tentang hubungan dari buku itu. Hubungan dengan keluarga,
dengan teman, dengan diri sendiri. Satu hal yang sangat aku syukuri
ketika aku dewasa adalah aku banyak membaca buku-buku tersebut
yang atas izin Allah akhirnya membuat ketertarikanku pada hubungan
keluarga semakin besar. Apa yang sering kuamati, aku rasakan, dan aku
baca seperti terhubung hingga menghadirkan minat yang sangat besar
padanya. Ya, aku tertarik sekali dengan topik keluarga.

Saat duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP), keluargaku


memiliki komputer untuk pertama kalinya. Aku senang sekali! Aku
banyak menulis di sana. Apapun aku tuliskan. Cerpen, curahan hatiku,
surat untuk anakku di masa depan, dan termasuk juga semua yang aku
pikirkan tentang orang tuaku. Aku membuat catatan tentang apa yang
aku sukai dan tidak aku sukai dari orang tuaku dan saudara-saudaraku.
Aku berharap kelak aku mengingatnya dengan baik lalu berusaha untuk
menerapkan apa yang kusukai dan tidak menerapkan apa yang tidak
kusukai pada anakku nanti. Sayang sekali, sekarang komputernya sudah
entah di mana dan aku tidak pernah tahu bahwa ternyata memory-nya
bisa diselamatkan. Alhasil, semua tulisanku tak lagi bisa kubaca sekarang.
Tapi setidaknya aku juga mencatatnya di kepalaku.

Semakin bertambahnya usia, aku semakin suka membaca buku.


Alhamdulillah. Akupun menjadi semakin mendapat pencerahan tentang
bagaimana kelak aku ingin membentuk keluarga, bagaimana kelak aku
ingin mendidik anak. Aku sudah membayangkan anakku bahkan sebelum
terpikirkan bahwa untuk itu aku perlu juga memikirkan pasangan hidup
seperti apa yang kuinginkan. Aku lebih banyak menghabiskan waktu
untuk memikirkan anakku di masa depan daripada pasanganku di masa
depan. Dari ketertarikanku tentang kehidupan keluarga, aku mendapat
pelajaran berarti.

Langkah Menyiapkan Pernikahan Bermakna - HannyFadel | 3


Menjadi orang tua bukanlah peran yang dapat dilakukan dengan
sembarangan. Kita tak bisa menjalaninya dengan mengalir begitu saja
tanpa pernah tahu bagaimana cara mendidik anak dengan baik dan
benar. Akibat darinya adalah anak yang tumbuh dengan banyak luka di
hatinya. Anak yang tumbuh tanpa tahu mana benar dan salah.
Membuatnya berpotensi melakukan hal-hal tidak baik akibat hal
tersebut. Aku tidak ingin suatu hari nanti mengemban amanah menjadi
orang tua tanpa memiliki bekal yang cukup. Aku tak ingin anak-anakku
nanti menyesal memiliki ibu sepertiku dan hidup dengan
ketidakbahagiaan. Aku ingin anakku tumbuh dengan penuh cinta dan
bisa menebarkan cinta lebih luas lagi. Aku ingin ia menjalani hidupnya
dengan rasa nyaman atas dirinya sendiri. Berawal dari itu, akhirnya aku
tersadarkan bahwa aku juga harus menyiapkan kehidupan pernikahan
karena itulah fase yang harus kulalui terlebih dahulu sebelum menjadi
ibu.

Akhirnya aku belajar tentang kehidupan pernikahan. Jika dulu aku


mencatat pengasuhan seperti apa yang ingin aku terapkan kelak saat
menjadi orang tua, kini aku mulai memikirkan laki-laki seperti apa yang
baik untuk menjadi pendampingku dan juga teman hidupku untuk
mendidik anak. Aku ingin laki-laki yang nantinya membersamaiku juga
memiliki semangat yang sama untuk menciptakan keluarga yang baik.
Aku ingin ia memandang bahwa mendidik anak sebaik mungkin adalah
hal yang penting. Aku ingin bersamanya kami dapat membangun
keluarga yang penuh cinta di dalamnya. Menciptakan keluarga bahagia
tak berarti harus selalu menjadi keluarga yang terkenal, dipandang orang,
atau membuat hal-hal ajaib untuk dunia. Keluarga bahagia bisa bermakna
sesederhana saling mencintai satu sama lain dan bersama-sama
mengajak mengerjakan kebaikan. Satu yang aku yakini adalah
mengawalinya dengan memperbaiki diri. Lalu mencari pasangan yang
baik agamanya.

Langkah Menyiapkan Pernikahan Bermakna - HannyFadel | 4


Jika ditanya apa makna pernikahan untukku, jawabannya adalah
bersatunya dua orang di dalam kebaikan untuk bekerja sama melakukan
kebaikan dan menyebarkan kebaikan yang lebih luas lagi. Hingga
akhirnya kebaikan-kebaikan itulah yang akan menghiasi lingkungan,
masyarakat. Dan kesemuanya itu tak bisa hadir langsung di depan mata.
Kita perlu bersiap dan berjuang dengan cara menjadi diri yang baik,
mencari orang yang baik, dan berjuang menciptakan keluarga yang baik
pula.

Ya, itulah perjalanan yang kumiliki tentang menemukan makna


pernikahan. Diawali dari berbagai pengalaman hidup yang kupunya,
membawaku pada penyadaran bahwa dunia ini perlu diisi dengan banyak
keluarga yang baik. Dan untuk menciptakannya harus dimulai dengan
mempersiapkan diri. Bersiap dari jauh-jauh hari. Jauh bahkan dari
sebelum kita bertemu pasangan. Dimulai dari diri sendiri.

Langkah Menyiapkan Pernikahan Bermakna - HannyFadel | 5


Cerita Fadel Tentang Menemukan Makna Pernikahan

Saat saya baru masuk kuliah, saya banyak berinteraksi dengan senior
beberapa tahun di atas saya yang sudah menikah. Mereka menikah di
usia cukup muda, awal 20-an, sehingga membuat saya merasa biasa saja
dengan nikah muda. Bukan hal yang harus dibesar-besarkan. Lebih lagi,
sepertinya saya terpengaruh untuk menikah muda.

Kehidupan saya berlanjut, dan saya mulai melihat “hasil karya” dari
pernikahan senior-senior saya. Mereka menikah tidak hanya untuk
menjalani cinta yang halal, tapi juga menjadi berdampak dan berdaya.

Saya melihat, ada teman yang keluarganya semuanya penghafal Qur’an.


Saya sangat terdorong: bagaimana ya saya bisa menjadi seperti orang
tuanya? Bisa mendidik anak-anaknya menjadi penghafal. Saya juga
melihat ada pasangan yang mengurus perusahaan atau komunitas
bersama. Bagaimana ya saya bisa berkolaborasi seperti itu juga dengan
pasangan saya kelak?

Berlanjut lagi, saya berteman dengan anak seorang tokoh parenting di


Indonesia. Dia ini bisa kuliah 3 tahun lebih cepat dari teman seumuran,
bahkan adiknya memilih homeschooling atas keinginannya dan
kesadarannya sendiri, di usia yang sangat belia. Saya melihat: kok bisa ya
seorang pasangan, berkolaborasi memberi ilmu parenting ke ribuan orang
se-Indonesia, dan mendidik anak menjadi sebegitu mandirinya dan cepat
perkembangannya?

Dengan kumpulan pengalaman itu, saya memaknai pernikahan adalah


tentang berdaya bersama untuk Islam. Tidak hanya suami dan istri, tapi
juga bersama anak-anak. Di imajinasi saya, pernikahan adalah bersama
orang yang tidak hanya kita cintai, tapi juga ikhtiar bersama untuk
bermanfaat bagi sekitar.

Langkah Menyiapkan Pernikahan Bermakna - HannyFadel | 66


Semakin dewasa, semakin banyak pula teman-teman dekat saya yang
menikah atau setidaknya menngarah ke sana. Semakin banyak pula saya
mendapat cerita dari teman-teman saya: tentang bagaimana mereka
didatangi lelaki, memberi harapan bahkan janji manis, lalu ditinggal begitu
saja tanpa kejelasan. Si lelaki terlihat bahagia, si perempuan bertahun
merana.

Saya jadi belajar makna pernikahan lain: keseriusan. Bagi saya, proses
menuju pernikahan adalah hal besar yang tidak bisa main-main. Kalau
belum niat serius, ya tidak perlu memberi harapan bahkan memberi janji.
Ini sangat saya kuatkan dan tanamkan dalam diri saya, sangat tidak mau
menjadi seperti lelaki-lelaki tukang janji tadi.

Langkah Menyiapkan Pernikahan Bermakna - HannyFadel | 7


Apa Sebenarnya Makna Pernikahan?

Dari sudut pandang Islam, “Kata nikah, dalam Kitabullah, disebutkan


untuk menunjukkan akad syar’i dan hukum-hukum syar’i yang menjadi
konsekwensinya, selain persetubuhan dan pergaulan suami istri” (Majdi
bin Manshur bin Sayyid asy-Syuri dalam Mahkota Pengantin)

Secara umum, pernikahan adalah akad yang menyatukan 2 orang lawan


jenis yang boleh menikah (non mahram) dalam satu ikatan yang halal.

Definisi ini berimplikasi pada banyak hal, di antaranya munculnya


tanggung jawab dan peran sebagai suami dan istri, halalnya bersentuhan,
saling memandang, serta berhubungan biologis untuk memiliki
keturutunan, dan tanggung jawab untuk mengurus anak.

Selain itu, makna nikah sebagai ibadah berimplikasi dari menikah adalah
membuat segala hal di dalamnya menjadi pahala. Membuat yang haram
saat belum akad, menjadi pahala setelah sudah akad. Bercanda,
mengobrol, memberi hadiah, bepergian bersama, makan bersama,
semuanya jadi bernilai ibadah.

Tentunya teman-teman bisa punya makna tambahan selain makna-


makna utama tersebut. Di antaranya, menikah berarti punya teman
diskusi dan mengobrol seumur hidup, teman berkolaborasi bersama,
membuat ikhtiar atau project bersama untuk bermanfaat bagi sekitar,
dan mendidik anak yang kelak bisa berkontribusi untuk agama dan
masyarakat.

Namun menjadikan nikah sebagai ibadah adalah seutama-utamanya niat.


Yang dengannya kita bisa memaknai menikah sebagai ibadah sepanjang
waktu sepanjang hidup.

Langkah Menyiapkan Pernikahan Bermakna - HannyFadel | 8


Menyiapkan dan menjalani pernikahan yang bermakna, tentunya ada
tujuan yang ingin dicapai,
Apa saja ya tujuan pernikahan itu?

Berdasarkan apa yang kami pelajari dari beberapa buku dan kajian,
berikut adalah tujuan dari pernikahan:

1. Fitrah manusia
Hidup berpasangan adalah fitrah manusia. Islam adalah agama yang
sangat lengkap, mengatur semua hal dalam hidup manusia, termasuk
mengatur cara paling mulia bagaimana seorang manusia harus memenuhi
fitrahnya ini, yaitu dengan pernikahan.

2. Menjalankan perintah Allah sebagai bentuk ketaatan


“Dan nikahkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu, dan orang-
orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan
hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah akan
memampukan mereka dengan kurnia-Nya. Dan Allah Maha luas (pemberian-
Nya) lagi Maha Mengetahui (QS. An Nur: 32)

3. Menjalankan sunnah Rasulullah


“Menikah adalah sunnahku, barangsiapa yang tidak mengamalkan sunnahku,
bukan bagian dariku. Maka menikahlah kalian, karena aku bangga dengan
banyaknya umatku (di hari kiamat) (HR. Ibnu Majah)

4. Menyempurnakan separuh agama


“Barangsiapa menikah, maka ia telah melengkapi separuh dari agamanya.
Dan hendaklah ia bertaqwa kepada Allah dalam memelihara yang
separuhnya lagi.” (HR Ath-Thabrani)

Langkah Menyiapkan Pernikahan Bermakna - HannyFadel | 9


5. Menjadi benteng untuk terjaganya akhlak
“Wahai, para pemuda! Barangsiapa diantara kalian berkemampuan untuk
nikah, maka nikahlah, karena nikah itu lebih menundukkan pandangan,
dan lebih membentengi farji (kemaluan). Dan barangsiapa yang tidak
mampu, maka hendaklah ia puasa (shaum), karena shaum itu dapat
membentengi dirinya.” (HR. Ahmad & Bukhari)

6. Membuat seseorang menjadi tenang dan damai


“Di antara tanda-tanda kekuasaanNya ialah Dia menciptakan untuk kalian
istri-istri dari jenis kalian sendiri supaya kalian cenderung dan merasa
tenteram kepadanya”. (QS Ar Rum: 21).

7. Memiliki keturunan
“Allah telah menjadikan dari diri-diri kamu itu pasangan suami istri dan
menjadikan bagimu dari istri-istri kamu itu, anak-anak dan cucu-cucu,
dan memberimu rezeki yang baik-baik. Maka mengapakah mereka
beriman kepada yang bathil dan mengingkari nikmat Allah ? ” [An
Nahl:72].

Selain itu…
Tujuan dari pernikahan juga adalah untuk menjalankan tugas
perkembangan kita. Menurut Erik Erikson, manusia berkembang melalui
berbagai tahapan yang berbentuk tingkatan, yang dikenal dengan
perkembangan psikososial.
Dalam teorinya, ia mengatakan bahwa sepanjang hidupnya manusia
bergerak dari satu tingkat menuju tingkat selanjutnya. Di setiap
tingkatan, terdapat tugas perkembangan yang perlu diselesaikan.
Seseorang akan menjadi individu yang berkembang dengan baik jika
setiap tugas di tahapan tersebut berhasil dicapai.

Langkah Menyiapkan Pernikahan Bermakna - HannyFadel | 10


Menurut teori psikososial ini, tugas dari tahap perkembangan untuk
manusia di usia 18-35 tahun adalah intimacy vs isolation. Di tahap ini,
seseorang merasa siap membangun hubungan yang dekat dan intim
dengan orang lain. Erikson percaya bahwa sangat penting bagi orang
untuk membangun hubungan yang dekat dan berkomitmen dengan
orang lain. Mereka yang berhasil pada tahap ini akan membentuk
hubungan yang tahan lama dan aman (secure). Tentunya, ia dianggap
mencapai potensi perkembangannya saat berhasil melalui tugas tersebut.
Dan sebaliknya, bagi mereka yang tidak berhasil menjalin hubungan dan
komitmen yang kuat dengan orang lain, ia akan terisolasi dan akan
semakin berat dalam menjalani tahapan perkembangan selanjutnya.

Pernah nggak, teman-teman mendapatkan sesuatu lalu merasa cukup?


Merasa tidak perlu nambah lagi atau beli lagi karena sudah merasa utuh
terisi. Misal mungkin makanan atau belajar di kampus.

Sejak awal kami menikah, kami sangat merasakan segimana tentramnya


hidup sebagai pasangan. Merasa cukup.

Kami juga merasa hidup lebih fokus. Waktu tidak lagi terbuang untuk
memikirkan masalah percintaan. Waktu gabut juga sangat berkurang,
karena waktu banyak diisi untuk belajar bersama, melakukan kegiatan
bermanfaat bersama, upgrade diri bersama, dan mengurus keluarga.
Apalagi saat sudah akan menjadi orang tua. Waktu hidup kami jadi terasa
lebih produktif, bermakna, dan semakin fokus dengan tujuan hidup yang
ingin dicapai.

Saat ada ide project yang ingin dijalankan, pemikiran atau ketakutan
terkait karir, mimpi-mimpi masa depan, selalu ada orang yang setia
mendengarkan dan mendukung.

Jika kamu punya mimpi, tujuan hidup, rencana masa depan yang ingin
dicapai, pernikahan bisa menjadi support terkuat untuk mencapainya.
Oleh karena itu, memudahkan mencapai mimpi serta harapan hidup bisa
menjadi tujuan pernikahan juga!

Langkah Menyiapkan Pernikahan Bermakna - HannyFadel | 11

Anda mungkin juga menyukai