Anda di halaman 1dari 4

Asa dari sudut Kerinci

Karya. Hardi Yanta


(Alumnus 2013)

Desa yang jaraknya 50 km dari jantung kota, jauh dari keramaian, di kelilingi
hutan belantara, kehidupan belum banyak, tempat mengawali masa kecilku, sebuah desa
yang terpencil di Kayu Aro.

Umur 3 tahun, Aku sudah berada di desa itu dan ikut dengan orang tuaku pergi
ke sekolah yang berjarak 5 km dengan mengayuh pedal sepeda butut yang melewati
jalan yang ganas, menuruni bukit terjal yang telah siap untuk mencabut nyawaku kapan
saja. Sewaktu umur itu pula, Ayah menitipkanku di kelas 1 SD yang gurunya pada saat
itu buk Ros.

Buk Ros memiliki dialek yang khas, suka memakai jilbab kuning, sangat gigih,
memakai kaca mata dan juga memiliki watak keras. Buk Ros mengajarkan kelas 1 dan
2, kelas 1 yang berjumlah 15 orang termasuk aku. mengawali pelajaran hari itu, buk
Ros membuka kaca matanya dan mulai mengajar di depan kelas, setelah panjang lebar
mengajar di depan kelas, buk Ros memberikan latihan menulis satu persatu ke depan.
Aku yang urutan absen terakhir mendapat kesempatan tampil kedua.

Buk Ros menyuruh membuat angka 1 sampai 5, tanganku yang sangat kaku,
belum pernah mencoba dan tidak bisa menulis angka yang di suruh buk Ros. Kemudian
buk Ros mengajarku sambil marah-marah Kamu tidak memperhatikan ibu
menerangkan pelajaran tadi, setelah aku di marahi oleh buk Ros, aku berusaha lebih
giat lagi untuk bisa mengerti dan memahami pelajaran.

Memasuki umur 4 tahun, aku bersama orang tuaku pindah ke ibukota


kecamatan. Di sanalah aku mulai mengikuti pendidikan sekolah dasar yang
sesungguhnya, hari berganti minggu, minggu berganti bulan juga bulan berganti tahun,
tak terasa setelah 6 tahun di sekolah dasar. Akhirnya, tibalah ujian akhir nasional
(UAN) semua siswa mengikutinya dengan menyiapkan diri dengan belajar sungguh-
sungguh serta doa yang di panjatkan pada tuhan Yang Maha Kuasa. Ketika
pengumuman nilai UAN di tempel di mading kelasku, semua teman-teman angkatanku

1
berbondong bondong menghampiri. Detak jantungku berdenyut sangat cepat, takut akan
hasil yang tidak memuaskan.

Kemudian aku mendapat kabar dari teman dengan wajah yang ceria tanpa dosa,
pikiranku merasa hal positif datang dan Alhamdulillah itu benar, aku lulus dengan nilai
yang baik dan memuaskan. tak ingin larut dalam kebahagiaan juga melewatkan waktu,
dengan niat yang tulus suci, aku bersama teman-teman mendaftarkan diri di SMP yang
ada di kecamatan tempat tinggalku dan mengikuti tes penerimaan siswa baru. Pagi itu
terasa takut mengikuti tes karena melihat teman teman yang sudah bercampur aduk dari
sekolah favorit, tetapi dengan niat yang baik, semangat yang tinggi mengikuti tes
selama dua hari tanpa henti dari pagi sampai sore. Kadang rasa capek tak bisa ku
ungkapkan lagi demi meraih masa depan. Hari ketiga pengumuman hasil tes ditempel.
Alhamdulillah lulus dan di terima di kelas unggul. Senang rasanya saat itu juga dengan
adanya mata pelajaran yang baru seperti fisika, biologi tertarik rasanya mengupas apa
isi dari semua itu. Hari pertama masuk sekolah di suguhkan dengan mata pelajaran
biologi, gurunya cantik dengan memakai kerudung hijau, sepatunya mengkilap seakan
mengaburkan penglihatanku, senyum nya menawan, teman-temanku senang belajar
dengan materi yang di ajarkan.

Tak terasa 3 tahun telah terlalui bersama, Aku dan Si Budi dapat menamatkan
pendidikan dengan hasil yang memuaskan dan ingin rasanya melanjutkan ke jenjang
pendidikan yang lebih tinggi.

Seminggu kemudian kami berangkat untuk mengikuti tes SMA favorit . Tibanya
di sana kami di sambut satpam dan langsung menunjukkan tempat pendaftaran,
selesainya kami daftar, besoknya kami mengikuti tes, aku mendapat ruangan A dan Si
Budi mendapat ruangan B.

Dua minggu kemudian berita pengumuman di beritahukan melalui blog sekolah


itu. Siswa yang lulus akan di telpon langsung oleh pihak sekolah, sudah dua hari aku
tunggu tak ada telpon yang masuk, tau-tau Si Budi sudah di telpon duluan, ternyata dia
lulus dan Si Budi yang memberikan kabar padaku kamu tidak lulus, sabar ya.

Air mataku mulai berlinang-linang mendengar kabar itu dan aku langsung
menuju kamarku sambil menggulung diri dengan selimut, tak tahan menahan tangis,

2
mataku sudah bengkak kemerah-merahan. Tiba-tiba datang kakakku memberikan
nasihat, Dik masa depanmu bukan hanya sampai di sini saja, tak usah meratapi apa
yang telah berlalu, sekarang pikirkan masa depanmu, Bersemangatlah!

Dunia tak seluas yang terbuka saja

Pepatah inilah salah satu kata mutiara yang selalu membakar semangat jiwa
ragaku. Aku menyadari bahwa di suatu tempat kita terjatuh, di tempat lain pasti ada
yang terbangun, tetaplah bersemangat harapan itu masih ada.

Tak ingin melewatkan waktu, aku mendaftarkan diri di SMA kecamatan tempat
tinggalku. Baru 3 bulan berjalan sang khalik mempertemukan aku dengan Pak Umar
Bakri, beliau memiliki kepribadian mirip dengan buk Ros guruku dulu yang memiliki
semangat hidup yang tinggi, berjiwa patriot dan suka memakai kaca mata, berambut
ikal, berbaju rapi dan akupun mulai belajar banyak hal dengan pak Umar Bakhri.

Telah beberapa bulan berteman dengan Pak Umar Bakri perlahan-lahan


karakternya melekat padaku dan juga beliau berpesan Kesuksesan itu butuh usaha dan
pengorbanan, tak semudah membalik telapak tangan. kesuksesan harus di dasari
dengan kerja keras, semangat yang tinggi tanpa menyerah.

Kesadaran belajar mulai bangkit selain itu, aku juga aktif di OSIS, Karya Ilmiah,
English Club, organisasi lainnya yang menunjang dalam belajar dan sering aku
dipercayakan mewakili sekolah untuk lomba siswa teladan di tingkat provinsi.

Banyak penghargaan yang aku dapatkan setelah bersaing dengan siswa lainnya
seperti Juara III Lomba Mengarang Ilmiah Tingkat SLTA Se-Provinsi Jambi dan panitia
pelaksana memberikan berupa piagam penghargaan, tabanas, trophy. Itu semua ku raih
berkat dari kerja keras dan semangat belajar yang tinggi selama ini.

Beberapa bulan setelah menerima penghargaan itu, aku jatuh sakit dan di rawat
1 bulan di rumah sakit Mayjen.H.A. Thalib Kerinci. Karena selain sibuk dengan
aktivitas yang ku jalani yang telah menguras staminaku terlebih karena aku kurang
memperhatikan kondisi kesehatanku.

3
Lama-kelamaan sakit yang ku derita semakin membuatku lemah hingga tak
berdaya. Tapi, itulah suratan ilahi yang tak dapat ku rubah putusannya. Namun aku tetap
semangat dalam menjalani kehidupan.

Walaupun begitu, aku bangga, karena telah bisa berprestasi dan bersaing dengan
siswa-siswa kota dan aku telah memahami bahwa pentingnya ilmu. Ilmu adalah kunci
inggris untuk segala hal.

Teman-teman yang dulunya sepermainan, seperjuangan datang silih berganti


melihat keadaanku, suasana bathinku menjadi bahagia melihat kedatangannya tak
sungkan-sungkan mereka tertawa dengan lelucon idak mungkin yang dulunya sering
mereka ucapkan dan kali ini kembali lagi terucapkan, kata-kata itu cukup menghibur
dan mengurangi rasa sakit yang ku alami.

Sering terbayang di pikiranku, aku di marahi buk Ros dan pesan Pak Umar Bakri
yang selalu memotivasiku. Apa yang ku alami dan kujalani ketika waktu bersama
teman-teman dulu, peristiwa-peristiwa itulah yang menjadi semangat dan menemani
diriku sekarang. Semoga menjadi kenangan terindah.

Anda mungkin juga menyukai