NPM : 22131010100080
Cute
Ketika saya kelas 2 SD, ayah saya “bangku panjang” alias dicopot
jabatannya. Ayah difitnah oleh teman sekantornya, ekonomi keluarga
memburuk, mental saya dan keluarga amburadul. Sebagaimana yang kita
tau, menghidupi 5 anak dengan berbagai keperluan itu sangat butuh biaya
yang besar. Kebetulan kakak saya yang ketiga bersekolah di sekolah yang
sama, uang saku yang awalnya 10.000 untuk berdua, kala itu hanya 1.000
yang ayah bisa berikan. Yang awalnya diantar supir, mendadak diantar
naik motor supra bonceng 3.
Yang ayah dan ibu lakukan bukanlah marah atas keadaan yang
menimpa, mereka menciptakan suasana yang positif sehingga keluarga
kami seakan makin harmonis karna orangtua sering berkumpul dan
banyak waktu bercengkarama bersama keluarga. Keajaiban datang dari
hal tak terduga, kakak pertama saya mengambil keputusan yang sangat
berat dan besar, dia diam-diam mengirim surat ke koran WASPADA
meski usia beliau masih belia, sebab masih bersekolah di Sekolah
Menengah Atas Modal Bangsa Aceh Besar (Sekarang beliau menjadi
dokter di salah satu rumah sakit Kota Langsa)
Isi surat nya menjelaskan bahwa ayah tidak bersalah, ayah
merupakan orang yang jujur dan amanah, beliau merupakan kambing
hitam atas para pejabat yang licik serta kaka juga membebekan beberapa
skenario yang ada, dan masih banyak lagi kalimat kalimat yang membuat
para pembaca tercengang. Alhamdulillah wasyukurillah, tak berapa lama
ayah saya dilantik menjadi asisten III walikota Langsa. Tak hentinya
tamu berdatang kerumah menangis meneteskan air mata menyaksikan
kejadian yang sangat ajaib tersebut.
Bangkit
Memakai jilbab merupakan peraturan yang ditetapkan di sekolah
saya, meskipun jilbab selalu menutupi rambut, rasa insecure memang
masih merasuki jiwa anak-anak saya kala itu. Saya menjadi pemalas dan
tak berani unjuk diri karena sadar diri. Hal tersebut terus menerus terjadi,
hingga ketika kelas 4 SD saya ditawarkan oleh mama lomba membaca
puisi di kantor darma wanita saat hari ibu, awalnya saya menolak, namun
tak kuasa diri ini menyaksikan beliau semangat sekali membanggakan
saya di depan temannya karna mau berani tampil. Sejak saat itu, saya
berlatih dan berusaha sekuat tenaga melawan trauma masalalu yang
menghantui saya.
Ketika memasuki usia SMP, saya lulus smp favorit dan masuk
kelas inti. telah banyak piagam penghargaan yang saya dapatkan, antara
lain juara pidato, juara vocal solo, dan pastinya juara yang saya dapatkan
dari lomba membaca puisi. Kini hidup saya bukan sebagai anak pemalas
yang terkukung tak bebas seperti dulu, saya mencoba menebar sinar saya
pada masa itu. Pubertas, ya saya mengalaminya. Ciri fisik pubertas saya
ialah jerawat di seluruh wajah bahkan sampai ke leher hingga badan.
GAWAT! Bagaimana jika saya dibully lagi?
Seperti anak seusia saya pada umumnya, saya pun merasakan
gejolak cinta yang membara sebagai ABG (Anak Baru Gede). Yahhh,
saya kena bully lagi..., Lakilaki yang kutaksir menertawaiku karna buruk
rupa. Cepat berikan ide, apa yang harus aku lakukan sekarang? Perlahan,
saya mulai mengenal dan mempelajari skincare dari kanal Youtube. Uang
saku saya sisihkan setiap hari dan mulai mencicil produk-produk
kecantikan. Sangat seru namun mendebarkan, karna kegiatan ini tidak
diketahui orangtua bahkan saudaraku sendiri. Apakah kalian tau mengapa?
Strict parent! Kalau ada kata yang lebih daripada strict, mungkin
begitulah deskripsi untuk sikap orangtua ku.
Hari yang ditunggu oleh para senior nakal tiba, ya benar MOS!
Jantung saya berdebar, bukan karena lebay, hanya saja saya memiliki
feeling yang tidak bagus pada hari mos ini. Benar saja, saya dituduh
mencuri buku “tanda tangan anggota OSIS”. Awalnya saya benar tak
paham mengapa buku tersebut ada di tas saya. Saya dituduh sebagai
pencuri.
Sebagai anak yang baru pubertas, emosi saya memuncak saat itu,
saya kesal bukan main. Saya tak menangis karna saya merasa itu bukan
kesalahan saya. “astagfirullah bang kak sebelumnya cute minta maaf,
cute gapernah diajarin bohong apalagi sampe mencuri, kok gini kali hari
pertama cute disini” respon mereka senyum-senyum. Hmm, pasti ada
yang tidak beres.