Anda di halaman 1dari 3

Peran Orang Tua dalam Membentuk Karakter Anak Remaja

Orang tua merupakan faktor uatama dalam pembentukan karakter anak karena dari
sajak lahir orang tua merupakan madrasah pertama seorang anak sebelum menginjak bangku
sekolah. Kalaupun anak tersebut sudah masuk sekolah, tetap saja waktu orang tua bersama
sang anak akan lebih lama dibandingkan guru sekolahnya. Jadi, sebagai orang tua itu juga
harus memiliki ilmu terutama ilmu agama dan adab, bukan malah menyerahkan semua
Pendidikan anak kepada gurunya, karena guru baru akan bertemu dengan siswa pada umur 7
tahun di SD. Sedangkan jika dari rumah anak sedah memiliki kebiasaan buruk dari kecil
maka hal tersebut akan sulit untuk diubah apalagi jika sudah menginjak usia remaja.
Usia remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa,
tentunya dengan melalui berbagai tahap perkembangan untuk mempersiapkan diri menjadi
dewasa. Masa remaja ini sangat penting dalam mendidik karakter untuk mempersiapkan
anak muda yang taat dan beriman kepada Allah Swt atau bisa disebut anak muda yang
berada pada jalan yang lurus. Mengapa demikian? Karena masa-masa pembentukan karakter
itu sebaiknya dilakukan sejak kecil, jika karakternya terlanjur buruk maka pasti juga nantinya
menjadi pemuda yang berakhlak buruk. Namun zaman sekarang, dapat dilihat begitu banyak
kelakuan-kelakuan miris yang diperlihatkan oleh anak remaja entah itu saat bergaul dengan
teman, keluarga bahkan kepada orang tuanya sendiri seperti perjudian, tauran, penganiyayaan
teman, tidak memperhatikan adab bahkan durhaka kepada arang tua, namun orang tua hanya
berdiam diri sebagai penonton seolah hal itu bukan masalah besar dan hal yang lumrah terjadi
dikalangan anak remaja bahkan berfikir anak tersebut akan sadar dengan sendiri jika sudah
dewasa.
Orang tua yang sadar terhadap perannya akan memikirkan Langkah apa yang harus
diambil untuk memperbaiki akhlak anak remaja yang terlanjur rusak. Tentu semua kita tau
bahwa anak remaja sekarang, kelak akan menjadi pemimpin dimasa yang akan datang, kelak
akan akan menggantikan posisi pemimpin kita sekarang, namun jika anak remajanya hanya
bisa rebahan, main game, main social media, buruk akhlaknya, apakah negara kita Indonesia
kelak akan dipimpin oleh pemimpin yang seperti itu? Apa kabar negara kita dimasa yang
akan datang? Apakah kita selama ini pernah berfikir bagaimana mengatasi masalah ini? Tentu
ini bukan masalah kecil.
Buruknya akhlak anak remaja akan mengantarkan pada kehancuran bangsa, mengapa tidak?
Hal tersebut sudah mencerminkan sifat calon-calon penerus bangsa. Kenakalan remaja
merupakan segala bentuk tindakan tang tidak baik/melanggar aturan dalam masyarakat yang
disebabkan pengabaian sosial yang dilakukan oleh anak remaja, seperti balap liar, melakukan
tindak kekerasan, dan lain-lain. Diantara penyebab terjadinya kenakalaan remaja adalah
kurangnya interaksi anatara orang tua dengan anak, menapa demikian? Karena dengan
kurangnya komunikasi, kasih sayang dari keluarga, akan membut anak tersebut kurang kasih
sayang sehingga mencari kasih sayang di tempat lain, padahal tidak bisa kita pastikan bahwa
apa yang mereka terima diluar itu baik untuk mereka, justru kebanyakan akhlak buruk
mereka dapatkan dari luar, dari teman dan tempat bergaulnya. Bahkan sering sekali orang tua
meremehkan anak remaja, anggapannya biarkan anak remaja dengan anak remaja, itu urusan
mereka. Buktinya apa? Sekarang jarang sekali kita jumpai ada anak remaja yang tahan lama
duduk berbincang-bincang dengan orang tua, atau Ketika ada aktifitas gotong royang itu
hanya dipenuhi oleh orang tua saja dan sedikit sekali anak muda yang ingin bergabung disana
padahal jika komunikasi antara anak muda dengan orang tua itu baik maka seharusnya anak
mudalah yang melakukan gotong royang karena tenaganya lebih besar dibandingakan orang
tua dan orang tua hanyalah memberikan arahan, tetapi justru yang terjadi malah sebaliknya
sehingga mereka hanya berkumpul dengan sesamanya anak muda, padahal disitulah sering
terjadi penyimpangan karena tidak akan ada sosok yang dapat menasehatinya.
Penyimpangan sering terjadi disebabkan dua hal yaitu adanya nikmat sehat dan waktu
luang, pernahkah kita berfikir, apa yang dilakukan anak kita diwaktu luangnya? Kebanyakan
kita hanya sibuk terhadap aktifitas kita masing-masing, ayah sibuk dengan kerjaanya, ibu
sibuk dengan pekerjaan rumah tanggah sedangkan anak akan menghabiskan waktu luangnya
tanpa pengawasan dari orang tua. Sehingga meraka akan mencari aktifitas-aktifitas yang
dapat menyibukkan mereka yang membuat mereka senang entah itu mereka jalan-jalan
dengan temannya, main social media, belanja bahkan hal-hal negative bisa saja mereka
lakukan dengan berbagai fasilitas-fasilitas yang kita berikn kepada mereka. Padahal kita
sendiri tadak pernah memikirkan bahwa apakah fasilitas yang diberikan kepada anak-anak itu
dimanfaatkan dengan baik? Kita hanya memberikan fasilitas tanpa melihat manfaat, sebab,
dan akibatnya. Buktinya banyak orang tua hanya membelikan alat komunikasi seperti hp,
leptop, motor tanpa memperhatikan dipergunakan apa fasilitas tersebut, seolah-olah tugas
orang tua hanya menafkahi dan memfasilitasi dan tidak bertanggung jawab terhadap yang
terjadi kedepannya.
Uang jajan yang kita berikan, pernah kita tanya untuk apa? Tentu jawabannya tidak,
kita terlalu sibuk mencari uang untuk anak keluarga tanpa memperhatiakan pemanfaatannya.
Kalaupun uangnya digunakan untuk membeli buku, sudahkah kita pastikan bahwa buku
tersebut cocok dan baik untuknya, jangan sampai mereka membaca bacaan yang seharusnya
belum boleh mereka baca sehingga hal tersebut pun akan mengakibatkan hal yang buruk.
Seperti anak yang masih SD tapi sudah membaca buku bacaan yang seharusnya dibaca oleh
orang yang hendaknya menikah sehingga mengakibatkan terjadinya pacaran dini dikalangan
anak SD. Selain fasilitas dan materi, pernah kah juga kita mengajarkan anak-anak kita
tentang ibadah? Tentang adab? Jangan-jangan semua itu kita serahkan kepada guru
sekolahnya dan tidak merasa bertanggung jawab akan hal itu? Karena banyakan anak zaman
sekaran bahkan orang yang sudah duduk dibangku perkuliahan tapi tidak tau mengaji bahkan
lebih jago dalam berbaha asing seperti Bahasa inggris. Jika bukan para orang tua yang
berinisiatif untuk memperbaiki karakter anak remaja lalu siapa lagi?
Adapun saran penulis dalam hal ini yaitu: pertama, memperbaiki komunikasi kita
terhadap anak-anak, seperti memperhatikan apa yang mereka lakukan dirumah, disekolah,
ditempat bergaulnya, dan lain-lain tanpa membuat mereka merasa tertekan. Kita coba
mengawasi dari jauh, digunakan apakah fasilitas-fasilitas yang selama ini kita berikan. Juga
jangan lupa berikan dukungan-dukungan atau motivasi kepada anak-anak bahkan hal-hal baik
kecilpun harus kita beri apresiasi, agar meraka juga semangat untuk tetap berada dalam jalan
yang lurus. Kemudian mengajarkan anak-anak tentang beribadah, bagaimana menjadi anak
yang sholeh/sholehah, tentang bagaiana adab bergaul terhadap orang yang lebih muda, teman
sebaya, dan orang yang lebih tua. Jika kita kurang memiliki ilmu agama maka salah satu
langkah yang bisa kita ambil adalah memasukkan anak kita di pondok pesantren.
Pondok pesantren merupakan Lembaga Pendidikan agama islam dengan sistem
mondok, yang mana didalamnya santri akan dididik menjadi anak yang paham terhadap ilmu
agama, mengerti tata cara beribadah dengan baik dan benar, bagaimana berahlak terhadap
sesama manusia, bahkan bukan hanya tentang ilmu agama saja tapi juga tentang ilmu umum,
seperti IPS, IPA, bahasa Inggris, dan lain-lain. Sehingga orang tua tidak perlu khawatir jika
anaknya masuk pondoh hanya tahu mengaji dan ilmu agama saja sehingga tidak bisa bersaing
di dunia kerja. Tapi sebelum memasukkan anak kita ke pondok pesantren kita harus
memastikan bahwa pondok tersebut benar-benar mengikuti ajaran nabi sesuai dengan Al-
Qur’an dan Hadis, jangan sampai karena kita salah memilih pondok sehingga harapan kita
agar anak tersebut tumbuh menjadi pemuda yang berada di jalan yang lurus justru hancur
masa depannya karena zaman sekarang banyak yang mengatas namakan pondok pesantren
tetapi ajarannya tidak mencerminkan sebagai mana seharusnya didikan pondok pesantren
yang sesuai dengan ajaran nabi berdasarkan Al-Qur’an dan Hadis. Mungkin banyak yang
bertanya bagaimana cara memilih pondok yang baik? Nah, yang pastinya kita harus
memperhatikaan kegiatan formal dan informal pondok tersebut, memperhatikan kurikulum
pendidikannya, bertanya terhadap warga sekitar tentang kualitasnya, bagaimana gurunya
dalam mendidik, dan jangan lupa melihat bagaiamana alumni-alumni lulusan pondok
tersebut. Semoga dengan saran-saran tersebut dapat bermanfaat terhadap pembentukan
karakter anak remaja dalam mempersiapkan pemuda yang berada dijalan yang lurus.

Catatan Reviewer:
1. Menulis opini tidak perlu terlalu banyak, cukup 500-700 kata.
2. Setiap paragraf, cukup terdiri dari 2-3 baris
3. Hindari keseringan mengulang kata, pemborosan kata dan penjelasan ganda. Ingat!
Opini harus ditulis sesingkat dan sepadat mungkin, namun tetap harus jelas.

Anda mungkin juga menyukai