Anda di halaman 1dari 2

Fenniya Angel Lee

XA4/8
OTOBIOGRAFI

Nama saya Fenniya Angel Lee. Saya lahir di Bondowoso pada tanggal 5 Oktober 2004.
Saya anak kedua dari dua bersaudara. Saya memiliki seorang kakak laki-laki yang berumur
tiga tahun lebih tua dari saya.

Sejak kecil, saya merupakan seorang yang pemarah. Bahkan saat saya masih bayi, saya
sering marah dan menangis. Sifat jelek ini terus terbawa saat saya masih TK hingga SD.
Untungnya, ketika saya sudah SMP saya mulai sadar dan mulai meninggalkan sifat ini. Selain
itu, saya juga suka mengatur orang sejak masih kecil. Seperti sebelumnya, sifat ini hilang saat
saya mulai memasuki SMP. Dulu, saya merupakan orang yang sangat percaya diri, namun lagi-
lagi sifat itu juga hilang saat saya memasuki SMP. Jadi, saat saya mulai memasuki SMP, sifat
saya berubah drastis, baik yang buruk maupun yang baik.
Sebelum memasuki SMP saya memang berniat memperbaiki sifat saya. Saya memang
sudah menyadari kejelekan sifat saya sejak kecil, namun saya tidak bisa merubahnya. Saya
menjalani playgroup, TK, dan SD di Bondowoso. Saya memutuskan memulai hidup baru dan
melahirkan diri baru ketika SMP, saat bersekolah di Jember. Terlebih lagi, hanya 5 orang yang
berasal dari SD yang sama dengan saya yang bersekolah di Jember, sehinggal hal ini membantu
saya mengatur ulang semua emosi dan sifat saya di lingkungan yang baru.
Saat awal bersekolah di Jember, saya masih memiliki sifat percaya diri saya, sehingga saya
dengan cepat mendapatkan beberapa teman, dan beberapa dari mereka sudah dekat dengan
saya dalam waktu yang singkat. Walaupun mungkin beberapa dari teman sekelas saya sudah
berkelompok karena berasal dari SD yang sama, saya dengan mudah berbaur dengan mereka.
Hal ini membuat saya cukup puas karena ketika saya SD, teman saya tidak terlalu banyak.
Dengan begitu, saat-saat SMP berjalan dengan baik. Namun, terkadang sifat asli saya muncul
ketika saya ada di rumah. Saya menjadi bingung dengan sifat saya, namun sampai sekarang
saya masih berusaha sebaik mungkin untuk mengatur emosi saya terlebih saat di rumah.
Saat saya SMP, banyak hal yang membuka mata saya. Begitu banyak teman yang lebih
daripada saya. Hal inilah yang membuat saya menjadi anak yang tidak percaya diri dan tidak
seaktif saat masih SD dulu. Hal ini juga masih terbawa hingga saat ini. Karena banyaknya
teman yang lebih daripada saya, saya menjadi minder dan merasa tidak bisa sebaik mereka.
Saat ini, saya juga sering memperhatikan apa kata orang daripada dulu. Sehingga sekarang,
saya juga memfokuskan diri untuk mencari bakat dan minat saya. Saya harap, saya dapat
menemukannya dan dapat mengatur emosi dan sifat saya secepat mungkin. Selebihnya, sifat
saya yang ada sejak masih kecil hingga sekarang yaitu pantang menyerah, selalu berusaha,
dapat menyelesaikan masalah saya sendiri, bertanggung jawab atas kewajiban saya, namun
saya juga malas dan lebih suka melakukan sesuatu yang membuat saya senang.

Saya lahir dalam keluarga yang sederhana dan berkecukupan. Saya merupakan keturunan
Chinese. Dulu, saya tinggal dengan nenek dari papa saya, kakak papa saya, papa, mama, kakak
sepupu, dan kakak saya. Kakek saya sudah meninggal sebelum saya lahir. Sekarang, saya
tinggal hanya berempat saja karena nenek saya meninggal saat saya berumur 2 tahun, cece
sepupu dan koko saya sudah kuliah, walaupun kadang-kadang mereka pulang ke rumah.
Papa saya bekerja sebagai bawahan orang, dia bekerja mengurusi sangat banyak hal di toko
orang, untuk lebih detailnya saya juga tidak tahu apa saja yang ia lakukan. Sedangkan, mama
saya buka toko untuk menambah penghasilan. Tante saya kadang membantu mama jaga toko
ataupun memasak.
Papa sangat sabar dan baik. Dia lebih mendahulukan kepentingan dan keinginan orang lain,
terutama keluarganya, daripada keperluannya sendiri. Dia sangat jarang memarahi anak-
anaknya. Mama cukup tegas. Saat kecil, dia seringkali marah untuk mendisiplinkan kami.
Mama adalah orang yang pintar. Dia mengetahui sedikit banyak tentang medis, sehingga saat
kami sakit dia tau apa yang harus dia lakukan. Dia sempat kuliah jurusan farmasi, namun ia
gagal mendapatkan gelar karena ia tidak mampu menyelesaikan skripsinya. Mama dan papa
jarang sekali bertengkar. Tiap pagi dan malam, mereka selalu makan bersama. Saya sangat
bersyukur karena lahir di dalam kelaurga yang sangat harmonis ini.

Dulu, saya sering mengikuti lomba-lomba. Waktu SD, saya sering mengikuti lomba
Matematika dan IPA. Saya sempat mengikuti lomba Bahasa Inggris dan paduan suara. Namun,
sejauh yang saya ingat, saya tidak pernah meraih hasil yang cukup memuaskan. Saya hanya
mampu mencapai semi final. Seperti yang sudah saya ceritakan, saat SMP kepercayaan diri
saya hilang sehingga saya tidak lagi mengikuti lomba-lomba hingga sekarang. Sejujurnya, saya
cukup menyesalkan hal ini karena saya yakin mengikuti lomba pasti sangat berguna, tetapi
saya merasa tidak mampu sehingga saya tidak lagi mengikutinya.
Prestasi yang saya raih di SD cukup bagus dan memuaskan. Saat SMP, muridnya
bertambah banyak dan rangking saya juga menurun, tapi saya sangat memakluminya karena
muridnya memang jauh lebih banyak daripada murid SD saya. Sekarang prestasi saya di
sekolah hampir mirip dengan yang saya raih di SMP.

Pengalaman saya yang sangat berkesan hingga saat ini adalah ketika saya bisa berlibur ke
luar negeri untuk pertama kalinya dan merasakan udara dingin pada musim dingin. Mama
memang sudah menabung untuk berlibur saat itu, dan Puji Tuhan rencananya berjalan dengan
baik. Di sana, saya benar-benar merasa seperti di dunia lain karena perbedaan budaya dan gen.
Saya benar-benar bersyukur karena bisa refreshing pada liburan natal saat itu. Saat itu saya
menyadari satu hal, jika saya benar-benar menikmati liburan saya, hal itu dapat berpengaruh
baik terutama pada mental saya. Karena itu, sampai sekarang, menurut saya refreshing itu
sangat penting dalam kehidupan kita.
Pengalaman saya yang paling tidak menyenangkan adalah ketika orang tua saya sempat
bertengkar hebat. Saat itu saya masih SD. Saya sudah lupa alasan mereka bertengkar. Saat itu
suasana di rumah sangat tidak nyaman. Bahkan, mama dan papa sempat pisah kamar sekitar
dua hari. Selama dua hari itu, saya memutuskan untuk menemani mama. Papa juga menyuruh
saya untuk membujuk mama tidur di kamar mereka. Pada akhirnya mereka berbaikan dan
rukun seperti biasanya.

Anda mungkin juga menyukai